BAB III METODE PENELITIAN A.eprints.umm.ac.id/46709/4/BAB III.pdf · dengan memberikan nilai...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A.eprints.umm.ac.id/46709/4/BAB III.pdf · dengan memberikan nilai...
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif menurut Sugiyono (2009) dalam Maghfur (2018), dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel variabel penelitian, yaitu variabel independen (Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Profitabilitas dan Islamic Governance Score) terhadap
variabel dependen (Islamic Social Reporting) dan menguji hipotesis yang
dirumuskan.
B. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah pada periode 2013 sampai dengan 2017. Populasi dalam penelitian ini
yaitu 14 Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Tabel 3.1 berikut akan
menyajikan daftar Bank Umum Syariah di Indonesia.
Tabel 3.1. Bank Umum Syariah yang Terdapat di Indonesia
No. Kode Bank Nama Bank
1 BSB
BMS
Bank Syariah Bukopin
2 Bank Mega Syariah
3 BMI Bank Muamalat Indonesia
4 BSM Bank Syariah Mandiri
39
No. Kode Bank Nama Bank
5 BCAS Bank Central Asia Syariah
6 BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
7 BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah
8 BPDS Bank Panin Dubai Syariah
9 BJBS Bank Jabar Banten Syariah
10 BMSI Bank Maybank Syariah Indonesia
11 BVS Bank Victoria Syariah
12 BTPNS Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
13 BAS Bank Aceh syariah
14 BPDNTB BPD Nusa Tenggara Barat
Sumber: Hasil olah peneliti
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yakni
penarikan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini dalam menentukan sampel penelitian adalah
sebagai berikut :
1) Bank Umum Syariah pada periode 2013 - 2017 yang mempublikasikan
laporan tahunannya melalui website masing-masing bank syariah.
2) Bank Umum Syariah yang menerbitkan laporan tata kelola perusahaan
(Good Corporate Governance), laporan tanggung jawab sosial (Corporate
Social Responsibility) dan laporan keuangan pada laporan tahunan.
3) Bank Umum Syariah yang memiliki Return On Assets (ROA) bernilai
positif.
Tabel 3.2 berikut merupakan rangkuman hasil perolehan sampel
hingga terpilih delapan (8) bank yang memenuhi kriteria sebagai sampel
penelitian.
40
Tabel 3.2. Perolehan Sampel Penelitian
Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia 14
Bank Umum Syariah yang tidak memenuhi kriteria
Total bank
6
8
Total unit analisis (total bank x 5 tahun) 40
Sumber: Hasil olah peneliti
Berdasarkan Tabel 3.2 diketahui bahwa bank umum syariah yang
memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian berjumlah 8 bank. Sehingga unit
analisis dalam penelitian ini berjumlah 40, laporan tahunan yang terdiri dari 5
tahun pengamatan yaitu tahun 2013-2017. Adapun daftar sampel dalam
penelitian ini dirinci dalam Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3. Sampel Penelitian
No. Kode Bank Nama Bank
1 BSB Bank Syariah Bukopin
2 BMS Bank Mega Syariah
3 BMI Bank Muamalat Indonesia
4 BSM Bank Syariah Mandiri
5 BCAS Bank Central Asia Syariah
6 BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
7 BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah
8 BPDS Bank Panin Dubai Syariah
Sumber: Hasil olah peneliti
C. Definisi Operasional dan Pengukuran
1. Variabel Dependen
Pengukuran pada Islamic Social Reporting (ISR) dilakukan dengan
menggunakan nilai (skor) yang diperoleh dari analisis tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Indeks ISR dalam
penelitian ini terdiri dari 38 item pengungkapan yang tersusun dalam
lima tema sesuai dengan penelitian Haniffa (2002) dan dimodifikasi
dengan item-item pengungkapan pada penelitian Othman et al. (2009).
41
Metode pemberian nilai (score) pada penelitian ini sama dengan
yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Othman et al. (2009)
yaitu pemberian nilai skor terhadap content analysis. Metode content
analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis pengungkapan ISR
dengan cara membaca dan menganalisis laporan tahunan perusahaan.
Indeks pengungkapan ISR tersebut dikodekan ke dalam coding sheet.
Pemberian nilai pada content analysis yang terdiri dari 38 item
indeks ISR pada penelitian ini tidak diukur untuk berapa kali jumlah
kejadian untuk masing-masing item dalam satu tahun periode
pengungkapan, tetapi minimal terdapat satu kali pengungkapan ISR,
maka item tersebut dianggap telah ada dan diberi nilai (skor) 1. Apabila
item tersebut tidak diungkapkan dalam laporan perusahaan maka item
tersebut akan diberi nilai (skor) 0. Pemberian skor ini tidak menilai
kualitas perusahaan melalui item-item pada indeks ISR, tetapi hanya
menilai tingkat atau jumlah skor pengungkapan pada indeks ISR. Seluruh
nilai skor akan dijumlah dan akan menjadi nilai pada variabel terikat
ISR. Berikut rumus untuk menghitung tingkat pengungkapan ISR :
2. Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan
Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini, didasarkan
pada total asset perusahaan. Total aset adalah total sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan, sehingga perusahaan yang ukurannya besar
𝐈𝐒𝐑 =𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐞𝐦 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧
𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐞𝐦 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬𝐧𝐲𝐚 x 100%
42
Umur Perusahaan = tahun annual report − tahun berdiri
nantinya memerlukan total aset (sumber daya) yang banyak untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Sehingga dalam penelitian ini total
asset digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan
penelitian terdahulu (Haniffa, 2002), untuk menghitung ukuran
perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
b. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan beroperasi sejak
berdiri sampai dengan laporan tahunan terakhir yang diterbitkan oleh
perusahaan. Umur perusahaan dapat digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis. Umur
perusahaan dapat dihitung dari sejak berdirinya perusahaan tersebut
sampai tahun annual report. Berdasarkan penelitian terdahulu
(Raditya, 2012), untuk mengetahui umur perusahaan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
c. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri (Maghfur, 2018). Profitabilitas menggambarkan tentang tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dari penggunaan assets
(aktiva) dan equity (Modal). Indikator yang digunakan adalah ROA
(Return On Asset). ROA mengukur kemampuan perusahaan
SIZE = Ln (Nilai total asset)
43
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dengan
demikian ROA dapat dihitung dengan rumus berikut (Othman, 2009) :
d. Islamic Governance Score
Variabel Islamic Governance Score diukur dengan jumlah Dewan
Pengawas Syariah, cross membership, latar belakang pendidikan, serta
reputasi dari Dewan Pengawas Syariah yang diperoleh dari laporan
tahunan perusahaan. Setiap komponen ini diberikan nilai dengan
menggunakan metode content analysis, yaitu apabila informasi
mengenai komponen tersebut terdapat pada laporan tahunan maka
diberi nilai 1, apabila tidak ada maka diberi nilai 0.
1) Jumlah Dewan Pengawas Syariah
Apabila bank syariah memiliki jumlah Dewan Pengawas Syariah
sebanyak 2 atau lebih maka diberi nilai 1, jika kurang dari 2 maka
diberi nilai 0.
2) Cross membership
Cross membership dinilai dari apakah Dewan Pengawas Syariah
melakukan rangkap jabatan pada lebih dari satu lembaga keuangan
Islam maka diberi nilai 1, apabila tidak merangkap jabatan pada
lembaga keuangan Islam lainnya maka diberi nilai 0.
3) Latar belakang pendidikan
Pengukuran dalam indikator ini adalah dengan melihat apakah
terdapat anggota Dewan Pengawas Syariah yang memiliki tingkat
ROA = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
44
IGS = JDPS + RJ + LBP + RDPS
pendidikan yang baik atau tidak. Tingkat pendidikan minimal yang
digunakan dalam penelitian ini telah tertuang di dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Tentang Ahli Syariah Pasar Modal Nomor
16/Pojk.04/2015, yaitu Strata 1 (S1). Jadi, bila anggota Dewan
Pengawas Syariah berpendidikan minimal (S1) maka akan diberi
skor 1, dan bila tidak terdapat maka akan diberi skor 0.
4) Reputasi Dewan Pengawas Syariah
Sedangkan reputasi Dewan Pengawas Syariah dinilai dari
pengalaman-pengalamannya. Apabila DPS memiliki reputasi
sebagai ulama atau pengalaman di lembaga atau institusi islam
lain, maka diberi nilai 1, apabila tidak ada maka diberi nilai 0.
Nilai yang diperoleh dari setiap perusahaan dijumlahkan untuk
mendapatkan nilai total Islamic Governance Score. Rumus yang
digunakan yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
IGS = Islamic Governance Score
JDPS = Jumlah Dewan Pengawas Syariah
RJ = Rangkap Jabatan/Cross membership
LBP = Latarbelakang Pendidikan
RDPS = Reputasi Dewan Pengawas Syariah
45
D. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, hasil dari pengumpulan dan pengolahan
pihak lain (Muhidin & Abdurahman, 2007). Alasan menggunakan data
sekunder ini yaitu dengan pertimbangan bahwa data sekunder mempunyai
validitas data yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk digunakan
dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
annual report dari item laporan keuangan, good corporate governance dan
pelaksanaan corporate social responsibility yang dipublikasikan oleh bank
umum syariah di Indonesia pada periode 2013 - 2017. Data sekunder atau
laporan tahunan yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari website
masing-masing bank syariah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik studi dokumentasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan
seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang diperlukan. Adapun data-
data yang dikumpulkan yaitu mengenai laporan keuangan, Good Corporate
Governance dan Corporate Social Responsibility yang terdapat dalam laporan
tahunan Bank Umum Syariah di Indonesia dari periode 2013-2017 yang
dipublikasikan melalui website masing-masing bank syariah.
Teknik Analisis Data
1. Content Analysis
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak
46
dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang
memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan
secara sistematis, kemudian diberi interpretasi (Yuris, 2009). Metode
content analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis pengungkapan
dengan cara membaca dan menganalisis laporan tahunan perusahaan.
Dalam penelitian ini penggunaan content analysis hanya terdapat pada
variabel independen Islamic governance score dan variabel dependen
Islamic social reporting dengan memberikan nilai (score).
2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemelencengan distribusi)
(Ghozali, 2013). Statistik deskriptif disajikan dalam bentuk tabel numerik
yang berasal dari pengolahan program SPSS.
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
regresi linier berganda. Sebagai prasyarat regresi linier berganda,
dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid,
tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya bersifat efisien
(Widiawati, 2012). Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
47
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji
normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati,
secara visual kelihatan normal padahal secara statistik bisa sebaliknya
(Ghozali, 2013). Oleh karena itu digunakan uji statistik. Uji statistik
yang dapat digunakan untuk uji statistic non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Jika nilai signifikansi (asymptotic significance) dari
Uji K-S diatas dari 0,05 maka data memiliki distribusi yang normal
(Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolinearitas
Uji mutikolinearitas bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya
korelasi antara variabel independen dalam model regresi. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel
ini tidak orthogonal (variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, dapat
48
diartikan tidak terdapat multikolinearitas dalam data penelitian
tersebut. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF >10, mengartikan bahwa
data tersebut terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).
c. Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian heteroskedastisitas adalah untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
penelitian ini digunakan uji Glejser, yaitu dengan cara meregresikan
nilai absolute residual terhadap variabel independen. Ada atau
tidaknya heteroskedastisitas diketahui dengan melihat signifikansinya
terhadap derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat kolerasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi
kolerasi, maka dinamakan adanya problem autokolerasi. Autokolerasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
49
satu sama lainnya. Masalah ini timbul dikarenakan residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendetekasi ada atau
tidaknya autokolerasi (Ghozali, 2013). Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan
uji Durbin Watson, dasar pengambilan keputusan ada tidaknya gejala
autokorelasi adalah :
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < dw < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl < dw < du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < dw < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du < dw < 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tidak ditolak du < dw < 4-du
Sumber: Ghozali (2013)
4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable
indepeden atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen/terikat
(Ghozali, 2011). Pengujian melalui uji F adalah dengan
membandingkan Fhitung dengan Ftabel dan nilai α < 5%. (Ghozali,
2011). Apabila Fh > Ft, maka model regresi berhasil menerangkan
pengaruh variable bebas secara keseluruhan terhadap variabel
terikatnya. Apabila Fh < Ft, maka model regresi tidak berhasil
50
ISR = a + b₁UK + b₂UM + b₃PROF + b₄IGS + e
menerangkan pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap
variabel terikatnya.
b. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Nilai R² atau koefisien determinasi adalah antara 0
dan 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil atau mendekati 0,
menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai
yang besar atau mendekati 1 menandakan variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Terdapat kelemahan
dalam koefisien determinasi yakni bias terhadap jumlah variabel yang
dimasukkan dalam model.
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda (Multiple Linear Regression) dengan alasan
bahwa variabel independennya lebih dari satu. Analisis ini digunakan
untuk menentukan hubungan antara ISR dengan variabel-variabel
independennya. Penelitian ini menggunakan model regresi linier
berganda dengan persamaan sebagai berikut :
51
Keterangan :
ISR = Islamic Social Reporting
a = Konstanta
b₁ – b₄ = koefisien regresi berganda
UK = Ukuran Perusahaan
UM = Umur Perusahaan
PROF = Profitabilitas
IGS = Islamic Governance Score
e = error term
d. Uji Parsial (Uji t)
Uji.tmdigunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing
variabel independen secara individu (parsial) dalam menjelaskan
perilaku variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5 %).
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis (Rochaety et al., 2009
dalam Halida, 2017) :
a) Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
b) Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
Kriteria dasar signifikansi adalah sebagai berikut :
a) Jika t hitung > dari t tabel maka H0 ditolak
b) Jika t hitung < dari t tabel maka H0 diterima