BAB III METODE PENELITIAN A. 1. -...

22
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapas Sukamiskin yang berlokasi di jalan A.H Nasution No. 114 Bandung. Sejak 2012, Lapas Sukamiskin telah ditetapkan sebagai lapas khusus tindak pidana korupsi (tipikor). Hingga Juni 2013 kemarin, Lapas Sukamiskin Bandung telah menampung 287 narapidana korupsi. Mereka berasal dari berbagai daerah, mulai dari DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Banten dan Sulawesi Utara. 2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi penelitian ini adalah narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Artinya, sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sebagai sumber data yang benar-benar mewakili keseluruhan populasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purpossive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangannya adalah individu yang dipilih sebagai sampel merupakan narapidana dengan masa tahanan lebih dari dua tahun. B. Desain Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu tipe kepribadian variabel independen dan problem solving appraisal sebagai variabel dependen. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. 1. -...

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lapas Sukamiskin yang berlokasi di jalan A.H

Nasution No. 114 Bandung. Sejak 2012, Lapas Sukamiskin telah ditetapkan

sebagai lapas khusus tindak pidana korupsi (tipikor). Hingga Juni 2013 kemarin,

Lapas Sukamiskin Bandung telah menampung 287 narapidana korupsi. Mereka

berasal dari berbagai daerah, mulai dari DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Banten dan

Sulawesi Utara.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Populasi penelitian ini adalah narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2008). Artinya, sampel merupakan bagian dari populasi

yang dijadikan sebagai sumber data yang benar-benar mewakili keseluruhan

populasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Purpossive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangannya adalah individu yang

dipilih sebagai sampel merupakan narapidana dengan masa tahanan lebih dari dua

tahun.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu tipe kepribadian

variabel independen dan problem solving appraisal sebagai variabel dependen.

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

40

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Sugiyono, 2008). Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2008).

Selain itu terdapat satu variabel mediator, yakni cognitive appraisal.

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(Sugiyono, 2008). Di antara ketiga variabel ini akan dicari hubungannya masing-

masing, dan variabel moderator akan diuji sejauh mana variabel tersebut

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(lihat gambar 3.1).

Analisa data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah

statistik korelasional product moment dan uji coba model mediasi dengan metode

causal steps didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui kuesioner

pengukuran tipe kepribadian, cognitive appraisal dan problem solving appraisal.

Gambar 3.1.

Desain Penelitian

Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Problem Solving Appraisal

pada Narapidana Korupsi Lapas Sukamiskin Bandung

Tipe Kepribadian

(Variabel Independen)

Problem Solving

Appraisal

(Variabel Dependen)

Cognitive Appraisal

(Variabel Moderator)

41

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2008).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

Metode korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi

pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu faktor atau lebih

faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2004). Dalam

penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel tipe kepribadian, cognitive appraisal, dan problem solving appraisal.

D. Definisi Operasional

1. Tipe Kepribadian

Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan

respon-respon dan kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkan napi dalam

menghadapi trauma atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama di

lapas. Tipe kepribadian ini akan diambil dengan menggunakan instrumen tipe

kepribadian oleh Andanawari (2013) yang di adaptasi dari Eysenck Personality

Inventory (EPI).

2. Cognitive Appraisal

Cognitive appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian

yang dilakukan napi terhadap lingkungan lapas. Pengumpulan data akan

dilakukan dengan menggunakan kuesioner cognitive appraisal berdasarkan teori

Lazarus, yaitu primary appraisal dan secondary appraisal. Primary appraisal

adalah penilaian napi terhadap situasi yang dihadapinya selama di lapas.

Secondary appraisal adalah penilaian napi terhadap kemampuannya dalam

mengatasi permasalahan di lapas dan sumber adekuat yang dimilikinya. Hal ini

42

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akan digambarkan melalui instrumen cognitive appraisal yang didasarkan pada

teori cognitive appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984).

3. Problem Solving Appraisal

Problem solving appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penilaian napi terhadap kepercayaan dirinya dalam menghadapi dan

menyelesaikan permasalahan di lapas. Serta kecenderungan untuk menghindari

atau menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengontrol diri dalam menghadapi

dan menyelesaikan masalah di lapas. Hal ini akan digambarkan melalui instrumen

problem solving appraisal oleh Septiani (2013) yang diadaptasi dari The Problem

Solving Inventory (PSI).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket atau kuesioner

dengan menggunakan skala psikologis. Instrumen yang digunakan terdiri dari

instrumen yang mengungkap hubungan antara tipe kepribadian dengan problem

solving appraisal pada narapidana korupsi, dan instrumen cognitive appraisal

sebagai mediasi.

1. Instrumen Tipe Kepribadian

Alat ukur tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi

dari instrumen tipe kepribadian oleh Andanawari (2013), yang berdasarkan pada

Eysenck Personality Inventory (EPI). Eysenck (1963) mengembangkan sebuah

inventori untuk menentukan kecenderungan tipe kepribadian extraversion-

introversion dan neuroticism-non neuroticism. EPI terdiri dari 70 item yang

terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 28 item mengukur neuroticism-stabilitas

emosi, 31 item mengukur ekstrovert-introvert, dan 11 item sebagai lie scale.

Dalam penelitian ini, item EPI yang digunakan difokuskan pada dimensi

ekstrovert-introvert sesuai area permasalahan yang akan diteliti.

43

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Eysenck Personality Inventory (EPI)

Dimensi Sub Dimensi Indikator No Item

Pertanyaan

Jumlah

Item

Ekstrovert-

Introvert

Activity - Aktivitas fisik

- Kecepatan dalam

bergerak

1, 6, 16, 19,

20, 21, 23

7

Sociability - Kesukaan dalam

mencari teman dan

bertemu dengan

banyak orang

2, 10, 17, 24 4

Risk Taking - Keberanian

mengambil resiko

3, 18, 25 3

Impulsiveness - Kecenderungan

bertindak secara

mendadak

- Kurang

menggunakan

pertimbangan

4, 8, 9, 11,

12, 14, 22

7

Expressiveness - Pernyataan

perasaan

- Kemauan

memperlihatkan

emosi secara

terbuka

5, 27 2

Reflectiveness - Kedalaman

berpikir

13, 15, 26, 28 4

Responsibility - Rasa tanggung

jawab terhadap

tugasnya

7, 29 2

Jumlah Total Item 29

Peneliti membagikan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditentukan sebelumnya. Kemudian subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan

dengan membubuhkan tanda silang (X) di bawah pilihan jawaban “Ya” atau

“Tidak”. Setiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut mengandung indikasi

sebagai berikut.

44

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. ae untuk pertanyaan affiliative extraversion

b. ne untuk pertanyaan non affiliative extraversion

Tabel 3.2. Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory (EPI)

Poin Ya Tidak

ae 1 0

ne 0 1

Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan patokan-patokan yang

telah ditentukan sebelumnya, yaitu; untuk pertanyaan ektrovert-introvert, subjek

dikatakan memiliki kecenderungan ekstrovert apabila nilai yang dicapai lebih dari

median. Sebaliknya, subjek dikatakan memiliki kecenderungan introvert apabila

nilai yang dicapai kurang, dan sama dengan nilai median.

2. Instrumen Cognitive Appraisal

Instrumen cognitive appraisal yang digunakan berdasarkan teori cognitive

appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984), yang terdiri dari primary appraisal

dan secondary appraisal. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan

konteks dan permasalahan yang akan diteliti, dan untuk penelitian ini teori yang

dipakai hanya primary appraisal.

Primary appraisal melibatkan tiga aspek, yaitu; irrelevant, benign-positive,

dan stressful (harm/loss, treat, challenge). Penilaian yang irrelevant adalah

penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas yang tidak membawa

implikasi terhadap kehidupan napi. Benign-positive akan ditafsirkan pada

penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas sebagai sesuatu yang

positif yang dapat mendukung kehidupan napi. Sedangkan stressful merupakan

penilaian napi terhadap suatu tekanan yang membuat napi merasa tertekan dan

tidak nyaman terhadap kehidupan di lapas, sehingga memunculkan perilaku stres.

Instrumen cognitive appraisal terdiri dari 26 item, yang mengukur dimensi

primary appraisal. Instrumen menggunakan skala Likert, yang merupakan metode

penskalaan yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

45

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Pada kuesioner

terdapat lima pilihan dalam menjawab setiap pernyataan. Subjek diminta untuk

memilih salah satu dari lima alternatif pilihan yang tersedia, yaitu Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Pilihan dari setiap pernyataan memiliki nilai sebagai berikut:

Tabel 3.3. Bobot Penilaian Instrumen Cognitive Appraisal

Alternatif Pilihan Item

Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Intrumen berupa kuesioner dengan rating scale. Kuesioner rating scale

yaitu sebuah pernyataan tertulis yang diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan (misalnya: mulai dari sangat setuju sampai ke

sangat tidak setuju) untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,

2006). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi cognitive

appraisal napi dalam menghadapi kehidupan di Lapas. Sebaliknya napi dengan

skor yang rendah, menunjukkan cognitive appraisal yang rendah.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Cognitive Appraisal

Dimensi Sub

Dimensi

Indikator

Item Jumlah

Item Fav Unfav

Primary

Appraisal

Irrelevant Napi merasa pengalaman

atau keadaannya di lapas

sebagai sesuatu yang tidak

membawa implikasi

terhadap kehidupannya.

1, 7, 12,

18, 25, 29

- 6

Benign-

positive

Napi menafsirkan

pengalaman atau

2, 8, 13,

19, 30

5

46

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keadaannya di lapas

sebagai sesuatu yang

positif yang dapat

mendukung kehidupan

napi.

Stressful Harm/loss Napi menganggap

keberadaannya di lapas

sebagai sesuatu yang

dapat merusak

kehidupannya, dan dapat

membuatnya kehilangan

sesuatu yang berharga

atau dicintai.

- 3, 9, 14,

20, 26, 27

6

Threat Napi menganggap

keadaan di lapas sebagai

sesuatu yang dapat

mengancam dirinya.

- 4, 10, 15,

21, 22

5

Challenge Napi menganggap

pengalaman atau keadaan

di lapas sebagai suatu

tantangan yang harus

dihadapi.

5, 16, 23,

28

4

Jumlah Total Item 26

Keterangan:

Fav = Favorabel

Unfav = Unfavorabel

3. Instrumen Problem Solving Appraisal

Instrumen yang digunakan untuk mengukur problem solving appraisal

diadaptasi dari instrumen problem solving appraisal oleh Septiani (2013), yang

berdasarkan pada The Problem Solving Inventory (PSI). Heppner (1982)

mengembangkan PSI untuk mengukur kesadaran individu pada kemampuan

problem solving secara umum. PSI merupakan inventori yang menggunakan tipe

47

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

skala likert dengan sistem penyekoran dari 1 (sangat setuju) sampai dengan 5

(sangat tidak setuju). Item-item yang digunakan terdiri dari pernyataan-pernyataan

yang bersifat positif dan negatif atau favorable dan unfavorable.

Tabel 3.5. Bobot Penilaian Instrumen Problem Solving Appraisal

Alternatif Pilihan Item

Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Instrumen The Problem Solving Inventory (PSI) terdiri dari 33 item, yaitu

11 item untuk mengukur problem solving confidence, 16 item untuk mengukur the

approach-avoidance style, dan 6 item untuk mengukur personal control.

Tingginya nilai PSI diartikan bahwa individu tidak yakin bahwa dirinya dapat

memecahkan permasalahan secara efektif (ineffective problem solvers) (Heppner

& Petersen, 1982).

Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Problem Solving Appraisal

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

Item Favorabel Unfavorabel

1. Problem solving

cofidence

Napi percaya terhadap

kemampuannya dalam

menyelesaikan

permasalahan-

permasalahan yang

dihadapinya di Lapas

5, 6, 10, 12,

19, 20, 23,

24, 27, 28,

33

- 11

2. The Approach-

avoidance style

Napi cenderung memilih

menyelesaikan masalah

atau menghindari masalah

saat menghadapi

permasalahan di Lapas

2, 7, 13, 15,

16, 17, 18,

22, 29, 31

1, 4, 14, 21,

26, 30

16

48

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Personal control Napi percaya bahwa ia

dapat mengendalikan

emosi dan perilakunya

saat mencoba untuk

menyelesaikan

permasalahan di Lapas

3, 8, 9, 11, 25,

32

6

Jumlah Total Item 33

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan uji coba untuk

mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat

variabel yang akan diukur. Uji coba instrumen dalam penelitian ini bersifat uji

coba terpakai, yang berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali.

Data yang terkumpul akan diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas,

yang kemudian diolah lagi dengan menghilangkan item-item yang tidak valid

ataupun reliabel.

1. Uji Validitas

a. Validitas isi

Untuk uji validitas, peneliti menggunakan pengujian validitas isi (content

validity). Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-item alat ukur

mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang

hendak diukur (aspek representasi) dan sejauhmana item-item tersebut

mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar,

2010).

Uji validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau dengan expert atau professional judgement. Dalam hal

ini peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di Jurusan Psikologi yaitu

Drs. MIF Baihaqi, M.Si. dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. untuk

melakukan penilaian terhadap instrumen cognitive appraisal. Setelah

dianalisis terdapat beberapa perbaikan pada beberapa item, dan penambahan

jumlah item. Instrumen yang awalnya berjumlah 27 diperbaiki dan

ditambahkan 3 item menjadi 30 item. Akan tetapi setelah dilakukan

49

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengolahan data, dimensi secondary appraisal akhirnya dihapus sehingga

tersisa 26 item. Untuk dua instrumen lainnya, yaitu tipe kepribadian dan

problem solving appraisal, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada.

b. Analisis Item

Analisis item merupakan prosedur untuk meningkatkan validitas dan

reabilitas suatu alat tes dengan cara memilih item-item yang sesuai dengan

tujuan alat tes (Crocker dan Agina dalam Septiani, 2013). Analisis item

didasarkan dari data empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap

parameter-parameter item seperti indeks kesukaran item, indeks diskriminasi

item, analisis reabilitas dan validitas alat ukur tersebut (Azwar, 2010).

Setelah melakukan mengambilan data, peneliti melakukan pemilihan

item melalui pengujian daya diskriminasi item yang akan menghendaki

dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan

distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan corrected item-total

correlation atau daya beda item (Azwar, 2010: 59). Suatu item dikatakan

layak jika memiliki koefisien korelasi r ≥ 0,30 tetapi jika jumlah item yang

lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka koefisien korelasi

dapat diturunkan dari 0,30 menjadi 0,20 (Azwar, 2010).

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian,

terdapat beberapa item yang tidak layak untuk digunakan. Item-item tersebut

kemudian tidak akan disertakan dalam proses pengolahan data. Hasil

pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

50

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.7. Hasil Pengembangan Instrumen Tipe Kepribadian

Dimensi Sub Dimensi No Item yang

Layak

No Item yang

Tidak layak

Ekstrovert dan

Introvert

Activity 1, 6, 16, 19, 21 20, 23

Sociability 2, 10 17, 24

Risk Taking 3, 18, 25 -

Impulsiveness 4, 8, 9, 14, 22 11, 12

Expressiveness 27 5

Reflectiveness 26, 28 13, 15

Responsibility 7, 29 -

Total 20 9

Tabel 3.8. Hasil Pengembangan Instrumen Cognitive Appraisal

Dimensi Sub Dimensi No Item yang

Layak

No Item yang

Tidak layak

Primary Appraisal Irrelevant 1, 7, 18, 25, 29 12

Benign-positive 2, 13 8, 19, 30

Stressful Harm/loss 3, 9, 14, 20, 26, 27 -

Threat 4, 15, 21, 22 10

Challenge 16, 28 5, 23

Total 19 7

Tabel 3.9. Hasil Pengembangan Instrumen Problem Solving Appraisal

Dimensi No Item yang

Layak

No Item yang

Tidak layak

Problem Solving Confidence 5, 6, 10, 12, 19, 20,

23, 24, 27, 28, 33

-

The Approach-avoidance Style 1, 2, 4, 7, 13, 14, 15,

16, 18, 21, 22, 30,

31

17, 26, 29

Personal Control 3, 8, 32 9, 11, 25

Total 27 6

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang

mengandung makna kecermatan pengukuran sehingga reliabilitas dapat diartikan

sebagai tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 2010). Reliabilitas

51

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menunjukkan sejauhmana konsistensi hasil pengukuran apabila pengukuran

dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2009). Instrumen yang

reliabel cenderung menghasilkan data yang sama dalam waktu yang berbeda.

Pengukuran reliabilitas dihitung dengan koefisien alpha cronbach. Aiken

(2002) mengatakan bahwa koefisien alpha cronbach sebesar 0,6 sampai 0,8

dikatakan cukup pada sebuah alat untuk menentukan perbedaan antar kelompok,

selama alat itu tidak dipergunakan untuk membandingkan tiap individu dengan

individu lainnya. Pembagian koefisien alpha cronbach pun dapat dibedakan

sebagai berikut (Guilford dalam Sugiyono, 2010).

Tabel 3.10. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien

Sangat Reliabel >0,900

Reliabel 0,700-0,900

Cukup Reliabel 0,400-0,700

Kurang Reliabel 0,200-0,400

Tidak Reliabel <0,200

Dengan mengacu pada kategorisasi koefisien reliabilitas alpha cronbach di

atas, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang diuji cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian

reliabilitas ketiga instrumen penelitian ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.11. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Sebelum

dilakukan Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.696 29

52

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.12. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Setelah dilakukan

Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.778 20

Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen tipe kepribadian sebelum

dilakukan seleksi item bernilai 0,696. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tipe

kepribadian cukup reliabel. Setelah dilakukan seleksi item, instrumen tipe

kepribadian mengalami peningkatan nilai alpha cronbach menjadi 0,787 dan

reliabilitasnya menjadi reliabel.

Tabel 3.13. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Sebelum

dilakukan Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.772 26

Tabel 3.14. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Setelah

dilakukan Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.803 19

Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen cognitive appraisal

sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,772, dan setelah seleksi item bernilai

0,803. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan

mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.

53

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.15. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Sebelum

dilakukan Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.783 33

Tabel 3.16. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Setelah

dilakukan Seleksi Item

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.869 27

Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen problem solving appraisal

sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,783, dan setelah seleksi item bernilai

0,869. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan

mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Pertimbangan penggunaan kuesioner sebagai

teknik pengumpulan data adalah banyaknya jumlah subjek penelitian, sehingga

digunakan kuesioner agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien.

H. Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan

hasil uji asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal

dan linear, maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik

parametrik. Namun jika hasil uji asumsi menunjukkan data tidak berdistribusi

54

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

normal atau linear maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik

nonparametrik.

1. Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS

version 20.0 for Windows dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-

Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya >

0,05. Sedangkan data berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya ≤

0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.17. Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tipe

Kepribadian

Cognitive

Appraisal

Problem

Solving

Appraisal

N 43 43 43

Normal Parametersa,b

Mean 8.2326 68.5116 104.2558

Std. Deviation 3.77231 9.31556 8.95516

Most Extreme Differences

Absolute .163 .104 .175

Positive .163 .069 .175

Negative -.108 -.104 -.149

Kolmogorov-Smirnov Z 1.069 .680 1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .204 .745 .143

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-

tailed) dari variabel Tipe Kepribadian, Cognitive Appraisal, dan Problem

Solving Appraisal masing-masing sebesar 0,204, 0,745 dan 0,143. Ketiganya

lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel

tersebut berdistribusi normal.

55

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk melihat hubungan secara linear antara

variabel tipe kepribadian dengan problem solving appraisal, tipe kepribadian

dengan cognitive appraisal, dan cognitive appraisal dengan problem solving

appraisal.

Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu

variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel lainnya dengan

membentuk garis linear. Suatu hubungan dapat dikatakan linear apabila adanya

kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua

variabel tersebut.

Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version

20.0 for Windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang

linear apabila memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Hasil perhitungan uji

linearitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.18. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Problem

Solving Appraisal

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 22.686 1 22.686 .278 .601b

Residual 3345.500 41 81.598

Total 3368.186 42

a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal

b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian

Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,601 >

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian

dengan problem solving appraisal tidak linear.

56

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.19. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Cognitive

Appraisal

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 276.998 1 276.998 3.372 .074b

Residual 3367.747 41 82.140

Total 3644.744 42

a. Dependent Variable: Cognitive Appraisal

b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian

Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,074 >

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian

dengan cognitive appraisal tidak linear.

Tabel 3.20. Hasil Uji Linearitas antara Cognitive Appraisal dengan Problem

Solving Appraisal

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1027.689 1 1027.689 18.003 .000b

Residual 2340.497 41 57.085

Total 3368.186 42

a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal

b. Predictors: (Constant), Cognitive Appraisal

Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,000 <

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara cognitive appraisal

dengan problem solving appraisal linear.

2. Uji Korelasi

Uji korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada

atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam

penelitian ini dilakukan uji korelasi untuk melihat apakah terdapat hubungan

antara variabel tipe kepribadian (independen), cognitive appraisal (mediator), dan

problem solving appraisal (dependen). Untuk data yang berdistribusi normal dan

57

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

linear digunakan uji korelasi product moment Pearson sedangkan untuk data yang

tidak berdistribusi normal dan linear maka digunakan uji korelasi rank spearman.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan linearitas, data menunjukkan distribusi

yang normal dan linear sehingga uji korelasi menggunakan uji korelasi product

moment Pearson. Uji korelasi akan dilakukan dengan menggunakan bantuan

SPSS version 20.0 for Window. Setelah nilai koefisien korelasi didapatkan, maka

untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai

berikut (Arikunto, 2010).

Tabel 3.21. Interpretasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 Sangat rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat kuat

3. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan

berlaku untuk seluruh populasi atau tidak (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini uji

signifikansi dilakukan dengan cara mengkonsultasikan angka Sig. dengan tingkat

kesalahan α = 0,05. Apabila nilai Sig. hubungan kedua variabel tersebut < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.

Tabel 3.22. Kriteria Signifikansi Variabel

Kriteria

Probabilitas > 0,05 H0 diterima

Probabilitas ≤ 0,05 H0 ditolak

58

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi

Suatu variabel dapat disebut sebagai variabel mediator apabila variabel

tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan prosedur causal steps yang

dikembangkan oleh Baron & Kenny (1986; dalam Andanawari, 2013). Dalam

pengujian causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga persamaan regresi

sebagai berikut.

a. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel

independen (X).

b. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel

independen (X).

c. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel

independen (X) dan variabel mediator (M).

Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi agar tercapainya mediasi. Pertama, variabel

independen harus signifikansi mempengaruhi variabel mediator. Kedua, variabel

independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Ketiga, variabel

mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Mediasi terjadi jika

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lebih rendah pada

persamaan ketiga dibandingkan pada persamaan kedua (Baron & Kenny, 1986;

dalam Andanawari, 2013).

Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur Uji Sobel

(Sobel Test) yang dikembangkan oleh Sobel (Andanawari, 2013). Uji Sobel

dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel

independen (X) kepada variabel dependen (Y) melalui variabel mediator (M)

(Andanawari, 2013). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan

cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M → Y (b) atau ab. Jadi koefisien

ab = (c - c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, dan c’

adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M (Andanawari,

2013). Gambaran hubungan antara variabel independen dan dependen dengan

pengaruh mediator dapat dilihat pada gambar berikut.

59

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2. Gambaran Hubungan antara Variabel Independen dan

Dependen dengan Pengaruh Mediator

Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, sementara Sab

menggambarkan besarnya standar error tidak langsung (indirect effect). Sab

dihitung dengan rumus,

Keterangan:

Sab : Standar error tidak langsung

a : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh X

terhadap M

b : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh M

terhadap Y

Sa : Standar error dari koefisien a

Sb : Standar error dari koefisien b

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, perlu dihitung nilai t

dari koefisien ab dengan rumus,

60

Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel, jika thitung lebih besar dari

nilai ttabel (+1,96) atau lebih kecil (-1,96) maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

pengaruh mediasi. Tes Sobel dapat dihitung dengan bantuan kalkulator online

yang dapat diakses di http://quantpsy.org/sobel/sobel.html dengan memasukkan

angka-angka di atas (Andanawari, 2013).