Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lapas Sukamiskin yang berlokasi di jalan A.H
Nasution No. 114 Bandung. Sejak 2012, Lapas Sukamiskin telah ditetapkan
sebagai lapas khusus tindak pidana korupsi (tipikor). Hingga Juni 2013 kemarin,
Lapas Sukamiskin Bandung telah menampung 287 narapidana korupsi. Mereka
berasal dari berbagai daerah, mulai dari DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Banten dan
Sulawesi Utara.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Populasi penelitian ini adalah narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2008). Artinya, sampel merupakan bagian dari populasi
yang dijadikan sebagai sumber data yang benar-benar mewakili keseluruhan
populasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Purpossive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangannya adalah individu yang
dipilih sebagai sampel merupakan narapidana dengan masa tahanan lebih dari dua
tahun.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu tipe kepribadian
variabel independen dan problem solving appraisal sebagai variabel dependen.
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
40
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Sugiyono, 2008). Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2008).
Selain itu terdapat satu variabel mediator, yakni cognitive appraisal.
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
(Sugiyono, 2008). Di antara ketiga variabel ini akan dicari hubungannya masing-
masing, dan variabel moderator akan diuji sejauh mana variabel tersebut
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
(lihat gambar 3.1).
Analisa data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah
statistik korelasional product moment dan uji coba model mediasi dengan metode
causal steps didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui kuesioner
pengukuran tipe kepribadian, cognitive appraisal dan problem solving appraisal.
Gambar 3.1.
Desain Penelitian
Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Problem Solving Appraisal
pada Narapidana Korupsi Lapas Sukamiskin Bandung
Tipe Kepribadian
(Variabel Independen)
Problem Solving
Appraisal
(Variabel Dependen)
Cognitive Appraisal
(Variabel Moderator)
41
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.
Metode korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu faktor atau lebih
faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2004). Dalam
penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel tipe kepribadian, cognitive appraisal, dan problem solving appraisal.
D. Definisi Operasional
1. Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan
respon-respon dan kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkan napi dalam
menghadapi trauma atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama di
lapas. Tipe kepribadian ini akan diambil dengan menggunakan instrumen tipe
kepribadian oleh Andanawari (2013) yang di adaptasi dari Eysenck Personality
Inventory (EPI).
2. Cognitive Appraisal
Cognitive appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian
yang dilakukan napi terhadap lingkungan lapas. Pengumpulan data akan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner cognitive appraisal berdasarkan teori
Lazarus, yaitu primary appraisal dan secondary appraisal. Primary appraisal
adalah penilaian napi terhadap situasi yang dihadapinya selama di lapas.
Secondary appraisal adalah penilaian napi terhadap kemampuannya dalam
mengatasi permasalahan di lapas dan sumber adekuat yang dimilikinya. Hal ini
42
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
akan digambarkan melalui instrumen cognitive appraisal yang didasarkan pada
teori cognitive appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984).
3. Problem Solving Appraisal
Problem solving appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penilaian napi terhadap kepercayaan dirinya dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan di lapas. Serta kecenderungan untuk menghindari
atau menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengontrol diri dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah di lapas. Hal ini akan digambarkan melalui instrumen
problem solving appraisal oleh Septiani (2013) yang diadaptasi dari The Problem
Solving Inventory (PSI).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket atau kuesioner
dengan menggunakan skala psikologis. Instrumen yang digunakan terdiri dari
instrumen yang mengungkap hubungan antara tipe kepribadian dengan problem
solving appraisal pada narapidana korupsi, dan instrumen cognitive appraisal
sebagai mediasi.
1. Instrumen Tipe Kepribadian
Alat ukur tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi
dari instrumen tipe kepribadian oleh Andanawari (2013), yang berdasarkan pada
Eysenck Personality Inventory (EPI). Eysenck (1963) mengembangkan sebuah
inventori untuk menentukan kecenderungan tipe kepribadian extraversion-
introversion dan neuroticism-non neuroticism. EPI terdiri dari 70 item yang
terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 28 item mengukur neuroticism-stabilitas
emosi, 31 item mengukur ekstrovert-introvert, dan 11 item sebagai lie scale.
Dalam penelitian ini, item EPI yang digunakan difokuskan pada dimensi
ekstrovert-introvert sesuai area permasalahan yang akan diteliti.
43
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Eysenck Personality Inventory (EPI)
Dimensi Sub Dimensi Indikator No Item
Pertanyaan
Jumlah
Item
Ekstrovert-
Introvert
Activity - Aktivitas fisik
- Kecepatan dalam
bergerak
1, 6, 16, 19,
20, 21, 23
7
Sociability - Kesukaan dalam
mencari teman dan
bertemu dengan
banyak orang
2, 10, 17, 24 4
Risk Taking - Keberanian
mengambil resiko
3, 18, 25 3
Impulsiveness - Kecenderungan
bertindak secara
mendadak
- Kurang
menggunakan
pertimbangan
4, 8, 9, 11,
12, 14, 22
7
Expressiveness - Pernyataan
perasaan
- Kemauan
memperlihatkan
emosi secara
terbuka
5, 27 2
Reflectiveness - Kedalaman
berpikir
13, 15, 26, 28 4
Responsibility - Rasa tanggung
jawab terhadap
tugasnya
7, 29 2
Jumlah Total Item 29
Peneliti membagikan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya. Kemudian subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan membubuhkan tanda silang (X) di bawah pilihan jawaban “Ya” atau
“Tidak”. Setiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut mengandung indikasi
sebagai berikut.
44
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. ae untuk pertanyaan affiliative extraversion
b. ne untuk pertanyaan non affiliative extraversion
Tabel 3.2. Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory (EPI)
Poin Ya Tidak
ae 1 0
ne 0 1
Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan patokan-patokan yang
telah ditentukan sebelumnya, yaitu; untuk pertanyaan ektrovert-introvert, subjek
dikatakan memiliki kecenderungan ekstrovert apabila nilai yang dicapai lebih dari
median. Sebaliknya, subjek dikatakan memiliki kecenderungan introvert apabila
nilai yang dicapai kurang, dan sama dengan nilai median.
2. Instrumen Cognitive Appraisal
Instrumen cognitive appraisal yang digunakan berdasarkan teori cognitive
appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984), yang terdiri dari primary appraisal
dan secondary appraisal. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan
konteks dan permasalahan yang akan diteliti, dan untuk penelitian ini teori yang
dipakai hanya primary appraisal.
Primary appraisal melibatkan tiga aspek, yaitu; irrelevant, benign-positive,
dan stressful (harm/loss, treat, challenge). Penilaian yang irrelevant adalah
penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas yang tidak membawa
implikasi terhadap kehidupan napi. Benign-positive akan ditafsirkan pada
penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas sebagai sesuatu yang
positif yang dapat mendukung kehidupan napi. Sedangkan stressful merupakan
penilaian napi terhadap suatu tekanan yang membuat napi merasa tertekan dan
tidak nyaman terhadap kehidupan di lapas, sehingga memunculkan perilaku stres.
Instrumen cognitive appraisal terdiri dari 26 item, yang mengukur dimensi
primary appraisal. Instrumen menggunakan skala Likert, yang merupakan metode
penskalaan yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
45
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Pada kuesioner
terdapat lima pilihan dalam menjawab setiap pernyataan. Subjek diminta untuk
memilih salah satu dari lima alternatif pilihan yang tersedia, yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Pilihan dari setiap pernyataan memiliki nilai sebagai berikut:
Tabel 3.3. Bobot Penilaian Instrumen Cognitive Appraisal
Alternatif Pilihan Item
Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Intrumen berupa kuesioner dengan rating scale. Kuesioner rating scale
yaitu sebuah pernyataan tertulis yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan (misalnya: mulai dari sangat setuju sampai ke
sangat tidak setuju) untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,
2006). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi cognitive
appraisal napi dalam menghadapi kehidupan di Lapas. Sebaliknya napi dengan
skor yang rendah, menunjukkan cognitive appraisal yang rendah.
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Cognitive Appraisal
Dimensi Sub
Dimensi
Indikator
Item Jumlah
Item Fav Unfav
Primary
Appraisal
Irrelevant Napi merasa pengalaman
atau keadaannya di lapas
sebagai sesuatu yang tidak
membawa implikasi
terhadap kehidupannya.
1, 7, 12,
18, 25, 29
- 6
Benign-
positive
Napi menafsirkan
pengalaman atau
2, 8, 13,
19, 30
5
46
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keadaannya di lapas
sebagai sesuatu yang
positif yang dapat
mendukung kehidupan
napi.
Stressful Harm/loss Napi menganggap
keberadaannya di lapas
sebagai sesuatu yang
dapat merusak
kehidupannya, dan dapat
membuatnya kehilangan
sesuatu yang berharga
atau dicintai.
- 3, 9, 14,
20, 26, 27
6
Threat Napi menganggap
keadaan di lapas sebagai
sesuatu yang dapat
mengancam dirinya.
- 4, 10, 15,
21, 22
5
Challenge Napi menganggap
pengalaman atau keadaan
di lapas sebagai suatu
tantangan yang harus
dihadapi.
5, 16, 23,
28
4
Jumlah Total Item 26
Keterangan:
Fav = Favorabel
Unfav = Unfavorabel
3. Instrumen Problem Solving Appraisal
Instrumen yang digunakan untuk mengukur problem solving appraisal
diadaptasi dari instrumen problem solving appraisal oleh Septiani (2013), yang
berdasarkan pada The Problem Solving Inventory (PSI). Heppner (1982)
mengembangkan PSI untuk mengukur kesadaran individu pada kemampuan
problem solving secara umum. PSI merupakan inventori yang menggunakan tipe
47
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
skala likert dengan sistem penyekoran dari 1 (sangat setuju) sampai dengan 5
(sangat tidak setuju). Item-item yang digunakan terdiri dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat positif dan negatif atau favorable dan unfavorable.
Tabel 3.5. Bobot Penilaian Instrumen Problem Solving Appraisal
Alternatif Pilihan Item
Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Instrumen The Problem Solving Inventory (PSI) terdiri dari 33 item, yaitu
11 item untuk mengukur problem solving confidence, 16 item untuk mengukur the
approach-avoidance style, dan 6 item untuk mengukur personal control.
Tingginya nilai PSI diartikan bahwa individu tidak yakin bahwa dirinya dapat
memecahkan permasalahan secara efektif (ineffective problem solvers) (Heppner
& Petersen, 1982).
Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Problem Solving Appraisal
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Item Favorabel Unfavorabel
1. Problem solving
cofidence
Napi percaya terhadap
kemampuannya dalam
menyelesaikan
permasalahan-
permasalahan yang
dihadapinya di Lapas
5, 6, 10, 12,
19, 20, 23,
24, 27, 28,
33
- 11
2. The Approach-
avoidance style
Napi cenderung memilih
menyelesaikan masalah
atau menghindari masalah
saat menghadapi
permasalahan di Lapas
2, 7, 13, 15,
16, 17, 18,
22, 29, 31
1, 4, 14, 21,
26, 30
16
48
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Personal control Napi percaya bahwa ia
dapat mengendalikan
emosi dan perilakunya
saat mencoba untuk
menyelesaikan
permasalahan di Lapas
3, 8, 9, 11, 25,
32
6
Jumlah Total Item 33
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan uji coba untuk
mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat
variabel yang akan diukur. Uji coba instrumen dalam penelitian ini bersifat uji
coba terpakai, yang berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali.
Data yang terkumpul akan diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas,
yang kemudian diolah lagi dengan menghilangkan item-item yang tidak valid
ataupun reliabel.
1. Uji Validitas
a. Validitas isi
Untuk uji validitas, peneliti menggunakan pengujian validitas isi (content
validity). Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-item alat ukur
mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang
hendak diukur (aspek representasi) dan sejauhmana item-item tersebut
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar,
2010).
Uji validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau dengan expert atau professional judgement. Dalam hal
ini peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di Jurusan Psikologi yaitu
Drs. MIF Baihaqi, M.Si. dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. untuk
melakukan penilaian terhadap instrumen cognitive appraisal. Setelah
dianalisis terdapat beberapa perbaikan pada beberapa item, dan penambahan
jumlah item. Instrumen yang awalnya berjumlah 27 diperbaiki dan
ditambahkan 3 item menjadi 30 item. Akan tetapi setelah dilakukan
49
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengolahan data, dimensi secondary appraisal akhirnya dihapus sehingga
tersisa 26 item. Untuk dua instrumen lainnya, yaitu tipe kepribadian dan
problem solving appraisal, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada.
b. Analisis Item
Analisis item merupakan prosedur untuk meningkatkan validitas dan
reabilitas suatu alat tes dengan cara memilih item-item yang sesuai dengan
tujuan alat tes (Crocker dan Agina dalam Septiani, 2013). Analisis item
didasarkan dari data empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap
parameter-parameter item seperti indeks kesukaran item, indeks diskriminasi
item, analisis reabilitas dan validitas alat ukur tersebut (Azwar, 2010).
Setelah melakukan mengambilan data, peneliti melakukan pemilihan
item melalui pengujian daya diskriminasi item yang akan menghendaki
dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan
distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan corrected item-total
correlation atau daya beda item (Azwar, 2010: 59). Suatu item dikatakan
layak jika memiliki koefisien korelasi r ≥ 0,30 tetapi jika jumlah item yang
lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka koefisien korelasi
dapat diturunkan dari 0,30 menjadi 0,20 (Azwar, 2010).
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian,
terdapat beberapa item yang tidak layak untuk digunakan. Item-item tersebut
kemudian tidak akan disertakan dalam proses pengolahan data. Hasil
pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
50
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.7. Hasil Pengembangan Instrumen Tipe Kepribadian
Dimensi Sub Dimensi No Item yang
Layak
No Item yang
Tidak layak
Ekstrovert dan
Introvert
Activity 1, 6, 16, 19, 21 20, 23
Sociability 2, 10 17, 24
Risk Taking 3, 18, 25 -
Impulsiveness 4, 8, 9, 14, 22 11, 12
Expressiveness 27 5
Reflectiveness 26, 28 13, 15
Responsibility 7, 29 -
Total 20 9
Tabel 3.8. Hasil Pengembangan Instrumen Cognitive Appraisal
Dimensi Sub Dimensi No Item yang
Layak
No Item yang
Tidak layak
Primary Appraisal Irrelevant 1, 7, 18, 25, 29 12
Benign-positive 2, 13 8, 19, 30
Stressful Harm/loss 3, 9, 14, 20, 26, 27 -
Threat 4, 15, 21, 22 10
Challenge 16, 28 5, 23
Total 19 7
Tabel 3.9. Hasil Pengembangan Instrumen Problem Solving Appraisal
Dimensi No Item yang
Layak
No Item yang
Tidak layak
Problem Solving Confidence 5, 6, 10, 12, 19, 20,
23, 24, 27, 28, 33
-
The Approach-avoidance Style 1, 2, 4, 7, 13, 14, 15,
16, 18, 21, 22, 30,
31
17, 26, 29
Personal Control 3, 8, 32 9, 11, 25
Total 27 6
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran sehingga reliabilitas dapat diartikan
sebagai tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 2010). Reliabilitas
51
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menunjukkan sejauhmana konsistensi hasil pengukuran apabila pengukuran
dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2009). Instrumen yang
reliabel cenderung menghasilkan data yang sama dalam waktu yang berbeda.
Pengukuran reliabilitas dihitung dengan koefisien alpha cronbach. Aiken
(2002) mengatakan bahwa koefisien alpha cronbach sebesar 0,6 sampai 0,8
dikatakan cukup pada sebuah alat untuk menentukan perbedaan antar kelompok,
selama alat itu tidak dipergunakan untuk membandingkan tiap individu dengan
individu lainnya. Pembagian koefisien alpha cronbach pun dapat dibedakan
sebagai berikut (Guilford dalam Sugiyono, 2010).
Tabel 3.10. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Sangat Reliabel >0,900
Reliabel 0,700-0,900
Cukup Reliabel 0,400-0,700
Kurang Reliabel 0,200-0,400
Tidak Reliabel <0,200
Dengan mengacu pada kategorisasi koefisien reliabilitas alpha cronbach di
atas, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang diuji cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian
reliabilitas ketiga instrumen penelitian ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.11. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Sebelum
dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.696 29
52
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.12. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Setelah dilakukan
Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.778 20
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen tipe kepribadian sebelum
dilakukan seleksi item bernilai 0,696. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tipe
kepribadian cukup reliabel. Setelah dilakukan seleksi item, instrumen tipe
kepribadian mengalami peningkatan nilai alpha cronbach menjadi 0,787 dan
reliabilitasnya menjadi reliabel.
Tabel 3.13. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Sebelum
dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.772 26
Tabel 3.14. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Setelah
dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.803 19
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen cognitive appraisal
sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,772, dan setelah seleksi item bernilai
0,803. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan
mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.
53
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.15. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Sebelum
dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.783 33
Tabel 3.16. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Setelah
dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.869 27
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen problem solving appraisal
sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,783, dan setelah seleksi item bernilai
0,869. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan
mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Pertimbangan penggunaan kuesioner sebagai
teknik pengumpulan data adalah banyaknya jumlah subjek penelitian, sehingga
digunakan kuesioner agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien.
H. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan
hasil uji asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
dan linear, maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik
parametrik. Namun jika hasil uji asumsi menunjukkan data tidak berdistribusi
54
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
normal atau linear maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik
nonparametrik.
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS
version 20.0 for Windows dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya >
0,05. Sedangkan data berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya ≤
0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.17. Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tipe
Kepribadian
Cognitive
Appraisal
Problem
Solving
Appraisal
N 43 43 43
Normal Parametersa,b
Mean 8.2326 68.5116 104.2558
Std. Deviation 3.77231 9.31556 8.95516
Most Extreme Differences
Absolute .163 .104 .175
Positive .163 .069 .175
Negative -.108 -.104 -.149
Kolmogorov-Smirnov Z 1.069 .680 1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .204 .745 .143
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-
tailed) dari variabel Tipe Kepribadian, Cognitive Appraisal, dan Problem
Solving Appraisal masing-masing sebesar 0,204, 0,745 dan 0,143. Ketiganya
lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel
tersebut berdistribusi normal.
55
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk melihat hubungan secara linear antara
variabel tipe kepribadian dengan problem solving appraisal, tipe kepribadian
dengan cognitive appraisal, dan cognitive appraisal dengan problem solving
appraisal.
Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu
variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel lainnya dengan
membentuk garis linear. Suatu hubungan dapat dikatakan linear apabila adanya
kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua
variabel tersebut.
Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version
20.0 for Windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang
linear apabila memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Hasil perhitungan uji
linearitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.18. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Problem
Solving Appraisal
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 22.686 1 22.686 .278 .601b
Residual 3345.500 41 81.598
Total 3368.186 42
a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal
b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,601 >
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian
dengan problem solving appraisal tidak linear.
56
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.19. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Cognitive
Appraisal
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 276.998 1 276.998 3.372 .074b
Residual 3367.747 41 82.140
Total 3644.744 42
a. Dependent Variable: Cognitive Appraisal
b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,074 >
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian
dengan cognitive appraisal tidak linear.
Tabel 3.20. Hasil Uji Linearitas antara Cognitive Appraisal dengan Problem
Solving Appraisal
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1027.689 1 1027.689 18.003 .000b
Residual 2340.497 41 57.085
Total 3368.186 42
a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal
b. Predictors: (Constant), Cognitive Appraisal
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,000 <
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara cognitive appraisal
dengan problem solving appraisal linear.
2. Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada
atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam
penelitian ini dilakukan uji korelasi untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara variabel tipe kepribadian (independen), cognitive appraisal (mediator), dan
problem solving appraisal (dependen). Untuk data yang berdistribusi normal dan
57
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
linear digunakan uji korelasi product moment Pearson sedangkan untuk data yang
tidak berdistribusi normal dan linear maka digunakan uji korelasi rank spearman.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan linearitas, data menunjukkan distribusi
yang normal dan linear sehingga uji korelasi menggunakan uji korelasi product
moment Pearson. Uji korelasi akan dilakukan dengan menggunakan bantuan
SPSS version 20.0 for Window. Setelah nilai koefisien korelasi didapatkan, maka
untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai
berikut (Arikunto, 2010).
Tabel 3.21. Interpretasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat
3. Uji Signifikansi
Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan
berlaku untuk seluruh populasi atau tidak (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini uji
signifikansi dilakukan dengan cara mengkonsultasikan angka Sig. dengan tingkat
kesalahan α = 0,05. Apabila nilai Sig. hubungan kedua variabel tersebut < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.
Tabel 3.22. Kriteria Signifikansi Variabel
Kriteria
Probabilitas > 0,05 H0 diterima
Probabilitas ≤ 0,05 H0 ditolak
58
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi
Suatu variabel dapat disebut sebagai variabel mediator apabila variabel
tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan prosedur causal steps yang
dikembangkan oleh Baron & Kenny (1986; dalam Andanawari, 2013). Dalam
pengujian causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga persamaan regresi
sebagai berikut.
a. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel
independen (X).
b. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel
independen (X).
c. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel
independen (X) dan variabel mediator (M).
Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi agar tercapainya mediasi. Pertama, variabel
independen harus signifikansi mempengaruhi variabel mediator. Kedua, variabel
independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Ketiga, variabel
mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Mediasi terjadi jika
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lebih rendah pada
persamaan ketiga dibandingkan pada persamaan kedua (Baron & Kenny, 1986;
dalam Andanawari, 2013).
Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur Uji Sobel
(Sobel Test) yang dikembangkan oleh Sobel (Andanawari, 2013). Uji Sobel
dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel
independen (X) kepada variabel dependen (Y) melalui variabel mediator (M)
(Andanawari, 2013). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan
cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M → Y (b) atau ab. Jadi koefisien
ab = (c - c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, dan c’
adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M (Andanawari,
2013). Gambaran hubungan antara variabel independen dan dependen dengan
pengaruh mediator dapat dilihat pada gambar berikut.
59
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.2. Gambaran Hubungan antara Variabel Independen dan
Dependen dengan Pengaruh Mediator
Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, sementara Sab
menggambarkan besarnya standar error tidak langsung (indirect effect). Sab
dihitung dengan rumus,
√
Keterangan:
Sab : Standar error tidak langsung
a : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh X
terhadap M
b : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh M
terhadap Y
Sa : Standar error dari koefisien a
Sb : Standar error dari koefisien b
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, perlu dihitung nilai t
dari koefisien ab dengan rumus,
60
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Pada Narapidana Korupsi (Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel, jika thitung lebih besar dari
nilai ttabel (+1,96) atau lebih kecil (-1,96) maka dapat disimpulkan bahwa terjadi
pengaruh mediasi. Tes Sobel dapat dihitung dengan bantuan kalkulator online
yang dapat diakses di http://quantpsy.org/sobel/sobel.html dengan memasukkan
angka-angka di atas (Andanawari, 2013).
Top Related