Tingkatan KEWALIAN

28
HIERARKI KEWALIAN Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut : Wali Aqthab atau Wali Quthub. Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan. Wali Aimmah. Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat. Wali Autad Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Ka’bah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid. Wali Abdal . Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-

Transcript of Tingkatan KEWALIAN

Page 1: Tingkatan  KEWALIAN

HIERARKI KEWALIAN Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :

Wali Aqthab atau Wali Quthub.Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.

Wali Aimmah.Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

Wali AutadJumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Ka’bah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.

Wali Abdal.Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

Wali Nuqoba’.Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.

Wali Nujaba’.Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.

Page 2: Tingkatan  KEWALIAN

Wali Hawariyyun.Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

Wali RajabiyyunDinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.

Wali Rijalul Ghoib.Rijalul Ghoib adalah sekelompok kaum laki - laki dari golongan para Auliya Allah yang saling mengenal dalam organisasi Kewalian Allah s.w.t yang dengan sengaja dighoibkan dari kehidupan duniawai. Mereka para Rijal al - Ghoib, merupakan khalifah - khalifah ghoib yang ditugaskan oleh Allah s.w.t untuk menghunuskan pedang - pedang mereka dibalik gunung Qaaf dan gunung Nuuan demi menjaga manusia dari segala tindak tanduk kejahatan para gerombolan bangsa jin dan bangsa syetan.Dalam setiap zaman Kewalian hanya terdapat 70 orang Rijal al - Ghoib, yang tersebar di 70 negara - negara Islam didunia. Umumnya mereka terlahir dari golongan keluarga miskin harta, kaya iman dan cerdas akan pengetahuan. Badan mereka kurus karena selalu berpuasa, suara mereka serak karena selalu berdzikir, mata mereka cekung karena selalu menangis didalam Tahajjud pada setiap malam hari dan keberanian mereka mampu mengguncangkan seisi bumi. Mereka para Rijal al - Ghoib sangatlah membenci permusuhan dan peperangan didunia nyata dan mencintai perdamaian dialam ghoib. Mereka menjadi hakim yang adil bagi bangsa jin dan menjadi hukum yang keras bagi bangsa syetan. Dan tidaklah keluar dari mulut mereka, melainkan segala ilmu pengetahuan tentang hal - hal yang ghoib dibumi dan dilangit.Setiap 10 orang Rijal al - Ghoib akan dipimpin oleh seorang Wali Autad, dan setiap seorang Rijal al - Ghoib akan memimpin 10 orang Ahli al - Ghoib. Lalu, siapakah Ahli al - Ghoib / Ahlul Ghoib tersebut ? Ahlul Ghoib adalah sekolompok kaum laki - laki dan sebagiannya perempuan dari golongan para orang - orang Khusus yang tidak saling mengenal dalam organisasi Kewalian Allah s.w.t yang dengan tidak sengaja dimasukkan kedalam kehidupan dialam ghoib duniawi. Selain Rijalul Ghoib dan Ahlul Ghoib, masih ada lagi para kekasih Allah s.w.t yang memperoleh gelar al - Ghoib lainnya. Mereka

Page 3: Tingkatan  KEWALIAN

adalah para Wali al - Ghoib (Wali Aimmah al - Ghoib / Wakil Wali Quthub yang ke - 2), Mir'atul Ghoib dan Hizbul GhoibSulthonul Auliya Syaikh Muhiyuddin Abdul Qodir al - Jailani al - Baghdadi r.a pernah berkata dihadapan para majelisnya : "Mereka (Rijalul Ghoib) yang berada dibalik gunung Qaaf dan gunung Nuuan selalu menapakkan kaki mereka diatas puncak duniawi, hati mereka berada dihadapan al - Qudduus, jubah mereka terbakarkan akan api - api iman dan mereka selalu mengenakan mahkota dari bara - bara cinta kerinduan mereka kepada Allah s.w.t ."

Syaikh Ahmad ar - Rifa'i r.a pernah berkata kepada para sahabatnya : "Tidaklah kalian melihatku (Wali Aimmah al - Ghoib) dan saudara - saudaraku (para Rijal al - Ghoib) dibalik gunung Qaaf dan gunung Nuuan berada didekat al - Qudduus dan duduk dikursi ash - Shidhiq, melainkan karena kesabaran kami akan segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah s.w.t ."

Sulthonul Auliya Syaikh Abu Hasan asy - Syadzili r.a pernah berkata kepada para keluarganya : "Tidaklah seorang Quthub (Wali Quthub), kecuali ia adalah mantan seorang Rijal al - Ghoib dan Rijalullaah (Wali Abdal) yang ditinggikan oleh Allah s.w.t Maqamnya. Dan aku lah salah satu bagian dari mereka."

Sulthonul Auliya Syaikh Makruf al - Kharqi r.a pernah berkata kepada para sahabatnya : "Tidaklah kalian datang berziarah kepadaku, melainkan aku sedang berada didalam majelis dzikir bersama mereka (Rijalul Ghoib)."

Wali Khatam.Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd,saw.

Ragam Para Wali

Para Syeikh Sufi membagi macam para Wali Allah dengan berbagai versi, termasuk derajat masing-masing di hadapan Allah Ta’ala. Dalam kitab Al-Mafakhirul Aliyah fi al-Ma’atsir asy-Syadzilyah disebutkan ketika membahas soal Wali Quthub. Syeikh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala menceritakan: “Saya sedang duduk di hadapan guruku, lalu terlintas untuk menanyakan tentang Wali Quthub. “Apa makna Quthub itu wahai tuanku?” Lalu beliau menjawab, “Quthub itu banyak. Setiap muqaddam atau pemuka sufi bisa disebut sebagai Quthub-nya.

Sedangkan al-Quthubul Ghauts al-Fard al-Jami’ itu hanya satu. Artinya bahwa Wali Nuqaba’ itu jumlahnya 300. Mereka itu telah lepas dari rekadaya nafsu, dan mereka memiliki 10 amaliyah: empat amaliyah bersifat lahiriyah, dan enam amaliyah bersifat bathiniyah. Empat amaliyah lahiriyah itu antara lain:

1) Ibadah yang banyak, 2) Melakukan zuhud hakiki, 3) Menekan hasrat diri, 4) Mujahadah dengan maksimal. Sedangkan lelaku batinnya: 1) Taubat, 2) Inabat, 3)

Page 4: Tingkatan  KEWALIAN

Muhasabah, 4) Muhasabah 5) Merakit dalam Allah, 6) Riyadlah. Di antara 300 Wali ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.

Sedangkan Wali Nujaba’ jumlahnya 40 Wali. Ada yang mengatakan 70 Wali. Tugas mereka adalah memikul beban-beban kesulitan manusia. Karena itu yang diperjuangkan adalah hak orang lain (bukan dirinya sendiri). Mereka memiliki delapan amaliyah: empat bersifat batiniyah, dan empat lagi bersifat lahiriyah: Yang bersifat lahiriyah adalah 1) Futuwwah (peduli sepenuhnya pada hak orang lain), 2) Tawadlu’, 3) Menjaga Adab (dengan Allah dan sesama) dan 4) Ibadah secara maksimal. Sedangkan secara Batiniyah, 1) Sabar, 2) Ridla, 3) Syukur), 4) Malu.

Adapun Wali Abdal berjumlah 7 orang. Mereka disebut sebagai kalangan paripurna, istiqamah dan memelihara keseimbangan kehambaan. Mereka telah lepas dari imajinasi dan khayalan, dan mereka memiliki delapan amaliyah lahir dan batin. Yang bersifat lahiriyah: 1) Diam, 2) Terjaga dari tidur, 3) Lapar dan 4) ‘Uzlah. Dari masing-masing empat amaliyah lahiriyah ini juga terbagi menjadi empat pula: Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah:Pertama, diam, secara lahiriyah diam dari bicara, kecuali hanya berdzikir kepada Allah Ta’ala. Sedangkan Batinnya, adalah diam batinnya dari seluruh rincian keragaman dan berita-berita batin. Kedua, terjaga dari tidur secara lahiriyah, batinnya terjaga dari kealpaan dari dzikrullah. Ketiga, lapar, terbagi dua. Laparnya kalangan Abrar, karena kesempurnaan penempuhan menuju Allah, dan laparnya kalangan Muqarrabun karena penuh dengan hidangan anugerah sukacita Ilahiyah (uns). Keempat, ‘uzlah, secara lahiriyah tidak berada di tengah keramaian, secara batiniyah meninggalkan rasa suka cita bersama banyak orang, karena suka cita hanya bersama Allah.

Amaliyah Batiniyah kalangan Abdal, juga ada empat prinsipal: 1) Tajrid (hanya semata bersama Allah), 2) Tafrid (yang ada hanya Allah), 3) Al-Jam’u (berada dalam Kesatuan Allah, 3) Tauhid.

Ragam lain dari para Wali ada yang disebut dengan Dua Imam (Imamani), yaitu dua pribadi, salah satu ada di sisi kanan Quthub dan sisi lain ada di sisi kirinya. Yang ada di sisi kanan senantiasa memandang alam Malakut (alam batin) -- dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri --, sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak). Sosok di kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir. Yang bersifat Lahiriyah adalah: Zuhud, Wara’, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Sedangkan yang bersifat Batiniyah: Kejujuran hati, Ikhlas, Memelihara Malu dan Muraqabah.

Wali lain disebut dengan al-Ghauts, yaitu seorang tokoh agung dan tuan mulia, di mana seluruh ummat manusia sangat membutuhkan pertolongannya, terutama untuk menjelaskan rahasia hakikat-hakikat Ilahiyah. Mereka juga memohon doa kepada al-Ghauts, sebab al-Ghauts sangat diijabahi doanya. Jika ia bersumpah langsung terjadi sumpahnya, seperti Uwais al-Qarni di zaman Rasul SAW. Dan seorang Quthub tidak bisa disebut Quthub manakala tidak memiliki sifat dan predikat integral dari para Wali.

Page 5: Tingkatan  KEWALIAN

Al-Umana’, juga ragam Wali adalah kalangan Malamatiyah, yaitu mereka yang menyembunyikan dunia batinnya, dan tidak tampak sama sekali di dunia lahiriyahnya. Biasanya kaum Umana’ memiliki pengikut Ahlul Futuwwah, yaitu mereka yang sangat peduli pada kemanusiaan.Al-Afraad, yaitu Wali yang sangat spesial, di luar pandangan dunia Quthub.

Para Quthub senantiasa bicara dengan Akal Akbar, dengan Ruh Cahaya-cahaya (Ruhul Anwar), dengan Pena yang luhur (Al-Qalamul A’la), dengan Kesucian yang sangat indah (Al-Qudsul Al-Abha), dengan Asma yang Agung (Ismul A’dzam), dengan Kibritul Ahmar (ibarat Berlian Merah), dengan Yaqut yang mememancarkan cahaya ruhani, dengan Asma’-asma, huruf-huruf dan lingkaran-lingkaran Asma huruf. Dia bicara dengan cahaya matahati di atas rahasia terdalam di lubuk rahasianya. Ia seorang yang alim dengan pengetahuan lahiriah dan batiniyah dengan kedalaman makna yang dahsyat, baik dalam tafsir, hadits, fiqih, ushul, bahasa, hikmah dan etika. Sebuah ilustrasi yang digambarkan pada Sulthanul Aulioya Syeikhul Quthub Abul Hasan Asy-Syadzily – semoga Allah senantiasa meridhoi .

Kedudukan spiritual Wali terdiri dari tingkatan-tingkatan dari yang tertinggi hingga yang terendah. Masing-masing derajat ini sesuai dengan tingkatan realisasinya. Tetapi ada beberapa pandangan tentang maqam atau kedudukan kewalian yang berbeda-beda, dan berikut ini beberapa di antaranya.

Menurut Syekh Hakim Al-Tirmidhi, ada lima kategori umum Wali: al-budala, Wali-wali pengganti, yang berada pada derajat kedekatan; al-akhyar orang-orang pilihan, manusia yang memilih Allah dan karenanya Allah pun memilih mereka; al-abrar, “orang-orang baik,” mereka adalah orang-orang yang amalnya bebas dari segala sesuatu selain Allah; al-muhadditsin, orang yang dijaga dengan kebenaran oleh Allah; dan khatam al-auliya, penutup para Wali. Kedudukannya berada di atas semua kedudukan Wali.

Menurut Syekh Husain Kamal, jumlah golongan Wali dalam tradisi Tarekat Chistiyyah disebutkan ada 1 Qutb al-Auliya, 70 Wali Nujaba, 300 Wali Nuqaba, 500 Wali Akhyar, 25 Wali Abrar, 4 Wali Autad, dan 40 Wali Abdal.

Menurut Al-Hujwiri, berdasarkan keterangan para Sufi ahli kasyaf, ada satu Wali Quthub, tiga orang (atau 12 orang menurut Ibnu ‘Arabi) Wali Nuqaba, empat orang Wali Autad, empat puluh (atau 7 menurutIbnu ‘Arabi) orang Wali Abdal, tiga ratus orang Wali Akhyar, dan empat ribu Wali yang tersembunyi, atau Rijal al-ghaib.

Syekh Al-Akbar Ibnu ‘Arabi bahkan “memetakan” struktur kedudukan Wali ini dalam kitab Futuhat Al-Makiyyah. Menurutnya ada 84 kategori Wali, dan 35 di antaranya memiliki batas pada masa tertentu. Keterangan Wali dari Ibnu ‘Arabi ini juga dikutip oleh Syekh Yusuf An-Nabhani dalam kitab Jami’ Karamah Al-Auliya.

Page 6: Tingkatan  KEWALIAN

Dalam ajaran Muhyiddin Ibn ‘Arabi ini, dan sufi-sufi lainnya, Wali yang tertinggi dinamakan Quthub atau Poros Alam. Ia kadang juga dinamakan Ghauts (Penolong) atau Sulthan Al-Auliya (Raja Para Wali). Tetapi sebagian membedakan antara Sulthan Al-Auliya dengan Quthub. Menurut pandangan ini, semua Sulthan Al-Auliya adalah Quthub, tetapi tidak semua Qutb adalah Sulthan Al-Auliya. Kadang dinamakan Quthub Al-Aqtab, atau Quthubnya Quthub. Kadang-kadang dikatakan Quthub memiliki dua wakil, yakni dinamakan Wali Aimmah. Salah satu Wali Aimah yakni “Imam Kanan” hanya mengetahui alam malakut (alam kekuasaan, alam gaib), dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri. Yang satunya, “Imam Kiri” hanya mengetahui alam mulk (alam kerajaan, alam dunia jasmani). Sosok di kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir. Yang bersifat Lahiriyah adalah: Zuhud, Wara’, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Sedangkan yang bersifat Batiniyah: Kejujuran hati, Ikhlas, Memelihara Malu dan Muraqabah.

Quthub adalah pusat daya-daya spiritual. Ia mengumpulkan semua maqam. Ia adalah Quthub semesta lahiriah maupun semesta batiniah, yang semuanya berputar di sekelilingnya, seperti Ka’bah yang menjadi sumbu perputaran dalam thawaf. Kadang-kadang Quthub diberi kekuasaan eksternal (politik) atas seluruh umat. Empat khalifah pertama pasca Nabi adalah Quthub, yang memiliki kekuasaan politik. Tetapi kebanyakan Quthub adalah penguasa ruhani, dan tidak memiliki kekuasaan politik. Abu Yazid Al-Busthami dan Maulana Rumi adalah contoh dari jenis Wali ini. Mayoritas Wali Quthub tidak memiliki kekuasaan eksternal.

Dalam setiap zaman hanya ada satu Quthub, di mana semua Wali berputar di sekelilingnya, dan pandangan ini hampir disepakati, seperti dijelaskan oleh Hakim Al-Tirmidhi, Syekh Al-Akbar Ibnu ‘Arabi dan Al-Hujwiri. Meski sudah menjadi kesepakatan hanya ada satu Quthub di setiap zaman, namun dalam kenyataan sejarah kita kerap menjumpai kabar bahwa ada lebih dari satu Syekh Sufi yang hidup dalam kurun waktu yang sama, atau berdekatan, tetapi dianggap sebagai Quthub. Juga dalam setiap tarekat, sering kali muncul klaim bahwa pendiri tarekat, yang sama-sama hidup dalam kurun waktu yang relatif sama, atau beberapa mursyid penerusnya menempati kedudukan Maqam Quthub. Bahkan di masa sekarang pun terdapat beberapa kabar ada Wali Quthub lebih dari satu yang berada di beberapa tempat.

Barangkali Quthub yang dimaksud di sini adalah seperti yang disinggung oleh Syekh Al-Akbar Ibnu ‘Arabi, yakni Quthub untuk maqam spiritual tertentu. Karenanya, dalam maqam tawakal, misalnya, terdapat satu Quthub, tempat manifestasi tertinggi dari maqam spiritual tertentu pada zamannya. Ibnu ‘Arabi sendiri, misalnya, dikenal sebagai Sulthan Al-’Arifin (Quthub atau Rajanya Orang Berpengetahuan), sedangkan Maulana Rumi adalah Sulthan Al-Muhibbin (Quthub atau Rajanya Para Pencinta). Kebanyakan Quthub tersembunyi, atau hanya dikenal oleh Wali tertentu, dan hanya sebagian kecil Quthub atau Sulthan Al-Auliya yang masyhur dan dikenal banyak orang awam. Kadang-kadang Quthub baru dikenal banyak orang setelah dia meninggal dunia. Kadang-kadang Quthub terang-terangan menyatakan diri sebagai Quthub kepada murid

Page 7: Tingkatan  KEWALIAN

tertentu, atau “ketahuan” sebagai Quthub oleh murid tertentu. Misalnya, Kiai Kholil dari Bangkalan, Madura, pernah mengaku secara terus-terang kepada Kiai Ridwan bahwa dirinya adalah Quthub, namun ia berpesan agar kedudukan ini tidak disebarluaskan ke khalayak umum sebelum dirinya meninggal. Hal yang sama juga terjadi dalam kasus Kiai As’ad Syamsul Arifin dari Situbondo. Dalam kasus ini kedudukannya “ketahuan” oleh salah seorang muridnya setelah sang murid bertemu dengan seorang Wali Allah di Mekkah yang menyuruhnya membacakan ayat tertentu (Surah An-Nisa: 41) kepada Kiai As’ad. Ayat ini membuat Kiai menangis selama hampir sejam, dan terbukalah kedudukan sesungguhnya dari Kiai As’ad. Tetapi beliau juga berpesan agar rahasia ini tidak diungkapkan sebelum dirinya meninggal.

Wali Quthub juga kadang disetarakan dengan kaum Afrad, yakni orang-orang yang menyendiri, yang dikuasai oleh Asma Al-Fard, Yang Mahaunik. Kedudukan spiritual kaum Afrad ini tidak diketahui, dan karenanya mereka sering disalahpahami. Mereka menerima pengetahuan dari Allah yang hanya dikhususkan untuk mereka sendiri, tidak untuk orang lain. Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib, misalnya, menyatakan bahwa dirinya punya pengetahuan khusus di dadanya tetapi ia tidak bisa menemukan satu orang pun yang mampu menerima ilmu itu. Bahkan jika ilmu itu diungkap sembarangan, akan menyebabkan “Lehernya Dipenggal” karena akan dituduh kafir. Afrad pada awal-awal zaman Islam selain Sayiddina Ali adalah Ibnu Abbas, Umar Ibnu Khattab dan Imam Ahmad bin Hambal. Sedangkan afrad di antara tokoh Tasawuf termasyhur adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Su’ud Ibnu Al-Shibli dan Muhammad Ibnu Qa’id Al-Awani. Kebanyakan Wali Afrad telah dimasukkan ke “Tenda Misteri” (suradiqat al-ghaib) dan tersembunyi di balik perilaku biasa.

Sebagian Afrad, ketika hadir di tengah orang, tidak diperhatikan, dan ketika mereka pergi pun tidak ada yang memperhatikannya. Karamah mereka juga tak kelihatan. Afrad adalah tingkat tertinggi dalam kelompok Wali yang dinamakan malamatiyya, yakni orang yang “mencela diri sendiri”. Kelompok ini tidak menyembunyikan kejelekan mereka tetapi juga tidak menampakkan kebaikan mereka demi menjaga keikhlasan ubudiyyahnya. Rumusan doa mereka yang terus-menerus dibaca adalah la hawla wala quwwata illa billahi, “tiada daya dan kekuatan kecuali melalui Allah.” Sebagai sebuah gerakan, malamatiyya didirikan oleh Sufi Hamdun Al-Qashar dari Naisyapur, Khurasan.

Sebagian Afrad lainnya amat terkenal, seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, karena mereka diwajibkan oleh Allah untuk mengenakan atribut kepemimpinan dan memainkan peran pengaturan (tadbir). Wali Afrad, sebagaimana Wali-wali lain, juga dikenal doanya yang amat manjur. Ada kisah menarik dalam soal ini. Syekh Abu Abdallah Al-Sharafi, yang dianggap Afrad oleh Ibnu ‘Arabi, sering menghilang setiap musim haji karena dia secara ajaib dipindahkan ke Mekkah. Jika orang-orang mengetahui keberadaannya, orang-orang itu akan mendekatinya, lalu mengeraskan bacaan doanya agar diamini oleh Syekh itu.

Wali-wali di bawah Quthub, seperti Autad, Abdal Nujaba, Nuqaba, dan sebagainya mempunyai fungsi tertentu dalam tata keseimbangan kosmos. Sebagian keadaan Wali yang tidak semua tampak (Rijal al-ghaib) adalah ganjil dan muncul dalam batas atau

Page 8: Tingkatan  KEWALIAN

wilayah tertentu. Dalam percakapan dengan seorang Wali Allah, penulis mendapat informasi ada 300 jenis kelakuan Wali yang berbeda-beda, dan sebagian ganjil. Sayang beliau hanya menyebut satu contoh Wali yang sehari-harinya biasa jungkir-balik.

Misalnya, ada Wali yang gampang iba, Wali Awwahun, yang mengikuti teladan Nabi Ibrahim. Juga ada Wali yang tinggal di gunung-gunung, atau di dalam air, yakni Wali dari golongan Rijal al-ma’, orang yang beribadah di dasar laut dan sungai. Wali jenis ini pernah ditemui oleh Sufi Abu Su’ud Ibnu Sybli. Dalam kesempatan berbincang ringan sembari merokok dan minum kopi dengan seorang Wali Allah, penulis mencoba mengetahui apakah ada Wali penguasa air atau gunung di Indonesia. Beliau menjawab ada. Dan ada banyak Wali jenis ini, salah satunya di Sungai Bengawan Solo. Di Gunung Gede, Bogor, menurutnya ada satu rijal al-ghaib. Juga di Gunung Lawu, dan di beberapa gunung lain. Tetapi dalam kasus ini menurut beliau hakikatnya hanya bisa diketahui oleh Wali yang berkedudukan tinggi. Sebab, bagi orang awam amat adalah sulit, jika tidak boleh dikatakan mustahil, untuk membedakan antara rijal al-ghaib yang suci dengan pertapa biasa, bangsa jin (baik saleh atau kafir) dan makhluk ruhaniah lainnya.

Juga ada Wali yang hanya muncul pada bulan Rajab, yakni kaum Rajabiyyun yang berjumlah 40 orang. Ini adalah Wali yang unik dan hanya sedikit Wali yang mengenalnya. Mereka dinamakan Rajabiyyun karena ia mengalami ahwal spiritual pada bulan Rajab. Deskripsi keadaan Wali unik ini ada dalam Kitab Jami’ Karamat: “Di hari pertama bulan Rajab, seorang Rajabiyyun akan merasa amat berat seperti memikul langit, sehingga ia tak bisa bergerak dan bahkan tak bisa berkedip. Ia hanya bisa berbaring saja … Keadaan ini berkurang sedikit demi sedikit pada hari kedua dan ketiga Rajab. Lalu ia mengalami mukasyafah, tajaliiyat dan hal-hal gaib tersibak di hadapannya. Ia baru bisa bicara setelah akhir bulan. Keadaan Rajabiyyun ini aneh dan tidak diketahui sebabnya, dan hanya terjadi di bulan Rajab.”

Empat Wali Autad masing-masing menguasai empat penjuru angin, dilihat dari Ka’bah. Sebagian dari mereka adalah perempuan. Masing-masing punya gelar, yakni: Abdul Hayyi, Abdul ‘Alim, Abdul Qadir, dan Abdul Murid. Menurut Ibnu ‘Arabi, autad primordial dipegang oleh empat nabi, yakni Idris, Isa, Ilyas dan Khidir. Salah satu dari keempat nabi ini adalah Kutub. Salah satunya adalah tiang dari Rumah Agama, yang berhubungan hajar aswad di Ka’bah. Dua lainnya adalah Imam. Keempatnya bergabung menjadi pilar-pilar (autad) dunia. Melalui merekalah Allah melindungi dan memelihara kewalian, kenabian dan risalah wahyu, serta kemurnian agama (din). Yang menarik di sini adalah keempat nabi itu diyakini masih hidup, dalam arti belum meninggal secara fisik. Idris dan Isa diangkat oleh Allah ke surga, sedangkan Ilyas dan Khidir masih berada di bumi tetapi tersembunyi dan hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Idris berada di posisi tengah tujuh planet dan menempati maqam Quthub dunia. Dua Imam adalah Isa dan Ilyas. Dan Khidir adalah autad keempat yang berkaitan dengan Ka’bah.

Wali abdal (jamak: badal) memiliki wilayah tersendiri. Masing-masing Wali mengikuti jejak salah satu Nabi: Ibrahim, Musa, Harun, Idris, Yusuf, Isa, dan Adam. Mereka dinamakan badal karena jika salah satu dari mereka sudah tidak ada, akan ada penggantinya. Menurut Abu Thalib Al-Makki, mereka mencapai kedudukan ini dengan

Page 9: Tingkatan  KEWALIAN

empat hal: puasa, bangun malam, diam dan uzlah. Mereka umumnya tersembunyi dari orang awam dan Wali. Ketika keberadaan mereka di suatu tempat diketahui oleh orang lain, biasanya mereka akan pergi dari tempat itu. Dua belas Wali Nuqaba mengetahui khasiat dari 12 zodiak. Wali Nuqaba ini juga memiliki kemampuan melihat setan atau iblis yang bersembunyi dalam jiwa manusia beserta tipu daya mereka—bahkan dijelaskan, “… ketika mereka melihat jejak kaki seseorang di pasir, mereka langsung tahu apakah orang itu adalah orang yang terpilih (selamat) atau orang yang terkutuk.”

Wali-wali lain yang jumlahnya banyak sekali memiliki fungsi dan ciri khas tersendiri yang hanya diketahui oleh sesama Wali. Mereka mengemban peran yang mengungkapkan tajalli Tuhan, yang kadang melampaui kategori kewalian. Dan karenanya kita sering mendengar ada satu Wali yang sekaligus menempati beberapa kedudukan, seperti telah kita singgung di atas. Karena peliknya masalah ini, maka tak heran jika para sufi selalu menekankan kehati-hatian dengan ungkapan "hanya wali yg mengenal wali" dan biasanya seorang wali cenderung diam jika ditanyai perihal kewalian. Kalaupun kemudian beberapa sufi menjabarkan keterangan tentang wali yang bahkan mendetail seperti Ibn Arabi, biasanya tulisan itu lahir lantaran ilham, bukan karena keinginan pribadi mereka. Bahkan dalam tulisannya ttg wali, Syekh Akbar Ibn Arabi juga banyak merahasiakan beberapa hal ttg beberapa kedudukan wali yang telah disebutkannya dalam Futuhat.

Wallahu a'lam bis shawab.

Tingkatan para wali dapat dibahagikan kepada beberapa tingkatan sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing di sisi Allah swt. Di antara mereka ada yang terbatas jumlahnya di setiap masanya, tetapi ada pula yang tidak terbatas jumlahnya Sehubungan dengan hal ini, Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi memberikan penjelasan tentang tingkatan dan pembahagian para wali seperti yang diterangkan dalam kitabnya FUTUHATUL MAKKIYAH pada bab ke tujuh puluh tiga yang diringkas oleh Syeikh Al Manawi dalam mukaddimah Thabaqat Sughrahnya sebagai berikut:

PEMBAHAGIAN WALI-WALI ALLAH

1. Al-Aqtab

Al Aqtab berasal dari kata tunggal Al Qutub yang mempunyai arti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah derajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai derajat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap masanya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang mempunyai kedudukan di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai darjat tinggi, seperti para Khulafa’ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.

2. Al-A immah

Page 10: Tingkatan  KEWALIAN

Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai arti pemimpin. Setiap masanya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai derajat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertumpu ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat saja.

3. Al-Autad

Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang mempunyai arti pasak. Yang memperoleh derajat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap masanya. Kami menjumpai seorang di antara mereka dikota Fez di Morocco. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelusuk bumi.

4. Al-Abdal

Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai arti menggantikan. Yang memperoleh derajat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

5. An-Nuqaba’

An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai arti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk mengetahui tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahasia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahsia seseorang kepada seorang waliNya?

6. An-Nujaba’

An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahawa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.

7. Al-Hawariyun

Page 11: Tingkatan  KEWALIAN

Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang sahaja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan derajat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi: “Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”. Walaupun pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau saw berkata demikian, kerana beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih derajat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.

8. Al-Rajbiyun

Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya keadaan mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang sahaja. Para wali Rajbiyun ini berpecah di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakannya tidak.

Disebutkan bahawa ada sebagian orang dari Wali Rajbiyun yang dapat melihat hati orang-orang Syiah melalui kasyaf. Ada dua orang Syiah yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah dihadapan seorang wali Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, kerana wali Rajbiyun itu melihat keduanya berupa dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lain. Keduanya hanya mencintai Ali dan sejumlah sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut berkata: “Aku lihat kamu berdua berupa dua ekor babi, karena kamu menganut mazhab Syiah dan membenci para sahabat Nabi”. Ketika berita itu disadari kebenarannya oleh keduanya, maka keduanya mengaku benar dan segera memohon ampun kepada Allah. Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula.

9. Al-Khatamiyun

Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang mempunyai arti penutup atau penghabisan. Maksudnya derajat AlKhatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada derajat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, iaitu ketika Nabi Isa as.datang kembali.

Di antaranya, ada para Wali yang hatinya seperti Nabi Adam as. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang. Sabda Nabi saw: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi anugerah tersendiri oleh Allah swt. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan umatnya, tetapi ada juga dikalangan umat-

Page 12: Tingkatan  KEWALIAN

umat lain. Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap masanya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka mempunyai budi pekerti Ilahi, mereka amat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah.

Mereka senang dengan doa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi”. Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nabi Nuh as. Jumlah mereka hanya empat puluh orang di setiap zamannya. Hati mereka seperti hatinya Nabi Nuh as. Beliau adalah Nabi dan Rasul pertama. Mereka suka berdoa, seperti doa Nabi Nuh as yang artinya: “TuhanKu, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sesiapa sahaja dari orang beriman, lelaki ataupun wanita yang masuk ke dalam rumahku dan jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali kebinasaan”. Tingkatan wali dari jenis ini sukar diraih orang, sebab ciri khas mereka sangat keras dalam menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan sabda Nabi saw yang artinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari lubuk hatinya ke lidahnya”.

Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Nabi Ibrahim. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw pernah menceritakan tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka suka dengan doa Nabi Ibrahim as yang artinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan aku kepada orang-orang salih”. Mereka diberi keistimewaan yang luar biasa, hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa buruk sangka terhadap Khalik maupun makhluk, mereka terlindung dari sebarang perbuatan buruk. Syeikh Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya, sampai aku beranggapan bahwa kesenangan syurga telah dipercepatkan baginya”. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang saja dalam setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada malaikat Jibril yang amat kuat.

Di hari kiamat kelak, mereka akan dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Mikail as. Jumlah mereka hanya ada tiga orang saja dalam setiap masanya. Keistimewaan mereka suka berlemah lembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail. Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Israfil. Jumlah mereka hanya ada satu orang saja dalam setiap zaman. Nabi saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Menurut pengamatan kami,Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari jenis wali ini. Syeikh Al Muhyiddin berkata: “Di antara tokoh-tokoh sufi ada yang diberi hati seperti hati Nabi Isa, kedudukan mereka sangat tinggi di sisi Allah swt”. Di antaranya pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud as. Jumlah mereka di setiap masa hanya terbatas beberapa orang saja. Mereka diberi berbagai keistimewaan, kedudukan tinggi di dunia dan ketebalan iman.

Page 13: Tingkatan  KEWALIAN

10. Rijalul Ghaib

Di antaranya pula ada yang diberi pangkat Rijalul Ghaib atau manusia-manusia misteri. Jumlah wali jenis ini hanya sepuluh orang di setiap masa. Mereka orang-orang yang selalu khusyu’, mereka tidak berbicara kecuali dengan perlahan atau berbisik, karena mereka merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi mereka. Mereka sangat misteri, sehingga keberadaan mereka tidak banyak dikenal kecuali oleh ahlinya. Mereka selalu rendah hati, malu dan mereka tidak banyak mementingkan kesenangan dunia. Boleh dikata segala tindak tanduk mereka selalu misteri. Di antaranya pula ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya lapan belas orang di setiap masa. Ciri khas mereka adalah selalu menegakkan hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala penyimpangan.

Syeikh Abu Madyan termasuk salah seorang di antara mereka. Beliau berkata kepada murid-muridnya: “Tampilkan kepada manusia tanda redha kamu sebagaimana kamu menampilkan rasa ketidaksenangan kamu, dan perlihatkan

kepada manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang zahiriyah mahupun batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam firmanNya berikut:

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda bersyukur”26

26 Surah Adh Dhuha: 11

11. Rijalul Quwwatul Ilahiyah

Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang saja di setiap zaman. Wali jenis ini mempunyai keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka memperkecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Beliau dikenal sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zaman. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.

12. Rijalul Hanani Wal Athfil Ilahi

Di antaranya pula ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.

13. Rijalul Haibah Wal Jalal

Page 14: Tingkatan  KEWALIAN

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Haibah Wal Jalali. Jumlah mereka hanya empat orang di setiap masa. Jenis wali tingkatan ini dikenal sebagai orang-orang yang hebat dan mengkagumkan, meskipun sifat mereka lemah lembut, tetapi orang-orang yang menemui mereka akan tunduk. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang yang dikenal di langit. Di antara mereka ada yang mempunyai hati seperti Nabi Muhammad saw, ada pula yang mempunyai hati seperti Nabi Syuaib, Nabi Salleh dan Nabi Hud. Sayyid Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui wali golongan ini di kota Damsyik”.

14. Rijalul Fathi

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Fathi. artinya rahasia-rahasia Allah swt selalu terbuka bagi mereka. Jumlah mereka hanya ada 24 orang di setiap masanya. Jumlah mereka sama dengan bilangan jam, yaitu 24 orang. Meskipun demikian, mereka tidak pernah berkumpul di satu tempat dalam jumlah sebanyak itu. Adanya mereka menyebabkan terbukanya pintu-pintu pengetahuan, baik yang nyata maupun yang rahasia.

15. Rijalul Ma’arij Al’-‘Ula

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam kelompok Rijalul Ma’arij Al ‘Ula. Jumlah mereka hanya tujuh orang di setiap masa. Mereka termasuk wali-wali tingkatan tinggi, hampir setiap saatnya mereka naik ke alam malakut, mereka adalah orang-orang pilihan.

16. Rijalu Tahtil Asfal

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu Tahtil Asfal, yaitu mereka yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak lebih dari 21 orang di setiap masa. Ciri khas wali ini, hati mereka selalu hadir di hadapan Allah.

17. Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kaun

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat karunia Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap masa. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia.

18. Ilahiyun Rahmaniyun

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Ilahiyun Rahmaniyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaran mereka suka mengkaji firman-firman Allah.

Page 15: Tingkatan  KEWALIAN

19. Rijalul Istithaalah

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Istithaalah, yaitu manusia-manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah. Jumlah mereka hanya seorang dalam setiap masa. Yang termasuk kelompok ini adalah Syeikh Abdul Qadir Jilani. Mereka selalu menolong manusia dan mereka sangat ditakuti.

20. Rijalul Ghina Billah

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Ghina Billah, yaitu orang-orang yang tidak memerlukan kepada manusia sedikit pun. Jumlah mereka hanya dua orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam malakut, sehingga kelompok ini tidak memerlukan bantuan siapa pun, selain bantuan Allah.

21. Rijalu ‘Ainut Tahkim Waz Zawaid

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu ‘Ainut Tahkim Waz Zawaid. Jumlah mereka hanya sepuluh orang di setiap zamannya. Mereka senantiasa meningkatkan keyakinannya terhadap masalah-masalah yang ghaib. Seluruh hidup mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah.

22. Rijalul Isytiqaq

Diantaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Isytiqaq, yaitu mereka yang selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya lima orang di setiap zamannya. Kegemaran mereka hanya memperbanyakkan sholat di siang hari dan di malam hari.

23. Al-Mulamatiyah

Di antaranya, ada yang termasuk dalam golongan Al Mulamatiyah. Mereka tergolong dari wali derajat yang tinggi, pimpinan tertingginya adalah Nabi Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan syariat Islam. Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat. Tindak tanduk mereka selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah. Sudah tentu keberadaan mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula jumlah mereka berkurangan.

24. Al-Fuqara’

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Fuqara’. Jumlah mereka ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurangan. Ciri khas mereka ini selalu merendahkan diri. Mereka merasa rendah di hadapan Allah.

25. As-Sufiyyah

Page 16: Tingkatan  KEWALIAN

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam kelompok As Sufiyyah. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya membesar dan ada kalanya pula berkurangan. Mereka dikenal sebagai wali yang amat luhur budi pekertinya. Mereka selalu menghias diri mereka dengan kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian budi pekerti mereka.

26. Al-‘Ibaad

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al ‘Ibaad. Mereka dikenali sebagai orang-orang yang suka beribadah. Pokoknya, ibadah merupakan kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan diri di gunung-gunung, di lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara mereka ada yang mau bekerja, tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan semua kegiatan duniawi. Puasa sepanjang masa dan beribadah di malam hari merupakan syiar mereka. Sebab, menurut mereka dunia ini adalah tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat. Abu Muslim Al Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia merasa letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya seraya berkata: “Kamu berdua lebih pantas dipukul dari binatang ternakanku”.

27. Az-Zuhaad

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Az Zuhaad. Mereka termasuk orang-orang yang suka meninggalkan kesenangan duniawi. Mereka mempunyai harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya sedikitpun, sebab, seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah. Sayyid Muhyiddin berkata: “Di antara bapa saudaraku ada yang tergolong dari wali tingkatan ini”. Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah At Tunisi, seorang ahli ibadah di masanya, ia dikenal sebagai salah seorang wali Az Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota Tilmasan menghampiri tempat Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai Syeikh Abdullah, apakah aku boleh sholat dengan pakaian kebesaranku ini?” Mendengar pertanyaan itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa engkau tertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa kerana lucunya pertanyaanmu tadi, sebab mengapa engkau bertanya kepadaku seperti itu, padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?” Mendengar jawaban Syeikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis dan menyatakan taubatnya kepada Syeikh, selanjutnya ia meninggalkan kekuasaannya demi untuk mengabdikan diri kepada Syeikh Abdullah, sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada Yahya Bin Yafan, sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang ahli zuhud, andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat melaksanakannya”.

28. Rijalul Maa’i

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Rijalul Maa’i. Mereka adalah para wali yang senantiasa beribadah di pinggir-pinggir laut dan sungai. Mereka tidak banyak dikenal, karena mereka suka mengasingkan diri. Disebutkan, bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibli pernah berada di pinggir sungai Dajlah di Baghdad. Ketika hatinya bergerak: “Apakah ada di antara hamba-hamba Allah yang beribadah di dalam air?” Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air seraya berkata: “Ada, wahai Abu Saud. Di antara

Page 17: Tingkatan  KEWALIAN

hamba-hamba Allah ada juga yang beribadah di dalam air dan aku termasuk di antara mereka. Aku berasal dari negeri Takrit, aku sengaja keluar, karena beberapa hari mendatang akan terjadi musibah di negeri Baghdad”. Kemudian ia menghilang ke dalam air. Kata Abu Saud: “Ternyata tidak lebih dari lima belas hari musibah memang terjadi.”

29. Al-Afrad

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Afrad. Mereka termasuk wali-wali berkedudukan tinggi. Di antara mereka adalah Syeikh Muhammad Al ‘Awani, sahabat karib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Mereka ini jarang dikenal manusia awam, karena kedudukan mereka terlalu tinggi. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat dan ada kalanya pula berkurangan.

30. Al-Umana’

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Umana’ artinya orang-orang yang dapat diberikan kepercayaan. Di antara mereka adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, sepertimana yang disebutkan oleh Nabi saw: “Abu Ubaidah adalah orang yang paling dapat diberi kepercayaan di antara umat ini”. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka jarang dikenal manusia, kerana mereka tidak pernah menonjol ditengah masyarakatnya.

31. Al-Qurra’

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Qurra’. Mereka ahli membaca Al Quran. Menurut sebuah hadis, wali-wali ini termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah, karena mereka ahli Al Quran dan mereka harus dimuliakan. Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi termasuk di antara mereka.

32. Al-Ahbab

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Ahbab, yaitu orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat, adakalanya pula berkurangan. Mereka mencapai tingkatan ini disebabkan mereka melaksanakan segala ibadah dan takarrub karena cinta kepada Allah. Ibadah yang didasari cinta, lebih baik dari ibadah yang berharap pahala dan syurga. Maka sebagai imbalan baik bagi mereka, mereka mendapat kasih sayang Allah yang luar biasa.

33. Al-Muhaddathun

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Muhaddathun, yaitu orang-orang yang selalu diberi ilham oleh Allah. Menurut hadits Nabi, ada sebagian dari umatku yang diberi ilham dari Allah. Maka Umar Bin Al Khattab termasuk salah satu dari mereka. Sayyid Muhyiddin Ibnu Arabi ra berkata: “Di zaman kami ada pula wali-wali Al Muhaddathun, di antaranya adalah Abul Abbas Al Khasyab dan Abu Zakariya Al Baha-i”. Para wali yang tergolong dalam golongan ini senantiasa mendapat bisikan-

Page 18: Tingkatan  KEWALIAN

bisikan rohani dari penduduk alam malakut, misalnya dari Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah dapat menembus alam arwah atau alam malakut.

34. Al-Akhilla’

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Akhilla’. Mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebab segala ibadah yang mereka lakukan selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat dan adakalanya berkurangan.

35. As-Samra’

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan As Samra’. arti kata As Samra’ adalah berkulit hitam manis. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka termasuk orang-orang yang senantiasa berdialog dengan Allah, sebab hati mereka selalu dipenuhi rasa ketuhanan yang tiada taranya.

36. Al-Wirathah

Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Wirathah, yaitu mereka yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para ulama, pewaris para Nabi. Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar beribadah sampai melebihi dari batas kemampuannya. Mereka suka mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil demi untuk memenuhi kecintaannya kepada Allah.