BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan...
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pengolahan nugget dan pengujian organoleptik dilaksanakan di Laboratorium
Jurusan Teknologi Perikanan, Universitas Negeri Gorontalo, untuk pengujian
proksimat dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo,. Penelitian ini dilaksanakan selama 2
bulan dimulai bulan November - Desember 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah pan plastik, timbangan,
pisau, sendok, baskom, alat pelumat daging, penyampur daging, pan pencetak. Uji
organoleptik yaitu: score sheet hedonik dan mutu hedonik. Untuk uji kimia yaitu
timbangan digital, oven, deksikator, cawan porselin, labu Kjeldahl, gelas ukur, pipet,
kertas saring, labu lemak, pemanas listrik, kapas, gegep (tang penjepit).
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan nugget adalah ikan layang yang
diperoleh di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Provinsi Gorontalo dengan ukuran ikan
20-25 cm. Bahan pengikat dan bahan tambahan yang digunakan adalah tepung
tapioka, tepung ubi jalar, tepung roti, garam NaCl, telur ayam, minyak goreng,
bawang putih, lada, gula, air bersih. Untuk uji analisa proksimat bahan yang
digunakan adalah K2SO4, H2SO4, HgO, NaOH, HNO3, HCl, N-Heksana, Aquades
98%.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan yaitu pembuatan tepung ubi jalar berdasarkan
dimodifikasi berdasarkan Santosa (2006) pada Gambar 2. Tepung ubi jalar dibuat
dengan menggunakan metode pengeringan sinar matahari. Tahapan pembuatannya
sebagai berikut:
1. Ubi jalar segar dicuci dan dibersihkan kotoran-kotoran yang menempel
pada kulit terluarnya, kemudian dipotong-potong tipis.
2. Ubi jalar yang telah dipotong-potong lalu dikeringkan dengan
menggunakan sinar matahari.
3. Proses pengeringan ini selama 6 jam dengan suhu ±60ºC.
4. Ubi jalar kering yang dihasilkan kemudian dihancurkan hingga halus
dengan menggunakan blender atau menggunakan mesin pengiling hingga
menghasilkan bentuk tepung kemudian dilakukan pengayakan.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung ubi jalar (Santosa, 2006).
3.4 Penelitian Utama
Penelitian utama yaitu membuat nugget ikan yang diformulasi dengan tepung
ubi jalar. Formula nugget yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari formula
nugget yang digunakan dalam penelitian Erawaty (2001). Penentuan formula nugget
dilakukan berdasarkan metode trial and error untuk memperoleh perbandingan
komposisi bahan yang paling tepat. Pembuatan nugget ikan yang digunakan adalah
daging ikan layang, tepung tapioka, tepung roti, bawang putih, lada, telur, garam, dan
gula.
Preparasi/Pencucian
Pengecilan ukuran/pemotongan
Pengeringan sinar matahari ± 600C/ 6 jam
Pengayakan 80 mesh
Penggilingan
Ubi jalar
Tepung ubi jalar
- Rendemen
- Uji Proksimat
Tabel 4. Komposisi bahan nugget ikan layang per100g daging ikan
Jenis bahan Berat bahan (%)
Tepung tapioka
Bawang putih
Lada
Telur
Garam
Gula
20
2
1
5
1
1
Sumber: Komposisi Bahan Nugget ikan layang yang dimodifikasi berdasarkan
Erawaty(2001)
Tahap pertama pembuatan nugget diawali dengan preparasi pada ikan layang,
kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan air es, pemfilletan dengan cara
menusuk bagian punggung ikan dan membelah ke arah bagian ekor, kemudian daging
putih diambil dengan menggunakan sendok, setelah itu daging dilumatkan dengan
blender, dicampur dan dihaluskan semua bahan jadi satu (dengan menggunakan
blender atau food processor), diratakan pada loyang yang sudah dilapisi plastik dan
diolesi margarin. Dikukus sampai matang (20 menit). Setelah adonan matang,
dipotong-potong sesuai dengan selera atau ukuran 3 x 4 x 1 cm. Adonan digulingkan
pada telur kocok, kemudian digulingkan pada tepung roti. Nugget digoreng dengan
merendam seluruh bagian (deep fraying) Goreng adonan pada suhu 180ºC dengan
selama ±3 menit hingga berwarna kuning keemasan.
Proses pembuatan nugget ikan yang disubtitusi dengan tepung ubi jalar dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan nugget ikan yang disubtitusi dengan
tepung ubi jalar yang telah dimodifikasi
Desain penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.
Preparasi
Pemfilletan
Pembuatan daging lumat
Pencelupan dalam putih telur
Pengukusan ±150-1800C selama 25 menit
Pemotongan
Pengadonan (formulasi tepung tapioka dan tepung ubi
jalar A (1:2), B(1:1), dan C (2:1))
Pelumuran tepung roti
Penggorengan secara deep fat frying ±
180°C, 2-3 menit
Ikan layang segar
(Decapterus sp.)
Nugget ikan layang
(Decapterus sp.)
Tahap I
Tahap II
Gambar 4. Bagan alir penelitian nugget ikan layang (Decapterus sp.)
Preparasi/Pencucian
Pengecilan ukuran/ pemotongan
Pengeringan sinar matahari ±600C±6 jam
Pengayakan
Penggilingan
Ubi jalar
(Ipomea batatas)
Tepung ubi jalar
- Rendemen
- Uji Proksimat
Preparasi/pencucian
Pemfilletan
Pembuatan daging lumat
Pencelupan dalam putih telur
Pengukusan ±150-1800C selama 25 menit
Pemotongan
Pengadonan (formulasi tapioka dan tepung
ubi jalar A (1:2), B(1:1), dan C (2:1))
Nugget ikan
Pelumuran tepung roti
Penggorengan secara deep fat
frying ± 160°C, 2-3 menit
Nugget ikan
formula terpilih
Karakterisasi sesuai
SNI: - proksimat dan
uji mutu hedonik
Uji Organoleptik ( uji hedonik)
Ikan layang segar
(Decapterus sp.)
3.6. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian pada penelitian ini diawali dengan uji organoleptik,
selanjutnya produk terpilih dari pengujian organoleptik dilanjutkan dengan analisis
kimia meliputi kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan mutu hedonik untuk
mengetahui karakteristik mutu organoleptik produk nugget.
3.7 Analisis Sensori Nugget (SNI 01-2346-2006)
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan (uji hedonik) dan mutu
hedonik. Parameter yang diuji meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur produk.
Pengujian ini menggunakan panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Panelis
tergolong panelis semi terlatih berdasarkan pada seringnya panelis menjadi panelis
kegiatan uji organoleptik.
3.7.1 Uji hedonik (SNI 01-2346-2006)
Uji kesukaan (hedonik) dalam penelitian nugget ini menggunakan 9 skala.
Skor yang diberikan untuk atribut warna, tekstur, aroma, rasa dan keseluruhan adalah
1= amat sangat tidak suka, 2= sangat tidak suka, 3= tidak suka 4= agak tidak suka, 5=
suka tidak, tidak suka tidak (netral), 6= agak suka, 7=suka, 8= sangat suka, 9= amat
sangat suka. Penerimaan panelis terhadap produk diketahui dari hasil uji hedonik.
Skor uji hedonik ≥5 menunjukkan bahwa panelis telah menerima produk nugget.
Formulasi terbaik diambil berdasarkan persentase penerimaan panelis tertinggi secara
keseluruhan (Erawaty 2001).
3.7.2 Uji Mutu Hedonik (SNI 01-6683-2002)
Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis
mutu tertentu. Uji hedonik biasanya bertujuan untuk mengetahui respon panelis
terhadap sifat mutu yang umum misalnya warna, aroma, tekstur dan rasa. Sedangkan
uji mutu hedonik ingin mengetahui respon terhadap sifat-sifat produk yang lebih
spesifik.
1. Untuk penilaian mutu hedonik dari warna meliputi : kuning terang/ keemasan,
kuning kecoklatan, netral, pucat, dan sangat pucat.
2. Untuk penilaian mutu hedonik dari rasa meliputi : sangat gurih, gurih, agak
gurih, netral, hambar, sangat tidak manis.
3. Untuk penilaian mutu hedonik dari tekstur meliputi : sangat kenyal, kompak
padat, agak kenyal, netral, keras, sangat keras.
4. Untuk penilaian mutu hedonik dari aroma meliputi sangat harum, agak harum,
harum, netral, tengik, sangat tengik.
3.8 Rendemen tepung ubi jalar
Pengukuran rendemen tepung ubi jalar dihitung berdasarkan perbandingan
berat tepung yang diperoleh terhadap berat umbi segar tanpa kulit yang dinyatakan
dalam persen (%) (Abdillah, 2006). Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
rumus:
Rendemen tepung (%) = a
b x 100%
Keterangan:
a = berat tepung yang diperoleh (g)
b = berat umbi ubi jalar segar tanpa kulit (g)
1.9 Analisis Proksimat Produk Terpilih
Produk terpilih dari pengujian organoleptik dilanjutkan dengan analisis kimia
meliputi kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat
3.9.1 Analisis kadar air (AOAC 2005)
Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsipnya
adalah menguapkan molekul air (H2O) bebas yang ada dalam sampel. Kemudian
sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan yang diasumsikan semua air yang
terkandung dalam sampel sudah diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah
pengeringan merupakan banyaknya air yang diuapkan. Prosedur analisis kadar air
sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit
pada suhu 100-105 ºC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan
uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah
dikeringkan (B) kemudian dioven pada suhu 100-105 ºC selama 6 jam lalu
didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (C). Tahap ini diulangi
hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan rumus:
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝐵 − 𝐶
𝐵 − 𝐴 × 100 %
Keterangan :
A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram
B : berat cawan + sampel awal dinyatakan dalam gram
C : berat cawan + sampel kering dinyatakan dalam gram
3.8.2 Analisis kadar abu (AOAC 2005)
Analisis kadar abu dilakukan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah
pembakaran atau pengabuan bahan-bahan organik yang diuraikan menjadi air (H2O)
dan karbondioksida (CO2) tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini
disebut abu. Prosedur analisis kadar abu sebagai berikut: cawan yang akan digunakan
dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105º C, kemudian didinginkan
dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dibakar di atas
nyala pembakar sampai tidak berasap dan dilanjutkan dengan pengabuan di dalam
tanur bersuhu 550-600º C sampai pengabuan sempurna. Sampel yang sudah diabukan
didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap pembakaran dalam tanur
diulangi sampai didapat bobot yang konstan. Kadar abu dihitung dengan rumus:
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝐶 − 𝐴
𝐵 − 𝐴 × 100 %
Keterangan :
A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram
B : berat cawan + sampel awal dinyatakan dalam gram
C : berat cawan + sampel kering dinyatakan dalam gram
3.8.3 Analisis kadar lemak (AOAC 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet. Prinsipnya adalah
lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak non
polar.
Prosedur analisis kadar lemak sebagai berikut: labu lemak yang akan
digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100-105ºC, kemudian didinginkan
dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 gram (B) lalu dibungkus dengan kertas saring, ditutup dengan kapas
bebas lemak dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi sokhlet yang telah dihubungkan
dengan labu lemak yang telah dioven dan diketahui bobotnya. Pelarut heksan atau
pelarut lemak lain dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks atau
ektraksi lemak selama 5-6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu lemak
berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling dan ditampung setelah
itu ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-
105 ºC selama 1 jam, lalu labu lemak didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C).
Tahap pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar
lemak dihitung dengan rumus:
% 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐶 − 𝐴 × 100 %
𝐵
Keterangan :
A : berat labu alas bulat kosong dinyatakan dalam gram
B : berat sampel dinyatakan dalam gram
C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi dalam gram
3.8.4 Analisis kadar protein (AOAC 2005)
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl. Prinsipnya adalah
oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam
sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium
sulfat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan
NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang
terkandung dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan
baku asam.
Prosedur analisis kadar protein sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak
0,1-0,5 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, ditambahkan dengan 1/4 buah
tablet kjeltab, kemudian didekstruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) sampai
larutan menjadi hijau jernih dan SO2 hilang. Larutan dibiarkan dingin dan
dipindahkan ke labu 50 ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda tera,
dimasukkan ke dalam alat destilasi, ditambahkan dengan 5-10 ml NaOH 30-33% dan
dilakukan destilasi. Destilat ditampung dalam larutan 10 ml asam borat 3% dan
beberapa tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan metil merah
0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan antara 10 ml bromcresol
green dengan 2 ml metil merah) kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N
sampai larutan berubah warnanya menjadi merah muda. Kadar protein dihitung
dengan rumus:
𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 % = (𝑉𝐴 − 𝑉𝐵) 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙 × 14,007 × 6,25 × 100%
𝑊 × 1000
Keterangan :
VA : ml HCl untuk titrasi sampel
VB : ml HCl untuk titrasi blangko
N : normalitas HCl standar yang digunakan
14,007 : berat atom Nitrogen
6,25 : faktor konversi protein untuk ikan
W : berat sampel dalam gram
Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel (%).
3.8.5 Kadar Karbohidrat (Winarno, 1997)
Penentuan kadar karbohidrat menggunakan by difference dengan rumus
sebagai berikut :
% karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar protein + kadar abu + kadar lemak)%
3.9 Analisis Data
Analisis data menggunakan statistik non parametrik dengan metode Kruskal
wallis. hasil uji organoleptik disusun dalam score sheet (Walpole, 1993). Rumus yang
digunakan yaitu :
H = 12
𝑛(𝑛+1) 𝛴
𝑅𝑖2
𝑁𝑖− 3 (𝑛 + 1)
Keterangan :
H = H terkoreksi
ni = banyaknya pengamatan
n = total data
Ri = jumlah pangkat bebas dalam contoh ke-I
Jika hasil uji Kruskal wallis menunjukkan hasil yang berbeda nyata
selanjutnya dilakukan uji lanjut Multiple Comparison yang bertujuan untuk
mengetahui perlakuan mana saja yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap parameter yang dianalisis. Rumus uji Duncan sebagai berikut:
Ri − Rj <>𝑧 ∝
𝑘 𝑘 − 1
𝑁(𝑁 + 1)
12[
1
𝑛𝑖+
1
𝑛𝑗]
Keterangan :
Ri : Rata-rata rangking dalam perlakuan ke-i
Rj : Rata-rata rangking dalam perlakuan ke-j
N : Banyaknya data
K : Banyaknya perlakuan
ni : Jumlah data perlakuan ke-i
nj : Jumlah data perlakuan ke-j
Semua data pengamatan nilai organoleptik ditabulasikan dan diolah secara
statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 16.
Penentuan produk terpilih dengan menggunakan indeks kerja yaitu metode
Bayes. Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif
dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan yang
optimal akan tercapai bila mempertimbangkan berbagai kriteria (Marimin 2004).
Rumus metode Bayes yang digunakan sebagai berikut :
Total nilai i = Krit𝑗 𝑚𝑗 =𝑖
Keterangan :
Total nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke-i
Nilai ij = nilai dari alternatif ke – I pada kriteria ke-j
Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j
i = 1,2,3,…,n; n = jumlah alternatif j = 1,2,3,…m; m = jumlah kriteria