BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi...
-
Upload
nguyenxuyen -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi...
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Lokasi penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu
memandang dua fenomena atau lebih di tinjau dari perbedaan
yang ada (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini akan
dibandingkan perbedaan penerimaan antara guru dengan
siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP
Kristen 1 Pulau-pulau Aru - Maluku. Lokasi penelitian
dilaksanakan di SMP Kristen 1 P. P. Aru - Maluku.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMP
Kristen 1 P. P. Aru – Maluku sebanyak 45 orang dan semua
siswa berjumlah 803 orang termasuk 26 Anak Berkebutuhan
Khusus. Karena penelitian dilakukan untuk mengetahui
penerimaan guru dan siswa normal terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus, maka jumlah keseluruhan siswa
dikurangi 26 Anak Berkebutuhan Khusus menjadi 777
populasi siswa normal. Populasi siswa normal 777 orang
dikelompokkan dalam 25 rombongan belajar yang terdiri dari:
Kelas 7 (tujuh) ada tujuh rombongan belajar 245 siswa, Kelas
8 (delapan) dengan sembilan rombongan belajar 236 siswa
dan Kelas 9 (Sembilan) ada sembilan rombongan belajar 297
siswa. Populasi jenis ini disebut populasi berstrata. Deskripsi
populasi siswa terurai pada tabel 3.1.
35
Tabel 3.1
Deskripsi Populasi Siswa
Kelas Siswa
Normal Siswa ABK
Jumlah
7 245 8 253
8 236 9 245
9 296 9 305
Jumlah 777 26 803
Sumber data: diolah tahun 2014
Dalam memenuhi prinsip keterwakilan, teknik
penarikan sampel dilakukan secara random (acak) yang
disebut random sampling. Penarikan sampel random jika
setiap anggota mempunyai peluang yang sama untuk ditarik
sebagai anggota sampel. Sampel dalam penelitian untuk guru
berjumlah 45 orang, karena anggota populasinya homogen
sehingga sampel kecil mewakili seluruh populasi.
Sampel untuk siswa karena jumlah populasi siswa
normal relatif banyak 777 orang dan berstrata, maka penulis
memakai stratifiet random sampling. Teknik ini biasanya
digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok
yang bertingkat-tingkat. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa
jumlah populasi 800 dengan taraf kesalahan 5% dan
kepercayaan 95% maka sampelnya berjumlah 243 orang,
diprosentasekan 30%. Karena populasi berstrata, maka
sampelnya juga berstrata sesuai jumlah populasi setiap kelas
yakni: Kelas 7 = 245, Kelas 8 = 236 dan Kelas 9 = 296. Cara
perhitungan sampel sebagai berikut:
Kelas 7 = 245 x 30/100 = 73,5 = 73 orang siswa
Kelas 8 = 236 x 30/100 = 70,8 = 71 orang siswa
36
Kelas 9 = 296 x 30/100 = 88,8 = 89 orang siswa
Jumlah 777 x 30/100 = 233 = 233 orang siswa
Jadi jumlah sampelnya adalah 233 yang diklasifikasikan
dalam rombongan belajar seperti tertera pada tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Klasifikasi Sampel Siswa
Kelas Jumlah
7 7.1
245 x 30% 73 7.2
7.3
7.4
8 8.1
236 x 30% 71 8.2
8.3
8.4
9 9.1
296 x 30% 89 9.2
9.3
9.4
Jumlah 777 x 30% 233
Sumber Data: diolah tahun 2014
Sampel siswa sebanyak 233 orang diklasifikasikan
dalam 25 rombongan belajar dimana setiap kelas terdapat
empat kelompok belajar. Jumlah sampel Kelas 7 (tujuh) ada
73 siswa, Kelas 8 (delapan) terdapat 71 siswa dan Kelas 9
(Sembilan) ada 89 siswa. Jumlah sampel siswa 233 orang
ditambah dengan 45 Guru mata pelajaran dan Kepala
Sekolah.
Cara penentuan anggota sampel dilakukan sebagai
berikut: pertama, penulis memilih sampel guru dan siswa
sesuai dengan kriteria penentuan sampel. Khusus siswa,
penulis memilih jumlah sesuai klasifikasi strata di setiap
37
kelas. Kedua, penentuan anggota sampel dilakukan dengan
undian secara acak. Bila pengambilan dilakukan dengan
undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih
dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Jika jumlah
anggota populasi = 777, maka setiap anggota diberi nomor
dari 1 sampai 777. Selanjutnya bila kesalahan 5%, maka
jumlah sampelnya 232 atau 29% dari total populasi. Karena
sampel berstrata, maka pengambilan sampel disesuaikan
dengan klasifikasi jumlah sampel di setiap kelas. Khusus
penelitian ini, setiap anggota populasi memiliki peluang
1/777. Cara pengambilannya, jika nomor satu telah diambil,
maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan
peluangnya menjadi tidak sama lagi. Peluang akan semakin
besar apabila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang
telah diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan
dikembalikan lagi (Sugiyono, 2009). Ketiga, mendaftarkan
nama guru dam siswa yang menjadi sampel penelitian.
Keempat, memberikan penjelasan tentang muatan dan cara
pengisian skala instrumen penelitian kepada guru maupun
siswa.
3.3. Model Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penulis
untuk diamati sebagai atribut dari kelompok atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan lainya dalam kelompok
(Sugiyono, 1999).Variabel dalam penelitian ini adalah :
38
1. Variabel bebas ( independen variabel ,) yaitu guru dan
siswa.
2. Variabel terikat (independent variabel), yaitu
penerimaan Anank Berkebutuhan Khusus
Model penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Tabel 3.3
Model Penelitian
Keterangan :
X1 : Guru
X2 :Siswa
Y1 :Penerimaan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah skala penerimaan guru dan siswa reguler
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus yang terdiri dari 17
item pernyataan. Hasil rekapitulasi data dari responden
penelitian digunakan sebagai jawaban atas adanya perbedaan
Y1 X1
X2 Y1
39
penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus antara guru dengan
siswa.
3.5. Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen berupa skala dalam bentuk skala
dengan 4 alternatif pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai atau paling tepat dengan keadaan yang dirasakan
selama ini berkaitan dengan penerimaan Anak Berkebutuhan
Khusus.
3.5.1.Variabel Penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus.
Untuk mengukur variabel penerimaan Anak
Berkebutuhan Khusus, penulis menggunakan skala
penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus yang terdiri dari
empat dimensi yakni: (1) Peleburan/ Fusion, (2) Evaluasi/
Evalation, (3) Menghindar/ Avoidance dan (4) Memberi alasan/
Giving Reason (Hayes, 2003). Keempat dimensi penerimaan
bersumber dari ide Hayes (2004) yang dijabarkan ke dalam 17
item pernyataan dengan dua bentuk pernyataan: 9 item
pernyataan favorable yaitu pernyataan yang mendukung
aspek yang diukur, dan 8 item pernyataan unfavorable yaitu
pernyataan yang tidak mendukung aspek yang diukur.
Alat ukur dibuat dalam bentuk skala penerimaan Anak
Berkebutuhan Khusus dengan empat alternatif pilihan
jawaban, yakni: “Sangat Banyak (SB)”, “Banyak (B)”, “Cukup
Banyak (CB)”, dan “Tidak Ada (TA)”. Untuk pernyataan
40
favorable, pilihan jawaban “Sangat Banyak (SB)” mendapat
skor 4, “Banyak (B)” mendapat skor 3, “Cukup Banyak (CB)”
mendapat skor 2 dan “Tidak Ada (TA)” mendapat skor 1.
Pernyataan favorable terurai dalam sembilan item pernyataan
berikut: (1) dalam diri saya terjadi peleburan antara kata
dengan perbuatan dalam menerima Anak Berkebutuhan
Khusus, (2) dalam diri saya terjadi peleburan antara berpikir
dengan perasaan dalam menerima Anak Berkebutuhan
Khusus, (3) dalam diri saya terjadi peleburan antara
penerimaan diri sendiri dengan penerimaan Anak
Berkebutuhan Khusus, (4) sebagai guru saya tidak
mengevaluasi secara diskriminatif terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus, (5) sebagai guru saya berkomitmen
tidak memberikan evaluasi secara diskriminatif terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus, (6) saya mempunyai pengalaman
evaluasi diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
sebelumnya sehingga sekarang saya dapat menerima Anak
Berkebutuhan Khusus, (7) saya memahami dan menghadapi
masalah Anak Berkebutuhan Khusus, (8) saya kurang
memberi alasan berlebihan menghadapi Anak Berkebutuhan
Khusus dan (9) saya menerima Anak Berkebutuhan Khusus
sebagaimana adanya.
Pernyataan unfavorable dengan pilihan jawaban “Tidak
Ada (TA) mendapat skor 4, “Cukup Banyak (CB) mendapat
skor 3, “Banyak (B)” mendapat skor 2 dan “Sangat Banyak
(SB)” mendapat skor 1. Pernyataan unfavorable terdiri dari
delapan item peryataan yakni: (1) dalam diri saya belum
41
terjadi peleburan antara berpikir dengan perasaan dalam
menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (2) dalam diri saya
belum terjadi peleburan antara berpikir dengan perasaan
dalam menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (3) dalam diri
saya belum terjadi antara penerimaan diri sendiri dengan
penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus, (4) sebagai guru
saya melakukan evaluasi secara diskriminatif terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus, (5) saya tidak mempunyai pengalaman
evaluasi diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
sebelumnya sehingga saya belum dapat menerima Anak
Berkebutuhan Khusus, (6) saya menghindari masalah dengan
Anak Berkebutuhan Khusus, (7) saya banyak memberi alasan
menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus dan (8) saya belum
dapat menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagaimana
adanya. Untuk Konsep, Sub Konsep, Indikator dan Item dapat
dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Konsep, Sub Konsep, Indikator dan Item Pengukuran
Penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus
No
KONSEP SUB KONSEP
INDIKATOR ITEM
1 Penerimaan artinya
mengambil apa yang di tawarkan,
atau tindakan
mengambil, meraih, menangkap
1.Peleburan/ fusion
1.1.Peleburan Kata dan
Perilaku/ perbuatan
1. Dalam diri saya terjadi
peleburan antara kata
dengan perbuatan
dalam menerima anak
42
. atau
Tindakan menerima peristiwa
atau situasi secara utuh.
Hayes (2003)
1.2.Peleburan berpikir
dengan perasaan
berkbutuha
n khusus 2. Dalam diri
saya belum
terjadi peleburan antara kata
dan perbuatan
dalam menerima anak
berkebutuhan khusus
3. Dalam diri
saya terjadi
peleburan antara berpikir
dengan perasaan
dalam menerima anak
berkebutuhan khusus
4. Dalam diri saya belum terjadi
peleburan antara berpikir
dengan perasaan
dalam menerima anak
berkebutuhan khusus
5. Dalam diri
43
1. Evaluasi evaluation
1.3.Penerim
aan diri sendiri secara
positif dengan penerimaan
diri orang lain
1.1. Tidak mengevaluasi
secari diskriminatif
saya terjadi
peleburan antara penerimaan
diri sendiri secara dengan
penerimaan anak
berkebutuhan khusus
6. Dalam diri
saya belum terjadi
peleburan antara penerimaan
diri sendiri dengan penerimaan
anak berkebutuh
an khusus
7. Sebagai
guru saya tidak
mengevaluasi secara diskriminat
if terhadap anak berkebutuh
an khusus 8. Sebagai
guru saya melakukan evaluasi
secara diskriminatif terhadap
44
1.2. Komit
men terhadap
evaluasi, tidak diskrimi
natif
1.3. Pengal
aman evaluasi
diskriminatif
anak
berkebutuhan khusus
9. Sebagai
guru saya berkomitmen tidak
memberikan evaluasi
secara diskriminatif terhadap
anak berkebutuh
an khusus 10. Saya
mempunyai
pengalaman evaluasi diskriminat
if terhadap anak
berkebutuhan khusus sebelumnya
sehingga sekarang
saya dapat menerima anak
berkebutuhan khusus
11. Saya
tidak mempunyai pengalama
n evaluasi diskriminatif terhadap
45
3. Menghi
ndar/A
voidance
4. Membe
ri alasan/ Giving Reason
3.1.Tak menghindari
masalah/menghadapi dan
menerima masalah
4.1.Mengura
ngi
pemberian alasan
yang berlebihan serta
jujur pada diri sendiri
anak
berkebutuhan khusus sebelumnya
sehingga saya belum dapat
menerima anak
berkebutuhan khusus
12. Saya
memahami dan
menghadapi masalah anak
berkebutuhan khusus
13. Saya
menghindari masalah
dengan anak berkebutuh
an khusus
14. Saya
kurang memberi alasan
berlebihan menghadap
i anak berkebutuhan khusus
15. Saya banyak memberi
46
4.2
Menerima
orang lain sebagai
bagian dari hidupnya
alasan
menghadapi anak berkebutuh
an khusus
16. Saya menerima
anak berkebutuhan khusus
sebagimana adanya
17. Saya belum dapat
menerima anak berkebutuh
an khusus sebagaiman
a adanya
Tingkat penerimaan siswa terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus
sebagai berikut:
Interval Skor =Skor Maximal – Skor Minimal
k
Skor maximal = skor tertinggi secara teoritik dari jawaban.
Skor minimal = skor terendah secara teoritik dari
jawaban.
k = jumlah klasifikasi yang hendak dibuat.
47
Diketahui : Skor Maximal = 17 x 4 = 68
Skor Minimal = 17 x 1 = 17
K = 5
Interval Skor = 68 – 17= 51
5 5
= 10,2 dibulatkan = 10
Berdasarkan interval skor yang telah didapat, maka
kategori tingkat penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus
dapat ditentukan seperti pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5
Pembagian Tingkat Penerimaan Guru dan Siswa
Kategori Skor
Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
57 – 68 47 – 56 37 – 46
27 – 36 17 – 26
3.6. Uji Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen
3.6.1.Validitas Item
Instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan
perihal yang dapat diungkapkan tentang data dan variabel
yang diteliti secara cermat (Arikunto, 2002). Untuk menguji
validitas suatu instrumen dilakukan dengan analisis item
yang dilakuakan dengan skor berhitung antara skor butir
48
instrumen dengan skor total. Tentang kriteria tinggi
rendahnya validitas setiap butir instrumen, ada berbagai
pendapat. Menurut Ali (1987) digunakan pedoman nilai
koefisien korelasi (rix) sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : dianggap tiak ada validitas
0,21 – 0,40 : validitas rendah
0,41 – 0,60 : validitas sedang
0,61 – 0,80 : validitas tinggi
0,81 – 1,00 : validitas sempurna
Oleh karena itu item soal yang mempunyai nilai
koefisien korelasi ≥ 0,20 dapat dikatakan valid dan dapat
digunakan dalam penelitian.
3.6.2. Uji Validitas Item Instrumen Penerimaan Guru
Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil uji validitas item instrumen penerimaan guru
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dapat dilihat pada tabel
3.6 di bawah ini.
Tabel 3.6
Uji Validitas Penerimaan Guru Terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Delete
d
Scale Varianc
e if Item
Deleted
Corrected
Item-
Total Correla
tion
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
49
VAR00001
53.93 50.202 .799 .894
VAR00002
54.17 54.006 .393 .907
VAR00003
54.23 53.978 .382 .907
VAR0000
4 54.03 50.723 .698 .897
VAR0000
5 53.87 51.016 .709 .897
VAR0000
6 54.17 54.006 .393 .907
VAR0000
7 53.93 50.478 .769 .895
VAR0000
8 54.03 50.102 .628 .900
VAR0000
9 54.07 53.789 .429 .905
VAR00010
54.07 53.789 .392 .907
VAR00011
53.97 50.309 .791 .895
VAR00012
53.90 50.093 .810 .894
VAR00013
54.00 53.655 .433 .905
VAR00014
54.07 53.375 .373 .908
VAR00015
53.90 51.128 .696 .898
VAR00016
54.10 53.748 .441 .905
VAR00017
53.97 49.964 .671 .898
50
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan SPSS
16.00 dari 17 soal ditemukan semua jumlah soal berjumlah
17 butir yang dinyatakan valid sehingga dapat dipakai sebagai
instrumen penelitian.
3.6.3.Uji Validitas Item Instrumen Penerimaan Siswa
Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil uji validitas item instrumen penerimaan siswa
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dapat dilihat pada tabel
3.7 di bawah ini:
Tabel 3.7
Uji Validitas Penerimaan SiswaTerhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Delete
d
Scale
Variance if Item
Deleted
Corrected Item-
Total Correlat
ion
Cronbac
h's Alpha if Item
Deleted
VAR000
01 40.47 147.016 .579 .906
VAR000
02 40.23 147.151 .612 .906
VAR00003
40.33 147.954 .502 .909
VAR00004
40.03 145.482 .713 .903
VAR00005
39.90 148.714 .617 .906
VAR00006
39.80 143.752 .816 .900
51
VAR00007
40.50 150.672 .515 .908
VAR00008
40.03 147.275 .570 .907
VAR00009
40.27 146.892 .559 .907
VAR000
10 40.17 146.489 .695 .903
VAR000
11 40.07 147.168 .544 .908
VAR000
12 40.17 147.868 .599 .906
VAR000
13 39.97 153.413 .407 .911
VAR000
14 40.00 145.931 .588 .906
VAR000
15 39.87 147.085 .573 .907
VAR00016
39.80 145.407 .610 .906
VAR00017
40.00 150.759 .507 .908
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan SPSS
16.00 dari 17 soal ditemukan semua soal berjumlah 17 butir
dinyatakan valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
3.6.4.Uji Reliabilitas
Penggunaan analisis reliabilitas data bertujuan untuk
menganalisis sampai sejauh mana hasil pengukuran tetap dan
konsisten apabila pengukuran dilakukan lebih dari satu kali.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas data menggunakan
52
alat uji Alpha Chronbach’s. Alat uji Alpha Chronbach’s
mempunyai batasan pengukuran yang diperbolehkan reliabel
adalah apabila koefesien alpha lebih dari 0,7 kategori dapat
diterima dan 0,9 kategori sangat bagus sehingga dapat
digunakan untuk bahan analisis. Kategori hasil uji reliabilitas
didasarkan pada George dan Mallery (1995), yaitu:
α< 0,5 : tidak dapat diterima
α> 0.5 : jelek
α> 0,6 : diragukan
α> 0,7 : dapat diterima
α> 0,8 : bagus
α> 0,9 : sangat bagus
Hasil uji reliabilitas tertera pada tabel di bawah ini
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen
Crobach’s
Alpha
N of Item
Kategori
Penerimaan Guru
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
.907 17 Sangat bagus
Penerimaan Siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
.911 17 Sangat bagus
53
Data tabel 3.6 menunjukkan bahwa nilai Alpha
cronbac’h instrumen penerimaan guru terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus berdasarkan perhitungan reliabilitas
atau α sebesar 0.907 yang berada pada kategori sangat bagus.
Nilai instrumen penerimaan siswa terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus berdasarkan perhitungan reliabilitas
dihasilkan αsebesar 0.911 berada pada kategori sangat bagus,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen dapat
digunakan sebagai instrument penelitian.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, analisis uji
beda rata-rata (t-test).
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
sejumlah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini,
sehingga memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu
objek yang diteliti melalui data subyek penelitian sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
umum (Sugiyono, 2002). Indikator pengukuran yang dipakai
adalah nilai rata-rata hitung, standar deviasi, nilai maksimum
dan nilai minimum.
54
2. Analisis Uji Beda Rata – rata
Analisis uji beda rata-rata (t-test) dipakai untuk
mengetahui perbedaan penerimaan oleh guru dengan siswa
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus.
3. 8 HIPOTESIS
3.8.1 Hipotesis Empirik
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa, hipotesis adalah
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampe terbukti melalui data yang
terkumpul’’. Penulis menyusun hipotesis empirik sebagai
berikut: “Ada perbedaan penerimaan oleh guru dengan siswa
terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Kristen 1 P. P.
Aru – Maluku.”
3.8.2 Hipotesis statistik
Hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut:
Ho : μ ≤ 0,01; ≤ Tidak ada perbedaan penerimaan antara guru
dan siswa kepada Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru -
Maluku.
Ha : μ >0,01;> Ada perbedaan penerimaan antara siswa dan
guru terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru -
Maluku
55