BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º...

41
47 BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM DI GALALA-HATIVE KECIL Bab ini berisikan hasil penelitian terhadap Tunjuitam dalam kedukaan di Jemaat Galala-Hative Kecil (GATIK). Data diperoleh melalui teknik wawancara. Bab ini akan disajikan sebagai berikut: A. Gambaran Umum Jemaat GPM Galala-Hative Kecil (GATIK) 1. Sejarah Terbentuknya Jemaat GPM Galala-Hative Kecil (GATIK) 1 Provinsi Maluku terkenal dengan sebutan seribu pulau. Terlihat dengan begitu banyaknya gugusan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya.Yang tergolong pulau-pulau besar, seperti Pulau Ambon, Pulau Seram, Kepulauan Banda, Pulau Buru dan Pulau Lease. Kota Ambon, terletak di Pulau Ambon dan juga merupakan pusat pemerintahan provinsi Maluku. Wilayahnya sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng terjal seluas ±712.479,69 km 2 , yang terbagi atas 658.295,69 km 2 lautan dan 544.185 km 2 daratan. Kota Ambon berada dalam wilayah Pulau Ambon, dan secara astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi Maluku juga daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Kota Ambon terbagi atas tiga kecematan, yaitu: Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan luas 158,75 km 2, Kecamatan Sirimau seluas 112,32 km 2 dan Kecamatan Nusaniwe seluas 88,35 2 . 2 Galala dan Hative Kecil, adalah dua desa/negeri yang dijadikan satu jemaat dan sering disebut Jemaat GATIK. Di saat GPM lahir dan masih dalam masa penjajahan Belanda pada 06 Sepetember 1935, Jemaat GATIK sudah ada. Tercatat pada papan informasi nama-nama pendeta yang pernah bertugas di 1 Sejarah Gereja Imanuel GATIK, yang diceritakan oleh Izaac Tulalessy pada perayaan Jubelium Gereja Imanuel, tanggal 31 Oktober 2006. Ditulis dalam bloknya Winerungan Joris; http://winerungan.blogspot.co.id/2008/09/gereja-galala-dan-hative-kecil.html. 2 Emasaga, dkk, Atlas Indonesia Tematik (Bandung: PT Indah Jaya Adipratama, 2009),15.

Transcript of BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º...

Page 1: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

47

BAB III

KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM

DI GALALA-HATIVE KECIL

Bab ini berisikan hasil penelitian terhadap Tunjuitam dalam kedukaan di

Jemaat Galala-Hative Kecil (GATIK). Data diperoleh melalui teknik wawancara.

Bab ini akan disajikan sebagai berikut:

A. Gambaran Umum Jemaat GPM Galala-Hative Kecil (GATIK)

1. Sejarah Terbentuknya Jemaat GPM Galala-Hative Kecil (GATIK)1

Provinsi Maluku terkenal dengan sebutan seribu pulau. Terlihat dengan

begitu banyaknya gugusan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya.Yang

tergolong pulau-pulau besar, seperti Pulau Ambon, Pulau Seram, Kepulauan

Banda, Pulau Buru dan Pulau Lease. Kota Ambon, terletak di Pulau Ambon

dan juga merupakan pusat pemerintahan provinsi Maluku. Wilayahnya

sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng terjal seluas

±712.479,69 km2, yang terbagi atas 658.295,69 km

2 lautan dan 544.185 km

2

daratan. Kota Ambon berada dalam wilayah Pulau Ambon, dan secara

astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur

Timur. Selain daerah administratif, Provinsi Maluku juga daerah kepulauan

yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Kota Ambon terbagi atas tiga

kecematan, yaitu: Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan luas 158,75 km2,

Kecamatan Sirimau seluas 112,32 km2

dan Kecamatan Nusaniwe seluas

88,352.2

Galala dan Hative Kecil, adalah dua desa/negeri yang dijadikan satu

jemaat dan sering disebut Jemaat GATIK. Di saat GPM lahir dan masih dalam

masa penjajahan Belanda pada 06 Sepetember 1935, Jemaat GATIK sudah ada.

Tercatat pada papan informasi nama-nama pendeta yang pernah bertugas di

1 Sejarah Gereja Imanuel GATIK, yang diceritakan oleh Izaac Tulalessy pada perayaan

Jubelium Gereja Imanuel, tanggal 31 Oktober 2006. Ditulis dalam bloknya Winerungan Joris;

http://winerungan.blogspot.co.id/2008/09/gereja-galala-dan-hative-kecil.html. 2 Emasaga, dkk, Atlas Indonesia Tematik (Bandung: PT Indah Jaya Adipratama, 2009),15.

Page 2: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

48

jemaat GPM GATIK, mulai dari tahun 1913-2017, ada tiga puluh enam

pendeta yang telah melayani di GATIK.3

Pertumbuhan jemaat searah dengan proses pembangunan Gedung

gereja yang menjadi pusat peribadahan jemaat. Selama periode penjajahan,

tercatat beberapa kali jemaat ini mengalami perpindahan lokasi peribadahan.

Di tahun 1941-1945, selama pendudukan Jepang, Jemaat ini terpaksa

meninggal gedung Gereja lama yang diberi nama Ebenhaezer. Gedung gereja

ini hancur karena tidak terawat. Kemudian, untuk beribadah, jemaat GATIK

membangun sebuah rumah ibadah darurat di tempat pengungsian yang disebut

gereja Bawah Air. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya di era 1946-1948,

warga jemaat GATIK turun ke tepian pantai dan untuk sementara mereka

beribadah di rumah keluarga E.Noija yang sekarang dijadikan tempat penjualan

ikan asar/asap, tepatnya di depan PLN Hative Kecil. Dari tempat peribadahan

di keluarga E. Noija ini, jemaat ini membangun kembali sebuah gereja darurat

dari daun rumbia yang berlokasi tepat pada perbatasan Galala-Hative Kecil,

yakni di petuanan Keluarga Muriany. Oleh warga jemaat saat itu, gedung

gereja darurat ini dinamai gereja Tolongan. Gereja ini hanya berfungsi dari

tahun 1949-1950, sebab di akhir tahun 1950, terjadi bencana tsunami atau yang

sering dikenal sebagai aer turun naik.4

Sejak peristiwa aer turun naik (tsunami), 08 Oktober 1950, jemaat ini

membangun kembali gereja darurat di lokasi yang sekarang dijadikan Perum

Perikani dan selama enam tahun aktifitas beribadah jemaat ini berpusat di

gereja darurat tersebut. Tragedi aer turun naik (tsunami) ini, kemudian menjadi

moment berbenah diri bagi jemaat GATIK. Sektor-sektor perikanan dengan

penangkapan ikan cakalang dan tuna menjadi perhatian utama untuk

meningkatkan taraf hidup yang baik pasca bencana aer turun naik (tsunami).

Sehingga, di tahun 1954 atas mufakat bersama antara pihak gereja dan kedua

pemerintahan Galala-Hative Kecil, yakni antara Pdt. J.Wattimena (pihak

3Data Nama-Nama Pendeta Yang Pernah Bertugas di Jemaat GPM GATIK (Arsip Jemaat).

4Penuturan sejarah ini yang diceritakan oleh Izaac Tulalessy pada perayaan Jubelium Gereja

Imanuel,tanggal 31 Oktober 2006. Ditulis dalam bloknya Winerungan Joris;

http://winerungan.blogspot.co.id/ 2008/09/gereja-galala-dan-hative-kecil.html.

Page 3: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

49

gereja), Bapak. E. Joris (Raja Galala) dan Bapak. J. Muriany (Raja Hative

Kecil), mulailah digagas untuk membangun sebuah gedung gereja yang

permanen. Atas tekad bersama ini, pada tanggal 22 Mei 1954 dilaksanakan

peletakan batu pertama.5

Semua warga jemaat turut berpartisipasi dan tercatat ada beberapa

orang yang dipercayakan untuk melakukan pembangunan gedung gereja ini,

yaitu: Johanis Muskita sebagai kepala tukang, Neles Hiariej (Wakil), dibantu

oleh Simon Paliama, Wilhemus Joseph, Leo Siahaya, Enos Joseph, dan

Benjamin Bremer. Untuk keperluan 12 tiang lilin gereja, seorang jurangan

motor ikan Waitua yang bernama, Enos Noija dan seorang laki-laki dari suku

Buton memimpin rombongan jemaat lainnya mengambil kayu di hutan Hitu,

tepatnya di lokasi yang bernama “Telaga Kodok”. Kayu-kayu ini kemudian

ditarik ke desa Hunut dan selanjutnya dibawah ke Galala menggunakan

arumbae/belang. Atas kerja keras bersama, akhirnya gedung gereja tersebut

diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1956 oleh Ketua Sinode GPM waktu itu,

Pdt. de Fretes dengan nama Imanuel (Allah Beserta Kita). Corak yang terlihat

pada dinding-dinding depan gereja ini menggambarkan aktifitas kelompok

nelayan dengan lautan yang biru. Ini menandakan bahwa komunitas mula-mula

jemaat ini adalah komunitas para nelayan.6

Pertumbuhan jemaat GPM GATIK mulai pesat setelah gedung gereja

permanen ini didirikan dan difungsikan. Para pendatang mulai memilih untuk

bermukim di jemaat ini, sebagai pilihan yang strategis sebab letak geografis

jemaat ini berada di pinggiran Kota Ambon.

Seiring dengan pertumbuhan jemaat, tragedi kemanusian 1999 yang

melanda pulau Ambon dan sekitarnya menjadi sebuah moment yang tidak

terlupakan oleh jemaat GATIK. Tepat ditanggal 24 Juni 2000, sebagian dari

jemaat ini hancur terbakar. Tercatat, satu gedung gereja di sektor pelayanan

Yabok, rumah-rumah jemaat terbakar dan jiwa hilang bagikan sekam,

5Winerungan Joris; http://winerungan.blogspot.co.id/2008/09/gereja-galala-dan-hative-kecil.

html, diakses tanggal 20 Juni 2017, Pukul 13.00 WIB.

6 Winerungan Joris; http://winerungan.blogspot.co.id/2008/09/gereja-galala-dan-hative-kecil.

html, diakses tanggal 20 Juni 207.

Page 4: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

50

menyebabkan banyak warga jemaat memilih tinggal di tempat-tempat

pengungsian/sementara dengan cara mereka masing, ada yang tinggal di

tempat-tempat umum milik pemerintah, ada yan memilih membeli dan

mengontrak rumah bahkan ada berinsiatif keluar dan tidak kembali ke tempat

semula. Kondisi ini menyebabkan ritme pelayanan pun menjadi luas hingga ke

Karpan, Hallong dan Passo guna menjangkau kebutuhan pelayanan warga

Jemaat.

Semangat untuk keluar dari keterpurukan bersama akibat tragedi

kemanusiaan 1999 menghasilkan pertumbuhan iman jemaat yang luar biasa.

Sedikit demi sedikit warga jemaat mulai membangun fasilitas tempat tinggal

dan kembali bermukim di jemaat GATIK, hingga sekarang jemaat ini terus

bertumbuh dalam sepuluh sektor pelayanan.

2. Letak Geografis

Seperti yang digambarkan sebelumnya bahwa Jemaat GPM Galala-

Hative Kecil (selanjutnya disebut GATIK), adalah dua desa/negeri yang

dijadikan satu jemaat. Secara geografis dua desa ini tidak kelihatan batasnya.

Dalam lingkup pelayanan Gereja Protestan Maluku (GPM), Jemaat

GPM GATIK, adalah salah satu dari 27 jemaat yang ada dalam wilayah

pelayanan Klasis Pulau Ambon Timur. Dulu sebelum pemekaran klasis, jemaat

GATIK ada dalam bagian pelayanan Klasis Pulau Ambon. Tetapi, sejak 08

Apri 2013, demi efisiensi pelayanan, jemaat ini dilepaskan bersama dengan

jemaat-jemaat yang lain dan digabungkan bersama dalam Klasis Pulau Ambon

Timur.7 Jemaat ini berada kira-kira 12 km dari pusat kota Ambon, dan dapat

ditempuh dengan mengunakan jasa angkutan darat selama 5-10 menit. Secara

geografis, jemaat GPM Galala-Hative Kecil terletak pada pesisir pantai Teluk

Dalam Pulau Ambon, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:8

7Dokumen Sinode GPM tentang Pemekaran Klasis (Biro Dokumentasi) dari Kantor Sinode

GPM pada tanggal 02 Mei 2017.

8Data Renstra Jemaat, Januari 2017 (Sekretariat Jemaat GPM GATIK), pada tanggal 05 Mei

2017.

Page 5: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

51

Sebelah Utara berbatasan dengan Jemaat GPM Halong

Sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat GPM Pandan Kasturi

Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Ambon Dalam

Sebelah Selatan berbatasan dengan areal perbukitan negeri Halong

3. Segi Demografi

Sebagai salah satu jemaat di Pulau Ambon Timur, Jemaat GPM

GATIK, mengalami perkembangan dalam pelayanan maupun pengorganisasian

pelayanan. Di jemaat GPM GATIK terdapat 10 sektor pelayanan, masing-

masing: Sektor Effata, Bukit Sion, Siloam, Galilea, Tiberias, Bethesda,

Getsemani,Yabok, Tigris, dan Yarden. Pembagian wilayah pelayanan ini

dilakukan demi efektivitas pelayanan Gereja kepada warga jemaat.9 Rincian

data tentang jumlah jiwa sesuai pembagian wilayah pelayanan dan kelompok

usia dan status keanggotaan Gereja dalam Jemaat GPM GATIK dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Table 1

Gambaran Keadaan Anggota Jemaat GPM GATIK

No. Sektor Jumlah

Unit

Jumlah

KK

Jumlah Jiwa Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Efata 5 173 354 338 692

2. Bukit Sion 4 120 270 272 542

3. Siloam 4 125 243 239 482

4. Galilea 6 150 290 306 596

5. Tiberias 4 138 311 299 610

6. Bethesda 4 121 243 239 482

7. Gatsemani 6 156 349 336 685

8. Yabok 4 106 215 218 433

9. Tigris 4 102 244 221 465

10. Yarden 5 183 373 366 739

Jumlah 46 1.374 2.892 2.834 5.726

Sumber : Data Statistik Jemaat Tahun 2016

9Renstra Jemaat GPM Galala-Hative Kecil tahun 2017.

Page 6: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

52

Pada table 1, memaparkan bahwa jemaat GPM GATIK berjumlah 1.374

Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah jiwa laki-laki sebanyak 2.892 dan jiwa

perempuan sebanyak 2.834 sehingga total jumlah jiwa jemaat GPM GATIK

adalah 5.726 jiwa tersebar dalam 45 unit pelayanan dengan pembagian KK dan

Jiwa yang tidak merata. Jumlah Jiwa tertinggi adalah di sektor Yarden yaitu

739 jiwa, sedangkan terendah adalah di sektor Yabok yaitu 433 jiwa.

Table 2

Gambaran Keadaan Jemaat Menurut Kelompok Usia

dan Status Keanggotaan

No. Sektor

Kelompok Umur Baptis Sidi Jumlah

0

s/d

3

4

s/d

6

7

s/d

9

10

s/d

12

13

s/d

16

17

s/d

45

46

s/d

59

>

60 S B S B

1 Efata 52 37 44 36 51 321 90 61 662 30 452 20 1.856

2 Bukit

Sion

31 19 26 39 33 270 79 45 514 28 380 14 1.478

3 Siloam 32 20 26 20 31 236 84 34 463 19 329 25 1.319

4 Galilea 30 19 36 30 47 278 97 50 578 18 409 16 1.608

5 Tiberias 37 41 41 40 61 267 85 38 579 31 357 33 1.610

6 Bethesda 26 20 18 27 39 230 81 41 456 26 322 30 1.316

7 Gatsemani 46 35 22 24 38 226 62 22 443 20 289 21 1.248

8 Yabok 25 30 25 24 38 202 60 28 397 36 255 35 1.155

9 Tigris 37 35 27 25 31 238 56 27 443 22 275 36 1.252

10 Yarden 58 48 35 20 43 274 71 59 691 48 482 29 1.858

Jumlah 374 304 300 285 412 2.542 765 387 5.226 278 3.550 259 14.682 Sumber : Data Statistik Jemaat Tahun 2016

Table 2 di atas menunjukan pengelompokan warga Jemaat dalam

kelompok usia. Terlihat bahwa usia yang menonjol tinggi adalah usia 17-45

tahun, yakni sebesar 44 % dan ini termasuk dalam katagori pemuda, kedua,

kelompok usia 46-59 tahun dan ini dinamakan sebagai kategori dewasa. Dua

kelompok usia ini dikatakan sebagai pengelompokkan usia angka produktif dan

bagi gereja ini adalah sumber kekuatan/daya yang berperan dalam sebuah

perubahan pelayanan.

Page 7: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

53

4. Tingkat Pendidikan

Jemaat GPM GATIK memiliki sumber daya manusia yang mapan bagi

pengembangan pelayanan. Potensi diri warga jemaat dapat dikatakan sangat

baik bila dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki. Dapat dilihat pada tabel

3 di bawah ini:

Table 3

Gambaran Tingkat Pendidikan Warga Jemaat

No. Sektor Tingkat Pendidikan Terakhir (Ijazah)

SD SMP SMU D1 D2 D3 D4/S1 S2 S3 Jumlah

1 Efata 20 41 181 2 0 20 62 4 0 330

2 Bukit

Sion

11 19 154 6 4 16 48 14 1 273

3 Siloam 8 24 170 25 2 13 43 1 1 287

4 Galilea 48 26 216 4 1 13 39 3 0 350

5 Tiberias 18 53 193 2 1 12 43 5 0 327

6 Bethesda 21 31 120 0 0 7 24 0 0 203

7 Gatsemani 25 41 120 10 6 9 37 5 0 253

8 Yabok 9 27 135 2 3 11 36 2 0 225

9 Tigris 20 28 117 5 3 9 35 2 0 219

10 Yarden 10 34 199 6 7 18 73 10 1 358

Jumlah 190 324 1.605 62 27 128 440 46 3 2.825

Sumber : Data Statistik Jemaat Tahun 2016

Table 3 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan di Jemaat GPM

GATIK yang baik ini telah tersebar pada 10 sektor pelayanan. Mayoritas

jemaat berijazah SMU sebanyak 57% dan berijazah S1 sebesar 16 %, sehingga

tingkat pemikiran dan nalar akan memberi kontribusi yang baik pula terhadap

berbagai masalah masyarakat dan perkembangan pelayanan ke depan. Animo

untuk melanjutkan pendidikan juga sangat baik di Jemaat ini, terbukti dari

bahwa 86% jemaat masih berada pada proses pendidikan dari jenjang TK

sampai Perguruan Tinggi (PT).

5. Kondisi Ekonomi

Page 8: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

54

Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi Jemaat, maka harus melihat

pada usia angkatan kerja dan jenis pekerjaan anggota jemaat. Hal ini dapat

dilihat pada table 4 di bawah ini:

Table 4

Gambaran Keadaan Usia Angkatan Kerja

Jemaat GPM Galala-Hative Kecil

No. Sektor Jumlah

Jiwa Bekerja Belum Jumlah

Usia

Produktif

Usia

Prod. yg

Sklh

1 Efata 690 218 224 442 479 37

2 Bukit

Sion

546 216 151 367 401 34

3 Siloam 482 198 110 308 356 48

4 Galilea 600 249 141 390 432 42

5 Tiberias 609 222 133 355 395 40

6 Bethesda 481 115 205 320 353 33

7 Gatsemani 685 153 135 288 313 25

8 Yabok 433 143 97 240 264 24

9 Tigris 465 128 139 267 314 47

10 Yarden 739 229 143 372 401 29

Jumlah 5.730 1.871 1.478 3.349 3.708 359

Sumber : Data Statistik Jemaat Tahun 2016

Table 4 memperlihatkan keadaan jemaat berdasarkan usia anggkatan

kerja. Ada 40 % anggota Jemaat yang belum atau tidak bekerja dari usia

produktif 3.708 jiwa. Angka ini menyatakan bahwa ada begitu banyak warga

jemaat yang dikatagorikan sebagai pengangguran dan hal ini sangat berdampak

pada pemenuhan kebutuhan hidup hari-hari, dll.

6. Sistim Kekerabatan

Umumnya orang Maluku Tengah menganut sistim kekerabatan

patriakhal, yaitu sistim keturunan atau kekeluargaan menurut garis keturunan

ayah. Setelah terjadi perkawinan, maka si istri dan suami mulai terlibat dalam

sebuah pola kekerabatan. Si suami dianggap sebagai anggota keluarga si istri,

sebaliknya si istri dianggap sebagai anggota keluarga suaminya. Sebab itu,

biasanya setelah perkawinan si istri maupun suami bebas untuk memilih mau

tinggal di lingkungan tempat tinggal suami atau di lingkungan tempat tinggal

istri, sampai mereka memiliki tempat tinggal sendiri.

Page 9: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

55

Dalam hak-hak dan kedudukan, suami dan istri pada masyarakat

Maluku Tengah memiliki derajat yang seimbang. Tak ada yang lebih tinggi

maupun lebih rendah, masing-masing saling mengisi dan saling bekerja sama.

Istri menghormati suami, demikian juga suami menghargai istri. Anak laki-laki

maupun anak perempuan mendapat kedudukan yang sama dan sejajar dalam

keluarga maupun masyarakat. Masing-masing mempunyai hak untuk mewarisi

apa yang menjadi milik orang tua.

Dalam hal bapanggel (memanggil/ berkomunikasi), orang di Maluku

Tengah memiliki ciri khas tersendiri. Misalnya, cara bapengel (memanggil/

berkomunikasi) bagi seorang kakak laki-laki, disebut “bu” dan “usi” untuk

kakak perempuan. Sebutan untuk orang tua laki-laki, adalah “papa/tata” dan

perempuan, adalah “mama”. Untuk saudara perempuan ibu, sering di panggil

“mama tua, mama tengah atau mama bongso” berdasarkan urutan mereka

dalam keluarga diiikuti dengan nama mereka, sedangkan untuk saudara laki-

laki ibu, disebut “om”, untuk suami saudara perempuan ibu, disebut “wate”

dan ”mui” kepada istri saudara laki-laki ibu. “ipar laki-laki/perempuan” adalah

sebutan bagi istri/suami dari saudara laki-laki/perempuan kita, sedangkan

“konyadu” adalah sebutan kepada saudara dari “ipar”. Untuk saudara laki-laki

ayah, dipanggil “papa tua, papa tengah, papa bongso” berdasarkan urutan

mereka dalam keluarga diikuti dengan nama mereka, sedangkan untuk saudara

perempuan Ayah, disebut “tanta/uwa”. Untuk orang tua dari ayah/ibu, di sebut

“tete/nene” dan orang tua dari orang tua kita, disebut “oyang”. Untuk anak

dari anak kita disebut “cucu” dan “cece” untuk anak dari “cucu” kita.

Cara bapanggel (memanggil/berkomunikasi) ini umum terjadi di

Maluku Tengah (baca: Kota Ambon) dan bukan hanya menunjukkan sebuah

penghormatan untuk orang yang lebih tua dari kita tetapi cara bapanggel/

memanggil adalah untuk membangun relasi dengan orang lain entah karena

usia yang lebih tua atau untuk orang yang tidak ada hubungan kekeluarga dan

tidak saling kenal.

7. Sosial Budaya

Page 10: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

56

Adanya pengaruh adat istiadat yang merupakan kebiasaan hidup

masyarakat atau jemaat yang mewarisi nilai-nilai budaya masih kental dan

dipegang sampai sekarang, adalah:

7.1 Bentuk-bentuk pranata sosial budaya yang khas di dalam jemaat GPM

Galala-Hative Kecil (GATIK) adalah relasi kekerabatan antar desa atau

hubungan Pela10

antara dua desa ini dengan desa Islam di Kecamatan

Leihitu, yakni Desa Galala-Hitu Lama dan Desa Hative Kecil-Hitu

Mesing.

1.1 Pela Galala-Hitu Lama11

Dokumen sejarah pemerintahan yang dimiliki kedua negeri ini,

menyimpan sebuah arsip kronologis sejarah pembentukan Pela antara

keduanya, sebagaimana terurai di bawah ini:12

Komitmen hubungan pela antara dua negeri Islam-Kristen ini dimulai

58 tahun lalu, ketika pejabat Panglima Kodam XV Pattimura, Kolonel

Herman Pieterz mengadakan perlombaan “Arumbai Manggurebe” untuk

negeri-negeri di pulau Ambon dan pulau-pulau Lease. Desa Galala pun

tidak ketinggalan untuk mengikuti perlombaan tersebut, karena itu

pemerintah desa Galala kemudian memesan arumbai/belang dari negeri

Hitu Lama. Setelah kesepakatan sesuai waktu yang ditentukan, utusan dari

desa Galala datang untuk membayar “Arumbai/belang” yang dipesan

tersebut. Namun, raja Hitu Lama menolak pembayaran itu dan mengusulkan

untuk kedua negeri ini angkat pela. Tawaran ini disambut gembira oleh

utusan dari desa Galala dan masyarakatnya. Dari situlah, maka pada tanggal

10

Menurut P. Lasamahu, (Skripsi: Gereja Dan Pela; Salatiga,2009 ),kata Pela berasal dari kata

Pila yang berarti buatlah sesuatu untuk kita bersama, dan kadang-kadang kata Pila diberi akhriran

“tu” sehingga menjadi “pilatu” yang memiliki arti menguatkan, menanam atau mengusahakan

sesuatu benda tidak mudah rusak atau pecah. Kini kata Pila itu telah berubah menjadi Pela. Oleh

Tanamal, dalam bukunya yang berjudul, Pengabdian dan Perjuangan (1985), mengungkapkan

istilah pela dalam kenyataannya menunjuk pada ikatan kesatuan dan persaudaraan antara dua

negeri/desa atau lebih baik itu antara negeri-negeri Kristen dan negeri Islam. 11

http://www.beritamalukuonline.com/2015/10/dua-negeri-adat-beda-agama-galala-hitu.html,

di akses pada tanggal, 12 Juni 2017, pukul.20:45 WIB.

12Sumber : Arsip Pemerintahan Desa Galala-Hitu Lama, diambil dari Kantor Desa Galala,

pada tanggal 06 April 2017.

Page 11: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

57

19 Mei 195913

, raja Hitu Lama, As‟Ad Pellu yang bergelar Upu Latu Sitania

dan Raja Galala, Esou Joris, mengikrarkan hubungan pela antara Galala

dengan negeri Hitu Lama, yang dikenal dengan Pela Arumbai.

Hubungan pela yang terjadi antara Salam-Sarani yang berlatar

belakang Arumbai ini, tidak memiliki janji yang berbentuk hukum tetapi

sejak saat itu, masyarakat negeri/desa ini memiliki ikatan untuk membangun

kehidupan dalam kerukunan persaudaraan yang saling melindungi, saling

menghormati dan saling membantu di setiap pekerjaan pembangunan. Ini

terbukti. Masyarakat negeri Hitu Lama turut berpartisipasi secara langsung

dalam pembangunan Gedung Gereja di Galala, begitu juga sebaliknya,

masyarakat Galala turut membantu pembangunan Masjid di negeri Hitu

Lama. Pekerjaan gotong royong dengan istilah Masohi, tetap lestari sampai

saat ini.

Ritual yang ditandai dengan minum sopi14

yang disajikan dengan 2

buah wadah, terbuat dari tempurung kelapa yang kemudian dilakukan

“toots” bersama oleh kepala desa Galala dan Raja Hitu Lama. Hal ini

menjadi tanda bahwa kedua negeri telah mengatakan sikap untuk tetap

menjadi pela abadi sampai selamanya. Dan bukan itu saja, janji angkat pela

yang diikrarkan bersama telah terealisasi dengan pesta “panas pela”15

sebanyak empat kali.

1.2 Pela Hative Kecil-Hitu Messing

Tentang sejarah Pela antara Hative Kecil-Hitu Lama ini, tidak ada

dokumen tertulis yang didapati. Hubungan pela antara dua kampung

13

Hasil Wawancara dengan Bapak.J.Van Capelle (Raja Desa Galala), pada tanggal 20 Maret

2017.

14Sopi adalah minuman tradisonal khas Maluku, yang berasal dari bahasa Belanda,Zoopje, yang

berarti alkhol cair. Untuk menghasilkan sopi,biasanya dilakukan proses penyulingan dari buah

pohon enau atau dari buah pohon kelapa. Proses penyulingan menggunakan alat tradisional yaitu

bambu, dan dilakukan dengan cara tradisonal yaitu dimasak di atas tungku.

(diakses dari http://repository.uksw.edu/handle/123456789/3843/ Skripsi: Liyouine E.Wattimena) pada tanggal, 30 Juni 2017, Pukul 17.00 WIB.

15

Panas Pela adalah upacara adat yang dilakukan didaerah Maluku untuk mengeratkan hubungan

persaudaraan antara desa. Melalui panas pela ini juga, kedua desa yang ber-pela menemukan jati

diri untuk selalu memelihara dan menjaga hubungan persaudaraan yang telah dibangun bersama.

Page 12: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

58

Kristen-Islam terjadi dari latar belakang konflik. Sejarah singkat tentang

Pela kedua negeri ini, diperoleh dari tuturan sejarah beberapa staf desa,16

bahwa:

Sebelum Portugis hadir di Maluku, kerajaan Ternate berhasil

menguasai Maluku dan Irian. Saat itu, Hitu menjadi pusat rempah-rempah

dan memainkan peranan yang sangat penting di Maluku dan menjadi titik

sentral agama Islam di Pulau Ambon. Pada tahun 1512,17

Portugis

menginjaki kaki di Ternate dan melakukan ekspansi politik dan penyebaran

agama melalui keakraban dengan Ternate. Hitu menjadi satu lumbung

rempah-rempah bagi Portugis. Semasa berjaya di Maluku, pasokan rempah-

rempah berhasil dimonopoli untuk dijual ke pasar dunia. Selain, keuntungan

dari hasil perdagangan, misi penginjilan Portugis juga berkembang dengan

pesat.

Kehadiran Portugis memicu pertikaian karena kepentingan, soal jual

beli rempah-rempah maupun perkembangan populasi kekistenan sehingga

turut berpengaruh bagi orang-orang di Hative Kecil dan Hitu-Messing.

Konflik sering terjadi antara dua kampung ini. Dengan alasan, Hative Kecil

selalu berpihak kepada Portugis.18

Saat itu, Hative Kecil belum memiliki

struktur pemerintahan yang defenitif sehingga semua hal diatur oleh

kelompok orang melalui geografis tempat tinggal. Tahun 1940 terpilihlah

Yohanes Andarias Muriany sebagai raja Hative Kecil yang pertama.19

Di

sinilah titik awal kedua negeri yang beda agama ini bertekad untuk menjalin

kekerabatan pela guna mengantisipasi terjadi konflik berlanjut antar dua

negeri ini.

Hubungan pela yang terjadi antara Salam-Sarani yang berlatar

belakang konflik ini, tidak memiliki janji yang berbentuk hukum tetapi sejak

16

Hasil Wawancara dengan Bapak. Josias Muriany pada tanggal 06 Mei 2017, dan Bapak

Paulus Paays, pada tanggal 27 April 2017.

17https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ternate, diakses pada tanggal 18 Agustus 2017,

Pukul 07.37 WIB.

18Hasil Wawancara dengan Bpk. Paulus Paays, (Ketua Saniri Negeri Hative Kecil), pada tanggal

27 April 2017.

19

Hasil Wawancara dengan Bpk. Izak Muriany, (Kepala Soa Marga Muriany), pada tanggal, 23

April 2017.

Page 13: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

59

saat itu, masyarakat dua negeri ini memiliki ikatan untuk membangun

kehidupan dalam kerukunan persaudaraan yang saling melindungi, saling

menghormati dan saling membantu di setiap pekerjaan pembangunan.

Ritual panas pela yang lazimnya dijalankan oleh negeri yang

menyatakan hubungan pela guna memupuk rasa kebersamaan dan

persaudaraan, belum bisa dilakukan oleh kedua negeri ini, hal ini

disebabkan karena belum adanya pemerintahan yang defenitif pada negeri

Hitu-Messing.20

Tetapi, kebersamaan dan persaudaraan tetap terlihat dalam

keseharian hidup mereka. Ini terbukti, lewat kehadiran umat dari negeri Hitu

Messing secara langsung dalam pembongkaran Gedung Gereja di Imanuel-

GATIK pada tanggal 17 Januari 2017.

7.2 Muhabeth

Pengertian Muhabet bisa dilacak dalam Bahasa Arab. Dalam sebuah

blok yang bernama kuti kata Elifas Tomix Maspaitella21

, menjelaskan bahwa

dengan bantuan temannya, Sumanto al Qurtuby yang juga anggota Jaringan

Islam Liberal (JIL) memaparkan bahwa mengenai Muhabeth, ada istilah dalam

bahasa Arab yang diperkirakan sebagai etimologinya. Istilah tersebut ialah

“muhiba” (kata benda, noun), yang berarti kunjungan. Kata sifat (adjective)

ialah “hibat”, dan keduanya bersumber dari akar kata “hub” yang berarti cinta,

kepeduliaan, atau orang-orang yang mendermakan sesuatu untuk orang yang

dicintai. Di sini dapat dikatakan bahwa Muhabeth ialah suatu perhimpunan

yang terdiri dari anggota masyarakat atas dasar kepedulian sosial, cinta kasih

dan bertujuan untuk membantu anggota masyarakat lain yang perlu dibantu,

atau yang berada dalam kesusahan/ dukacita.

Dari pengertian di atas, telah membantu kita untuk mengetahui apa

alasan pembentukan muhabeth bagi masyarakat di Maluku Tengah, walau nanti

akan ditemukan beberapa perbedaan penanganan di berbagai negeri/desa,

20Hasil Wawancara dengan Bapak Josias Muriany (Raja Hative Kecil sekarang), pada tanggal,

06 Mei 2017.

21

http://kutikata.blogspot.co.id/2008/11/, di akses tanggal 15 Mei 2017.

Page 14: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

60

namun intinya muhabeth adalah lembaga yang mengurusi aktivitas

menyangkut kematian dalam suatu kelompok masyarakat.

Umumnya, Muhabeth di atur oleh kelompok masyarakat atau

Pemerintah Desa setempat. Di setiap muhabeth yang ada pada masing-masing

kampung/desa, memiliki 3 seksi atau biasa dikenal dengan istilah troep22

yakni,

troep gali kubur/kolang, troep bikin peti atau pembuatan peti dan troep pikul

peti atau memikul peti jenazah dari rumah anggota yang meninggal ke area

pekuburan.

Di Jemaat GPM Galala-Hative Kecil (GATIK), memiliki 2 kumpulan

Muhabeth, desa Galala di kenal dengan nama Muhabeth Galala, berdiri sejak

tahun 1956, saat kedatangan Wakil Presiden I Indonesia, Muhamad Hatta

dengan memberikan modal awal bagi pembentukan kelompok

masyarakat/muhabeth ini,23

sedangkan desa Hative Kecil sendiri memiliki

beberapa kumpulan muhabeth tetapi yang masih eksis hanya satu yakni

Muhabeth Anugerah, berdiri tahun 2010.24

Aktifitas Muhabeth ini dimulai saat seseorang meninggal, akan ditandai

dengan bunyi lonceng Gereja sebanyak tujuh kali dengan dentangan yang

lambat dari bunyi pertama ke seterusnya. Kalau yang meninggal adalah

anggota dari sebuah Muhabeth, oleh pengurus Muhabeth membunyikan tifa

sebagai pengumuman kepada masyarakat dan anggota Muhabeth bahwa

anggota muhabethnya telah meninggal dunia (biasanya pemukulan tifa ini

mendahului bunyi lonceng Gereja dan masing-masing Muhabeth memiliki

cara membunyikan tifa yang berbeda satu dengan yang lain).

Kepala-kepala troep kemudian mendatangi keluarga yang berduka

untuk membicarakan tugas Muhabeth. Biasanya kedatangan kepala-kepala

troep ini, bukan hanya sekedar membicarakan tugas dan kerja mereka, tetapi

sekaligus untuk bekerja membantu keluarga yang berduka dalam pembuatan

22

Troep adalah bahasa Belanda yang berarti pasukan, kelompok atau regu atau pasukan Zeni

dalam ketentaraan (dikutip dari: http://negerisaparua.blogspot.co.id/2015/02/melawan-lupa-

part1muhabeth-muhabeth-di.html), tanggal,19 Juni 2017, pukul 09.15 WIB. 23

Hasil Wawancara dengan Bapak On Joseph (Ketua Muhabeth Galala), tanggal, 01 Mei 2017.

24

Hasil Wawancara dengan Bapak Samuel Eurepley, Ketua Muhabeth Anugerah, pada tanggal

03 Mei 2017.

Page 15: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

61

peti jenasah dan penggaliang liang lahat (kubur). Salah satu keluarga yang

diutus untuk bersama kepala troep ke TPU untuk menunjukan lokasinya atau

atas keinginan keluarga, lokasinya bisa di halaman milik keluarga

atau kintal keluarga.

Masing-masing troep menjalankan prosedur kerja yang telah

ditetapkan atau yang telah menjadi kebiasaan umum. Kalau jenazah belum

dimakamkan maka anggota Muhabeth akan terus menemani keluarga duka dan

di setiap malam akan ada ibadah penghiburan yang dilakukan oleh Majelis

Jemaat setempat. Ibadah penghiburan ini dihadiri oleh kerabat, kenalan,

tetangga dan anggota Muhabeth. Tujuannya untuk menghibur, menguatkan

serta empati dan solidaritas sosial bagi keluarga yang sedang berduka. Kerja

Muhabeth berakhir ketika jenazah dimakamkan.

B. PEMAHAMAN ORANG DI GATIK TENTANG TRADISI TUNJUITAM

1.1 Asal Mula Tunjuitam

Menelusuri lebih jauh tentang kehidupan orang di Galala-Hative Kecil

(GATIK) tidak akan lengkap tanpa terlebih dahulu mengenal apa yang menjadi

identitas khas dari Jemaat ini, yang biasanya dikenal dengan sebutan

Tunjuitam. Secara umum Tunjuitam dipahami oleh orang-orang GATIK

sebagai acara kumpul keluarga, yang dirangkaikan dalam sebuah akta syukur

di gereja secara bersama-sama. Tunjuitam dilakukan sejak dahulu oleh orang

totua/leluhur dan dikenal sebagai satu-satunya tradisi turun temurun dan sangat

bermakna bagi orang-orang setempat waktu itu.25

Dulu orang di Halong dan

Lateri (dua jemaat/desa tetangga) menjalankan juga tradisi ini tetapi kemudian

hilang, hanya di GATIK yang masih bertahan sampai sekarang.26

Semua

informan menyatakan bahwa Tunjuitam adalah produk masyarakat, awalnya

diberlakukan di dalam masyarakat homogen Galala-Hative Kecil yang bermata

25

Wawancara dengan Bapak Hengki Paliama (Ketua Paduan Suling/Torompet, Jemaat

GATIK), pada tanggal, 20 April 2017. 26

Wawancara dengan Ibu Wehelmina Joseph, warga asli Galala, pada tanggal 18 April 2017.

Page 16: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

62

pencaharian sebagai nelayan,27

yang kemudian melibatkan Gereja lewat akta

syukur (doa), sehingga prinsip Tunjuitam adalah pengucapan syukur keluarga,

yang difungsikan pada saat terjadinya peristiwa kematian.

Tunjuitam awalnya adalah kumpul-kumpul orang saudara dalam

peristiwa kedukaan. Proses kumpul-kumpul ini sudah dimulai ketika seseorang

“putus nafas” atau meninggal, lewat kedatangan keluarga ke rumah duka.

Dulu, ketika masih diberlakukan peringatan 3,7 bahkan 40 hari kematian,

orang saudara selalu ada bersama dengan keluarga yang berduka, tetapi saat

gereja menghilangkan tradisi-tradisi atas peringatan kematian ini, praktek

kumpul keluarga tetap dipelihara dalam tradisi Tunjuitam yang dilaksanakan

dalam balutan kekristenan sebagai pengucapan syukur keluarga atas duka yang

dialami.28

Pemahaman jemaat yang terbatas tentang tradisi Tunjuitam dikarenakan

tidak ada dokumen tertulis,29

sehingga untuk mencari asal mula Tunjuitam ini

sangat sulit ditemukan, sebab diwariskan oleh leluhur/orang totua secara lisan.

Oleh tiga orang informan, dikatakan bahwa :

Tunjuitam sudah ada sejak leluhur/orang totua.30

Tunjuitam, sudah ada

sejak zaman pelayanan Pendeta.Z.Satumulay31

(1946-1950).32

Cara

bersyukur yang dipraktekkan dalam Tunjuitam mulai terlihat ketika dua

negeri Galala-Hative Kecil ini mengalami bencana tsunami ( air turun

nai) di tahun 1950, yang meluluh-lantahkan dan menghabiskan harta

benda masyarakat tanpa ada korban jiwa. Kesadaran akan penyertaan

Tuhan ini yang kemudian disyukuri secara komunal (masyarakat/jemaat),

lalu dibawah masuk dan dipraktekkan oleh tiap-tiap keluarga lewat

peristiwa kematian sebagai syukur keluarga atas kedukaan yang

dialami.33

27

Wawancara dengan Bpk. Nicolas Muriany (Staf Desa Hative Kecil), pada tanggal 21 April

2017, Bpk. Pieter Dirks (Tokoh Masyarakat GATIK), pada tanggal 22 April 2017, Bpk. Wellem

Joseph (Tokoh Masyarakat/Mantan Sekdes Galala, pada tanggal 23 April 2017.

28Wawancara dengan Bpk.Wellem Joseph, pada tanggal 23 April 2017 dan Wawancara dengan

Bapak Pieter Dirks, pada tanggal,22 April 2017. 29

Wawancara dengan Pdt.Ny.Joice Saimima/N, (Ketua Majelis Jemaat GATIK), pada tanggal

21 April 2017. 30

Wawancara dengan Bpk. Paulus Paays (Staf Desa Hative Kecil), pada tanggal 27 April 2017 31

Wawancara dengan Bpk. Frans Samu-samu (Tokoh Masyarakat/Orang Tua), pada tanggal 01

Mei 2017. 32

Inventaris - Data Nama-Nama Pendeta Yang Pernah Bertugas di Jemaat GPM GATIK. 33

Wawancara dengan Bpk. Wellem Joseph, pada tanggal 23 April 2017.

Page 17: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

63

Dulu masyarakat Galala-Hative Kecil adalah masyarakat homogen, yang

berprofesi sebagai nelayan. Tunjuitam sudah ada dalam komunitas ini.

Terlihat dulu, bahwa kalau ada yang meninggal, maka tidak ada satu

motor ikan (kapal ikan) milik orang Galala-Hative Kecil yang keluar

untuk mencari ikan.34

Dari paparan informan-informan di atas dapat dikatakan bahwa

Tunjuitam adalah produk masyarakat homogen nelayan GATIK sebagai

warisan leluhur dan dipraktekkan turun temurun sampai sekarang. Tunjuitam

berawal dari kumpul keluarga pada peristiwa kematian yang kemudian

dilanjutkan dalam balutan kekristenan sebagai pengucapan syukur keluarga

atas duka yang dialami. Kapan munculnya Tunjuitam, tidak diketahui dengan

pasti, hanya dipahami bahwa Tunjuitam sudah ada sejak leluhur mereka. Hal

ini memang tidak bisa dipersalahkan sebab pola pewarisan budaya yang secara

umum terjadi di Maluku adalah pewarisan secara lisan, sehingga hal yang

menyangkut waktu (tahun), tentu tidak secara mudah diketahui, tetapi pada saat

orang meninggal diwaktu mereka masih kecil atau menjelang remaja, mereka

sudah menjadi saksi hidup bahwa budaya Tunjuitam dilakukan saat orang

meninggal. Efektifitas Tunjuitam mulai terlihat sejak tahun 1950, saat jemaat

ini mengalami persitiwa tsunami (aer turun naik), sebagai bentuk kesadaran

iman akan penyertaan Tuhan yang menyelamatkan.

1.2 Pengertian Tunjuitam

Pemahaman informan tentang ”Tunjuitam” dan arti secara harafiah

sangatlah berbeda. Oleh empat orang informan kunci, yang adalah tokoh adat

dan masyarakat Galala-Hative Kecil dan satu Pendeta yang adalah orang asli

GATIK menjelaskan bahwa kata Tunjuitam adalah singkatan dari tujuh hari

masa hitam. Masa hitam ini diidentikan dengan masa perkabungan.35

Di masa

itu, selama tujuh hari yang dihitung sejak kematian seseorang, keluarga

memakai baju hitam sepanjang hari dan dalam aktifitas apapun. Nantinya di

34

Wawancara dengan Bapak Pieter Dirks, pada tanggal 22 April 2017. 35

Wawancara dengan Bpk.Wellem Joseph, pada tanggal 23 April 2017 dan Bpk. Frans. Samu-

Samu, Ibid, pada tanggal 01 Mei 2017.

Page 18: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

64

hari minggu, keluarga/kerabat menyatakan syukur atas peristiwa kematian

almarhum.36

Lebih lanjut, oleh seorang pelayan yang merupakan orang asli Galala,

menyatakan bahwa orang di Galala-Hative Kecil sering mengatakan

“Tuhjitan” yang terkait dengan tujuh hari kematian. Apa yang dijalankan

oleh leluhur/orang totua sangat kuat berdasarkan Alkitab, sehingga konsep

tujuh hari ini sangat terkait dengan pemahaman mereka tentang masa

pemberhentian Allah dalam bekerja.37

Pendapat-pendapat ini, berbeda dengan

yang dikatakan oleh dua informan berikut, yakni kata ”Tunjuitam” secara

harafiah dari dialek Ambon “unju/tunju” atau “kasih tunjuk/menunjukkan”

dan “itam/hitam” yang diindentikan dengan suatu masa perkabungan/

kedukaan. Sehingga Tunjuitam berarti keluarga yang berduka mau

menunjukkan bahwa mereka ada dalam masa kedukaan.38

Dari apa yang disampaikan di atas, dapat dikatakan bahwa Tunjuitam

adalah sebuah syukur keluarga atas suatu peristiwa hidup yang dialami yaitu

kematian. Tunjuitam pada dasarnya memiliki arti/pengertian yang belum bisa

disepakati secara bersama tetapi dari pengertian dasar ini bisa diberikan

makna sosio-religius bahwa Tunjuitam dipahami sebagai tradisi mengikat

baju hitam pada masa kedukaan yang sama dengan tradisi Israel yang

mengikat kepala mereka dengan kain ketika terjadi malapetaka. Hal ini

digambarkan oleh dua informan bahwa :

“dolo-dolo orang totua yang masih pake kabaya, selalu mengikat ujung

kain kabaya mereka atau memasukan kedalam kain sarung lalu ikat

ujung-ujung kain sebagai tanda bahwa dorang sementara berduka”.39

“orang totua dolo-dolo pake kain-kabaya hitam, panjang sampe di mata

kaki (menutupi ujung kaki). Jadi, katong tahu kalau dorang sementara

berduka.40

36

Wawancara dengan Bpk.Hengky Paliama,pada tanggal 20 April 2017 dan Ibu Maranatha

Joseph (Warga Asli Galala), pada tanggal 24 April 2017.

37

Wawancara dengan Pdt. Albert Joris, (Warga Asli Galala), pada tanggal 18 April 2017. 38

Wawancara dengan Bpk.Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017 dan Bpk.Polly Paais, tanggal 27

April 2017. 39

Wawancara dengan Bpk.Wellem Joseph,tanggal 23 April 2017, Bpk.Hengki Paliama,tanggal

20 April 2017 dan Bpk.On Joseph (Tokoh Masyarakat Galala dan Ketua Muhabeth Desa Galala),

pada tanggal 01 Mei 2017.

Page 19: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

65

Secara religius Tunjuitam dipahami sebagai masa tujuh hari berkabung.

Sehingga membentuk pemahaman orang-orang di GATIK untuk menyatakan

syukur kepada Tuhan di hari minggu setelah melewati hari ketujuh kematian.

Secara sosial, Tunjuitam dikaitkan dengan dialek Ambon “unju” yang bisa

berarti ganda, yaitu pertama: bahwa keluarga berduka harus menunjukkan

dengan cara memberitahukan kepada keluarga/ tetangga/ kerabat untuk

bersama dengan mereka dalam pelaksanaan Tunjuitam dan kedua: keluarga/

tetangga/ kerabat harus “unju muka/ datang menjumpai” kepada keluarga

yang berduka sebagai bentuk solidaritas dalam suka maupun duka. Hingga,

tercipta suatu kekerabatan antar keluarga. Oleh dua orang warga asli GATIK,

mengatakan bahwa:

“Kalau keluarga si A yang mengalami kedukaan datang kasisuara

(mengundang), katong akang pi di dong pung Tunjuitam, tapi kalau dong

seng bilang katong for pi maka katong seng pi”.41

“Katong harus pi di

dong pung Tunjuitam sebagai keterikatan darah dan daging. Ale pung

duka katong jua pung duka. Pi di dong pung duka, katong seng perlu

bawa apa-apa, yang penting katong bawa diri dan tunju katong muka

kalau katong ada datang dalam kedukaan dong”.42

Pendapat-pendapat di atas menjelaskan bahwa ada perbedaan

pemahaman tentang pengertian Tunjuitam secara harafia. Tetapi, dari

pendapat-pendapat ini telah menolong kita untuk memahami maksud dari kata

Tunjuitam itu, bahwa setelah masa tujuh hari kematian seseorang, keluarga

harus ada secara bersama dengan keluarga duka untuk menyatakan syukur.

Karena itu, yang merupakan bagian dari keluarga duka harus ada bersama

(tunjuk muka) dengan keluarga yang berduka dan sebaliknya untuk menjaga

rasa dari keluarga besar, maka keluarga yang berduka pun harus

menyampaikan undangan untuk melibatkan keluarga-keluarga yang lain dalam

syukur mereka, sehingga ada hubungan timbal balik sebagai bagian dari

keikutsertaan dalam kedukaan itu. Selanjutnya, Tunjuitam bukan hanya

40

Wawancara dengan Ibu.Abigael Latuheru (Orang Tua GATIK), pada tanggal 01 Mei 2017. 41

Wawancara dengan Ibu. Maranatha Joseph, pada tanggal 24 April 2017. 42

Wawancara dengan Bpk. Hengki Paliama, pada tanggal 20 April 2017.

Page 20: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

66

melibatkan keluarga sebagai hubungan darah tetapi juga komunitas jemaat

sebagai sebuah persekutuan.

1.3 Tujuan Tunjuitam

Walaupun Tunjuitam secara umum mulai surut identitasnya/ maknanya

tetapi Tunjuitam memiliki tujuan positif sebagai bentuk solidaritas keluarga.

Oleh karena itu, pemaknaan tentang Tunjuitam terus di wariskan turun

temurun dari orang tua kepada anak-cucu sebagai generasi penerus. Sebagai

bentuk solidaritas bersama, maka secara umum, tujuan Tunjuitam adalah

menggumpulkan keluarga besar (ayah/ibu) dan menyatakan syukur kepada

Tuhan pemilik hidup atas kehidupan kepada almarhum serta mengambilnya

dan syukur itu dibagikan bersama kaum keluarga/kerabat yang saling

mendukung, membantu, sepenangungan, saling merasakan dan menguatkan

dalam peristiwa kedukaan.

Lebih lanjut, Tunjuitam dipahami bukan saja sebagai ruang untuk

menggumpulkan keluarga, baik dekat atau jauh (jarak geografis), satu generasi

ke generasi berikutnya, sehingga ada keakrapan keluarga, adik-kakak/sepupu,

tetapi juga sebagai tempat untuk menunjukan solidaritas

keluarga/kerabat/tetangga, serasa sepenangungan atas peristiwa kematian.43

Tunjuitam merupakan tempat untuk laeng kanal laeng antar satu generasi

dengan generasi yang lain (saling mengenal antar keluarga).44

Sebab, dalam

proses Tunjuitam harus menghimpun dua keluarga besar (ayah/ibu), disinilah

kita saling berjumpa, mengenal dan tahu tentang silsilah keluarga sehingga

anak/cucu mengetahui bahwa kita adalah orang basudara dan ke depan tidak

terjadi proses kawin mengawin. Tunjuitam dilakukan supaya antar

keluarga/kerabat merasa ada hubungan kekeluargaan yang tidak terputus hanya

karena kematian, seperti yang dikatakan oleh dua orang tua, berikut:

Tunjuitam dijalankan dan melibatkan semua keluarga (ayah/ibu) supaya

hubungan kekeluargaan itu tetap ada, walau katong pung orang tua sudah

43

Wawancara dengan Bpk. Hengki, pada tanggal 20 April 2017, Bpk.On Joseph, pada tanggal

01 Mei 2017 dan Bpk.Welem Joseph, pada tanggal 23 April 2017. 44

Wawancara dengan Nicolas Muriany (Staf Pemerintah Desa Hative Kecil), pada tanggal 24

April 2017.

Page 21: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

67

meninggal”.45

Tunjuitam dibuat supaya laeng tetap inga laeng walau

katong pung orang totua su meninggal. Kematian bukan for memisahkan

katong pung hidop orang basudara, bukan karena nene/tete seng ada lalu

katong laeng lupa leang”.46

Menurut informan, jika dalam perjalanan hidup ada konflik/pertikaian

antara adik dan kakak, maka Tunjuitam bisa dijadikan sebagai tempat untuk

“bikin bae” (saling memaafkan/mendamaikan), terungkap lewat pernyataan

berikut :

“Karena batas tanah/dusun, adik dan kakak atau orang basudara bisa

bakalai bahkan sumpah seng bakukanal, tapi, ketika ada duka keluarga

dan salah satu dari mereka yang berkonflik ini datang kasih suara for

Tunjuitam maka di situ dong su laeng kasih suara laeng dan baku bae.”

47

Selanjutnya juga, dikatakan bahwa :

Tunjuitam menjadi ruang untuk laeng kasih nasehat laeng, sharing

keluarga48

. Artinya, dalam pertemuan keluarga ini kemudian menjadi

tempat untuk saling menasihati antar adik-kakak, sepupu/antar kerabat

lainnya terhadap perilaku-perilaku hidup bersama, suka maupun duka.

Tunjuitam juga menjadi tempat untuk membicarakan apa penyebab

kematian almarhum. Sehingga, bisa diantisipasi bagi keturunan

selanjutnya.49

Hampir semua informan memahami bahwa tujuan Tunjuitam adalah

baik; sebagai acara kumpul keluarga, ruang terciptanya solidaritas

kekeluargaan/ kerabatan dan antar tetangga yang saling mendukung,

sepenangungan, merasakan serta menguatkan dalam peristiwa kedukaan, ruang

untuk saling mengenal, menasihati, mengatur sebuah rencana ke depan,

mendamaikan atas konflik internal dan tempat untuk memelihara keakraban

keluarga supaya tetap terbina, tidak terputus akibat adanya kematian.

C. KUMPUL KELUARGA DALAM PELAKSANAAN TUNJUITAM

45

Wawancara dengan Bpk.Wellem Joseph, pada tanggal 23 April 2017. 46

Wawancara dengan Ibu Abigael Latuheru, pada tanggal 01 Mei 2017. 47

Wawancara dengan Bpk. Hengki,pada tanggal 20 April 2017. 48

Wawancara dengan Bpk. J.O Pattipawae, (Sekretaris Jemaat GATIK), pada tanggal 05 Mei

2017.

49Wawancara dengan Bpk. J.O Pattipawae, pada tanggal 05 Mei 2017.

Page 22: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

68

1.1 Kumpul Keluarga Dalam Solidaritas Sosial di GATIK

Ketika kematian terjadi, dan kabar tentang kematian ini mulai terdengar

maka satu per satu keluarga mendatanggi rumah duka. Proses awal kumpul

keluarga terkait dengan peristiwa kematian terjadi di sini. Mereka yang merasa

sebagai keluarga dekat berinisiatif membantu segala persiapan dan pengurusan

jenazah hingga proses pemakaman. Ada yang membawa bahan-bahan material

(seperti gula pasir, teh, beras, bahkan uang), ada yang membantu pembelian/

pembuatan peti jenazah, jika keluarga yang berduka bukan anggota Muhabeth,

pakaian untuk jenazah dan pengalian liang lahat.

Menurut seorang tokoh masyarakat pendatang yang tinggal di GATIK,

nilai solidaritas jemaat ini cukup tinggi. Saat terjadi kematian dan terlihat

terdengar bunyi lonceng gereja sebanyak tujuh kali yang menandakan adanya

kematian warga jemaat, jemaat langsung bereaksi dengan bertanya siapa yang

meninggal? Bahkan ada yang dengan segera, berpakaian seadanya menuju

rumah duka, membantu membuat sabua/tenda duka, mengangkat kursi dan

menemani keluarga berduka.50

Setelah jenazah dimakamkan dan satu per satu pelayat meninggalkan

rumah duka, kaum keluarga masih tetap ada bersama dengan keluarga yang

berduka. Proses pembicaraan tentang pelaksanaan Tunjuitam mulai terjadi dari

kumpul keluarga ini, yakni setelah pelaksanaan upacara pemakaman, dengan

menanyakan tanggal dan waktu Tunjuitam, “supaya bisa kumpul keluarga

lagi.”51

Sederhana! Hal ini merupakan inisiatif salah satu anggota keluarga

yang ada saat kumpul orang saudara tersebut. Setelah penentuan waktu

pelaksanaan, seseorang di tunjuk untuk memberitahukan dan mengundang

sanak saudara yang memiliki hubungan darah/kerabat/tetangga untuk

berkumpul di rumah duka pada waktu yang telah ditentukan. Bagi keluarga

50Wawancara dengan Pdt. Em. Leonard Lohy (seorang Pendeta Emeritus GPM dan Mantan

MPH Sinode GPM, yang bermukim di jemaat GATIK), pada tanggal 19 April 2017. 51

Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017 dan Bpk.Wellem Joseph, pada

tanggal 23 April 2017.

Page 23: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

69

yang tidak sempat hadir dalam proses pemakaman jenazah, harus disampaikan

informasi pelaksanaan Tunjuitam ini.52

Kumpul keluarga selanjutnya, terlihat pada saat pelaksanaan

Tunjuitam, yakni di hari minggu sesuai kesepakatan. Kaum

keluarga/kerabat/tetangga berkumpul lagi di rumah duka yang melaksanakan

Tunjuitam. Di sini, bukan hanya ada kaum keluarga dekat, tetapi ada pelayan

gereja, tetangga dan kerabat lainnya. Gambaran kumpul keluarga pada saat

pelaksanaan Tunjuitam bukan lagi secara genealogis (hubungan darah dari

pihak ayak/ibu) tetapi mencakup juga hubungan sosial lainnya.

Oleh dua orang warga GATIK pendatang, yang pernah melakukan

Tunjuitam mengatakan bahwa :

Katong buat Tunjuitam sebagai tanda terima kasih. Bukan cuma for

keluarga secara genealogis/hubungan darah, tetapi siapa saja yang katong

anggap bagian dari keluarga dan komunitas bersama, yang membantu

dan menguatkan katong dalam kedukaan, maka saat Tunjuitam katong

harus kasisuara dong sebagai bagian dari katong pung syukur.53

Katong

buat Tunjuitam untuk ikut tradisi di sini (GATIK), sebab katong bagian

dari dorang dan sebaliknya, dorang bagian dari katong. Katong akan

sanang kalau ada yang datang for katong saat duka, itu berarti dong mau

bakutamang dan merasakan kedukaan itu sama-sama.54

Lebih lanjut, ditambahkan bahwa dengan suasana hidup heterogen

semacam sekarang, Tunjuitam bukan lagi untuk mengumpulkan orang

basudara secara genealogis, tetapi juga komunitas dua negeri dan jemaat ini

sebab, proses kawin mengawin sudah terjadi. Sehingga pelaksanaan Tunjuitam

bukan hanya melibatkan mereka yang punya hubungan darah dengan kita, tapi

komunitas jemaat ini. Karena itu, Tunjuitam di Gereja sebagai bentuk

membawa natzar keluarga adalah bagian dari kebersamaan dengan jemaat

yang saling menopang, menguatkan dan bersyukur dalam doa. Tunjuitam juga

52

Wawancara dengan Bpk.Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017. 53

Wawancara dengan Bpk.Yafet Akerina (Masyarakat Pendatang yang melakukan Tunjuitam),

pada tanggal 24 April 2017. 54

Wawancara dengan Gerson Siwalette (Masyarakat Pendatang yang melakukan Tunjuitam

saat kematian ayahnya), pada tanggal 03 Mei 2017.

Page 24: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

70

membuat gereja penuh dengan jemaat, karena orang yang malas ke gereja akan

terlihat ketika ada keluarganya yang melaksanakan Tunjuitam.55

Setelah pelaksanaan ibadah bersama di gedung gereja, peserta Tunjuitam

beriringan kembali ke rumah duka. Rangkain Tunjuitam diakhiri dengan makan

bersama keluarga dan pelayan, sehingga terkesan bahwa Tunjuitam dilakukan

sebagai tanda terima kasih bagi keluarga dan masyarakat yang telah membantu

pembuatan peti, sabua/tenda duka, liang lahat dan menemani serta menopang

keluarga dalam masa kedukaan mereka.56

Berdasarkan paparan tentang proses kumpul keluarga sebagai bentuk

solidaritas bersama di GATIK, dapat dikatakan bahwa tidak ada yang mengatur

proses kumpul keluarga ini, sebab apa yang terkait dengan kematian seseorang

adalah sesuatu yang tidak pernah diharapkan/rencanakan, sehingga kumpul

keluarga adalah sebuah proses yang spontan/situasional. Kumpul keluarga bisa

dilihat dalam empat situasi, pertama saat kematian terjadi, kedua, saat selesai

upacara pemakaman untuk perencana waktu pelaksanaan Tunjuitam, ketiga,

saat proses Tunjuitam, yakni kumpul keluarga bersama kaum kerabata/tetangga

dan komunitas jemaat pada ibadah minggu di Gereja dan keempat, ketika

selesai rangkaian Tunjuitam di gereja yang dilanjutkan dengan makan bersama

dan proses pembicaraan guna membicarakan hal-hal penting ke depan.

Keterlibatan keluarga, kerabat, tetangga, pelayan dan jemaat mulai dari

peristiwa kematian sampai pelaksanaan Tunjuitam adalah bagian dari

solidaritas sosial.

1.2 Pergeseran Makna Kumpul Keluarga di GATIK

Berikut ini akan dipaparkan cara dan bentuk-bentuk pelaksanaan

Tunjuitam di jemaat GATIK, yang sebenarnya tidak dimulai dengan sebuah

tahapan persiapan atau pemberitahuan secara resmi dengan menggunakan

55

Wawancara dengan Pdt.Jopy Pellupessy, (Pendeta Jemaat GATIK), pada tanggal 06 Juni

2017

56Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017.

Page 25: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

71

undangan, sebab terkait dengan kematian seseorang yang tidak pernah

diharapkan/rencanakan.

Pelaksanaan Tunjuitam, yakni hari minggu sesuai dengan pemahaman

dan cara yang diturunkan oleh orang totua/leluhur, kaum keluarga/ kerabat/

tetangga berkumpul di rumah duka yang melaksanakan Tunjuitam. Mereka ini

disebut sebagai peserta Tunjuitam keluarga. Ada yang memakai baju hitam,

ada yang tidak.57

Pelayan (Pendeta/Majelis Jemaat) diundang menghadiri acara

tersebut.58

Peran yang dilakukan oleh pelayan Tuhan dan gereja adalah

“memeteraikan” acara tersebut dengan “natzar/uang sumbayang”59

milik

keluarga yang berduka maupun yang dibawah oleh kaum keluarga/tetangga

sebagai tanda syukur lewat doa, yang selanjutnya “natzar/uang sumbayang”

ini dibawah secara bersama dengan persekutuan jemaat dalam doa minggu.

Setelah pelayan Tuhan melakukan perannya (berdoa) bersama keluarga/

kerabat/ tetangga yang berkumpul di rumah duka, secara bersama-sama

(pelayan,keluarga/kerabat/ tetangga) dengan keluarga yang berduka beriringan

menuju gereja. Di gereja peserta Tunjuitam duduk bersama dengan warga

jemaat yang lainnya dan salah satu yang dipercayakan membawa “natzar/uang

sumbayang” ke majelis jemaat di konsitori dan menyatakan bahwa keluarga

meminta pelayanan syukur atas kematian almarhum/almarhuma.60

Selanjutnya,

majelis jemaat membawa informasi ini kepada pelayan firman (pendeta) yang

nantinya syukur keluarga ini didoakan secara bersama dengan jemaat dalam

syafaat. Adapun kutipan doa, dalam syafaat minggu sebagai berikut:

...,kami (jemaat) bersyukur bersama keluarga Siwalette-Wattilete

yang merasakan duka atas meninggalnya almarhum papa, opa

Lodrik Siwalette. Kami meminta Tuhan tetap kasih kekuatan untuk

57

Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017 Bpk.Wellem Joseph, pada

tanggal 23 April 2017 dan Bpk. On Joseph, pada tanggal 01 Mei 2017.

58Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, tanggal 22 April 2017 Bpk.Wellem Joseph,pada

tanggal 23 April 2017 dan Bpk. On Joseph,pada tanggal 01 Mei 2017.

59Pada setiap rumah/kamar Utama di Maluku Tengah, ada “Meja Sumbayang”. Di Atas Meja

Sumbayang itu, ada “Piring Natzar”, tempat untuk meletakkan uang sumbayang/kolekta ibadah.

Meja Sumbayang merupakan tempat khusus untuk berdoa atas pergumulan keluarga dan “piring

natzar” menjadi simbol kehadiran Tuhan dalam doa itu.

60Wawancara dengan Ibu. Ludia Sakalessy (Majelis Jemaat GATIK dan Warga asli Galala),

pada tanggal 27 April 2013.

Page 26: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

72

keluarga, anak-cucu menjalani hidup ke depan. Kami sungguh

bersyukur untuk apa yang Tuhan buat...”61

Setelah pelaksanaan ibadah bersama di gedung gereja, peserta Tunjuitam

beriringan kembali ke rumah duka. Di rumah duka, pelayan Tuhan kembali

melakukan perannya, dengan memimpin lagu, berdoa dan kalau pelayan itu

mampu maka ia akan memberikan penguatan lewat firman Tuhan. Akhir dari

acara Tunjuitam ini adalah jamuan makan bersama. Setelah itu, baik pelayan,

kerabat yang bertempat tinggal jauh boleh berpamitan untuk kembali ke

tempat mereka masing-masing, tetapi untuk keluarga dekat Tunjuitam masih

dilanjutkan dengan cerita antar adik-kakak, orang basudara terkait dengan

proses pembuatan kubur dan masalah-masalah yang lainnya.62

Paparan tentang proses pelaksanaan Tunjuitam ini merupakan suatu

gambaran umum yang lazimnya dilakukan orang totua/ leluhur hingga kini.

Terungkap dari beberapa informan yang membanding pelaksanaan Tunjuitam

di zaman orang totua/leluhur dengan yang sekarang, bahwa :

“Tunjuitam sekarang tidak lagi memakai pakaian serba hitam seperti

orang dulu-dulu, karena orang tua yang pakai kain kebaya sudah tidak

ada.63

Tunjuitam sekarang cuma bakumpul di hari „H‟ (hari yang

ditetapkan, yakni hari minggu) sebagai acara syukur, tetapi dulu, orang

totua selalu ada dengan keluarga berduka di setiap hari dan dalam

kehadiran mereka selalu berbarengan dengan kantar (menyanyi lagu

DSL/Thalil).64

“Tunjuitam sekarang tidak lagi mengundang seluruh

keluarga besar, baik dari pihak ayah dan ibu, padahal itu seharusnya.

Sekarang, keluarga yang dikatakan sebagai adik-kakak kandung, sepupu

saja yang dilibatkan.65

Mungkin soal ekonomi, sebab, kalau mengundang

keluarga besar pasti membutuhkan anggaran yang banyak untuk makan-

minum, padahal bukan itu inti dari Tunjuitam. “Dalam pelaksanaan

Tunjuitam sekarang yang masih terlihat sama dengan yang dulu

dipraktekan oleh orang totua/leluhur cuma natzar.”66

61

Kutipan doa ini, terucap oleh Pdt. N.Alyona pada pelayanan Minggu, 30 April di Gereja

Sektor Yabok Jemaat GPM Galala-Hative Kecil, pada saat pelaksanaan Tunjuitam keluarga

Siwaletta-Wattilete.

62Wawancara dengan Ibu.Ludia Sakalessy/Samu-Samu, pada tanggal 27 April 2017.

63

Wawancara dengan Bpk.Paulus Paays,pada tanggal 27 April 2017.

64

Wawancara dengan Bpk.Hengki Paliama,pada tanggal 20 April 2017.

65

Wawancara dengan Bpk.Pieter Dirks, pada tanggal 22 April 2017.

66

Wawancara dengan Bpk. Petrus Joseph, pada tanggal 01 Mei 2017 dan Bpk.Piters

Dirks,tanggal 22 April 2017.

Page 27: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

73

Atas ketidaktahuan dan pemahaman yang keliru tentang makna dan

nilai Tunjuitam ini, maka menimbulkan tindakan yang berbeda terhadap

tradisi Tunjuitam, baik itu pemaknaannya maupun cara/proses pelaksanaan

Tunjuitam. Di bawah ini akan dipaparkan informasi dari beberapa informan

yang mewakili generasi tua dan generasi muda.

Oleh empat orang informan yang telah berusia di atas 50 tahun,

menyatakan bahwa:

“Tunjuitam, itu syukur atas masa berkabung/kedukaan tujuh hari.

Mulai dihitung ketika seseorang putus nafas (meninggal). Dolo orang

totua seng bikin Tunjuitam seperti orang-orang sakarang yang mati di

hari Kamis, hari Minggu dong bikin Tunjuitam. Seharusnya, tunggu

setelah tujuh hari itu, baru akang pung hari Minggu, Tunjuitam

dilakukan di Gereja.”67

Lebih lanjut ditambahkan bahwa :

“Tunjuitam seng bisa dilakukan bersamaan dengan hari pemakaman

jenazah. Itu bukan Tunjuitam, dan itu salah memahami tradisi

Tunjuitam. Sehingga, kalau orang mengatakan bahwa bikin Tunjuitam

di saat bersamaan dengan hari pemakaman jenazah untuk menghemat

waktu dan anggaran, maka itu sebuah pemahaman yang salah. Orang

totua seng ajar seperti itu, keluarga/kerabat pun seng keberatan untuk

datang kembali dan bikin Tunjuitam bukan untuk makan besar-

besar.”68

Tunjuitam dulu dilakukan di Gereja, tetapi setelah selesai ibadah,

jemaat kembali ke tempat masing-masing, Tunjuitam (doa syukur)

dilakukan oleh pendeta bersama keluarga. Kelanjutan di rumah, hanya

kumpul keluarga dan makan bersama.69

Pelaksaanaan Tunjuitam sekarang mau menunjukkan siapa mampu

dan siapa tidak mampu. Yang merasa mampu pasti tidak

membutuhkan keluarga lain, bahkan dalam pelaksanaan Tunjuitam

hanya mengundang keluarga dekat. Hal seperti ini yang membuat

keluarga yang berkekurangan secara material pun enggan untuk

membentuk keakraban keluarga/tetangga.70

67

Wawancara dengan Bpk. Stefanus Joseph (Warga asli Galala yang bermukim di desa Hative

Kecil), pada tanggal 24 April 2017 dan Ibu Marla Joseph, pada tanggal 24 April 2017. 68

Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, pada tanggal 22 April 201. 69

Wawancara dengan Ibu. Abigail Latuheru,pada tanggal 01 April 2017 dan Bpk.Frans Samu-

Samu, pada tanggal 01 April 2017. 70

Wawancara dengan Bpk. Paulus Paays,pada tanggal 27 April 2017.

Page 28: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

74

Sedangkan tiga informan mewakili generasi sekarang, yang berusia di

bawah 50 tahun, menyatakan bahwa:

“Kalau pelaksanaan Tunjuitam harus menunggu masa tujuh hari

setelah kematian seseorang, maka itu waktu yang terlalu lama. Jika

keluarga yang berduka siap untuk melakukan Tunjuitam sebagai

syukur mereka, kenapa harus menunggu sampai lewat tujuh hari?

Sebab, ada keluarga/orang basudara yang datang dari perantauan dan

harus segera kembali”.71

Hidup sekarang tidak bisa disamakan dengan kehidupan di

zaman orang totua/ leluhur, ke hutan ada makanan kebun, ke laut

masih ada banyak ikan. Sekarang, semua musti dibeli. Dari mana kita,

membiayaai pelaksanaan Tunjuitam, kalau harus menyediakan

makanan untuk keluarga besar?. Yang penting, kita tidak melupakan

orang basudara.72

“Ada keluarga yang melakukan Tunjuitam dari uang-uang

amplop pemberian para pelayat saat persitiwa kematian. Sehingga,

wujud syukur itu mau dinampakkan dengan berbagi kepada sesama,

walau hanya dengan jamuan berupa snack.”73

Terhadap pendapat-pendapat ini, lebih lanjut dipaparkan bahwa akhir-

akhir ini pelaksanaan Tunjuitam untuk masing-masing keluarga tidak sama, ada

keluarga yang melakukannya setelah ibadah pemakaman jenazah dengan alasan

mempersempit waktu karena ada keluarga/adik-kakak yang mesti kembali ke

Jakarta, dsb. Tetapi, kemudian menimbulkan pertentangan dengan orang tua-tua.

Pelayan gereja (MJ-GATIK) ditantang oleh beberapa orang tua karena

Tunjuitam ini melibatkan kami pelayan dalam akta (doa) syukur keluarga.

Akhirnya, kami Majelis Jemaat bersepakatan untuk tidak melakukan pelayanan

atas Tunjuitam keluarga pada satu point penting, yakni, tidak dilakukan

bersamaan dengan hari pemakaman atau Tunjuitam dilaksanakan setelah proses

pemakaman jenazah. Hal ini kami lakukan sebab, Tunjuitam kehilangan makna

dan nilai bagi anak-cucu generasi sekarang di GATIK. Sehingga, menurut

seorang pelayan gereja, bahwa:

71

Wawancara dengan Bpk. Joky Pesulima (Majelis Jemaat GATIK dan Generasi Muda Galala),

pada tanggal, 01 Mei 2017. 72

Wawancara dengan Bpk. Josias Muriany (Raja Hative Kecil), tanggal, 06 Mei 2017. 73

Wawancara dengan Bpk. George Paays, (Pemuda GATIK), pada tanggal 05 Mei 2017.

Page 29: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

75

“Kita bukan mempersoalkan waktu bagi pelaksanaan Tunjuitam. Kalau di

zaman orang totua/leluhur, Tunjuitam dilaksanakn setelah tujuh hari

kematian seseorang dan generasi sekarang melakukannya berbeda dengan

tradisi pelaksanaan orang totua/leluhur maka ada alasannya, yang penting

adalah nilai-nilai yang ada dalam Tunjuitam itu yang harus dipratekkan,

karena dari segi hubungan orang basudara, Tunjuitam memperat tali kasih

antar orang basudara itu. Ini nilai yang luhur.”74

Informasi-informasi ini mau menyatakan bahwa orang di GATIK yang

hingga sekarang masih melakukan Tunjuitam belumlah memahami Tunjuitam

dengan baik, dari pengertiannya maupun proses pelaksanaaannya. Bagi orang

tua yang berusia 50 tahun ke atas masih memiliki gambaran tentang Tunjuitam

sedangkan bagi generasi penerus dibawah 50 tahun, Tunjuitam tidak lagi

dipahami dengan baik. Hal ini nampak dari beberapa peristiwa yang belakangan

ini terjadi di GATIK, tentang proses pelaksanaan Tunjuitam itu sendiri sehingga

ada polimik antara generasi tua dan generasi sekarang. Tunjuitam mungkin tetap

dilaksanakan sebagai suatu penghormatan untuk menjalankan tradisi orang

totua/leluhur tetapi tanpa disadari bahwa nilai dan makna Tunjuitam telah

hilang, selain karena perkembangan modernisasi yang diakibatkan kurangnya

pemahaman orang GATIK tentang pentingnya tradisi Tunjuitam itu sendiri,

faktor ekonomi dan sikap individualistik yang semakin tinggi.

1.3 Tunjuitam Dalam Solidaritas Sosial dan Prespektif Pastoral Kedukaan

Untuk mendalami makna Tunjuitam sebagai budaya yang menggenerasi

dan dipelihara sebagai solidaritas sosial, maka berikut ini akan dipaparkan

Tunjuitam dalam solidaritas sosial dan prespektif kedukaan di GATIK serta di

fungsikan juga sebagai pastoral pada masa kedukaan.

Sekalipun Tunjuitam merupakan konsensus nilai budaya yang berfungsi

untuk menjaga keutuhan “kekerabatan keluarga”, namun, di sisi lain Tunjuitam

memiliki nilai solidaritas sosial atas sebuah peristiwa kematian yang

menimbulkan reaksi kedukaan. Semua orang di GATIK memahami bahwa

Tunjuitam dilaksanakan ketika ada kematian. Sehingga, bukan hal yang baru

74

Wawancara dengan Pdt.Ny.Joice Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2017.

Page 30: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

76

bagi orang di GATIK kalau saat beribadah di hari minggu, satu dari tiga gedung

Gereja akan penuh dengan keluarga yang melaksanakan Tunjuitam. Itu berarti

bahwa ada kepeduliaan dan pendampingan yang ditunjukkan melalui proses

belajar dari kultur yang diwujudkan lewat solidaritas dengan keluarga yang

berduka dan proses syukur mereka bersama komunitas jemaat. Namun,

pertanyaanya, apakah ketika orang GATIK melakukan Tunjuitam, maka

individu/keluarga yang berduka bisa menyelesaikan masa-masa kedukaan dan

menjalani hidup dengan normal? Semua informan menyatakan tidak, tetapi

bukan berarti bahwa Tunjuitam tidak bisa dipakai untuk memberi penguatan

bagi individu/ keluarga yang berduka.

Oleh dua orang informan kunci yang juga merupakan mantan Majelis

Jemaat GPM GATIK, mengatakan pengamatan mereka terhadap beberapa kasus

kedukaan yang mereka alami, tetapi juga berdasarkan pengamatan mereka lewat

peristiwa yang terjadi di daerah TPU, sebab kedua informan ini bertempat

tinggal di dekat daerah TPU, sebagai berikut:

“Semua orang asli Galala-Hative Kecil dan pendatang yang sudah lama

berdomensili dan memahami tentang Tunjuitam pasti melakukannya, entah

dengan cara yang paling sederhana ataupun mewah. Tetapi untuk

menerima kenyataan sebuah kematian, belum bisa dengan cepat. Contoh

ibu ML (adik perempuan informan),yang anaknya ditembak waktu tragedi

kemanusiaan 1999 di jemaat ini, dalam yang lama, masih bersedih,

melamun, mengalami depresi yang tinggi, menjadikan kubur anaknya

seperti rumah di waktu siang dan malam dengan cara tidur di kuburan

anaknya.75

Lebih lanjut juga ditambahkan bahwa:

Tidak dengan cepat, seseorang menerima sebuah kematian, apalagi

kematian yang tiba-tiba. Mungkin saat keluarga kumpul, mereka terhibur

tapi ketika rumah kembali sepi tanpa kehadiran sanak keluarga pasti

perasaan kehilangan itu muncul. Ada yang sering datang menangis di

kubur, besok datang lagi, duduk sendiri-sendiri di kubur sampai malam.

Ada yang enggan keluar dan bersosialisasi dengan tetangga, menutupi diri,

tidak mau kumpul-kumpul padahal dalam keseharian sebelum megalami

kedukaan tidak seperti itu.76

75Wawancara dengan Bpk. Wellem Joseph, pada tanggal 23 April 2017.

76

Wawancara dengan Bpk. Pieter Dirks, pada tanggal 22 April 2017.

Page 31: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

77

Hal ini menyatakan bahwa kematian tetap menyisahkan kesedihan dan

kedukaan yang mendalam, walaupun secara tradisi sebuah pengucapan syukur

(Tunjuitam) telah dilakukan tetapi untuk dengan cepat mengatasi dan keluar dari

sebuah kondisi kedukaan membutuhkan waktu dan berbeda antar individu yang

satu dengan yang lain, sebagaimana diungkapkan oleh dua orang yang pernah

mengalami kedukaan akibat kematian orang-orang yang dikasihi:

Saya dulu selalu marah, kenapa harus anak saya? Dia masih muda, masih

punya masa depan dan dia yang diharapkan untuk melihat adik-adiknya.

Kecelakaan itu menggambil dia begitu cepat. “Seandainya...saat itu, beta

seng memintanya untuk menggambil kiriman dari saudara beta, mungkin

kecelakaan itu seng akan dia alami. Sekarang, setaon berlalu, tetapi ketika

melihat teman-teman almarhum di gereja atau berpapasan dengan

mereka, beta menangis”77

Saya pernah kehilangan mama saat kelas 3 SMA dan dua tahun yang lalu

harus kehilangan papa. Kepergian mama di saat saya masih sekolah

membuat saya kehilangan sosok seorang pendengar. Akhirnya, saya

memilih tinggal di rumah selama satu tahun baru melanjutkan ke

perguruan tinggi. Ketika, saya kehilangan papa, jujur saya marah. Kenapa

papa cepat pergi...saya belum punya kerja. Tetapi akhirnya, saya

menyadari kalau papa masih ada, mungkin saya belum memikirkan apa-

apa untuk masa depan saya. Saya bersyukur bisa lebih kuat dan memahami

bahwa hidup mesti jalan terus walau tanpa papa dan mama.78

Oleh pelayan gereja di GATIK, menyatakan pengalamannya lewat

peristiwa kedukaan, bahwa ada beberapa kasus di jemaat ini, yang kemudian

harus kami bantu dengan cara alami, mendampingi dan memberikan nasihat

serta doa, dan intens waktu seorang dengan yang lain sangat berbeda. Mis: Ibu

CJ dan Ibu. MT, satu tahun baru mereka keluar dari masa kedukaan mereka

sebab, kematian suami yang adalah tulang punggung keluarga dengan tiba-tiba,

sementara kedua ibu ini tidak memiliki pekerjaan, ini merupakan suatu kondisi

hidup yang berat. Hal ini menimbulkan banyak reaksi yang muncul akibat

kematian, misalnya suka menyendiri, melamun, hilang harapan, sulit menerima

77

Wawancara dengan Ibu SP, seorang yang pernah mengalami kehilangan Anak perempuan di

bulan Januari 2017, pada tanggal 8 Mei 2017.

78

Wawancara dengan Nn. TL, seorang gadis, yang mengalami kehilangan Ibu pada tahun 2001

dan Ayah pada tahun 2015, pada tanggal 27 Mei 2017.

Page 32: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

78

kenyataan, enggan berkumpul dengan teman-teman, cepat marah kepada anak-

anak.79

Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa, Tunjuitam memiliki hubungan

dengan tindakan-tindakan pastoral, misalnya: ada keluarga yang datang,

menemani, memberikan kata-kata penguatan dan penghiburan, seperti

“Merry....jangan sedih, apa yang Tuhan buat untuk anakmu itu baik, kalau dia

hidup, dia akan menderita dengan sakit. Satu keluarga datang, menemani dan

berkata: ...”kamu tidak sendirian saudara terkasih, ada Tuhan, ada kita semua

untukmu...” jika, sepuluh keluarga datang menemani dan memberi nasihat yang

menguatan, maka secara langsung individu/keluarga mendapat kekuatan yang

luar biasa.80

Tunjuitam memberi ruang bagi siapa saja untuk datang entah

keluarga/ kerabat/ tetangga, guna bersama dengan individu/keluarga duka dan

kehadiran mereka secara fisik maupun dengan membawa material seadanya

membantu meringankan beban duka.

Terhadap berbagai tindakan konseling dan pendampingan pastoral yang

dilakukan, diakui bahwa semua pelayan (Pendeta, Penatua dan Diaken), belum

tentu paham dengan baik tugas konseling dan pendampingan. Yang mungkin

bisa dilakukan adalah proses pendampingan, walaupun hanya sebatas doa,

memberikan nasihat. Hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan pelayan,

kesadaran/loyalitas dari pelayan dan kekuatan para pelayan dengan jumlah KK

yang ada.81

Soal melayani, mengunjungi dan menemani keluarga dalam duka bukan

sesuatu sulit untuk dilakukan oleh pelayan gereja. Mereka selalu ada dalam suka

dan duka jemaat, bahkan dalam kematian justru peran mendampingi mereka

sangat besar.82

Hal ini pun direspon baik oleh Ketua Majelis Jemaat GPM

GATIK83

bahwa, pelayan selalu ada dari awal kematian sampai jenazah

79Wawancara dengan Pdt. Ny. Joice Saimima, pada tanggal 05 Mei 2015.

80

Wawancara dengan Pdt. Ny. Joice Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2017.

81

Wawancara dengan Pdt.Ny.Joice. Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2017.

82

Wawancara dengan Bpk.Pieter Dirks,pada tanggal 22 April 2017.

83

Wawancara dengan Pdt.Ny. Joice Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2015.

Page 33: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

79

dimakamkan. Ini sebuah bentuk solidaritas dari seorang pelayan, tetapi harus

diakui bahwa tindakan-tindakan pastoral setelah Tunjuitam ini yang belum

mampu dilakukan, sebab memaknai sebuah panggilan bagi tiap-tiap pribadi

pelayan itu berbeda, pelayan dan umat belum memahami tugas pendampingan

sebagai tanggung jawab bersama, soal pembagian kerja dalam melaksanakan

fungsi-fungsi pastoral pun butuh sebuah kemampuan dan kualitas, apalagi untuk

jemaat GATIK dengan jumlah pelayan (pendeta) lebih dari satu, terkadang

menimbulkan sikap ketidakpeduliaan.

Di sisi yang lain, diungkapkan juga bahwa dalam pelaksanaan Tunjuitam

yang melibatkan keluarga besar secara genealogis (ayak/ibu), ditemukan bahwa

ada masalah-masalah keluarga yang belum terselesaikan, entah itu konflik antar

adik-kakak, orang tua anak, saudara bersaudara. Terkadang, dalam pelaksanaan

Tunjuitam keluarga hal ini menjadi pokok pembicaraan antara pelayan dan

keluarga dan dibawahkan dalam sebuah doa sehingga pelayan dan jemaat

beranggapan bahwa ketika semua hal telah dibawah ke dalam akta doa maka

Tuhan yang akan menyelesaikan tanpa ada usaha untuk menyelesaikan dan

mendamaikan.84

Harus ada tindakan konseling guna menyelesaikan persoalannya

yang ada.85

Paparan para informan di atas, secara langsung menyatakan bahwa dalam

tradisi Tunjuitam termuat dua prespektif yakni prespektif sosial dan pastoral.

Secara sosial, Tunjuitam tidak terlepas dari hubungan antar sesama, antar

keluarga yang berduka dengan kaum keluarganya (genealogis), pelayan gereja,

tetangga dan kaum kerabat bahkan komunitas jemaat setempat. Secara pastoral,

Tunjuitam menuntut sebuah tindakan pendampingan dan konseling atas

persoalan yang dihadapi dari semua pihak, baik pelayan gereja, keluarga dan

jemaat, sehingga menjadi pertanyaan adalah kapan pendampingan dalam

Tunjuitam terjadi dan konseling dalam Tunjuitam pun terjadi?

84

Wawancara dengan Pdt.Jopy Pellupessy, (Pendeta Jemaat GATIK), pada tanggal 06 Juni

2017.

85Wawancara dengan Pdt.Jopy Pellupessy, (Pendeta Jemaat GATIK), pada tanggal 06 Juni

2017.

Page 34: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

80

1.4 Tanggapan Orang di GATIK Terhadap Tunjuitam

Tunjuitam dalam pemahaman orang di GATIK adalah baik, walau ada

yang melakukannnya sebagai sebuah tradisi turun temurun dan ada yang tidak

melakukannnya karena ketidaktahuan mereka tentang Tunjuitam. Ini bukan

sebuah persoalan, sebab melakukan atau tidak melakukan Tunjuitam tidak

memunculkan hal-hal lain dalam keluarga seperti sakit atau penderitaan yang

lain dan renggangnya hubungan kekerabatan.86

Ketika di tanya apakah ada keinginan untuk mempertahankan Tunjuitam?

para informan menjawab “harus” sebab ini tradisi yang baik sebagai pewarisan

leluhur. Ketika kita melakukannya, maka orang-orang GATIK menghargai

leluhur. Sebab, sekarang ini kehidupan manusia semakin individualistik

sehingga nilai-nilai kebersamaan, serasa sepenanggungan, persekutuan hidup

antar keluarga menjadi renggang.87

Sekalipun kegiatan Tunjuitam berlangsung sewaktu-waktu saat ada orang

yang meninggal, namun, ada keinginan jemaat untuk mempertahankan tradisi

Tunjuitam ini. Oleh karena itu, makna Tunjuitam sendiri harus juga diturunkan

kepada generasi sekarang supaya apa yang diketahui oleh generasi tua, juga

diketahui oleh generasi sekarang sehingga tidak terputus pemaknaan dan tidak

ada kekeliruan tentang nilai, tujuan dan serta cara pelaksanaan Tunjuitam.88

Tunjuitam yang dilakukan (dulu atau sekarang), hanya masih bersifat

normatif, sebagai ruang untuk kumpul keluarga dan makan bersama. Terkesan

bahwa Keluarga yang melakukan Tunjuitam mau menyatakan terima kasih buat

keluarga/kaum kerabat yang sudah membantu, menolong dan menopang secara

material dan psikis selama kedukaan yang mereka alami dan kehadiran kaum

keluarga/ kerabat/tetangga dalam Tunjuitam hanya sebagai bentuk kebersamaan

sebagai keluarga dan sesama manusia sehingga selepas dari Tunjuitam, orang

yang berduka akan menjalani hidupnya sendiri dan melewati masa-masa sulitnya

86Wawancara dengan Bpk.Pieter Dirks, pada tanggal 22 April 201, Pdt.Ny.Joice Saimima ,pada

tanggal 05 Mei 2015 dan Bpk.Paulus Paays, pada tanggal 27 April 2017.

87

Wawancara dengan Bpk. Josias Muryani, pada tanggal 06 Mei 2017.

88

Wawancara dengan Pdt. Ny. Joice Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2017.

Page 35: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

81

tanpa kehadiran kaum keluarga. Oleh sebab itu, jika Tunjuitam ini merupakan

warisan leluhur/orang totua yang harus dipelihara, maka sebaiknya Tunjuitam

pun dilakukan lebih dari pada sekedar kumpul keluarga dan bersyukur.

Misalnya, keluarga besar membantu biaya pendidikan seorang anak, jika ia

kehilangan orang tua akibat kematian. Ini lebih berfaedah, daripada kumpul

keluarga dan habiskan biaya konsumsi yang besar.89

Apa yang terungkap di atas menunjukkan bahwa manusia dalam segala

aspek kehidupan pada hakekatnya tergantung pada sesamanya, karena itu harus

selalu berusaha sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesama,

terdorong oleh jiwa sama rata dan sama rasa. Terhadap kekeliruan dalam hal

memahami makna dan proses pelaksanaan Tunjuitam disinyalir adalah masalah

makan dan minum. Sebab, pelaksanaan Tunjuitam ini melibatkan banyak orang,

baik keluarga (ayah/ibu) kaum kerabat, tetangga, pelayanan di unit/sektor dan ini

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kalau soal makan dan minum

dipersoalkan, maka Tunjuitam akan hilang makna bagi generasi sekarang. Snack

seadanya akan jauh lebih baik, daripada keluarga tidak disatukan cuma karena

harus ada makan dan minum yang mahal. Kalau pemahaman masyarakat

tentang fungsi dan makna Tunjuitam serta mempraktekkannya, semakin baik,

maka tercipta persekutuan jemaat/masyarakat yang saling melayani, menopang,

menguatkan, menghibur dan menghidupkan.

D. RANGKUMAN

Secara keseluruhan, isi bab ini dipaparkan dengan fokus pada serangkaian

pemaparan hasil-hasil temuan di lapangan, sebagai data empiris yang diperlukan

bagi penulisan tesis ini. Adapun beberapa hal penting, yakni sebagai berikut:

1. Jemaat GPM Galala-Hative Kecil adalah suatu jemaat yang berada dalam

daerah pelayanan Klasis Pulau Ambon Timur, yang berkedudukan di

89

Wawancara dengan Pdt. Ny.Joice Saimima/N, pada tanggal 05 Mei 2017 dan Pdt. (Em)

Leonard Lohy, pada tanggal 19 April 2017

Page 36: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

82

pinggiran kota Ambon sebagai ibu kota Provinsi Maluku. Jemaat ini, dulu

terkenal sebagai komunitas jemaat Nelayan, sebab mayoritas bermata

pencaharian sebagai nelayan. Namun, dengan letak geografis yang dekat

dengan pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomia menyebabkan

banyak pendatang yang memilih berdomensili di sini. Hingga sekarang,

jemaat yang merupakan gabungan dua desa, yakni desa Galala dan Hative

Kecil ini memiliki 1.374 KK dengan 5.726 jiwa.

2. Tunjuitam adalah produk masyarakat dan menjadi identitas jemaat GATIK,

yang dipahami sebagai kumpul-kumpul keluarga dalam peristiwa kedukaan.

Proses kumpul-kumpul keluarga lazim terjadi saat adanya kematian. Dulu

ketika, masih diberlakukan peringatan 3,7 dan 40 hari kematian, orang

saudara selalu ada bersama dengan keluarga yang berduka, tetapi saat GPM

melakukan deregulasi terhadap peringatan hari-hari kematian ini, praktek

kumpul keluarga tetap dipelihara dalam tradisi Tunjuitam yang dilaksanakan

dalam balutan kekristenan sebagai pengucapan syukur keluarga atas duka

yang dialami.

3. Secara harafia, arti dan pengertian Tunjuitam berbeda. Pertama, Tunjuitam

singkatan dari “tujuh hari masa itam/hitam”, yang diidentikkan dengan masa

perkabungan. Di masa itu, selama tujuh hari yang dihitung sejak kematian

terjadi, keluarga memakai baju hitam sepanjang hari dan dalam aktifitas

apapun. Konsep ini terkait dengan pemahaman leluhur/orang totua terhadap

pemaknaan hari ketujuh sebagai hari perhentian Allah dalam bekerja.

Kedua, Tunjuitam berasal dari dialek ambon “unjuk/tunjuk” atau kasih

tunjuk/ menunjukkan dan “itam/hitam” yang diidentikan dengan masa

kedukaan. Sehingga Tunjuitam memiliki arti ganda, yakni keluarga yang

berduka mau menunjukkan bahwa mereka ada dalam masa kedukaan dan

keluarga/tetangga/jemaat harus “unju muka/ datang menjumpai” keluarga

yang berduka sebagai bentuk solidaritas dalam suka dan duka.

4. Tunjuitam memiliki beberapa tujuan, yaitu menggumpulkan kaum keluarga

(ayah/ibu) dari jarak geografis, jauh dan dekat, menggumpulkan satu

generasi ke generasi yang lain supaya saling menggenal satu dengan lain

Page 37: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

83

dan tercipta keakraban kekeluargaa, adik/kakak/sepupu/orang tua-anak,

mengetahui tentang silsilah keluarga supaya tidak terjadi proses kawing

mengawin antar saudara, mendamaikan konflik internal dan sebagai tempat

terjadinya percakapan keluarga untuk saling menasihati, mendukung dan

membuat perencanaan hidup ke depan. Tunjuitam menyatukan dan menjaga

kekerabatan keluarga.

5. Filosofis Tunjuitam adalah kumpul keluarga. Saat kematian dan kabar

tentang kematian itu terdengar, maka satu per satu keluarga mendatanggi

rumah duka. Proses awal kumpul keluarga sudah terjadi di sini. Mereka

yang merasa sebagai keluarga dekat berinisiatif membantu segala persiapan

dan pengurusan jenazah hingga proses pemakaman, misalnya bahan-bahan

material seperti gula pasir, teh, beras, uang, membelikan pakaian bagi

jenazah, dan lain-lain. Kumpul keluarga kembali terlihat ketika selesai

pelaksaan pemakaman. Di sini, keluarga merancangkan pelaksanaan

Tunjuitam dengan alasan “supaya bisa kumpul keluarga lagi”. Ini kumpul

keluarga karena hubungan genealogis.

6. Pelaksanaan Tunjuitam di hari minggu, seperti yang lazimnya terjadi

menjadi ruang untuk kumpul keluarga. Di sini, bukan hanya kaum keluarga

dekat, tetapi ada pelayan gereja, tetangga dan kerabat lainnya sehingga

gambaran kumpul keluarga pada saat pelaksanaan Tunjuitam bukan lagi

secara genealogis (hubungan darah dari pihak ayah/ibu) tetapi mencakup

juga hubungan sosial lainnya.

Proses pelaksanaan Tunjuitam, dapat digambarkan sebagai berikut :

Proses ini, tidak dimulai dengan sebuah tahapan persiapan atau

pemberitahuan secara resmi dengan menggunakan undangan, sebab terkait

dengan kematian seseorang yang tidak pernah diharapkan/direncanakan. Di

hari minggu, kaum keluarga/tetangga/kerabat berkumpul di rumah duka

yang melaksanakan Tunjuitam. Ada yang memakai baju hitam, ada yang

tidak. Pelayan (Pendeta/Majelis Jemaat) diundang menghadiri acara

tersebut, sebagai orang yang “memeteraikan” acara tersebut dengan

natzar/uang sumbanyang dari keluarga yang berduka maupun yang dibawah

Page 38: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

84

oleh kaum keluarga/tetangga sebagai tanda syukur lewat doa. Setelah

pelayan melakukan perannya (berdoa), secara bersama-sama kaum keluarga/

tetangga/kerabat/pelayan dan keluarga yang berduka beiringan menuju

gereja. Di gereja peserta Tunjuitam duduk bersama dengan warga jemaat

yang lainnya dan salah satu yang dipercayakan membawa “natzar/uang

sumbayang” ke majelis jemaat di konsitori dan menyatakan bahwa keluarga

meminta pelayanan syukur atas kematian almarhum/almarhuma.

Selanjutnya, majelis jemaat membawa informasi ini kepada pelayan firman

(pendeta) yang nantinya syukur keluarga ini didoakan secara bersama

dengan jemaat dalam syafaat.

Setelah pelaksanaan ibadah bersama di gedung gereja, peserta

Tunjuitam beriringan kembali ke rumah duka. Di rumah duka, pelayan

Tuhan kembali melakukan perannya, dengan memimpin lagu, berdoa dan

kalau pelayan itu mampu maka ia akan memberikan penguatan lewat firman

Tuhan. Akhir dari acara Tunjuitam ini adalah jamuan makan bersama.

Setelah itu, baik pelayan, kerabat yang bertempat tinggal jauh boleh

berpamitan untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, tetapi untuk

keluarga dekat Tunjuitam masih dilanjutkan dengan cerita antar adik-kakak,

orang basudara terkait dengan proses pembuatan kubur dan masalah-

masalah yang lainnya.

7. Cara dan pelaksanaan Tunjuitam seperti di atas yang lazimnya dilakukan

oleh leluhur/orang totua hingga kini, tetapi akhir-akhir ini, pelaksanaan

Tunjuitam untuk masing-masing keluarga tidak sama, yakni Tunjuitam

dilakukan setelah proses pemakaman jenazah atau bersamaaan di hari

pemakaman jenazah untuk menghemat waktu dan biaya. Tunjuitam tidak

lagi melibatkan seluruh kaum keluarga (genealogis), hanya keluarga dekat

(adik/ kakak/ sepupu/ om/ tante). Alasannya, karena membutuhkan

anggaran yang banyak guna menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini

menyatakan bahwa terjadinya pergeseran makna Tunjuitam bagi generasi

muda dan ini terjadi karena perkembangan modernisasi yang diakibatkan

Page 39: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

85

kurangnya pemahaman orang GATIK tentang pentingnya tradisi Tunjuitam

itu sendiri, faktor ekonomi dan sikap individualistik yang semakin tinggi.

8. Sekalipun Tunjuitam merupakan konsensus nilai budaya yang berfungsi

menyatukan dan menjaga keutuhan keluarga, namun di sisi yang lain

Tunjuitam memiliki nilai solidaritas sosial atas sebuah peristiwa kematian

yang menimbulkan reaksi kedukaan. Hal ini nampak dari proses belajar

bersama dari kultur yang diwujudkan lewat solidaritas dengan keluarga

yang berduka dan proses syukur mereka bersama komunitas jemaat.

Kebersamaan saat kematian itu terjadi, kaum keluarga/tetanggan bahkan

jemaat datang ke rumah duka, membantu secara material dan spiritual, di

gereja tercipta rasa saling menopang lewat doa dari semua orang, baik laki-

laki, perempuan, tua/muda, yang memiliki pekerjaan atau tidak, umat dan

pelayan bahkan dari strata sosial apapun.

9. Tunjuitam dinilai baik oleh orang di GATIK. Bukan Cuma karena sebuah

warisan yang dijalankan dari generasi ke generasi tetapi Tunjuitam memiliki

nilai-nilai yang luhur bagi orang di GATIK. Dengan melakukan Tunjuitam,

tidak lalu membuat orang yang berduka dengan cepat menyelesaikan

kedukaan mereka, butuh waktu dan proses untuk hal itu. Namun, Tunjuitam

memiliki hubungan dengan tindakan-tindakan pastoral, misalnya, lewat

nasihat, kata-kata penguatan, kehadiran sanak saudara/ tetangga /kerabat

/pelayanan dan jemaat. Jika, sepuluh keluarga datang dan memberi nasihat

yang menguatkan, maka keluarga yang berduka merasakan bahwa ada yang

peduli dengannya, ada yang menemaninya saat krisis kehidupan dialami dan

Tunjuitam memberi ruang untuk siapa saja untuk memberi dukungan.

10. Tunjuitam membuka ruang untuk siapa saja menjadi konselor, entah

keluarga dekat, tetangga, jemaat dan pelayan. Walaupun, tugas

pendampingan dan konseling tidak dipahami secara baik dan bersifat

normatif, tetapi doa, kebersamaan, nasihat adalah bagian dari tindakan

pastoral.

Page 40: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

86

Page 41: BAB III KUMPUL KELUARGA DALAM TRADISI TUNJUITAM · astronomis terletak pada posisi : 3º- 8º Lintang Selatan dan 125º - 135º Bujur Timur. Selain daerah administratif, Provinsi

87