BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA … · atau gang kecil yang jarang atau hampir...
Transcript of BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA … · atau gang kecil yang jarang atau hampir...
28
BAB III
KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH
A. Daya Tarik Wisata LakuLampah
Wisata LakuLampah merupakan program atau wisata yang sangat menarik
dimana peserta akan diajak untuk masuk menjelajahi dan merasakan langsung
kekayaan sejarah dan budaya. Program wisata ini memperkenalkan warisan
sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dengan
edukasi sejarah yang telah ada. Melalui program ini diharapkan masyarakat baik
di dalam maupun di luar negeri akan mengetahui lebih dekat dan bahkan
merasakan langsung gairah kehidupan budaya serta mengenal lebih dalam
mengenai warisan sejarah yang dimiliki Indonesia.
Bentuk kegiatan Wisata LakuLampah adalah fun edukasi. Pada program
ini peserta dibawa berkeliling ke suatu tempat yang memiliki cerita, mengunjungi
bangunan-bangunan bersejarah seperti bangunan tua, candi, museum, pasar
tradisional, benteng, atau keraton, dengan memasuki rumah-rumah penduduk
untuk mencari cerita yang bersumber dari pemilik rumah dan pelaku sejarah suatu
tempat, dan benda atau tempat lain yang memiliki nilai sejarah. Wisata
LakuLampah juga membawa peserta untuk melihat dan terjun langsung dalam
kehidupan sosial masyarakat yang memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan
dan kesenian, serta wisata kuliner. Kegiatannya dengan terjun langsung pada
suatu objek kunjungan untuk mempelajari suatu hal dan sering memasuki jalan
atau gang kecil yang jarang atau hampir banyak orang tidak tahu dengan
28
29
keberadaan gang tersebut. Pada setiap Wisata LakuLampah selain mengunjungi
tempat-tempat bersejarah, juga disajikan kuliner yang khas dari daerah yang
dikunjungi, misalnya disuguhkan Pondoh Pecel, yaitu pecel yang disuguhkan
dengan gendhar, Nasi Kebuli pada seri Kedung Lumbu, Roti Widoro, yakni
merek roti legendaris di Solo, Es Dawet Gempol Pleret pada seri Jejak Thomas
Karsten, dan sebagainya. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy
Fawzy A. tanggal 24 April 2016)
Gambar 1
Kegiatan Wisata LakuLampah mengunjungi MCK yg dibangun oleh
Mangkunegaran, berlokasi di Kelurahan Ketelan, Solo.
(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)
Adapun selain berjalan, Wisata LakuLampah sering mengadakan kegiatan
berupa gowes atau bersepeda. Kegiatan ini dilakukan jika objek yang akan
dikunjungi letaknya selain berjauhan, juga tidak memungkinkan jika ditempuh
dengan berjalan kaki. Kegiatan yang dilakukan dengan berjalan kaki atau
bersepeda ini bertujuan untuk menguak sejarah dan budaya suatu tempat akan
tersampaikan dengan baik, dan bisa diterima oleh masyarakat. Selain itu, dengan
30
adanya Wisata LakuLampah ini sangat berpotensi untuk menggali budaya dan
sejarah yang ada pada suatu objek sasaran. (Wawancara dengan Koordinator
LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 24 April 2016)
B. Penyusunan Tema Wisata LakuLampah
LakuLampah melihat sejarah dan budaya bukan hanya sebagai obyek
untuk dinikmati tetapi lebih sebagai warisan budaya yang patut dipelajari dan
diambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Wisata ini sengaja
memperkenalkan sejarah dan budaya yang sudah ada dengan sudut pandang yang
berbeda. Objek bersejarah dan memiliki kebudayaan dikemas menjadi sebuah
wisata yang menyenangkan, edukatif, dan menarik. Terkemasnya Wisata
LakuLampah menjadi suatu wisata yang menarik membutuhkan pemikiran yang
lebih untuk mencari obyek sejarah dan budaya yang mempunyai cerita di
dalamnya, karena setiap bulan Wisata LakuLampah dilaksanakan dengan tema
yang berbeda. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A,
tanggal 1 Juni 2016)
Penentuan obyek yang akan dikunjungi berdasarkan momentum yang ada
dari sebuah event. Selain itu, obyek yang ditentukan dilihat dari adanya cerita dan
sejarah obyek tersebut yang menarik untuk ditelusuri. Ketika telah terpilih obyek
mana yang akan dikunjungi, maka LakuLampah mencatatnya dan membuat daftar
masukan. Obyek dipilih berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, apakah dapat
terlaksana dan memungkinkan untuk mengadakan wisata di obyek tersebut. ide
31
untuk mengunjungi obyek baru yang akan menjadi tujuan kegiatan selanjutnya
juga dapat berdasarkan saran dari peserta yang ikut serta.
Biasanya yang menjadi tema atau judul dari kegiatan LakuLampah adalah
nama obyek yang akan dikunjungi dengan menambahkan kata-kata yang menarik
berdasarkan sejarah atau cerita dari suatu obyek kunjungan tersebut. Maka setelah
terpikirkan daerah mana yang akan menjadi obyek kunjungan, koordinator dengan
anggotanya berdiskusi untuk menentukan titik-titik tertantu yang akan dikunjungi.
Setelah itu mencari informasi mengenai obyek yang akan dikunjungi melalui
internet dan literature buku-buku yang terdapat di perpustakaan seperti di
Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, dan Monumen Pers. Jika internet dan
buku juga belum memberikan informasi, maka diadakan survei lapangan ke obyek
pilihan tersebut dengan bertanya kepada penduduk asli setempat, sesepuh, dan
atau juru kunci. (Wawancara dengan Divisi Bidang Penelitian dan Pengembangan,
Dicky Bangun, tanggal 3 Juni 2016)
C. Profil Wisatawan
Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang
berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan
kebutuhannya. Kemudian dibedakan dalam beberapa variabel yang bertujuan
untuk menganalisis wisatawan berdasarkan uraian yang dijelaskan pada masing-
masing variabel. Beberapa variabel yang digunakan untuk menganalisis
wisatawan Wisata LakuLampah adalah variabel Demografik, berisi mengenai
pekerjaan, umur, jenis kelamin wisatawan, kemudian variabel Psikografik yang
32
berisi mengenai tujuan utama berwisata, hal yang membuat tertarik untuk
mengikuti program LakuLampah, fasilitas yang dibutuhkan selama berwisata,
kebersihan objek yang dikunjungi, dan dari mana mendapatkan informasi
mengenai program wisata LakuLampah, dan yang terakhir adalah variabel
Geografik memaparkan mengenai telah berapa kali mengikuti kegiatan Wisata
LakuLampah, dengan siapa mengikuti kegiatan, dan durasi kegiatan yang
dilakukan.
Berikut ini penjelasan mengenai analisis wisatawan berdasarkan variabel
yang telah dijelaskan sebelumnya dan wawancara dengan wisatawan yang
mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah:
1. Variabel Demografik
Tabel 1
No. Kategori Keterangan Jumlah %
1. Pekerjaan Pelajar, mahasiswa 7 70
Guru, dosen 1 10
Wiraswasta 2 20
TOTAL 10 100
2. Umur < 16 tahun - 0
16 – 25 tahun 8 80
>25 tahun 2 20
TOTAL 10 100
3. Jenis kelamin Laki-laki 4 40
Perempuan 6 60
TOTAL 10 100
Kesimpulannya adalah peserta yang mengikuti kegiatan mayoritas adalah
mahasiswa dan pelajar berumur antara 16 tahun hingga 25 tahun yang
menjadikan wisata LakuLampah sebagai sarana mempelajari sejarah. Peserta
juga seimbang antara laki-laki maupun perempuan.
33
2. Variabel Psikografik
Tabel 2
No. Kategori Keterangan Jumlah %
1. Tujuan utama berwisata Rekreasi 4 40
Sarana pembelajaran 5 50
Lainnya 1 10
TOTAL 10 100
2. Hal yang membuat tertarik
untuk mengikuti kegiatan
Sikap masyarakat 1 10
Keanekaragaman
budaya
6 60
Keindahan alam 3 30
TOTAL 10 100
3. Fasilitas yang dibutuhkan
selama berwisata
Modern 4 40
Tradisional 6 60
TOTAL 10 100
4. Kebersihan objek yang
dikunjungi
Bersih 6 60
Cukup 2 20
Kotor 2 20
TOTAL 10 100
5. mendapatkan informasi
mengenai program wisata
LakuLampah
Teman/keluarga 4 40
Internet 6 60
Brosur - 0
Radio/televisi - 0
TOTAL 10 100
Kesimpulannya adalah mayoritas peserta tertarik mengikuti kegiatan untuk
mengetahui keanekaragaman budaya, dan tujuannya untuk rekreasi serta
sebagai sarana pembelajaran.Peserta membutuhkan fasilitas modern dan
tradisional cukup seimbang, tergantung tema yang diangkat pada saat
kegiatan.Kemudian peserta mendapatkan informasi mengenai kegiatan
melalui internet dan teman atau keluarga.
34
3. Variabel Behavioristik
Tabel 3
No. Kategori Keterangan Jumlah %
1. Berapa kali mengikuti
kegiatan
Sekali 3 30
Dua kali 4 40
Tiga kali 3 30
>tiga kali -
TOTAL 10 100
2. Melakukan kegiatan dengan Sendiri 5 50
Keluarga 1 10
Teman 4 40
TOTAL 10 100
3. Lama kegiatan < 7 jam 6 60
7 – 9 jam 3 30
>9 jam 1 10
TOTAL 10 100
4. Kegiatan yang dilakukan
tersebut
Terlau pendek 2 20
Terlalu lama - 0
Efektif/pas 8 80
TOTAL 10 100
Kesimpulannya adalah peserta telah mengikuti beberapa kegiatan yang
dilakukan, antara dua hingga tiga kali, mengikuti sendiri dan dengan
teman.Kegiatan LakuLampah merupakan kegiatan kunjungan pendek antara
5-6 jam pada setiap pelaksanaan, dan dirasa efektif oleh para peserta.
D. Pelaksanaan Kegiatan Wisata LakuLampah
Mulai bulan Agustus 2015 hingga Juni 2016, sudah ada 12 pelaksanaan
Wisata LakuLampah dengan tema dan tempat yang berbeda. Sebelum mengikuti
kegiatan, peserta mendaftar melalui media sosial seperti facebook, twitter dan
35
instagram. Kemudian setelah mendaftar, peserta perlu membayar senilai yang
sudah tertera dalam poster kegiatan sebagai donasi kegiatan dan partisipasi.Kuota
jumlah peserta sudah ditentukan sebelumnya oleh panitia. Pada setiap pelaksanaan
wisata terdapat narasumber atau guide yang berbeda-beda. Selain dari panitia,
tersedia juga pemandu yang berasal dari masyarakat lokal, sesepuh, pemangku
adat, juru kunci, atau seorang dosen. (Wawancara dengan Divisi Bidang Guiding,
Inayah Hasny, tanggal 24 April 2016)
Berikut ini penjelasan mengenai kegiatan Wisata LakuLampah mulai dari
bulan Agustus 2015 sampai bulan Juni 2016:
1. Cerita Modernitas Mangkunegaran (Agustus 2015)
Gambar 2
Peserta mengunjungi Penjara Kerajaan Mangkunegaran.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
Kegiatan pertama LakuLampah setelah berubah nama yang
sebelumnya bernama Blusukan Solo dilaksanakan pada tanggal 30
36
Agustus 2015 dan dikenakan biaya sebesar Rp 60.000,-. Fasilitas yang
didapatkan adalah akses ke semua obyek sesuai rute yang telah ditentukan,
materi sejarah setiap obyek yang dikunjungi, dan makan siang Lodoh
Pindang, yang konon merupakan makanan kesukaan Mangkunegoro IV,
yaitu perpaduan opor ayam dengan gudeg. Peserta dapat membayarkan
donasi langsung ke sekretariat LakuLampah, maksimal satu hari sebelum
acara dilaksanakan.
Kegiatannya bercerita mengenai Modernitas Mangkunegaran
sebelum kemerdekaan Indonesia dan akan membahas lebih mengenai
pasukan modern pertama di Jawa yang akrab disebut sebagai Legioon
Mangkunegaran. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 14.00.
Diawali dengan berkumpul di halaman Pura Mangkunegaran. Dilanjutkan
dengan memasuki bagian dalam pura. Setelah itu menuju pada bagian luar
Pura Mangkunegaran tepatnya ke Penjara Kerajaan Mangkunegaran yang
berada di Kampung Jeksan di kawasan Mangkunegaran. Dari namanya,
Kampung Jeksan sudah mencerminkan bahwa dahulu wilayah ini
merupakan daerah kejaksaan kerajaan. Para tahanan yang akan dipenjara
konon harus memasuki lorong bawah tanah dahulu dari Prangwedanan
menuju penjara ini. Kemudian kegiatan diakhiri dengan mengunjungi
pemukiman penduduk di belakang bangunan Kavalerie Artileri, yang
dulunya merupakan pemukiman prajurit Mangkunegaran. (Wawancara
dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
37
2. De Colomadu Suikerfabriek (September 2015)
LakuLampah mengangkat tema masa kejayaan Mangkunegaran
pada saat Mangkunegoro IV bertahta, namun tidak bertempat di kawasan
Pura Mangkunegaran, melainkan di bekas Pabrik Gula Colomadu.
Dilaksanakan pada hari Minggu, 20 September 2015 dengan donasi Rp
35.000,- untuk tiap peserta. Kegiatan merupakan rangkaian kegiatan
Suikerfabriek Series, yang kemudian terdapat kegiatan Suikerfabriek
bagian kedua.Maka pendaftar “De Colomadu Suikerfabriek” mendapatkan
keuntungan pada acara berikutnya yakni dengan diskon 50%.
Gambar 3
Peserta memasuki Pabrik Gula Colomadu.
(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)
Acara dimulai pada pukul 09.00 hingga pukul 12.30 WIB, dan
langsung berkumpul di lokasi.Kegiatan dilakukan dengan mengelilingi
kawasan pabrik gula, termasuk mengunjungi sebuah makam dari selir
Mangkunegoro, dan Ndalem Mbesaran yang merupakan salah satu
38
bangunan tersisa di Pabrik Gula Colomadu. (Wawancara dengan
Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
3. Suikerfabriek Tasikmadoe (Oktober 2015)
Suikerfabriek Tasikmadoe adalah rangkaian Suikerfabriek Series
kedua yang diselenggarakan oleh LakuLampah. Tepatnya dilaksanakan
pada tanggal 4 Oktober 2015 dengan donasi Rp 60.000,-. Titik kumpul
berada langsung di Pabrik Gula Tasikmadu, dan Pamedan Kavaleri
Mangkunegaran bagi peserta yang ingin menuju lokasi Pabrik Gula
bersama-sama.
Gambar 4
Peserta mengantri untuk mengambil Pondoh Pecel, salah satu makanan
khas Karanganyar.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
Pabrik Gula Colomadu saat ini sudah tidak beroperasi, sedangkan
Pabrik Gula Tasikmadu masih tetap beroperasi hingga saat ini. Tidak jauh
berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan Suikerfabriek Tasikmadoe
membahas tentang masa kejayaan Mangkunegoro IV. Keunikan acara ini
39
adalah pada saat makan siang disediakan makanan khas Karanganyar,
yaitu Pondoh Pecel, seperti pecel pada umunya namun tidak menggunakan
nasi, melainkan gendhar. Sejak awal salah satu tujuan dari Wisata
LakuLampah tidak hanya mempelajari mengenai bangunan bersejarah atau
budaya, namun juga makanan atau kuliner khas suatu daerah yang
dikunjungi. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy
A, tanggal 1 Juni 2016)
4. Kedung Lumbu (November 2015)
Gambar 5
Tempat sentra tenun yang dikunjungi oleh LakuLampah.
(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)
Tepatnya pada tanggal 14 November 2015 diadakan kegiatan yang
ke-empat dengan judul Kedung Lumbu.Banyak yang menyebutnya
sebagai salah satu desa awal mula adanya Surakarta, beberapa peninggalan
masa lalu masih tersisa di kampung ini. Dalam perkembangannya banyak
etnis Arab yang tinggal di daerah ini. Dengan donasi Rp 75.000,- peserta
40
akan mendapatkan materi, air mineral, makan siang berupa Nasi Kabuli
Ayam dan Susu Kenari. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 09.30 –
14.00. Dimulai dengan berkumpul di pagelaran Keraton Kasunanan,
setelah itu melewati SD Kauman, dan mengunjungi pabrik tenun
peninggalan Belanda yang masih berproduksi secara turun-temurun.
(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1
Juni 2016)
5. Laku Wonogiri (Desember 2015)
Wonogiri merupakan sebuah daerah di sebelah selatan Surakarta
yang memiliki banyak cerita. Terlebih cerita akan spiritualnya,
Mangkunegaran yang merupakan „pemilik‟ wilayah ini tentu mendominasi
dalam hal cerita, juga cerita akan Panembahan Senopati. Semuanya akan
dibahas pada kegiatan Lakulampah tanggal 20 Desember 2015 dengan
donasi Rp 200.000,-. Peserta berangkat mulai pukul 05.00 menggunakan
kereta Bathara Kresna melalui stasiun Purwosari menuju Wonogiri.
Gambar 6
Peserta tiba di Stasiun Wonogiri.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
41
Sesampainya di Wonogiri kemudian peserta melanjutkan kegiatan
menuju Kahyangan, tempat Panembahan Senopati yang berkaitan dengan
Mangkunegaran. Kemudian menuju Desa Matah, serta disediakan snack
Roti Widoro untuk peserta, yakni sebuah roti legendaries sejak 1922 yang
dibuat oleh cheff dari Keraton Surakarta bernama Wongsodinomo.
(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1
Juni 2016)
Gambar 7
Roti bolu buatan pabrik Roti Widoro.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
6. Cerita di sisi Jalur Kereta (Desember 2015)
Gambar 8
Peserta di depan Gardu Pandang yang saat ini sudah tidak berfungsi.
(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)
42
Kota Solo memiliki empat stasiun kereta, yakni stasiun Purwosari,
Stasiun Solo Kota, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Jebres. Masing-
masing stasiun ini memiliki sejarah akan adanya dua kerajaan di Kota
Solo. LakuLampah mencoba untuk menelusuri cerita dari dua stasiun yaitu
Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Jebres. Dengan donasi Rp 25.000,-.
Dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2015 mulai dari pukul 09.00
hingga pukul 13.00, diawali dengan berkumpul di depan Pasar Ayu
Balapan.Rute yang dilewati adalah sepanjang jalur kereta mulai dari
Stasiun Balapan hingga Stasiun Jebres.Salah satu obyek menarik yang
dilewati adalah sebuah bangunan yang dulu perannya begitu besar yakni
sebagai gardu pandang pengirim sinyal jika ada kereta api yang melintas,
menurut narasumber yang ditemui waktu itu, yakni Bapak Giono
Suprapto. Kini bangunan itu sudah tidak berfungsi dan hanya dibiarkan
begitu saja.Kemudian mengunjungi bangunan bernama Gedong Kuning,
yang dulunya digunakan sebagai pabrik Gaplek dan pernah menjadi
tempat persembunyian tentara gerilyawan. (Wawancara dengan
Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
7. Seribu Cerita di Kampung Sewu (Januari 2016)
Kegiatan LakuLampah pada awal tahun 2016 dilakukan pada
tanggal 17 Januari 2016 dengan donasi Rp 25.000,-. Berkumpul pada jam
09.00 di Kelurahan Kampung Sewu, hingga selesai pukul 13.30. Peserta
yang mengikuti sejumlah 30 orang, dan akan mendapatkan fasilitas makan
siang, air mineral, dan materi. Kampung Sewu adalah sebuah daerah di
tepian sungai Bengawan Solo, dengan banyak cerita yang terkandung
43
didalamnya, termasuk cerita akan kemegahan Pelabuhan Beton di masa
lampau. Kegiatan diawali dengan berkumpul di Kelurahan Kampung Sewu
dimana para peserta akan disambut oleh Bapak Lurah Kampung Sewu.
Gambar 9
Peserta melewati kawasan Kampung Sewu.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
LakuLampahbekerjasama dengan Net TV yang sebelumnya telah
berkoordinasi untuk melakukan liputan kegiatan di Kampung Sewu.
Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah peninggalan
penewu, rumah-rumah yang menjadi ciri khas Kampung sewu, hingga
menyeberangi sungai Bengawan solo dengan menggunakan gethek.
(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1
Juni 2016)
44
8. Cuta Blunda di Surakarta (Januari 2016)
Gambar 10
Peserta berkumpul di depan Benteng Vastenburg untuk memulai kegiatan.
(Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)
Kawasan Eropa di Surakarta sangat menarik untuk ditelusuri. Ada
pula yang berkata bahwa benteng di Solo tidak hanya Benteng
Vastenburg. benar atau tidaknya pernyataan ini akan ditelusuri dalam
kegiatan LakuLampah Cuta Blunda, bersama dengan penulis Paper Studi
tentang Benteng-benteng di Surakarta yaitu Bimo Hernowo lulusan
Utrecht University, Belanda. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2016
dengan donasi Rp 10.000,- untuk mendapatkan materi Studi tentang lokasi
benteng-benteng di Surakarta dan peta lama Surakarta. Terdapat 60 peserta
yang mengikuti kegiatan. Dimulai dari berkumpul di sisi barat Benteng
Vastenburg pada pukul 09.00, kemudian menyusuri kawasan Loji Wetan,
stasiun Solo Kota, dan menyusuri terduga benteng di tahun 1600-an.
45
Kegiatan berakhir pada pukul 12.00 siang. (Wawancara dengan
Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
9. Daur Masa Kampoeng Laweyan (Maret 2016)
Obyek bersejarah lainnya yang tidak kalah menarik untuk
ditelusuri adalah Kampung Laweyan, yang terkenal dengan salah satu
sentra industri batik di Kota Solo. Kampung Batik Laweyan telah menjadi
saksi perjalanan sejarah lintas generasi sejak era Kerajaan Pajang, era
Samanhudi pada jaman pergerakan nasional yang merupakan pendiri
Serikat Dagang Islam, dan hingga kini tetap bertahan sebagai Kampung
Batik. LakuLampah mengadakan kegiatan pada tanggal 27 Maret 2016
dengan donasi Rp 50.000 diikuti oleh 70 orang peserta. Fasilitas yang
didapatkan adalah donasi untuk semua obyek, makan siang, air mineral,
dan materi.
Gambar 11
Bunker milik salah satu rumah keluarga di Laweyan.
(Sumber: instagram.com/lakulampah)
Kampung Laweyan telah lama menjadi ikon kampung batik di
Kota Solo. Dibalik nama besarnya sebagai kampung batik, Laweyan juga
menyimpan banyak sejarah yang tidak kalah menarik untuk dijelajahi.
46
Masjid Laweyan merupakan saksi sejarah Kerajaan Pajang. Sungai
Kabanaran juga menjadi saksi bahwa di sana pernah menjadi Bandar
Kabanaran, yaitu tempat terjadinya aktifitas perdagangan antar kaum
pribumi. Keberadaan bunker di Kampung Laweyan pun menjadi daya tarik
tersendiri, yang konon bunker tersebut dipakai masyarakat Laweyan untuk
menyimpan barang berharga seperti perhiasan. Loji-loji tua yang megah
turut menjadi saksi bahwa kampung ini pernah melahirkan saudagar-
saudagar besar, terbukti eksportir batik pertama berasal dari Kampung
Batik Laweyan. Kegiatan diawali mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.30.
(Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1
Juni 2016)
10. Jejak Thomas Karsten (April 2016)
Gambar 12
Peserta di depan bangunan yang didesain oleh Thomas Karsten. Bangunan
tersebut saat ini masih digunakan sebagai rumah keluarga.
(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)
47
Kegiatan LakuLampah selanjutnya merupakan seri sepeda.Peserta
diwajibkan menggunakan sepeda karena dari obyek satu ke obyek lainnya
saling berjauhan. Tepatnya pada tanggal 24 April 2016 dengan donasi Rp
20.000,-. Fasilitas yang didapatkan adalah air mineral, materi, donasi ke
lokasi, dan Es Dawet Gempol Plered yang merupakan minuman khas kota
Solo. Peserta diajak untuk menelusuri beberapa bangunan yang didesain
oleh arsitek Thomas Karsten, yaitu Pasar Gede Solo, kawasan Villa Park,
dan Masjid Al-Wustha Mangkunegaran.
Kawasan Villa Park dulunya merupakan sebuah taman yang
dikelilingi kompleks perumahan elit pemilik perkebunan di daerah
Mangkunegaran. Villa Park terinspirasi dari Garden City yang dirancang
oleh perancang kota idola Karsten, yakni Howard. Karsten merupakan
penasehat perencanaan pembangunan Masjid Al-Wustha pada tahun
1934.Karena pada saat itu Thomas Karsten menjadi salah satu orang
terdekat Mangkunegara VII.Masjid yang terletak di sebelah barat
Mangkunegaran ini dibuatnya artistik, dengan memadukan budaya Jawa,
Timur Tengah, dan Eropa. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah,
Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
11. Laku Keprabon (Mei 2016)
Pada bulan Mei 2016, Kampung Keprabon menjadi tujuan
penjelajahan LakuLampah selanjutnya. Tepatnya dilaksanakan pada
tanggal 28 Mei 2016, dengan donasi Rp 75.000,- peserta akan
mendapatkan fasilitas makan malam, air mineral, dan materi. Kegiatan
berawal mulai pukul 15.30, kemudian mengunjungi obyek yakni rumah
48
keturunan Djoefri Prijomartono, seorang pengusaha percetakan Abdul
Jabar, rumah itu dibangun sebelum tahun 1900 dan masih tetap utuh
hingga saat ini. Keluarga keturunan Djoefri Prijomartonoakan menjadi
narasumber pada kegiatan bulan Mei.
Gambar 13
Peserta berada di depan rumah Djoefri Prijomartono.
(Sumber: dokumentasi pribadi penulis)
Keprabon dulunya pada tahun 1950-an dalam satu RW terdapat
lebih dari 10 hotel. Hotel yang telah berdiri sejak tahun 1950-an tersebut
juga menjadi salah satu objek kunjungan. Kemudian kegiatan diakhiri
dengan makan malam bersama para peserta dengan menikmati Nasi Liwet
Wongso Lemu yang sudah ada sejak tahun 1950. (Wawancara dengan
Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
49
12. Jejak Thomas Karsten 2 (Juni 2016)
Gambar 14
Objek kunjungan peserta yakni salah satu bangunan yang dirancang oleh
Thomas Karsten. Bangunan tersebut saat ini digunakan untuk kantor
perusahaan asuransi Jiwasraya.
(Sumber: lakulampah.tumblr.com)
LakuLampah membuat dua seri pada Jejak Thomas Karsten karena
bangunan yang dibuat oleh Karsten dirasa masih banyak yang menarik
untuk ditelusuri. Seperti yang diinginkan LakuLampah tahun ini untuk
mencapai kawasan Jawa Tengah, Jejak Thomas Karsten 2 memilih
beberapa obyek yang berada di kawasan Kota Tua Semarang, salah
satunya adalah Gereja Blenduk Semarang. Dilaksanakan pada tanggal 5
Juni 2016 dengan donasi Rp 150.000, dan fasilitas yang didapatkan oleh
peserta adalah donasi di Semarang, materi, makan siang, transportasi
pulang-pergi dan selama di Semarang, dan souvenir. Dimulai pada pukul
05.00 dari Stasiun Solo Balapan.
Setelah sampai di Stasiun Tawang Semarang, peserta kemudian
melanjutkan perjalanan ke kawasan Kota Tua Semarang untuk bertemu
50
dengan para narasumber yakni Lopen Semarang, komunitas pecinta
sejarah di Semarang. Setelah Gereja Blenduk, kemudian peserta menuju
kantor yang saat ini ditempati oleh PT. Jiwasraya Semarang yaitu bekas
gedung Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente
Maatschaapij (NILLMI) yang dirancang oleh arsitek ternama pada masa
Hindia-Belanda, Herman Thomas Karsten. Di dalam gedung ini terdapat
lift bermerek OTIS yang jika dilihat dariumur pembangunannya yakni
1916, kuat kemungkinan bahwa ini merupakan gedung dengan lift pertama
di Nusantara. Pasar Johar, salah satu pasar yang terkenal di Semarang ini
pun juga menjadi bangunan rancangan Karsten. (Wawancara dengan
Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)
E. Analisis SWOT Wisata LakuLampah
Pendekatan analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui adanya potensi
yang lebih dari suatu objek penelitian yaitu meliputi: Kekuatan (Strength), dan
Kelemahan (Weakness) bagi lingkungan internal, maupun peluang (Opportunity)
dan Ancaman (Threat) yang dimiliki lingkungan eksternalnya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, analisis SWOT dari pemasaran Wisata LakuLampah
adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
a. Memperkenalkan warisan sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut
pandang yang sedikit berbeda dengan edukasi sejarah yang telah ada.
b. Melestarikan dan mempelajari sejarah dengan membawa peserta untuk
melihat dan terjun langsung dalam kehidupan sosial masyarakat yang
51
memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan dan kesenian, serta
wisata kuliner.
c. Mempunyai tema kunjungan yang berbeda setiap bulannya.
d. Kegiatan fun edukasi yang menarik dan selalu menemukan hal baru.
e. Untuk kalangan umum, sehingga tidak ada batasan umur bagi peserta.
f. Adanya website resmi, facebook, twitter dan instagram LakuLampah.
2. Kelemahan (Weakness)
a. Biaya untuk mengikuti kegiatan terkadang terlalu mahal.
b. Tidak adanya tanda atau simbol khusus yang menandakan seorang
peserta sehingga orang lain dapat dengan mudah menyusup mengikuti
kagiatan ini, misalnya dengan co-card atau kartu identitas.
c. Peserta yang sudah mendaftar namun tidak hadir pada saat kegiatan.
3. Peluang (Opportunity)
a. Merupakan satu-satunya kegiatan wisata di Solo yang mengupas
sejarah dengan model fun edukasi dan langsung terjun ke masyarakat.
b. Kebanggaan kepada budaya dan sejarah dapat meningkat seiring
dengan terus berlangsungnya kegiatan ini yang kental akan budaya dan
sejarah Kota Solo khususnya.
c. Nilai-nilai sejarah yang diperoleh dari kegiatan wisata dapat mendidik
orang lain agar mengambil pelajaran yang bermanfaat.
d. Adanya pelaksanaan kegiatan setiap bulannya dapat menambah
kunjungan ke Kota Solo.
4. Ancaman (Threats)
52
a. Terdapat kegiatan yang lebih menarik seperti mendaki gunung,
snorkeling di laut, dan sebagainya.
b. Semakin banyak tempat-tempat bersejarah tidak terawat yang akhirnya
digunakan pengusaha untuk mendirikan bangunan baru seperti Mall
dan Hotel.
c. Pariwisata luar negeri, seperti Asia hingga Eropa dan Amerika, karena
salah satu alasan seseorang berwisata adalah prestise dimana orang
akan lebih merasa bangga jika telah melakukan wisata ke luar negeri.
Setelah melakukan Analisis SWOT tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa untuk menambah peminat Wisata LakuLampah, kelemahan dan ancaman
dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan.Contohnya seperti
pada saat kegiatan, sebaiknya peserta diberikan tanda pengenal atau penanda
bahwa orang tersebut merupakan peserta kegiatan, dapat menggunakan co-card
atau slayer. Kemudian ancaman bangunan bersejarah yang tidak terawat untuk
dijadikan bangunan baru seperti mall atau hotel dapat dijadikan sebuah kegiatan
khusus untuk membahas perawatan bagaimana yang seharusnya dilakukan untuk
sebuah bangunan kuno.
F. Strategi Pemasaran Wisata LakuLampah
Pemasaran dan promosi merupakan aspek yang paling penting dalam
pemasaran dan pengenalan program atau Wisata LakuLampah kepada masyarakat.
LakuLampah selama ini dapat dikenal masyarakat karena adanya promosi dalam
pelaksanaan kegiatan setiap bulannya. Pemasaran pariwisata pada hakekatnya
53
adalah usaha untuk mencari keseimbangan antara permintaan (demand) dan
penawaran (supply) sedemikian rupa sehingga keduanya mencapai kepuasan bagi
wisatawan dan keuntungan bagi penyedia jasa wisata atau daerah tujuan wisata
(Oka A. Yoeti, 1996:40). Sedangkan promosi adalah suatu komunikasi
pemasaran, artinya aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang
ditawarkan parusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:219).
Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan secara
terpadu dan memerlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran yang pada
hakekatnya merupakan tindakan dari konsep pemasaran. Penerapan bauran
pemasaran atau marketing mix pada produk dan jasa Wisata LakuLampah adalah
sebagai berikut:
1. Product (produk)
Produk yang ditawarkan oleh komunitas LakuLampah merupakan
sebuah wisata minat khusus untuk wisatawan yang tertarik dalam
bidang sejarah dan budaya Indonesia.
2. Price (harga)
Harga yang ditawarkan oleh wisata LakuLampah memiliki jumlah
yang berbeda-beda tergantung dari durasi pelaksanaan kegiatan, objek
yang dikunjungi, serta fasilitas yang didapatkan. Berkisar mulai harga
Rp 10.000 hingga Rp 200.000 untuk masing-masing peserta pada
setiap kegiatan.
3. Promotion (promosi)
54
LakuLampah melakukan promosi untuk memasarkan produknya
melalui media sosial facebook, twitter, dan instagram. Sedangkan
adanya website digunakan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai komunitas LakuLampah, serta kegiatan apa saja
yang dilakukan.
4. Place (tempat atau distribusi)
Jaringan distribusi komunitas LakuLampah selain menggunakan
media sosial sebagai bahan promosi, juga sering ikut serta dalam
kegiatan komunitas lain dimana LakuLampah ditunjuk sebagai pengisi
acara atau narasumber.
Penyedia jada pariwisata saat ini semakin berlomba-lomba untuk menjual
produk Wisata Minat Khusus, termasuk komunitas LakuLampah. Maka untuk
mencapai hasil yang maksimal, penyedia jasa pariwisata harus mengikuti suatu
rencana tindakan yang dilakukan terlebih dahulu. Rencana tindakan inilah yang
disebut strategi. Oleh karena itu, penyedia jasa pariwisata sangat perlu suatu
strategi yang dapat membantu meningkatkan produk penjualannya. Strategi yang
dimiliki Komunitas LakuLampah dalam memasarkan produknya kepada
konsumen adalah sebagai berikut:
1. Tema yang berbeda pada setiap kegiatan.
Tema merupakan persoalan utama yang akan diungkapkan oleh suatu
pihak. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu terdiri dari
objek, peristiwa kejadian, dan sebagainya. Tema juga merupakan satu
gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sebuah karya dan
terungkap secara langsung atau tidak langsung. Persoalan-persoalan yang
55
disuguhkan kemudian mendapatkan pokok persoalan secara keseluruhan.
Semuanya menentukan rupa tema yang akan dikemukakan. Syarat
memilih tema yang baik adalah dengan mencari tema yang menarik
perhatian, tema yang diketahui dengan baik, dan tema yang dibatasi ruang
lingkupnya. Tema dapat diperoleh melalui pengalam pribadi maupun
orang lain, melalui pengamatan, melalui imajinasi maupun melalui
penalaran.
Pada dasarnya Wisata LakuLampah termasuk sebuah wisata khusus
untuk peminat sejarah dan budaya Indonesia. LakuLampah berusaha untuk
mengubah pemikiran masyarakat yang menilai bahwa mempelajari sejarah
adalah hal yang membosankan. Maka dibuatlah sebuah wisata yang
menarik dan edukatif untuk mengenalkan sejarah dan budaya yang ada di
Indonesia, khususnya Kota Solo. Sejauh ini pelaksanaan kegiatan memiliki
tema seperti membahas seorang arsitek yang mendesain bangunan
bersejarah, menelusuri keberadaan benteng-benteng yang berada di Kota
Solo, melihat jejak peninggalan pabrik gula milik raja Mangkunegaran.
Tidak selalu mengenai bangunan bersejarah, makanan khas daerah yang
dikunjungi juga berusaha diangkat oleh LakuLampah, seperti Roti Widoro
yang legendaris, Ledre khas Laweyan, dan Londoh Pecel khas
Karanganyar. Seperti yang telah disebutkan di awal, variasi tema ini dibuat
agar masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini merasa bahwa
mempelajari sejarah tidak selalu membosankan.LakuLampah memberikan
konsep Fun Edukasi agar lebih mudah untuk diterima masyarakat.
56
2. Promosi melalui media sosial.
Menjadi hal yang lumrah bila keberadaan media sosial saat ini
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan bisnis. Dengan konsep yang
lebih modern, lebih unik, penyedia jasa mencoba untuk menyampaikan
visi dan misi bisnis mereka melalui media sosial yang saat ini banyak
digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat dari bermacam-macam
kalangan tingkat ekonomi. Serta sebagai alat promosi untuk memasarkan
produk agar memudahkan calon konsumen mendapatkan informasi.
Berbagai cara dilakukan seperti menampilkan gambar produk yang
menarik, variasi produk, terjangkaunya harga, dan lainnya. LakuLampah
menjadikan media sosial sebagai peluang untuk memasarkan produk
wisatanya, sekaligus sebagai media untuk belajar sejarah.
Gambar 15
Ulasan mengenai Kampung Sewu pada website LakuLampah, yaitu
www.thumblr.com/lakulampah.
57
Berawal dengan membuat akun pada media sosial facebook, twitter
dan instagram, LakuLampah kemudian membuat poster mengenai
kegiatan wisata yang akan diselenggarakan. Poster itu kemudian diunggah
pada masing-masing media sosial, yang telah tercantum nama kegiatan,
hari dan tanggal pelaksanaan, donasi yang perlu dibayar, fasilitas yang
didapatkan, bagaimana cara mendaftar, dan kuota peserta. Pendaftaran
dilakukan melalui link website yang sudah tertera pada poster, calon
peserta cukup mengisi data diri seperti nama lengkap, alamat email, dan
nomor telefon. Disamping mengenai pengumuman pendaftaran
pelaksanaan kegiatan LakuLampah, media sosial juga berperan untuk
memberitahukan kegiatan Lakulampah yang selama ini sudah
dilaksanakan melalui resume kegiatan. Sehingga masyarakat yang belum
sempat mengikuti pelaksanaan Wisata LakuLampah pada bulan tertentu
dapat menyimak melalui resume yang dibagikan melalui media sosial
tersebut. Semacam ini yang dimaksud bahwa media sosial dapat dijadikan
media pembelajaran.
Gambar 16
Form pendaftaran untuk peserta yang diakses melalui media sosial
LakuLampah.
58
Gambar 17
Poster LakuLampah seri Keprabon
(Sumber: data arsip Danu Putra W. selaku divisi bidang Publikasi)
Promosi yang dilakukan tidak hanya pada saat sebelum kegiatan
dilaksanakan, namun juga pada saat kegiatan, dan juga ketika kegiatan
telah selesai dilakukan. Pada saat kegiatan berlangsung contohnya,
peserta mengunggah foto kegiatan pada media sosial yang mereka
miliki, dengan begitu orang lain akan mengetahui kegiatan yang
dilaksanakan. Cara ini menjadi salah satu strategi tersendiri bagi
LakuLampah, karena secara tidak langsung para peserta juga ikut serta
untuk mengenalkan kegiatan Wisata LakuLampah. Cara ini membawa
dampak positif pada saat kegiatan telah selesai dilakukan, di setiap akun
media sosial LakuLampah menjadi banyak permintaan pertemanan atau
59
follower yang mengikuti (wawancara dengan Koordinator
LakuLampah, Fendy Fawzy A. tanggal 1 Juni 2016).
3. Penambahan Sub Divisi.
Organisasi, baik sebagai keseluruhan dan tiap-tiap bagian yang ada
didalamnya harus memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
tercapainya tujuan perusahaan. Organisasi dianggap efisien apabila
strukturnya memungkinkan tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif.
Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Individu yang terdapat
di dalam struktur organisasi telah mempunyai tugas dan tanggung jawab,
serta dapat membagi dan mempersatukan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Penambahan suatu bidang, divisi atau cabang tertentu dapat dilakukan
dengan maksud untuk memenuhi permintaan pasar.
Peserta yang mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah sangat beragam,
mulai dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa, hingga
yang telah bekerja. Untuk peserta kalangan siswa sekolah dasar biasanya
mereka mengikuti kegiatan ini karena ajakan orang tua mereka yang juga
ikut serta dalam Wisata LakuLampah. Hal ini dirasa perlu untuk
mengembangkan sub-sub divisi khusus kegiatan yang targetnya adalah
anak-anak, karena anak-anak dirasa perlu untuk belajar dan
mengembangkan sejarah dan budaya yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya
sub divisi untuk target peserta anak-anak, LakuLampah juga menambah
sub divisi yang bertanggung jawab dalam acara kegiatan di luar Kota Solo.
60
Karena tahun ini target pelaksanaan kegiatan tidak hanya di Kota Solo dan
sekitarnya, namun hingga Jawa Tengah.
4. Inovasi Paket Wisata.
Paket wisata diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau
beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari beberapa, minimal dua,
fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta
dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari
perjalanan wisata. Paket wisata sebagai barang komoditas merupakan
barang dan jasa yang diminati konsumen untuk dimiliki / dirasakan
manfaat dan gunanya untuk kehidupan konsumen. Suatu barang dan jasa
yang dipasarkan dan dijual sesuai dengan harapan atas kebutuhan dan
keinginan konsumen yang bermanfaat atau berguna bagi kehidupannya,
sehingga konsumen merasa puas atas barang dan jasa tersebut.
Paket wisata ditelaah sebagai sebuah perencanaan, karena produk yang
disampaikan kepada wisatawan masih berupa perencanaan, belum
dilaksanakan. Wisatawan diharapkan dapat memberikan nilai atas produk
perencanaan yang belum dilaksanakan tersebut. Bagi sebuah paket wisata,
perlu diperhatikan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, bukan
suatu tahapan pekerjaan. Walaupun merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan, perencanaan sama sekali tidak
dapat disamakan dengan persiapan suatu pekerjaan. Produk perencanaan
perjalanan wisata diimplisitkan dalam program perjalanan atau tour
itinerary. Tour itinerary merupakan perekat dari semua rangkaian elemen
komponen produk paket wisata. (Nuriata, 2014: 12-15)
61
LakuLampah merencanakan untuk membuat sebuah manajemen baru
yang lebih profesional agar bisa mengikuti perkembangan.LakuLampah
tetap akan membuat kegiatansetiap bulannya dengan tema yang berbeda,
karena sejak awal kegiatan tersebut yang menjadi ciri khas komunitas.
Namun yang berbeda adalah, kedepannya LakuLampah membuat sebuah
paket wisata yang dapat dinikmati tidak hanya sekali pada sebulan, tetapi
dapat dinikmati sewaktu-waktu oleh wisatawan yang tertarik oleh konsep
Wisata LakuLampah. Maka setiap orang yang ingin melakukan wisata
sejarah di dalam maupun luar Kota Solo mendapatkan akses yang lebih
mudah. Pesertanya pun bisa dari kalangan mana saja, mulai dari pelajar,
mahasiswa, hingga umum. Diharapkan dengan manajemen baru ini Wisata
LakuLampah akan menambah kunjungan wisatawan ke Kota Solo dan
sekitarnya.
Penyusunan harga paket wisata dirangkai dari seluruh komponen biaya
penyusun paket wisata, karena itu penentuan biaya komponen yang
diperkirakan akan dikeluarkan sangat menentukan dalam penyusunan
harga paket wisata tersebut. prosedur dalam menentukan perhitungan
penyusunan biaya paket wisata yang dapat mencapai pendekatan untuk
menentukan harga adalah:
a. Menginventarisasi seluruh biaya komponen penyusunan paket yang
dapat dihitung.
b. Menyusun harga berdasarkan perhitungan, tidak menurut perasaan
atau perhitungan kira-kira.
62
c. Menjumlahkan seluruh biaya untuk sejumlah peserta, lalu
kemudian melakukan pembagian dengan jumlah peserta yang
dihitung/diperhitungkan.
d. Sejak awal perhitungan telah mencari biaya yang menyatakan biaya
per peserta, lalu kemudian dilakukan penjumlahan untuk mencari
jumlah biaya per orang.
e. Pada jumlah biaya per orang yang diperoleh, ditambahkan
perhitungan besarnya surcharge, mark-up, dan margin, atas
keuntungan yang diharapkan ditentukan sesuai dengan
kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan. Terakhir bila
diperlukan, dalam harga jual termasuk perhitungan kondisi dari
harga, misalnya menyangkut komplimen.
Berikut ini adalah perencanaan paket wisata baru yang dilakukan oleh
Wisata LakuLampah disertai dengan perhitungan harga:
Tabel 4 Paket Wisata Sejarah Solo
Paket Wisata Keterangan
Solo Historical Trip
Untuk 30 peserta
Durasi 5 jam
Wisata dimulai pada pukul 15.00 dengan menyusuri
kawasan Kampung Batik Kauman yang menjadi
salah satu kampung batik ternama di Kota Solo.
Setelah itu mengunjungi Masjid Agung Surakarta
yang memiliki jam matahari dapat digunakan
hingga saat ini.
Pada pukul 18.00 perjalanan dilanjutkan menuju
Kampung Keprabon untuk makan malam di nasi
liwet Wongso Lemu yang legendaris di Kota Solo.
63
Tabel 5 Perhitungan Harga Paket Wisata
Komponen Wisata Biaya Variabel Biaya Tetap
Transportasi (Bus) Rp 1.500.000
Biaya Parkir (2x) Rp 60.000
Tip untuk Kru (Bus) Rp 200.000
Biaya Guide Rp 150.000
Makan Malam Rp 40.000
Donasi Rp 100.000
TOTAL Rp 2.010.000 Rp 40.000
Total biaya per peserta
Perhitungan = Rp 2.010.000 + Rp 40.000
30 Rp 107.000
Harga setelah ditambah keuntungan 15%
Keuntungan = Rp 16.050
Rp 123.050
Harga Jual Rp 123.500