BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ......

21
25 BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG PERAIRAN MENUJU KE ARAH PENGELOLAAN KADASTER KELAUTAN DI INDONESIA 3.1 Kajian Hukum Tentang Hak-Hak Atas Pengelolaan Ruang 3.1.1 Hak-Hak Atas Tanah Sumber hukum pengelolaan atas tanah telah disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Pelaksanaan amanat UUD 1945 tersebut dituangkan dalam Undang- Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 sebagai peraturan lanjutan yang lebih sering dikenal dengan UUPA. Pada Pasal 1 ayat 1 dijelaskan tentang keberadaan negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat yang menjadi penguasa tertinggi atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kemudian pada Pasal 1 ayat 2 dijelaskan mengenai wewenang negara untuk : a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dengan bumi, air dan ruang-angkasa; c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Atas dasar memiliki wewenang untuk menguasai tersebut, lebih lanjut di Pasal 4 ditentukan hak-hak yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Hak-hak yang dapat diberikan, dalam hal ini untuk penguasaan tanah, menurut Pasal 16 adalah: 1. Hak milik (HM),

Transcript of BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ......

Page 1: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

25

BAB III

KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG PERAIRAN

MENUJU KE ARAH PENGELOLAAN KADASTER KELAUTAN

DI INDONESIA

3.1 Kajian Hukum Tentang Hak-Hak Atas Pengelolaan Ruang

3.1.1 Hak-Hak Atas Tanah

Sumber hukum pengelolaan atas tanah telah disebutkan dalam UUD 1945 Pasal

33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran

rakyat”. Pelaksanaan amanat UUD 1945 tersebut dituangkan dalam Undang-

Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 sebagai peraturan lanjutan yang

lebih sering dikenal dengan UUPA. Pada Pasal 1 ayat 1 dijelaskan tentang

keberadaan negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat yang menjadi

penguasa tertinggi atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya. Kemudian pada Pasal 1 ayat 2 dijelaskan mengenai wewenang negara

untuk :

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-

orang dengan bumi, air dan ruang-angkasa;

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-

orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan

ruang angkasa.

Atas dasar memiliki wewenang untuk menguasai tersebut, lebih lanjut di Pasal 4

ditentukan hak-hak yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang,

baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan

hukum. Hak-hak yang dapat diberikan, dalam hal ini untuk penguasaan tanah,

menurut Pasal 16 adalah:

1. Hak milik (HM),

Page 2: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

26

2. Hak guna-usaha (HGU),

3. Hak guna-bangunan (HGB),

4. Hak pakai (HP),

5. Hak sewa (HS),

6. Hak membuka tanah (HBT),

7. Hak memungut-hasil-hutan.

Secara khusus untuk hak guna-usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), dan hak

pakai (HP) atas tanah diatur secara teknis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996.

1. Hak Milik

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai

orang atas tanah dengan tetap mengingat ketentuan hak atas tanah mempunyai

fungsi sosial. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain.

Kepemilikan atas hak ini yang diatur berdasarkan undang-undang adalah:

- hanya dapat dimiliki oleh WNI,

- badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syarat

yang ditetapkan oleh pemerintah,

- orang asing yang memperoleh hak milik karena pewarisan-tanpa-wasiat

atau percampuran harta karena perkawinan.

Hak milik ditetapkan berdasarkan penetapan pemerintah melalui Peraturan

Pemerintah dan ketentuan undang-undang dengan tetap menghormati hukum adat.

Hak milik beserta peralihan, penghapusan dan pembebanannya dengan hak-hak

lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan pendaftaran tanah yang

meliputi:

(a) pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah;

(b) pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

(c) pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti

yang kuat.

Page 3: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

27

2. Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung

oleh negara yang bukan miliknya sendiri guna perusahaan, pertanian, perikanan

dan peternakan dalam jangka waktu paling lama 25 tahun. Hak Guna Usaha

merupakan hak khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan miliknya sendiri

guna perusahaan, pertanian, perikanan dan peternakan. Hak guna usaha dapat

beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Kepemilikan atas hak guna usaha yang

diatur undang-undang adalah:

- dapat dimiliki oleh WNI

- badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia.

Hak guna usaha ditetapkan berdasarkan penetapan pemerintah. Syarat-syarat

pemberian, peralihan dan penghapusan hak guna usaha tersebut harus didaftarkan

menurut ketentuan-ketentuan pendaftaran tanah yang meliputi: (a) pengukuran,

perpetaan, dan pembukuan tanah; (b) pendaftaran hak-hak atas tanah dan

peralihan hak-hak tersebut; (c) pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang

berlaku sebagai alat bukti yang kuat.

3. Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-

bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling

lama 30 tahun. Hak guna bangunan dapat diberikan atas tanah negara, tanah hak

pengelolaan dan tanah hak milik. Hak guna bangunan diberikan dengan keputusan

pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk tanah negara dan

tanah hak pengelolaan. Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada

pihak lain. Kepemilikan atas hak guna bangunan yang diatur undang-undang

adalah:

- dapat dimiliki oleh WNI

- badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia.

Page 4: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

28

4. Hak Pakai

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah

yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh

pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik

tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan

tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan

Undang-Undang Pokok Agraria. Hak pakai diberikan paling lama untuk jangka

waktu dua puluh lima tahun.

Hak pakai dapat diberikan atas tanah negara, tanah hak pengelolaan dan tanah hak

milik. Hak pakai diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuk untuk tanah negara dan tanah hak pengelolaan. Hak pakai

dapat diberikan :

a. selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan

untuk keperluan yang tertentu;

b. dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa

apapun.

Kepemilikan atas hak pakai yang diatur undang-undang ialah :

a. warga negara Indonesia;

b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

c. badan-hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia;

d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Hak pakai dapat beralih dan dialihkan berdasarkan izin penjabat yang berwenang

untuk tanah negara dan perjanjian untuk tanah hak milik.

5. Hak Sewa

Hak sewa adalah hak untuk mempergunakan tanah milik orang lain untuk

keperluan bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada pemiliknya.

Pembayaran uang sewa dilakukan satu kali atau tiap-tiap waktu tertentu maupun

Page 5: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

29

sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan. Kepemilikan atas hak sewa yang

diatur dalam undang-undang adalah :

a. warganegara Indonesia;

b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

c. badan-hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia;

d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

6. Hak Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan

Hak membuka-tanah dan memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh

warganegara Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dengan

mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah tidak dengan sendirinya

diperoleh hak milik atas tanah itu.

3.1.2 Hak-Hak Atas Air dan Ruang Angkasa

Selain hak-hak atas tanah, pada pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pokok Agraria

disebutkan adanya hak-hak atas air dan ruang angkasa. Hak-hak atas air dan ruang

angkasa tersebut lebih lanjut dijelaskan pada pasal 47 dan 48. Sementara itu,

diatur juga Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) di dalam Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil.

1. Hak Guna Air, Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan

Hak Guna Air ialah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu dan/atau

mengalirkan air itu di atas tanah orang lain. Dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, disebutkan dua hak atas air, yaitu hak

guna pakai air dan hak guna usaha air. Dalam hal ini, hak memperoleh air tersebut

harus tetap memperhatikan kepentingan sosial dan tidak untuk kepemilikan

pribadi.

Page 6: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

30

2. Hak Guna Ruang Angkasa

Hak guna-ruang-angkasa merupakan wewenang untuk mempergunakan tenaga

dan unsur-unsur dalam ruang angkasa guna usaha-usaha memelihara dan

memperkembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu.

Adanya hak-hak atas tanah, air dan ruang angkasa tersebut merupakan tanggung

jawab yang dimiliki negara untuk mengelola pemanfaatan ruang dari dan bagi

masyarakat untuk kemakmuran bersama. Selanjutnya, dalam Undang-Undang

Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang diatur wewenang negara dalam

menguasai bumi, air dan ruang angkasa secara khusus dalam rangka penataan

ruang untuk menjaga keberlanjutan kualitas ruang wilayah nasional demi

terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Penataan ruang adalah

suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

Secara umum, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

mengatur penataan ruang darat dan mengisyaratkan undang-undang tersendiri

dalam pemanfaatan ruang laut dan ruang angkasa.

Dalam hal pemberian hak, harus tetap diperhatikan konsep tenure system yang

umumnya dikenal dengan kepemilikan lahan (land tenure). Land tenure

merupakan hubungan, baik secara hukum atau lazim didefinisikan, antara orang-

orang, sebagai individu atau kelompok, terhadap tanah. Kepemilikan lahan

menentukan bagaimana hak terhadap tanah harus dialokasikan dalam masyarakat.

Hal ini mendefinisikan bagaimana akses pemberian hak untuk menggunakan,

kontrol dan transfer tanah serta terkait tanggung jawab dan hambatan di

dalamnya. Secara sederhana, land tenure menentukan siapa yang dapat

menggunakan sumber daya apa untuk berapa lama dan di bawah kondisi apa

(FAO, 2002). Tentu saja, hal ini dapat diterapkan di dalam pengelolaan kelautan

yang kemudian dikenal dengan sea/marine tenure.

Page 7: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

31

3.2 Objek-Objek Ruang Perairan Di Indonesia

Hak pemanfaatan dalam wilayah laut yang tercakup dalam objek Kadaster

Kelautan dapat diidentifikasi dari objek-objek ruang perairan yang terdapat di

dalamnya. Secara khusus di Indonesia, terdapat beberapa contoh objek-objek

ruang perairan (Djunarsjah, dkk., 2008 dalam BPN-RI, 2011), yaitu :

- Bangunan Atas Air (tempat tinggal, hotel, tempat ibadah, restoran, dan

lain-lain) banyak terdapat di wilayah pesisir di seluruh Indonesia dalam

hal ini tidak hanya wilayah laut namun juga mencakup perairan darat

(sungai dan danau)

- Wahana Pengeboran Lepas Pantai (Rig) (Laut Jawa, Kepulauan Riau,

Kepulauan Bangka-Belitung, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan

Timur)

- Budidaya Rumput Laut (Pantai Timur Bali, Pantai Utara Jawa), Budidaya

Mutiara (Talise Sulsel, Banggai Sulteng), Budidaya Ikan (Kepulauan

Seribu)

- Perumahan Terapung (Muara Sungai Barito Banjarmasin)

- Pasar Terapung (Muara Sungai Barito Banjarmasin)

- Perkampungan Nelayan (Suku Laut di Pulau Mapur, Muara Sungai

Papua)

- Taman Laut Nasional (Bunaken, Pangandaran)

- Jalur Pelayaran Kapal (terdapat hampir di seluruh wilayah pesisir dan

laut Indonesia)

- Kawasan Pariwisata Laut (Teluk Kalianda, Bintan Utara)

- Jaringan Pipa dan Kabel Bawah Laut, contohnya di sepanjang perairan

laut sebelah utara Pulau Bintan (Handayani 2007 dalam BPN-RI, 2011)

- Harta Karun Bawah Laut yang terdapat di beberapa lokasi di perairan

Indonesia (BRKP - KKP, 2006 dalam BPN-RI, 2011)

- Kultur Adat, misalnya Suku Bajo (Herdiana, 2002)

Bila diklasifikasi secara umum, objek-objek perairan di atas dapat diidentifikasi

dari aktivitas-aktivitas kelautan yang disajikan dalam Tabel 2.1 sebelumnya pada

Bab II. Objek ruang perairan tersebut ditandai oleh batas-batas ruang perairan

Page 8: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

32

berupa tapak bangunan di atas air. Ilustrasi dari objek ruang perairan dapat dilihat

pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Ilustrasi Objek Ruang Perairan (BPN-RI, 2011)

3.2.1 Objek Ruang Perairan Di Pulau Bintan

Dalam tugas akhir ini, objek-objek ruang perairan yang akan dibahas terdapat di

Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Pada Gambar 3.2 di bawah ini, ditunjukkan lokasi

studi dari penelitian ini.

Gambar 3.2 Lokasi Studi

Page 9: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

33

Keberadaan objek-objek ruang perairan di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan

Riau:

- Kota Tanjung Pinang

Terdapat rumah tinggal, hotel, dan tempat ibadah vihara di atas air di tepi

pantai. Secara khusus yang dikaji adalah tapak bangunan Hotel “Laut

Jaya”, Vihara Pelantar II, dan rumah penduduk.

- Kabupaten Bintan

Terdapat hotel, villa, restoran di atas air di wilayah pesisir pantai

Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tanjung Uban Kota dan Kecamatan

Bintan Timur, Kelurahan Kijang Kota. Secara khusus yang dikaji adalah

tapak bangunan yang berada di Resort “Bintan Sayang” yang terdiri dari

villa air dan restoran.

Untuk mengetahui posisi objek-objek ruang perairan yang akan dikaji, dapat

dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini yang menunjukkan lokasi Hotel Laut Jaya

dan Resort Bintan Sayang.

Gambar 3.3 Lokasi Hotel Laut Jaya dan Resort Bintan Sayang.

Page 10: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

34

Objek-objek ruang perairan tersebut sudah diberikan sertifikat hak pakai oleh

Kantor Pertanahan Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan untuk jangka

waktu 10 (sepuluh) tahun. Pemberian hak pakai merupakan kebijakan dari kantor

pertanahan daerah setempat untuk memberikan kepastian hukum bagi banyaknya

pengajuan hak yang dilakukan masyarakat terutama untuk kepentingan pariwisata,

pemukiman dan rumah ibadah.

Umumnya, pengajuan hak atas objek-objek ruang perairan tersebut berlokasi di

zona pasang-surut. Dengan kata lain, kebanyakan objek-objek ruang perairan

tersebut akan berada di atas air ketika air laut pasang dan di atas tanah ketika air

laut surut. Bila diperhatikan lagi, terdapat tiga kondisi keberadaan objek-objek

ruang di sekitar wilayah pesisir, yaitu :

1. Objek-objek ruang terdapat di atas tanah di sekitar pantai yang tidak

dipengaruhi pasang maupun surut. Objek seperti ini merupakan objek

ruang di darat/tanah. Untuk objek ruang seperti ini sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI)

melalui Kantor Pertanahan untuk menerbitkan sertifikat hak atas tanah dan

bangunan.

2. Objek-objek ruang yang terdapat di zona pasang-surut, objek ruang ini

berada di atas air ketika air pasang dan berada di atas tanah ketika air

surut. Keberadaan objek-objek ruang seperti ini diklasifikasikan ke dalam

objek-objek ruang perairan, dan kebanyakan pengajuan hak oleh

masyarakat kepada pemerintah melalui BPN-RI diterima dengan

menerbitkan sertifikat hak pakai untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun

oleh Kantor Pertanahan.

3. Objek-objek ruang perairan yang terdapat di lepas pantai, di mana

keberadaan objek tersebut sepenuhnya berada di atas air laut baik pasang

maupun surut.

Untuk lebih memahami keberadaan objek-objek tersebut, pada gambar 3.4 di

bawah ini, ditunjukkan ilustrasi dari keberadaan objek-objek ruang.

Page 11: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

35

Gambar 3.4 Ilustrasi Objek Ruang (a) darat, (b) zona pasang-surut, (c) lepas

pantai

Keberadaan objek-objek ruang perairan yang menjadi fokus penelitian adalah di

zona pasang-surut. Hal ini dikaitkan dengan konsep kelautan merupakan

kelanjutan dari kadaster pertanahan yang sering disebut sebagai seamless

cadastre. Beberapa contoh objek-objek ruang perairan di Pulau Bintan dapat

dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 3.5 adalah gambar Hotel Laut Jaya.

Gambar 3.5 Hotel Laut Jaya

Laut

Darat

a

b

c

Garis Air Tinggi MSL Garis Air

Rendah

Page 12: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

36

Selain objek ruang perairan yang berada di atas tapak permanen seperti pada

Gambar 3.5 tersebut, terdapat juga beberapa objek ruang perairan yang berada di

atas tapak semi-permanen. Pada Gambar 3.6 ditunjukkan objek ruang perairan

berupa vila dan restoran di atas air.

(a) (b)

Gambar 3.6 (a) Vila di atas air dan (b) Restoran Kelong di Resort Bintan Sayang

Keberadaan objek-objek ruang perairan tersebut bila dikaitkan dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) tidak berada di sempadan pantai. Sempadan pantai

menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah

daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Dengan kata lain, sempadan pantai tersebut termasuk dalam kawasan darat untuk

objek-objek ruang. Kawasan sempadan pantai tersebut merupakan kawasan

lindung/konservasi yang pemanfaatannya terbatas disesuaikan dengan

karakteristik pantai dan tanpa mengganggu fungsinya untuk kelestarian pantai.

Oleh sebab itu, keberadaan objek-objek ruang perairan tersebut sejauh berada di

zona pasang-surut masih diizinkan dengan tetap mendukung kelestarian pantai

dan kepentingan sosial.

Page 13: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

37

3.2.2 Pengukuran dan Pemetaan Objek Ruang Perairan

Objek-objek ruang perairan tersebut harus dikelola dalam bingkai kadaster

kelautan dikaitkan dengan konsep 3R (Right, Restriction, dan Responsibility),

secara khusus dalam memberikan kepastian batas-batas hak pengelolaan. Oleh

karena itu, pemberian sertifikat hak pakai pada objek-objek ruang perairan

tersebut disertai dengan kepastian batas objek.

Penetapan batas objek ruang perairan tersebut berkaitan dengan aspek teknis,

yaitu kegiatan pengukuran dan pemetaan objek-objek ruang perairan. Urutan

langkah yang dilakukan dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan adalah sebagai

berikut (Ilova, 2009):

1. Pengukuran dan pemetaan titik dasar teknik.

2. Pengukuran dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar pendaftaran.

3. Pengumpulan data persil laut dan bukti-bukti hak.

4. Pengukuran batas-batas persil laut.

5. Pembuatan gambar ukur.

6. Pembuatan peta pendaftaran.

7. Penggambaran persil laut dan penerbitan surat ukur/gambar situasi.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Pulau Bintan, secara khusus di

Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan, kegiatan teknis pengukuran dan

pemetaan adalah sebagai berikut.

1. Pengikatan Titik Dasar Teknik

2. Pengamatan Pasang Surut

3. Pengukuran Detil Objek dan Batas-Batas Persil Laut

4. Pengukuran Kedalaman

5. Perpetaan

3.2.2.1 Pengikatan Titik Dasar Teknik

Pengikatan Titik Dasar Teknik (TDT) dilakukan dengan menggunakan metode

GPS rapid static. Base station dipasang pada TDT BPN orde 3 dengan lokasi pada

Kantor Pos Kota Tanjung Pinang. Pengukuran dilakukan selama dua jam dalam

Page 14: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

38

satu sesi. Pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 berikut diperlihatkan dokumentasi

pelaksanaan pengikatan TDT pada base station dan pengikatan TDT di Rover

Sation (Hotel Laut Jaya).

Gambar 3.7 Pengikatan TDT pada Base Station

Gambar 3.8 Pengikatan TDT di Rover Sation (Hotel Laut Jaya) (BPN-RI, 2011)

3.2.2.2 Pengamatan Pasang Surut

Pengamatan pasut dilakukan dengan pemasangan palem pada dua stasiun pasut di

tempat kajian, yaitu pada daerah pelantar di Kota Tanjungpinang dan pada daerah

Resort Bintan Sayang, Kabupaten Bintan. Palem tersebut selanjutnya diikatkan ke

Page 15: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

39

titik BM pasut yang sudah diketahui koordinatnya. Pengamatan pasut dilakukan

setiap jam selama kurun waktu sebulan untuk lokasi Hotel Laut Jaya, dan selama

39 jam untuk lokasi survei di Resort Bintan Sayang. Pemasangan palem dan

pengikatan pada BM pasut dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan Gambar 3.10

berikut ini.

Gambar 3.9 Pemasangan Palem

Gambar 3.10 Pengikatan Palem Terhadap BM Pasut

Page 16: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

40

3.2.2.3 Pengukuran Detil Objek dan Batas-Batas Persil Laut

1) Pengukuran Detil Objek dengan Metode Terestris

Survei terestris dilakukan pada wilayah di sekitar Hotel Laut Jaya dan wilayah di

sekitar Resort Bintan Sayang selama tiga hari. Pengukuran yang dilakukan adalah

pemetaan detil situasi dengan pengikatan persil yang diikatkan terhadap titik dasar

nasional orde 3.

Proses pengukuran detil objek dengan metode terestris dapat dilihat pada Gambar

3.11 berikut ini.

Gambar 3.11 Pengukuran Detil Situasi dan Batas-Batas Persil Laut dengan

Metode Terestris

2) Pengukuran Detil Objek dengan Metode Ekstraterestris (GPS-RTK)

Pengukuran detil objek ruang perairan ini juga menggunakan Metode

Ekstraterestris. Survei yang dilakukan adalah survei GPS dengan teknik RTK

Page 17: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

41

(Real Time Kinematics) pada wilayah sekitar Hotel Laut Jaya (Kota

Tanjungpinang) dan wilayah Resort Bintan Sayang (Kabupaten Bintan). Pada

wilayah Hotel Laut Jaya pengukuran dengan GPS-RTK dilakukan pada semua

objek yang dikaji, sementara pada wilayah Resort Bintan Sayang hanya dilakukan

pada proses pengukuran garis pantai.

Proses pengukuran detil objek dengan metode ekstraterestris dapat dilihat pada

Gambar 3.12 berikut ini.

Gambar 3.12 Pengukuran Detil Situasi dan Batas-Batas Persil Laut dengan

Metode Ekstraterestris

3.2.2.4 Pengukuran Kedalaman

Pengukuran kedalaman dilakukan dengan cara Mekanis, yaitu dengan

menggunakan Tongkat Penduga/Rambu Ukur dan cara Akustik yaitu dengan alat

Single Beam Echosounder HD 370. Pengukuran kedalaman dilakukan di beberapa

titik di pojok-pojok bangunan atau persil dengan cara pengukuran kedalaman

dengan menggunakan perangkat Echosounder atau Tongkat Penduga untuk titik

yang kedalamannya dangkal (lebih kecil dari 3 meter). Kegiatan pengukuran

kedalaman dilakukan sesuai dengan jalur perencanaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Page 18: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

42

Kegiatan pengukuran kedalaman yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.13

berikut ini.

Gambar 3.13 Pengukuran Kedalaman di Sekitar Objek Ruang Perairan

3.2.2.5 Perpetaan

Setelah dilakukan pengolahan keseluruhan data pengukuran di lapangan,

dilakukan penggambaran titik-titik koordinat sesuai dengan sketsa lapangan untuk

memperoleh peta objek-objek ruang perairan tersebut. Penggambaran terhadap

data-data lapangan tersebut disajikan dalam bentuk gambar ukur, peta objek ruang

perairan dan surat ukur.

Page 19: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

43

Pada Gambar 3.14 di bawah ini ditunjukkan gambar ukur kawasan Resort Bintan

Sayang.

Gambar 3.14 Gambar Ukur Kawasan Resort Bintan Sayang

Page 20: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

44

Sementara itu, pada Gambar 3.15 di bawah ini ditunjukkan peta objek ruang perairan kawasan Resort Bintan Sayang.

Gambar 3. 15 Peta Objek Ruang Perairan Kawasan “Resort Bintan Sayang”

Page 21: BAB III KAJIAN TERHADAP OBJEK-OBJEK RUANG … bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada ... harus tetap diperhatikan konsep tenure ... Pemberian hak pakai merupakan kebijakan

45

Gambar 3.16 di bawah ini adalah gambar surat ukur objek ruang perairan dalam bentuk hybrid tiga dimensi.

Gambar 3. 16 Surat Ukur Hybrid Objek Ruang Perairan