BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN...
Transcript of BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN...
-
35
BAB III
KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN
KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MTs NU BANAT KUDUS
A. Gambaran Umum MTs NU BANAT Kudus 1. Latar Belakang Berdirinya
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang globalisasi
tidak bisa kita hindari, dan akan mewarnai masyarakat Indonesia. Perubahan
amat besar terjadi dalam pola dan tata hidup masyarakat, tidak ketinggalan
input madrasah tsanawiyah dan tata hidup segenap komponen ketenagaan di
madrasah akan diwarnai oleh tata hidup reformasi, informasi dan globalisasi.
Oleh karena itu, penanggung jawab pendidikan harus melangkah, membekali
dan mencetak kehidupan yang layak, serasi berdampingan dengan siapa saja
dan di mana saja mereka mendapat tempat. MTs NU Banat kudus ingin
menciptakan lulusan madrasah tsanawiyah menjadi warga negara Indonesia
yang mantap iman dan taqwanya kepada Allah, berpengetahuan,
berketrampilan, berkepribadian baik, mandiri, sehat jasmani rohani serta
memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Madrasah ingin meningkatkan mutu pendidikan seiring dengan
tuntutan zaman tanpa melupakan jati diri sebagai madrasah tsanawiyah yaitu
insan yang berwawasan islami, berperilaku islami, bertata hidup zamani
dengan ciri islami, terampil, berkemampuan teknologi, berbasis ilmu
pengetahuan akademi setara dengan lulusan yang berkualitas. Untuk itu MTs
NU Banat Kudus yang menyadari akan kekurangan di beberapa bidang,
merencanakan pengembangan peningkatan mutu madrasah untuk menghadapi
dan menyongsong masa depan yang kompetitif menuju madrasah tsanawiyah
yang berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, restrukturisasi
pendidikan sehingga lebih adaptive terhadap perubahan zaman terus
dilakukan, penyempurnaan dan renovasi baik secara fisik maupun tehnik
kependidikan diberlakukan.
-
36
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Madrasah Tsanawiyah NU Banat
Kudus yang didirikan pada tanggal 2 Januari 1957 oleh Yayasan Pendidikan
Banat Kudus akte notaris no. 45/81 dengan tokoh KH. Masdain Amin (adik
Hadlrotusy Syekh KH. Arwani Amin). Cita-cita awal berdirinya adalah
membekali wanita-wanita Islam agar berpengetahuan Islam yang amali dan
mampu memimpin wanita-wanita Islam untuk hidup maju bersama
masyarakat yang lain, melangkah untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang
zamani dan mampu berkompetisi positif dengan lembaga-lembaga yang lain,
siap melaksanakan program pengembangan baik fisik maupun non fisik.
Sehubungan dengan adanya Keputusan Presiden dan Undang-Undang
RI No. 16/2001 tentang perubahan fungsi yayasan di Indonesia, maka dalam
rangka mengikuti perkembangan nasional tersebut, Yayasan Pendidikan
Banat beralih struktur kepengurusan dengan Badan Pelaksana Pendidikan
Maarif NU Banat yang ber SK Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Nomor.
PC.11.07/362/SK/XII/2002.1
Seiring dengan perkembangan zaman maka MTs NU Banat Kudus
berkembang secara pesat. Melihat kebutuhan masyarakat atas pentingnya
pendidikan yang mampu berkompetisi positif dengan lembaga-lembaga yang
lain dan siap melaksanakan program pengembangan baik fisik maupun non
fisik, dalam hal ini MTs NU Banat Kudus sampai dengan tahun pelajaran
2005/2006 membuka 21 kelas yaitu kelas VII: 7 kelas, kelas VIII: 7 kelas dan
kelas III: 7 kelas, dengan jumlah siswi sebanyak 1016, guna memenuhi
kebutuhan yang serasi dengan kebutuhan masyarakat.
MTs NU Banat Kudus berlokasi di dua tempat di Kudus, tepatnya di
Jalan KHR. Asnawi No. 30 Telp. 445213, 437037 Kudus 59316 Fax 437037
dan Jalan KHM. Arwani Amin Kajan Krandon Telp. (0291) 443143 Kudus.2
1 Dokumentasi dikutip tanggal 28-29 Nopember 2005. 2 Wawancara dengan Ibu Sholichah BA, bagian urusan kurikulum, merangkap sebagai guru
mata pelajaran Hadits dan Akhlaq MTs NU Banat Kudus tanggal 30 Nopember 2005
-
37
2. Struktur Kepengurusan MTs NU BANAT Kudus Menurut SK. Kepala MTs NU Banat Kudus Nomor:
050/MRF/BNT/P.1/MTs/VIII/2005 tanggal 1 Agustus 2005, maka MTs
Banat NU Kudus secara struktural kelembagaan terdiri atas:
LP. MAARIF NU DEP. AGAMA
BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN MAARIF NU
KEPALA MADRASAH
WAKIL KEPALA
KOMITE MADRASAH
BAGIAN URUSAN KURIKULUM
BAGIAN URUSAN KESISWAAN
BAGIAN URUSAN SARPRAS
BAGIAN URUSAN HUMAS/AGAMA
TATA USAHA BK
WALI KELAS II WALI KELAS IIIWALI KELAS I
GURU
SISWA OSIS
-
38
Peserta didik MTs NU Banat Kudus pada tahun ajaran 2005/2006
yaitu:
Kelas VII : 343 siswi
Kelas VIII : 322 siswi
Kelas III : 351 siswi
Dari jumlah peserta didik MTs NU Banat Kudus tergolong sangat
besar, ini menunjukkan bahwa MTs NU Banat Kudus termasuk madrasah
favorit yang dibuktikan dengan kualitas pendidikan yang baik, prestasi
cemerlang dan peserta didik yang tidak hanya berasal dari masyarakat
sekitar, akan tetapi dari berbagai kota dan propinsi di Indonesia.
Mengenai data personalia MTs NU Banat Kudus adalah sebagai
berikut:3
Tabel 1
Daftar Tenaga Guru dan Tenaga Administrasi MTs NU Banat Kudus
Tahun 2005/2006
NO JENJANG PENDIDIKAN STATUS
KEPEGAWAIAN
JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Berpendidikan Sarmud
Berpendidikan S.1
Berpendidikan S.1
Berpendidikan Sarmud
Berpendidikan D.3
Berpendidikan Pondok
Pesantren
Berpendidikan SLTA
Berpendidikan S.1
Berpendidikan Sarmud
Berpendidikan D.3
Berpendidikan SLTA
Guru PNS/DPK
Guru PNS/DPK
Guru Tetap
Guru Tetap
Guru Tetap
Guru Tetap
Guru Tetap
Guru Tidak Tetap
Guru Tidak Tetap
Guru Tidak Tetap
Guru Tidak Tetap
1 Orang
3 Orang
1 Orang
3 Orang
3 Orang
1 Orang
3 Orang
32 Orang
1 Orang
3 Orang
5 Orang
3 Dokumentasi, Op.Cit.
-
39
12.
13.
14.
15.
Berpendidikan S.1
Berpendidikan SLTA
Berpendidikan SLTP
Berpendidikan SD
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
1 Orang
10 Orang
2 Orang
1 Orang
Menurut rancangan UU Guru dan Dosen, latar belakang
pendidikan minimal S1, dari data yang diperoleh tercatat 53% guru telah
berpendidikan S1, ini dapat dinilai cukup, meskipun ada beberapa dari
guru hanya berpendidikan Madrasah Aliyah dengan tambahan pendidikan
di Pondok Pesantren, namun mereka memiliki kemampuan yang
disesuaikan dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan.
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs NU BANAT Kudus Visi : Mewujudkan madrasah putri sebagai pusat keunggulan yang
mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang
berkwalitas di bidang IMTAQ dan IPTEK yang islami dan
sunni.
Misi : Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kwalitas,
baik akademik, moral maupun sosial sehingga mampu
menyiapkan dan mengembangkan SDM berkwalitas di
bidang IMTAQ dan IPTEK dalam rangka mewujudkan
Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur, Negara yang aman,
tentram, adil makmur dengan ridlo Allah.
Tujuan : Membekali siswa agar :
1. Mampu memahami ilmu agama dan umum
2. Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Memiliki ilmu ketrampilan sebagai bekal hidup di
masyarakat.
4. Mampu berkomunikasi sosial dengan dengan modal
bahasa asing praktis (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris).
-
40
5. Mampu memahami ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.4
Dari visi, misi dan tujuan di atas menunjukkan bahwa peserta
didik MTs NU Banat Kudus yakni kaum perempuan diharapkan
berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan mempersiapkan untuk
jenjang yang lebih tinggi. Sebagai kaum perempuan diharapkan dapat
menanamkan nilai-nilai agama dalam berbagai hal, baik dalam mendidik
anak maupun dalam bermasyarakat.
4. Sarana dan Prasarana
MTs NU Banat Kudus telah mempunyai gedung sendiri yang
terletak di atas tanah seluas 7830 M2 dengan situsi yang nyaman dan
strategis sebagai tempat belajar. Gedung permanen berlantai 2 dan 3 yang
cukup luas dan sarana prasarana yang mendukung untuk memenuhi segala
aktifitas sekolah dan menampung siswi kelas VII sampai kelas III yang
semuanya masuk pagi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh madrasah
selama ini sangat menunjang keberhasilan dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan, meskipun dengan berbagai kekurangan, namun, dari
pihak madrasah berusaha memaksimalkan sarana prasarana yang dimiliki.
B. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Muatan Lokal di MTs NU BANAT Kudus
Kurikulum muatan lokal yang merupakan program pendidikan yang
disesuikan dengan lingkungan daerah baik isi dan media penyampaian yang akan
digunakan sebagai usaha dalam peningkatan dan pengembangan kebutuhan lokal
sesuai dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.
Pengertian yang didapat dari hasil wawancara tidak jauh berbeda, yang
mana kurikulum muatan lokal diartikan sebagai serangkaian mata pelajaran dan
4 Wawancara dengan Ibu Churiyati RF BA., kepala sekolah MTs NU Banat Kudus tanggal 3
Desember 2005
-
41
kumpulan pengetahuan yang diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai pada
jenjang pendidikan tertentu dengan mengedepankan kebutuhan-kebutuhan lokal
dari madrasah yang disesuaikan dengan lingkungan daerah yang wajib diikuti
oleh semua peserta didik.5
Dalam implementasi manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU
Banat Kudus ada beberapa hal yang diperhatikan oleh madrasah dan guru muatan
lokal diantaranya: kemampuan guru dalam proses belajar mengajar muatan lokal,
sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses belajar mengajar muatan
lokal, pertimbangan dalam pemilihan mata pelajaran muatan lokal serta metode,
strategi dan evaluasi belajar yang digunakan dalam mata pelajaran muatan lokal.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus
Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan penting dalam
hasil belajar, Latar belakang pendidikan yang ditempuh seorang guru dapat
memberikan nilai tambah dan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
pencapaian tujuan belajar mengajar.
Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada
siswa di kelas, tapi juga harus mampu mendapatkan dan mengelola informasi
yang sesuai dengan profesinya agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal.
Menurut kepala sekolah MTs NU Banat Kudus, Hj. Churiyati RF,
BA Guru pengajar muatan lokal di MTs NU Banat mempunyai latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan pelajaran yang mereka ajarkan, adapun latar
belakang pendidikan guru pengajar muatan lokal MTs NU Banat Kudus
adalah sebagai berikut :
5 Ibid.
-
42
Tabel 2
Daftar Guru Pengajar Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus
Tahun 2005/2006
NO NAMA IJAZAH TERTINGGI MATA PELAJARAN
YANG DIAJARKAN
1.
2.
3
4.
5.
6.
7.
8
.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Rochmawati, BA
Chanifah HS
Hj. Jumiati
Sholichah, BA
KH. Musyaffa
Abdul Ghofur
Indah Suciati, S.Ag
Siti Fadlilah, S.Ag
Nailal Husna
Hj. Zuhaida
Siti Maimunah, S.Ag
Sutikat, S.Ag
Wahyudin Islam
Maria Ulfa, S.Pd.I
Sakinah Bafaqih, S.Pd.I
SM UNNU
(Hukum Islam)
PONPES/MTs
SM IAIN (Ushuluddin
Aqidah Filsafat)
SM IAIN (Ushuluddin
Aqidah Filsafat)
MA
PGAN/PONPES
S1 IAIN (Tarbiyah PAI)
S1 UNDARIS
(Tarbiyah PAI)
MA
MA
S1 IAIN (Tarbiyah
Bahasa Arab)
S1 IAIN (Tarbiyah PAI)
MA/PONPES
S1 STAIN (Tarbiyah
PAI)
S1 UNSIQ (Tarbiyah
Bahasa Arab)
Tauhid
Fiqih 2
Hadits,Akhlaq
Hadits,Akhlaq
Hadits,Akhlaq
Nawu,Shorof
Nahwu,Shorof
Tauhid
Musyafahah,Tajwid,
Akhlaq
Musyafahah,Tajwid
Musyafahah,Tajwid,
Tafsir
Khat,Imla,Tafsir
Tauhid,Tafsir
Fiqih 2,Nahwu,Shorof
Fiqih 2
Khat,Imla
-
43
Meskipun dalam kenyataannya terdapat guru pengajar muatan lokal yang
masih berpendidikan MA maupun PONPES, namun saat ini para guru tersebut
sedang menempuh pendidikan yang lebih tinggi, untuk meningkatkan kualitas
pengetahuan mereka, dan mata pelajaran yang diajarkan harus disesuaikan
dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh, agar terdapat keseimbangan
antara keduanya.6
Menurut rancangan UU Guru dan Dosen, yang mana latar
pendidikan seorang guru minimal adalah S1, maka guru muatan lokal MTs
NU Banat dapat dikatakan kurang, dengan prosentase 40% yang
berpendidikan S1.
Seorang guru harus mampu memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik. Maka dari itu penting bagi guru menguasai objek belajar dan
situasi pembelajaran. Persiapan mengajar merupakan suatu perkiraan dari
guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun
peserta didik.
Menurut Hj. Jumiati, BA sebagai pengajar mata pelajaran Hadits
dan Akhlaq, ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan dalam
proses pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Mempersiapkan buku-buku pelajaran yang akan dipergunakan
2. Mempersiapkan materi yang akan diajarkan
3. Mempergunakan silabus yang berisikan garis-garis besar mata pelajaran
untuk mengelola kegiatan belajar mengajar
4. Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan partner belajar7
Pernyataan yang diungkapkan oleh Hj. Zuhaida sebagai pengajar
mata pelajaran Musyafahah, Tajwid dan Tafsir tidak jauh berbeda, karena ada
sebagian dari peserta didik yang sebelumnya berasal dari SD, di mana
pelajaran muatan lokal ini lebih menekankan pada pendidikan agama, maka
6 Ibid. 7 Wawancara dengan Ibu Hj. Jumiati BA, guru mata pelajaran Hadits dan Akhlaq tanggal 4
Desember 2005
-
44
untuk lebih memudahkan peserta didik guru menyiapkan ringkasan terlebih
dahulu agar lebih fokus dan mudah difahami.8
Sedangkan Rohmawati, BA menambahkan bahwa sudah seharusnya
seorang guru dalam persiapan proses belajar mengajar harus menguasai bahan
ajar dan metode serta strategi mengajar yang akan digunakan, karena mutu
pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang
ingin dicapai.9
Sebagian besar guru pengajar muatan lokal mempunyai pendidikan
tambahan di samping pendidikan formal. Pondok pesantren adalah salah satu
pilihan bagi pengajar muatan lokal untuk menambah pengetahuan tentang
agama yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar yang
berkwalitas.
Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan,
kemampuan menyajikan pelajaran, cara mengajar maupun wawasannya dan
pandangan hidupnya. Untuk itu, seorang guru dituntut menguasai berbagai
kemampuan sebagai guru yang profesional dan bertanggung jawab dalam
bidangnya.
Guru pengajar muatan lokal MTs NU Banat Kudus dibekali oleh
madrasah dengan mengadakan lokakarya pada hari-hari libur semesteran, di
mana kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan pelatihan-pelatihan dari
madrasah untuk menunjang pengetahuan muatan lokalnya agar dapat terus
dikembangkan lagi guna mencapai hasil belajar mengajar yang optimal dan
berkwalitas.
2. Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus
Sumber belajar muatan lokal di MTs NU Banat Kudus
menggunakan buku-buku yang ditentukan dari yayasan di mana yayasan yang
8 Wawancara dengan Ibu Hj. Zuhaida, bagian urusan humas/agama, merangkap sebagai guru
mata pelajaran Musyafahah, Tajwid, Tafsir tanggal 7Desember 2005 9 Wawancara dengan Ibu Rohmawati BA, guru mata pelajaran Tauhid dan Fiqih 2, tanggal 8
Desember 2005
-
45
mengelola madrasah dan memberikan batasan-batasan silabus kepada
madrasah untuk lebih memfokuskan mata pelajaran yang dianggap berguna
dan menunjang pengetahuan siswa dalam bidang agama.
Buku-buku yang digunakan dalam proses pembelajaran disediakan
olah madrasah baik untuk guru sebagai pegangan mengajar dan untuk siswa
yang disediakan di perpustakaan maupun koperasi.
Buku yang ditentukan oleh Madrasah berjumlah 10 buah, dengan
tambahan Al-Quran yang digunakan pada mata pelajaran yang sesuai, guru
pengajar juga mempunyai buku pegangan yang lain yang dapat mendukung
dan melengkapi mata pelajaran yang diajarkan.
Bagi seorang guru silabus sangat besar fungsinya, karena silabus
merupakan pedoman bagi guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran.
Berikut ini adalah batasan-batasan silabus yang diberikan yayasan kepada
madrasah dan buku-buku yang digunakan dalam pelajaran muatan lokal :
-
46
-
47
Jika para guru tidak memahami fungsi penting silabus maka jelas
suatu proses pembelajaran tidak akan tercapai tujuannya. Karena itu guru
pelajaran muatan lokal bekerja sama untuk selalu melakukan evaluasi baik
pada silabusnya maupun pada pelaksanaannya, seperti halnya kurikulum
nasional.
Menurut Zuhaida, selama ini guru memang mengalami kendala
dalam penyusunan silabus, diantaranya :
1. Kurangnya bahan sumber rujukan untuk penyusunan silabus, karena
terbatasnya waktu dan kurangnya referensi yang digunakan.
1. Kurangnya waktu karena terbentur dengan kepentingan pribadi.10
Tabel 4
Contoh pengembangan silabus muatan lokal MTs NU Banat Kudus
Mata pelajaran : Tajwid
Kelas/semester : VIII/II
Standar kompetensi : Mengamalkan ajaran ilmu tajwid diterapkan pada waktu
membaca Al-Quran
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator Alokasi Waktu
Sumber Bahan
Siswa mampu memahami tentang bacaan Tarqiq beserta contoh-contohnya
Bab Tarqiq
Siswa mengambil keterangan dari guru tentang bacaan Tarqiq.
Menghafal nadhaman
Menjelaskan tentang huruf-huruf yang dibaca Tarqiq(tipis)
Memberikan contoh tentang huruf yang dibaca Tarqiq
2 Jam 2x 45 menit
- -Al-Quran
Siswa mampu memahami tentang bacaan Qalqalah beserta contoh-
Bab Qalqa-lah
Siswa mengambil keterangan dari guru tentang bacaan Qalqalah
Menjelaskan pengertian Qalqalah Shughra
Menjelaskan pengertian Qalqalah Kubra
2 Jam 2x45 Menit
- -Al-Quran
10 Wawancara dengan Ibu Zuhaida, tanggal 7 Desember 2005
-
48
contohnya Memberikan contoh bacaan Qalqalah
Menjelaskan Nadham tentang bacaan Qalqalah
Mengenai pengalokasian dana, madrasah tidak mempunyai anggaran
khusus untuk kurikulum muatan lokal, pengalokasian dana digunakan pada
segala bidang, di mana dana berasal dari madrasah dan iuran kartu
perpustakaan dari siswa, untuk menambah lagi koleksi buku-buku muatan
lokal maupun nasional di perpustakaan madrasah.
Sumber belajar yang lain di antaranya sebagai berikut :
a. Mushalla
Mushalla digunakan sebagai media pembelajaran untuk metode
demonstrasi yang bisa diterapkan pada mata pelajaran Fiqih 2 seperti
praktek shalat, wudhu yang juga berfungsi sebagai tempat shalat Dhuha
dan Dhuhur bagi siswa karena jam pulang yang relatif siang yakni jam
13.15 yang kesemuanya itu merupakan anjuran dari madrasah untuk
mengimplementasikan ajaran agama yang diajarkan.
b. Media cetak
Media ini berfungsi untuk menambah pengetahuan agama dan
meningkatkan kwalitas pendidikan yang bisa diterapkan pada mata
pelajaran Khat seperti berbagai macam bentuk kaligrafi untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran.
Mengenai alokasi waktu yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran muatan lokal, dari pihak madrasah telah menentukan jam mata
pelajaran muatan lokal, yakni tatap muka satu mata pelajaran 1x dalam
seminggu dengan waktu 1x45 menit. 11
11 Hasil observasi proses belajar mengajar mata pelajaran muatan lokal pada tanggal 10-11
Desember 2005
-
49
Alokasi waktu yang diberikan madrasah dirasa cukup bagi guru
pengajar muatan lokal, dengan alasan bahwa pelajaran muatan lokal diberikan
untuk menunjang pendidikan agama yang ada pada kurikulum nasional agar
pendidikan agama yang dimiliki peserta didik dapat lebih mendalam untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik berusaha secara aktif
untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan guru. Oleh karena
masing-masing dari peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-
beda, maka respon dari masing-masing siswa terhadap proses
pembelajaranpun berbeda-beda satu dengan yang lain.
Para peserta didik MTs NU Banat Kudus mempunyai respon yang
berbeda-beda mengenai kurikulum muatan lokal yang diberikan oleh
madrasah dalam proses pembelajaran.
Menurut Nining Faizatul Muna Arif sebagai ketua Osis MTs NU
Banat Kudus, Kurikulum muatan lokal yang diberikan madrasah sangat
bermanfaat baginya, karena yakin bahwa semua ilmu itu bermanfaat, apalagi
ilmu agama. Selain mendapatkan ilmu dunia, juga bisa mendapatkan ilmu
akhirat, yang belum tentu sekolahan lain mendapatkannya.12
Respon dari Khoirul Wardah sebagai sekretaris II Osis, Nida Saifa
Muna sebagai bendahara I Osis dan Anni Fadlilah senada, kurikulum muatan
lokal dapat menambah wawasan ilmu agama, meski terkadang sulit karena
pembahasan agama yang mendalam, namun dalam prosesnya mereka jadikan
sebagai motifasi belajar.
Amma Fatimatuz Z, Noor Laila H.N. dan Sylvia Ayu Z. memberikan
tanggapan bahwa kurikulum muatan lokal merupakan fasilitas yang diberikan
madrasah sebagai nilai tambah dibanding dengan sekolahan lain, selain itu,
pelajaran yang diberikan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti
contoh pelajaran Akhlaq yang mengajarkan tentang etika, pelajaran
Muyafahah dan Tajwid yang memberikan pengetahuan bagaimana membaca
Al-Quran dengan baik dan benar.
12 Wawancara dengan Ketua Osis MTs NU Banat Kudus tanggal 5 Desember 2005
-
50
Hikmatun Mula Rizqya, Alfa Rusyda dan Nazikhatur Rofiah
berpendapat bahwa muatan lokal tidak untuk dijauhi karena kurangnya
pengetahuan kita, akan tetapi dapat memberikan manfaat yang lebih di
kehidupan, kekurangan tersebut dapat diimbangi dengan cara belajar yang
baik dan berusaha ingin maju.
Dalam proses pembelajaran muatan lokal, para siswi MTs NU Banat
Kudus tidak menemukan kendala yang berarti, baik media, metode
penyampaian materi, alokasi waktu dan situasi serta kondisi sangat
mendukung proses tersebut.13
Berbagai respon yang diberikan oleh siswi-siswi MTs NU Banat
Kudus membuktikan bahwa minat belajar begitu besar, meskipun mengalami
berbagai kendala, seperti halnya perasaan canggung dan grogi yang terkadang
kurang cepat dalam penerimaan materi, namun kesemuanya itu menjadikan
motifasi belajar yang lebih besar untuk mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan.
2. Pertimbangan Pemilihan Mata Pelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus
Kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus diberikan untuk
menunjang pengetahuan agama peserta didik yang mana pelajaran tersebut
diberikan secara mendalam dan mendetail dan sedikit banyak menggunakan
kitab kuning sebagai buku pegangan baik untuk guru maupun peserta didik
dengan tidak meninggalkan nilai-nilai islami yang sunni, putri yang intelek
tapi santri yang tetap mengedepankan iman dan taqwa (IMTAQ) dan tetap
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik sangatlah pesat,
dengan adanya tuntutan zaman yang merubah pola dan tata hidup masyarakat
sangat berpengaruh dan merupakan tanggung jawab dalam pendidikan untuk
membekali para generasi muda tersebut.
13 Wawancara dengan siswi-siswi MTs NU Banat Kudus tanggal 5 Desember 2005
-
51
MTs NU Banat Kudus memberikan pelajaran muatan lokal yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik karena
tuntutan zaman yang semakin maju, dari madrasah memberikan bekal dalam
kemampuan beragama dan berakhlaq islami.
Dengan bekal pelajaran muatan lokal yang diberikan madrasah
diharapkan mampu memajukan pelajar putri dalam bidang pendidikan agar
dapat mandiri dan mampu bersaing di masyarakat untuk menyongsong masa
depan yang lebih baik.
Dalam pelaksanaan mata pelajaran muatan lokal diarahkan kepada
kemajuan- kemajuan yang bersifat positif, di mana mata pelajaran muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena menurut pertimbangan
madrasah, kurikulum nasional dianggap belum memenuhi tuntutan
lingkungan. Mata pelajaran muatan lokal diajarkan lebih mendalam dan
mendetail untuk menunjang kurikulum nasional seperti contoh mata pelajaran
fiqih 2 untuk lebih mendalami mata pelajaran fiqh, Nahwu dan saraf untuk
lebih mendalami mata pelajaran bahasa Arab.
MTs NU Banat Kudus dalam pengelolaan kurikulum muatan lokal
tidak meninggalkan penyampaian pendidikan agama yang disesuaikan dengan
banyaknya pondok pesantren di daerah itu, yang mana sebagian besar peserta
didiknya tinggal di pondok pesantren, dan materi yang diberikan dapat
melengkapi pengetahuan mereka tentang agama untuk meningkatkan mutu
pendidikan mereka.
MTs NU Banat Kudus dalam pengelolaannya bekerja sama dengan
Badan Pelaksana Pendidikan Maarif NU Banat yakni yayasan pendidikan
Banat, kemudian lembaga pendidikan Maarif NU dan juga bekerja sama
dengan Departemen Agama. Kerja sama yang dilakukan dengan lembaga
terkait berupaya untuk :
a. Meningkatkan kwalitas kelembagaan sehingga misi madrasah bisa
terlaksana dengan baik.
b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui ikhtiar program pengembangan
baik fisik maupun non fisik.
-
52
c. Melengkapi kebutuhan masa kini dari masukan masyarakat dan peserta
didik.
Dalam kegiatan menyeleksi bahan muatan lokal, mana yang
dianggap perlu dan penting untuk disampaikan kepada peserta didik sudah
ditentukan oleh Yayasan Pendidikan Banat sebagai pengelola madrasah yang
mempunyai kewenangan dan hak penuh kepada madrasah.
Yayasan Pendidikan Banat sebagai badan hukum penyelenggara
MTs NU Banat Kudus bertujuan membangun dan memajukan masyarakat
Indonesia terutama pelajar putri dalam bidang pendidikan agar menjadi warga
negara yang cakap dan terampil serta bertanggung jawab terhadap agama,
bangsa, negara berdasarkan pancasila berazazkan Islam dan Ahlussunnah
Waljamaah. Dengan demikian, mata pelajaran muatan lokal yang diberikan
oleh madrasah disesuaikan dengan azaz dan tujuan dari yayasan pengelola
madrasah, dengan tetap menghormati peraturan dan adat yang berlaku di
daerah setempat.
Peserta didik MTs NU Banat Kudus tidak semuanya lulusan dari
Madrasah Ibtidaiyah, sebagian lulusannya berasal dari Sekolah Dasar yang
diketahui minim pelajaran agamanya. Dapat diketahui bahwa lulusan
Madrasah Ibtidaiyah sudah mempunyai pengetahuan agama yang lebih
dibandingkan dengan lulusan Sekolah Dasar. Untuk itu lulusan dari Sekolah
Dasar mempunyai minat yang besar untuk lebih mendalami pelajaran muatan
lokal sebagai usaha mengimbangi peserta didik yang lain.
3. Kegiatan Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus a. Metode Pembelajaran
MTs NU Banat Kudus dalam proses pembelajaran
menggunakan metode yang bervariasi, antara lain :
a. Metode demonstrasi
Metode ini digunakan dalam mata pelajaran fiqih 2 dan
khot untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran.
-
53
Dalam metode ini, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang
terlibat dalam proses dan dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan
yang diharapkan. Dengan penggunan metode ini guru muatan lokal
dapat memberikan gambaran yang jelas kepada peserta didik dari hasil
pengamatannya. Seperti contoh pada pelajaran Khat, guru
mempertunjukkan cara penulisan huruf Arab dengan berbagai bentuk
penulisan dan murid mengamati dengan teliti dan seksama serta penuh
perhatian dan partisipasi.
b. Metode ceramah
Metode ceramah digunakan pada semua mata pelajaran.
Menurut Hj. Jumiati, metode ini dapat digunakan pada semua mata
pelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru secara langsung
menyajikan materi pelajaran.
Dikarenakan banyaknya peserta didik, maka metode ini
sangat baik digunakan. Dalam pembelajaran Tafsir, guru melakukan
pendahuluan terlebih dahulu untuk membangkitkan motivasi belajar
peserta didik, menyajikan bahan pelajaran dengan sistematis dan
variatif, dan menutup pelajaran dengan mengambil kesimpulan dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi
materi pelajaran yang telah diberikan.
c. Metode problem solving
Metode problem solving diterapkan pada mata pelajaran
muatan lokal untuk memecahkan persoalan-persoalan yang muncul
dalam proses belajar mengajar.
Dalam pembelajaran muatan lokal, metode ini digunakan
apabila pada proses pembelajaran menemukan masalah-masalah yang
memerlukan kejelasan.
Dalam penerapan metode problem solving, siswa diarahkan
untuk melakukan diskusi kelompok dan kerja kelompok. Seperti
diskusi kelompok untuk membahas tema cara-cara menghormati
-
54
orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Dalam diskusi ini siswa harus
melakukan beberapa hal:
1. Mencari sumber referensi belajar
2. Menelaah masalah
3. Melakukan hipotesa
4. Menguji hipotesa dengan dalil dan pendapat ulama.
Pengelolaan kelas dan formasi-formasi yang digunakan
dalam pembelajaran beranaka ragam, di antaranya: melingkar,
berkelompok sesuai materi dan keinginan peserta didik.
d. Metode hafalan
Metode ini diterapkan hampir di semua mata pelajaran
muatan lokal, dikarenakan pelajaran muatan lokal adalah palajaran
agama. Untuk itu peserta didik diharapkan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang.
Seperti dalam mata pelajaran Tajwid dan Tauhid, dalam
hal menghafalkan nadhaman, pengelolaan kelas yang dilakukan adalah
peserta didik maju ke depan kelas, 2-4 orang secara bergiliran
menghafalkan nadhaman, dengan pemantauan dari guru pengajar.
e. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab digunakan guru pengajar saat
pelajaran belum dimulai untuk mengulas pelajaran yang lalu dan pada
saat pelajaran telah usai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik terhadap proses belajar.
Seperti contoh pada mata pelajaran Musyafahah, guru
mengulas pelajaran sebelumnya untuk mengetahui pemahaman peserta
didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh
peserta didik secara spontan, dan setelah proses pembelajaran selesai,
guru kembali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang baru saja
diberikan secara spontan.
-
55
b. Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi sebagai bentuk
atau pola umum kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di MTs NU
Banat Kudus, yaitu :
a. Tatap muka
Sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan
peserta didik, seperti : ceramah, kuis dan lain-lain.
b. Pengalaman belajar, meliputi :
1) Pengalaman belajar dan kegiatan pembelajaran
Pengalaman belajar di sini menunjukkan, kegiatan
kegiatan belajar yang perlu dilakukan siswa dalam berinteraksi
dengan obyek atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan
materi pembelajaran yang dapat berupa kegiatan
mendemonstrasikan dan mempraktikkan.
2) Pengalaman belajar dan pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual pada hakekatnya merupakan
implementasi dan penentuan materi pembelajaran yang
disesuaikan karakteristik daerah yaitu kurikulum muatan lokalnya.
Pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman pembelajaran
yang terikat dengan pengalaman dan minat siswa dalam beragama.
Ibu Sholichah BA sebagai bagian urusan kurikulum menyatakan
bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang terkait dengan
apa yang diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi
disekelilingnya.
3) Pengalaman belajar dan kecakapan hidup
Pengalaman belajar hendaknya sedapat mungkin
dikembangkan tidak hanya pada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik saja, akan tetapi kecakapan hidup juga sangat
diperlukan bagi kehidupan siswa kelak sebagai anggota
masyarakat.
-
56
Kecakapan hidup adalah kecakapan seseorang untuk
mampu menghadapi problema hidup tanpa merasa tertekan yang
kemudian mencari serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. Jenis kecakapan hidup menurut Churiyati RF, BA
meliputi :
a. Kecakapan mengenal diri/personal
b. Kecakapan sosial
c. Kecakapan berfikir rasional
d. Kecakapan dalam pencapaian tujuan dalam bidang pekerjaan di
masyarakat
c. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Rohmawati BA, dalam pembelajaran muatan lokal
diperlukan beberapa pendekatan dalam penyampain sebuah materi antara
lain:
1) Pendekatan keimanan
Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah
SWT, seperti dalam praktek shalat dan puasa.
2) Pendekatan emosional
Pendekatan ini sebagai usaha untuk menggugah perasaan
peserta didik dalam menghayati pelajaran muatan lokal sehingga lebih
mendalam pada jiwa peserta didik.
3) Pendekatan keteladanan
Pada proses pembelajaran, guru berperan sebagai teladan
yaitu sebagai cerminan dari siswa yang memiliki keimanan teguh dan
berakhlak mulia.
4) Pendekatan fungsional
Yaitu menjadikan materi muatan lokal yang memberikan
manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, Seperti
belajar tajwid dapat mejadikan belajar membaca Al-Quran lebih baik.
-
57
5) Pendekatan pengalaman
Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan,
merasakan hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-
hari.
6) Pendekatan pembiasaan
Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
belajar membaca Al-Quran sesuai dengan tajwidnya.
7) Pendekatan rasional
Yaitu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
muatan lokal dengan memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi
dan nilai-nilai yang diberikan mudah dipahami dengan penalaran.
e. Evaluasi Pembelajaran Proses terakhir dalam sebuah pembelajaran adalah evaluasi atau
disebut juga dengan penilaian. Penilaian sangat penting dilakukan, karena
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dari kegiatan pembelajaran.
Dalam kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus, guru
menggunakan penilaian berbasis kelas sesuai dengan kurikulum berbasis
kompetensi yang mencakup 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
a. Penilaian proses Penilaian ini dilakukan terhadap partisipasi peserta didik baik
secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran
dilakukan. Standar yang digunakan di MTs NU Banat Kudus adalah
dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental
maupun sosial dalam proses pembelajaran berlangsung. Selain
memperhatikan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran,
penilaian proses secara kognitif dapat dilakukan dengan adanya pre
test, post test dan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan setiap
selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan. Penilaian pada
-
58
ulangan harian dilakukan dengan instrumen test tertulis yang
berbentuk pilihan ganda (objektif) dan berbentuk uraian (subjektif).
Selain penilaian yang berbentuk test juga menggunakan
instrumen lain yaitu portofolio. Hal ini diselenggarakan untuk
memantau peserta didik dan mengevaluasi secara menyeluruh baik di
madrasah dan lingkungan sekitar.
MTs Banat NU Kudus menentukan standar minimal dalam
memberikan penilaian tiga ranah yaitu:
1) Ranah kognitif, dengan adanya tes tertulis ualangan harian untuk
memperbaiki kinerja dan hasil belajar peserta didik secara
berkelanjutan dan berkesinambungan.
2) Ranah afektif, dengan adanya kriteria yang dinilai, di antaranya:
- Kehadiran - Ketekunan dalam belajar
- Kerajinan - Partisipasi dalam belajar
- Kedisiplinan - Menyelesaikan tugas tepat waktu
- Keramahan - Kerjasama
- Kejujuran - Tanggung jawab
- Ketebukaan - Sopan santun
- Perhatian pada pelajaran
3) Ranah psikomotorik, Penilaian ini dapat dinilai sesuai materi dan
metode yang digunakan, misal metode tanya jawab, maka aspek
penilaiannya pada perhatian terhadap pelajaran, kemampuan
mengemukakan pendapat dan ketepatan memberi contoh. Serta
bentuk performance (berhubungan dengan praktek perilaku dan
ibadah) dan hasil karya keseharian, misal: melafalkan dan menulis
nadham, membuat resum dan sebagainya.
Dalam penilaian kurikulum muatan lokal, guru MTs Banat
NU Kudus, seperti yang diungkapkan Sholichah BA menggunakan
dua bentuk, yaitu:
a. Instrumen tes
b. Instrumen non tes
-
59
Membuat instrumen tes :
1) Pertanyaan lisan
Pertanyaan lisan menurut Zuhaida sering diberikan pada saat guru
akan memulai suatu materi dan setelah menyelesaikan materi.
2) Pilihan ganda
Contoh soal pilihan ganda:
Hukum Ra Tarqiq ada:
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
3) Uraian bebas
Untuk memudahkan penskoran guru dapat membuat rambu-rambu
jawaban yang dijadikan acuan. Uraian bebas dapat digunakan guru
untuk mengukur ranah kognitif. Contoh soal uraian bebas:
Sebutkan 3 macam akhlaq terpuji bagi pelajar putri yang dapat
dilakukan di masyarakat :
4) Uraian objektif
Uraian ini digunakan untuk menilai aspek kognitif siswa, bisa
berupa simpulkan, tafsir dan uraikan. Contoh soal uraian objektif :
Apa yang patut anda lakukan jika melihat salah satu teman anda
menemui kesalahan dalam beribadah shalat?
Membuat instrumen non test :
Penilaian berbentuk non test digunakan untuk mengukur aspek afektif
antara lain :
1) Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan
siswa. Guru muatan lokal MTs NU Banat Kudus menggunakan
portofolio untuk melihat perkembangan kemampuan peserta didik.
-
60
b. Penilaian hasil Penilaian ini dikatakan berhasil apabila proses pembelajaran
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik
seluruhnya atau sebagian besar. Di MTs NU Banat Kudus dalam
melaksanakan penilaian hasil pembelajaran dilakukan pada akhir
semester dan akhir tahun pelajaran untuk mendapatkan gambaran
secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta
didik. Dalam penilaian hasil terdiri dari :
1) Evaluasi hasil tes dan non tes kurikulum muatan lokal
Menurut guru muatan lokal MTs NU Banat Kudus,
evaluasi hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil tes dan
menetapkan standar keberhasilan. Jika 75% siswa sudah berhasil
dengan baik dan menguasai kompetensi dasar dalam mata
pelajaran, maka dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya,
dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidi) dengan cara
tertentu bagi siswa yang belum mencapai keberhasilan. Guru MTs
Banat mempergunakan remidi sebagian besar pada siswa yang
berasal dari lulusan sekolah dasar, karena kurangnya dasar
pendidikan agama.
Sedangkan evaluasi non tes diantaranya untuk
mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran muatan lokal
dengan menggunakan pengamatan dan hasil belajar siswa. Apabila
kemudian dari sekian banyak siswa diketahui ternyata tidak
berminat dengan mata pelajaran muatan lokal, maka guru harus
mencari sebab-sebabnya. Perlu dilihat kembali secara menyeluruh
segala hal yang terkait dengan pembelajaran muatan lokal.
2) Pelaporan hasil evaluasi
Pelaporan hasil evaluasi meliputi:
a. Laporan untuk peserta didik dan orang tua
-
61
Laporan ini berisi catatan prestasi belajar peserta didik, catatan
ini dibuat dalam bentuk rapor pelajaran muatan lokal tersendiri
yaitu dipisahkan dengan kurikulum nasional yang diisi pada
setiap semester.
b. Laporan untuk sekolah
Laporan ini dibuat guru untuk madrasah sebagai laporan
prestasi peserta didik.
c. Laporan untuk masyarakat
Laporan ini berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah pada
akhir tahun ajaran. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara
lengkap dalam laporan prestasi yang disusun oleh madrasah.
d. Ciri dan Out Come Kurikulum Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus Menurut kepala sekolah Churiyati RF, BA, MTs NU Banat
Kudus sebagai madrasah yang mempunyai kelebihan dengan menawarkan
mata pelajaran muatan lokal yang berbeda dengan madrasah lain
merupakan nilai tambah bagi madrasah Banat sendiri, antara lain:
1. Tidak meninggalkan nilai-nilai Islami yang sunni
2. Kurikulum muatan lokal disesuaikan dengan lingkungan
3. berorientasi pada bidang IMTAQ (iman dan taqwa) dan IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi)
4. Menyiapkan peserta didik untuk memahami agama secara mendalam
5. Membekali pelajar putri dengan akhlaq yang terpuji
Dengan ciri muatan lokal di atas, madrasah NU Banat Kudus
sebagai tempat penyelenggara pendidikan dari tahun ke tahun
memperlihatkan prestasi yang cemerlang, kaitannya dengan kurikulum
muatan lokal, dari madrasah telah melihat hasil (out come) yang diperoleh
dari peserta didiknya melalui proses pembelajaran dengan lingkungan
masyarakat yang religius dan Islami, madrasah mendapat kepercayaan dan
dukungan dari masyarakat. Perubahan yang terjadi pada peserta didik
-
62
setelah melalui proses pembelajaran merupakan hasil yang dapat dilihat
langsung, antara lain:
1. Peserta didik bisa bermasyarakat dengan baik
2. Dapat berkiprah di masyarakat, misal: menjadi guru TPQ
3. Berperilaku lebih baik dari sebelumnya
4. Tidak canggung di masyarakat, karena fondasi agama yang kuat
5. Sedikit banyak dapat membaca dan memberi arti kitab kuning
6. Dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar
e. Kesiapan Peserta Didik dan Situasi serta Kondisi dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru harus mendampingi peserta
didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi
tertentu. Peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang
berbeda-beda satu dengan yang lain dan proses belajar itu mengandung
berbagai variasi baik dari metode dan strategi belajar yang digunakan.
Maka dari itu, selain keaktifan dari guru, peserta didik sudah seharusnya
memiliki kesiapan-kesiapan tertentu sebelum mengikuti proses
pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan berkwalitas.
Siswi MTs NU Banat Kudus mempunyai kesiapan-kesiapan
tertentu dengan berbagai persiapan yang dilakukan sebelum proses
pembelajaran berlangsung, antara lain:
1. Menurut Nining Faizatul Muna Arif sebagai ketua Osis: belajar
terlebih dahulu di rumah, baik dengan membaca maupun
menghafalkan mata pelajaran yang akan diajarkan terlebih dahulu dan
mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan apabila ada sesuatu yang
kurang diketahui.
2. Menurut sebagian siswi MTs NU Banat Kudus, yakni Nida Saifa
Muna, Silvya Ayu Z., Noor Laila H.N., Alfa Rusyda, Khoirul Wardah
dan Amma Fatimatuz Z.,memberikan tanggapan bahwa sebelum
proses pembelajaran dilakukan, belajar semaksimal mungkin, mencari
-
63
sumber materi dari buku-buku yang lain dan memahami terlebih
dahulu pelajaran tersebut serta mempersiapkan baik fisik maupun
mental.
3. Menurut Mula Rizqia, karena latar belakang pendidikannya adalah
Sekolah Dasar, maka, untuk memahami pelajaran muatan lokal dan
menyamakan kemampuannya dengan siswi yang lain, belajar lebih
giat menjadi kunci utamanya.
4. Menurut Anni Fadillah, persiapan yang dilakukan adalah belajar
dengan cara berdiskusi dengan kedua orang tuanya bila diperlukan,
untuk lebih memahamkan pelajaran muatan lokalnya.
5. Nazikhatur Rofiah memberikan pernyataan bahwa sebelum proses
pembelajaran dimulai, mendalami pelajaran sedikit demi sedikit dan
berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh peserta didik
diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal dan
hasil yang membanggakan. Suatu proses pembelajaran dapat berlangsung
apabila situasi dan kondisi mendukung. Situasi dan kondisi berperan
sangat penting di dalamnya. MTs NU Banat Kudus mempunyai
lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib. Dalam proses
pembelajaran muatan lokal sudah tercipta iklim yang kondusif dengan
ditunjang berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti: sarana,
pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, serta tercipta
hubungan yang harmonis antara peserta didik dan guru.
Situasi dan kondisi yang tercipta dapat membangkitkan semangat
belajar dan menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas peserta didik, sehingga
tercapai proses pembelajaran yang diinginkan.
-
64
4. Problematika dan Solusi Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus
Dalam manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus
terdapat respon positif. Sebab-sebab adanya respon positif terhadap
manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus adalah sebagai
berikut:
1. Dukungan yayasan pendidikan Banat sebagai badan penyelenggara
madrasah
2. Dukungan kepala sekolah mengkoordinasikan, menggerakkan dan
menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia dengan
pengembangan kurikulum serta hubungan dengan masyarakat sekitar.
3. Guru sebagai fasilitator maupun motivator peserta didik dengan
mengembangkan kemampuannya agar dapat berhasil sesuai kompetensi
peserta didik.
4. Madrasah berusaha memberikan fasilitas sarana dan prasarana
pembelajaran yang terbaik
5. Dukungan dari wali murid
6. Dukungan dari LP Maarif dan Departemen Agama
7. Adanya studi banding dari madrasah-madrasah lain, seperti Jepara,
Kendal, Purwodadi, dll14
Selain adanya respon yang positif di atas, dalam manajemen
pelaksanaannya juga mengalami kendala, yaitu:
1. Adanya manajemen yang belum maksimal dari kurikulum muatan lokal
2. Sarana dan prasarana yang belum memadai, khususnya pada media peraga
pembelajaran karena anggaran minim
3. Kurangnya kesiapan guru dalam proses pembelajaran muatan lokal
4. Keluhan dari wali murid, khususnya mengenai pengetahuan peserta didik
yang minim terhadap palajaran muatan lokal
5. Persaingan antar madrasah yang semakin ketat dan kompetitif
14 Wawancara dengan Ibu Churiyati RF BA, Op. Cit.
-
65
Kendala-kendala dalam manajemen pelaksanaan kurikulum muatan
lokal di atas, diperlukan solusi pemecahannya. Adapun solusi yang dilakukan
MTs NU Banat Kudus diantaranya:
1. Adanya pembenahan dan penyempurnaan manajemen kurikulum muatan
lokal
2. Pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya kurikulum
muatan lokal
3. Adanya pelatihan lokakarya pada guru muatan lokal secara
berkesinambungan dalam meningkatkan kreatifitas guru
4. Pemberian pengertian kepada wali murid dan adanya program
pelaksanaan remidial dan pengayaan pada pembelajaran muatan lokal
5. Meningkatkan hubungan yang baik antar madrasah.15
15 Wawancara dengan Ibu Sholichah BA, Op. Cit.
-
66
Lampiran 3
Organisasi MTs NU Banat Kudus
1. Kepala Madrasah : Hj. Churiyati RF, BA
2. Wakil Kepala : Dra. Dianah
3. Bagian-Bagian
1. Bagian Kurikulum : Sholichah, BA
2. Bagian Kesiswaan : Sutikat, S.Ag
3. Bagian Sarana Prasarana : Anifah Is
4. Bagian Humas dan Agama : Hj. Zuhaida
4. Bimbingan Konseling : Hj. Jumiati, BA
: Fauziah Agustiani, S. Pd
: Siti Syarofah, S.Pd
5. Koordinator Urusan
1. Ketertiban Ibadah dan Dawah : Hj. Zuhaida
2. Ketertiban Pakaian : Sutikat, S.Ag
3. Ketertiban Penataan Ruang : Anifah Is
4. Ketertiban Jam Datang dan Pulang : HM. Sudjono AS
5. Ketertiban Perpustakaan : Sholichah, BA
6. Ketertiban Kebersihan dan Keindahan : Mukhlas Afroni
7. Ketertiban Kerindangan : Rochmawati, BA
8. Ketertiban Laborat IPA : Badiah
9. Ketertiban Laborat Bahasa : Drs. Rois Noor
10. Ketertiban Olah Raga / Pramuka : Noor Laila As
11. Ketertiban Upacara : Sudarsono Tri W.
12. Ketertiban Kesehatan Sekolah dan PMR : Khamidah, S.A
13. Staf Kepegawaian
a. Kepala Tata Usaha : SitiMustachsana
b. Staf Tata Usaha : Noor Rokhmah
: Shofiyatun
: Muyassaroh
-
67
c. Bag. Keuangan : Fitriyati
d. Bag. Perpustakaan : Khoridatul Bahiyyah
: Sri Wahyuningsih
e. Laboran : Novita Tri Artiningrum, S.Si
f. Bag. Koperasi : Chamamah Wardati
: Noor Muawwanah
-
68
Lampiran 4
Fasilitas MTs NU Banat Kudus
1. Gedung : 2 unit
2. Ruang kelas : 21 buah
3. Ruang ketrampilan / komp : 2 buah
4. Ruang kepala : 2 buah
5. Ruang guru : 2 buah
6. Ruang UKS : 2 buah
7. Ruang BK : 2 buah
8. Ruang laborat IPA : 1 buah
9. Ruang laborat bahasa : 1 buah
10. Ruang perpustakaan : 2 buah
11. Ruang TU : 2 buah
12. Ruang musholla : 2 buah
13. Ruang BPPMNU : 1 buah
14. Koperasi : 1 buah
15. WC : 20 buah
16. Komputer : 15 buah
17. Mesin ketik : 1 buah
18. OHP : 1 buah
19. Mebelair : cukup
20. Lap. Olah raga : 2 lokasi
21. Alat peraga IPA / IPS : cukup
22. Alat kesenian : cukup
23. Alat ketrampilan : cukup