BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN...

download BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1... · strategis sebagai tempat belajar. ... Fiqih 2,Nahwu,Shorof Fiqih

If you can't read please download the document

Transcript of BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN...

  • 35

    BAB III

    KAJIAN OBJEK PENELITIAN MANAJEMEN

    KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MTs NU BANAT KUDUS

    A. Gambaran Umum MTs NU BANAT Kudus 1. Latar Belakang Berdirinya

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang globalisasi

    tidak bisa kita hindari, dan akan mewarnai masyarakat Indonesia. Perubahan

    amat besar terjadi dalam pola dan tata hidup masyarakat, tidak ketinggalan

    input madrasah tsanawiyah dan tata hidup segenap komponen ketenagaan di

    madrasah akan diwarnai oleh tata hidup reformasi, informasi dan globalisasi.

    Oleh karena itu, penanggung jawab pendidikan harus melangkah, membekali

    dan mencetak kehidupan yang layak, serasi berdampingan dengan siapa saja

    dan di mana saja mereka mendapat tempat. MTs NU Banat kudus ingin

    menciptakan lulusan madrasah tsanawiyah menjadi warga negara Indonesia

    yang mantap iman dan taqwanya kepada Allah, berpengetahuan,

    berketrampilan, berkepribadian baik, mandiri, sehat jasmani rohani serta

    memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.

    Madrasah ingin meningkatkan mutu pendidikan seiring dengan

    tuntutan zaman tanpa melupakan jati diri sebagai madrasah tsanawiyah yaitu

    insan yang berwawasan islami, berperilaku islami, bertata hidup zamani

    dengan ciri islami, terampil, berkemampuan teknologi, berbasis ilmu

    pengetahuan akademi setara dengan lulusan yang berkualitas. Untuk itu MTs

    NU Banat Kudus yang menyadari akan kekurangan di beberapa bidang,

    merencanakan pengembangan peningkatan mutu madrasah untuk menghadapi

    dan menyongsong masa depan yang kompetitif menuju madrasah tsanawiyah

    yang berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, restrukturisasi

    pendidikan sehingga lebih adaptive terhadap perubahan zaman terus

    dilakukan, penyempurnaan dan renovasi baik secara fisik maupun tehnik

    kependidikan diberlakukan.

  • 36

    Berkaitan dengan hal tersebut, maka Madrasah Tsanawiyah NU Banat

    Kudus yang didirikan pada tanggal 2 Januari 1957 oleh Yayasan Pendidikan

    Banat Kudus akte notaris no. 45/81 dengan tokoh KH. Masdain Amin (adik

    Hadlrotusy Syekh KH. Arwani Amin). Cita-cita awal berdirinya adalah

    membekali wanita-wanita Islam agar berpengetahuan Islam yang amali dan

    mampu memimpin wanita-wanita Islam untuk hidup maju bersama

    masyarakat yang lain, melangkah untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang

    zamani dan mampu berkompetisi positif dengan lembaga-lembaga yang lain,

    siap melaksanakan program pengembangan baik fisik maupun non fisik.

    Sehubungan dengan adanya Keputusan Presiden dan Undang-Undang

    RI No. 16/2001 tentang perubahan fungsi yayasan di Indonesia, maka dalam

    rangka mengikuti perkembangan nasional tersebut, Yayasan Pendidikan

    Banat beralih struktur kepengurusan dengan Badan Pelaksana Pendidikan

    Maarif NU Banat yang ber SK Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Nomor.

    PC.11.07/362/SK/XII/2002.1

    Seiring dengan perkembangan zaman maka MTs NU Banat Kudus

    berkembang secara pesat. Melihat kebutuhan masyarakat atas pentingnya

    pendidikan yang mampu berkompetisi positif dengan lembaga-lembaga yang

    lain dan siap melaksanakan program pengembangan baik fisik maupun non

    fisik, dalam hal ini MTs NU Banat Kudus sampai dengan tahun pelajaran

    2005/2006 membuka 21 kelas yaitu kelas VII: 7 kelas, kelas VIII: 7 kelas dan

    kelas III: 7 kelas, dengan jumlah siswi sebanyak 1016, guna memenuhi

    kebutuhan yang serasi dengan kebutuhan masyarakat.

    MTs NU Banat Kudus berlokasi di dua tempat di Kudus, tepatnya di

    Jalan KHR. Asnawi No. 30 Telp. 445213, 437037 Kudus 59316 Fax 437037

    dan Jalan KHM. Arwani Amin Kajan Krandon Telp. (0291) 443143 Kudus.2

    1 Dokumentasi dikutip tanggal 28-29 Nopember 2005. 2 Wawancara dengan Ibu Sholichah BA, bagian urusan kurikulum, merangkap sebagai guru

    mata pelajaran Hadits dan Akhlaq MTs NU Banat Kudus tanggal 30 Nopember 2005

  • 37

    2. Struktur Kepengurusan MTs NU BANAT Kudus Menurut SK. Kepala MTs NU Banat Kudus Nomor:

    050/MRF/BNT/P.1/MTs/VIII/2005 tanggal 1 Agustus 2005, maka MTs

    Banat NU Kudus secara struktural kelembagaan terdiri atas:

    LP. MAARIF NU DEP. AGAMA

    BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN MAARIF NU

    KEPALA MADRASAH

    WAKIL KEPALA

    KOMITE MADRASAH

    BAGIAN URUSAN KURIKULUM

    BAGIAN URUSAN KESISWAAN

    BAGIAN URUSAN SARPRAS

    BAGIAN URUSAN HUMAS/AGAMA

    TATA USAHA BK

    WALI KELAS II WALI KELAS IIIWALI KELAS I

    GURU

    SISWA OSIS

  • 38

    Peserta didik MTs NU Banat Kudus pada tahun ajaran 2005/2006

    yaitu:

    Kelas VII : 343 siswi

    Kelas VIII : 322 siswi

    Kelas III : 351 siswi

    Dari jumlah peserta didik MTs NU Banat Kudus tergolong sangat

    besar, ini menunjukkan bahwa MTs NU Banat Kudus termasuk madrasah

    favorit yang dibuktikan dengan kualitas pendidikan yang baik, prestasi

    cemerlang dan peserta didik yang tidak hanya berasal dari masyarakat

    sekitar, akan tetapi dari berbagai kota dan propinsi di Indonesia.

    Mengenai data personalia MTs NU Banat Kudus adalah sebagai

    berikut:3

    Tabel 1

    Daftar Tenaga Guru dan Tenaga Administrasi MTs NU Banat Kudus

    Tahun 2005/2006

    NO JENJANG PENDIDIKAN STATUS

    KEPEGAWAIAN

    JUMLAH

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    Berpendidikan Sarmud

    Berpendidikan S.1

    Berpendidikan S.1

    Berpendidikan Sarmud

    Berpendidikan D.3

    Berpendidikan Pondok

    Pesantren

    Berpendidikan SLTA

    Berpendidikan S.1

    Berpendidikan Sarmud

    Berpendidikan D.3

    Berpendidikan SLTA

    Guru PNS/DPK

    Guru PNS/DPK

    Guru Tetap

    Guru Tetap

    Guru Tetap

    Guru Tetap

    Guru Tetap

    Guru Tidak Tetap

    Guru Tidak Tetap

    Guru Tidak Tetap

    Guru Tidak Tetap

    1 Orang

    3 Orang

    1 Orang

    3 Orang

    3 Orang

    1 Orang

    3 Orang

    32 Orang

    1 Orang

    3 Orang

    5 Orang

    3 Dokumentasi, Op.Cit.

  • 39

    12.

    13.

    14.

    15.

    Berpendidikan S.1

    Berpendidikan SLTA

    Berpendidikan SLTP

    Berpendidikan SD

    Karyawan

    Karyawan

    Karyawan

    Karyawan

    1 Orang

    10 Orang

    2 Orang

    1 Orang

    Menurut rancangan UU Guru dan Dosen, latar belakang

    pendidikan minimal S1, dari data yang diperoleh tercatat 53% guru telah

    berpendidikan S1, ini dapat dinilai cukup, meskipun ada beberapa dari

    guru hanya berpendidikan Madrasah Aliyah dengan tambahan pendidikan

    di Pondok Pesantren, namun mereka memiliki kemampuan yang

    disesuaikan dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan.

    3. Visi, Misi dan Tujuan MTs NU BANAT Kudus Visi : Mewujudkan madrasah putri sebagai pusat keunggulan yang

    mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang

    berkwalitas di bidang IMTAQ dan IPTEK yang islami dan

    sunni.

    Misi : Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kwalitas,

    baik akademik, moral maupun sosial sehingga mampu

    menyiapkan dan mengembangkan SDM berkwalitas di

    bidang IMTAQ dan IPTEK dalam rangka mewujudkan

    Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur, Negara yang aman,

    tentram, adil makmur dengan ridlo Allah.

    Tujuan : Membekali siswa agar :

    1. Mampu memahami ilmu agama dan umum

    2. Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam

    kehidupan sehari-hari.

    3. Memiliki ilmu ketrampilan sebagai bekal hidup di

    masyarakat.

    4. Mampu berkomunikasi sosial dengan dengan modal

    bahasa asing praktis (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris).

  • 40

    5. Mampu memahami ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk

    melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.4

    Dari visi, misi dan tujuan di atas menunjukkan bahwa peserta

    didik MTs NU Banat Kudus yakni kaum perempuan diharapkan

    berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan mempersiapkan untuk

    jenjang yang lebih tinggi. Sebagai kaum perempuan diharapkan dapat

    menanamkan nilai-nilai agama dalam berbagai hal, baik dalam mendidik

    anak maupun dalam bermasyarakat.

    4. Sarana dan Prasarana

    MTs NU Banat Kudus telah mempunyai gedung sendiri yang

    terletak di atas tanah seluas 7830 M2 dengan situsi yang nyaman dan

    strategis sebagai tempat belajar. Gedung permanen berlantai 2 dan 3 yang

    cukup luas dan sarana prasarana yang mendukung untuk memenuhi segala

    aktifitas sekolah dan menampung siswi kelas VII sampai kelas III yang

    semuanya masuk pagi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh madrasah

    selama ini sangat menunjang keberhasilan dari kegiatan pembelajaran

    yang dilakukan, meskipun dengan berbagai kekurangan, namun, dari

    pihak madrasah berusaha memaksimalkan sarana prasarana yang dimiliki.

    B. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Muatan Lokal di MTs NU BANAT Kudus

    Kurikulum muatan lokal yang merupakan program pendidikan yang

    disesuikan dengan lingkungan daerah baik isi dan media penyampaian yang akan

    digunakan sebagai usaha dalam peningkatan dan pengembangan kebutuhan lokal

    sesuai dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.

    Pengertian yang didapat dari hasil wawancara tidak jauh berbeda, yang

    mana kurikulum muatan lokal diartikan sebagai serangkaian mata pelajaran dan

    4 Wawancara dengan Ibu Churiyati RF BA., kepala sekolah MTs NU Banat Kudus tanggal 3

    Desember 2005

  • 41

    kumpulan pengetahuan yang diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai pada

    jenjang pendidikan tertentu dengan mengedepankan kebutuhan-kebutuhan lokal

    dari madrasah yang disesuaikan dengan lingkungan daerah yang wajib diikuti

    oleh semua peserta didik.5

    Dalam implementasi manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU

    Banat Kudus ada beberapa hal yang diperhatikan oleh madrasah dan guru muatan

    lokal diantaranya: kemampuan guru dalam proses belajar mengajar muatan lokal,

    sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses belajar mengajar muatan

    lokal, pertimbangan dalam pemilihan mata pelajaran muatan lokal serta metode,

    strategi dan evaluasi belajar yang digunakan dalam mata pelajaran muatan lokal.

    Adapun penjelasannya sebagai berikut :

    1. Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus

    Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan penting dalam

    hasil belajar, Latar belakang pendidikan yang ditempuh seorang guru dapat

    memberikan nilai tambah dan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam

    pencapaian tujuan belajar mengajar.

    Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada

    siswa di kelas, tapi juga harus mampu mendapatkan dan mengelola informasi

    yang sesuai dengan profesinya agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara

    optimal.

    Menurut kepala sekolah MTs NU Banat Kudus, Hj. Churiyati RF,

    BA Guru pengajar muatan lokal di MTs NU Banat mempunyai latar belakang

    pendidikan yang sesuai dengan pelajaran yang mereka ajarkan, adapun latar

    belakang pendidikan guru pengajar muatan lokal MTs NU Banat Kudus

    adalah sebagai berikut :

    5 Ibid.

  • 42

    Tabel 2

    Daftar Guru Pengajar Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus

    Tahun 2005/2006

    NO NAMA IJAZAH TERTINGGI MATA PELAJARAN

    YANG DIAJARKAN

    1.

    2.

    3

    4.

    5.

    6.

    7.

    8

    .

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    Rochmawati, BA

    Chanifah HS

    Hj. Jumiati

    Sholichah, BA

    KH. Musyaffa

    Abdul Ghofur

    Indah Suciati, S.Ag

    Siti Fadlilah, S.Ag

    Nailal Husna

    Hj. Zuhaida

    Siti Maimunah, S.Ag

    Sutikat, S.Ag

    Wahyudin Islam

    Maria Ulfa, S.Pd.I

    Sakinah Bafaqih, S.Pd.I

    SM UNNU

    (Hukum Islam)

    PONPES/MTs

    SM IAIN (Ushuluddin

    Aqidah Filsafat)

    SM IAIN (Ushuluddin

    Aqidah Filsafat)

    MA

    PGAN/PONPES

    S1 IAIN (Tarbiyah PAI)

    S1 UNDARIS

    (Tarbiyah PAI)

    MA

    MA

    S1 IAIN (Tarbiyah

    Bahasa Arab)

    S1 IAIN (Tarbiyah PAI)

    MA/PONPES

    S1 STAIN (Tarbiyah

    PAI)

    S1 UNSIQ (Tarbiyah

    Bahasa Arab)

    Tauhid

    Fiqih 2

    Hadits,Akhlaq

    Hadits,Akhlaq

    Hadits,Akhlaq

    Nawu,Shorof

    Nahwu,Shorof

    Tauhid

    Musyafahah,Tajwid,

    Akhlaq

    Musyafahah,Tajwid

    Musyafahah,Tajwid,

    Tafsir

    Khat,Imla,Tafsir

    Tauhid,Tafsir

    Fiqih 2,Nahwu,Shorof

    Fiqih 2

    Khat,Imla

  • 43

    Meskipun dalam kenyataannya terdapat guru pengajar muatan lokal yang

    masih berpendidikan MA maupun PONPES, namun saat ini para guru tersebut

    sedang menempuh pendidikan yang lebih tinggi, untuk meningkatkan kualitas

    pengetahuan mereka, dan mata pelajaran yang diajarkan harus disesuaikan

    dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh, agar terdapat keseimbangan

    antara keduanya.6

    Menurut rancangan UU Guru dan Dosen, yang mana latar

    pendidikan seorang guru minimal adalah S1, maka guru muatan lokal MTs

    NU Banat dapat dikatakan kurang, dengan prosentase 40% yang

    berpendidikan S1.

    Seorang guru harus mampu memberikan kemudahan belajar kepada

    peserta didik. Maka dari itu penting bagi guru menguasai objek belajar dan

    situasi pembelajaran. Persiapan mengajar merupakan suatu perkiraan dari

    guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun

    peserta didik.

    Menurut Hj. Jumiati, BA sebagai pengajar mata pelajaran Hadits

    dan Akhlaq, ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan dalam

    proses pembelajaran antara lain sebagai berikut :

    1. Mempersiapkan buku-buku pelajaran yang akan dipergunakan

    2. Mempersiapkan materi yang akan diajarkan

    3. Mempergunakan silabus yang berisikan garis-garis besar mata pelajaran

    untuk mengelola kegiatan belajar mengajar

    4. Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan partner belajar7

    Pernyataan yang diungkapkan oleh Hj. Zuhaida sebagai pengajar

    mata pelajaran Musyafahah, Tajwid dan Tafsir tidak jauh berbeda, karena ada

    sebagian dari peserta didik yang sebelumnya berasal dari SD, di mana

    pelajaran muatan lokal ini lebih menekankan pada pendidikan agama, maka

    6 Ibid. 7 Wawancara dengan Ibu Hj. Jumiati BA, guru mata pelajaran Hadits dan Akhlaq tanggal 4

    Desember 2005

  • 44

    untuk lebih memudahkan peserta didik guru menyiapkan ringkasan terlebih

    dahulu agar lebih fokus dan mudah difahami.8

    Sedangkan Rohmawati, BA menambahkan bahwa sudah seharusnya

    seorang guru dalam persiapan proses belajar mengajar harus menguasai bahan

    ajar dan metode serta strategi mengajar yang akan digunakan, karena mutu

    pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang

    ingin dicapai.9

    Sebagian besar guru pengajar muatan lokal mempunyai pendidikan

    tambahan di samping pendidikan formal. Pondok pesantren adalah salah satu

    pilihan bagi pengajar muatan lokal untuk menambah pengetahuan tentang

    agama yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar yang

    berkwalitas.

    Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan,

    kemampuan menyajikan pelajaran, cara mengajar maupun wawasannya dan

    pandangan hidupnya. Untuk itu, seorang guru dituntut menguasai berbagai

    kemampuan sebagai guru yang profesional dan bertanggung jawab dalam

    bidangnya.

    Guru pengajar muatan lokal MTs NU Banat Kudus dibekali oleh

    madrasah dengan mengadakan lokakarya pada hari-hari libur semesteran, di

    mana kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan pelatihan-pelatihan dari

    madrasah untuk menunjang pengetahuan muatan lokalnya agar dapat terus

    dikembangkan lagi guna mencapai hasil belajar mengajar yang optimal dan

    berkwalitas.

    2. Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus

    Sumber belajar muatan lokal di MTs NU Banat Kudus

    menggunakan buku-buku yang ditentukan dari yayasan di mana yayasan yang

    8 Wawancara dengan Ibu Hj. Zuhaida, bagian urusan humas/agama, merangkap sebagai guru

    mata pelajaran Musyafahah, Tajwid, Tafsir tanggal 7Desember 2005 9 Wawancara dengan Ibu Rohmawati BA, guru mata pelajaran Tauhid dan Fiqih 2, tanggal 8

    Desember 2005

  • 45

    mengelola madrasah dan memberikan batasan-batasan silabus kepada

    madrasah untuk lebih memfokuskan mata pelajaran yang dianggap berguna

    dan menunjang pengetahuan siswa dalam bidang agama.

    Buku-buku yang digunakan dalam proses pembelajaran disediakan

    olah madrasah baik untuk guru sebagai pegangan mengajar dan untuk siswa

    yang disediakan di perpustakaan maupun koperasi.

    Buku yang ditentukan oleh Madrasah berjumlah 10 buah, dengan

    tambahan Al-Quran yang digunakan pada mata pelajaran yang sesuai, guru

    pengajar juga mempunyai buku pegangan yang lain yang dapat mendukung

    dan melengkapi mata pelajaran yang diajarkan.

    Bagi seorang guru silabus sangat besar fungsinya, karena silabus

    merupakan pedoman bagi guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran.

    Berikut ini adalah batasan-batasan silabus yang diberikan yayasan kepada

    madrasah dan buku-buku yang digunakan dalam pelajaran muatan lokal :

  • 46

  • 47

    Jika para guru tidak memahami fungsi penting silabus maka jelas

    suatu proses pembelajaran tidak akan tercapai tujuannya. Karena itu guru

    pelajaran muatan lokal bekerja sama untuk selalu melakukan evaluasi baik

    pada silabusnya maupun pada pelaksanaannya, seperti halnya kurikulum

    nasional.

    Menurut Zuhaida, selama ini guru memang mengalami kendala

    dalam penyusunan silabus, diantaranya :

    1. Kurangnya bahan sumber rujukan untuk penyusunan silabus, karena

    terbatasnya waktu dan kurangnya referensi yang digunakan.

    1. Kurangnya waktu karena terbentur dengan kepentingan pribadi.10

    Tabel 4

    Contoh pengembangan silabus muatan lokal MTs NU Banat Kudus

    Mata pelajaran : Tajwid

    Kelas/semester : VIII/II

    Standar kompetensi : Mengamalkan ajaran ilmu tajwid diterapkan pada waktu

    membaca Al-Quran

    Kompetensi

    Dasar Materi Pokok

    Pengalaman Belajar

    Indikator Alokasi Waktu

    Sumber Bahan

    Siswa mampu memahami tentang bacaan Tarqiq beserta contoh-contohnya

    Bab Tarqiq

    Siswa mengambil keterangan dari guru tentang bacaan Tarqiq.

    Menghafal nadhaman

    Menjelaskan tentang huruf-huruf yang dibaca Tarqiq(tipis)

    Memberikan contoh tentang huruf yang dibaca Tarqiq

    2 Jam 2x 45 menit

    - -Al-Quran

    Siswa mampu memahami tentang bacaan Qalqalah beserta contoh-

    Bab Qalqa-lah

    Siswa mengambil keterangan dari guru tentang bacaan Qalqalah

    Menjelaskan pengertian Qalqalah Shughra

    Menjelaskan pengertian Qalqalah Kubra

    2 Jam 2x45 Menit

    - -Al-Quran

    10 Wawancara dengan Ibu Zuhaida, tanggal 7 Desember 2005

  • 48

    contohnya Memberikan contoh bacaan Qalqalah

    Menjelaskan Nadham tentang bacaan Qalqalah

    Mengenai pengalokasian dana, madrasah tidak mempunyai anggaran

    khusus untuk kurikulum muatan lokal, pengalokasian dana digunakan pada

    segala bidang, di mana dana berasal dari madrasah dan iuran kartu

    perpustakaan dari siswa, untuk menambah lagi koleksi buku-buku muatan

    lokal maupun nasional di perpustakaan madrasah.

    Sumber belajar yang lain di antaranya sebagai berikut :

    a. Mushalla

    Mushalla digunakan sebagai media pembelajaran untuk metode

    demonstrasi yang bisa diterapkan pada mata pelajaran Fiqih 2 seperti

    praktek shalat, wudhu yang juga berfungsi sebagai tempat shalat Dhuha

    dan Dhuhur bagi siswa karena jam pulang yang relatif siang yakni jam

    13.15 yang kesemuanya itu merupakan anjuran dari madrasah untuk

    mengimplementasikan ajaran agama yang diajarkan.

    b. Media cetak

    Media ini berfungsi untuk menambah pengetahuan agama dan

    meningkatkan kwalitas pendidikan yang bisa diterapkan pada mata

    pelajaran Khat seperti berbagai macam bentuk kaligrafi untuk menunjang

    keberhasilan pembelajaran.

    Mengenai alokasi waktu yang digunakan dalam kegiatan

    pembelajaran muatan lokal, dari pihak madrasah telah menentukan jam mata

    pelajaran muatan lokal, yakni tatap muka satu mata pelajaran 1x dalam

    seminggu dengan waktu 1x45 menit. 11

    11 Hasil observasi proses belajar mengajar mata pelajaran muatan lokal pada tanggal 10-11

    Desember 2005

  • 49

    Alokasi waktu yang diberikan madrasah dirasa cukup bagi guru

    pengajar muatan lokal, dengan alasan bahwa pelajaran muatan lokal diberikan

    untuk menunjang pendidikan agama yang ada pada kurikulum nasional agar

    pendidikan agama yang dimiliki peserta didik dapat lebih mendalam untuk

    diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam proses pembelajaran, peserta didik berusaha secara aktif

    untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan guru. Oleh karena

    masing-masing dari peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-

    beda, maka respon dari masing-masing siswa terhadap proses

    pembelajaranpun berbeda-beda satu dengan yang lain.

    Para peserta didik MTs NU Banat Kudus mempunyai respon yang

    berbeda-beda mengenai kurikulum muatan lokal yang diberikan oleh

    madrasah dalam proses pembelajaran.

    Menurut Nining Faizatul Muna Arif sebagai ketua Osis MTs NU

    Banat Kudus, Kurikulum muatan lokal yang diberikan madrasah sangat

    bermanfaat baginya, karena yakin bahwa semua ilmu itu bermanfaat, apalagi

    ilmu agama. Selain mendapatkan ilmu dunia, juga bisa mendapatkan ilmu

    akhirat, yang belum tentu sekolahan lain mendapatkannya.12

    Respon dari Khoirul Wardah sebagai sekretaris II Osis, Nida Saifa

    Muna sebagai bendahara I Osis dan Anni Fadlilah senada, kurikulum muatan

    lokal dapat menambah wawasan ilmu agama, meski terkadang sulit karena

    pembahasan agama yang mendalam, namun dalam prosesnya mereka jadikan

    sebagai motifasi belajar.

    Amma Fatimatuz Z, Noor Laila H.N. dan Sylvia Ayu Z. memberikan

    tanggapan bahwa kurikulum muatan lokal merupakan fasilitas yang diberikan

    madrasah sebagai nilai tambah dibanding dengan sekolahan lain, selain itu,

    pelajaran yang diberikan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti

    contoh pelajaran Akhlaq yang mengajarkan tentang etika, pelajaran

    Muyafahah dan Tajwid yang memberikan pengetahuan bagaimana membaca

    Al-Quran dengan baik dan benar.

    12 Wawancara dengan Ketua Osis MTs NU Banat Kudus tanggal 5 Desember 2005

  • 50

    Hikmatun Mula Rizqya, Alfa Rusyda dan Nazikhatur Rofiah

    berpendapat bahwa muatan lokal tidak untuk dijauhi karena kurangnya

    pengetahuan kita, akan tetapi dapat memberikan manfaat yang lebih di

    kehidupan, kekurangan tersebut dapat diimbangi dengan cara belajar yang

    baik dan berusaha ingin maju.

    Dalam proses pembelajaran muatan lokal, para siswi MTs NU Banat

    Kudus tidak menemukan kendala yang berarti, baik media, metode

    penyampaian materi, alokasi waktu dan situasi serta kondisi sangat

    mendukung proses tersebut.13

    Berbagai respon yang diberikan oleh siswi-siswi MTs NU Banat

    Kudus membuktikan bahwa minat belajar begitu besar, meskipun mengalami

    berbagai kendala, seperti halnya perasaan canggung dan grogi yang terkadang

    kurang cepat dalam penerimaan materi, namun kesemuanya itu menjadikan

    motifasi belajar yang lebih besar untuk mendapatkan hasil belajar yang

    memuaskan.

    2. Pertimbangan Pemilihan Mata Pelajaran Muatan Lokal MTs NU BANAT Kudus

    Kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus diberikan untuk

    menunjang pengetahuan agama peserta didik yang mana pelajaran tersebut

    diberikan secara mendalam dan mendetail dan sedikit banyak menggunakan

    kitab kuning sebagai buku pegangan baik untuk guru maupun peserta didik

    dengan tidak meninggalkan nilai-nilai islami yang sunni, putri yang intelek

    tapi santri yang tetap mengedepankan iman dan taqwa (IMTAQ) dan tetap

    mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik sangatlah pesat,

    dengan adanya tuntutan zaman yang merubah pola dan tata hidup masyarakat

    sangat berpengaruh dan merupakan tanggung jawab dalam pendidikan untuk

    membekali para generasi muda tersebut.

    13 Wawancara dengan siswi-siswi MTs NU Banat Kudus tanggal 5 Desember 2005

  • 51

    MTs NU Banat Kudus memberikan pelajaran muatan lokal yang

    disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik karena

    tuntutan zaman yang semakin maju, dari madrasah memberikan bekal dalam

    kemampuan beragama dan berakhlaq islami.

    Dengan bekal pelajaran muatan lokal yang diberikan madrasah

    diharapkan mampu memajukan pelajar putri dalam bidang pendidikan agar

    dapat mandiri dan mampu bersaing di masyarakat untuk menyongsong masa

    depan yang lebih baik.

    Dalam pelaksanaan mata pelajaran muatan lokal diarahkan kepada

    kemajuan- kemajuan yang bersifat positif, di mana mata pelajaran muatan

    lokal disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena menurut pertimbangan

    madrasah, kurikulum nasional dianggap belum memenuhi tuntutan

    lingkungan. Mata pelajaran muatan lokal diajarkan lebih mendalam dan

    mendetail untuk menunjang kurikulum nasional seperti contoh mata pelajaran

    fiqih 2 untuk lebih mendalami mata pelajaran fiqh, Nahwu dan saraf untuk

    lebih mendalami mata pelajaran bahasa Arab.

    MTs NU Banat Kudus dalam pengelolaan kurikulum muatan lokal

    tidak meninggalkan penyampaian pendidikan agama yang disesuaikan dengan

    banyaknya pondok pesantren di daerah itu, yang mana sebagian besar peserta

    didiknya tinggal di pondok pesantren, dan materi yang diberikan dapat

    melengkapi pengetahuan mereka tentang agama untuk meningkatkan mutu

    pendidikan mereka.

    MTs NU Banat Kudus dalam pengelolaannya bekerja sama dengan

    Badan Pelaksana Pendidikan Maarif NU Banat yakni yayasan pendidikan

    Banat, kemudian lembaga pendidikan Maarif NU dan juga bekerja sama

    dengan Departemen Agama. Kerja sama yang dilakukan dengan lembaga

    terkait berupaya untuk :

    a. Meningkatkan kwalitas kelembagaan sehingga misi madrasah bisa

    terlaksana dengan baik.

    b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui ikhtiar program pengembangan

    baik fisik maupun non fisik.

  • 52

    c. Melengkapi kebutuhan masa kini dari masukan masyarakat dan peserta

    didik.

    Dalam kegiatan menyeleksi bahan muatan lokal, mana yang

    dianggap perlu dan penting untuk disampaikan kepada peserta didik sudah

    ditentukan oleh Yayasan Pendidikan Banat sebagai pengelola madrasah yang

    mempunyai kewenangan dan hak penuh kepada madrasah.

    Yayasan Pendidikan Banat sebagai badan hukum penyelenggara

    MTs NU Banat Kudus bertujuan membangun dan memajukan masyarakat

    Indonesia terutama pelajar putri dalam bidang pendidikan agar menjadi warga

    negara yang cakap dan terampil serta bertanggung jawab terhadap agama,

    bangsa, negara berdasarkan pancasila berazazkan Islam dan Ahlussunnah

    Waljamaah. Dengan demikian, mata pelajaran muatan lokal yang diberikan

    oleh madrasah disesuaikan dengan azaz dan tujuan dari yayasan pengelola

    madrasah, dengan tetap menghormati peraturan dan adat yang berlaku di

    daerah setempat.

    Peserta didik MTs NU Banat Kudus tidak semuanya lulusan dari

    Madrasah Ibtidaiyah, sebagian lulusannya berasal dari Sekolah Dasar yang

    diketahui minim pelajaran agamanya. Dapat diketahui bahwa lulusan

    Madrasah Ibtidaiyah sudah mempunyai pengetahuan agama yang lebih

    dibandingkan dengan lulusan Sekolah Dasar. Untuk itu lulusan dari Sekolah

    Dasar mempunyai minat yang besar untuk lebih mendalami pelajaran muatan

    lokal sebagai usaha mengimbangi peserta didik yang lain.

    3. Kegiatan Pembelajaran Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus a. Metode Pembelajaran

    MTs NU Banat Kudus dalam proses pembelajaran

    menggunakan metode yang bervariasi, antara lain :

    a. Metode demonstrasi

    Metode ini digunakan dalam mata pelajaran fiqih 2 dan

    khot untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta didik

    dalam proses pembelajaran.

  • 53

    Dalam metode ini, peserta didik diberi kesempatan untuk

    mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang

    terlibat dalam proses dan dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan

    yang diharapkan. Dengan penggunan metode ini guru muatan lokal

    dapat memberikan gambaran yang jelas kepada peserta didik dari hasil

    pengamatannya. Seperti contoh pada pelajaran Khat, guru

    mempertunjukkan cara penulisan huruf Arab dengan berbagai bentuk

    penulisan dan murid mengamati dengan teliti dan seksama serta penuh

    perhatian dan partisipasi.

    b. Metode ceramah

    Metode ceramah digunakan pada semua mata pelajaran.

    Menurut Hj. Jumiati, metode ini dapat digunakan pada semua mata

    pelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru secara langsung

    menyajikan materi pelajaran.

    Dikarenakan banyaknya peserta didik, maka metode ini

    sangat baik digunakan. Dalam pembelajaran Tafsir, guru melakukan

    pendahuluan terlebih dahulu untuk membangkitkan motivasi belajar

    peserta didik, menyajikan bahan pelajaran dengan sistematis dan

    variatif, dan menutup pelajaran dengan mengambil kesimpulan dan

    memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi

    materi pelajaran yang telah diberikan.

    c. Metode problem solving

    Metode problem solving diterapkan pada mata pelajaran

    muatan lokal untuk memecahkan persoalan-persoalan yang muncul

    dalam proses belajar mengajar.

    Dalam pembelajaran muatan lokal, metode ini digunakan

    apabila pada proses pembelajaran menemukan masalah-masalah yang

    memerlukan kejelasan.

    Dalam penerapan metode problem solving, siswa diarahkan

    untuk melakukan diskusi kelompok dan kerja kelompok. Seperti

    diskusi kelompok untuk membahas tema cara-cara menghormati

  • 54

    orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Dalam diskusi ini siswa harus

    melakukan beberapa hal:

    1. Mencari sumber referensi belajar

    2. Menelaah masalah

    3. Melakukan hipotesa

    4. Menguji hipotesa dengan dalil dan pendapat ulama.

    Pengelolaan kelas dan formasi-formasi yang digunakan

    dalam pembelajaran beranaka ragam, di antaranya: melingkar,

    berkelompok sesuai materi dan keinginan peserta didik.

    d. Metode hafalan

    Metode ini diterapkan hampir di semua mata pelajaran

    muatan lokal, dikarenakan pelajaran muatan lokal adalah palajaran

    agama. Untuk itu peserta didik diharapkan mampu

    mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk masa

    sekarang dan masa yang akan datang.

    Seperti dalam mata pelajaran Tajwid dan Tauhid, dalam

    hal menghafalkan nadhaman, pengelolaan kelas yang dilakukan adalah

    peserta didik maju ke depan kelas, 2-4 orang secara bergiliran

    menghafalkan nadhaman, dengan pemantauan dari guru pengajar.

    e. Metode tanya jawab

    Metode tanya jawab digunakan guru pengajar saat

    pelajaran belum dimulai untuk mengulas pelajaran yang lalu dan pada

    saat pelajaran telah usai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

    peserta didik terhadap proses belajar.

    Seperti contoh pada mata pelajaran Musyafahah, guru

    mengulas pelajaran sebelumnya untuk mengetahui pemahaman peserta

    didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh

    peserta didik secara spontan, dan setelah proses pembelajaran selesai,

    guru kembali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang baru saja

    diberikan secara spontan.

  • 55

    b. Strategi Pembelajaran

    Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi sebagai bentuk

    atau pola umum kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di MTs NU

    Banat Kudus, yaitu :

    a. Tatap muka

    Sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan

    mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan

    peserta didik, seperti : ceramah, kuis dan lain-lain.

    b. Pengalaman belajar, meliputi :

    1) Pengalaman belajar dan kegiatan pembelajaran

    Pengalaman belajar di sini menunjukkan, kegiatan

    kegiatan belajar yang perlu dilakukan siswa dalam berinteraksi

    dengan obyek atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan

    materi pembelajaran yang dapat berupa kegiatan

    mendemonstrasikan dan mempraktikkan.

    2) Pengalaman belajar dan pembelajaran kontekstual

    Pembelajaran kontekstual pada hakekatnya merupakan

    implementasi dan penentuan materi pembelajaran yang

    disesuaikan karakteristik daerah yaitu kurikulum muatan lokalnya.

    Pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman pembelajaran

    yang terikat dengan pengalaman dan minat siswa dalam beragama.

    Ibu Sholichah BA sebagai bagian urusan kurikulum menyatakan

    bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang terkait dengan

    apa yang diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi

    disekelilingnya.

    3) Pengalaman belajar dan kecakapan hidup

    Pengalaman belajar hendaknya sedapat mungkin

    dikembangkan tidak hanya pada kemampuan kognitif, afektif dan

    psikomotorik saja, akan tetapi kecakapan hidup juga sangat

    diperlukan bagi kehidupan siswa kelak sebagai anggota

    masyarakat.

  • 56

    Kecakapan hidup adalah kecakapan seseorang untuk

    mampu menghadapi problema hidup tanpa merasa tertekan yang

    kemudian mencari serta menemukan solusi sehingga mampu

    mengatasinya. Jenis kecakapan hidup menurut Churiyati RF, BA

    meliputi :

    a. Kecakapan mengenal diri/personal

    b. Kecakapan sosial

    c. Kecakapan berfikir rasional

    d. Kecakapan dalam pencapaian tujuan dalam bidang pekerjaan di

    masyarakat

    c. Pendekatan Pembelajaran

    Menurut Rohmawati BA, dalam pembelajaran muatan lokal

    diperlukan beberapa pendekatan dalam penyampain sebuah materi antara

    lain:

    1) Pendekatan keimanan

    Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk

    mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah

    SWT, seperti dalam praktek shalat dan puasa.

    2) Pendekatan emosional

    Pendekatan ini sebagai usaha untuk menggugah perasaan

    peserta didik dalam menghayati pelajaran muatan lokal sehingga lebih

    mendalam pada jiwa peserta didik.

    3) Pendekatan keteladanan

    Pada proses pembelajaran, guru berperan sebagai teladan

    yaitu sebagai cerminan dari siswa yang memiliki keimanan teguh dan

    berakhlak mulia.

    4) Pendekatan fungsional

    Yaitu menjadikan materi muatan lokal yang memberikan

    manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, Seperti

    belajar tajwid dapat mejadikan belajar membaca Al-Quran lebih baik.

  • 57

    5) Pendekatan pengalaman

    Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan,

    merasakan hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-

    hari.

    6) Pendekatan pembiasaan

    Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

    belajar membaca Al-Quran sesuai dengan tajwidnya.

    7) Pendekatan rasional

    Yaitu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

    muatan lokal dengan memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi

    dan nilai-nilai yang diberikan mudah dipahami dengan penalaran.

    e. Evaluasi Pembelajaran Proses terakhir dalam sebuah pembelajaran adalah evaluasi atau

    disebut juga dengan penilaian. Penilaian sangat penting dilakukan, karena

    dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dari kegiatan pembelajaran.

    Dalam kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus, guru

    menggunakan penilaian berbasis kelas sesuai dengan kurikulum berbasis

    kompetensi yang mencakup 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan

    psikomotorik.

    a. Penilaian proses Penilaian ini dilakukan terhadap partisipasi peserta didik baik

    secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran

    dilakukan. Standar yang digunakan di MTs NU Banat Kudus adalah

    dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental

    maupun sosial dalam proses pembelajaran berlangsung. Selain

    memperhatikan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran,

    penilaian proses secara kognitif dapat dilakukan dengan adanya pre

    test, post test dan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan setiap

    selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan. Penilaian pada

  • 58

    ulangan harian dilakukan dengan instrumen test tertulis yang

    berbentuk pilihan ganda (objektif) dan berbentuk uraian (subjektif).

    Selain penilaian yang berbentuk test juga menggunakan

    instrumen lain yaitu portofolio. Hal ini diselenggarakan untuk

    memantau peserta didik dan mengevaluasi secara menyeluruh baik di

    madrasah dan lingkungan sekitar.

    MTs Banat NU Kudus menentukan standar minimal dalam

    memberikan penilaian tiga ranah yaitu:

    1) Ranah kognitif, dengan adanya tes tertulis ualangan harian untuk

    memperbaiki kinerja dan hasil belajar peserta didik secara

    berkelanjutan dan berkesinambungan.

    2) Ranah afektif, dengan adanya kriteria yang dinilai, di antaranya:

    - Kehadiran - Ketekunan dalam belajar

    - Kerajinan - Partisipasi dalam belajar

    - Kedisiplinan - Menyelesaikan tugas tepat waktu

    - Keramahan - Kerjasama

    - Kejujuran - Tanggung jawab

    - Ketebukaan - Sopan santun

    - Perhatian pada pelajaran

    3) Ranah psikomotorik, Penilaian ini dapat dinilai sesuai materi dan

    metode yang digunakan, misal metode tanya jawab, maka aspek

    penilaiannya pada perhatian terhadap pelajaran, kemampuan

    mengemukakan pendapat dan ketepatan memberi contoh. Serta

    bentuk performance (berhubungan dengan praktek perilaku dan

    ibadah) dan hasil karya keseharian, misal: melafalkan dan menulis

    nadham, membuat resum dan sebagainya.

    Dalam penilaian kurikulum muatan lokal, guru MTs Banat

    NU Kudus, seperti yang diungkapkan Sholichah BA menggunakan

    dua bentuk, yaitu:

    a. Instrumen tes

    b. Instrumen non tes

  • 59

    Membuat instrumen tes :

    1) Pertanyaan lisan

    Pertanyaan lisan menurut Zuhaida sering diberikan pada saat guru

    akan memulai suatu materi dan setelah menyelesaikan materi.

    2) Pilihan ganda

    Contoh soal pilihan ganda:

    Hukum Ra Tarqiq ada:

    a. 2

    b. 3

    c. 4

    d. 5

    3) Uraian bebas

    Untuk memudahkan penskoran guru dapat membuat rambu-rambu

    jawaban yang dijadikan acuan. Uraian bebas dapat digunakan guru

    untuk mengukur ranah kognitif. Contoh soal uraian bebas:

    Sebutkan 3 macam akhlaq terpuji bagi pelajar putri yang dapat

    dilakukan di masyarakat :

    4) Uraian objektif

    Uraian ini digunakan untuk menilai aspek kognitif siswa, bisa

    berupa simpulkan, tafsir dan uraikan. Contoh soal uraian objektif :

    Apa yang patut anda lakukan jika melihat salah satu teman anda

    menemui kesalahan dalam beribadah shalat?

    Membuat instrumen non test :

    Penilaian berbentuk non test digunakan untuk mengukur aspek afektif

    antara lain :

    1) Portofolio

    Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan

    siswa. Guru muatan lokal MTs NU Banat Kudus menggunakan

    portofolio untuk melihat perkembangan kemampuan peserta didik.

  • 60

    b. Penilaian hasil Penilaian ini dikatakan berhasil apabila proses pembelajaran

    terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik

    seluruhnya atau sebagian besar. Di MTs NU Banat Kudus dalam

    melaksanakan penilaian hasil pembelajaran dilakukan pada akhir

    semester dan akhir tahun pelajaran untuk mendapatkan gambaran

    secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta

    didik. Dalam penilaian hasil terdiri dari :

    1) Evaluasi hasil tes dan non tes kurikulum muatan lokal

    Menurut guru muatan lokal MTs NU Banat Kudus,

    evaluasi hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil tes dan

    menetapkan standar keberhasilan. Jika 75% siswa sudah berhasil

    dengan baik dan menguasai kompetensi dasar dalam mata

    pelajaran, maka dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya,

    dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidi) dengan cara

    tertentu bagi siswa yang belum mencapai keberhasilan. Guru MTs

    Banat mempergunakan remidi sebagian besar pada siswa yang

    berasal dari lulusan sekolah dasar, karena kurangnya dasar

    pendidikan agama.

    Sedangkan evaluasi non tes diantaranya untuk

    mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran muatan lokal

    dengan menggunakan pengamatan dan hasil belajar siswa. Apabila

    kemudian dari sekian banyak siswa diketahui ternyata tidak

    berminat dengan mata pelajaran muatan lokal, maka guru harus

    mencari sebab-sebabnya. Perlu dilihat kembali secara menyeluruh

    segala hal yang terkait dengan pembelajaran muatan lokal.

    2) Pelaporan hasil evaluasi

    Pelaporan hasil evaluasi meliputi:

    a. Laporan untuk peserta didik dan orang tua

  • 61

    Laporan ini berisi catatan prestasi belajar peserta didik, catatan

    ini dibuat dalam bentuk rapor pelajaran muatan lokal tersendiri

    yaitu dipisahkan dengan kurikulum nasional yang diisi pada

    setiap semester.

    b. Laporan untuk sekolah

    Laporan ini dibuat guru untuk madrasah sebagai laporan

    prestasi peserta didik.

    c. Laporan untuk masyarakat

    Laporan ini berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah pada

    akhir tahun ajaran. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara

    lengkap dalam laporan prestasi yang disusun oleh madrasah.

    d. Ciri dan Out Come Kurikulum Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus Menurut kepala sekolah Churiyati RF, BA, MTs NU Banat

    Kudus sebagai madrasah yang mempunyai kelebihan dengan menawarkan

    mata pelajaran muatan lokal yang berbeda dengan madrasah lain

    merupakan nilai tambah bagi madrasah Banat sendiri, antara lain:

    1. Tidak meninggalkan nilai-nilai Islami yang sunni

    2. Kurikulum muatan lokal disesuaikan dengan lingkungan

    3. berorientasi pada bidang IMTAQ (iman dan taqwa) dan IPTEK (ilmu

    pengetahuan dan teknologi)

    4. Menyiapkan peserta didik untuk memahami agama secara mendalam

    5. Membekali pelajar putri dengan akhlaq yang terpuji

    Dengan ciri muatan lokal di atas, madrasah NU Banat Kudus

    sebagai tempat penyelenggara pendidikan dari tahun ke tahun

    memperlihatkan prestasi yang cemerlang, kaitannya dengan kurikulum

    muatan lokal, dari madrasah telah melihat hasil (out come) yang diperoleh

    dari peserta didiknya melalui proses pembelajaran dengan lingkungan

    masyarakat yang religius dan Islami, madrasah mendapat kepercayaan dan

    dukungan dari masyarakat. Perubahan yang terjadi pada peserta didik

  • 62

    setelah melalui proses pembelajaran merupakan hasil yang dapat dilihat

    langsung, antara lain:

    1. Peserta didik bisa bermasyarakat dengan baik

    2. Dapat berkiprah di masyarakat, misal: menjadi guru TPQ

    3. Berperilaku lebih baik dari sebelumnya

    4. Tidak canggung di masyarakat, karena fondasi agama yang kuat

    5. Sedikit banyak dapat membaca dan memberi arti kitab kuning

    6. Dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar

    e. Kesiapan Peserta Didik dan Situasi serta Kondisi dalam Proses Pembelajaran

    Dalam proses pembelajaran, guru harus mendampingi peserta

    didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi

    tertentu. Peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang

    berbeda-beda satu dengan yang lain dan proses belajar itu mengandung

    berbagai variasi baik dari metode dan strategi belajar yang digunakan.

    Maka dari itu, selain keaktifan dari guru, peserta didik sudah seharusnya

    memiliki kesiapan-kesiapan tertentu sebelum mengikuti proses

    pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan berkwalitas.

    Siswi MTs NU Banat Kudus mempunyai kesiapan-kesiapan

    tertentu dengan berbagai persiapan yang dilakukan sebelum proses

    pembelajaran berlangsung, antara lain:

    1. Menurut Nining Faizatul Muna Arif sebagai ketua Osis: belajar

    terlebih dahulu di rumah, baik dengan membaca maupun

    menghafalkan mata pelajaran yang akan diajarkan terlebih dahulu dan

    mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan apabila ada sesuatu yang

    kurang diketahui.

    2. Menurut sebagian siswi MTs NU Banat Kudus, yakni Nida Saifa

    Muna, Silvya Ayu Z., Noor Laila H.N., Alfa Rusyda, Khoirul Wardah

    dan Amma Fatimatuz Z.,memberikan tanggapan bahwa sebelum

    proses pembelajaran dilakukan, belajar semaksimal mungkin, mencari

  • 63

    sumber materi dari buku-buku yang lain dan memahami terlebih

    dahulu pelajaran tersebut serta mempersiapkan baik fisik maupun

    mental.

    3. Menurut Mula Rizqia, karena latar belakang pendidikannya adalah

    Sekolah Dasar, maka, untuk memahami pelajaran muatan lokal dan

    menyamakan kemampuannya dengan siswi yang lain, belajar lebih

    giat menjadi kunci utamanya.

    4. Menurut Anni Fadillah, persiapan yang dilakukan adalah belajar

    dengan cara berdiskusi dengan kedua orang tuanya bila diperlukan,

    untuk lebih memahamkan pelajaran muatan lokalnya.

    5. Nazikhatur Rofiah memberikan pernyataan bahwa sebelum proses

    pembelajaran dimulai, mendalami pelajaran sedikit demi sedikit dan

    berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh peserta didik

    diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal dan

    hasil yang membanggakan. Suatu proses pembelajaran dapat berlangsung

    apabila situasi dan kondisi mendukung. Situasi dan kondisi berperan

    sangat penting di dalamnya. MTs NU Banat Kudus mempunyai

    lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib. Dalam proses

    pembelajaran muatan lokal sudah tercipta iklim yang kondusif dengan

    ditunjang berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti: sarana,

    pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, serta tercipta

    hubungan yang harmonis antara peserta didik dan guru.

    Situasi dan kondisi yang tercipta dapat membangkitkan semangat

    belajar dan menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas peserta didik, sehingga

    tercapai proses pembelajaran yang diinginkan.

  • 64

    4. Problematika dan Solusi Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Muatan Lokal MTs NU Banat Kudus

    Dalam manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus

    terdapat respon positif. Sebab-sebab adanya respon positif terhadap

    manajemen kurikulum muatan lokal di MTs NU Banat Kudus adalah sebagai

    berikut:

    1. Dukungan yayasan pendidikan Banat sebagai badan penyelenggara

    madrasah

    2. Dukungan kepala sekolah mengkoordinasikan, menggerakkan dan

    menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia dengan

    pengembangan kurikulum serta hubungan dengan masyarakat sekitar.

    3. Guru sebagai fasilitator maupun motivator peserta didik dengan

    mengembangkan kemampuannya agar dapat berhasil sesuai kompetensi

    peserta didik.

    4. Madrasah berusaha memberikan fasilitas sarana dan prasarana

    pembelajaran yang terbaik

    5. Dukungan dari wali murid

    6. Dukungan dari LP Maarif dan Departemen Agama

    7. Adanya studi banding dari madrasah-madrasah lain, seperti Jepara,

    Kendal, Purwodadi, dll14

    Selain adanya respon yang positif di atas, dalam manajemen

    pelaksanaannya juga mengalami kendala, yaitu:

    1. Adanya manajemen yang belum maksimal dari kurikulum muatan lokal

    2. Sarana dan prasarana yang belum memadai, khususnya pada media peraga

    pembelajaran karena anggaran minim

    3. Kurangnya kesiapan guru dalam proses pembelajaran muatan lokal

    4. Keluhan dari wali murid, khususnya mengenai pengetahuan peserta didik

    yang minim terhadap palajaran muatan lokal

    5. Persaingan antar madrasah yang semakin ketat dan kompetitif

    14 Wawancara dengan Ibu Churiyati RF BA, Op. Cit.

  • 65

    Kendala-kendala dalam manajemen pelaksanaan kurikulum muatan

    lokal di atas, diperlukan solusi pemecahannya. Adapun solusi yang dilakukan

    MTs NU Banat Kudus diantaranya:

    1. Adanya pembenahan dan penyempurnaan manajemen kurikulum muatan

    lokal

    2. Pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya kurikulum

    muatan lokal

    3. Adanya pelatihan lokakarya pada guru muatan lokal secara

    berkesinambungan dalam meningkatkan kreatifitas guru

    4. Pemberian pengertian kepada wali murid dan adanya program

    pelaksanaan remidial dan pengayaan pada pembelajaran muatan lokal

    5. Meningkatkan hubungan yang baik antar madrasah.15

    15 Wawancara dengan Ibu Sholichah BA, Op. Cit.

  • 66

    Lampiran 3

    Organisasi MTs NU Banat Kudus

    1. Kepala Madrasah : Hj. Churiyati RF, BA

    2. Wakil Kepala : Dra. Dianah

    3. Bagian-Bagian

    1. Bagian Kurikulum : Sholichah, BA

    2. Bagian Kesiswaan : Sutikat, S.Ag

    3. Bagian Sarana Prasarana : Anifah Is

    4. Bagian Humas dan Agama : Hj. Zuhaida

    4. Bimbingan Konseling : Hj. Jumiati, BA

    : Fauziah Agustiani, S. Pd

    : Siti Syarofah, S.Pd

    5. Koordinator Urusan

    1. Ketertiban Ibadah dan Dawah : Hj. Zuhaida

    2. Ketertiban Pakaian : Sutikat, S.Ag

    3. Ketertiban Penataan Ruang : Anifah Is

    4. Ketertiban Jam Datang dan Pulang : HM. Sudjono AS

    5. Ketertiban Perpustakaan : Sholichah, BA

    6. Ketertiban Kebersihan dan Keindahan : Mukhlas Afroni

    7. Ketertiban Kerindangan : Rochmawati, BA

    8. Ketertiban Laborat IPA : Badiah

    9. Ketertiban Laborat Bahasa : Drs. Rois Noor

    10. Ketertiban Olah Raga / Pramuka : Noor Laila As

    11. Ketertiban Upacara : Sudarsono Tri W.

    12. Ketertiban Kesehatan Sekolah dan PMR : Khamidah, S.A

    13. Staf Kepegawaian

    a. Kepala Tata Usaha : SitiMustachsana

    b. Staf Tata Usaha : Noor Rokhmah

    : Shofiyatun

    : Muyassaroh

  • 67

    c. Bag. Keuangan : Fitriyati

    d. Bag. Perpustakaan : Khoridatul Bahiyyah

    : Sri Wahyuningsih

    e. Laboran : Novita Tri Artiningrum, S.Si

    f. Bag. Koperasi : Chamamah Wardati

    : Noor Muawwanah

  • 68

    Lampiran 4

    Fasilitas MTs NU Banat Kudus

    1. Gedung : 2 unit

    2. Ruang kelas : 21 buah

    3. Ruang ketrampilan / komp : 2 buah

    4. Ruang kepala : 2 buah

    5. Ruang guru : 2 buah

    6. Ruang UKS : 2 buah

    7. Ruang BK : 2 buah

    8. Ruang laborat IPA : 1 buah

    9. Ruang laborat bahasa : 1 buah

    10. Ruang perpustakaan : 2 buah

    11. Ruang TU : 2 buah

    12. Ruang musholla : 2 buah

    13. Ruang BPPMNU : 1 buah

    14. Koperasi : 1 buah

    15. WC : 20 buah

    16. Komputer : 15 buah

    17. Mesin ketik : 1 buah

    18. OHP : 1 buah

    19. Mebelair : cukup

    20. Lap. Olah raga : 2 lokasi

    21. Alat peraga IPA / IPS : cukup

    22. Alat kesenian : cukup

    23. Alat ketrampilan : cukup