BAB III Isue Strategis
-
Upload
thokkeramatcholid -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of BAB III Isue Strategis
BAB IIIISU-ISU STRATEGIS
3.1 Identifikasi Permasalahan
Peran serta masyarakat dan sektor swasta, serta kesadaran masyarakat untuk turut
serta melaksanakan pembangunan kesehatan masih belum optimal, hal ini digambarkan dari
beberapa indikator kesehatan yang tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh kesadaran
dan peran serta masyarakat dan angka capaiannya masih tergolong rendah, yakni perilaku
hidup masyrakat yang ber PHBS,angka kematian bayi, persentase posyandu purnama/mandiri,
dan angka balita BGM
Mobilitas penduduk yang tinggi serta tingkat kemiskinan yang belum sepenuhnya
teratasi berakibat pada masalah gizi di masyarakat yang juga belum tuntas. Tanpa adanya
upaya yang efektif dalam memberantas kemiskinan, masalah gizi buruk dan gizi kurang masih
potensial untuk terus terjadi. Meskipun angka kasus gizi buruk dan kurang di Kota Bontang
masih tergolong sangat rendah
Sistem informasi kesehatan yang belum berjalan optimal dan belum komprehensif
masih belum dapat menghasilkan kontribusi utamanya yaitu menghasilkan data dan informasi
yang cepat dan akurat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen. Dan
berpotensi pada adanya bias data yang mempengaruhi angka capaian program dan kegiatan.
Masih adanya kesenjangan (Gap) pelayanan kesehatan di beberapa wilayah pesisir dan
kepulauan, yang menyebabkan belum adanya kesempatan (akses) yang sama terhadap
masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Adanya penambahan wilayah kerja yang tidak sebanding dengan SDM yang ada serta
letak puskesmas yang tidak strategis terhadap wilayah kerja sehingga pelayanan kesehatan ke
tempat yang cukup jauh terkadang tertunda pelayanannya.
Kualitas pelayanan kesehatan yang masih terus perlu ditingkatkan dalm pemberdayaan
kwalitas SDM seiring dengan tuntutan masyarakat yang terus bertambah dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang terus berkembang dari tahun ke tahun.
Alokasi anggaran ke Puskesmas yang sangat minimalis sehingga banyak program
Puskesmas yang tertunda akibatnya peningkatan dan pencapaian program pelayanan
kesehatan diwilayah kerja terlambat.
3.2 Telaahan Visi , Misi dan Program Kepala Daerah
Sesuai dengan Visi Walikota yakni “ Mewujudkan Masyarakat Bontang yang Berbudi Luhur,
Maju, adil dan Sejahtera “ dan sejalan dengan misi (1) yakni Meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Kota Bontang yang berakhlak mulia dan profesional, serta
(2) “Mewujudkan Pendidikan dan Kesehatan Yang berkualitas “, peran Puskesmas Bontang
Utara dalam mencapai visi dan misi tersebut sangat strategis, Puskesmas Bontang Utara
memiliki kontribusi dalam pembentukan Sumber daya manusia yang profesional.
Diperlukan pembinaan, pemantauan, dan pengawasan secara terus menerus untuk
perlindungan terhadap masyarakat, anak sekolah, dan kelompok penduduk yang rawan
seperti bayi, balita, ibu hamil, dan keluarga miskin. Pelaksanaan peran Puskesmas Bontang
Utara sebagai regulator diperlukan untuk melindungi masyarakat terhadap berbagai
produk makanan, minuman, kosmetik serta jajanan yang beredar. Implementasi perda
nomor 7 Tahun 2009 Tentang perizinan bidang kesehatan akan mendorong upaya
perlindungan terhadap masyarakat, namun hal tersebut membutuhkan sumberdaya
manusia yang memiliki kewenangan dalam menegakkan aturan yang berfungsi sebagai
penyidik, SDM yang berkualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta sarana dan
prasarana yang memenuhi standar pelayanan agar pelayanan kesehatan yang dihasilkan
dapat berkualitas. Upaya untuk melaksanakan hal tersebut memerlukan anggaran yang
tidak sedikit. Menurut Standar WHO anggaran kesehatan per kapita per orang per tahun
minimal 1 Juta per orang , sementara hingga saat ini anggaran untuk Puskesmas Bontang
Utara berjumlah Rp. 654.582,- perkapita pertahun, masih cukup jauh dari standar yang
ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah
bidang kesehatan yakni komitmen dari stakeholder yang minimal memenuhi standar
anggaran sesuai dengan amanah perda nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Daerah (SKD) yaitu 10 % dari APBD. Pengembangan Capacity Building SDM kesehatan
sebagai dasar input dalam menghasilkan pelayanan untuk mencapai output pembangunan
kesehatan perlu ditingkatkan. Optimalisasi fungsi pelayanan kesehatan yang mengacu pada
pemberian pelayanan yang berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pengembangan dan penyempurnaan system pelayanan kesehatan yang selama ini telah
berjalan masih perlu dilakukan secara terus menerus dalam rangka mencari bentuk
pelayanan yang sesuai dengan kondisi wilayah Kota Bontang.
3.3 Telaahan Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Puskesmas Bontang Utara
Provinsi Kalimantan Timur
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sudah baik yang salah
satu pendorongnya adalah adanya Jaminan Pembiayaan Kesehatan bagi masyarakat,
namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan.
Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan penyakit infeksi,
penyakit menular utamanya (HIV/AIDS, TBC , DBD dan Malaria) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang menonjol dan perlu upaya keras untuk mencapai target
MDG’S.
Cakupan Universal Child Imunization (UCI) yang belum mencapai 100 % akan berpotensi
timbulnya kasus-kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dapat
mengakibatkan munculnya wabah. Untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat
PD3I perlu upaya imunisasi dengan cakupan 100 %.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namun kebutuhan untuk jenis tenaga
tertentu yang masih belum terpenuhi, pengembangan karir belum berjalan , system
penghargaan dan sanksi belum berjalan sebagaimana mestinya.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
yang telah diperdakan perlu dioptimalkan, pelaksanaannya harus terintegrasi dengan
system lainnya. Perencanaan pembangunan kesehatan perlu disinkronkan dengan SKPD
terkait dan dirasakan masih perlu peningkatan koordinasi.
Sistem Infromasi kesehatan yang dikembangkan belum optimal, pemanfaatan data belum
optimal dan surveillance belum dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan .
Permasalahan pada harmonisasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan termasuk sinkronisasi
Puskesmas Bontang Utara dengan rumah sakit serta komitmen pemda untuk membiayai
pembangunan kesehatan sesuai yang tercantum dalam SKD yaitu sebesar 10 % dari APBD.
Promosi kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), pemanfaatan dan kualitas Upaya Kesehatan Bersumberdaya
masyarakat. Upaya kesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau
perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat, yang mengakibatkan tingginya angka
kesakitan yang diderita oleh masyarakat.
Untuk gizi perlu difokuskan pada kelompok sasaran ibu hamil dan anak sampai usia 2
tahun mengingat dampaknya terhadap tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktifitas generasi yang akan datang
Survei kesehatan Daerah dilakukan dalam upaya mengisi kekosongan data dasar yang
selama ini terjadi Informasi berkaitan dengan kinerja pembangunan kesehatan, dan
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan yang dapat dimanfaatkan
untuk menyusun kebijakan kesehatan kota
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai factor, yang tidak hanya menjadi
tanggungajwab sector kesehatan , melainkan tanggungjawab sector lain, disamping
tanggungjawab individu dan keluarga. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
sesuai dengan SKD, dapat dilakukan sinergi dengan Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja,
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB dan SKPD lain yang terkait.
Isue strategis international antara lain globalisasi seperti Millenium Development Goals
(MDGS), Isue Strategi nasional seperti New Emerging Disease, deregulasi diberbagai
perijinan, pemberdayaan masyarakat, kerusakan dan pencemaran lingkungan.
National Summit, ada 4 isue pokok pembangunan kesehatan yaitu (1) Peningkatan
Pembiayaan kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan masyarakat, (2)
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Untuk Mempercepat MDGS, (3) Pengendalian penyakit
dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan (4) Peningkatan ketersediaan,
pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan.
Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Revitalisasi
puskesmas menjadi prioritas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kabupaten / Kota diberi kesempatan untuk meningkatkan sarana dan prasarana puskesmas
beserta jaringannya dalam rangka peningkatan pelayanan terutama terkait dengan upaya
menurunkan AKI dan AKB. Setiap Kabupaten / Kota diberi anggaran dalam bentuk bantuan
keuangan untuk peningkatan Pelayanan kesehatan dasar di puskesmas yang diarahkan
menjadi puskesmas 24, hal tersebut mendorong peningkatan pelayanan di
kabupaten/kota. Lemahnya sinkronisasi perencanaan pembangunan kesehatan termasuk
kerjasama lintas program antara provinsi dengan kabupaten/kota menjadi penghambat
pelaksanaan kegiatan pelayanan.
3.4 Telaah RT dan RW
Menurut Undang-Undang No.26/2007 tentang Penataan Ruang, ruang didefinisikan
sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Mengikuti definisi ini, maka
hakekat fungsional dari sebuah ruang adalah bagaimana pengelola wilayah mampu
melakukan penataan ruang yang dapat menjamin keberlanjutan seluruh aktivitas manusia
dan makhluk hidup lain di dalamnya
a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota
Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Bontang meliputi:
Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota secara hirarkis dan
proporsional
Untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kota Bontang sesuai dengan struktur
tata ruang kota yang diinginkan. Strategi yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
Mengatur dan mengendalikan penyebaran penduduk sesuai dengan rencana struktur
ruang Kota Bontang;
Membagi dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan wilayah kota sesuai
karakteristik dan potensi wilayah, dengan tetap memperhatikan keseimbangan
wilayah;
Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan maupun dengan wilayah
pelayanannya sesuai dengan jenis dan skala pelayanan.
b. Rencana Struktur Ruang Wilayah kota Bontang
Sistem dan Fungsi Perwilayahan
Sistem Perwilayahan adalah adalah organisasi wilayah pengembangan berupa Bagian
Wilayah Kota yang selanjutnya disebut dengan BWK. Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota
Bontang terdiri dari:
A. Bagian Wilayah Kota I (BWK I)
BWK I terdiri dari 8 kelurahan yang berada di dalam 2 kecamatan yaitu Kecamatan
Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan. Termasuk di dalam BWK I ini adalah
Kelurahan Bontang Kuala, Gunung Elai, Bontang Baru dan Api-api yang termasuk
Kecamatan Bontang Utara. Sedangkan yang termasuk di dalam Kecamatan Bontang
Selatan adalah Kelurahan Berbas Tengah, Berbas Pantai, Tanjung Laut, dan Tanjung Laut
Indah. BWK I dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, dan kegiatan pendukung
Permukiman, Pariwisata, Pelabuhan, Kawasan Konservasi, Perikanan. Secara fungsional,
kawasan BWK I merupakan kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan
batasan kecamatan yang ada.
B. Bagian Wilayah Kota II (BWK II)
BWK II ini terdiri dari beberapa kelurahan yang berada di dalam 3 kecamatan di Kota
Bontang. Terdiri dari Kelurahan Satimpo (Kecamatan Bontang Selatan); Kelurahan
Telihan, Kanaan, dan Belimbing (Kecamatan Bontang Barat); Kelurahan Loktuan dan
Guntung (Kecamatan Bontang Utara). BWK II dengan kegiatan utama industri strategis
kota, pelabuhan dan pergudangan. Kegiatan Pendukung di BWK ini adalah Permukiman,
Pariwisata,Perikanan, Kawasan Militer, Kawasan Lindung/Konservasi, Alur Pelayaran.
Dengan demikian, secara fungsional kawasan BWK II merupakan kawasan integrasi
daratan dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan yang ada.
C. Bagian Wilayah Kota III (BWK III)
BWK III adalah Kelurahan Bontang Lestari (Kecamatan Bontang Selatan). BWK III dengan
kegiatan utama adalah pusat pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat
kegiatan olahraga. Kegiatan pendukung di BWK III ini adalah Permukiman, Perikanan,
Pariwisata, Bandara, Kawasan Lindung, Alur Pelayaran. Secara fungsional, kawasan BWK
III merupakan kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan
yang ada.
Pembagian wilayah Kota Bontang menurut skala pelayanan untuk bidang kesehatan
memerlukan fasilitas pelayanan dalam rangka peningkatan akses terhadap pelayanan
kesehatan oleh masyarakat. Kedepan khusus untuk Kecamatan Bontang Utara terutama
dikelurahan Guntung/Bontang Kuala diperlukan penambahan fasilitas kesehatan untuk
mengantisipasi pertumbuhan penduduk serta kegiatan industri strategis serta menunjang
keberadaan pelabuhan skala nasional. Kelurahan Bontang Lestari merupakan daerah BWK
III pada area ini pada tahun 2011 dibangun Puskesmas untuk mengantisipasi pertumbuhan
penduduk di daerah tersebut mengingat telah menjadi pusat pemerintahan, fasilitas kantor,
dan pelayanan publik lainnya.
c. Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan limbah yang ada saat ini di Kota Bontang masih mengandalkan sistem
pengelolaan individual tiap rumah tangga melalui prasarana septick tank dan sumur
resapan. Beberapa juga mengalirkan air limbah ke saluran drainase kota. Tidak ada
data yang jelas mengenai jumlah prasarana limbah yang ada. Tetapi diperkirakan
setiap rumah tangga telah dilengkapi septick tank, tetapi tidak semua dilengkapi
dengan sumur resapan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor : 17/PRT/M2009, tentang
Pedoman Penyusunan Recana Tata Ruang Wilayah Kota, sistem pengelolaan air limbah
kota meliputi sistem pembuangan yang terdiri atas sistem pembuangan air limbah
(seawage) termasuk sistem pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) dan
sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage) baik individu maupun komunal.
Rencana pengembangan prasarana pengolahan air limbah di Kota Bontang
diprioritaskan pada pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage)
individu dan komunal. Pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga
(sewerage) individu dikembangkan pada perumahan yang sudah ada, sedangkan
pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage) komunal
dikembangkan pada kawasan perumahan yang akan dikembangkan dan kawasan
perumahan di atas air di Bontang Kuala, Selangan, Tihi-Tihi, Gusum, dan Melahing.
Didaerah pantai tersebut rencana akan dilakukan pembinaan sekaligus pembangunan
percontohan sistem pembuangan komunal untuk upaya percepatan pemukiman sehat
dalam rangka pencapaian MDG’S.
Rencana Pengembangan Instalasi Pengalolahan Limbah (IPAL) dalam hal ini pengolahan
Lumpur Tinja akan dilakukan di kawasan Bontang Lestari. Untuk air limbah yang
mengandung B3, setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3 harus mengembangkan
instalasi air limbahnya sebelum masuk ke jaringan air buangan kota.
Semua fasilitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas, Fasilitas Pelayanan
kesehatan swasta, laboratorium kesehatan daerah wajib memiliki Instalasi Pengelolaan
Air Limbah. Untuk itu dilakukan pengawasan terhadap fasilitas kesehatan terutama
terkait dengan pemberian ijin operasional dalam rangka pengendalian dan pemantauan
pembuangan air limbah dan bahan berbahaya. Jika tidak sesuai maka tidak akan
dikeluarkan ijin sampai persyaratan terpenuhi.
Pengelolaan air limbah baik rumah tangga, sarana kesehatan akan mengikuti pola
rencana pengelolaan pengembangan Sistem Air Limbah yang dibuat oleh Pemerintah
Kota Bontang
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis
Pengembangan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Dengan
memperhatikan evaluasi kondisi saat ini dan analisis serta prediksi terhadap pelaksanaan
tupoksi Puskesmas Bontang Utara kedepan, maka beberapa isu strategis yang harus
menjadi perhatian untuk lima tahuan kedepan adalah :
1. Revitalisasi fungsi Puskesmas
Puskesmas adalah merupakan pelayanan dasar/pelayanan kesehatan pratama di
wilayah kerja. Pelayanan kesehatan di puskesmas sangat penting karena dapat
memberikan pertolongan pertama setiap masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No.128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas. Masyarakatpun mengharapkan keberadaan pelayanan kembali di
Puskesmas.
2. Peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan kesehatanPembangunan kesehatan tetap difokuskan pada upaya promotif dan preventif dengan
mengutamakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan perilaku hidup
sehat. Peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau penyelenggara
pembangunan kesehatan perlu semakin dimantapkan. Meningkatkan peran upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat, penguatan advocasi serta menerapkan promosi
kesehatan yang efektif.
3. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi seluruh masyarakat selain
didukung dengan kemudahan akses juga kualitas pelayanan. Meningkatnya kebutuhan
dan tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan mendorong penyediaan sarana &
Prasarana kesehatan yang berkualitas yang didukung oleh sumber daya manusia yang
professional. Disamping itu diperlukan pengembangan regulasi sector kesehatan guna
meningkatan peran dan fungsi organisasi dinas sebagai regulator bidang kesehatan.
Pengembangan regulasi dioptimalkan untuk menjamin masyarakat akan akses
pelayanan yang berkualitas serta perlindungan terhadap masyarakat sebagai pengguna
dan tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Masyarakat berhak
mendapatkan jaminan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
disamping itu diperlukan pengembangan prosedur standar untuk peningkatan kualitas
layanan termasuk layanan pada level manajemen dalam organisasi pelayanan
kesehatan.
4. Meningkatkan kemitraan intra dan lintas sektoral serta antar wilayahMembangun jejaring kerjasama lintas sector yang mendukung pembangunan kesehatan
termasuk pembangunan berwawasan kesehatan melalui peningkatan kemampuan
advokasi pembangunan kesehatan kepada stakeholder, memantapkan forum
komunikasi lintas sector dan mengembangkan kesepakatan-kesepakatan bersama untuk
mensukseskan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, memantapkan sistem
manajerial dalam sinkronisasi perencanaan kebijakan, program dan anggaran serta
koordinasi dan integrasi lintas sector, sinkronisasi peran swasta dan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan daerah semakin dioptimalkan sesuai dengan sistem
kesehatan daerah. Penggalian sumber-sumber pembiayaan kesehatan melalui
peningkatan upaya koordinasi dengan pihak terkait, termasuk program kesehatan yang
memerlukan koordinasi lintas wilayah semakin ditingkatkan
5. Meningkatkan sumber daya kesehatanPemenuhan sumber daya kesehatan yang meliputi infrastruktur sarana dan prasarana
kesehatan, Sumber daya manusia serta pembiayaan kesehatan guna peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan.
Dibidang Sarana dan Prasarana melalui penyediaan infrastruktur dan sarana baik pada
semua UPTD sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta terpenuhinya
kecukupan obat sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang mendukung
pembangunan kesehatan. Dibidang SDM dilakukan melalui pengelolaan manajemen
sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan tenaga berdasarkan kebutuhan,
penempatan yang disesuaikan dengan pendidikan dan kompetensi, peningkatan
profesionalisme melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan baik struktural,
manajerial dan fungsional, untuk meningkatkan kompetensi sesuai profesi, guna
menjamin peningkatan kualitas kinerja pelayanan di unit-unit pelayanan kesehatan
termasuk ditingkat menajemen .
Pada Bidang pembiayaan kesehatan dilakukan mobilisasi sumber pembiayaan dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan bantuan luar
negeri sangat diperlukan untuk memenuhi ketersediaan sumber daya dan menjaga
keberlangsungan (sustainability) pembiayaan kesehatan. Dan dimanfaatkan sesuai
dengan asas keadilan.
6. Wilayah kerja puskesmas yang bertambah luas
Dengan bertambahnya wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara akan berpengaruh terhadap
dampak pelayanan kesehatan diwilayah kerja sehingga dibutuhkan keseimbangan SDM yang
professional untuk melaksanakan semua pelayanan kesehatan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan, dan dapat memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan serta tuntutsn
masyarakat