BAB III Isue Strategis

16
BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1Identifikasi Permasalahan Peran serta masyarakat dan sektor swasta, serta kesadaran masyarakat untuk turut serta melaksanakan pembangunan kesehatan masih belum optimal, hal ini digambarkan dari beberapa indikator kesehatan yang tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan peran serta masyarakat dan angka capaiannya masih tergolong rendah, yakni perilaku hidup masyrakat yang ber PHBS,angka kematian bayi, persentase posyandu purnama/mandiri, dan angka balita BGM Mobilitas penduduk yang tinggi serta tingkat kemiskinan yang belum sepenuhnya teratasi berakibat pada masalah gizi di masyarakat yang juga belum tuntas. Tanpa adanya upaya yang efektif dalam memberantas kemiskinan, masalah gizi buruk dan gizi kurang masih potensial untuk terus terjadi. Meskipun angka kasus gizi buruk dan kurang di Kota Bontang masih tergolong sangat rendah Sistem informasi kesehatan yang belum berjalan optimal dan belum komprehensif masih belum dapat menghasilkan kontribusi utamanya yaitu menghasilkan data dan informasi yang cepat dan akurat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen. Dan berpotensi pada adanya bias data yang mempengaruhi angka capaian program dan kegiatan.

description

isu

Transcript of BAB III Isue Strategis

Page 1: BAB III Isue Strategis

BAB IIIISU-ISU STRATEGIS

3.1 Identifikasi Permasalahan

Peran serta masyarakat dan sektor swasta, serta kesadaran masyarakat untuk turut

serta melaksanakan pembangunan kesehatan masih belum optimal, hal ini digambarkan dari

beberapa indikator kesehatan yang tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh kesadaran

dan peran serta masyarakat dan angka capaiannya masih tergolong rendah, yakni perilaku

hidup masyrakat yang ber PHBS,angka kematian bayi, persentase posyandu purnama/mandiri,

dan angka balita BGM

Mobilitas penduduk yang tinggi serta tingkat kemiskinan yang belum sepenuhnya

teratasi berakibat pada masalah gizi di masyarakat yang juga belum tuntas. Tanpa adanya

upaya yang efektif dalam memberantas kemiskinan, masalah gizi buruk dan gizi kurang masih

potensial untuk terus terjadi. Meskipun angka kasus gizi buruk dan kurang di Kota Bontang

masih tergolong sangat rendah

Sistem informasi kesehatan yang belum berjalan optimal dan belum komprehensif

masih belum dapat menghasilkan kontribusi utamanya yaitu menghasilkan data dan informasi

yang cepat dan akurat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen. Dan

berpotensi pada adanya bias data yang mempengaruhi angka capaian program dan kegiatan.

Masih adanya kesenjangan (Gap) pelayanan kesehatan di beberapa wilayah pesisir dan

kepulauan, yang menyebabkan belum adanya kesempatan (akses) yang sama terhadap

masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

Adanya penambahan wilayah kerja yang tidak sebanding dengan SDM yang ada serta

letak puskesmas yang tidak strategis terhadap wilayah kerja sehingga pelayanan kesehatan ke

tempat yang cukup jauh terkadang tertunda pelayanannya.

Kualitas pelayanan kesehatan yang masih terus perlu ditingkatkan dalm pemberdayaan

kwalitas SDM seiring dengan tuntutan masyarakat yang terus bertambah dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang terus berkembang dari tahun ke tahun.

Page 2: BAB III Isue Strategis

Alokasi anggaran ke Puskesmas yang sangat minimalis sehingga banyak program

Puskesmas yang tertunda akibatnya peningkatan dan pencapaian program pelayanan

kesehatan diwilayah kerja terlambat.

3.2 Telaahan Visi , Misi dan Program Kepala Daerah

Sesuai dengan Visi Walikota yakni “ Mewujudkan Masyarakat Bontang yang Berbudi Luhur,

Maju, adil dan Sejahtera “ dan sejalan dengan misi (1) yakni Meningkatkan Kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) Kota Bontang yang berakhlak mulia dan profesional, serta

(2) “Mewujudkan Pendidikan dan Kesehatan Yang berkualitas “, peran Puskesmas Bontang

Utara dalam mencapai visi dan misi tersebut sangat strategis, Puskesmas Bontang Utara

memiliki kontribusi dalam pembentukan Sumber daya manusia yang profesional.

Diperlukan pembinaan, pemantauan, dan pengawasan secara terus menerus untuk

perlindungan terhadap masyarakat, anak sekolah, dan kelompok penduduk yang rawan

seperti bayi, balita, ibu hamil, dan keluarga miskin. Pelaksanaan peran Puskesmas Bontang

Utara sebagai regulator diperlukan untuk melindungi masyarakat terhadap berbagai

produk makanan, minuman, kosmetik serta jajanan yang beredar. Implementasi perda

nomor 7 Tahun 2009 Tentang perizinan bidang kesehatan akan mendorong upaya

perlindungan terhadap masyarakat, namun hal tersebut membutuhkan sumberdaya

manusia yang memiliki kewenangan dalam menegakkan aturan yang berfungsi sebagai

penyidik, SDM yang berkualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta sarana dan

prasarana yang memenuhi standar pelayanan agar pelayanan kesehatan yang dihasilkan

dapat berkualitas. Upaya untuk melaksanakan hal tersebut memerlukan anggaran yang

tidak sedikit. Menurut Standar WHO anggaran kesehatan per kapita per orang per tahun

minimal 1 Juta per orang , sementara hingga saat ini anggaran untuk Puskesmas Bontang

Utara berjumlah Rp. 654.582,- perkapita pertahun, masih cukup jauh dari standar yang

ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah

bidang kesehatan yakni komitmen dari stakeholder yang minimal memenuhi standar

anggaran sesuai dengan amanah perda nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan

Daerah (SKD) yaitu 10 % dari APBD. Pengembangan Capacity Building SDM kesehatan

sebagai dasar input dalam menghasilkan pelayanan untuk mencapai output pembangunan

Page 3: BAB III Isue Strategis

kesehatan perlu ditingkatkan. Optimalisasi fungsi pelayanan kesehatan yang mengacu pada

pemberian pelayanan yang berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pengembangan dan penyempurnaan system pelayanan kesehatan yang selama ini telah

berjalan masih perlu dilakukan secara terus menerus dalam rangka mencari bentuk

pelayanan yang sesuai dengan kondisi wilayah Kota Bontang.

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Puskesmas Bontang Utara

Provinsi Kalimantan Timur

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sudah baik yang salah

satu pendorongnya adalah adanya Jaminan Pembiayaan Kesehatan bagi masyarakat,

namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan.

Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan penyakit infeksi,

penyakit menular utamanya (HIV/AIDS, TBC , DBD dan Malaria) masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang menonjol dan perlu upaya keras untuk mencapai target

MDG’S.

Cakupan Universal Child Imunization (UCI) yang belum mencapai 100 % akan berpotensi

timbulnya kasus-kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dapat

mengakibatkan munculnya wabah. Untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat

PD3I perlu upaya imunisasi dengan cakupan 100 %.

Jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namun kebutuhan untuk jenis tenaga

tertentu yang masih belum terpenuhi, pengembangan karir belum berjalan , system

penghargaan dan sanksi belum berjalan sebagaimana mestinya.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Daerah (SKD)

yang telah diperdakan perlu dioptimalkan, pelaksanaannya harus terintegrasi dengan

system lainnya. Perencanaan pembangunan kesehatan perlu disinkronkan dengan SKPD

terkait dan dirasakan masih perlu peningkatan koordinasi.

Sistem Infromasi kesehatan yang dikembangkan belum optimal, pemanfaatan data belum

optimal dan surveillance belum dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan .

Permasalahan pada harmonisasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan termasuk sinkronisasi

Page 4: BAB III Isue Strategis

Puskesmas Bontang Utara dengan rumah sakit serta komitmen pemda untuk membiayai

pembangunan kesehatan sesuai yang tercantum dalam SKD yaitu sebesar 10 % dari APBD.

Promosi kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS), pemanfaatan dan kualitas Upaya Kesehatan Bersumberdaya

masyarakat. Upaya kesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau

perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat, yang mengakibatkan tingginya angka

kesakitan yang diderita oleh masyarakat.

Untuk gizi perlu difokuskan pada kelompok sasaran ibu hamil dan anak sampai usia 2

tahun mengingat dampaknya terhadap tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan

produktifitas generasi yang akan datang

Survei kesehatan Daerah dilakukan dalam upaya mengisi kekosongan data dasar yang

selama ini terjadi Informasi berkaitan dengan kinerja pembangunan kesehatan, dan

menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan yang dapat dimanfaatkan

untuk menyusun kebijakan kesehatan kota

Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai factor, yang tidak hanya menjadi

tanggungajwab sector kesehatan , melainkan tanggungjawab sector lain, disamping

tanggungjawab individu dan keluarga. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan

sesuai dengan SKD, dapat dilakukan sinergi dengan Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja,

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB dan SKPD lain yang terkait.

Isue strategis international antara lain globalisasi seperti Millenium Development Goals

(MDGS), Isue Strategi nasional seperti New Emerging Disease, deregulasi diberbagai

perijinan, pemberdayaan masyarakat, kerusakan dan pencemaran lingkungan.

National Summit, ada 4 isue pokok pembangunan kesehatan yaitu (1) Peningkatan

Pembiayaan kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan masyarakat, (2)

Peningkatan Kesehatan Masyarakat Untuk Mempercepat MDGS, (3) Pengendalian penyakit

dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan (4) Peningkatan ketersediaan,

pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan.

Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Revitalisasi

puskesmas menjadi prioritas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Page 5: BAB III Isue Strategis

Kabupaten / Kota diberi kesempatan untuk meningkatkan sarana dan prasarana puskesmas

beserta jaringannya dalam rangka peningkatan pelayanan terutama terkait dengan upaya

menurunkan AKI dan AKB. Setiap Kabupaten / Kota diberi anggaran dalam bentuk bantuan

keuangan untuk peningkatan Pelayanan kesehatan dasar di puskesmas yang diarahkan

menjadi puskesmas 24, hal tersebut mendorong peningkatan pelayanan di

kabupaten/kota. Lemahnya sinkronisasi perencanaan pembangunan kesehatan termasuk

kerjasama lintas program antara provinsi dengan kabupaten/kota menjadi penghambat

pelaksanaan kegiatan pelayanan.

3.4 Telaah RT dan RW

Menurut Undang-Undang No.26/2007 tentang Penataan Ruang, ruang didefinisikan

sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,

melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Mengikuti definisi ini, maka

hakekat fungsional dari sebuah ruang adalah bagaimana pengelola wilayah mampu

melakukan penataan ruang yang dapat menjamin keberlanjutan seluruh aktivitas manusia

dan makhluk hidup lain di dalamnya

a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota

Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Bontang meliputi:

Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota secara hirarkis dan

proporsional

Untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kota Bontang sesuai dengan struktur

tata ruang kota yang diinginkan. Strategi yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

Mengatur dan mengendalikan penyebaran penduduk sesuai dengan rencana struktur

ruang Kota Bontang;

Membagi dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan wilayah kota sesuai

karakteristik dan potensi wilayah, dengan tetap memperhatikan keseimbangan

wilayah;

Page 6: BAB III Isue Strategis

Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan maupun dengan wilayah

pelayanannya sesuai dengan jenis dan skala pelayanan.

b. Rencana Struktur Ruang Wilayah kota Bontang

Sistem dan Fungsi Perwilayahan

Sistem Perwilayahan adalah adalah organisasi wilayah pengembangan berupa Bagian

Wilayah Kota yang selanjutnya disebut dengan BWK. Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota

Bontang terdiri dari:

A. Bagian Wilayah Kota I (BWK I)

BWK I terdiri dari 8 kelurahan yang berada di dalam 2 kecamatan yaitu Kecamatan

Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan. Termasuk di dalam BWK I ini adalah

Kelurahan Bontang Kuala, Gunung Elai, Bontang Baru dan Api-api yang termasuk

Kecamatan Bontang Utara. Sedangkan yang termasuk di dalam Kecamatan Bontang

Selatan adalah Kelurahan Berbas Tengah, Berbas Pantai, Tanjung Laut, dan Tanjung Laut

Indah. BWK I dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, dan kegiatan pendukung

Permukiman, Pariwisata, Pelabuhan, Kawasan Konservasi, Perikanan. Secara fungsional,

kawasan BWK I merupakan kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan

batasan kecamatan yang ada.

B. Bagian Wilayah Kota II (BWK II)

BWK II ini terdiri dari beberapa kelurahan yang berada di dalam 3 kecamatan di Kota

Bontang. Terdiri dari Kelurahan Satimpo (Kecamatan Bontang Selatan); Kelurahan

Telihan, Kanaan, dan Belimbing (Kecamatan Bontang Barat); Kelurahan Loktuan dan

Guntung (Kecamatan Bontang Utara). BWK II dengan kegiatan utama industri strategis

kota, pelabuhan dan pergudangan. Kegiatan Pendukung di BWK ini adalah Permukiman,

Pariwisata,Perikanan, Kawasan Militer, Kawasan Lindung/Konservasi, Alur Pelayaran.

Dengan demikian, secara fungsional kawasan BWK II merupakan kawasan integrasi

daratan dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan yang ada.

C. Bagian Wilayah Kota III (BWK III)

Page 7: BAB III Isue Strategis

BWK III adalah Kelurahan Bontang Lestari (Kecamatan Bontang Selatan). BWK III dengan

kegiatan utama adalah pusat pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat

kegiatan olahraga. Kegiatan pendukung di BWK III ini adalah Permukiman, Perikanan,

Pariwisata, Bandara, Kawasan Lindung, Alur Pelayaran. Secara fungsional, kawasan BWK

III merupakan kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan

yang ada.

Pembagian wilayah Kota Bontang menurut skala pelayanan untuk bidang kesehatan

memerlukan fasilitas pelayanan dalam rangka peningkatan akses terhadap pelayanan

kesehatan oleh masyarakat. Kedepan khusus untuk Kecamatan Bontang Utara terutama

dikelurahan Guntung/Bontang Kuala diperlukan penambahan fasilitas kesehatan untuk

mengantisipasi pertumbuhan penduduk serta kegiatan industri strategis serta menunjang

keberadaan pelabuhan skala nasional. Kelurahan Bontang Lestari merupakan daerah BWK

III pada area ini pada tahun 2011 dibangun Puskesmas untuk mengantisipasi pertumbuhan

penduduk di daerah tersebut mengingat telah menjadi pusat pemerintahan, fasilitas kantor,

dan pelayanan publik lainnya.

c. Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan limbah yang ada saat ini di Kota Bontang masih mengandalkan sistem

pengelolaan individual tiap rumah tangga melalui prasarana septick tank dan sumur

resapan. Beberapa juga mengalirkan air limbah ke saluran drainase kota. Tidak ada

data yang jelas mengenai jumlah prasarana limbah yang ada. Tetapi diperkirakan

setiap rumah tangga telah dilengkapi septick tank, tetapi tidak semua dilengkapi

dengan sumur resapan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor : 17/PRT/M2009, tentang

Pedoman Penyusunan Recana Tata Ruang Wilayah Kota, sistem pengelolaan air limbah

kota meliputi sistem pembuangan yang terdiri atas sistem pembuangan air limbah

(seawage) termasuk sistem pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) dan

sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage) baik individu maupun komunal.

Page 8: BAB III Isue Strategis

Rencana pengembangan prasarana pengolahan air limbah di Kota Bontang

diprioritaskan pada pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage)

individu dan komunal. Pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga

(sewerage) individu dikembangkan pada perumahan yang sudah ada, sedangkan

pengembangan sistem pembuangan air rumah tangga (sewerage) komunal

dikembangkan pada kawasan perumahan yang akan dikembangkan dan kawasan

perumahan di atas air di Bontang Kuala, Selangan, Tihi-Tihi, Gusum, dan Melahing.

Didaerah pantai tersebut rencana akan dilakukan pembinaan sekaligus pembangunan

percontohan sistem pembuangan komunal untuk upaya percepatan pemukiman sehat

dalam rangka pencapaian MDG’S.

Rencana Pengembangan Instalasi Pengalolahan Limbah (IPAL) dalam hal ini pengolahan

Lumpur Tinja akan dilakukan di kawasan Bontang Lestari. Untuk air limbah yang

mengandung B3, setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3 harus mengembangkan

instalasi air limbahnya sebelum masuk ke jaringan air buangan kota.

Semua fasilitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas, Fasilitas Pelayanan

kesehatan swasta, laboratorium kesehatan daerah wajib memiliki Instalasi Pengelolaan

Air Limbah. Untuk itu dilakukan pengawasan terhadap fasilitas kesehatan terutama

terkait dengan pemberian ijin operasional dalam rangka pengendalian dan pemantauan

pembuangan air limbah dan bahan berbahaya. Jika tidak sesuai maka tidak akan

dikeluarkan ijin sampai persyaratan terpenuhi.

Pengelolaan air limbah baik rumah tangga, sarana kesehatan akan mengikuti pola

rencana pengelolaan pengembangan Sistem Air Limbah yang dibuat oleh Pemerintah

Kota Bontang

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

Pengembangan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar

rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Dengan

memperhatikan evaluasi kondisi saat ini dan analisis serta prediksi terhadap pelaksanaan

Page 9: BAB III Isue Strategis

tupoksi Puskesmas Bontang Utara kedepan, maka beberapa isu strategis yang harus

menjadi perhatian untuk lima tahuan kedepan adalah :

1. Revitalisasi fungsi Puskesmas

Puskesmas adalah merupakan pelayanan dasar/pelayanan kesehatan pratama di

wilayah kerja. Pelayanan kesehatan di puskesmas sangat penting karena dapat

memberikan pertolongan pertama setiap masyarakat yang mengalami masalah

kesehatan. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No.128 tahun 2004 tentang Kebijakan

Dasar Puskesmas. Masyarakatpun mengharapkan keberadaan pelayanan kembali di

Puskesmas.

2. Peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan kesehatanPembangunan kesehatan tetap difokuskan pada upaya promotif dan preventif dengan

mengutamakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan perilaku hidup

sehat. Peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau penyelenggara

pembangunan kesehatan perlu semakin dimantapkan. Meningkatkan peran upaya

kesehatan bersumberdaya masyarakat, penguatan advocasi serta menerapkan promosi

kesehatan yang efektif.

3. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi seluruh masyarakat selain

didukung dengan kemudahan akses juga kualitas pelayanan. Meningkatnya kebutuhan

dan tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan mendorong penyediaan sarana &

Prasarana kesehatan yang berkualitas yang didukung oleh sumber daya manusia yang

professional. Disamping itu diperlukan pengembangan regulasi sector kesehatan guna

meningkatan peran dan fungsi organisasi dinas sebagai regulator bidang kesehatan.

Pengembangan regulasi dioptimalkan untuk menjamin masyarakat akan akses

pelayanan yang berkualitas serta perlindungan terhadap masyarakat sebagai pengguna

dan tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Masyarakat berhak

mendapatkan jaminan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,

disamping itu diperlukan pengembangan prosedur standar untuk peningkatan kualitas

Page 10: BAB III Isue Strategis

layanan termasuk layanan pada level manajemen dalam organisasi pelayanan

kesehatan.

4. Meningkatkan kemitraan intra dan lintas sektoral serta antar wilayahMembangun jejaring kerjasama lintas sector yang mendukung pembangunan kesehatan

termasuk pembangunan berwawasan kesehatan melalui peningkatan kemampuan

advokasi pembangunan kesehatan kepada stakeholder, memantapkan forum

komunikasi lintas sector dan mengembangkan kesepakatan-kesepakatan bersama untuk

mensukseskan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, memantapkan sistem

manajerial dalam sinkronisasi perencanaan kebijakan, program dan anggaran serta

koordinasi dan integrasi lintas sector, sinkronisasi peran swasta dan masyarakat dalam

pembangunan kesehatan daerah semakin dioptimalkan sesuai dengan sistem

kesehatan daerah. Penggalian sumber-sumber pembiayaan kesehatan melalui

peningkatan upaya koordinasi dengan pihak terkait, termasuk program kesehatan yang

memerlukan koordinasi lintas wilayah semakin ditingkatkan

5. Meningkatkan sumber daya kesehatanPemenuhan sumber daya kesehatan yang meliputi infrastruktur sarana dan prasarana

kesehatan, Sumber daya manusia serta pembiayaan kesehatan guna peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan.

Dibidang Sarana dan Prasarana melalui penyediaan infrastruktur dan sarana baik pada

semua UPTD sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta terpenuhinya

kecukupan obat sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang mendukung

pembangunan kesehatan. Dibidang SDM dilakukan melalui pengelolaan manajemen

sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan tenaga berdasarkan kebutuhan,

penempatan yang disesuaikan dengan pendidikan dan kompetensi, peningkatan

profesionalisme melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan baik struktural,

manajerial dan fungsional, untuk meningkatkan kompetensi sesuai profesi, guna

menjamin peningkatan kualitas kinerja pelayanan di unit-unit pelayanan kesehatan

termasuk ditingkat menajemen .

Page 11: BAB III Isue Strategis

Pada Bidang pembiayaan kesehatan dilakukan mobilisasi sumber pembiayaan dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan bantuan luar

negeri sangat diperlukan untuk memenuhi ketersediaan sumber daya dan menjaga

keberlangsungan (sustainability) pembiayaan kesehatan. Dan dimanfaatkan sesuai

dengan asas keadilan.

6. Wilayah kerja puskesmas yang bertambah luas

Dengan bertambahnya wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara akan berpengaruh terhadap

dampak pelayanan kesehatan diwilayah kerja sehingga dibutuhkan keseimbangan SDM yang

professional untuk melaksanakan semua pelayanan kesehatan sesuai dengan program yang

telah ditetapkan, dan dapat memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan serta tuntutsn

masyarakat