BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Tari Bondan...

download BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Tari Bondan Surakartaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709053_bab3.pdf · anak-anak usia 6-7 tahun melalui cerita bergambar. ... dewasa pada yang lebih

If you can't read please download the document

Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Tari Bondan...

  • 44

    BAB III IDENTIFIKASI DATA

    A. Tari Bondan Surakarta

    Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisional dari Surakarta.

    Banyaknya budaya asing yang masuk tentu berdampak pada eksistensi Tari

    Bondan yang masih ada tetapi tidak begitu diminati dibandingkan dengan tarian

    modern. Dari latar belakang yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis

    berusaha untuk mengenalkan nilai yang terkandung dalam Tarian Bondan pada

    anak-anak usia 6-7 tahun melalui cerita bergambar. Berikut akan diuraikan hasil

    wawancara tentang Tari Bondan dan hasil observasi di Sanggar Tari Soerya

    Soemirat.

    Narasumber dalam wawancara ini adalah Ibu Ninik Mulyani Sutrangi,

    beliau merupakan putri pertama dari Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo)

    yang merupakan pencipta berbagai macam tari tradisional, salah satunya Tari

    Bondan Kendhi. Ibu Ninik Sutrangi lahir di Surakarta tanggal 7 Juli 1958 dan saat

    ini masih aktif sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta.

    1. Sejarah dan Perkembangan Tari Bondan

    Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisi dari Surakarta. Pencipta

    Tari Bondan Kendhi adalah Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo), tari ini

    diciptakan sekitar tahun 1960an. Bapak S. Maridi adalah seorang seniman tari

    yang juga pernah mengajar di STSI Surakarta, selain itu beliau juga kerap kali

    tampil dalam acara-acara bergengsi di dunia tari luar negeri. Banyak sekali

    karya-karya seni tari yang beliau ciptakan antara lain Tari Karonsih, Tari

  • 45

    Ekaprawira, Tari Kukila, Tari Manipuri, Tari Lutung dan lain sebagainya,

    serta salah satunya yaitu Tari Bondan. Nama Bondan sendiri sebetulnya telah

    ada dari sebelum Bapak S. Maridi menciptakan Tari Bondan Kendhi, yaitu

    berasal dari nama pencipta terdahulu. Selain Tari Bondan Kendhi ada juga

    versi tarian lain yaitu Tari Bondan Tani, yang merupakan hasil karya gubahan

    Bapak Ngaliman. Bapak S. Ngaliman Condropangrawit juga seorang seniman

    tari yang mengawali debutnya pada tahun 1935, baik sebagai penari, guru,

    maupun penata tari. Beberapa karya yang diciptakan Bapak Ngaliman antara

    lain Tari Prawiroguno, Tari Kridowarastro, Tari Batik, Tari Retno Tinanding,

    dan masih banyak lagi. Beberapa karya gubahan inovasinya yaitu Tari

    Gambyong Pareanom, Tari Srimpi Manggolo Retno, dan lain-lain, salah

    satunya juga Tari Bondan Tani.

    Pada zaman dahulu tugas dari perempuan Jawa khususnya seorang ibu

    adalah mengerjakan urusan rumah tangga dan juga merawat anak-anaknya,

    sedangkan bagi kakak perempuan (mbakyu) akan membantu orang tuanya

    sambil mengasuh adiknya. Tari Bondan sendiri memang terinspirasi dari

    kegiatan keseharian perempuan Jawa zaman dulu. Secara umum Tari Bondan

    ini menggambarkan keadaan seorang ibu yang mengasuh anaknya maupun

    seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi) sambil

    mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

    Tari Bondan ini berkembang dengan berbagai versi, ada yang memakai

    kendhi ada yang tidak memakai kendhi (sebagai gantinya pada saat gerakan

    lumaksono lembehan atau berjalan dengan kendhi bisa menggunakan sampur).

    Penggunaan kendhi ini disesuaikan dengan keterampilan penarinya, apakah

  • 46

    penari cukup mudah menangkap gerakan-gerakan dari Tari Bondan serta

    apakah terampil dan mempunyai keseimbangan yang baik saat naik atau

    mancik kendhi, jika tidak maka saat menari tidak menggunakan kendhi.

    Dahulu Tari Bondan biasanya ditarikan oleh satu orang, namun sekarang bisa

    ditarikan secara berkelompok.

    2. Jenis Tari Bondan

    Tari Bondan ini dibedakan menjadi Tari Bondan Kendhi dan Tari

    Bondan Tani. Ada beberapa versi Tari Bondan, pada sub bab ini akan

    diuraikan versi Tari Bondan Kendhi yang merupakan karya dari Bapak S.

    Maridi dan sedikit uraian Tari Bondan Tani karya Bapak Ngaliman.

    a. Tari Bondan Kendhi

    Pada Tari Bondan Kendhi, perlengkapan yang dibawa oleh penari,

    yaitu boneka bayi, payung, dan kendhi (untuk properti kendhi ini

    tergantung keterampilan penari, bisa menggunakan atau tidak

    menggunakan kendhi). Sedangkan ragam tarinya yaitu ragam tari merawat

    bayi dan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian. Pada ragam tari

    merawat bayi, dimulai dari memandikan bayi, menimang-nimang atau

    meninabobokan, dan menghibur atau ngliling (ngleledung) bayi. Lalu

    untuk ragam tari yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga,

    digambarkan dari gerakan mencuci dan menjemur pakaian. Seperti

    wajarnya seorang wanita, dalam Tari Bondan Kendhi juga ada ragam tari

    ngilo (ngilo bisa diartikan berdandan atau berhias) pada waktu naik di atas

    kendhi. Lalu ada pula gerakan di mana si penari memainkan payungnya.

    Kemudian zaman dulu pada akhir gerakan Tari Bondan, kendhi akan

  • 47

    dipecah. Kendhi dipecah ini ibaratnya seperti untuk menghilangkan

    kesedihan, melupakan kejadian buruk yang menimpa atau di dalam

    kepercayaan orang Jawa zaman dulu kendhi ini menjadi simbol doa,

    berharap dalam pelaksaan tariannya lancar tidak ada halangan.

    b. Tari Bondan Tani

    Sedangkan dalam Tari Bondan Tani ada sedikit perbedaan dengan

    Bondan Kendhi. Pada Tari Bondan Tani ini, para penarinya membawa

    perlengkapan berupa bakul, caping, ani-ani dan boneka bayi tanpa

    membawa kendhi dan payung. Untuk kostumnya, para penari

    menggunakan kebaya lengan panjang (kebaya lurik). Pada permulaan Tari

    Bondan Tani ada ragam gerakan bertani atau menggarap sawah.

    Gerakannya antara lain menebar benih, menanam benih, memanen benih,

    menumbuk padi dan lain sebagainya layaknya seorang petani yang

    menggarap sawah hingga memanen padi. Kemudian pakaian kebaya

    lengan panjang dilepas, hingga terlihat pakaian seperti kostum pada Tari

    Bondan biasanya. Dilanjutkan dengan ragam gerakan merawat bayi seperti

    pada Tari Bondan Kendhi.

    3. Nilai Penggambaran Tari Bondan

    Makna atau penggambaran yang terkandung dalam Tari Bondan intinya

    sama baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani, yaitu seorang ibu yang

    merawat (mengasuh) anaknya yang masih kecil atau bisa juga seorang kakak

    yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi). Pada Tari Bondan Kendhi

    seorang ibu mengasuh anaknya atau kakak mengasuh adiknya sambil

    mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, sedangkan dalam

  • 48

    Bondan Tani pekerjaan yang dilakukan adalah bertani atau menggarap sawah.

    Dalam Tari Bondan, tidak hanya asal gerakan merawat bayi sambil melakukan

    pekerjaan rumah maupun menggarap sawah, tetapi komunikasi antara ibu

    dengan anaknya maupun kakak dengan adiknya ini sangatlah penting. Karena

    nilai di balik penggambaran seorang ibu yang merawat anaknya atau kakak

    yang mengasuh adiknya adalah nilai kasih sayang dari seseorang yang lebih

    dewasa pada yang lebih muda (dalam hal ini, kasih sayang ibu pada anaknya

    atau kasing sayang kakak pada adiknya).

    4. Ketentuan Pada Tari Bondan

    a. Jumlah Penari Tari Bondan

    Jumlah penari Tari Bondan tidak ada ketentuan khusus, bisa

    ditarikan oleh penari tunggal, bisa juga ditarikan secara berkelompok.

    Zaman dahulu anak menarikannya sendirian kemudian semakin

    berkembang menjadi cukup banyak anak yang menarikannya, sehingga

    bentuk komposisinya pun bisa dibuat bervariasi.

    b. Kostum atau Pakaian untuk Penari Tari Bondan

    Kostum atau pakaian untuk Tari Bondan ada beberapa macam.

    Untuk Tari Bondan Kendhi kostumnya bisa dua variasi dan untuk Tari

    Bondan Tani pun kostumnya juga berbeda :

    1) Kostum atau pakaian pertama seperti perempuan Jawa zaman dulu

    yang memakai pakaian basahan dengan atasan kemben atau cindhe,

    bawahannya menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur

    (selendang untuk menari), menggunakan sabuk bagian tengahnya

    diberi muk. Lalu bagian rambutnya disanggul menggunakan gelung

  • 49

    atau cepol dengan hiasan cundhuk mentul dan cundhuk jungkat.

    Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting atau ceplik.

    Gambar 1. Kostum Tari Bondan Kendhi (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)

    2) Kostum atau pakaian Tari Bondan yang menggunakan jamang (hiasan

    kepala yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau) dan sumping (hiasan

    yang digunakan di telinga bersamaan dengan penggunaan jamang),

    baju atasannya barupa baju kutang (baju yang bentuknya seperti

    rompi) dengan aksesoris klat bahu (aksesoris dalam pakaian tari yang

    diikatkan pada lengan), bawahan menggunakan jarik, lalu

    menggunakan sampur untuk menari, bagian pinggang diikatkan sabuk

    dan muk. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting

    (ceplik).

  • 50

    Gambar 2. Kostum Tari Bondan dengan jamang dan baju kutang (Sumber : https://celoteh4ti.wordpress.com, diakses pada 7 Oktober 2015)

    3) Kostum untuk Tari Bondan Tani, pada awalnya menggunakan kebaya

    lengan panjang atau kebaya lurik untuk atasan. Bawahannya

    menggunakan jarik, lalu bagian dalam baju kebaya memakai kemben

    seperti pada Tari Bondan Kendhi. Sampur atau selendang digunakan

    untuk menggendong bakul. Rambutnya disanggul lalu mengenakan

    caping. Perhiasan yang digunakan juga sama gelang, kalung, dan

    anting.

  • 51

    Gambar 3. Kostum Tari Bondan Tani (kebaya lurik dan jarik) (Sumber : www.online-instagram.com, diakses pada 8 Oktober 2015)

    c. Properti atau Perlengkapan Tari Bondan

    Properti atau perlengkapan dalam Tari Bondan ada beberapa macam.

    Pada Tari Bondan Kendhi, properti yang dibawa antara lain boneka bayi,

    payung, dan kendhi.

    1) Kendhi

    Kendhi adalah tempat (wadah) air minum yang terbuat dari

    tanah liat, bentuknya seperti buah labu dengan leher sebagai pegangan

    dan corot atau lubang untuk minum yang terletak di samping. Properti

    kendhi ini bisa digunakan atau tidaknya tergantung dari keterampilan

    penarinya. Jika penari terampil dan mempunyai keseimbangan yang

    bagus, maka bisa menggunakan kendhi. Namun dalam pementasan

    untuk lomba, biasanya properti apa saja yang digunakan akan

    ditentukan.

    http://www.online-instagram.com/

  • 52

    Gambar 4. Kendhi (tempat air minum dari tanah liat) (Sumber : tofo.me/panjimahardhika80, diakses 7 Oktober 2015)

    2) Boneka bayi

    Boneka bayi menggambarkan anak ataupun adik, di mana dalam

    tarian ini yang akan dirawat atau diemong. Boneka bayi yang

    digunakan untuk menari biasanya dibedong (kain bisa berupa

    selendang atau jarik dililitkan untuk menutupi badan bayi agar bayi

    merasa hangat).

    Gambar 5. Boneka bayi yang dibedong (Sumber : Dokumentasi pribadi, 8 Oktober 2015)

  • 53

    3) Payung

    Payung digunakan untuk perlindungan, baik dari panas matahari

    maupun dari hujan. Begitu pula dalam tarian ini, boneka bayi

    (melambangkan anak atau adik) diletakkan di bawah payung agar

    terlindung dari panas matahari, selama penari (sebagai peran ibu atau

    kakak) mencuci pakaian dan menjemur pakaian.

    Gambar 6. Payung untuk pementasan Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)

    Sedangkan pada Bondan Tani bedanya membawa bakul, caping, dan

    ani-ani (bisa menggunakan atau tidak menggunakan payung dan kendhi).

    1) Bakul

    Bakul merupakan hasil kerajinan tangan yang terbuat dari

    anyaman bambu, berfungsi sebagai wadah beras atau padi, sayur

    mayur hasil panen, penyimpan beras, dan lain sebagainya. Ukurannya

    pun bervariasi, biasanya untuk Tari Bondan Tani menggunkan bakul

    dengan ukuran yang kecil.

    2) Caping

    Caping juga merupakan hasil kerajinan tangan, berupa topi yang

    berbentuk kerucut dan bisa terbuat dari anyaman bambu, daun pandan,

    atau jenis rerumputan lain yang biasa digunakan untuk menganyam.

  • 54

    Caping biasanya dilengkapi dengan tali dagu untuk menjaga

    keseimbangan caping pada saat dikenakan agar tidak jatuh. Fungsinya

    untuk melindungi kepala dari panas matahari maupun dari air hujan,

    biasanya digunakan petani pada waktu menggarap sawah.

    Gambar 7. Bakul dan Caping (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)

    3) Ani-ani (Ketam)

    Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang digunakan

    untuk memanen padi. Dengan menggunakan ani-ani batang padi

    dipotong satu-satu sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut

    terpotong, namun memang akan memakan banyak waktu. Dalam Tari

    Bondan Tani bisa menggunakan ataupun tidak menggunakan ani-ani.

    Jika membawa biasanya akan diselipkan di rambut.

    Gambar 8. Ani-ani atau Ketam (Sumber : www.kdpbiz.com, diakses pada 9 Oktober 2015)

    http://www.kdpbiz.com/

  • 55

    d. Pementasan Tari Bondan

    Tari Bondan, baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani bisa

    dipentaskan pada event-event budaya, bisa juga pada acara hajatan, dan

    kegiatan lomba misalnya lomba dalam rangka PORSENI (Pekan Olah

    Raga dan Seni), maupun dalam acara lainnya. Dalam pertunjukan, Tari

    Bondan bisa ditarikan oleh penari tunggal maupun secara berkelompok

    (penari masal). Sedangkan pementasan dalam kegiatan lomba biasanya

    hanya satu penari. Pada acara hajatan pun juga bisa dipentaskan Tari

    Bondan, jenis tariannya tergantung permintaan dari orang yang

    mempunyai acara hajatan.

    5. Ragam Gerakan Tari Bondan

    Inti dari gerakan Tari Bondan telah dijelaskan sebelumnya yaitu

    penggambaran seorang ibu maupun kakak yang mengasuh adiknya sambil

    mengerjakan pekerjaan rumah atau pada Bondan Tani sambil menggarap

    sawah. Berikut urutan ragam gerakan Tari Bondan Kendhi :

    a. Lumaksono Lembehan

    Lumaksono lembehan maksudnya adalah berjalan sambil

    menggerakkan tangan kanan. Jika dalam Tari Bondan berjalan sambil

    menggerakkan kendhi yang dipegang tangan kanan, jika tidak memakai

    kendhi sambil menggerakkan sampur.

  • 56

    Gambar 9. Lumaksono Lembehan Pada Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    b. Lenggah

    Setelah gerakan lumaksono lembehan, penari lenggah atau duduk

    dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan,

    sehingga posisinya menduduki kaki kanan.

    Gambar 10. Posisi Lenggah (Sindet Kiri) atau Duduk (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    c. Meletakkan Kendhi

    Dari posisi lenggah atau duduk, kemudian penari meletakkan kendhi,

    posisinya tepat di tengah depan penari. Setelah kendi diletakkan, penari

    melakukan gerakan pacak gulu yaitu menggerakkan leher ke kiri dan ke

  • 57

    kanan pandangan mengarah ke bayi, sambil menunggu iringan tepat untuk

    gerakan selanjutnya.

    Gambar 11. Posisi Meletakkan Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    Gambar 12. Pacak Gulu (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    d. Meletakkan Payung

    Setelah meletakkan kendhi dan pacak gulu, penari meletakkan

    payung di sebelah kanan kendhi posisinya sedikit serong kanan.

  • 58

    Gambar 13. Posisi Duduk dan Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    e. Meletakkan Boneka Bayi

    Setelah payung diletakkan, penari meletakkan boneka bayi dengan

    hati-hati. Posisinya di antara kendhi dan payung, lebih tepatnya berada di

    bawah teduhnya payung (karena payung berfungsi sebagai perlindungan).

    Pada waktu penari mencuci sambil menengok ke arah boneka bayi, ada

    baiknya boneka bisa terlihat oleh penari, sehingga gambaran komunikasi

    antara ibu dengan anak bisa terlihat. Dalam meletakkan properti-properti

    dalam Tari Bondan ini tidak boleh asal meletakkan, tapi tetap mengandung

    seni.

    Gambar 14. Posisi Meletakkan Boneka Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 59

    f. Enjer (Lumaksono Pecak Miring)

    Enjer (Lumaksono Pecak Miring) yaitu penari berjalan miring atau

    berjalan ke samping kanan dan ke samping kiri, tangannya secara

    bergantian satu di tekuk dan satunya direntangkan sambil menggunakan

    sampur.

    Gambar 15. Enjer atau Lumaksono Pecak Miring (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    g. Minggah Kendhi atau Mancik Kendhi

    Setelah gerakan enjer (berjalan ke samping), terakhir ke samping

    kanan, menyibakkan sampur ke belakang (seblak) lalu naik ke atas kendhi

    Gambar 16. Minggah (Mancik) Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 60

    h. Ogek Tawing

    Gerakan pertama yang dilakukan saat menari di atas kendhi adalah

    ogek tawing, yaitu lengan kiri ditekuk, telapak tangan ngryung (ngruji),

    posisi tangan di depan dada, tangan kanan ngiting posisinya di sekitar

    pinggang.

    Gambar 17. Ogek Tawing (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    i. Ulap-ulap

    Gerakan setelah ogek tawing yaitu ulap-ulap, posisi penari masih

    menari di atas kendhi. Tangan kiri diposisikan di depan dahi kiri, hampir

    seperti orang hormat tetapi memakai tangan kiri, tangan kanan ngiting dan

    posisinya di sekitar pinggang.

    Gambar 18. Ulap-ulap (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 61

    j. Entragan

    Entragan sebagai peralihan, penari menggerakkan tangan kanan dan

    kiri (pentangan atau tumpang tali) bergantian sambil miwir sampur kiri

    lalu disibakkan (seblak), badan sambil digerakkan naik turun (entragan).

    Gambar 19. Entragan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    k. Ngilo Asta

    Gerakan menari di atas kendhi selanjutnya yaitu ngilo asta

    (menggambarkan bercermin), kedua telapak tangan disilangkan dan

    dihadapkan ke wajah si penari.

    Gambar 20. Ngilo Asta (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 62

    l. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping

    Gerakan setelah ngilo asta yaitu merentangkan kedua tangan ke

    samping, bagian telapak tangan ngryung, tolehan kepala ke arah kiri.

    Gambar 21. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    m. Ukel Karna

    Setelah gerakan ngilo dan merentangkan tangan, sebelum turun dari

    kendhi ada gerakan ukel karna. Tangan kanan diukel dari posisi samping

    sampai ke dekat telinga.

    Gambar 22. Ukel Karna (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 63

    n. Turun dari Kendi

    Selesai menari di atas kendhi, penari perlahan turun dari kendhi

    dengan tetap menjaga keseimbangan sehingga kendhi tidak terguling dan

    penari tidak terjatuh.

    Gambar 23. Turun dari Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    o. Panggel

    Setelah turun dari kendhi, penari memposisikan tangannya seperti

    menyilang di depan, tangan kanan ngiting dan telapak tangan kiri ngryung

    setinggi pinggang.

    Gambar 24. Panggel (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 64

    p. Mengambil Payung

    Setelah turun dari kendhi dan gerakan panggel, lalu penari

    menunduk untuk mengambil payung dengan tangan kanan, telapak tangan

    kiri ngryung.

    Gambar 25. Mengambil Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    q. Lumaksono Lembehan dengan Payung

    Setelah payung diambil, penari berjalan memutari kendhi dan boneka

    bayi sambil menggerakkan tangan kanan yang membawa payung

    (lumaksono lembehan).

    Gambar 26. Lumaksono Lembehan dengan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

  • 65

    r. Laku Telu (payung di tangan kanan)

    Setelah berjalan (lumaksono lembehan) dengan payung, penari

    berjalan tiga langkah-tiga langkah (laku telu) mengikuti iringan, sambil

    memainkan payungnya.

    Gambar 27. Laku Telu (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    s. Magak

    Penari masih membawa payung di tangan kanan, lengan kiri

    direntangkan ke samping, bagian telapak tangan ngryung.

    Gambar 28. Magak (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    t. Kawilan (sambil putar payung)

    Dari posisi magak, lalu penari melakukan gerakan kawilan sambil

    memutar-mutar payung, jika tanpa payung bisa menggunakan sampur.

  • 66

    Gambar 29. Kawilan (Sambil Memutar Payung) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    u. Jengkeng (Duduk) Meletakkan Payung

    Selesai dengan gerakan tari sambil memainkan payung, penari

    kemudian duduk (jengkeng) sambil meletakkan payung.

    Gambar 30. Duduk (Jengkeng) Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    v. Mengambil Bayi

    Gerakan selanjutnya, penari mengambil boneka bayi dibawa

    (dibopong) dengan tangan kiri, posisi penari masih duduk.

  • 67

    Gambar 31. Mengambil Boneka Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    w. Memandikan Bayi

    Penari melakukan gerakan seperti memandikan bayi menggunakan

    tangan kanan, tangan kiri membawa boneka bayi, dan posisi penari masih

    duduk. Arah pandangan mengikuti gerak tangan kanan.

    Gambar 32. Memandikan Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    x. Meletakkan Bayi

    Selesai gerakan memandikan bayi, lalu boneka bayi diletakkan ke

    tempat semula.

  • 68

    Gambar 33. Meletakkan Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    y. Kenser ke Kanan (Arah Badan Pojok Kanan)

    Setelah meletakkan bayi, penari berdiri memposisikan badannya ke

    arah pojok kanan, lalu kenser sambil mementangkan lengan kanan, telapak

    tangan ngryung.

    Gambar 34. Kenser (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    z. Mencuci Pakaian

    Penari duduk (jengkeng) menari seperti gerakan mencuci baju,

    sambil sesekali menengok ke arah bayi yang menggambarkan komunikasi

    antara Ibu atau kakak dengan anak atau adik.

  • 69

    Gambar 35. Mencuci Baju (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    aa. Menjemur Pakaian

    Dari gerakan mencuci baju, kemudian penari berdiri sambil

    mengibaskan sampur ke depan atas seperti gerakan menjemur pakaian,

    kaki kenser ke kanan sedikit demi sedikit

    . Gambar 36. Menjemur Pakaian (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    bb. Magak

    Setelah gerakan menjemur pakaian sambil kenser ke kanan, lengan

    kiri direntangkan ke samping, telapak tangan kiri sambil mememgang

    ujung sampur.

  • 70

    Gambar 37. Magak (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    cc. Gajah Ngoling

    Dari posisi magak penari menggunakan sampur di tangan kanan

    seperti berjalan (lumaksono lembehan), sedangkan sampur di tangan kiri

    dibawa ke pundak kiri, ujung sampur diapit dengan jari tangan kiri,

    telapak tangan kiri ngryung, kemudian berjalan (gajah ngoling).

    Gambar 38. Gajah Ngoling (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    dd. Srisig

    Selesai gerakan gajah ngoling, lalu penari srisik (berjalan dengan

    kaki sedikit jinjit dengan tempo yang cepat memutari kendhi, boneka dan

    payung, tangan memegang sampur.

  • 71

    Gambar 39. Srisig (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    ee. Lenggah

    Setelah srisig memutari payung, boneka bayi, dan kendhi, penari

    lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada

    kaki kanan, menduduki kaki kanan.

    Gambar 40. Lenggah (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    ff. Menghibur (Ngliling atau Ngleledong) Bayi

    Pada saat posisi duduk, penari bertepuk tangan diarahkan ke boneka

    bayi sesuai nyanyian pada iringan, menggambarkan saat ibu atau kakak

    menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi.

  • 72

    Gambar 41. Menghibur (Nglilling atau Ngleledong) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    gg. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium)

    Setelah gerakan menghibur bayi (seperti bertepuk tangan), lalu

    penari menggendong boneka bayi sambil dicium. Posisi penari dari duduk

    perlahan-lahan berdiri.

    Gambar 42. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    hh. Menimang-nimang Bayi

    Penari berdiri sambil menggendong boneka bayi, berjalan sambil

    menimang-nimang boneka bayi, pandangan penari mengarah ke boneka

    bayi sebagai gambaran komunikasi antara ibu dengan anak atau kakak

    dengan adiknya.

  • 73

    Gambar 43. Menimang-nimang Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    ii. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi

    Dari gerakan menimang-nimang bayi, kemudian srisig, lalu kembali

    duduk seperti posisi permulaan, kemudian menggendong boneka bayi

    dengan sampur.

    Gambar 44. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    jj. Mengambil Payung

    Setelah boneka bayi digendong. Selanjutnya penari mengambil

    payung, diposisikan seperti permulaan penari akan menarikan Tari

    Bondan.

  • 74

    Gambar 45. Mengambil Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    kk. Mengambil Kendhi

    Sebelum berdiri, terakhir penari mengambil kendhi diposisikan juga

    seperti permulaan, lalu duduk sambil menunggu iringan untuk berdiri.

    Gambar 46. Mengambil Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    ll. Berdiri, Lumaksono Lembehan Kanan

    Pada saat sikap duduk sudah seperti pada permulaan tari, penari telah

    membawa boneka bayi, payung, dan kendhi kemudian berdiri dan berjalan

    sambil menggerakkan kendhi (lumaksono lembehan), sama seperti berjalan

    di awal menari namun arah berjalannya ke kanan.

  • 75

    Gambar 47. Berdiri Lumaksono Lembehan Kanan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    mm. Srisig Kanan, Masuk

    Dari gerakan berjalan (lumaksono lembehan), terakhir penari srisig

    ke kanan dan masuk ke dalam (keluar dari arena pertunjukan).

    Gambar 48. Srisig Kanan, Masuk (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

    6. Perkembangan Tari Bondan

    Perkembangan Tari Bondan dari zaman dulu hingga sekarang yang bisa

    diamati adalah dari susunan ragam gerakannya. Sama-sama Tari Bondan,

    tetapi dari susunannya berbeda tergantung susunan dari penciptanya. Bapak S.

    Maridi pun tidak hanya menghasilkan satu susunan ragam Tari Bondan,

    gendhing atau iringannya juga beberapa kali direkam sesuai dengan susunan

    atau urutan gerakannya. Sehingga Tari Bondan ini ada berbagai variasi

  • 76

    gerakan. Misalnya saja pada waktu penari naik di atas kendhi, ada yang

    susunan yang hanya gerakan ngilo asta, ada juga yang menggunakan gerakan

    pidian (alisan). Ada pula variasi gerakan lain pada waktu memainkan payung,

    ada yang menari sambil memainkan payung di bawah, ada pula yang

    memainkan payungnya di atas kendhi. Hal tersebut juga tergantung

    kemampuan penari, apakah terampil dan punya keseimbangan bagus saat naik

    (mancik) kendhi. Kemudian pada gerakan menghibur (ngliling atau

    ngleledong) bayi bisa sambil duduk lalu menari seperti gerakan bertepuk

    tangan yang diarahkan untuk menghibur bayinya. Ada variasi lain yaitu bayi

    digendong, kemudian penari tangannya menunjuk seolah memperlihatkan

    pada anaknya, ada burung di sebelah sana. Dalam iringannya pun juga ada

    perbedaan, untuk peran ibu atau peran sebagai kakak. Jika peran penari

    sebagai ibu maka dalam iringannya bayi dinyanyikan dengan kata anak.

    Sedangkan untuk peran kakak perempuan (mbakyu) kata anak diganti

    dengan kata adhi (adik).

    Ada pula perkembangan dalam jumlah penarinya, jika zaman dahulu Tari

    Bondan dibawakan oleh penari tunggal, sekarang berkembang tidak selalu

    dibawakan oleh satu orang penari saja tetapi bisa dibawakan secara

    berkelompok (penari massal). Dalam acara atau kegiatan lomba biasanya

    dibawakan satu persatu, untuk memudahkan penilaian juri. Sedangkan dalam

    acara-acara bertemakan budaya atau daam rangka memperingati salah satu

    hari nasional, Tari Bondan bisa dibawakan secara berkelompok.

  • 77

    7. Eksistensi Tari Bondan di Surakarta

    Sampai saat ini sebetulnya Tari Bondan masih tetap eksis di Surakarta.

    Hanya saja dikalangan anak-anak belum terlalu banyak peminatnya. Jika

    dibandingkan dengan anak-anak se-Surakarta mungkin hanya sebagian kecil

    saja yang belajar Tari Bondan maupun tari tradisional lainnya, mengingat

    banyak sekali bentuk tarian modern yang berkembang. Apabila di Kota

    Surakarta tidak ada event-event kebudayaan, maka untuk bisa menyaksikan

    pertunjukkan Tari Bondan tentunya sangat jarang, kecuali jika ada pementasan

    dalam rangka kegiatan lomba.

    Dari keterangan salah seorang pelatih tari di Sanggar Tari Soerya

    Soemirat, yaitu Ibu Kurniati yang juga mantan pengajar di Jurusan Seni Tari

    ISI Surakarta bahwa jika pemerintah Surakarta tidak mulai menggerakkan

    masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak untuk mengenal kebudayaan

    Indonesia melalui acara-acara kebudayaan, akan sangat mungkin jika bangsa

    Indonesia lupa atau bahkan kehilangan beragam kebudayaan yang dimiliki.

    Menurut pengalaman beliau mengajar seni tari, ada banyak mahasiswanya

    yang berasal dari luar negeri sangat mengapresiasi beragam bentuk tarian

    tradisional yang dimiliki Indonesia, bahkan banyak dari mereka yang justru

    mempunyai dokumentasi lebih bagus dan lebih lengkap dari dokumentasi

    yang dimiliki oleh orang Indonesia sendiri (secara umum).

  • 78

    B. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

    Dalam perancangan konsep ini Tiga Serangkai Pustaka Mandiri berlaku

    sebagai publisher yang direncanakan sebagai penerbit buku cerita bergambar

    untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun.

    1. Profil PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta

    Tiga Serangkai merupakan salah satu penerbit buku, khususnya buku

    pelajaran dan pengetahuan serta buku-buku umum yang berdiri sejak 28

    September 1958.

    a. Alamat : Jl. Dr. Supomo No. 23 Solo 57141 Surakarta

    b. Telepon : (0271)714344

    c. Fax : (0271) 713607

    d. Website : www.tigaserangkai.co.id

    e. E-mail : [email protected]

    2. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi dari General Book Departement di PT. Tiga

    Serangkai Pustaka Mandiri adalah sebagai berikut :

    http://www.tigaserangkai.co.id/mailto:[email protected]

  • 79

    Bagan 2. Struktur Organisasai General Book Departement di TS Surakarta

    3. Prosedur Publikasi ke Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

    PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri mempunyai prosedur dalam

    menenerbitkan sebuah buku. Alur untuk publikasi ke TS dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Bagan 3. Alur Publikasi ke Tiga Serangkai

    Ilustrator

    Layouter

    Desainer Religi Editor Popular Editor Religi Editor

    Publishing Manager

    C & T Editor Officer

    Popular Editor Officer

    Religi Editor Officer

    Art Creative Supervisor

    Proof Reader Traffic ADM

    Naskah (Penulis/ Pengarang)

    Review/ Evaluasi (Bagian Editor)

    Presentasi (Marketing, Sales, Promo)

    Naskah ditolak

    Naskah diterima

    Naskah diterima dengan catatan

    Proses Editing (Ilustrasi, Tipografi,

    Layout dll)

    Koreksi, Revisi, Siap Cetak

  • 80

    Naskah dari penulis atau pengarang masuk ke Tiga Serangkai, di review

    atau evaluasi oleh bagian editor apakah naskah tersebut layak atau tidak. Jika

    naskah tidak layak akan dikembalikan pada penulis. Sedangkan naskah yang

    layak akan masuk ke tahapan selanjutnya. Dari awal naskah masuk ke Tiga

    Serangkai, jangka waktu pemberitahuan kepada penulis apakah naskah

    tersebut layak atau tidak yaitu 3 bulan. Jika naskah tersebut layak maka akan

    dipresentasikan dihadapan Marketing, Sales, dan Promosi, karena bagian

    tersebut yang mengetahui lebih dalam tentang kondisi pasar. Setelah tahap

    presentasi, akan diputuskan naskah tersebut diterima, diterima dengan catatan,

    atau ditolak. Jika naskah diterima, selanjutnya akan masuk proses editing

    mulai dari pembuatan ilustrasi, tipografi, penataan layout, cover, dan

    sebagainya kemudian dikoreksi, direvisi, sampai siap cetak. Jika naskah

    diterima dengan catatan, maka akan diolah kembali oleh bagian editor

    kemudian melalui tahap presentasi lagi untuk menentukan apakah naskah

    tersebut bisa lanjut ke tahap selanjutnya ataukah akan ditolak. Sedangkan

    naskah yang telah dipresentasikan namun ditolak akan dikembalikan kepada

    penulis. Naskah yang telah diproses dan siap cetak, waktu penerbitannya pun

    tidak selalu dalam jangka waktu dekat. Buku yang telah jadi, waktu terbitnya

    tergantung bagaimana kondisi pasar dan disesuaikan dengan momen yang

    sedang marak di masyarakat, misalnya saat momen bulan puasa, awal masuk

    sekolah, dan sebagainya.

  • 81

    4. Ketentuan Buku Cerita Anak di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

    Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, mempunyai beberapa

    ketentuan dalam pembuatan buku cerita anak. Kententuannya adalah sebagai

    berikut :

    a. Ukuran Buku Cerita Bergambar Anak

    Ukuran untuk buku cerita anak yang ditentukan oleh Tiga Serangkai

    ada beberapa macam ukuran, antara lain :

    1) 19 cm x 24 cm

    2) 20 cm x 22,5 cm

    3) 21,5 cm x 25 cm

    4) 21 cm x 26,5 cm

    b. Jenis Kertas yang Digunakan

    Ketentuan jenis kertas untuk cover atau sampul, isi, maupun cara

    finishing untuk buku cerita bergambar untuk anak di Tiga Serangkai

    adalah sebagai berikut :

    1) Jenis Kertas Cover

    Cover atau sampul dalam buku cerita bergambar yang dikhususkan

    untuk anak, biasanya dicetak dengan kertas tebal agar lebih awet. Jenis

    kertas cover yang digunakan oleh Tiga Serangkai yaitu kertas Art

    Carton 210gr untuk produk buku cerita bergambar atau buku cerita

    anak. Sedangkan untuk buku ensiklopedia anak (big books) ada yang

    menggunakan hard cover.

  • 82

    2) Jenis Kertas Isi

    Jenis kertas untuk isi dari produk buku cerita bergambar atau buku

    cerita anak di Tiga Serangkai yaitu bisa menggunakan kertas HVS

    80gr, bisa juga kertas Art Paper 150gr, atau kertas BC.

    3) Finishing

    Finishing dalam buku cerita bergambar maupun buku cerita anak di

    Tiga Serangkai yaitu pada bagian cover atau sampul menggunakan

    laminasi doff dan beberapa bagian menggunakan spot UV (misalkan

    pada bagian judul atau gambar ilustrasi pada cover).

    c. Jumlah Halaman

    Jumlah halaman untuk buku cerita bergambar atau buku cerita anak

    di Tiga Serangkai ada ketentuan tersendiri, yaitu jumlah halaman bisa

    kelipatan 8 atau 16, misalnya 24 halaman, 32 halaman, maksimal 48

    halaman.

    d. Layout

    Layout atau tata letak ilustasi dan tulisan menyesuaikan dari naskah

    cerita, yangterpenting yaitu buku cerita bergambar atau buku cerita anak

    harus punya tingkat keterbacaan tinggi, karena targetnya untuk anak-anak

    sehingga kenyamanan membaca adalah faktor yang penting.

    1) Ilustrasi

    Ilustrasi menyesuaikan dengan naskah cerita dari penulis yang telah

    disetujui Tiga Serangkai, untuk buku anak-anak tentunya dibuat

    menarik dengan warna-warna cerah.

  • 83

    2) Tipografi

    Tipografi berkaitan dengan tulisan yang terdapat dalam buku cerita

    bergambar atau buku cerita anak, yaitu harus punya tingkat

    keterbacaan yang tinggi karena faktor kenyamanan membaca pada

    anak-anak sangatlah penting. Jenis font yang dipilih bentuknya

    sederhana, tanpa kait, dan mudah dibaca. Ukuran font khusus untuk

    anak TK-SD minimal 14 pt dan ukuran font pada bagian judul harus

    dibuat lebih besar.

    5. Sistem Royalti di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

    a. Besaran Royalti

    Royalti merupakan uang jasa yang dibayarkan penerbit kepada

    pengarang atau penulis naskah untuk setiap buku yang diterbitkan.

    Besaran royalti khusus untuk buku anak di Penerbit Tiga Serangkai yaitu

    sebesar 7% dari hasil penjualan buku yang telah dikurangi biaya produksi

    sebanyak 35%. Misalkan hasil penjualan buku 100% dikurangi 35% biaya

    produksi sehingga tinggal 65% hasil penjualan, jadi besar royalti 7% dari

    65% hasil penjualan buku.

    b. Cara Pembayaran Royalti

    Sistem pembayaran royalti di Penerbit Tiga Serangkai, yaitu

    dibayarkan dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Januari, dengan

    rentang waktu 3 bulan. Bulan Juni antara Juli-September, untuk bulan

    Januari antara Februari-April.

  • 84

    6. Distribusi Produk Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

    Produk dari Penerbit Tiga Serangkai telah tersebar ke seluruh Indonesia,

    dan penyebaran terbesarnya yaitu se-JABODETABEK. Distribusi dari

    produknya melalui pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern

    maksudnya melewati toko-toko buku besar yang tersebar di seluruh Indonesia,

    misalnya Toko Buku Gramedia, Togamas, dan lain sebagainya. Sedangkan

    pasar tradisional maksudnya buku didistribusikan melalui toko-toko buku

    kecil.

    7. Promosi yang Dilakukan di Tiga Serangkai Surakarta

    Beberapa promosi yang dilakukan Tiga Serangkai untuk mempromosikan

    produk buku yang beraneka ragam, antara lain :

    a. Melalui launching buku.

    b. Melalui kegiatan-kegiatan pameran dan workshop.

    c. Melalui bedah buku lewat radio (khusus buku dewasa)

    d. Melalui kegiatan lomba-lomba

    e. Promosi melalui media pendukung seperti poster, sticker, postcard, dan

    lain sebagainya.

    f. Promosi melalui media sosial (website, twitter, twitter dari penulis,

    facebook).

    C. Target Market dan Target Audience

    1. Target Market

    Segmentasi dari target market dalam konsep perancangan buku cerita

    bergambar untuk mengenalkan tari bondan adalah sebagai berikut :

  • 85

    a. Segmen Demografi

    1) Usia : anak-anak (6 7 tahun)

    2) Pendidikan : SD kelas 1 sampai kelas 2

    3) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

    4) Agama : semua agama

    5) Kelas Sosial : menengah ke atas

    b. Segmen Geografi

    Daerah yang menjadi target sasaran perancangan buku cerita

    bergambar untuk mengenalkan tari bondan ini adalah Kota Surakarta dan

    sekitarnya secara khususnya dan secara umum untuk seluruh Indonesia.

    c. Segmen Psikografi

    Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik

    dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang

    suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal

    beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan

    visual (gambar).

    2. Target Audience

    Target audience adalah orang yang akan menjadi sasaran komunikasi,

    dalam perancangan ini yaitu menjadi sasaran komunikasi baik dari buku cerita

    bergambarnya maupun dari media promosinya. Sedangkan detail untuk

    segmentasi dari target audience pada konsep perancangan ini dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu target audience primer dan target audience sekunder

    sebagai decision maker (pengambil keputusan), dapat diuraikan sebagai

    berikut :

  • 86

    a. Target Audience Primer

    1) Segmen Demografi

    a) Usia : anak-anak (6 - 7 tahun)

    b) Pendidikan : SD kelas 1-2

    c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

    d) Agama : semua agama

    e) Kelas Sosial : menengah ke atas

    2) Segmen Geografi

    Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan

    sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya.

    3) Segmen Psikografi

    Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik

    dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang

    suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal

    beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat

    tampilan visual (gambar).

    b. Target Audience Sekunder (Decision Maker)

    1) Segmen Demografi

    a) Usia : dewasa (25 - 50 tahun)

    b) Pendidikan : SMA sampai jenjang kesarjanaan

    c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

    d) Agama : semua agama

    e) Kelas Sosial : menengah ke atas

  • 87

    2) Segmen Geografi

    Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan

    sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya.

    3) Segmen Psikografi

    Dari segmen psikografi ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    seseorang untuk mengambil keputusan membeli buku cerita

    bergambar ini, faktor tersebut antara lain orang dewasa yang

    memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, memiliki

    kekhawatiran dengan banyaknya budaya asing yang masuk, ingin ikut

    berperan mengenalkan pada anak-anak tentang berbagai kesenian asli

    Indonesia salah satunya seni tari, orang tua yang mempunyai

    ekspektasi atau keinginan agar anaknya bisa menari, dan orang tua

    yang ingin anak-anaknya mengenal budaya Indonesia.

    c. Hasil Identifikasi Target Audience

    Dalam perancangan ini penulis menggunakan kuesioner atau

    angket untuk mengetahui insight dari target audience yang nantinya akan

    digunakan untuk menentukan tone and manner dalam visualisasi cerita

    bergambar tentang pengenalan nilai Tarian Bondan. Angket disebarkan

    secara acak pada 20 responden yaitu anak-anak usia 6-7 tahun dan orang

    tuanya. Untuk anak-anak angket dibacakan oleh penulis sambil

    menunjukkan beberapa gambar yang berkaitan dengan Tari Bondan dan

    visualisasi gambar, kemudian responden menjawab dan memilih gambar

    sesuai dengan pendapat dan ketertarikannya.

  • 88

    Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil kuesioner, maka

    dapat disimpulkan bahwa :

    1) Hasil Kuesioner untuk Anak Usia 6-7 Tahun

    a) Terkait dengan jenis tarian yang lebih disukai oleh anak-anak,

    yaitu sebanyak 40% responden anak menyukai tarian modern dan

    60% menyukai tarian tradisional.

    b) Tentang tari tradisional apa yang responden ketahui, sebanyak 20%

    responden anak tahu tentang Tari Kijang, 15% anak tahu Tari

    Bondan, 10% tahu tarian lain seperti Tari Kipas, 55% anak tidak

    tahu.

    40%

    0%

    60%

    Jenis Tarian yang disukai

    Tarian Modern

    Tarian India

    Tarian Tradisional

    20% 0%

    15%

    10%

    55%

    Tari Tradisional yang diketahui

    Tari Kijang

    Tari Kukila

    Tari Bondan

    Tari Lainnya

    Tidak Tahu

  • 89

    c) Terkait pengalaman melihat Tari Bondan, sebanyak 15%

    responden anak pernah melihat dan 85% anak belum pernah

    melihat.

    d) Pengetahuan tentang Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak

    menjawab memakai boneka dan payung, 5% anak menjawab

    membawa busur panah, dan 80% anak tidak tahu.

    e) Tentang penggambaran Tari Bondan, yaitu sebanyak 25%

    responden menjawab anak yang bermain boneka, 15% anak kasih

    sayang ibu pada anaknya, dan 60% anak tidak tahu.

    15%

    85%

    Pengalaman melihat Tari Bondan

    Pernah Melihat

    Belum PernahMelihat

    15% 5%

    80%

    Pengetahuan tentang Tari Bondan

    Tari Membawa Boneka,Payung, dan Kendhi

    Tari membawa Busur danAnak Panah

    Tidak Tahu

  • 90

    f) Terkait keinginan belajar menari tradisional, yaitu 60% responden

    anak ingin belajar menari dan 40% anak kuang berminat belajar

    menari.

    g) Tentang model gambar yang lebih disukai, yaitu 70% responden

    anak lebih menyukai gambar yang sederhana dan 30% anak

    menyukai gambar yang lebih detail.

    25%

    0%

    15% 60%

    Penggambaran Tari Bondan

    Anak yang bermain boneka

    Hewan yang lincah

    Kasaih sayang Ibu padaanaknyaTidak Tahu

    65%

    35%

    Keinginan Belajar Tari Tradisional

    Ya, Ingin

    Tidak Ingin

  • 91

    h) Warna yang lebih disukai anaka-anak, sebanyak 90% responden

    anak lebih menyukai warna cerah dan 10% anak menyukai warna

    pastel atau warna yang lembut.

    i) Tentang cara pewarnaan gambar yang disukai, sebanyak 35%

    responden anak menyukai pewarnaan flat (tanpa gradasi) dan 65%

    anak menyukai pewarnaan gradasi berkesan volume.

    70%

    30%

    Model Gambar Yang Disukai

    Gambar simple(sederhana)

    Gambar yang lebihdetail

    90%

    10%

    Warna Yang Lebih Disukai

    Warna Cerah

    Warna Pastel

  • 92

    j) Tentang penataan layout, sebanyak 80% responden anak lebih suka

    layout dengan fullcolor dan 20% anak menyukai ada white space-

    nya.

    2) Hasil Kuesioner untuk Orang Tua

    a) Tentang jenis tari yang lebih disukai, 90% responden orang tua

    lebih menyukai Tari Tradisional daripada Tari Modern.

    35%

    65%

    Pewarnaan Gambar

    Pewarnaan Flat

    Pewarnaan GradasiBerkesan Volume

    80%

    20%

    Tata Layout

    Fullcolor

    Ada White space

    10% 0%

    90%

    Tari yang lebih disukai

    Tari Modern

    Tari India

    Tari Tradisonal

  • 93

    b) Pengalaman menyaksikan Tari Bondan, sebanyak 25% responden

    orang tua pernah melihat Tari Bondan dari internet, 60% pernah

    melihat pertunjukan Tari Bondan langsung, dan 15% belum pernah

    melihat Tari Bondan.

    c) Pengetahuan tentang Tari Bondan, 85% responden orang tua

    menjawab bertema kasih sayang seorang ibu dan 15% tidak tahu.

    d) Terkait apakah putra atau putri dari responden mengikuti les tari,

    15% responden orang tua menjawab bahwa anaknya ada yang

    mengikuti les menari dan 85% anaknya tidak mengikuti les menari.

    25%

    60%

    15%

    Pengalaman Menyaksikan Tari Bondan

    Pernah melihat dari internet

    Pernah melihat langsung

    Belum pernah melihat

    0% 0%

    85%

    15%

    Pengetahuan tentang Tari Bondan

    Tari bertema peperangan

    Tari bertema kelincahan hewan

    Tari bertema kasih sayang ibu

    Tidak tahu

  • 94

    e) Terkait dengan keinginan orang tua agar anak bisa menari, 95%

    responden orang tua ingin anaknya bisa menari tradisional.

    f) Tentang keinginan orang tua berperan mengenalkan budaya

    Indonesia, semua orang orang tua menjawab ya, ingin turut

    berperan dalam mengenalkan budaya Indonesia pada putra

    putrinya.

    15%

    85%

    Apakah putra/putrinya mengikuti les tari

    Ada

    Tidak ada

    95%

    5%

    Keinginan orang tua agar anak bisa menari

    Ya

    Tidak

  • 95

    g) Perkembangan Tari Bondan di Surakarta, 20% responden orang tua

    menjawab semakin menghilang, 45% menjawab masih ada tetapi

    kurang diminati, dan 35% orang tua menjawab mulai diangkat dan

    berkembang lagi.

    3) Kesimpulan

    Dari hasil kuesioner terhadap anak-anak usia 6-7 tahun dan

    orang tuanya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    a) Target Audience Anak-Anak Usia 6-7 Tahun

    Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh data bahwa anak-

    anak usia 6-7 tahun sebetulnya tetap mempunyai ketertarikan

    dengan tarian tradisional, hanya saja sebagian besar masih belum

    100%

    0%

    Keinginan orang tua ikut berperan mengenalkan budaya Indonesia

    Ya, ada

    Tidak ada

    20%

    45%

    35%

    Perkembangan Tari Bondan di Surakarta

    Semakin menghilang

    Masih ada tapi kurang diminati

    Mulai diangkat dan berkembanglagi

  • 96

    tahu tentang macam-macam tari tradisional, salah satunya juga

    termasuk Tari Bondan. Sehingga diperlukan pengenalan sedikit

    demi sedikit tentang Tari Tradisional.

    Sedangkan dalam visualisasi cerita bergambar, anka-anak

    usia 6-7 tahun cenderung menyukai gambar-gambar yang

    sederhana tidak terlalu mendetail, menggunakan warna-warna

    cerah, pewarnaannya jelas dengan memunculkan gradasi yang

    menimbulkan kesan bervolume, dan penataan layout yang rapi

    dengan teks yang mudah dibaca serta background berwarna.

    b) Target Audience Orang Tua (Decision Maker)

    Data orang tua sebagai pengambil keputusan yang diperoleh

    dari hasil kuesioner tersebut yaitu sebagain besar orang tua

    menyukai tarian tradisional dan tahu tentang tari Bondan. Para

    orang tua berkeinginan untuk berperan dalam mengenalkan tari

    tradisional, juga mempunyai keinginan agar putra atau putrinya

    bisa menari tradisional.

    D. Komparasi

    1. Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya

    a. Deskripsi Umum

    Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini merupakan

    kumpulan dari cerita bergambar yang bertemakan budaya. Buku ini

    memang ditujukan untuk mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia

  • 97

    melalui kumpulan cerita bergambar yang bertemakan budaya Indonesia.

    Terdapat cerita tentang alat musik angklung, mpek-mpek masakan khas

    palembang, baju tradisional kebaya, dan permainan congklak atau dakon.

    Dalam buku ini juga ada satu cerita pendek yang bertemakan seni tari,

    yaitu Tari Pendet.

    1) Judul Keseluruhan : Dongeng Cinta Budaya

    2) Judul Cerita : Tarian Dewi

    3) Pengarang : Watiek Ideo dan Fitri Kurniawan

    4) Penerbit : Bhuana Ilmu Populer

    5) Tahun terbit : 2015

    6) Jumlah Halaman : 168 halaman

    7) Ukuran : 18 cm x 24 cm

    8) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Tarian Dewi

    Dewi adalah seorang anak perempuan yang berasal dari Bali, sejak

    kecil dia suka menari. Bahkan di rumah Dewi ada sanggar tari yang

    biasa dia gunakan bersama teman-temannya untuk berlatih menari,

    dengan pelatih ibunya sendiri. Namun akhir-akhir ini Dewi merasa

    bosan menari Tari Pendet, dia menganggap tarian tersebut kuno. Pada

    suatu hari Dewi berjalan-jalan di pantai, dia bertemu dengan seorang

    anak perempuan wisatawan asing bernama Elle. Mereka berkenalan,

    Elle menunjukkan pada Dewi sebuah video rekaman tentang Tari

    Pendet dan dia sangat terkesan dengan tarian tersebut. Segera saja

    Dewi mengajak Elle dan keluarganya ke sanggar tari di rumahnya.

    Dengan bangga Dewi menarikan Tari Pendet di depat wisatawan asing

  • 98

    tersebut bersama ibunya, para wisatawan sangat terkesan. Sejak saat

    itu Dewi kembali senang menarikan Tari Pendet.

    b. Target Market

    1) Segmen Demografi :

    a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun)

    b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

    c) Agama : semua agama

    d) Kelas sosial : menengah ke atas

    2) Segmen Geografi :

    Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh

    Indonesia.

    3) Segmen Psikografi :

    Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini dibuat untuk

    anak-anak yang tertarik dengan berbagai macam budaya dan ciri khas

    dari Indonesia, untuk anak-anak yang senang membaca maupun

    senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar

    atau visual yang menarik.

    c. Distribusi

    Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini

    didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar

    maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.

    d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan

    Promosi dari buku ini dari media sosial, diantaranya melalui

    facebook, twitter, instagram BIP, dan melalui website.

  • 99

    e. Tampilan visual

    1) Cover Cergam Dongeng Cinta Budaya

    Gambar 49. Cover Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)

    2) Bagian Isi Cergam Dongeng Cinta Budaya

    Bagian isi dari cergam Dongeng Cinta Budaya yang penulis

    ambil yaitu bagian Tarian Dewi. Tampilan visualnya menarik, cukup

    detail, dan background juga terlihat, namun pada beberapa halaman

    penataan layout-nya kurang rapi, antara elemen teks dengan elemen

    gambar kurang seimbang, sehingga keterbacaan teks sedikit kurang.

    Berikut contoh tampilan visual isi :

  • 100

    Gambar 50. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)

    Gambar 51. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)

    2. Buku Cerita Bergambar Dongeng Tujuh Menit

    a. Deskripsi Umum

    Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit ini juga

    merupakan kumpulan dari beberapa cerita bergambar pendek. Namun

  • 101

    dalam buku ini tidak semua cerita bertemakan budaya. Hanya satu bagian

    cerita di dalam buku ini yang bertemakan budaya, yakni tentang mengenal

    tokoh wayang Punakawan. Meskipun wayang asing di telinga anak-anak

    namun melalui cerita singkat tentang wayang yang dikemas dengan visual

    yang menarik, diharapkan anak-anak bisa sedikit tahu tentang budaya

    pewayangan.

    1) Judul Keseluruhan : Dongeng Tujuh Menit

    2) Judul Cerita : Wayang Sebelum Tidur

    3) Pengarang : Clara Ng

    4) Ilustrasi : Cecillia Hidayat

    5) Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

    6) Tahun terbit : 2010

    7) Jumlah Halaman : 24 halaman

    8) Ukuran : 20 cm x 20 cm

    9) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Wayang Sebelum Tidur

    Sita dan Bima tidak bisa tidur, kemudian Sita bermain bayang-

    bayang dari lampu kecil yang dinyalakan ibunya dengan tangannya.

    Tetapi bagaimana dengan adiknya, Bima tidak bisa ikut bermain

    karena jari tangannya masih kecil sehingga susah untuk ditekuk. Sita

    kemudian membuat bentuk wayang Punakawan dari kertas untuk

    adiknya. Sita dan Bima bermain bayangan wayang seru sekali, sambil

    mereka mengenal nama tokoh wayang tersebut. Mendengar suara-

    suara dari kamar Sita dan Bima, ayah kemudian masuk ke kamar

    mereka, ternyata mereka memang sedang asyik bermain bayangan

  • 102

    bentuk wayang. Lama tidak keluar dari kamar, Ibu kemudian

    mengintip dan ternyata ayah sudah tertidur bersama Sita dan Bima.

    b. Target Market

    1) Segmen Demografi :

    a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun)

    b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

    c) Agama : semua agama

    d) Kelas sosial : menengah ke atas

    2) Segmen Geografi :

    Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh

    Indonesia.

    3) Segmen Psikografi :

    Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit pada bagian cerita

    Wayang Sebelum Tidur ini dibuat untuk anak-anak yang suka

    berimajinasi, suka dengan cerita dongeng sebelum tidur, senang

    membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang

    tertarik dengan gambar atau visual yang menarik.

    c. Distribusi

    Buku cerita bergambar Wayang Sebelum Tidur ini

    didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar

    maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.

    d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan

    Promosi yang dilakukan untuk buku ini dari media sosial,

    diantaranya melalui facebook Gramedia Pustaka Utama, twitter,

  • 103

    instagram, dan melalui beberapa website seperti bukabuku.com,

    bukukita.com.

    e. Tampilan visual

    1) Cover Cergam Wayang Sebelum Tidur

    Gambar 52. Cover Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : facebook Gramedia Pustaka Utama, 6 Oktober 2015)

    2) Bagian Isi Cergam Wayang Sebelum Tidur

    Bagian isi pada cergam Wayang Sebelum Tidur, dari tampilan

    visualnya cukup simple (sederhana), bentuk karakter juga menarik dan

    lucu, penataan layout-nya juga sudah rapi, tetapi untuk gambar latar

    belakang atau settingnya kurang, dan pada beberapa halaman paragraf

    untuk teksnya sedikit terlalu panjang bagi bacaan anak-anak.

  • 104

    Gambar 53. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)

    Gambar 54. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)

    E. Analisa SWOT

    Analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) dapat digunakan

    sebagai alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi

    produk, dalam hal ini untuk perancangan buku cerita bergambar ini agar lebih

    terarah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

  • 105

    (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

    meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), sekaligus sebagai

    bahan perbandingan dengan kompetitor atau komparasinya.

    Untuk mengetahui peluang utama dalam pembuatan buku cerita

    bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun,

    diperlukan observasi terhadap kekuatan (strenght), kelemahan (weaknesses),

    peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari buku cerita bergambar ini

    yaitu tentang nilai Tarian Bondan terhadap pembandingnya atau komparasinya,

    melalui analisa SWOT.

    Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT dari Buku Cerita Bergambar

    untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun yang berjudul

    Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang dengan dua komparasinya, yaitu

    Dongeng Cinta Budaya bagian Tarian Dewi dan Dongeng Tujuh Menit bagian

    Wayang Sebelum Tidur:

  • 106

    Tabel Analisa SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats)

    Analisa SWOT

    Cergam Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang

    Cergam Dongeng Cinta Budaya

    bagian Tarian Dewi

    Cergam Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur

    Strengh

    (Kelebihan)

    1. Tema yang diangkat menarik

    tentang Tari Bondan yang sarat

    makna akan kasih sayang ibu

    terhadap anak.

    2. Berusaha mengenalkan nilai

    Tarian Bondan lewat cerita

    yang sederhana.

    3. Ilustrasi yang akan dibuat

    sederhana dengan sedikit detail

    sehingga menarik bagi anak-

    anak.

    4. Pewarnaannya menggunakan

    warna-warna watercolor yang

    cerah agar tidak monoton.

    5. Layout akan dibuat rapi

    sehingga gambar dan teksnya

    terkesan seimbang.

    1. Tema yang diangkat tentang

    kebudayaan, yaitu tentang

    seni tari yang jarang

    ditemukan pada cerita

    bergambar.

    2. Cerita dikemas dengan

    sederhana dan mudah

    dipahami.

    3. Ilustrasinya cukup detail,

    dapat dilihat dari kostum

    tari yang dikenakan

    karakter dan gambar latar

    belakang yang terkesan

    hidup.

    4. Pewarnaan gambarnya

    bagus warna cerah namun

    lembut, tidak monoton.

    1. Tema yang diangkat menarik

    yaitu tentang wayang yang

    jarang ditemukan dalam

    buku cergam.

    2. Ide ceritanya juga menarik

    mengenalkan pewayangan

    lewat imajinasi anak-anak.

    3. Ilustrasinya dibuat

    sederhana, baik karakter

    maupun setting atau latar

    belakangnya.

    4. Penataan layout-nya sudah

    rapi, ada space sendiri untuk

    meletakkan elemen teks

    sehingga terkesan seimbang.

    5. Menggunakan hard cover

    sehingga buku awet untuk

    106

  • 107

    6. Elemen teks menggunakan font

    yang mudah dibaca oleh anak-

    anak dan dengan ukuran yang

    sesuai.

    5. Teksnya tidak terlalu

    panjang dan disertai dengan

    teks bahasa Inggris

    (bilingual).

    anak-anak.

    Weakness

    (Kelemahan)

    1. Sampulnya tidak menggunakan

    hardcover sehingga mudah

    rusak.

    2. Tema tentang tari kemungkinan

    hanya disukai oleh target yang

    tertarik dengan budaya

    Indonesia.

    3. Jika tidak disertai contoh

    bagaimana wujud Tari Bondan,

    kemungkinan anak akan kurang

    paham.

    1. Cerita yang berhubungan

    dengan temanya yaitu

    tentang Tari Pendet masih

    kurang.

    2. Beberapa halaman penataan

    layout-nya kurang rapi,

    sehingga terkesan tidak

    seimbang antara gambar

    dengan teks.

    3. Teks Bahasa Indonesia dan

    Bahasa Inggris tapi di

    beberapa halaman tidak

    diberikan space tersendiri

    untuk elemen teksnya

    sehingga keterbacaanya

    kurang .

    1 Visualisasi gambar latar

    belakangnya kurang

    mencerminkan untuk

    setting di kamar tidur

    anak-anak, sehingga

    terkesan kurang hidup.

    2 Ada beberapa bagian yang

    paragraf teksnya terlalu

    panjang.

    3 Ada ilustrasi yang terlihat

    kurang menyatu karena

    memasukkan motif kain jadi

    yang kurang sesuai.

    107

  • 108

    Tabel 1. Tabel Analisa SWOT

    Opportunities

    (Peluang)

    1. Belum ada buku cerita

    bergambar yang mengangkat

    tema nilai Tarian Bondan.

    2. Ilustrasi tentang gerakan Tari

    Bondan bisa memberi

    pengetahuan pada anak-anak

    tentang gambaran Tari Bondan.

    1. Ilustrasinya yang menarik

    dan tema yang masih jarang

    diangkat menjadikan buku

    ini diminati.

    2. Tema yang diangkat bisa

    sedikit memberi

    pengetahuan pada anak

    tentang Tari Pendet.

    1. Masih sedikit buku cerita

    bergambar dengan tema

    pewayangan.

    2. Gambar yang sederhana

    menjadikan buku cergam

    ini mudah dipahami anak-

    anak

    Treath

    (Ancaman)

    1 Semakin banyaknya buku

    cergam terjemahan yang

    temanya lebih variatif.

    2 Semakin berkembangnya gaya

    ilustrasi yang lebih menarik dan

    lebih detail.

    1. Banyaknya gaya ilustrasi

    dalam buku cergam dengan

    dua bahasa yang lebih

    menarik.

    2. Mulai banyak cergam

    bertema budaya yang

    dikemas dengan cerita yang

    lebih bagus.

    1. Semakin banyak cergam

    yang mulai mengambil

    tema budaya yang lebih

    menarik

    2. Berkembangnya beragam

    gaya ilustrasi cergam yang

    lebih lebih detail dan

    menarik.

    108

  • 109

    F. Unique Selling Preposition (USP)

    USP (Unique Selling Preposition) merupakan sebuah teknik penjualan

    dengan memunculkan keunikan dari sebuah perusahaan maupun produk yang

    tidak dimiliki oleh pesaing. Agar sebuah produk dapat laku dan diminati oleh

    konsumen selain menentukan positioning, perlu ditentukan pula USP atau

    keunikan dari sebuah produk. Masing-masing produk pasti mempunyai

    keunikannya sendiri, hanya saja bagaimana cara agar keunikan tersebut bisa

    ditonjolkan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga melekat dibenak

    konsumen,.

    Keunikan yang dimiliki oleh Buku Cerita Bergambar Tari Bondan untuk

    Ibunda Tersayang ini adalah dari segi tema yang diangkat, yaitu tentang nilai

    Tarian Bondan yang menceritakan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya atau

    kakak kepada adiknya. Cerita yang disampaikan tidak hanya menceritakan

    kehidupan seorang anak tapi juga disertai ilustrasi contoh gerakan Tari Bondan,

    sehingga anak tidak hanya tahu nama Tari Bondan, tetapi sedikit demi sedikit

    mengetahui bagaimana gerakannya.

    G. Positioning

    Positioning adalah suatu proses atau upaya menempatkan sebuah produk,

    merek, perusahaan, individu, atau apa saja untuk mendapatkan posisi yang baik di

    benak konsumen. Merek yang telah memiliki posisi mapan dalam benak akan

    menjadi faktor pengaruh yang kuat saat konsumen memerlukan solusi.

  • 110

    Strategi positioning buku ceita bergambar Tari Bondan untuk Ibunda

    Tersayang adalah memposisikan buku cerita bergambar ini sebagai buku edukasi

    tentang nilai kasih sayang seorang ibu pada anaknya atau kakak pada adiknya

    melalui Tari Bondan yang akan divisualisasikan dalam bentuk cerita bergambar

    sehingga cukup tepat untuk anak-anak dan melalui cerita bergambar ini

    disampaikan pula bahwa tari tradisional pun tidak kalah menarik dengan tarian

    modern. Cerita bergambar akan disajikan dengan illustrasi yang menarik,

    fullcolor, cerita yang sederhana, dan mudah dimengerti anak-anak.