BAB III HASIL PENELITIAN -...

34
32 BAB III HASIL PENELITIAN Uraian dalam bab ini adalah hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama satu bulan di DPRD Kota Kupang-NTT, yang juga mencakup 5 (lima) Daerah Pemilihan (Dapil) Kota Kupang-NTT. Uraian ini merupakan penjelasan para narasumber mengenai faktor-faktor yang membuat masyarakat belum memberikan peluang yang besar bagi para caleg perempuan untuk menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Kupang-NTT pada tahun 2014 serta peran anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan kualitas perempuan agar kelak kuota keterwakilan perempuan di Kota Kupang-NTT pun bertambah banyak. Data penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Kupang-NTT Periode 2014-2019 serta metode Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah yang dilakukan terhadap 50 orang masyarakat Kota Kupang-NTT, yang terbagi atas 10 orang (5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan) pada masing-masing Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti diperhadapkan dengan berbagai kemudahan maupun kendala. Peneliti diberi kemudahan dengan adanya izin penelitian dari Ketua DPRD Kota Kupang-NTT, WaliKota Kupang-NTT melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Kupang-NTT serta Gubernur melalui Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu (BPPT). Kendala yang dilami peneliti yaitu sulitnya mendapatkan data wilayah kemenangan anggota legislatif dari Komisi Pemililihan Umum (KPU) Kota Kupang-NTT serta sulitnya mengumpulkan masyarakat yang memiliki berbagai kesibukan menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru.

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN -...

32

BAB III

HASIL PENELITIAN

Uraian dalam bab ini adalah hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama satu bulan di

DPRD Kota Kupang-NTT, yang juga mencakup 5 (lima) Daerah Pemilihan (Dapil) Kota

Kupang-NTT. Uraian ini merupakan penjelasan para narasumber mengenai faktor-faktor yang

membuat masyarakat belum memberikan peluang yang besar bagi para caleg perempuan untuk

menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Kupang-NTT pada tahun 2014 serta peran anggota legislatif

perempuan untuk meningkatkan kualitas perempuan agar kelak kuota keterwakilan perempuan di

Kota Kupang-NTT pun bertambah banyak.

Data penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang

anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Kupang-NTT Periode 2014-2019 serta metode

Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah yang dilakukan terhadap 50 orang

masyarakat Kota Kupang-NTT, yang terbagi atas 10 orang (5 orang laki-laki dan 5 orang

perempuan) pada masing-masing Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti diperhadapkan dengan berbagai kemudahan

maupun kendala. Peneliti diberi kemudahan dengan adanya izin penelitian dari Ketua DPRD

Kota Kupang-NTT, WaliKota Kupang-NTT melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) Kota Kupang-NTT serta Gubernur melalui Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu

(BPPT). Kendala yang dilami peneliti yaitu sulitnya mendapatkan data wilayah kemenangan

anggota legislatif dari Komisi Pemililihan Umum (KPU) Kota Kupang-NTT serta sulitnya

mengumpulkan masyarakat yang memiliki berbagai kesibukan menjelang hari raya Natal dan

Tahun Baru.

33

3.1 Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang1

Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terletak di Jl. Frans Seda Kelapa

Lima, Kota Kupang-NTT – NTT. Dipimpin oleh Yeskiel Loudoe, S.Sos selaku ketua, Christian

S. Baitanu, SH selaku wakil ketua I dan Marthinus J.E. Medah, SE selaku wakil ketua II. DPRD

Kota Kupang-NTT memiliki 4 Komisi, Badan Musyawarah, Badan Legislasi Daerah, Badan

Anggaran dan Badan Kehormatan.

1. Visi dan Misi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota

Kupang-NTT – NTT:

Visi:

“Terwujudnya Pelayanan Administrasi yang Cepat, Tepat dan Akurat Guna Menunjang

Terlaksananya Tugas dan Wewenang serta Hak dan Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Kupang-NTT”

Misi:

- Meningkatkat kualitas pelaksanaan fungsi substantif dan administratif aparatus

sekretariat DPRD guna menunjang optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

- Menunjang terlaksananya tugas dan wewenang serta hak dan kewajiban Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang-NTT

- Mencerminkan kapasitas aparatur Sekretariat DPRD Kota Kupang-NTT dalam

mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kota Kupang-NTT.

1Data diperoleh dari website resmi DPRD Kota Kupang-NTT yang diakses melalui http://www.dprd-

kupangkota.go.id pada tanggal 2 Desember 2016, sesuai dengan usulan Bagian Umum DPRD Kota Kupang-NTT.

* Anggota Legislatif Perempuan yang menjadi narasumber dalam penelitian.

34

2. Hak dan Kewajiban DPRD Kota Kupang-NTT

Hak DPRD Kota Kupang-NTT

Secara kelembagaan, DPRD Kota Kupang-NTT mempunyai hak sebagai berikut :

- Interpelasi

- Angket; dan

- Menyatakan pendapat

Sedangkan secara personal, masing – masing anggota DPRD memiliki hak :

- mengajukan rancangan peraturan daerah;

- mengajukan pertanyaan;

- menyampaikan usul dan pendapat;

- memilih dan dipilih;

- membela diri;

- imunitas;

- mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;

- protokoler; dan

- keuangan dan administratif.

Kewajiban DPRD Kota Kupang-NTT

- memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;

- melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

menaati peraturan perundang-undangan;

- mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

35

- mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan

golongan;

- memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;

- menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

- menaati tata tertib dan kode etik;

- menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah;

- menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara

berkala;

- menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan

- memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di

daerah pemilihannya.

3. Keanggotaan berdasarkan Komisi

Tabel 3.1

Komisi I – Bidang Pemerintahan, Politik dan Hukum

NO NAMA JABATAN UNSUR FRAKSI

1 Zeyto R. Ratuarat Ketua Golkar

2 Benyamin M. Mandala Wakil Ketua Gerindra

3 Adrianus A. Talli, A.Md.T Sekretaris PDI Perjuangan

4 Desiderius Patiwua, SH Anggota PAN

5 Robby Y. Karel Kan, A.Ma Anggota Hanura

6 Padron A. S. Paulus Anggota NasDem

7 Maudy J. Dengah, ST* Anggota Demokrat

8 Dominikus Taosu Anggota Gabungan Kebangkitan Indonesia

Tabel 3.2

36

Komisi II – Bidang Ekonomi dan Keuangan

NO NAMA JABATAN UNSUR FRAKSI

1 Melkianus R. Balle, SH, M.Hum Ketua Hanura

2 Paulus A. Manafe, SH Wakil Ketua Gerindra

3 Jabir Marola Sekretaris NasDem

4 Muhammad K. Gudban Anggota PDI Perjuangan

5 Jemari Yospeh Dogon, SE Anggota Golkar

6 Amirudin La Oda, SE Anggota PAN

7 Agnes B. De Haan-Hayon* Anggota PAN

8 Ir. Elia Th. Salean, M.Si Anggota Hanura

9 Jeanly Ndaumanu, SH* Anggota Demokrat

10 Drs. Daniel D. Hurek, MM Anggota Gabungan Kebangkitan Indonesia

Tabel 3.3

Komisi III – Bidang Pembangunan

NO NAMA JABATAN UNSUR FRAKSI

1 Drs. Selly Tokan Kamilus Ketua PDI Perjuangan

2 Herry Kadja Dahi Wakil Ketua Demokrat

3 Drs. Nithanel Pandie, MM Sekretaris Gabungan Kebangkitan Indonesia

4 Ir. John GF. Seran Anggota PDI Perjuangan

5 Tellendmark J. Daud, S.Sos Anggota Golkar

6 Djainudin Lonek, SH Anggota PAN

7 Donald M. Kana, SH Anggota PAN

8 Johanis Ndun Anggota Hanura

9 Maria M. Salouw* Anggota Gerindra

10 Ir. Nicky N. Uly, M.Si Anggota NasDem

Tabel 3.4

Komisi IV – Bidang Kesejahteraan Rakyat

37

NO NAMA JABATAN UNSUR FRAKSI

1 Livingston A. Ratu Kadja Ketua PAN

2 Maurids A. Kalelena Wakil Ketua Demokrat

3 Jeri Anthon Pingak Sekretaris Hanura

4 Ferdinand Pa Padja Anggota PDI Perjuangan

5 Victor H. Haning, A.Md Anggota Golkar

6 Abidin Aklis, SH Anggota PAN

7 Melkianus Asanab, SH Anggota Gerindra

8 Yuvensius Tukung, S.Pd Anggota NasDem

9 Theodora E. Taek, S.Pd* Anggota Gabungan Kebangkitan Indonesia

3.2 Gambaran Umum Daerah Pemilihan Kota Kupang2

Wilayah Kota Kupang-NTT memiliki 52 Kelurahan dan 6 Kecamatan. Peneliti tidak

melakukan penelitian pada 52 kelurahan tersebut tetapi hanya mengambil 5 kelurahan dari 5

kecamatan sebagai daerah pemilihan Kota Kupang-NTT. Hal ini disesuaikan dengan Daerah

Pemilihan dengan jumlah suara terbanyak yang diperoleh ke-5 anggota legislatif serta daerah

pemilihan dengan jumlah suara perempuan terendah, seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Daftar anggota perempuan terpilih di DPRD Kota Kupang Periode 2014-2019

NO NAMA JUMLAH

SUARA

DAERAH PEMILIHAN

1 Maudy J. Dengah, ST 817 Dapil V – Kec. Kota Raja

2Data diperoleh dari website Pemerintah Kota Kupang-NTT yang diakses melalui http://www.dprd-

kupangkota.go.id pada tanggal 2 Desember 2016, sesuai dengan usulan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) Kota Kupang-NTT.

38

2 Agnes B. De Haan-Hayon 682 Dapil I – Kec. Kelapa Lima

3 Jeanly Ndaumanu, SH 1303 Dapil II – Kec. Oebobo

4 Maria M. Salouw 1023 Dapil V – Kec. Kota Raja

5 Theodora E. Taek, S.Pd 594 Dapil I – Kec. Kelapa Lima

Sumber: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang-NTT

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa ada 3 Kecamatan yang memiliki suara

terbanyak untuk caleg perempuan pada pemilu legislatif tahun 2014 yaitu pada Dapil V Kec.

Kota Raja sebanyak 2 orang, Dapil I Kec. Kelapa Lima sebanyak 2 orang dan Dapil II Kec.

Oebobo sebanyak 1 orang. Sedangkan 2 Dapil lainnya yaitu Dapil III Kec. Maulafa dan Dapil IV

Kec. Alak memiliki suara yang lebih rendah dari 3 Dapil sebelumnya. Dengan lebih rinci, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Jumlah pemilih tetap, caleg dan caleg terpilih menurut jenis kelamin pada pemilu legislatif

2014 di Kota Kupang

Daerah Pemilihan

Kota Kupang

Jumlah Pemilih

Tetap

Jumlah Caleg Jumlah Caleg

Terpilih

L P L P L P

I – Kec. Kelapa

Lima/Kota Raja

25.610 23.623 83 48 8 2

II – Kec. Oebobo 29.265 28.621 69 36 8 1

III – Kec. Maulafa 25.924 25.816 60 36 9 0

IV – Kec. Alak 19.192 19.555 48 24 6 0

V – Kec. Kota Raja 16.447 17.138 47 25 4 2

JUMLAH 127.234 125.604 307 169 35 5

TOTAL 252.834 476 40

Sumber: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang-NTT

39

Tabel di atas menunjukan bahwa adanya ketidaksetaraan antara jumlah caleg laki-laki

yang terpilih dengan caleg perempuan yang terpilih yaitu dari 40 orang anggota legislatif

diantaranya 35 orang anggota legislatif laki-laki atau 87,5% sedangkan perempuan yang terpilih

hanyalah 12,5%. Begitu pula jumlah caleg laki-laki yang lebih banyak yaitu 64,49% dari jumlah

caleg perempuan yaitu 35,51%.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti sebelum memulai penelitian pada

ketua-ketua RT tempat anggota legislatif perempuan berdomisili, maka diperoleh informasi

bahwa di daerah tempat tinggal anggota legislatif itulah mereka memperoleh suara terbanyak,

yaitu di Kel. Oesapa, Kel. Naikoten I dan Kel. Oebufu. Sedangkan daerah yang tidak meloloskan

caleg perempuan yaitu Kec. Maulafa dan Kec. Alak, peneliti hanya memilih salah satu kelurahan

saja. Dalam melakukan survey pun peneliti mengalami kesulitan untuk mendapatkan data jumlah

suara keseluruhan di tiap Kelurahan atau Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang dengan alasan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota

Kupang hanya merekap data caleg yang lolos dan tidak mencatat seluruh jumlah suara beserta

daerah kemenangannya.

1. Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT I

Kecamatan Kelapa Lima/Kota Lama

Luas Wilayah Kecamatan Kelapa Lima adalah 15,02 KM² dengan kepadatan penduduk

4.575 per km2, terdiri atas 5 Kelurahan yaitu Kel. Kelapa Lima, Kel. Oesapa, Kel. Oesapa Barat,

kel. Oesapa Selatan, dan Lasiana. Kecamatan Kelapa Lima terletak membujur dari timur ke barat

yang berada pada ketingggian 50m diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebelah

utara berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Oebobo,

40

sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah dan sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Kota Lama. Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan ini adalah 18.981 KK

dengan 167 rukun tetangga (RT) dan 58 rukun warga (RW).

Kelurahan Oesapa

Kelurahan Oesapa memiliki luas wilayah 4,37 Km2 terdiri dari 2 Km

2 dataran dan 2,37

Km2 perbukitan. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Lasiana, sebelah barat berbatasan

dengan Kelurahan Oesapa Barat, sebelah utara berbatasan dengan Laut (Teluk Kupang), sebelah

selatan berbatasan dengan Kelurahan Oesapa Selatan. Jumlah penduduk di wilayah ini 26.838

jiwa yang terdiri dari laki-laki 13.951 jiwa dan perempuan 12.887 jiwa.

2. Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT II

Kecamatan Oebobo

Kecamatan Oebobo memiliki luas wilayah sebesar 1.411 Ha atau 14,22 Km2

dengan

batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima dan Kecamatan Kota

Lama, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maulafa, sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Kelapa Lima dan Kecamatan Maulafa dan sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Kota Raja. Jumlah Kepala Keluarga di wilayah ini adalah 15.139 KK dan memiliki

277 RT dan 76 RW. Kecamatan Oebobo terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kel. Oebobo, Kel.

Oebufu, Kel. Fatululi, Kel. Liliba, Kel. Tuak Daun Merah, Kel. Kayu Putih dan Kel. Oetete.

41

Kelurahan Oebufu

Kelurahan Oebufu memiliki luas wilayah sebesar 197 Ha dengan batas wilayah sebelah

barat berbatasan dengan Kelurahan Oebobo, Maulafa dan Oepura, sebelah timur berbatasan

dengan Kelurahan Liliba, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Maulafa, sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Tuak Daun Merah. Jumlah Penduduk di

wilayah ini 13.839 jiwa yang terdiri atas laki-laki 7694 jiwa dan perempuan 6145 jiwa.

3. Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT III

Kecamatan Maulafa

Kecamatan Maulafa terletak membujur dari utara ke selatan di sebelah timur pusat Kota

Kupang-NTT yang berada pada ketinggian 50m diatas permukaan laut dengan luas wilayah

54,67 Km2. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima dan Oebobo, sebelah

selatan berbatasan dengan Kecamatan Alak, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Taebenu dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Oebobo. Kecamatan Maulafa memiliki

6 Kelurahan yaitu Kel. Fatukoa, Kel. Sikumana, Kel. Bello, Kel. Kolhua, Kel. Penfui, Kel.

Naimata, Kel. Maulafa, Kel. Oepura, Kel. Naikoten.

Kelurahan Maulafa

Luas wilayah Kelurahan Maulafa adalah 2,70 Km² (208,88 Ha), dengan batas wilayah

sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Oebufu, sebelah selatan berbatasan dengan

Kelurahan Kolhua, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Naimata dan sebelah barat

42

berbatasan dengan Kelurahan Oepura. Jumlah penduduk di Kelurahan Maulafa adalah 11.601

jiwa.

4. Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT IV

Kecamatan Alak

Kecamatan Alak terdiri atas 12 Kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 56.043 jiwa.

Sebelah utara wilayah ini berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Maulafa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Oebobo dan Kecamatan Kelapa Lima dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang

(Kecamatan Kupang Barat). Kecamatan Alak terdiri atas 12 Kelurahan yaitu Kel. Penkase

Oeleta, Kel. Nunhila, Kel. Namosain, Kel. Naioni, Kel. Manutapen, Kel. Manulain II, Kel.

Mantasi, Kel. Fatufeto, Kel. Batuplat, Kel. Alak, Kel. Nunbaun Delha, dan Kel. Nunbaun Sabu.

Kelurahan Nunbaun Sabu

Luas wilayah Kelurahan Nunbaun Sabu adalah 61.441 Ha. Wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Penkase Oeleta,

sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nunbaun Delha dan sebelah barat berbatasan

dengan Kelurahan Namosain. Jumlah penduduk 935 KK.

5. Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT V

Kecamatan Kota Raja

43

Luas wilayah Kecamatan Kota Raja 6,10 km2 dengan batas wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Airmata, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Naikolan,

sebalah timur berbatasan dengan Kelurahan Oebobo dan sebelah barat berbatasan dengan

Kelurahan Batuplat. Jumlah penduduk di wilayah ini 1771 KK. Kecamatan Kota Raja terdiri dari

8 Kelurahan yaitu Kel. Bakunase, Kel. Bakunase II, kel. Airnona, Kel. Naikoten I, Kel. Naikoten

II, Kuanino, Kel. Nunleu dan Kel. Fontein.

Kel. Naikoten 1

Luas wilayah Kelurahan Naikoten I adalah 108 Ha dengan batas wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Oebobo dan Kelurahan Oepura, sebelah barat berbatasan dengan

Kelurahan Airnona dan Kelurahan Nunleu, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Oebobo

dan Kelurahan Naikoten II dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bakunase dan

Kelurahan Naikoten.

3.3 Faktor-faktor minimnya peluang keterpilihan caleg perempuan

Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan realita partisipasi politik yang terjadi di

Kota Kupang. Partisipasi politik yang difokuskan adalah mengenai pemberian suara (voting) oleh

para pemilih pemilu legislatif 2014 dan peran 5 orang perempuan atas partisipasinya sebagai

anggota legislatif DPRD Kota Kupang. Cakupan deskripsi pada bagian ini terdiri dari respon

pemilih dan anggota legislatif perempuan tentang minimnya peluang keterpilihan caleg

perempuan pada pemilu legislatif 2014, faktor pemicu anggota legislatif perempua terpilih

masuk dalam lembaga legislatif, faktor pemicu para pemilih memilih caleg perempuan dan

faktor pemicu para pemilih tidak memilih caleg perempuan. Bagian ini diakhiri dengan peran

44

anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan peluang keterpilihan perempuan di DPRD

Kota Kupang dan pendapat pemilih mengenai peran mereka.

3.3.1 Respon pemilih dan anggota legislatif perempuan

a. Respon pemilih

Tabel 3.7

Pandangan pemilih mengenai minimnya peluang keterpilihan perempuan

di Kota Kupang

Faktor Jumlah pemilih yang mengatakan faktor tersebut

Dapil

I

Dapil

II

Dapil

III

Dapil

IV

Dapil

V

Jumlah

Budaya patriarki 5 2 - 4 4 15

Ikatan emosional/sosialisai 1 - 2 - - 3

Investasi sosial - - 2 - - 2

Kekuatan finansial 1 - - - - 1

Daya nalar perempuan

terbatas

- - - 1 - 1

Peran partai politik - - - - 4 4

Tidak didukung perempuan - - - - 2 2

Total 28

45

Sumber diolah dari data KPU Kota Kupang tentang rekapitulasi pemilih tetap Pemilu anggota

DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 serta daftar calon tetap anggota DPRD Kota Kupang pada

Pemilu 2014.

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 28 orang atau 56% dari total 50 orang peserta

FGD memandang masyarakat Kota Kupang terutama para pemilih dalam pemilu legislatif 2014

masih dipengaruhi oleh budaya patriarki yang melahirkan berbagai kesenjangan gender di segala

aspek kehidupan bermasyarakat termasuk kehidupan berpolitik. Selain itu, ada pula faktor

lainnya yang menjadi kendala keterpilihan perempuan untuk masuk dalam legislatif seperti peran

partai politik dalam merekruit caleg perempuan, ikatan emosional/sosialisasi dan investasi sosial

yang dilakukan oleh perempuan sebelum memutusakan menjadi anggota legislatif, pemilih

perempuan tidak mendukung caleg perempuan, daya nalar perempuan terbatas dan kurangnya

kekuatan finansial. Sedangkan sebanyak 22 orang atau 44% peserta FGD tidak mengutarakan

pandangan mereka dalam diskusi.

Pada Dapil I – Kel. Oesapa, Kec. Kelapa Lima/Kota Lama, para peserta mengatakan

beberapa pandangan mereka mengenai minimnya peluang keterpilihan caleg perempuan di

wilayah mereka. Faktor budaya patriarki membuat perempuan dianggap lemah untuk menjadi

wakil rakyat.3 Tugas utama perempuan adalah mengurus rumah tangga.

4 Budaya patriarki

mengakibatkan seorang perempuan yang memiliki kapabilitas dan jiwa kepemimpinan tidak

dapat mengaktualisasikan dirinya di ruang politik.5 Selain itu, untuk menjadi seorang wakil

rakyat dibutuhkan kekuatan finansial. Meskipun memiliki kapabilitas, namun tanpa kekuatan

finansial yang kuat maka kecil kemungkinannya bagi seorang perempuan untuk lolos menjadi

3 Hasil FGD pandangan Sdr. Ibu NO (inisial), Ibu RA (inisial) dan Bapak RT (inisial), Daerah Pemilihan

Kota Kupang I, pada tanggal 7 Desember 2016. 4 Hasil FGD pandangan Ibu MG (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang I, pada tanggal 7 Desember

2016. 5 Hasil FGD pandangan Sdr. Y (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang I, pada tanggal 7 Desember 2016.

46

wakil rakyat.6 Selanjutnya, minimnya keterpilihan caleg perempuan pun disebabkan karena

kurang mensosialisasikan dirinya yang berdampak pada ketidaktahuan masyarakat tentang profil

caleg perempuan tersebut.7

Begitu pula dengan Dapil V – Kel. Naikoten 1, Kec. Kota Raja yang mengatakan bahwa

budaya patriarki yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat membuat perempuan tidak

memiliki kepercayaan diri yang baik untuk mengasah dirinya. Meskipun masyarakat masih

berpikir bahwa tugas pokok perempuan adalah mengurus rumah tangga tetapi jika ia memiliki

kemampuan berpolitik yang baik maka ia pasti akan lolos pemilihan.8 Kemudian, para pemilih

pun berpandangan bahwa peran partai politik sangat menentukan keterpilihan caleg perempuan.9

Saat ini kebanyakan partai politik tidak memiliki standar perekruitan calon legislatif yang baik,

apalagi keterwakilan perempuan hanyalah disebebkan oleh dorongan affirmative action sehingga

masyarakat pun berpikir bahwa keterwakilan perempuan hanyalah pelengkap agar partai politik

tidak didiskualifikasikan.10

Kenyataan lain yang dihadapi caleg perempuan adalah banyak

pemilih perempuan yang tidak mendukung perempuan karena sistem kekeluargaan.11

Pemilih di Dapil IV – Kel. Nunbaun Sabu, Kec. Alak mengatakan bahwa pada umumnya

kehidupan masyarakat masih dipengaruhi oleh budaya patriarki yang diperoleh dari sejarah

6 Hasil FGD pandangan Bapak LL (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang I, pada tanggal 7 Desember

2016. 7 Hasil FGD pandangan Sdr. E (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang I, pada tanggal 7 Desember 2016.

8 Hasil FGD pandangan Bapak PD (inisial), Bapak SM (inisial), Bapak Ibu ID (inisial) dan Ibu ML

(inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang V, pada tanggal 12 Desember 2016. 9 Hasil FGD pandangan Bapak PD (inisial) dan Bapak MM (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang V,

pada tanggal 12 Desember 2016. 10

Hasil FGD pandangan Bapak MM (inisial) dan Bapak C (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang V,

pada tanggal 12 Desember 2016. 11

Hasil FGD pandangan ibu ML (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV, pada tanggal 12 Desember

2016.

47

bangsa dan agama yang melahirkan bias gender.12

Laki-laki dianggap sebagai makhluk hidup

yang bebas sedangkan perempuan terikat dengan pekerjaan rumah tangga sehingga jika

perempuan terjun ke dunia politik maka perannya akan maksimal.13

Masyarakat juga

memandang bahwa daya nalar perempuan sangat terbatas sehingga tidak dapat mengambil

keputusan.14

Sedangkan pada Dapil II – Kel. Oebobo, Kec. Oebufu, peserta FGD selaku pemilih

mengungkapkan bahwa sebenarnya perempuan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin

namun tidak diberi peluang karena masyarakat masih dipengaruhi oleh pandangan zaman orde

baru di mana pada zaman itu kemampuan perempuan sangat diragukan di ruang publik. Hal ini

berdampak pada proses pemilihan umum.15

Pendapat lain diungkapkan oleh peserta FGD di Dapil III – Kel. Maulafa, Kec. Maulafa

yang mengatakan bahwa dasar pemberian suara yang merak lakukan adalah bukan berdasarkan

jenis kelamin para caleg tetapi berdasarkan investasi sosial yang dilakukan dalam masyarakat.16

Kendala utama minimnya keterpilihan caleg perempuan disebabkan oleh kurangnya kedekatan

emosional yang terjalin sebelum memutuskan menjadi anggota legislatif dan akan terus terbina.17

b. Respon anggota legislatif perempuan

12

Hasil FGD pandangan Bapak AS (inisial) dan Bapak YN (insial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV,

pada tanggal 23 Desember 2016. 13

Hasil FGD pandangan ibu CM (inisial) dan Ibu LE (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV, pada

tanggal 23 Desember 2016. 14

Hasil FGD pandangan Sdr. N (inisial) dan Bapak AS (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV, pada

tanggal 23 Desember 2016. 15

Hasil FGD pandangan Bapak AS (inisial) dan Bapak CN (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang II,

pada tanggal 21 Desember 2016. 16

Hasil FGD pandangan Bapak AK (inisial) dan Bapak SN (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang III,

pada tanggal 17 Desember 2016. 17

Hasil FGD pandangan Ibu EN (inisial) dan Bapak YN (insial), Daerah Pemilihan Kota Kupang III, pada

tanggal 17 Desember 2016.

48

Kehadiran perempuan dalam lembaga pembuat keputusan dipandang oleh beberapa

anggota legislatif perempuan sebagai keharusan untuk memperjuangkan hak perempuan dan

dengan demikian dapat mematahkan pelabelan yang diberikan kepada perempuan.18

Kehadiran

perempuan akan membawa gaya pendekatan politik yang lebih ramah dan sejuk serta mampu

mengimbangi ketamakan anggota legislatif laki-laki karena perempuan mengelola lebih pada

hati.19

Sayangnya, pentingnya kehadiran perempuan di lembaga pembuat keputusan ini belum

direspon baik oleh masyarakat sebagai pemilih di Kota Kupang. Anggota legislatif perempuan

menerjemahkan realita politik ini sebagai suatu gejala yang tidak hanya disebabkan oleh

pemahaman masyarakat sebagai pemilih, tetapi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan

profil caleg perempuan itu sendiri.

Masyarakat sebagai pemilih dipengaruhi oleh budaya patriarki yang menghasilkan bias

gender sehingga perempuan dipandang sebagai figur yang bekerja di dapur, mengurus keluarga

dan mendapat stereotype ketika bekerja di luar rumah, terutama di lembaga politik.20

Pengaruh

budaya ini perlahan-lahan mulai terkikis pada masyarakat modern namun masih berlaku pada

masyarakat tradisional karena pada umumnya, masyarakat Kota Kupang memilih caleg

perempuan berdasarkan kualitasnya. Hal ini terbukti dari kehadiran 5 orang perempuan di

lembaga legislatif.21

Kebijakan pemerintah yang enggan melibatkan perempuan dalam berbagai proses

pengambilan kebijakan berdampak pada kinerja kaum perempuan dalam masyarakat yang

18

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah, Anggota Legislatif Kota Kupang, pada tanggal 13

Desember 2016. 19

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek, Anggota Legislatif Kota Kupang, pada tanggal 13

Desember 2016. 20

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De Haan-Hayon, Anggota Legislatif Kota Kupang, pada tanggal

13 Desember 2016. 21

Hasil wawancara dengan Ibu Jeanly Ndaumanu, Anggota Legislatif Kota Kupang, pada tanggal 16

Desember 2016.

49

dianggap sebagai sosok yang tidak rasional dalam mengambil keputusan. Gejala berikutnya dari

kebijakan pemerintah adalah banyak perempuan yang tidak diberi kesempatan sehingga

masyarakat pun kurang mengapresiasi kapasitas perempuan. Begitu pula halnya dengan

kebijakan partai politik yang tidak memberi dukungan pendidikan politik dan merekruit kader-

kader yang berjiwa pemimpin dengan kapabilitas yang baik karena adanya persaingan yang

didominasi oleh laki-laki. 22

Selanjutnya, banyak perempuan yang tidak berminat masuk dalam

organisasi-organisasi sehingga jiwa kepemimpinan pun kurang.23

Dalam kontestasi merebut

kekuasaan pun laki-laki dinilai sebagai sosok yang berani untuk mempertaruhkan segalanya

demi mendapatkan kekuasaan, termasuk ongkos politik.

Faktor-faktor yang dipahami anggota legislatif perempuan dipahami juga oleh para

pemilih yang akhirnya menentukan perilaku memilih mereka pada pemilu legislatif 2014 yang

lalu. Oleh karena itu, peran anggota legislatif perempuan yang diklaim lebih memahami

kepentingan perempuan harus menunjukkan peran mereka demi peningkatan jumlah keterpilihan

perempuan ke arena legislatif dan sekaligus akan menghapus pemahaman-pemahaman yang bias

gender di kalangan masyarakat sebagai pemilih di daerah Kota Kupang.

3.3.2 Faktor pendorong dan faktor kelolosan anggota legislatif perempuan terpilih

a. Faktor-faktor anggota legislatif perempuan terpilih menjadi anggota legislatif

22

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 23

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw, Anggota Legislatif Kota Kupang, pada tanggal 15

Desember 2016.

50

Ada beberapa hal yang membuat anggota legislatif ini mencalonkan diri pada pemilihan

umum legislatif 2014. Ada yang didasarkan oleh kemauan diri dan dukungan keluarga.24

Ada

pula yang sebelumnya telah terlibat sebagai aktivis di lembaga kemasyarakatan, terlibat dalam

berbagai organisasi politik serta memiliki garis keturunan para politisi.25

Alasan senada

diungkapkan juga oleh narasumber lainnya tentang keaktifannya dalam pemberdayaan

masyarakat miskin di Kota Kupang dan mengikuti seleksi yang diselenggarakan oleh partai

politik.26

Alasan berbeda dituturkan oleh anggota legislatif lainnya bahwa ada harapan

masyarakat yang harus mereka perjuangkan sehingga penting bagi mereka untuk berperan

sebagai anggota legislatif demi memperjuangkan aspirasi masyarakat tersebut.27

Kehadiran

seorang warga masyarakat dalam legislatif merupakan hasil kepercayaan masyarakat banyak

terhadapnya dengan harapan anggota legislatif tersebut dapat memperjuangkan hak-hak

mereka.28

Kemudian ada juga yang direkruit oleh partai politik dan memiliki kesadaran bahwa

jumlah kehadiran perempuan yang sangat sedikit dalam lembaga legislatif.29

Dengan berhasil

duduk di kursi legislatif maka seseorang akan mampu melayani banyak masyarakat.30

b. Faktor-faktor kelolosan anggota legislatif terpilih

Kepercayaan masyarakat kepada caleg perempuan bukanlah hal alamiah yang ada dalam

diri masyarakat, tetapi merupakan perjuangan para calon legislatif. Salah satunya adalah dengan

membangun hubungan emosional bersama masyarakat di mana ia tinggal, misalnya selalu hadir

dalam setiap moment yang terjadi di lingkungan tersebut.31

Ada pula yang meyakini bahwa

24

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De Haan-Hayon.... 25

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 26

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah... 27

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw... 28

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah... 29

Ibid. 30

Hasil wawancara dengan Jeanly Ndaumanu... 31

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De Haan-Hayon...

51

melalui keaktifannya dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi partai politik

telah menjamin mereka untuk memperoleh simpati masyarakat, seperti pernyataan berikut:

“Selama ini saya sudah berkiprah di dunia kerja yang berurusan dengan

masyarakat banyak sehingga dari sisi nama mereka sudah mengenal kemudian

sisi sosial juga seperti pekerjaan-pekerjaan yang urusannya dengan masyarakat

yang menyebabkan terpilih”32

Selain membangun hubungan emosional dan keaktifan dalam berbagai organisasi, hal

menarik lainnya yang membuat seorang perempuan meyakinkan masyarakat untuk memilih

mereka adalah dengan mengandalkan dukungan keluarga besar.33

Usaha lainnya juga dilakukan

hanya dengan mengikuti seleksi pencalonan anggota legislatif, dukungan keluarga dan keyakinan

untuk memenuhi jumlah kuota 30% keterwakilan perempuan.34

Kekuatan emosional, investasi sosial, dukungan keluarga besar serta keyakinan untuk

memenuhi sistem kuota bukanlah jaminan mutlak bagi keberhasilan terpilihnya caleg perempuan.

Kekuatan finansial dalam politik mampu mengendalikan segalanya, seperti pernyataan seorang

narasumber berikut:

“...seperti yang telah saya katakan bahwa saya memiliki ±200 orang warga

binaan, tetapi pada saat pemilihan umum legislatif kebersamaan kami selama 4-5

tahun tidak memberikan arti apapun. Sebaliknya, mereka tidak memilih saya

tetapi memilih orang yang memberikan sesuatu menjelang pemilihan”.35

Tentu ada kekecewaan yang mendalam ketika segalanya telah diusahakan namun dengan

pergumulan yang sungguh bersama Tuhan dan dengan hati yang tulus untuk melayani

masyarakat akan membuahkan hasil yang baik dalam pemilihan.36

Tidak hanya melalui

32

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 33

Hasil wawancara dengan Ibu Jeanly Ndaumanu... 34

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De-Haan-Hayon... 35

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 36

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah...

52

pergumulan dan hati yang tulus tetapi bagaimana perempuan bisa memberikan suatu kualitas diri

yang baik untuk diterima masyarakat melalui peran yang dilakukan untuk memperjuangkan haka

rakyat yang dipercayakan kepada mereka.37

3.3.3 Faktor-faktor pemilih memilih anggota legislatif perempuan

a. Daerah pemilihan Kota Kupang I – Kel. Oesapa, Kec. Kelapa Lima/Kota Lama

Berdasarkan diskusi, terpilihnya salah satu anggota legislatif perempuan dari kelurahan

ini karena ada himbauan dari ketua RT setempat untuk memilih caleg perempuan yang

berdomisili di lingkungan mereka dengan harapan ia dapat memperjuangkan daerah tersebut

khususnya pembangunan jalan raya.38

Adapun harapan lain yang diberikan kepada caleg adalah

kelak akan memperhatikan kaum perempuan di daerahnya.39

Alasan lainnya karena caleg tersebut

adalah seorang Penatua dan BP3J di gereja dan suaminya adalah seorang aktivis di Kelurahan.

Caleg tersebut pun memiliki relasi yang baik dalam lingkungan ini.40

b. Daerah pemilihan Kota Kupang V – Kel. Nikoten 1, Kec. Kota Raja

Alasan para peserta FGD dari Kec. Kota Raja terkhususnya Kel. Naikoten 1 adalah karena

caleg perempuan tersebut telah melakukan berbagai investasi sosial sebelum mencalonkan diri

sebagai anggota legislatif.

“Sebelum beliau menjabat sebagai anggota dewan, beliau dan pihak Kelurahan

sudah banyak melakukan bantuan untuk masyarakat. Perbuatannya ini membuat

masyarakat menaruh kepercayaan penuh untuk beliau. Hingga saat ini, beliau

memperjuangkan pembuatan jalan yang baru untuk memperlancar mobilisasi

yang sulit di sini. Dua hal yang dibutuhkan masyarakat Kota Kupang yaitu jalan

dengan penerangan”.41

37

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 38

Hasil FGD pandangan Bapak RT (inisial)... 39

Hasil FGD pandangan Ibu M (inisial)... 40

Hasil FGD pandangan Ibu NO (inisial)... 41

Hasil FGD pandangan Bapak D (inisial)...

53

Selain melakukan berbagai investasi sosial, caleg tersebut selalu mebjaga ikatan

emosional dengan masyarakat di lingkungan tersebut seperti hadir dalam berbagai acara yang

diselenggarakan masyarakat dan memberi apresiasi kepada siswa/i yang berprestasi serta

mengadakan olahraga bersama.42

c. Daerah pemilihan Kota Kupang II – Kel. Oebufu, Kec. Oebobo

Terdapat 36 orang caleg perempuan dan hanya 1 orang caleg perempuan yang terpilih.

Sedangkan caleg laki-laki berjumlah 69 orang dan terpilih 8 orang. Di tempat penelitian ini,

peserta yang hadir terdiri dari pemilih yang memilih caleg laki-laki dan caleg perempuan. Alasan

peserta FGD memilih caleg perempuan karena adanya faktor emosional, warga jemaat di gereja

yang sama serta memiliki pendidikan yang baik.43

Selain itu ada pula harapan untuk

memperjuangkan aspirasi mereka dalam hal pembuatan jalan dan saluran air di lingkungan

mereka.44

Sedangkan alasan peserta FGD yang memilih laki-laki adalah karena ada harapan yang

diberikan kepada caleg yang dipilih untuk membantu mereka di daerah tersebut dalam bidang

kesehatan, infrastruktur, dll. 45

Harapan-harapan ini tidak dapat direalisasikan oleh kaum

perempuan. Uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

42

Hasil FGD pandangan Ibu ID (inisial)... 43

Hasil FGD pandangan Ibu YN (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT II, pada tanggal 21

Desember 2016. 44

Hasil FGD pandangan Bapak CN (inisial)... 45

Hasil FGD pandangan Bapak FU (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang III, pada tanggal 17

Desember 2016.

54

Tabel 3.8

Faktor-faktor pemilih memilih anggota legislatif perempuan terpilih

Faktor

Jumlah pemilih yang mengatakan faktor tersebut

Dapil I Dapil II Dapil V Jumlah

Adanya kedekatan emosional 2 2 3 7

Adanya investasi sosial 4 - 7 11

Tinggal di wilayah yang sama atau

tergabung dalam satu lembaga

tertentu

4 1 - 5

Adanya harapan pemilih yang

dipercayakan kepada caleg

perempuan

3 2 1 6

Jumlah 29

3.3.4 Faktor-faktor pemilih tidak memilih caleg perempuan

Untuk mengawali pembahasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pemilih belum

sepenuhnya memberikan suara kepada caleg perempuan di wilayah mereka, maka peneliti akan

menunjukan ringkasan dan jumlah pemilih yang mengatakan faktor-faktor tersebut dalam proses

FGD pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Faktor-faktor pemilih tidak memberikan suara kepada caleg perempuan

Faktor Jumlah pemilih yang mengatakan faktor tersebut

Dapil III Dapil IV Jumlah

Pemilih tidak mengenal caleg

perempuan karena bukan dari

kelurahan mereka

1 - 1

55

Caleg perempuan tidak memiliki

investasi sosial di daerah tersebut

- 2 2

Perempuan tidak memiliki

kemampuan sebagai anggota

legislatif

3 2 5

Pola perekruitan partai 4 1 5

Tugas pokok perempuan adalah

mengurus keluarga

- 1 1

Perempuan tidak berorganisasi dan

bukan berasal dari partai

2 - 2

Tidak memiliki ikatan emosional 2 1 3

Peran anggota legislatif

perempuan periode lalu tidak ada

- 1 1

Jumlah 20

Pada Daerah Pemilihan Kota Kupang III – Kel. Maulafa, Kec. Maulafa, Peserta FGD

yang hadir mengakui bahwa pada saat pemilihan umum legislatif mereka memilih caleg laki-laki

karena pada saat itu tidak ada caleg perempuan dari Kelurahan mereka.46

Jikalau ada caleg dari

Kecamatan ini pun tidak ada satu pun caleg yang mereka kenal, dalam artian bahwa caleg tidak

membangun hubungan emosional dengan masyarakat atau organisasi lainnya.47

Hal lain yang

membuat mereka menjatuhkan pilihan kepada laki-laki adalah karena potensi perempuan

dibawah standar, seperti pernyataan berikut:

“....potensi perempuan untuk calon legislatif di Kota Kupang-NTT di bawah

standar. Kehadiran perempuan hanya memenuhi kuota 30%”.

46

Hasil FGD pandangan Bapak YM (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang III, pada tanggal 17

Desember 2016. 47

Hasil FGD pandangan Ibu EM...

56

Selain itu, bagi sebagian masyarakat, laki-laki maupun perempuan bukanlah ukuran

penilaian untuk memilih mereka menjadi wakil rakyat. Hal mendasar yang menjadi penilaian

utama adalah investasi sosial yang dilakukan selama berada di masyarakat.

“... Di zaman sekarang ini ukurannya bukan laki-laki atau perempuan, tetapi

apakah dia sudah melakukan investasi sosial dalam masyarakat selama ini atau

tidak.” 48

Keyakinan akan kehadiran perempuan untuk memenuhi kuota keterwakilan perempuan

disebabkan oleh pola rekrutmen yang dilakukan partai politik yang tidak memiliki standar

kapasitas dan kapabilitas caleg perempuan.49

Pola perekrutan yang tidak berstandar ini dilakukan

partai politik agar posisi dan kepentingan mereka tidak digantikan oleh kaum perempuan yang

memiliki kualitas diri yang baik sebagai politisi.50

Alasan lain terpilihnya laki-laki karena pada

umumnya caleg perempuan bukan berasal dari partai. 51

Sedangkan pada Daerah Pemilihan Kota Kupang IV – Kel. Nunbaun Sabu, Kec. Alak,

para peserta FGD mengatakan bahwa tidak lolosnya perempuan dari Kec. Alak terkhususnya Kel.

Nunbaun Sabu disebabkan oleh pemahaman bahwa laki-laki bebas sedangkan perempuan

memiliki tanggung jawab dalam rumah tangga sehingga jika ia menjadi anggota legislatif maka

tanggung jawabnya dalam rumah tangga terabaikan.52

Selain itu, menurut mereka, daya nalar

perempuan lebih terbatas dbandingkan dengan daya nalar laki-laki sehingga perempuan tidak

mampu memperjuangkan hak masyarakat di legislatif.53

48

Hasil FGD pandangan Bapak AK (inisial)... 49

Ibid. 50

Hasil FGD pandangan Bapak AK (insial)... 51

Hasil FGD pandngan Bapak SN (inisial)... 52

Hasil FGD pandangan Ibu MC (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV, pada tanggal 23 Desember

2016. 53

Hasil FGD pandangan Bapak RT (inisial)....

57

Pada saat diskusi berlangsung, seorang peserta FGD membagikan pengalamannya bahwa

sebelum pemilihan umum legislatif, salah satu partai memintanya untuk ikut mencalonkan diri

sebagai anggota legislatif mewakili partai tersebut. Sebenarnya beliau tidak memiliki kemampuan

di bidang politik dan berlatar belakang petani tetapi beliau menerima permintaan tersebut untuk

menguji nasibnya.54

Pengalaman ini membuat masyarakat meragukan setiap caleg perempuan

yang direkrut partai politik. Alasan mendasar lainnya adalah caleg perempuan tidak melakukan

sosialisasi di Kelurahan ini.55

3.4 Peran anggota legislatif perempuan

3.4.1 Respon pemilih terhadap peran anggota legislatif perempuan

Faktor-faktor minimnya peluang keterpilihan caleg perempuan perlu menjadi perhatian

utama anggota-anggota legislatif terutama anggota legislatif perempuan sehingga pada pemilihan

umum legislatif berikutnya masyarakat dapat memberikan peluang yang besar bagi kaum

perempuan. Beberapa masyarakat mengakui bahwa anggota legislatif perempuan telah

melakukan tugasnya terutama untuk pembuatan dan perbaikan jalan raya namun untuk

pemberdayaan perempuan seperti kerajinan, pelatihan politik, dsb belum terealisasi. 56

Ada pula

yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui hasil kerja para anggota legislatif perempuan

54

Hasil FGD pandangan Ibu MC (inisial)... 55

Hasil FGD pandangan Ibu ND (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang IV, pada tanggal 23 Desember

2016. 56

Hasil FGD pandangan Bapak RA (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT I, pada tanggal 7

Desember 2016.

58

atau salah satu anggota legislatif perempuan yang berdomisili di lingkungan mereka karena

kesibukan dalam rumah tangga dan pekerjaan.57

Berbeda halnya dengan seorang peserta FGD yang mengatakan bahwa untuk berpolitik

tidak perlu menjadi anggota legislatif karena politik bisa juga dilakukan di mana saja seperti di

dalam keuarga. Hal ini dapat dilakukan setiap manusia dalam keluarga untuk memberi pendapat

dan masukan kepada anggota keluarga. Ia menyadari bahwa kemampuannya untuk berbicara di

depan publik, dalam keluarga dan mengambil kebijakan semakin baik karena ia mengikuti

berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh salah satu anggota legislatif perempuan.58

Peran anggota legislatif perempuan juga telah dirasakan masyarakat melalui Posyandu.59

Narasumber berpendapat bahwa ada ketakutan yang dialami anggota legislatif perempuan untuk

berjuang demi kaum perempuan lainnya di bidang politik karena akan mejadi rival dalam

pemilihan umum legislatif berikutnya.60

“Pendidikan politik perempuan secara tidak langsung melalui keterwakilan

dalam organisasi-organisasi lain seperti PMPN, Posyandu, dsb, tetap dijalankan

tetapi mengarahkan pendidikan politik sebagai akses untuk masuk dalam

legislatif tidak dilaksanakan. Sebenarnya pendidikan politik adalah salah satu

tugas DPRD. Kendalanya adalah ada ketakutan akan disaingi kaum perempuan

lainnya sehingga anggota legislatif perempuan tidak menjalankan pendidikan

politik secara langsung”61

Lain halnya dengan pengakuan di daerah pemilihan lainnya bahwa anggota perempuan

tidak melakukan peran apapun di daerah mereka dan mereka pun tidak mengenal anggota-

57

Hasil FGD pandangan Ibu R (inisial) dan Ibu M (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT I, pada

tanggal 7 Desember 2016. 58

Hasil FGD pandangan Ibu NO (inisial)... 59

Hasil FGD pandangan Ibu ML (inisial)... 60

Hasil FGD pandangan Bapak D (inisial)... 61

Hasil FGD pandangan Bapak MM (inisial)...

59

anggota dewan tersebut.62

Bahkan pada anggota legislatif perempuan pun tidak mengikuti masa

reses di wilayah mereka. Peserta lain berpendapat bahwa kemungkinan besar anggota legislatif

hanya bekerja untuk wilayah tempat tinggalnya dan wilayah pemilihan yang meloloskan

mereka.63

Ada pun pengakuan seorang peserta yang bekerja di Badan Pemerintah Daerah yang

selalu mengikuti rapat bersama para anggota legislatif mengatakan bahwa:

“Mohon maaf sebelumnya, kebetulan saya bekerja di Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda), jadi karena tuntutan pekerjaan, saya selalu

mengikuti sidang anggaran murni dan perubahan bersama dengan anggota

legislatif. Selama sidang berlangsung, anggota legislatif perempuan yang banyak

mengemukakan pendapat, masukan dan kritikan adalah Walde Taek dan Maria

Salouw. Sedangkan Jenly Ndaumanu dan Agnes Hayon tidak pernah

mengeluarkan sepatah katapun. Begitu pula dengan Maudy Dengah”.64

Di daerah pemilihan Kota Kupang-NTT lainnya, masyarakat mengatakan bahwa daerah

mereka belum mendapatkan informasi mengenai kegiatan reses anggota legislatif namun mereka

pun mengakui bahwa kenyataan ini bukan menunjukan bahwa anggota legislatif tidak melakukan

tugas sebagai anggota legislatif karena pasti ada yang telah dilakukan di daerah lainnya.65

Peserta

lainnya pun memberi gambaran bahwa harapan yang ingin anggota legislatif lakukan kepada

mereka adalah seputar jalan raya dan saluran air atau got namun belum terealisasi hingga saat ini.

Yang terealisasi di tahun ini hanyalah Kantor Lurah yang selalu diusulkan warga setiap

tahunnya.66

Beberapa peserta berpendapat lain bahwa untuk pemberdayaan perempuan di bidang

politik belum dilakukan hingga saat ini namun peran di daerah lain yaitu di rayon (wilayah

62

Hasil FGD pandangan Ibu MY (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang-NTT III, pada tanggal 17

Desember 2016. 63

Hasil FGD pandangan Ibu DN (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang III, pada tanggal 17 Desember

2016. 64

Hasil FGD pandangan Bapak AK (inisial)... 65

Hasil FGD pandangan Bapak FU (inisial)... 66

Hasil FGD pandangan Bapak C (inisial), Daerah Pemilihan Kota Kupang II, pada tanggal 21 Desember

2016.

60

pembagian gereja) aggota legislatif telah dilaksanakan dengan memberi bantuan sembako dan

memberi keterampilan membuat jajanan untuk dijual.67

Eksistensi anggota legislatif perempuan pun tidak diakui di daerah pemilihan lainnya

dengan mengatakan bahwa masyarakat di Kelurahan ini tidak mengenal anggota legislatif dan

anggota legislatif perempuan pun tidak berani berpendapat dalam sidang yang dihadiri oleh salah

satu peserta FGD.

“Pada umumnya, masyarakat Kel. Nunbaun Sabu tidak mengenal ke-5 anggota

legislatif perempuan di DPRD Kota Kupang. Sebagai informasi, saya selalu

mengikuti sidang bersama dengan para anggota legislatof tetapi suara perempuan

jarang terdengar di sana kecuali suara dari Walde Taek dan Maria Salouw. Peran

yang kami rasakan di bidang pendidikan dan kesehatan oleh Walde Taek” 68

3.4.2 Peran yang telah dilakukan anggota legislatif perempuan

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa kerja-kerja politik mereka

merupakan wujud perrtanggungjawaban pada komisi masing-masing. Hal ini disebabkan karena

belum terbentuknya sebuah regulasi yang mengatur keterpilihan perempuan di dalam legislatif

sehingga masing-masing anggota legislatif berjuang dengan caranya sendiri,69

dalam pengertian

bahwa kelima anggota legislatif perempuan hanya bekerja berdasarkan tugas komisi dan

67

Hasil FGD pandangan Ibu RT (inisial)... 68

Hail FGD pandangan Bapak RT (inisial)... 69

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah...

61

fraksinya.70

Sistem inilah yang akhirnya membuat para anggota legislatif menyadari bahwa isu

perempuan bukanlah isu utama yang harus diperjuangkan di legislatif karena mereka melayani

masyarakat umum dan bukan hanya untuk kebutuhan perempuan.71

Adapun yang berargumen

seperti di bawah ini:

“....Setelah kami menjabat sebagai anggota legislatif di DPRD Kota Kupang-

NTT, kami tidak memfokuskan pekerjaan kami pada kepentingan perempuan

saja tetapi untuk kepentingan semua masyarakat”.72

Meskipun demikian, ada beberapa anggota legislatif perempuan yang telah melangkahkan

kaki untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik masyarakat secara umum maupun masyarakat di

lingkungan tempat tinggalnya. Berikut adalah salah satu pernyataan bahwa narasumber telah

melakukan tugas dari komisinya untuk masyarakat umum:

“Saya telah memperjuangkan pembuatan dan perbaikan jalan di Kec.Kota

Raja. Saya juga biasanya membantu masyarakat yang kurang mampu.

Kemudian, sebelum masa sidang, saya mengajak beberapa tokoh masyarakat

untuk membahas kepentingan mereka yang akan saya perjuangkan dalam

sidang terkait dengan infrastruktur”.73

Peran anggota legislatif terhadap perempuan bukanlah hal yang mudah karena mereka tidak

hanya bekerja untuk kepentingan perempuan saja tetapi juga untuk komisi dan fraksi mereka.

Berdasarkan hasil wawancara, narasumber yang tergabung dalam komisi IV – bidang

kesejahteraan rakyat telah melaksanakan berbagai program untuk kaum perempuan yang bekerja

sama dengan LSM dan Dinas Pemberdayaan Perempuan atau Dinas Sosial lainnya untuk

menguatkan kapasitas perempuan. Selain itu, narasumber yang sama juga mengatakan bahwa:

70

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De Haan-Hayon... 71

Hasil wawancara dengan Ibu Jeanly Ndaumanu... 72

Hasil wawancara dengan Ibu Maria S.Salouw... 73

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek...

62

“Komisi ini sudah bekerjasama secara intens dengan para mitra di Dinas

SKPD untuk kepentingan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan rumah

tangga, perbaikan derajat kesehatan dan derajat pendidikan. Kemiskinan

menggambarkan wajah perempuan karena mereka yang mengelola keuangan

rumah tangga. Kemudian, mengenai derajat kesehatan yang rentan dengan

perempuan, misalnya kanker, kematian ibu, dsb. Selanjutnya mengenai

pendidikan. Jika kita melihat tingkat pendidikan di Kota Kupang maka jelas

bahwa masyarakat yang putus sekolah atau yang masih buta huruf dialami

oleh perempuan. Oleh karena itu, ketiga hal ini kami usahakan sehingga

dengan penambahan kualitas pencari nafkah dalam rumah tangga kehidupan

ekonomi bisa sedikit lebih membaik”.74

Hal senada pun dijelaskan oleh seorang narasumber yang menjabat sebagai ketua fraksi dan

bekerja di komisi III – bidang pembangunan serta tergabung dalam badan legislasi, maka

narasumber pun turut ikut membuat Paturan Daerah (PERDA) termasuk PERDA untuk

perempuan. Narasumber menyatakan bahwa:

“...Kami bekerja untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dan

mewujudkannya. Jadi tidak ada prioritas untuk laki-laki atau perempuan.

Tetapi untuk mengawal kesetaraan perempuan dan laki-laki, maka dibuatlah

Perda tentang perempuan yang sudah berjalan selama 2 tahun. Kebetulan saya

masuk dalam bidang legislasi sehingga terlibat juga dalam pembuatan Perda

itu”.75

Pernyataan-pernyataan ini menunjukan bahwa setiap anggota legislatif perempuan bekerja

sesuai dengan tugas yang diemban dalam legislatif. Pernyataan berikut yang disampaikan

narasumber adalah bahwa meskipun narasumber berada di suatu komisi yang tidak memiliki fokus

pada perempuan namun narasumber selalu memberikan motivasi kepada masyarakat terutama

kaum perempuan di lingkungan tempat tinggalnya agar mereka juga memiliki kemauan untuk

belajar agar dapat terlibat dalam legislatif. Tindakan ini perlu dilakukan karena narasumber

menyadari bahwa setiap organisasi membutuhkan generasi baru yang inovatif dan kreatif. 76

74

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 75

Hasil wawancara dengan Ibu Maria S. Salouw... 76

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah...

63

Sebagaimana data yang telah ditemukan peneliti melalui wawancara terhadap kelima

anggota legislatif perempuan bahwa setiap anggota legislatif telah dikelompokan ke dalam empat

komisi sehingga isu perempuan belum mendapat tempat yang baik dalam perhatian tugas mereka

namun narasumber mengakui bahwa keterwakilan perempuan di legislatif adalah suatu hal yang

penting. Tidak hanya anggota legislatif perempuan yang harus memperjuangkan kebutuhan

perempuan yang sering didiskreditkan dalam masyarakat, anggota legislatif laki-laki pun memiliki

kewajiban yang sama untuk hal tersebut.77

Narasumber mengakui bahwa kehadiran perempuan

dalam legislatif dapat memberikan suasana tenang dalam ruang kerja DPRD dengan pernyataan

berikut:

“....merasa penting untuk perempuan juga harus atau wajib ambil bagian

dalam dunia politik baik legislatif maupun eksekutif. Sebenarnya perempuan

mengelola lebih kepada hati dan lebih banyak anggota legislatif perempuan

yang mampu mengimbangi ketamakan para lelaki. Ini kesimpulan saya selama

2 tahun menjabat sebagai anggota legislatif di DPRD Kota Kupang”.78

Kehadiran perempuan dalam legislatif pun perlu ditingkatkan agar masyarakat terutama

perempuan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat lainnya dan mereka pun dapat

merealisasikan apa yang menjadi kebutuhan para perempuan yang sering dibicarakan di

lingkungan mereka.79

Namun, pentingnya keterwakilan perempuan ini tidak serta merta mendapat

perhatian yang utama dalam berbagai pembahasan dalam persidangan karena isu perempuan

adalah milik komisi IV – bidang kesejahteraan masyarakat.80

Jikalau ada pembahasan mengenai

perempuan pun hal itu hanyalah cara untuk menarik simpati.81

Bahkan ada pula narasumber dari

komisi IV – bidang kesejahteraan masyarakat yang menyatakan bahwa dokumen sidang diberikan

77

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 78

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 79

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw... 80

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah... 81

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B.D Haan-Hayon...

64

beberapa jam menjelang sidang berlangsung sehingga setiap anggota sidang yang tidak

membacanya dengan saksama tidak akan pernah mengetahui kegiatan-kegiatan yang diakomodir

untuk perempuan.82

Ini menjadi satu kendala bagi para anggota legislatif baik perempuan maupun

laki-laki untuk terus menempa diri dengan sungguh dan tegas dalam bersikap. Selain itu, kendala

berikutnya adalah pembahasan anggaran yang tidak disetujui dalam waktu yang singkat dan

dibutuhkan kebijaksanaan untuk menggunakan anggaran tersebut teradap berbagai kebutuhan

masyarakat di 51 Kelurahan di Kota Kupang-NTT.83

Kendala-kendala ini menjadi lika-liku para

anggota legislatif perempuan yang berada di antara 35 orang anggota legislatif laki-laki yang

merasa diri memiliki power atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan perempuan.84

Pahit manis berpolitik tidak hanya berasal dari diri sendiri, masyarakat dan keluarga tetapi

juga berasal dari dalam arena legislatif itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang anggota

legislatif perempuan, ia harus banyak belajar untuk bersaing dengan para lelaki, dalam arti bahwa

ia harus memberikan dan menunjukan kualitas yang baik. Jumlah kehadiran perempuan dalam

legislatif tidak serta merta akan membawa perubahan yang lebih baik bagi kualitas perempuan

dalam masyarakat Kota Kupang-NTT jika orang tersebut tidak memiliki kualitas diri yang baik. 85

Hal serupa pun dikemukakan narasumber lainnya bahwa bukanlah kuantitas yang dibutuhkan

tetapi peran politik yang dilakukannya untuk masyarakat secara umum dan perempuan secara

khusus.86

Berbeda halnya dengan pernyataan yang diungkapkan oleh narasumber lainnya bahwa

kehadiran perempuan yang lebih banyak dalam legislatif akan menghasilkan perubahan yang lebih

82

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 83

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw... 84

Hasil wawancara dengan Ibu Agnes B. De Haan-Hayon.. 85

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 86

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw...

65

banyak lagi terhadap perempuan.87

Pernyataan ini didukung oleh realita yang terjadi dan

diharapkan narasumber lainnya bahwa narasumber belum melihat ada keberhasilan yang dilakukan

perempuan sebagai seorang politisi meskipun sudah memenuhi kuota 30%. Oleh karena itu,

narasumber memiliki harapan agar pada pemilihan umum legislatif tahun 2019, terdapat 20 orang

perempuan dan 20 orang laki-laki anggota legislatif sehingga semakin banyak perempuan maka

semakin banyak kepentingan perempuan yang diutamakan dan direalisasikan.88

Terlepas dari jumlah kehadiran perempuan dalam panggung politik, hal mendasar yang

perlu dimiliki oleh setiap perempuan yang ingin melayani banyak masyarakat terutama sesama

kaum perempuan melalui arena legislatif adalah perlu adanya jiwa dan kemauan belajar untuk

terus meempa diri dalam berbagai pengalaman berorganisasi maupun bermasyarakat sehingga

terwujudlah kerja-kerja politik dalam masyarakat.89

Selain itu, kaum perempuan pun perlu

membangun hubungan yang intens dengan masyarkat lainnya terutama di lingkungan tempat ia

hidup.90

Hal berikut yang perlu dilakukan adalah selalu aktif dalam membangun komunikasi

dengan anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Kupang-NTT agar ada keterbukaan di antara

keduanya demi menciptakan suatu kualitas diri yang signifikan seperti yang disampaikan oleh

salah satu narasumber bahwa:

“Masyarakat harus intens melakukan komunikasi dengan anggota DPRD.

Masyarakat harus aktif karena kami pun memiliki banyak pekerjaan di berbagai

wilayah di Kota Kupang. Dengan demikian, kami tahu persoalan-persoalan yang

ada di masyarakat.91

87

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah... 88

Hasil wawancara dengan Ibu Jenly Ndaumanu... 89

Hasil wawancara dengan Ibu Theodora E. Taek... 90

Hasil wawancara dengan Ibu Maudy J. Dengah... 91

Hasil wawancara dengan Ibu Maria M. Salouw...