BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...
Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...
54
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Putusan Nomor: 2/PDT. SUS/GUGATAN LAIN-
LAIN/2015/PN. MKS Jo Putusan Nomor: 725 K/PDT. SUS-PAILIT/2015
1. Pengadilan Niaga Makasar
a. Para Pihak yang Berperkara
1) PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) dan Jeffrey Rumendong
(dalam pailit) selaku penggugat.
2) PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK (“BANK MANDIRI”)
CABANG MAKASAR, berkedudukan di Regional Credit
Recorvery Makasar Jalan HOS Cokroaminoto Nomor 3 lantai 2
Makasar 90174, diwakili oleh Senior Vice President, M. Arifin
Firdaus, beralamat di Plaza Mandiri Jalan Gatot Subroto Kav.
36-38 Jakarta dan memberi kuasa kepada Kodrat Suprihatin S.H
Pj. Department Head Bussines & Asset Litigation Departemen
Legal Groub PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk dan kawan
kawan selaku tergugat.
b. Duduk Perkara
1) Pemberian ijin bagi Kurator PT. Sultra Jembatan Mas (dalam
pailit) dan Jeffrey Rumendong (dalam pailit) untuk melakukan
gugatan kepada Tergugat (selaku kreditur sparatis PT. Sultra
55
Jembatan Mas (dalam pailit) melalui Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Makasar;
2) Ditunjuklah Dr. Hj. Tutik Sri Suharti, SH., MH., dan Peni Sapta
Wulansari, S.H., (Penggugat), selaku kurator dalam kepailitan
tersebut untuk melakukan pengurusan dan pemberesan seluruh
aset PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit);
3) Penagihan piutang dari PT. Bank Mandiri, Tbk (Tergugat)
adalah Perjanjian Kredit Nomor 19 tertanggal 22 Juni 2005
(berikut Turutannya), Perjanjian Kredit Nomor 14 H tertanggal
15 Mei 2007 (berikut Turutannya) dan Perjanjian Kredit
Investasi Nomor 15 tertanggal 15 Mei 2005 (berikut
Turutannya), serta Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 14
tertanggal 6 Maret 2008 atas nama Michael Rumendong (Turut
Tergugat II) dan Akta Jaminan Pribadi (Borgtocht) Nomor 15
tertanggal 6 Maret 2008 atas nama Richard Rumendong.
4) Bahwa atas hutang tersebut PT. Sultra Jembatan Mas selaku
Debitur telah menjaminkan 2 (dua) bidang tanah dan bangunan
milik Turut Tergugat I danTurut Tergugat II (selaku Pengurus
Perseroan) dengan dokumen (untuk selanjutnya disebut “asset”)
antara lain:
a) Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas 3.294 m2 (tiga ribu
dua ratus sembilan puluh empat meter pesegi), atas nama
Richard Rumendong, dengan Sertipikat Hak Tanggungan
56
Nomor 122/2005, dengan nilai tanggungan sebesar Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
b) Sertipikat Hak Milik Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu
dua ratus delapan puluh meter persegi), atas nama Michael
E. Rumendong, dengan Sertipikat Hak Tanggungan Nomor
180/2005, dengan nilai tanggungan sebesar Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
5) Bahwa dengan terdaftarnya Tergugat sebagai kreditur PT. Sultra
Jembatan Mas (dalam pailit) maka penyelesaian hutang-piutang
kepada PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) tunduk dengan
Undang Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 dan
penyelesaiannya melalui koridor hukum kepailitan, dengan
segala akibat hukumnya;
6) Bahwa terhadap asset jaminan hutang PT. Sultra Jembatan Mas
(dalam pailit) tersebut diatas, Tergugat telah melaksanakan
haknya melakukan penjualan sendiri sesuai ketentuan Pasal 55
ayat (1) juncto 59 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Nomor
37 Tahun 2004 bahwa kreditur pemegang hak jaminan diberikan
jangka waktu untuk melaksanakan haknya selama 2 (dua) bulan,
dan setelah lewat jangka waktu tersebut, maka Kurator harus
menuntut diserahkannya aset yang menjadi jaminan untuk
dilakukan pemberesan sesuai Pasal 185 Undang Undang Nomor
37 Tahun 2004;
57
7) Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 dan Pasal 59 Undang
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
serta rapat-rapat kreditor dengan Hakim Pengawas di Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Makasar, bahwa dikarenakan
masa penjualan sendiri oleh pemegang jaminan telah terlampaui,
Kurator mengundang Tergugat sebagai kreditur pemegang hak
jaminan dan meminta penyerahan dokumen aset yang menjadi
jaminan;
8) Namun hingga Penggugat mengajukan gugatan ini Tergugat
belum juga menyerahkan dokumen aset jaminan PT. Sultra
Jembatan Mas (dalam pailit);
9) Bahwa di awal rapat-rapat kreditur Tergugat menyatakan tidak
berkeberatan untuk menyerahkan sertipikat asset yang menjadi
objek jaminan, akan tetapi hingga gugatan ini diajukan objek
jaminan belum juga diserahkan Tergugat kepada Penggugat.
Dalam hal ini Tergugat tidak menindaklanjuti permohonan-
permohonan Penggugat untuk menyerahkan sertipikat objek
jaminan;
10) Bahwa sesuai dengan uraian dalam posita Nomor 4 di atas
tagihan piutang Tergugat kepada PT. Sultra Jembatan Mas
(dalam pailit) yang dijamin dengan asset berupa Sertipikat Hak
Milik Nomor 555 seluas 3.294 m2 ( tiga ribu dua ratus sembilan
puluh empat meter persegi), atas nama Richard Rumendong,
58
dengan Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 122/2005, dengan
nilai tanggungan sebesar Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) dan Sertipikat Hak Milik Nomor 556 seluas
3.280 m2 ( tiga ribu dua ratus delapan puluh meter persegi), atas
nama Michael E. Rumendong, dengan Sertipikat Hak
Tanggungan Nomor180/2005, dengan nilai tanggungan sebesar
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah), adalah
berawal dari piutang yang timbul karena Perjanjian Kredit
Nomor 19 tertanggal 22 Juni 2005 (berikut Turutannya), dimana
Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II sebagai pihak pemilik
asset juga telah mengikatkan diri pula dalam Akta Jaminan
Pribadi (Borgtocht) Nomor 14 tertanggal 6 Maret 2008 atas
nama Michael Edward Rumendong dan Akta Jaminan Pribadi
(Bortocht) Nomor 15 tertanggal 6 Maret 2008 atas nama
Richard Rumendong;
11) Bahwa dengan adanya jaminan pribadi dari Turut Tergugat I dan
TurutTergugat II serta pengikatan assetnya atas hutang Debitor
(PT. Sultra Jembatan Mas), juga mengingat Debitor dalam
keadaan pailit, makaasset jaminan tersebut merupakan asset
yang harus dilakukan pengurusan dan pemberesan oleh Kurator
dalam rangka pemenuhan kewajiban-kewajiban Debitor Pailit
(dhi. PT. Sultra Jembatan Mas) terhadap krediturnya;
59
12) Bahwa dengan adanya pengakuan atas kedudukan hukum
Tergugat selaku kreditur dengan hak tagih sebesar Rp
15.925.537.899,57 (lima belas miliar Sembilan ratus dua puluh
lima juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu delapan ratus Sembilan
puluh sembilan rupiah lima tujuh sen), Tergugat seharusnya
menghormati dan mentaati proses hukum yang saat ini sedang
berlangsung di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Makasar dalam pemenuhan hak-hak hukumnya terhadap PT.
Sultra Jembatan Mas (dalam pailit);
13) Bahwa dengan tidak diserahkannya dokumen aset jaminan PT.
Sultra Jaminan (dalam pailit) yang dikuasai oleh Tergugat
menunjukkan tidak adanya itikad baik dari Tergugat terhadap
proses penyelesaian kewajiban PT. Sultra Jembatan Mas dalam
proses kepailitan;
14) Bahwa penguasaan Tergugat atas asli seluruh dokumen aset
jaminan berupa Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas 3.294
m2 (tiga ribu dua ratus sembilan puluh empat meter persegi),
atas nama Richard Rumendong, dan Sertipikat Hak Milik
Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus delapan puluh
meter persegi), atas nama Michael E. Rumendong, sebagai
jaminan atas utang PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit)
berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 122/2005 dan
Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 180/2005, telah melanggar
60
ketentuan Pasal 59 ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004, sehingga penguasaan Tergugat terhadap dokumen
aset jaminan adalah tidak sah dan melawan hukum;
15) Bahwa dengan demikian karena perbuatan Tergugat yang
menguasai asli seluruh dokumen aset pailit adalah tidak sah dan
melawan hukum, maka perbuatan tersebut dapat dikatagorikan
juga merupakan “Perbuatan Melawan Hukum” sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1365 KUHPerdata “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian
itu, mengganti kerugian tersebut”, yaitu dengan menghambat
penyelesaian proses kepailitan PT. Sultra Jembatan Mas (dalam
pailit) yang berakibat merugikan bagi budel aset itu sendiri dan
para kreditur PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) yang lain;
16) Bahwa dengan terhambatnya proses pemberesan aset
dikarenakan Tergugat tidak menyerahkan sertipikat aset jaminan
a quo, mengakibatkan biaya operasional dan pengawasan
terhadap aset semakin besar, dan hal ini menjadikan nilai atas
aset semakin menurun yang berakibat pula penyelesaian
terhadap kewajiban para krediturnya menjadi berkurang dan
tertunda;
17) Bahwa gugatan ini telah berdasarkan bukti-bukti yang cukup
sebagaimana ketentuan Pasal 180 HIR oleh karenanya mohon
61
Majelis Hakim untuk memberikan putusan yang dapat
dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan suatu upaya hukum baik bantahan/perlawanan,
banding maupun kasasi;
18) Bahwa oleh karena dokumen aset merupakan dokumen asli
untuk tanah yang akan dibereskan oleh Penggugat selaku
Kurator, maka Para Tergugat harus menyerahkan dokumen asli
aset jaminan a quo kepada Penggugat paling lambat 1 (satu)
minggu sejak putusan dalam perkara ini diucapkan, dengan
denda keterlambatan (dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah) per hari untuk setiap hari keterlambatan.
c. Gugatan Penggugat
1) Menerima gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2) Menyatakan Tergugat telah melanggar ketentuan Pasal 59 ayat
(1) dan ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
3) Menyatakan penguasaan Tergugat atas asli seluruh dokumen
aset jaminan berupa Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas
3.294 m2 (tiga ribu dua ratus sembilan puluh empat meter
persegi), atas nama Richard Rumendong, dan Sertipikat Hak
Milik Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh meter persegi), atas nama Michael E. Rumendong,
yang terletak di Jalan Abadi, Kabupaten Kolaka, sebagai
62
jaminan atas utang PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit)
berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 122/2005 dan
Nomor 180/2005 adalah tidak sah dan merupakan perbuatan
melawan hukum.
4) Menghukum Tergugat yang menguasai asli seluruh dokumen
aset jaminan PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) berupa
Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas 3.294 m2 (tiga ribu
dua ratus sembilan puluh empat meter persegi), atas nama
Richard Rumendong, dan Sertipikat Hak Milik Nomor 556
seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus delapan puluh meter
persegi), atas nama Michael E. Rumendong, yang terletak di
Jalan Abadi, Kabupaten Kolaka untuk menyerahkan asli seluruh
dokumen aset jaminan berupa Sertipikat Hak Milik Nomor
555 seluas 3.294 m2 (tiga ribu dua ratus sembilan puluh empat
meter persegi), atas nama Richard Rumendong, dan Sertipikat
Hak Milik Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus
delapan puluh meter persegi), atas nama Michael E.
Rumendong, yang terletak di Jalan Abadi, Kabupaten
Kolaka kepada Penggugat selaku Kurator secara segera dan
seketika paling lambat 1 (satu) minggu sejak putusan dalam
perkara ini diucapkan;
63
5) Menghukum Tergugat membayar denda keterlambatan
(dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
hari untuk setiap hari keterlambatan;
6) Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu,
meskipun ada suatu upaya hukum baik bantahan/perlawanan,
banding maupun kasasi (ut voerbaar bij voorraad);
7) Menghukum Tergugat membayar biaya perkara yang timbul
dalam perkara ini;
d. Amar Putusan
1) Menyatakan Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II yang telah
dipanggil secara patut menurut hukum tidak hadir;
2) Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;
3) Menyatakan Tergugat telah melanggar ketentuan Pasal 59 ayat
(1) dan ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;
4) Menyatakan penguasaan Tergugat atas asli seluruh dokumen
aset jaminan berupa Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas
3.294 m2 (tiga ribu dua ratus sembilan puluh empat meter
persegi), atas nama Richard Rumendong, dan Sertipikat Hak
Milik Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh meter persegi), atas nama Michael E. Rumendong, yang
terletak di Jalan Abadi, Kabupaten Kolaka, sebagai jaminan atas
utang PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) berdasarkan
64
Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 122/2005 dan Nomor
180/2005 adalah tidak sah dan merupakan perbuatan melawan
hukum;
5) Menghukum Tergugat untuk menyerahkan asli seluruh dokumen
aset jaminan PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) berupa
Sertipikat Hak Milik Nomor 555 seluas 3.294 m2 (tiga ribu dua
ratus sembilan puluh empat meter persegi), atas nama Richard
Rumendong, dan Sertipikat Hak Milik Nomor 556 seluas 3.280
m2 (tiga ribu dua ratus delapan puluh meter persegi), atas nama
Michael E. Rumendong, yang terletak di Jalan Abadi,
Kabupaten Kolaka kepada Penggugat selaku Kurator secara
segera dan seketika paling lambat 1 (satu) minggu sejak putusan
dalam perkara ini diucapkan;
6) Menghukum Tergugat membayar denda keterlambatan
(dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari
keterlambatan terhitung putusan ini berkekuatan hukum tetap;
7) Menghukum Tergugat membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini yang ditaksir sejumlah Rp 901.000,00
(Sembilan ratus satu ribu rupiah);
8) Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;
65
2. Mahkamah Agung
a. Para Pihak yang Berperkara
1) PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK (“BANK MANDIRI”)
CABANG MAKASAR, berkedudukan di Regional Credit
Recorvery Makasar Jalan HOS Cokroaminoto Nomor 3 lantai 2
Makasar 90174, diwakili oleh Senior Vice President, M. Arifin
Firdaus, beralamat di Plaza Mandiri Jalan Gatot Subroto Kav.
36-38 Jakarta dan memberi kuasa kepada Kodrat Suprihatin S.H
Pj. Department Head Bussines & Asset Litigation Departemen
Legal Groub PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk dan kawan
kawan pemohon kasasi yang dahulu tergugat.
2) DR. HJ. TUTIK SRI SUHARTINI, SH., MH dan PENI SAPTA
WULANSARI, SH selaku kurator PT. Sultra Jembatan Mas
(dalam pailit) dan Jeffrey Rumendong (dalam pailit).
3) RICHAR RUMENDONG dan MICHAEL EDWARD
RUMENDONG sebagai penjamin PT. Sultra Jembatan Mas
(dalam pailit) dengan asset berupa Sertipikat Hak Milik Nomor
555 seluas 3.294 m2 (tiga ribu dua ratus sembilan puluh empat
meter persegi), atas nama Richard Rumendong, dan Sertipikat
Hak Milik Nomor 556 seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus
delapan puluh meter persegi), atas nama Michael E.
Rumendong, yang terletak di Jalan Abadi, Kabupaten Kolaka.
66
b. Duduk Perkara
1) Judex Facti tidak memberikan pertimbangan yang cukup atas
putusannya.
a) Bahwa sebagaimana telah Pemohon Kasasi/Tergugat
kemukakan di atas bahwa dalam putusannya Judex Facti
tidak mempertimbangkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang
Tergugat/Pemohon Kasasi ajukan dalam persidangan
sehingga putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Makassar Nomor: 02/Pdt. Sus/Gugatan Lain-lain/2015/PN.
Niaga. Mks beralasan untuk dibatalkan.
b) Bahwa Judex Facti dalam putusannya seharusnya
mempertimbangkan semua bukti dari kedua belah pihak dan
tidak hanya menyatakan Tergugat tidak dapat
mempertahankan dalil bantahannya.
c) Bahwa pertimbangan hukum singkat dalam putusan adalah
bertentangan dengan Yurisprudensi \kasa RI Nomor 903
K/Sip/1972 tanggal 31 Oktober 1974 sehingga Putusan
Judex Facti dalam perkara ini harus dibatalkan karena salah
dalam menerapkan hukum.
2) Kurator tidak memiliki kewenangan untuk menuntut
diserahkannya agunan oleh Kreditor yang bukan merupakan
milik Debitor.
67
a) Bahwa berdasarkan hukum, Pemohon Kasasi/Tergugat
sebagai Kreditur Pemegang Agunan milik Pihak Ketiga
(Obyek Sengketa) atas kredit Debitor Pailit tidak memiliki
kewajiban untuk menyerahkan Obyek Sengketa kepada
Termohon Kasasi (Tim Kurator).
b) Bahwa dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 21 UUK
yang berbunyi “Kepailitan meliputi seluruh kekayaan
Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta
segala sesuai yang diperoleh selama kepailitan”, maka
Objek Sengketa yang bukan milik Debitur Pailit, demi
hukum tidak dapat dimasukkan sebagai bagian dari Boedel
Pailit.
c) Bahwa dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 21 UUK
juncto. Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UUK dan fakta bahwa
Objek Sengketa adalah bukan Boedel Pailit karena bukan
asset atau harta milik/kepunyaan Debitor Pailit, maka Tim
Kurator tidak memiliki kewenangan untuk menuntut
penyerahan maupun melaksanakan eksekusi/penjualan
Objek Sengketa sebagai Boedel Pailit.
d) Bahwa Judex Facti telah keliru mempertimbangkan bukti-
bukti Termohon Kasasi dan tanpa mempertimbangkan
ketentuan Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang Undang Nomor
5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
68
(UUPA) juncto Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP
Pendaftaran Tanah) yang menyatakan sertipikat merupakan
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuatmengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di
dalamnya.
e) Bahwa sesuai yang tercatat dalam SHM Nomor 555 dan
SHM Nomor 556 adalah atas nama Richard Rumendong
(Turut Termohon Kasasi I) serta Michael Edwar
Rumendong (Turut Termohon Kasasi II) dan bukan atas
nama PT. Sultra Jembatan Mas (Dalam Pailit) sehingga
mendasarkan pada UUPA dan PP Pendaftaran Tanah yang
tercatat sebagai pemilik atas tanah SHM tersebut adalah
Richard Rumendong (Turut Termohon Kasasi I) serta
Michael Edwar Rumendong (Turut Termohon Kasasi II).
Berdasarkan putusan perkara Nomor: 01/PKPU/2014/PN.
Niaga. Mks yang dinyatakan pailit adalah PT. Sultra
Jembatan Mas dan Sdr. Jeffry Rumendong, karenanya dalil
Termohon Kasasi yang menyatakan tanah SHM Nomor 555
dan Nomor 556 sebagai harta pailit adalah tidak
berdasarkan hukum dan harus ditolak.
f) Bahwa yang dinyatakan pailit adalah suatu badan usaha
yang berbentuk perseroan terbatas dan untuk dapat
69
dikategorikan sebagai asset perseroan maka terhadap aset-
aset yang telah menjadi agunan dan tercatat atas nama
pribadi tersebut terlebih dahulu harus dilakukan perbuatan
hukum peralihan hak atas tanah dari pemilik hak yang
merupakan individu/pribadi sesuai yang tercatat dalam
sertifikat hak atas tanah kepada perseroan.
g) Bahwa mendasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 dan PP Nomor 24 Tahun 1997,
peralihan hak atas tanah dari atas nama pribadi
(perseorangan) menjadi perseroan antara lain dapat
dilaksanakan atas dasar Inbreng (pemasukan dalam
perusahaan), yang pelaksanaannya harus secara kumulatif
didasarkan pada Akta Inbreng, persetujuan/pengesahan
dalam RUPS, perubahan/balik nama atas tanah tersebut
menjadi atas nama perseroan dan yang paling utama adalah
bahwa perubahan kepemilikan hak atas tanah tersebut wajib
didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat.
h) Bahwa dengan demikian secara yuridis formal peralihan
hak atas tanah tidak dapat dilakukan atau diakui hanya
mendasarkan pada semata-mata telah tercatat dalam laporan
perseroan atau hanya tanda bukti surat pernyataan dari
pengurus debitur pailit yang dibuat setelah putusan pailit
apalagi dalam perkara a quo tidak ada bukti yang
70
mendukung sama sekali yang membuktikan bahwa objek
agunan yang nyata-nyata tercatat atas nama pihak
ketiga/individu tersebut telah diserahkan sebagai asset
perusahaan/debitur pailit. Oleh karena itu tidaklah
berdasarkan hukum putusan Judex Facti yang menghukum
Pemohon Kasasi untuk menyerahkan agunan sebagai harta
pailit PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit), mengingat
tanah dan bangunan tersebut bukan merupakan bagian dari
asset/boedel pailit PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit)
melainkan milik pihak III/pribadi Richard Rumendong
(Turut Termohon Kasasi I) serta Michael Edwar
Rumendong (Turut Termohon Kasasi II).
i) Bahwa terhadap perkara serupa, terdapat Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI Nomor 614 K/Pdt. Sus/2011 dalam
perkara antara Jandri Siadari, SH., LLM., Kurator PT.
Tripanca Group melawan PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Yang menolak permohonan Kasasi Pemohon
Kasasi karena alasan Kasasi tidak dapat dibenarkan, Judex
Facti dalam perkara a quo tidak salah menerapkan hukum
karena terbukti harta sengketa adalah bukan harta Perseroan
Terbatas melainkan harta milik pribadi para Turut
Termohon Kasasi, sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai
Boedel Pailit.
71
j) Bahwa apabila Pemohon Kasasi telah mendaftarkan tagihan
pailit kepada Kurator (Termohon Kasasi) tidak berarti
Pemohon Kasasi harus menyerahkan semua agunan PT.
Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) kepada Kurator.
Pemohon Kasasi hanya menyerahkan agunan yang nyata-
nyata merupakan boedel pailit PT. Sultra Jembatan Mas
(dalam pailit) sedangkan agunan yang bukan boedel pailit
PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) maka Pemohon
Kasasi tidak wajib untuk menyerahkan agunan tersebut
kepada Kurator. Pemohon Kasasi sesuai kewenangan dalam
Undang Undang Hak Tanggungan selaku Pemegang Hak
Tanggungan Peringkat Pertama dapat melakukan penjualan
baik melalui Parate Eksekusi atau Fiat Eksekusi. Dengan
demikian tidak ada kekhawatiran akan terdapat
ketidakpastian hukum dalam pemberesan penyelesaian
hutang PT. Sultra Jembatan Mas (dalam pailit) sebagaimana
pertimbangan Judex Factie. Oleh karena itu, beralasan
putusan Judex Facti untuk dibatalkan.
c. Keberatan-Keberatan yang Diajukan oleh Pemohon Kasasi
1) PT. Sultra Jembatan Mas (Dalam Pailit) adalah debitur Pemohon
Kasasi sesuain Perjanjian Kredit sbb:
a) Perjanjian Kredit Modal Kerja sesuai Akta yang dibuat oleh
Tina Haerani Bunggasi, S.H, Notaris di Kolaka Nomor 14
72
tanggal 15 Mei 2007 berikut addendum-addendumnya
dengan limit kredit sebesar Rp 4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
b) Perjanjian Kredit Modal Kerja sesuai Akta yang dibuat oleh
Tina Haerani Bunggasi, S.H, Notaris di Kolaka Nomor 19
tanggal 22 Juni 2005 berikut addendum-addendumnya,
dengan limit kredit sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
c) Perjanjian Kredit Investasi sesuai Akta yang dibuat oleh
Tina Haerani Bunggasi, S.H, Notaris di Kolaka Nomor 15
tanggal 15 Mei 2007 dengan limit kredit sebesar Rp
3.400.000.000,00 (tiga miliar empat ratus juta rupiah).
2) Bahwa sebagai agunan atas fasilitas kredit tersebut, PT. Sultra
Jembatan Mas (Dalam Pailit) telah menyerahkan agunan antara
lain sbb:
a) Sebidang tanah seluas 3.294 m2 (tiga ribu dua ratus
sembilan puluh empat meter persegi), yang terletak di Jalan
Poros Wolo-Kolaka, Kel. Mangolo, Kec. Kolaka, Kab.
Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara sesuai Sertifikat Hak
Milik Nomor. 555 atas nama Richard Rumendong yang
telah diikat dan dibebani dengan Hak Tanggungan
Peringkat Pertama oleh Tergugat sesuai Sertifikat Hak
Tanggungan I Nomor 122/ 2005 tanggal 25 Juli 2005.
73
b) Sebidang tanah seluas 3.280 m2 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh meter persegi),yang terletak di Jl. Poros Wolo-Kolaka
Kel. Mangolo, Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Propinsi
Sulawesi Tenggara sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 556
atas nama Michael Edwar Rumendong yang telah diikat dan
dibebani dengan Hak Tanggungan Peringkat Pertama oleh
Tergugat sesuai Sertifikat Hak Tanggungan I Nomor 180/
2005 tanggal 06 Oktober 2005 Keduanya selanjutnya
disebut “Objek Sengketa”.
3) Bahwa Obyek Sengketa merupakan Agunan Pihak Ketiga milik
individu-individu dan secara yuridis formal tercatat atas nama
individu-individu tersebut dan bukan asset milik PT. Sultra
Jembatan Mas (Dalam Pailit)/Debitur namun terhadap asset-
asset tersebut oleh masing-masing individu (Turut Termohon
Kasasi I dan Turut Termohon Kasasi II) terkait telah dijadikan
agunan untuk menjamin pemenuhan hutang PT. Sultra Jembatan
Mas (Dalam Pailit) atau Debitur kepada Kreditur (Pemohon
Kasasi/Tergugat).
4) Bahwa dengan pailitnya PT. Sultra Jembatan Mas (Dalam
Pailit), Pemohon Kasasi telah mendaftarkan seluruh tagihan
dengan bukti-bukti yang kuat.
74
d. Pertimbangan Hukum
1) Bahwa keberatan keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan,
oleh karena setelah meneliti secara saksama memori kasasi
tanggal 8 September 2015 dan kontra memori kasasi tanggal 30
September 2015 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti
dalam hal ini putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Makassar ternyata tidak salah menerapkan hukum dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a) Ternyata masa insolvensi penguasaan aset jaminan oleh
Tergugat telah terlampaui, maka penguasaan Tergugat atas
seluruh dokumen dokumen asli aset jaminan tanpa hak
adalah perbuatan melawan hukum (Pasal 59 ayat (1) dan
ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).
b) Untuk itu menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada
Penggugat sebagaimana pertimbangan putusan Judex Facti
yang telah tepat dan benar.
2) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
ternyata Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Makassar Nomor: 02/Pdt. Sus/Gugatan Lain-Lain/2015/PN.
Mks tanggal 1 September 2015, dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang,
sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
75
Kasasi PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK (“BANK
MANDIRI”) CABANG MAKASAR tersebut harus ditolak;
3) Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi ditolak, Pemohon Kasasi harus dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;
e. Putusan Pengadilan
1) Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. BANK
MANDIRI (PERSERO) TBK (“BANK MANDIRI”) CABANG
MAKASAR tersebut;
2) Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Melalui permasalahan yang ada di atas terlihat Mahkamah Agung
lebih menitik beratkan kepada Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang. Padahal dalam hal
ini ada Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas
tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang perlu juga
diperhatikan yang juga mengatur tentang kedudukan pemegang hak
tanggungan dalam kasus kepailitan yaitu terdapat di dalam pasal 21 yang
berisi: “Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak
76
Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya
menurut ketentuan undang-undang ini.”45
Disini kedudukan yang dimiliki oleh PT. Bank Mandiri adalah
kreditor preferen atau di dalam undang-undang Hak Tanggungan disebut
Pemegang Hak Tanggungan Peringkat Pertama. Dalam undang-undang
kepailitan pun juga diatur dengan pasal 21 bawasannya hanya kekayaan yang
didapat dari perusahaan dimana dia bekerja saja.
Dengan permasalahan yang ada di atas peneliti menemukan
permasalahan pokok yang terjadi dalam putusan tersebut yaitu tidak jelasnya
tentang batasan hata pailit milik debitor yang masuk boedel pailit dan tidak
jelasnya status benda jaminan orang ketiga apabila diikut sertakan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
B. Batasan Harta Debitor yang Dimasukkan Menjadi Boedel Pailit
Menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Studi Kasus
Putusan Nomor: 2/Pdt.Sus/Gugatan Lain-Lain/2015/Pn.Mks Jo Putusan
Nomor: 725 K/Pdt. Sus-Pailit/2015
45
Lihat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah.
77
1. Batasan Harta Debitor Menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004
Apabila dilihat dalam pasal 21 menyebutkan “Kepailitan meliputi
seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan
serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan”. Dalam hal ini
apabila lebih dipersempit lagi agar mengetahui harta mana yang masuk
boedel pailit bisa dilihat juga di dalam pasal 22 yang mengecualikan juga
harta mana yang bukan boedel pailit. Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 tidak berlaku terhadap:
a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor
sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis
yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan
perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya,
dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi Debitor dan
keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
b. Segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari pekerjaannya sendiri
sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah,
pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan
oleh Hakim Pengawas; atau
c. Uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu
kewajiban memberi nafkah menurut undangundang.
Dalam pasal 21 maupun di dalam pasal 22 tidak menyebutkan
posisi benda jaminan yang dijaminkan pihak ketiga yaitu yang
78
merupakan hak milik dari Michael Edward Rumendong dan Richard
Rumendong yang dalam hal ini sebagai Bortocht penanggung atau juga
bisa disebut sebagai Jaminan perseorangan (persoonlijke zekerheid atau
borgtocht) atau dalam istilah bisnis sehari-hari disebut juga personal
guarantee sebagaimana yang diatur dalam pasal 1820 KUHPerdata.
Sedangkan di dalam pasal 21 dengan jelas mengatakan
bawasannya yang merupakan boedel pailit merupakan seluruh kekayaan
Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala
sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Berarti secara jelas tidak bisa
dicampurkan antara harta jaminan yang dijaminkan oleh Bortocht kepada
kreditor untung menanggung hutang dari debitor kepada bank.
2. Jaminan Perorangan
Jaminan perseorangan dalam praktik perbankan di Indonesia
hanyalah bersifat jaminan tambahan dan lebih mengacu kepada
kewajiban moral (obligatoir over-eenkomst). Ini karena pada praktiknya,
eksekusi terhadap jaminan perseorangan masih sangat sulit dan
mengambang serta masih terdapat berbagai persepsi berbeda menganai
masalah eksekusi personal guarantee atau company guarantee tersebut
dari para praktisi hukum. Berbeda dengan jaminan kebendaan yang
menetapkan suatu benda tertentu sebagai jaminan (tanah, rumah, mobil,
dan lain-lain) yang memberikan hak preference kepada kreditor
pemegang jaminan kebendaan tersebut. Jika debitor wanprestasi (macet),
79
kreditor dapat menjalankan haknya dengan cara mengeksekusi benda
tersebut terlebih dahulu daripada kreditor lainnya.
Dalam jaminan perseorangan tidak demikian karena tidak ada
satu bagian tertentu dari harta kekayaan penjamin yang ditetapkan
sebagai jaminan. Hal inilah yang menyebabkan kreditor berbeda dalam
kedudukan konkuren. Artinya, dalam hal debitor punya kewajiban
terhadap beberapa kreditor. maka para kreditor memiliki kedudukan yang
setara. Dengan demikian, pemenuhan kewajiban dari penjamin dilakukan
dalam jumlah yang proporsional sesuai dengan utang debitor kepada
setiap kreditor tersebut.
Dalam kasus kepailitan seorang penjamin tidak dapat dipaksa
untuk memenuhi hutang debitor (yang dijaminkan) walupun debitor
tersebut sudah dinyatakan pailit. Kecuali, penjamin tersebut juga
dipailitkan atau ada asset penjamin secara khusus dibebani dengan hak
tanggungan untuk menjamin pembayaran utang debitor kepada
kreditor.46
Tetapi dalam kasus antara PT. Bank Mandiri dan PT. Sultra
Jembatan Mas yang ditanggung oleh pihak ketiga yaitu Michael Edward
Rumendong dan Richard Rumendong yang menjaminkan hak milik tanah
atas nama mereka kepada PT. Bank Mandiri, menjadikan tanah yang
dimilik Michael Edward Rumendong dan Richard Rumendong menjadi
hak dari PT. Bank Mandiri karena ada alasan-alasan yang sah yang ada di
dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata mengenai benda bergerak
46 Irma Defita Purnamasari, Op.cit, Hal. 158.
80
maupun benda tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang akan ada
menjadi jaminan bersama-sama bagi semua kreditor terhadapnya kecuali
dalam hal ini di antara para kreditor ada alasan-alasan yang sah untuk di
dahulukan. Sehingga ada suatu kesepakatan atara kedua belah pihak. hak
milik tanah atas nama Michael Edward Rumendong dan Richard
Rumendong bukan merupakan boedel pailit dan tidak bisa menajdi
jaminan bersama-sama yang dapat dibagikan kepada para kreditor.
Dalam hal ini secara jelas bahwa asset yang dimiliki oleh Michael
Edward Rumendong dan Richard Rumendong bukan merupakan boedel
pailit sesuai dengan penjelasan di dalam pasal 21 dan diperinci lagi di
dalam pasal 22. Sehingga kurator tidak dapat meminta atau memasukan
harta yang menjadi hak milik dari Michael Edward Rumendong dan
Richard Rumendong yang sudah dijaminkan kepada PT. Bank Mandiri
Cabang Makasar. Karena yang merupakan harta yang masuk boedel
pailit sesuai dengan pasal 21 yang menyebutkan “Kepailitan meliputi
seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan
serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.”
81
C. Status Benda Jaminan Milik Orang Ketiga yang Dijadikan Jaminan
Bank Ketika Debitor Mengalami Pailit Ditinjau Dari Pasal 21 Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah Studi Kasus Putusan Nomor:
2/Pdt.Sus/Gugatan Lain-Lain/2015/Pn.Mks Jo Putusan Nomor: 725
K/Pdt. Sus-Pailit/2015
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa tidaklah mudah menentukan
status benda jaminan orang ketiga karena dalam hal ini ada dua pasal dalam
undang-undang yang saling mengatur yaitu pasal 55 dan 56 Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang dan pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan. Di dalam
pasal 55 dan 56 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menuliskan:
Pasal 55
1) Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas
kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan.
82
2) Dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
136 dan Pasal 137 maka mereka hanya dapat berbuat demikian setelah
dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari
jumlah yang diakui dari penagihan tersebut.
Pasal 56
1) Hak eksekusi Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam
penguasaan Debitor Pailit atau Kurator, ditangguhkan untuk jangka
waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan
pernyataan pailit diucapkan.
2) Penangguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
terhadap tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak
Kreditor untuk memperjumpakan utang.
3) Selama jangka waktu penangguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak
maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang berupa benda
bergerak yang berada dalam penguasaan Kurator dalam rangka
kelangsungan usaha Debitor dalam hal telah diberikan perlindungan yang
wajar bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Sedangkan di dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan.
Dituliskan sebagai berikut: “Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan
83
pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak
yang diperolehnya menurut ketentuan Undang-Undang ini.”
Di dalam putusan kasasi keberatan yang diajukan oleh PT. Bank
Mandiri cabang Makasar ditolak, karena hakim menitikberatkan dengan
mengunakan pasal 55 dan pasal 56 dari Undang-Undang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Karena menurut hemat penulis di
dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan juga perlu diperhatikan sebagai
dasar pertimbangan untuk memutuskan suatu perkara. Dalam hal ini penulis
akan merumuskan dulu tinjauan umum jaminan kredit pada bank. Disini akan
di perjelas kenapa Bank lebih memilih jaminan tanah sebagai jaminan dari
pada yang lain.
1. Jaminan Kredit pada Bank
Pengertian hukum jaminan adalah merupakan terjemahan dari
istilah security of law, zekerheidsstelling, atau zekerheidsrechten. Dalam
keputusan seminar hukum jaminan yang diselengarakan oleh badan
pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman bekerjasama
dengan fakultas hukum Universitas Gadjah Mada tanggal 9 sampai
dengan 11 oktober 1978 di Yogyakarta menyimpulkan, bahwa istilah
“hukum jaminan” itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan
maupun jamina perorangan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, pengertian
hukum jaminan yang diberikan berdasarkan kepada pembagian jenis
84
lembaga hak jaminan. Artinya tidak memberikan perumusan pengertian
hukum jaminan, melainkan memberikan bentang lingkup dari istilah
hukum jaminan itu yang meliputi jaminan kebendan dan jamianan
perseorangan.47
Dalam hal agar dapat mendapat pemberian kredit oleh Bank.
Harus ada suatu persetujuan atau perjanjian antara Bank sebgai Kreditor
dengan nasabah menerimah kredit sebagai debitor yang dinamakan
perjanjian kredit. Dalam memberikan kredit kepada masyarakat, Bank
harus merasa yakin bahwa dana yang dipinjamkan kepada masyarakat itu
akan dapat dikembalikan tepat pada waktunya beserta bunganya dan
dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama oleh Bank dan
nasabah yang oleh Bank dan nasabah yang bersangkutan didalam
perjanjian kredit.
Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan nasabah
mengembalikan pinjaman dengan tepat waktu, di dalam permohonan
kredit, Bank perlu mengkaji permohonan pailit, yaitu sebagi berikut
a. Character (Kepribadian)
b. Apacity (Kemampuan)
c. Capital (Modal)
d. Collateral (Agunan)
e. Condition of economy (kondisi ekonomi)48
47 Rachmadi Usman, Op.cit, Hal. 1. 48 Andrian Sutedi, Op.cit, Hal. 13.
85
Walaupun didalam pasal 1131 KUH Perdata dikatakan bahwa
segala kebendaan orang yang berutang baik yang bergerak maupun tidak
bergerak. Baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari
menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan, namun sering
orang tidak merasa puas dengan jaminan yang dirumuskan secara umum.
Oleh karena itu, bank perlu meminta supaya benda tertentu dapat
dijadikan jaminan yang dapat diikat secara yuridis. Dengan demikian,
apabila debitor tidak menepati janjinya, bank dapat melaksankan haknya
dengan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari kreditor lainnya
untuk mendapatkan pelunasan hutangnya.
Tanah merupakan barang jaminan untuk pembayaran utang yang
paling disukai oleh lembaga keuangan yang memeberikan fasilitas kredit.
Sebab tanah pada umumnya, mudah dijual, harganya terus meningkat,
mempunyai tanda bukti hak, sulit digelapkan dan dapat dibebani dengan
hak tanggungan yang memberikan hak istimewa kepada kreditor.49
Karena dalam hal ini Tujuan jaminan kebendaan dalam suatu
pinjaman hanya sebagai tambahan saja, bukan yang utama. Artinya jika
analisis kreditor menyatakan bahwa seorang debitor tidak dapat
dipercaya, maka ketidakpercayaan itu tidak dapat diganti dengan
pemberian suatu jaminan utang. Jaminan utang bukanlah asuransi bagi
kreditor, meskipun dapat berfungsi untuk membuat pihak kreditor tidur
sedikit lebih nyenyak.
49 Ibid, Hal. 15.
86
Dalam hal ini pihak kreditor cenderung meminta jaminan utang
khusus dari pihak debitor, agar pembayaran utang menjadi aman.
Jaminan utang khusus adalah setiap jaminan utang yang bersifat
“kontraktual”, yakni yang terbit dari perjanjian tertentu (berarti tidak
timbul dengan sendirirnya). Ada yang khusus ditunjukan terhadap
barang-barang tertentu contohnya gadai, hipotik, cessie asuransi, cessie
tagihan, atau hak retensi; ataupun yang tidak ditunjukan terhadap barang
tertentu seperti garansi pribadi, garansi perusahaan atau akta pengakuan
utang murni.50
Sesuai dengan penjelasan yang ada di atas tujuan PT. Bank
Mandiri cabang Makasar meminta benda jaminan khusus dari debitor di
karenakan ingin merasa aman dalam perjanjian hutang kredit yang di
lakukan dengan PT. Sultra Jembatan Mas. Karena apabila PT. Sultra
Jembatan Mas tidak bisa membayar hutang nya maka benda jaminan
akan dikuasai oleh kreditor meskipun dalam hal ini PT. Sultra Jembatan
Mas dalam pailit sesuai dengan pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 tahun
1996 Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan.
2. Kedudukan Penanggung
Dalam hal ini kedudukan penanggung apabila dilihat dalam pasal
1131 dan 1132 KUHPerdata mengenai benda bergerak maupun benda tak
bergerak baik yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi jaminan
50 Munir Fuady, Op.cit, Hal. 9.
87
bersama-sama bagi semua kreditor terhadapnya kecuali dalam hal ini di
antara para kreditor ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Dan
sesuai dengan pasal yang di atas ini juga menunjukan bahwa ada alasan
kuat dari PT. Bank Mandiri cabang Makasar untuk didahulukan. Karena
ada kesepakatan antara PT. Bank Mandiri cabang Makasar dengan
Michael Edward Rumendong dan Richard Rumendong. Berupa tanah hak
milik dari Michael Edward Rumendong dan Richard Rumendong.
Menganai hal ini juga sudah diterangkan di dalam pasal 21
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan. Dituliskan sebagai berikut:
“Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak
Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya
menurut ketentuan Undang-Undang ini.”
Dalam hal ini meskipun PT. Sultra Jembatan Emas dinyatakan
pailit pemegang hak tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak
yang diperolehnya. Berarti benda jaminan yang dipegang oleh PT. Bank
Mandiri cabang Makasar tidak dapat dimasukkan kedalam boedel pailit
di karenakan itu merupakan hak PT. Bank Mandiri cabang Makasar
sesuai dengan pasal diatas.
Apabila Mahkamah Agung dalam hal ini memberatkan sesuai
dengan pasal 55 dan pasal 56 maka ini juga tidak sesuai dikarenakan ini
bukan hak milik dari PT. Sultra Jembatan Emas melainkan milik dari
perorangan yang bernama Michael Edward Rumendong dan Richard
88
Rumendong. Sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam boedel pailit.
Kecuali dalam hal ini tidak alasan-asalan yang sah seperti yang di
jelaskan di dalam pasal 1131 dan 1132 maka harta yang dimiliki oleh
Michael Edward Rumendong dan Richard Rumendong akan menjadi
jaminan bersama untuk seluruh kreditor, dan apabila tidak dapat
membayar juga maka penanggung juga akan di katakan pailit karena
seorang penanggung juga merupakan seorang debitor sesuai dengan pasal
1832 ayat 2 yang meneyebutkan: “Bila ia mengikatkan dirinya bersama-
sama dengan debitor terutama secara tanggung menangung dalam hal itu
akibat-akibat perikatannya di atur menurut asas-asas yang ditetapkan
untuk utang-utang tanggung menanggung”.
3. Kedudukan Pemegang Hak Tanggungan Terhadap Harta Pailit
Dalam buku Prof. Dr. ST. Remy Sjahdeini, SH yang berjudul Hak
Tanggungan. Menjelaskan. Pasal 21 UUHT memberikan jaminan
terhadap hak dari pemegang hak tanggungan apabila pemberi hak
tanggungan dinyatakan pailit. Menurut pasal 21 UUHT itu, apabila
pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak tanggungan
tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut
ketentuang UUHT. Dengan demikian Objek hak tanggungan tidak akan
disatukan dengan harta kepailitan untuk dibagi kepada kreditor-kreditor
lain dari pemberi hak tanggungan. Ketentuan pasal 21 UUHT ini
memberikan penegasan kedudukan yang preferent dari pemegang hak
89
tanggungan terhadap objek hak tanggungan terhadap kreditor-kreditor
lain.51
Dalam hal terjadi kepailitan, berdasarkan pasal 56A UU No.4
tahun 1998 tentang kepailitan, hak preferen dari kreditor pemegang hak
tanggungan untuk mengeksekusi hak atas tanah ditangguhkan
pelaksanaannya untuk jangka waktu 90 hari terhitung sejak tanggal
putusan pailit ditetapkan. Meskipun ditangguhkan eksekusi hak atas
tanah tersebut tidak boleh di pindah tangankan oleh kurator. Harta pailit
yang dapat digunakan atau dijual oleh kurator terbatas hanya pada barang
persediaan (inventory) dan atau barang bergerak (current asset)
meskipun harta pailit tersebut dibebani dengan hak agunan atas
kebendaan.
Dalam penjelasan pasal 56A Undang-Undang No.4 Tahun 1998
tersebut dinyatakan bahwa maksud penangguhan ini bertujuan antara lain
untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian: atau untuk
memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit; atau untuk
kemungkinan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal. Selama
berlangsungnya jangka waktu penangguhan segala tuntutan hukum untuk
memperoleh pelunasan atas piutang tidak dapat diajukan dalam sidang
badan peradilan dan baik kreditor maupun pihak ketiga dimaksud
dilarang mengeksekuis atau memohonkan sita atas barang yang menjadi
agunan.
51 ST. Remy Sjahdeini, 1999, Hak Tanggungan, Jakarta: Alumni, Hal. 162.
90
Seperti yang tertera diatas objek hak tanggungan tidak akan
disatukan dengan harta pailit dan dibagi kepada para kreditor lain. Di
karenakan harta pailit yang dapat digunakan atau dijual oleh kurator
terbatas hanya pada barang persediaan.