BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1.menempatkan dalam akta tersebut bahwa tanah yang dijual...

49
41 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Dissenting Opinion, Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus permohonan kasasi Tergugat dalam perkara penipuan (studi putusan Mahkamah Agung nomor 791 K/Pid/2013) dapat ditemukan hasil hasil penelitian sebagai berikut: 1. Identitas Terdakwa Nama lengkap : NARIMIN SAID Alias NARSAID; Tempat lahir : Malang; Umur/tanggal lahir : 75 Tahun/01 Januari 1937; Jenis kelamin : Laki-laki; Kebangsaan : Indonesia; Tempat tinggal : Citra Raya Lontar I, Rt.04Rw.02, Kelurahan LontarKecamatan SambikerepSurabaya; Agama : Kristen; Pekerjaan : Swasta; 2. Uraian Kasus Pada bulan Oktober 1980 Narimin Said Alias Narsaid selaku Ketua Yayasan Bina Karya yang beralamat di Jalan Dipenogoro Nomor 227 (bekas Asrama Polisi) Surabaya menawarkan kepada masyarakat bahwa Yayasan yang dipimpinnya akan menjual tanah kavling yang terletak di Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya dengan ukuran 9x20 m2 dengan system pembayarannya diangsur selama 30x(bulan) dengan uang muka Rp 150.000,- sedangkan besarnya angsuran Rp 15.000,- per bulan. Dengan adanya penawaran tersebut masyarakat banyak yang berminat

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1.menempatkan dalam akta tersebut bahwa tanah yang dijual...

41

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Dissenting Opinion,

Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus permohonan kasasi Tergugat

dalam perkara penipuan (studi putusan Mahkamah Agung nomor 791

K/Pid/2013) dapat ditemukan hasil hasil penelitian sebagai berikut:

1. Identitas Terdakwa

Nama lengkap : NARIMIN SAID Alias NARSAID;

Tempat lahir : Malang;

Umur/tanggal lahir : 75 Tahun/01 Januari 1937;

Jenis kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Citra Raya Lontar I, Rt.04Rw.02, Kelurahan

LontarKecamatan SambikerepSurabaya;

Agama : Kristen;

Pekerjaan : Swasta;

2. Uraian Kasus

Pada bulan Oktober 1980 Narimin Said Alias Narsaid selaku Ketua

Yayasan Bina Karya yang beralamat di Jalan Dipenogoro Nomor 227 (bekas

Asrama Polisi) Surabaya menawarkan kepada masyarakat bahwa Yayasan

yang dipimpinnya akan menjual tanah kavling yang terletak di Kelurahan

Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya dengan ukuran 9x20 m2

dengan system pembayarannya diangsur selama 30x(bulan) dengan uang

muka Rp 150.000,- sedangkan besarnya angsuran Rp 15.000,- per bulan.

Dengan adanya penawaran tersebut masyarakat banyak yang berminat

42

kemudian dating ke kantor Narsaid secara berturut-turut para calon pembeli

yang seluruhnya berjumlah ±60 orang yaitu diantaranya HR.Amir Fatah,

SE.MM., Sunarko, Siswandono, Moch.Tamrin, Drs. Djono Munarko,

Margasim. Setelah dijelaskan oleh Narsaid dan karyawan bagian marketing

serta diperlihatkan denah/gambar lokasi tanah kavling yang akan dijual serta

pembayarannya dapat diangsur maka tertariklah calon pembeli yaitu HR.

Amir Fatah, SE.MM., dkk untuk membeli tanah kavling tersebut.

Untuk menindaklanjuti pelaksanaan jual beli tersebut HR. Amir Fatah,

SE.MM., dkk oleh Narsaid menghadap Notaris Raden Yuliman Reksnohadhi

yang beralamat di Jalan Kepanjen Nomor 27 Surabaya untuk dibuatkan akte

Perjanjian jual beli masing-masing Nomor 134 tanggal 13 Mei 1981 antara

Narsaid dengan Sunarko, nomor 7 tanggal 06 Januari 1981 antara Narsaid

dengan Margasim, nomor 51 tanggal tanggal 17 Desember 1980 antara

Narsaid denganMunarko, nomor 151 tanggal 24 Maret 1981 antara Narsaid

dengan Moch Tamrin, nomor 141 tanggal 13 Mei 1981 antara Narsaid

denganAmir Fatah, SE.MM., nomor 24 tanggal 05 September 1981 antara

Narsaiddengan Siswandono. Setelah akta perjanjian jual beli dibuat maka HR.

Amir Fatah, SE.MM., dkk melaksanakan kewajibannya membayar uang muka

sebesar Rp 150.000,- dan selanjutnya pada tiap-tiap bulan telah membayar

uang angsuran sebesar Rp 15.000,- sampai lunas, akan tetapi tanah kavling

yang dijanjikan Narsaid tidak diserahkan walaupun sudah dimintakan

beberapa kali.

Oleh karena HR. Amir Fatah, SE.MM., dkk sudah berulangkali meminta

penyerahan tanah kavling tersebut secara baik-baik namun tidak pernah

direspon maka akhirnya kasus ini diajukan tuntutan secara perdata di

Pengadilan Negeri Surabaya dan terdaftar dengan register Nomor

814/Pdt.G/1996/PN.Sby. dan terdaftar di Pengadilan Tinggi Surabaya dengan

register Nomor 218/Pdt/2001/PT.Sby.yang pada akhirnya menyatakan tanah

43

tersebut yang dijadikan sengketa tidak jelas letak dan batasnya dan belum di

kavling.

3. Surat Dakwaan

Kesatu:

Bahwa ia Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID pada waktu-

waktu yang sudah tidak dapat dipastikan lagi dengan tepat setidak-tidaknya

pada suatu hari antara tahun 1988 sampai dengan tahun 2000 bertempat di

Kantor Notaris RADEN YULIMANREKSNOHADHI, SH. di Jalan

Kepanjen No.27 Surabaya atau setidak-tidaknya ditempat-tempat lain yang

masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan NegeriSurabaya, telah

menyuruh mencantumkan suatu keterangan yang palsu di dalam suatu akte

otentik, yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta tersebut seolah-olah

isinya benar dan tidak dipalsukan, kalau mempergunakannya dapat

mendatangkan kerugian yang dilakukan Terdakwa antara lain dengan cara-

cara sebagai berikut:

Bahwa bermula pada bulan Oktober tahun 1980 Terdakwa selaku Ketua

Yayasan Bina Karya yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 227 (bekas

Asrama Polisi)Surabaya telah menawarkan kepada masyarakat bahwa

Yayasan yang dipimpinnya akan menjual tanah kavling yang terletak di

Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya dengan

ukuran 9x20 m2 dengan sistem pembayarannya diangsur selama

30x(bulan) dengan uang muka Rp.150.000,- sedangkan besarnya

angsuran Rp.15.000,- per bulan;

44

Bahwa dengan adanya penawaran tersebut masyarakat banyak yang

berminat kemudian datang ke Kantor Terdakwa secara berturut-turut para

calon pembeli yang akhirnya seluruhnya berjumlah ± 60 orang yaitu

antara lain HR. AMIR FATAH,SE.MM., SUNARKO, SISWANDONO,

MOCH. TAMRIN, Drs. DJONOMUNARKO, MARGASIM;

Bahwa untuk menindak lanjuti pelaksanaan jual beli para calon pembeli

yaitu saksi HR. AMIR FATAH, SE.MM. dkk. oleh Terdakwa diajak

menghadap Notaris RADEN YULIMAN REKSNOHADHI yang

beralamat di Jalan Kepanjen No.27Surabaya untuk dibuatkan akte

perjanjian jual beli masing-masing No.134 tanggal13 Mei 1981 antara

Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari1981 antara

Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17 Desember

1980antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151 tanggal 24

Maret 1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN No.141 tanggal

13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi AMIR FATAH, SE.MM.

No.24 tanggal 05 September 1981 antara Terdakwa dengan

SISWANDONO No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan

saksi SUNARKO;

Bahwa di dalam akte perjanjian jual beli antara Terdakwa selaku pihak

pertama(penjual) dengan saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. selaku

pihak kedua (pembeli) kemudian Terdakwa selaku pihak kesatu (penjual)

menyuruh Notaris RADEN YULIMAN REKSNOHADHI untuk

menempatkan dalam akta tersebut bahwa tanah yang dijual telah di

kavling-kavling dengan luas 180 m2 (9x20 m2) dan diberi No. kavling

atas nama para pembeli yaitu saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk.;

Bahwa saksi AMIR FATAH,SE.MM. dkk. telah melaksanakan

kewajibannya membayar uang muka sebesar Rp.150.000,- dan membayar

uang angsuran sebesar Rp.15.000,- per bulan secara tertib sampai lunas;

45

Bahwa setelah melunasi pembayaran saksi AMIR FATAH,SE.MM. dkk.

Sudah berulang kali meminta penyerahan tanah kavling yang dibelinya

tersebut namun tidak diberikan (dijanji-janjikan terus) oleh Terdakwa,

maka oleh karena para saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sudah purna

bakti dari pekerjaannya dan membutuhkan uang untuk biaya sekolah

anak-anaknya dan juga untuk tambahan kebutuhan hidup sehari-hari

akhirnya tanah kavling yang telah dibeli dari Terdakwa tersebut

dilepaskan haknya kepada PT. Apta Cipta Surya namun saksi AMIR

FATAH, SE.MM. dkk. masih mempunyai kewajiban kepada PT. Apta

Cipta Surya untuk menyerahkan tanah dan surat-suratnya;

Bahwa oleh karena saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sudah berulang

kali meminta penyerahan tanah kavling tersebut secara baik-baik akan

tetapi Terdakwa tidak pernah merespon maka akhirnya kasus ini diajukan

tuntutan secara perdata di Pengadilan Negeri Surabaya dan terdaftar

dengan register No.814/Pdt.G/1996/PN.Sby. dan terdaftar di Pengadilan

Tinggi Surabaya dengan register No.218/Pdt/2001/PT.Sby.;

Bahwa telah terungkap di persidangan dan termuat dalam amar putusan

perkara perdata tersebut baik di tingkat Pengadilan Negeri Surabaya

maupun di Pengadilan Tinggi Surabaya ternyata tanah yang telah dijual

Terdakwa kepada saksi AMIR FATAH,SE.MM. dkk. tersebut tidak jelas

letak dan batasnya dan tidak ada nomor kavlingnya;

Bahwa akibat dari perbuatan tersebut telah mendatangkan kerugian bagi

saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sebesar Rp.36.000.000,-

(perhitungan pada waktu pelunasan);

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 266 ayat (1) KUHP;

Kedua:

46

Bahwa ia Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID pada waktu-

waktu yang sudah tidak dapat dipastikan lagi dengan tepat setidak-tidaknya

pada suatu hari antara tahun 1988 sampai dengan tahun 2000 bertempat di

Kantor Yayasan Bina Karya JalanDiponegoro No.227 (bekas Asrama Polisi)

dan Kantor Notaris RADEN YULIMANREKSNOHADHI, SH. di Jalan

Kepanjen No.27 Surabaya atau setidak-tidaknya ditempat-tempat lain yang

masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan NegeriSurabaya, dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu

muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain yaitu

antara lainAMIR FATAH, SE.MM. dkk. (60 orang saksi korban) untuk

menyerahkan barang sesuatu berupa uang senilai kurang lebih

Rp.36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah)atau setidak-tidaknya lebih dari

Rp.250,- kepadanya, perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan cara-cara

sebagai berikut:

Bahwa bermula pada bulan Oktober tahun 1980 Terdakwa selaku Ketua

Yayasan Bina Karya yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 227 (bekas

Asrama Polisi) Surabaya telah menawarkan kepada masyarakat bahwa

Yayasan yang dipimpinnya akan menjual tanah kavling yang terletak di

Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya dengan

ukuran 9x20 m2 dengan sistem pembayarannya diangsur selama

30x(bulan) dengan uang muka Rp.150.000,- sedangkan besarnya angsuran

Rp.15.000,- per bulan;

Bahwa dengan adanya penawaran tersebut masyarakat banyak yang

berminat kemudian datang ke Kantor Terdakwa secara berturut-turut para

calon pembeli yang akhirnya seluruhnya berjumlah ± 60 orang yaitu

antara lain HR. AMIR FATAH, SE.MM., SUNARKO, SISWANDONO,

MOCH. TAMRIN, Drs. DJONO MUNARKO, MARGASIM;

47

Bahwa setelah bertemu dengan Terdakwa dan karyawan bagian marketing

telah mendapat penjelasan dengan memperlihatkan denah/gambar lokasi

tanah kavling yang akan dijual serta pembayarannya dapat diangsur

akhirnya pada calon pembeli yaitu HR. AMIR FATAH, SE.MM., dkk.

percaya dan bergerak hatinya mau membeli tanah kavling tersebut;

Bahwa untuk menindaklanjuti pelaksanaan jual beli para calon pembeli

yaitu saksi HR. AMIR FATAH, SE.MM. dkk. oleh Terdakwa diajak

menghadap Notaris RADEN YULIMAN REKSNOHADHI yang

beralamat di Jalan Kepanjen No.27 Surabaya untuk dibuatkan akte

perjanjian jual beli masing-masing No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara

Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari1981 antara

Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17 Desember 1980

antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151 tanggal 24 Maret

1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN No.141 tanggal 13 Mei

1981 antara Terdakwa dengan saksi AMIR FATAH, SE.MM. No.24

tanggal 05 September 1981 antara Terdakwa dengan SISWANDONO

No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO;

Bahwa setelah akta perjanjian jual beli dibuat maka saksi AMIR FATAH,

SE.MM., dkk. melaksanakan kewajibannya membayar uang muka sebesar

Rp.150.000,- dan selanjutnya pada tiap-tiap bulan telah membayar uang

angsuran sebesar Rp.15.000,- per bulan sampai lunas;

Bahwa setelah melunasi angsuran selama 30 bulan ternyata tanah kavling

yang dijanjikan Terdakwa tidak diserahkan walaupun para saksi sudah

memintanya berulang kali;

Bahwa walaupun saksi AMIR FATAH,SE.MM. dkk. sudah berulang kali

meminta penyerahan tanah kavling yang dibelinya tersebut namun tidak

diberikan oleh Terdakwa, maka oleh karena para saksi AMIR FATAH,

SE.MM. dkk. sudah purna bakti dari pekerjaannya dan membutuhkan

48

uang untuk biaya sekolah anak-anaknya dan juga untuk tambahan

kebutuhan hidup sehari-hari akhirnya tanah kavling yang telah dibeli dari

Terdakwa tersebut dilepaskan haknya kepada PT. Apta Cipta Surya

namun saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. masih mempunyai kewajiban

kepada PT. Apta Cipta Surya untuk menyerahkan tanah dan surat-

suratnya;

Bahwa oleh karena saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sudah berulang

kali meminta penyerahan tanah kavling tersebut secara baik-baik namun

Terdakwa tidak pernah merespon maka akhirnya kasus ini diajukan

tuntutan secara perdata di Pengadilan Negeri Surabaya dan terdaftar

dengan register No.814/Pdt.G/1996/PN.Sby. dan terdaftar di Pengadilan

Tinggi Surabaya dengan register No.218/Pdt/2001/PT.Sby.;

Bahwa apa yang dikatakan Terdakwa maupun melalui karyawannya

bahwasanya tanah yang dijual Terdakwa kepada saksi AMIR FATAH,

SE.MM. dkk. Yang terletak di Kelurahan Sambikerep Kecamatan

Sambikerep Kota Surabaya dan telah dikavling-kavling tidak benar dan

bohong belaka sebab di dalam persidangan terungkap dan tersebut dalam

putusan perkara perdata tersebut baik di tingkat Pengadilan Negeri

Surabaya maupun di Pengadilan Tinggi Surabaya ternyata tanah tersebut

tidak jelas letak dan batasnya dan belum dikavling;

Bahwa akibat dari perbuatan tersebut telah mendatangkan kerugian bagi

saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sebesar Rp.36.000.000,- (perhitungan

pada waktu pelunasan);

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 378 KUHP;

Ketiga:

Bahwa ia Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID pada waktu-

waktu yang sudah tidak dapat dipastikan lagi dengan tepat setidak-tidaknya

49

pada suatu hari antara tahun 1988 sampai dengan tahun 2000 bertempat di

Kantor Yayasan Bina Karya Jalan Diponegoro No.227 (bekas Asrama Polisi)

dan Kantor Notaris RADEN YULIMANREKSNOHADHI, SH. di Jalan

Kepanjen No.27 Surabaya atau setidak-tidaknya ditempat-tempat lain yang

masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan NegeriSurabaya, dengan

sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan orang lain yaitu antara lain AMIR

FATAH,SE.MM. dkk. (60 orang saksi korban) berupa uang kurang lebih

Rp.36.000.000,- (tigapuluh juta rupiah) atau setidak-tidaknya lebih dari

Rp.250,- dan barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan

perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan caracarasebagai berikut:

Bahwa bermula pada bulan Oktober tahun 1980 Terdakwa selaku Ketua

Yayasan Bina Karya yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 227 (bekas

Asrama Polisi) Surabaya telah menawarkan kepada masyarakat bahwa

Yayasan yang dipimpinnya akan menjual tanah kavling yang terletak di

Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya dengan

ukuran 9x20 m2 dengan sistem pembayarannya diangsur selama

30x(bulan) dengan uang muka Rp.150.000,- sedangkan besarnya angsuran

Rp.15.000,- per bulan;

Bahwa dengan adanya penawaran tersebut masyarakat banyak yang

berminat kemudian datang ke Kantor Terdakwa secara berturut-turut para

calon pembeli yang akhirnya seluruhnya berjumlah ± 60 orang yaitu

antara lain HR. AMIR FATAH, SE.MM., SUNARKO, SISWANDONO,

MOCH. TAMRIN, Drs. DJONO MUNARKO, MARGASIM;

Bahwa setelah bertemu dengan Terdakwa dan karyawan bagian marketing

telah mendapat penjelasan dengan memperlihatkan denah/gambar lokasi

tanah kavling yang akan dijual serta pembayarannya dapat diangsur

50

akhirnya pada calon pembeli yaitu HR. AMIR FATAH, SE.MM., dkk.

percaya dan bergerak hatinya mau membeli tanah kavling tersebut;

Bahwa untuk menindaklanjuti pelaksanaan jual beli para calon pembeli

yaitu saksi HR. AMIR FATAH, SE.MM. dkk. oleh Terdakwa diajak

menghadap Notaris RADEN YULIMAN REKSNOHADHI yang

beralamat di Jalan Kepanjen No.27 Surabaya untuk dibuatkan akte

perjanjian jual beli masing-masing No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara

Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari 1981 antara

Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17 Desember 1980

antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151 tanggal 24 Maret

1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN No.141 tanggal 13 Mei

1981 antara Terdakwa dengan saksi AMIR FATAH, SE.MM. No.24

tanggal 05 September 1981 antara Terdakwa dengan SISWANDONO

No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO;

Bahwa setelah akta perjanjian jual beli tersebut atas nama saksi AMIR

FATAH, SE.MM., dkk. Kemudian melaksanakan kewajibannya

membayar uang muka sebesar Rp.150.000,- dan selanjutnya pada tiap-tiap

bulan telah membayar uang angsuran sebesar Rp.15.000,- per bulan;

Bahwa setelah kewajiban membayar angsuran selama 30 bulan selesai

ternyata tanah kavling yang dijanjikan Terdakwa tidak diserahkan

walaupun para saksi sudah memintanya berulang kali;

Bahwa walaupun saksi AMIR FATAH,SE.MM. dkk. sudah berulang kali

meminta penyerahan tanah kavling yang dibelinya tersebut namun tidak

diberikan oleh Terdakwa, maka oleh karena para saksi AMIR FATAH,

SE.MM. dkk. sudah purna bakti dari pekerjaannya dan membutuhkan

uang untuk biaya sekolah anak-anaknya dan juga untuk tambahan

kebutuhan hidup sehari-hari akhirnya tanah kavling yang telah dibeli dari

Terdakwa tersebut dilepaskan haknya kepada PT. Apta Cipta Surya

51

namun saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. masih mempunyai kewajiban

kepada PT. Apta Cipta Surya untuk menyerahkan tanah dan surat-

suratnya;

Bahwa oleh karena saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sudah berulang

kali meminta penyerahan tanah kavling tersebut secara baik-baik dan

meminta untuk mengembalikan uang yang pernah saksi AMIR

FATAH,SE.MM., dkk. Serahkan namun Terdakwa tidak pernah merespon

akhirnya kasus ini diajukan tuntutan secara perdata di Pengadilan Negeri

Surabaya dan terdaftar dengan register No.814/Pdt.G/1996/PN.Sby. dan

terdaftar di Pengadilan Tinggi Surabaya dengan register

No.218/Pdt/2001/PT.Sby.;

Bahwa dari hasil persidangan dan amar putusan perkara perdata tersebut

baik di tingkat Pengadilan Negeri Surabaya maupun di Pengadilan Tinggi

Surabaya ternyata tanah tersebut tidak jelas letak dan batasnya dan belum

dikavling;

Bahwa akibat dari perbuatan tersebut telah mendatangkan kerugian bagi

saksi AMIR FATAH, SE.MM. dkk. sebesar Rp.36.000.000,- (perhitungan

pada waktu pelunasan);

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 372KUHP;

4. Tuntutan

Tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan NegeriTanjung

Perak tanggal 11 Desember 2012 sebagai berikut :

a) Menyatakan Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID terbukti secara

sahmenurut hukum telah bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

dalamdakwaan yaitu Pasal 378 KUHP;

52

b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa NARIMIN SAID Alias

NARSAID dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam)

bulan;

c) Menyatakan barang bukti berupa:

1) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah Sporadik, tanggal

06September 2002;

2) Surat Keterangan No.493.17/402.09.04.07.1/02, tanggal 06

September 2002;

3) Surat kutipan tanda pendaftaran sementara tanah milik Indonesia

petikan daribuku ukur kepada Terdakwa tanggal 06 September 2002;

4) Surat daftar mutasi obyek dan wajib pajak Desa Kelurahan

Sambikerep;

5) Akta Ikatan Jual Beli No.17 tanggal 04 Desember 1999;

6) Surat Pernyataan No.10 tanggal 20 Desember 1981;

7) Blangko pembayaran tanah tanggal 25 Februari 1981;

8) Surat Pernyataan Penawaran tanggal 20 Desember 1981;

9) Surat Ketetapan Iuran Pembayaran Daerah No.12;

10) SPPT tanggal 02 Januari 2008;

11) Surat yayasan kesejahteraan rakyat tanggal 12 Agustus 1994;

12) Surat pusat yayasan bina karya;

13) Notulen pertemuan tanggal 28 Februari 1996;

14) Pertemuan PT. Citra Land dan Yayasan Bina Karya;

15) Rapat/pertemuan PT. Citra Land Surya dan Yayasan Bina Karya;

16) Notulen pertemuan di Hotel Ibis Surabaya;

17) Surat Pernyataan tanggal 22 September 1996;

18) Surat kalkulasi sementara rencana kompensasi tanah PT. Citra Land

Suryadengan Yayasan Bina Karya;

19) Dari Yayasan Bina Karya;

20) Daftar Tanah milik di Desa Lontar dan Sambikerep;

53

21) Putusan Pengadilan Negeri Tingkat I Surabaya, No.814/Pdt.G/1996/

PN.Sby,tanggal 18 Maret 1998;

22) Memori Kasasi dari PT. Apta Citra kepada Mahkamah Agung RI

tanggal 23Desember 2002;

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

d) Menetapkan biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

5. Putusan Pengadilan Negeri

Membaca putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor : 2263/Pid.B/ 2012/

PN.Sby., tanggal 02 Januari 2013 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

a) Menyatakan Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID terbukti

bersalahsecara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana

"Penipuan";

b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa NARIMIN SAID Alias

NARSAIDdengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 2 (dua)

bulan;

c) Menyatakan barang bukti berupa:

1) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah Sporadik, tanggal

06September 2002;

2) Surat Keterangan No.493.17/402.09.04.07.1/02, tanggal 06

September 2002;

3) Surat kutipan tanda pendaftaran sementara tanah milik Indonesia

petikan daribuku ukur kepada Terdakwa tanggal 06 September 2002;

4) Surat daftar mutasi obyek dan wajib pajak Desa Kelurahan

Sambikerep;

5) Akta Ikatan Jual Beli No.17 tanggal 04 Desember 1999;

6) Surat Pernyataan No.10 tanggal 20 Desember 1981;

7) Blangko pembayaran tanah tanggal 25 Februari 1981;

8) Surat Pernyataan Penawaran tanggal 20 Desember 1981;

54

9) Surat Ketetapan Iuran Pembayaran Daerah No.12;

10) SPPT tanggal 02 Januari 2008;

11) Surat yayasan kesejahteraan rakyat tanggal 12 Agustus 1994;

12) Surat pusat yayasan bina karya;

13) Notulen pertemuan tanggal 28 Februari 1996;

14) Pertemuan PT. Citra Land dan Yayasan Bina Karya;

15) Rapat/pertemuan PT. Citra Land Surya dan Yayasan Bina Karya;

16) Notulen pertemuan di Hotel Ibis Surabaya;

17) Surat Pernyataan tanggal 22 September 1996;

18) Surat kalkulasi sementara rencana kompensasi tanah PT. Citra Land

Suryadengan Yayasan Bina Karya;

19) Dari Yayasan Bina Karya;

20) Daftar Tanah milik di Desa Lontar dan Sambikerep;

21) Putusan Pengadilan Negeri Tingkat I Surabaya, No.814/Pdt.G/1996/

PN.Sby,tanggal 18 Maret 1998;

22) Memori Kasasi dari PT. Apta Citra kepada Mahkamah Agung RI

tanggal 23Desember 2002;

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

d) Menetapkan supaya Terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.5.000,-(lima ribu rupiah);

6. Putusan Pengadilan Tinggi

Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 198/PID/2013/PT.SBY.,

tanggal 26 Maret 2013 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

a) Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa

/Pembanding ;

b) Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 02

Januari2013 Nomor : 2263/Pid.B/2012/PN.Sby. yang dimintakan

55

banding,sepanjang mengenai penjatuhan pidananya dan status penahanan

sertapengurangan selama menjalani masa tahanan atas diri

Terdakwa,sehingga amar putusan selengkapnya berbunyi sebagai berikut

:

1) Menyatakan Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID

terbuktisecara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana“Penipuan” ;

2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara

selama1 (satu) tahun dan 8 (delapan) bulan ;

3) Menetapkan lamanya Terdakwa dalam tahanan,

dikurangkanseluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4) Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

5) Menetapkan barang bukti berupa :

a) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah Sporadik, tanggal

06September 2002;

b) Surat Keterangan No.493.17/402.09.04.07.1/02, tanggal 06

September 2002;

c) Surat kutipan tanda pendaftaran sementara tanah milik Indonesia

petikan daribuku ukur kepada Terdakwa tanggal 06 September 2002;

d) Surat daftar mutasi obyek dan wajib pajak Desa Kelurahan

Sambikerep;

e) Akta Ikatan Jual Beli No.17 tanggal 04 Desember 1999;

f) Surat Pernyataan No.10 tanggal 20 Desember 1981;

g) Blangko pembayaran tanah tanggal 25 Februari 1981;

h) Surat Pernyataan Penawaran tanggal 20 Desember 1981;

i) Surat Ketetapan Iuran Pembayaran Daerah No.12;

j) SPPT tanggal 02 Januari 2008;

k) Surat yayasan kesejahteraan rakyat tanggal 12 Agustus 1994;

l) Surat pusat yayasan bina karya;

56

m) Notulen pertemuan tanggal 28 Februari 1996;

n) Pertemuan PT. Citra Land dan Yayasan Bina Karya;

o) Rapat/pertemuan PT. Citra Land Surya dan Yayasan Bina Karya;

p) Notulen pertemuan di Hotel Ibis Surabaya;

q) Surat Pernyataan tanggal 22 September 1996;

r) Surat kalkulasi sementara rencana kompensasi tanah PT. Citra Land

Suryadengan Yayasan Bina Karya;

s) Dari Yayasan Bina Karya;

t) Daftar Tanah milik di Desa Lontar dan Sambikerep;

u) Putusan Pengadilan Negeri Tingkat I Surabaya, No.814/Pdt.G/1996/

PN.Sby,tanggal 18 Maret 1998;

v) Memori Kasasi dari PT. Apta Citra kepada Mahkamah Agung RI

tanggal 23Desember 2002;

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

6) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara

dalam kedua tingkat peradilan, yang pada tingkat banding sebesar

Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

7. Alasan Kasasi Terdakwa

a. Bahwa, Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum dan atau

melanggarhukum dalam memutus perkara a quo, mengingat sama sekali

tidak mempertimbangkan kapan terjadinya suatu tindak pidana

(tempus delictie),sehingga membuat putusan hukumnya menjadi kabur.

Bahwa, HR. AMIN FATAH,dkk. pada tahun 1980 dan atau 1981

membeli dari Pemohon Kasasi secara angsuran hak atas tanah yang

menjadi pangkal permasalahan, adapun peristiwa hukum tersebut

bilamana merupakan awal terjadinya suatu delik pidana yang diduga

dilakukan oleh Pemohon Kasasi, maka jika kita hubungkan dengan Pasal

57

78 KUHP,maka hal demikian merupakan suatu peristiwa hukum yang

tidak dapat ditarik padaranah tuntutan pidana karena kadaluarsa.

Dengan demikian seharusnya Judex Facti mempertimbangkan perkara

dimaksud merupakan kadaluarsa.Di dalam ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana(KUHP) daluarsa merupakan salah satu alasan

hapusnya kewenangan menuntut dan menjalankan hukuman.KUHP

mengenal adanya dua macam daluarsa yaitu daluarsa untuk menuntut dan

daluarsa untuk menjalankan hukuman pidana.

Pengertian dari penuntutan adalah sebagaimana diatur Pasal 1 angka 7

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP):

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara

pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang inidengan permintaan supaya

diperiksa dan diputus oleh Hakim di persidangan.

Apabila pelaku tindak pidana masih hidup, daluarsa untuk melakukan

penuntutan tindak pidana Pasal 378 KUHP adalah sesudah 12 tahun (lihat

Pasal 78 ayat (1)angka 3 KUHP). Jadi, apabila dalam kurun waktu yang

telah disebutkan setelah dilakukan tindak pidana, penuntut umum tidak

melakukan penuntutan, makahapuslah kewenangan untuk menuntut si

pelaku (strafsactie).Apabila kemudian penuntut umum melakukan

penuntutan, daluarsa penuntutan dihentikan dan dimulaitenggang

daluarsa baru (Pasal 80 KUHP).

b. Bahwa, sebelum menjelaskan alasan keberatan kedua terhadap putusan

Judex Facti menurut hemat Pemohon Kasasi sebaiknya dijelaskan

terlebih dahulu arti kata penipuan yang berasal dari kata tipu, berarti

perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan

sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan,mengakali atau mencari

keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakanyang

58

merugikan orang lain, sehingga termasuk ke dalam tindakan yang dapat

dikenakan hukuman pidana.

Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan

penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau

perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari

orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materiil

maupun keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan

seseorang dari jabatannya.

Bahwa, KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan

penipuan(oplichthing) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum

dalam Bab XXVBuku II KUHP memuat berbagai bentuk penipuan

terhadap harta benda yang dirumuskan dalam 20 pasal yang masing-

masing pasal mempunyai nama-namakhusus (penipuan dalam bentuk

khusus). Keseluruhan pasal pada Bab XXV ini dikenal dengan nama

bedrog atau perbuatan curang.

Bahwa, dalam Pasal 378 KUHP yang mengatur sebagai berikut:

Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau

orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik

dengan akal atau tipu muslihat maupun dengan karangan-karangan

perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang,

membuat utang atau menghapuskan piutang,dihukum karena penipuan,

dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.Berdasarkan

unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam rumusan

Pasal 378 KUHP di atas, maka R. SUGANDHI (1980:396-397)

mengemukan pengertian penipuan bahwa : Penipuan adalah tindakan

seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan

keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada

hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang

tersusun sedemikian rupa yang merupakan cerita sesuatu seakan-akan

59

benar. Pengertian penipuan sesuai pendapat tersebut di atas tampak

secara jelas bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah tipu muslihat

atau serangkaian perkataan bohong sehingga biasanya seseorang yang

melakukan penipuan adalah menerangkan sesuatu yang seolah-olah betul

atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataannya itu adalah tidak sesuai

dengan kenyataannya, karena tujuannya hanya untuk menyakinkan orang

yang menjadi sasaran agar diikuti keinginannya, sedangkan

menggunakan nama palsu supaya yang bersangkutan tidak diketahui

identitasnya, begitu pula dengan menggunakan kedudukan palsu agar

orang yakin akan perkataannya.

Menurut ahli hukum pidana Andi Zainal Abidin Farid (1961 : 135),

bahwa unsur unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam Pasal

378 tesebut yaitu :

• Membujuk (menggerakkan hati) orang lain untuk

• Menyerahkan (afgifte) suatu barang atau supaya membuat suatu

hutang atau menghapuskan suatu hutang

Dengan menggunakan upaya-upaya atau cara-cara :

• Memakai nama palsu

• Memakai kedudukan palsu

• Memakai tipu muslihat

• Memakai rangkaian kata-kata bohong

Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melawan hukum.

Sebagai akal penipuan dalam Pasal 378 KUHP mengatur bahwa :

• Menggunakan nama palsu.

Nama palsu adalah nama yang berlainan dengan nama yang

sebenarnya,meskipun perbedaaan itu tampak kecil, misalnya orang

yang sebenarnya bernama Ancis, padahal yang sebenarnya adalah

orang lain, yang hendak menipu itu mengetahui, bahwa hanya kepada

60

orang yang bernama Ancis orangakan percaya untuk memberikan

suatu barang. Supaya ia mendapatkan barang itu, maka ia memalsukan

namanya dari Anci menjadi Ancis. Akan tetapi kalua sipenipu itu

menggunakan nama orang lain yang sama dengan namanya

sendiri,maka ia tidak dikatakan menggunakan nama palsu tetapi ia

tetap dipersalahkan.

• Menggunakan kedudukan palsu.

Seseorang yang dapat dipersalahkan menipu dengan menggunakan

kedudukan palsu, misalnya : X menggunakan kedudukan sebagai

pengusaha dari perusahaan P, padahal ia sudah diberhentikan,

kemudian mendatangi sebuah toko untuk dipesan kepada toko

tersebut, dengan mengatakan bahwa ia X disuruh oleh majikannya

untuk mengambil barang-barang itu. Jika toko itu menyerahkan

barang-barang itu kepada X yang dikenal sebagai kuasa dari

perusahaan P, sedangkan toko itu tidak mengetahuinya, bahwa X

dapat dipersalahkan setelah menipu toko itu dengan menggunakan

kedudukan palsu.

• Menggunakan tipu muslihat.

Yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan

yang dapat menimbulkan gambaran peristiwa yang sebenarnya dibuat-

buat sedemikianrupa sehingga kepalsuan itu dapat mengelabui orang

yang biasanya hati-hati.

• Menggunakan susunan belit dusta.

• Kebohongan itu harus sedemikian rupa berbelit-belitnya sehingga

merupakan suatu atau seluruhnya yang nampaknya seperti benar dan

tidakmudah ditemukan di mana-mana. Bahwa, tipu muslihat yang

digunakan olehseorang penipu itu harus sedemikian rupa, sehingga

orang yang mempunyaitaraf pengetahuan yang umum (wajar) dapat

dikelabui.Jadi selain kelicikan penipu, harus pula diperhatikan keadaan

61

orang yang kena tipu itu.Tiap-tiapkejahatan harus dipertimbangkan

dan harus dibuktikan, bahwa tipu muslihat yang digunakan adalah

begitu menyerupai kebenaran, sehingga dapat dimengerti bahwa orang

yang ditipu sempat percaya.Suatu kebohongan saja belum cukup untuk

menetapkan adanya penipuan.Bohong itu harus disertai tipu muslihat

atau susunan belit dusta, sehingga orang percaya kepada ceritabohong

itu.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka seseorang baru dapat

dikatakan telah melakukan tindak pidana penipuan sebagai mana

dimaksud dalam Pasal 378KUHP, apabila unsur-unsur yang disebut di

dalam pasal tersebut telah terpenuhi,maka pelaku tindak pidana

penipuan tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai perbuatannya.

Bahwa, unsur barang siapa dalam pasal ini adalah orang atau subjek

hukum atau siapa saja yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap

perbuatan pidana tersebut.Dalam hal ini pertimbangan hukum Judex

Facti tidak cermat menguraikan subjek hukum dalam putusannya

tentang dugaan perbuatan yang didakwakan telah melakukan tindak

pidana (error in persona).Oleh karena dalam uraian pertimbangan

hukumnya dijelaskan bahwasanya Pemohon Kasasi dinyatakan telah

melakukan tindak pidana melanggar ketentuan Pasal 378 KUHP.

Bahwa, dugaan perbuatan penipuan yang dilakukan oleh Pemohon

Kasasi telah ditafsirkan secara keliru oleh Judex Facti seolah-olah

Pemohon Kasasi telah melakukan perbuatan sebagaimana yang

didakwakan oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum, padahal konteks barang

siapa tidaklah hanya dapat ditafsirkan sebagai subjek hukum yang dapat

mempertanggung-jawabkan terhadap segala perbuatandan tindak pidana

yang dilakukannya saja, melainkan haruslah ditafsirkan jugapelaku

merupakan person like atau badan hukum yang "sehat akal

62

pikirannya"dalam arti kata Pemohon Kasasi yang nota bene bertindak

untuk dan atas nama perorangan atau selaku ketua yayasan, mengingat

selama ini Pemohon Kasasi adalah selaku Ketua Yayasan Bina Karya.

Untuk itu perbuatan Pemohon Kasasi seharusnya tidaklah dapat

dikualifikasikan telah memenuhi unsur delik pelaku yangsebenarnya,

karena baik Ketua Umum Yayasan Bina Karya maupun

NARIMINSAID alias NARSAID secara pribadi tidak ada hubungan

hukum dengan Pelapor atau PT. Apta Citra Surya. Bahwa

pembebasannya tanah kavling yang menjadi masalah perkara pidana ini

adalah PT. Apta Citra Surya kepada para saksi yaitu HR.AMIN FATAH

dkk.

Bahwa para saksi yaitu HR. AMIN FATAH dkk. pada tahun 1980 dan

tahun 1981 membeli tanah secara angsuran kepada NARIMIN SAID

alias NARSAID dan Perjanjian Jual Belinya dibuat di hadapan pejabat

yang berwenang, sedangkan perkara perdata yang diajukan oleh PT.

Apta Citra Surya ke Pengadilan Negeri Surabaya terhadap NARIMIN

SAID alias NARSAID sebagai Ketua UmumYayasan Bina Karya serta

kepada HR. AMIN FATAH dkk. sudah diajukan dengan nomor register

perkara 814/Pdt.G/1996/PN.Sby. pada tanggal 18 Maret 1998 PT.Apta

Citra Surya kalah dan dikuatkannya putusan Pengadilan Tinggi

Surabaya.Putusan Kasasi PT. Apta Citra Karya menang dan putusan

Peninjauan Kembali Mahkamah Agung memutuskan bahwa PT. Apta

Citra Karya kalah dengan nomor register perkara 489 PK/Pdt/2011.

Fakta hukumnya adalah R. YULIMAN REKSONO HADHI ketika itu

Notaris yang berdomisili di Surabaya telah membuatkan akta-akta

transaksi hak atas tanah.hak atas tanah luasnya per kavling 180 m2

keberadaannya tanah masih berupa tanah hamparan belum dipetak-

petak, harga per kavling Rp.600.000, (enam ratus riburupiah) dengan

uang muka Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) sisanya

63

diangsur Rp.15.000,- (Iima belas ribu rupiah) per bulan, dan uang

angsuran tersebut belum dibayar lunas. Hal ini terbukti bahwa dalam

berkas berkas persidangan HR.AMIN FATAH tidak bisa menunjukkan

atau membuktikan kuitansi-kuitansiangsuran tanah tersebut, sebanyak

30 lembar dengan angsuran per bulannyaRp.15.000,- (lima belas ribu

rupiah) sehingga jumlahnya Rp.450.000,- (empat ratuslima puluh ribu

rupiah). Penagihan atau peringatan sudah Pemohon Kasasi lakukan

berkali-kali kepada HR. AMIN FATAH dkk. (bukti bisa diperiksa dalam

BAPPenyidik), padahal kewajiban pembeli disamping melunasi

harganya tanah juga seluruh biaya pemutihan tanah dan sertifikasinya

menjadi beban serta harus dibayaroleh pembeli. Hal ini diatur dalam

Akte Perjanjian Jual Beli tersebut dari Pasal 1sampai dengan Pasal 4 dan

telah disepakati oleh semua pihak, namun tidak dipenuhi oleh para

pembeli tanah. Segala sesuatu yang terjadi antara Pemohon Kasasi

denganHR. AMIN FATAH dan kawan-kawan adalah terkait dengan

keperdataan yakni,terkategorikan dalam ketentuan Buku Ill Tentang

Perikatan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni jual-beli. Untuk

itu menelaah hal-hal tersebut di atas jelaslah sudah permasalahan hukum

yang terjadi dalam perkara a quo adalah bukanlah merupakan suatu

peristiwa pidana, melainkan terkait dengan hubungan keperdataan,

sehingga nampak sekali dibuatnya pertimbangan hukum Judex Facti

yang demikian merupakan suatu tindakan yang keliru.

Unsur ini secara de jure maupun de facto yang terungkap dalam

persidangan terdapat kekaburan belaka mengenai subjek hukum dari

pelaku tindak pidana yang didakwakan oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum,

sehingga seharusnya dapat melepaskan Pemohon Kasasi dari tanggung

jawab atas dakwaan dimaksud. Dengan demikian jelas, tidak

berkualitasnya Pemohon Kasasi sebagai pelaku tindak penipuan

sebagaimana pertimbangan hukum Judex Facti mempunyai konsekuensi

64

pertimbangan yang demikian adalah kabur, mengingat unsur barang

siapanya di sinitelah tidak terpenuhi/terbukti.

Bahwa, pertimbangan hukum Judex Facti tidak cermat menguraikan

dalam putusannya tentang subjek hukum yang dinyatakan telah

melakukan tindak pidana(error in persona).Oleh karena dalam

pertimbangan hukumnya dijelaskan bahwasanya Pemohon Kasasi telah

melakukan tindak pidana melanggar ketentuanPasal 378 KUHP. Bahwa,

dalam pertimbangan hukumnya sama sekali tidak dapat mengeliminasi

subjek hukum yang dapat diduga telah melakukan perbuatan tindak

pidana, apakah Pemohon Kasasi ataukah yayasan, sehingga dakwaan

dimaksud tidak akan pernah dapat dibuktikan bahwasanya Pemohon

Kasasi telah melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh

Sdr. Jaksa Penuntut Umum. Untuk itu kualitas subjek hukum yang tidak

jelas dapat menjadikan putusan Pengadilan Tingkat Pertama menjadi

kabur, dan sebagai konsekuensi yuridis putusan hukum yang demikian

tersebut adalah cacat hukum dan harus dinyatakan batal demi hukum.

Bahwa, dalam mewujudkan terpenuhinya unsur tindak pidana tersebut

di atas, baik dipandang dari sudut subjektif maupun objektif, maka

disyaratkan hal-hal sebagaitersebut di bawah ini :

Sudut subjektif, yaitu adanya hubungan batin (kesengajaan) dengan

tindak pidana yang hendak diwujudkan, artinya kesengajaan dalam

berbuat diarahkan pada terwujudnya tindak pidana, dalam hal ini

sedikit atau banyak ada kepentingan untuk terwujudnya tindak pidana

tersebut. Pemohon Kasasi adalah pemilik sah atas hak tanah yang

menjadi objek akar permasalah dalam perkara ini, artinya apakah

mungkin timbul maksud adanya niat dan sengaja untuk melakukan

suatu perbuatan hukum, sedangkan jual belinya sendiri terhadap hak

atas tanah tersebut dilakukan dihadapan pejabat pembuat akta tanah.

65

sudut objektif, ialah bahwa perbuatan orang itu ada hubungannya

dengan terwujudnya tindak pidana, atau dengan kata lain wujud

perbuatan orang itu secara objektif ada perannya atau pengaruh

positif baik besar atau kecil, terhadap terwujudnya tindak pidana,

artinya perbuatan Pemohon Kasasi yang bertindak selaku pemilik hak

atas tanah selama ini sudah melakukan sesuai dengan protap dan atau

etika bisnis dengan pihak relasinya. HR. AMIN FATAH dan kawan-

kawan. Dalam hal ini jelas maksud hendak menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hak sama sekali tidak

terbukti dalam perkara ini.

Bahwa, untuk memenuhi unsur tersebut di atas, maka perlunya

ditelaah terlebih dulu makna hukum pidana yang dikenal sebagai

ultimum remidium atau sebagai alat terakhir apabila usaha-usaha lain

tidak bisa dilakukan, ini disebabkan karena sifat pidana yang

menimbulkan nestapa penderitaan, sehingga sebisa mungkin dihindari

penggunaan pidana sebagai sarana pencegahan kejahatan.Untuk

menjatuhkan pidana, harus dipenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

terdapat dalam suatu pasal. Salah satu unsur dalam pasal yang

didakwakan oleh Saudara Jaksa Penutut Umum dalam perkara ini adalah

sifat melawan hukum (wederrechtelijke) baik yang secara eksplisit

maupun yang secara implisit ada dalam suatu pasal tersebut, Meskipun

adanya sifat melawan hukum yang implisit dan eksplisit dalam suatu

pasal tersebut masih dalam perdebatan, tetapi tidak disangsikan lagi

bahwa unsur ini merupakan unsur yang harus ada atau mutlak dalam

suatu tindak pidana agar si pelaku atau Pembanding dapat dilakukan

penuntutan. Jika kita meneliti Pasal 378 KUHP maka akan tercantum

kata-kata melawan hukum (wederrchlijke) untuk menunjukan sah suatu

tindakan atau suatu maksud. Penggunaan kata wederrchlijke untuk

66

menunjukan sifat tidak sah suatu tindakan artinya bahwa perbuatan

seseorang melanggar atau bertentangan dengan kaidah materiil yang

berlaku baginya, oleh karena itu dengan sendirinya berarti bahwa

memidana orang yang tidak melakukan perbuatan pidana adalah

onzining, tidak masuk akal, sifat melawan hukumnya perbuatan

merupakan salah satu syarat pemidanaan, artinya bagaimana mungkin

seseorang yang telah melakukan transaksi hukum dibuat di hadapan

pejabat pembuat akta dapat dikatakan telah melakukan perbuatan

melawan hukum, sehingga jelas unsur tindak pidana yang disangkankan

kepada Pemohon Kasasi sama sekali tidak terbukti, dalam hal ini Judex

Facti telah keliru dalam menerapkan hukumnya dalam mengambil suatu

putusan perkara a quo.

Bahwa, segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Pemohon Kasasi

sama sekali tidak memenuhi anasir-anasir delik dalam pasal yang

didakwakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum sebagaimana

pertimbangan hukum Judex Facti. Menelaah hal hal tersebut di atas

jelaslah sudah permasalahan hukum yang terjadi dalam perkara a quo

adalah pertimbangan hukum Judex Facti sama sekali tidak didasarkan

pada bukti permulaan yang cukup, yaitu harus adanya bukti yang akurat

untuk menetapkan seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya

patut diduga sebagai Tersangka pelaku tindak pidana sebagaimana

ketentuan Pasal 1 butir 14 KUHAP, sehingga nampak sekali Judex Facti

telah memaksakan diri untuk memeriksa berkas perkara ini adalah

merupakan suatu tindakan yang keliru. Untuk itu dalam perkara ini,

menurut hemat kami Judex Facti patut untuk menolak dakwaan Saudara

Jaksa Penuntut Umum, mengingat tidak memahami dan atau

setidaktidaknya telah mengabaikan akar permasalahan yang terjadi,

mengingat tidak ada perbuatan yang memakai nama palsu atau keadan

67

palsu, baik dengan si akal atau tipu muslihat, maupun dengan karangan

perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan

sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang oleh sebab

selama ini yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi adalah sudah sesuai

dengan etika bisnis.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelas sekali bahwasanya Pemohon

Kasasi adalah orang yang berhak, berwenang dan boleh melakukan

perbuatan hukum terhadap hak atas tanah yang menjadi objek masalah

dalam perkara ini, dan lagi pula telah melakukan transaksi hukum yang

dibuat di hadapan pejabat pembuat akta. Untuk itu perbuatan Pemohon

Kasasi tidaklah memenuhi unsur-unsur delik dalam pasal dimaksud.

8. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung

a. Judex Facti salah menerapkan hukum karena tidak mempertimbangkan

dengan benar hal-hal yang relevan secara yuridis, yaitu hubungan hokum

antara Terdakwa dengan saksi Amir Fatah, SE.MM. adalah hubungan

jual beli yang berada dalam domain Hukum Perdata yang

penyelesaiannya harus dilakukan melalui Pengadilan Perdata;

b. Dalam proses jual beli antara Terdakwa dengan pembeli telah dibuat akta

perjanjian jual beli masing-masing yaitu Akta No. 134 tanggal 13 Mei

1981 antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari

1981 antara Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17

Desember 1980 antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151

tanggal 24 Maret 1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN

No.141 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi AMIR

FATAH, SE.MM. No.24 tanggal 05 September 1981 antara Terdakwa

dengan SISWANDONO No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa

dengan saksi SUNARKO;

68

c. Terhadap perkara a quo telah pernah dilakukan gugatan perdata di

Pengadilan Negeri Surabaya dengan register No. No.814/Pdt.G/1996/

PN.Sby. dan di Pengadilan Tinggi Surabaya dengan register No.218/Pdt/

2001/PT.Sby., dan kasasi, akhirnya Peninjauan Kembali No.489 PK/Pdt/

2011 yang menyatakan objek sengketa tidak jelas letak dan

batasbatasnya;

9. Perbedaan Pendapat (Dissenting Opinion) dari DR. Salman Luthan, SH.

MH.

a) Alasan kasasi Terdakwa tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti tidak

salah menerapkan hukum dalam mengadili Terdakwa. Putusan Judex

Facti Pengadilan Tinggi yang memperberat pidana terhadap Terdakwa

dari pidana penjara selama 1 (satu) tahun 2 (dua) bulan dalam putusan

Pengadilan Negeri Surabaya menjadi pidana penjara selama 1 (satu) tahun

8 (delapan) bulan penjara dalam putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi

dibuat berdasarkan pertimbangan hukum yang benar. Ada dasar

memberatkan dalam perbuatan Terdakwa yang belum dipertimbangkan

oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Surabaya, yaitu jumlah korban yang

banyak, Terdakwa telah menikmati hasil kejahatan dalam waktu yang

lama, dan Terdakwa sudah pernah dihukum. Terdakwa terbukti

melakukan tindak pidana penipuan kepada para korban yang dilakukan

dengan cara Terdakwa mengiklankan penjualan tanah kavling 9m x 20m

dengan menunjukkan peta tanah yang tidak jelas status kepemilikan tanah

tersebut atas nama Terdakwa atau dalam penguasaan Terdakwa karena

tanah tersebut baru diajukan permohonan pengkavlingannya oleh

Terdakwa kepada BPN yang kemudian ternyata ditolak BPN, kepada para

saksi korban, dan setelah pembayarannya lunas, diakui oleh Terdakwa,

Terdakwa tidak dapat menyerahkan tanah tersebut kepada para korban

sehingga korban dirugikan;

69

b) Alasan kasasi Terdakwa merupakan penilaian hasil pembuktian yang

bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, keberatan semacam itu

tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi,

karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak

diterapkannya suatu peraturan hukum atau peraturan hukum tidak

diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili tidak

dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan apakah Pengadilan

telah melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981), dakwaan tidak daluarsa karena disebutkan dalam

dakwaan antara tahun 1980-2000, sehingga usul dari Hakim Agung DR.

SALMAN LUTHAN, SH. MH. adalah tolak kasasi Terdakwa;

10. Amar Putusan

M E N G A D I L I

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/ Terdakwa :

NARIMIN SAID Alias NARSAID tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor : 198/PID/

2013/ PT.SBY., tanggal 26 Maret 2013, yang memperbaiki putusan

Pengadilan Negeri Surabaya Nomor : 2263/Pid.B/2012/PN.Sby., tanggal 02

Januari 2013;

M E N G A D I L I S E N D I R I

Menyatakan Terdakwa NARIMIN SAID Alias NARSAID, tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya;

Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan tersebut;

Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya;

Memerintahkan Terdakwa dikeluarkan dari tahanan;

70

Menetapkan barang bukti berupa :

a) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah Sporadik, tanggal

06September 2002;

b) Surat Keterangan No.493.17/402.09.04.07.1/02, tanggal 06

September 2002;

c) Surat kutipan tanda pendaftaran sementara tanah milik Indonesia

petikan daribuku ukur kepada Terdakwa tanggal 06 September 2002;

d) Surat daftar mutasi obyek dan wajib pajak Desa Kelurahan

Sambikerep;

e) Akta Ikatan Jual Beli No.17 tanggal 04 Desember 1999;

f) Surat Pernyataan No.10 tanggal 20 Desember 1981;

g) Blangko pembayaran tanah tanggal 25 Februari 1981;

h) Surat Pernyataan Penawaran tanggal 20 Desember 1981;

i) Surat Ketetapan Iuran Pembayaran Daerah No.12;

j) SPPT tanggal 02 Januari 2008;

k) Surat yayasan kesejahteraan rakyat tanggal 12 Agustus 1994;

l) Surat pusat yayasan bina karya;

m) Notulen pertemuan tanggal 28 Februari 1996;

n) Pertemuan PT. Citra Land dan Yayasan Bina Karya;

o) Rapat/pertemuan PT. Citra Land Surya dan Yayasan Bina Karya;

p) Notulen pertemuan di Hotel Ibis Surabaya;

q) Surat Pernyataan tanggal 22 September 1996;

r) Surat kalkulasi sementara rencana kompensasi tanah PT. Citra Land

Suryadengan Yayasan Bina Karya;

s) Dari Yayasan Bina Karya;

t) Daftar Tanah milik di Desa Lontar dan Sambikerep;

u) Putusan Pengadilan Negeri Tingkat I Surabaya, No.814/Pdt.G/1996/

PN.Sby,tanggal 18 Maret 1998;

71

v) Memori Kasasi dari PT. Apta Citra kepada Mahkamah Agung RI

tanggal 23Desember 2002;

Tetap terlampir dalam berkas perkara;

Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada

Negara;

B. PEMBAHASAN

1. Kesesuaian alasan permohonan kasasi oleh Terdakwa dengan ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam perkara

penipuan

Penjelasan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970

menegaskan Mahkamah Agung merupakan peradilan tingkat terakhir (kasasi)

bagi semua tingkat peradilan. Atau denfgan kata lain, Mahkamah Agung

adalah peradilan “kasasi” bagi semua lingkup peradilan.

Kaitan bunyi pasal dan penjelasan Pasal 10 ayat (3) dengan perkara

pidana dapat dijumpai dalam Pasal 244 KUHAP, yang menegaskan

“Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh

pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung terdakwa atau penuntut

umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah

Agung kecuali terhadap putusan bebas.” Jadi, terhadap semua putusan pidana

pada tingkat terakhir selain putusan Mahkamah Agung dapat diajukan

permintaan pemeriksaan kasasi baik oleh terdakwa atau penuntut umum.

Tanpa kecuali dan tanpa didasarkan pada syarat atau pada keadaan tertentu.

Ini berarti, terdakwa dana tau penuntut umum dapat mengajukan permintaan

pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung terhadap semua putusan pidana

yang diambil oleh pengadilan tingkat terakhir.

Alasan kasasi sudah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 253 ayat (1)

KUHAP. Pemeriksaan kasasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung

72

berpendoman kepada alasan-alasan tersebut. Alasan kasasi yang dibenarkan

Pasal 253 ayat (1) KUHAP antara lain:

a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau

diterapkan tidak sebagaimana mestinya.

b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan

undang-undang.

c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Ketiga alasan diatas merupakan alasan yang dibenarkan undang-undang,

diluar alasan tersebut alasan kasasi ditolak karena tidak dibenarkan undang-

undang. Penentuan alasan kasasi tersebut membatasi wewenang Mahkamah

Agung memasuki pemeriksaan perkara dalam tingkat kasasi, terbatas hanya

meliputi kekeliruan pengadilan terhadap tiga hal tersebut, diluar ketiga hal

tersebut undang-undang tidak membenarkan Mahkamah Agung untuk menilai

dan memeriksanya. Oleh karena itu bagi seseorang yang hendak mengajukan

permohonan pemeriksaan kasasi harus benar-benar memperhatikan keberatan

kasasi yang disampaikan dalam memori kasasi. Sedapat mungkin pemohon

kasasi dapat memperlihatkan dalam memori kasasi bahwa putusan pengadilan

yang dikasasi mengandung:

a. Kesalahan pernerapan hukum.

b. Atau pengadilan dalam mengadili dan memutus perkara tidak

melaksanakan cara mengadili menurut ketentuan undang-undang.

c. Atau pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Putusan yang telah dijabarkan sebelumnya disebutkan pemohon kasasi

yang dalam kasus ini adalah terdakwa atau Narimin Said alias Narsaid

menjabarkan alasan kasasinya antara lain:

a. Bahwa, Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum dan atau

melanggar hukum dalam memutus perkara a quo, mengingat sama sekali

73

tidak mempertimbangkan kapan terjadinya suatu tindak pidana (tempus

delictie),sehingga membuat putusan hukumnya menjadi kabur. Bahwa,

HR. AMIN FATAH,dkk. pada tahun 1980 dan atau 1981 membeli dari

Pemohon Kasasi secara angsuran hak atas tanah yang menjadi pangkal

permasalahan, adapun peristiwa hukum tersebut bilamana merupakan

awal terjadinya suatu delik pidana yang diduga dilakukan oleh Pemohon

Kasasi, maka jika kita hubungkan dengan Pasal 78 KUHP,maka hal

demikian merupakan suatu peristiwa hukum yang tidak dapat ditarik

padaranah tuntutan pidana karena kadaluarsa.

Dengan demikian seharusnya Judex Facti mempertimbangkan perkara

dimaksud merupakan kadaluarsa.Di dalam ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana(KUHP) daluarsa merupakan salah satu alasan

hapusnya kewenangan menuntut dan menjalankan hukuman.KUHP

mengenal adanya dua macam daluarsa yaitu daluarsa untuk menuntut dan

daluarsa untuk menjalankan hukuman pidana.

Pengertian dari penuntutan adalah sebagaimana diatur Pasal 1 angka 7

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP):

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara

pidana ke Pengadilan Negeri yangberwenang dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya

diperiksa dan diputus oleh Hakim di persidangan.

Apabila pelaku tindak pidana masih hidup, daluarsa untuk melakukan

penuntutan tindak pidana Pasal 378 KUHP adalah sesudah 12 tahun (lihat

Pasal 78 ayat (1)angka 3 KUHP). Jadi, apabila dalam kurun waktu yang

telah disebutkan setelah dilakukan tindak pidana, penuntut umum tidak

melakukan penuntutan, maka hapuslah kewenangan untuk menuntut si

pelaku (strafsactie).Apabila kemudian penuntut umum melakukan

penuntutan, daluarsa penuntutan dihentikan dan dimulaitenggang

daluarsa baru (Pasal 80 KUHP).

74

b. Bahwa, sebelum menjelaskan alasan keberatan kedua terhadap putusan

Judex Facti menurut hemat Pemohon Kasasi sebaiknya dijelaskan

terlebih dahulu arti kata penipuan yang berasal dari kata tipu, berarti

perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan

sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan,mengakali atau mencari

keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang

merugikan orang lain, sehingga termasuk ke dalam tindakan yang dapat

dikenakan hukuman pidana.

Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan

penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau

perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari

orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materiil

maupun keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan

seseorang dari jabatannya.

Bahwa, KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan

penipuan(oplichthing) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum

dalam Bab XXVBuku II KUHP memuat berbagai bentuk penipuan

terhadap harta benda yang dirumuskan dalam 20 pasal yang masing-

masing pasal mempunyai nama-namakhusus (penipuan dalam bentuk

khusus). Keseluruhan pasal pada Bab XXV inidikenal dengan nama

bedrog atau perbuatan curang.

Bahwa, dalam Pasal 378 KUHP yang mengatur sebagai berikut:

Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau

orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik

dengan akal atau tipu muslihat maupun dengan karangan-karangan

perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang,

membuat utang atau menghapuskan piutang,dihukum karena penipuan,

dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.Berdasarkan

unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam rumusan

75

Pasal 378 KUHP di atas, maka R. SUGANDHI (1980:396-397)

mengemukan pengertian penipuan bahwa : Penipuan adalah tindakan

seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan

keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada

hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang

tersusun sedemikian rupa yang merupakan cerita sesuatu seakan-akan

benar. Pengertian penipuan sesuai pendapat tersebut di atas tampak

secara jelas bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah tipu musliha

tatau serangkaian perkataan bohong sehingga biasanya seseorang yang

melakukan penipuan adalah menerangkan sesuatu yang seolah-olah betul

atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataannya itu adalah tidak sesuai

dengan kenyataannya, karena tujuannya hanya untuk menyakinkan orang

yang menjadi sasaran agar diikuti keinginannya, sedangkan

menggunakan nama palsu supaya yang bersangkutan tidak diketahui

identitasnya, begitu pula dengan menggunakan kedudukan palsu agar

orang yakin akan perkataannya.

Menurut ahli hukum pidana Andi Zainal Abidin Farid (1961 : 135),

bahwa unsur unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam Pasal

378 tesebut yaitu :

• Membujuk (menggerakkan hati) orang lain untuk

• Menyerahkan (afgifte) suatu barang atau supaya membuat suatu

hutang atau menghapuskan suatu hutang

Dengan menggunakan upaya-upaya atau cara-cara :

• Memakai nama palsu

• Memakai kedudukan palsu

• Memakai tipu muslihat

• Memakai rangkaian kata-kata bohong

Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melawan hukum.

76

Sebagai akal penipuan dalam Pasal 378 KUHP mengatur bahwa :

• Menggunakan nama palsu.

Nama palsu adalah nama yang berlainan dengan nama yang

sebenarnya,meskipun perbedaaan itu tampak kecil, misalnya orang

yang sebenarnya bernama Ancis, padahal yang sebenarnya adalah

orang lain, yang hendak menipu itu mengetahui, bahwa hanya kepada

orang yang bernama Ancis orangakan percaya untuk memberikan

suatu barang. Supaya ia mendapatkan barang itu, maka ia memalsukan

namanya dari Anci menjadi Ancis. Akan tetapi kalau sipenipu itu

menggunakan nama orang lain yang sama dengan namanya

sendiri,maka ia tidak dikatakan menggunakan nama palsu tetapi ia

tetap dipersalahkan.

• Menggunakan kedudukan palsu.

Seseorang yang dapat dipersalahkan menipu dengan menggunakan

kedudukan palsu, misalnya : X menggunakan kedudukan sebagai

pengusaha dari perusahaan P, padahal ia sudah diberhentikan,

kemudian mendatangi sebuah toko untuk dipesan kepada toko

tersebut, dengan mengatakan bahwa ia X disuruh oleh majikannya

untuk mengambil barang-barang itu. Jika toko itu menyerahkan

barang-barang itu kepada X yang dikenal sebagai kuasa

dariperusahaan P, sedangkan toko itu tidak mengetahuinya, bahwa X

dapat dipersalahkan setelah menipu toko itu dengan menggunakan

kedudukan palsu.

• Menggunakan tipu muslihat.

Yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan

yang dapat menimbulkan gambaran peristiwa yang sebenarnya dibuat-

buat sedemikian rupa sehingga kepalsuan itu dapat mengelabui orang

yang biasanya hati-hati.

• Menggunakan susunan belit dusta.

77

• Kebohongan itu harus sedemikian rupa berbelit-belitnya sehingga

merupakan suatu atau seluruhnya yang nampaknya seperti benar dan

tidakmudah ditemukan di mana-mana. Bahwa, tipu muslihat yang

digunakan oleh seorang penipu itu harus sedemikian rupa, sehingga

orang yang mempunyai taraf pengetahuan yang umum (wajar) dapat

dikelabui.Jadi selain kelicikan penipu, harus pula diperhatikan keadaan

orang yang kena tipu itu.Tiap-tiapkejahatan harus dipertimbangkan

dan harus dibuktikan, bahwa tipu muslihat yang digunakan adalah

begitu menyerupai kebenaran, sehingga dapat dimengerti bahwa orang

yang ditipu sempat percaya.Suatu kebohongan sajabelum cukup untuk

menetapkan adanya penipuan.Bohong itu harus disertai tipu muslihat

atau susunan belit dusta, sehingga orang percaya kepada cerita bohong

itu.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka seseorang baru dapat

dikatakan telah melakukan tindak pidana penipuan sebagai mana

dimaksud dalam Pasal 378KUHP, apabila unsur-unsur yang disebut di

dalam pasal tersebut telah terpenuhi,maka pelaku tindak pidana

penipuan tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai perbuatannya.

Bahwa, unsur barang siapa dalam pasal ini adalah orang atau subjek

hukum atau siapa saja yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap

perbuatan pidana tersebut.Dalam hal ini pertimbangan hukum Judex

Facti tidak cermat menguraikan subjek hukum dalam putusannya

tentang dugaan perbuatan yang didakwakan telahmelakukan tindak

pidana (error in persona).Oleh karena dalam uraian pertimbangan

hukumnya dijelaskan bahwasanya Pemohon Kasasi dinyatakan telah

melakukan tindak pidana melanggar ketentuan Pasal 378 KUHP.

Bahwa, dugaan perbuatan penipuan yang dilakukan oleh Pemohon

Kasasi telah ditafsirkan secara keliru oleh Judex Facti seolah-olah

Pemohon Kasasi telah melakukan perbuatan sebagaimana yang

78

didakwakan oleh Sdr. Jaksa PenuntutUmum, padahal konteks barang

siapa tidaklah hanya dapat ditafsirkan sebagai subjek hukum yang dapat

mempertanggung-jawabkan terhadap segala perbuatan dan tindak pidana

yang dilakukannya saja, melainkan haruslah ditafsirkan juga pelaku

merupakan person like atau badan hukum yang "sehat akal

pikirannya"dalam arti kata Pemohon Kasasi yang nota bene bertindak

untuk dan atas nama perorangan atau selaku ketua yayasan, mengingat

selama ini Pemohon Kasasi adalah selaku Ketua Yayasan Bina Karya.

Untuk itu perbuatan Pemohon Kasasi seharusnya tidaklah dapat

dikualifikasikan telah memenuhi unsur delik pelaku yang sebenarnya,

karena baik Ketua Umum Yayasan Bina Karya maupun

NARIMINSAID alias NARSAID secara pribadi tidak ada hubungan

hukum dengan Pelapor atau PT. Apta Citra Surya. Bahwa

pembebasannya tanah kavling yang menjadi masalah perkara pidana ini

adalah PT. Apta Citra Surya kepada para saksi yaitu HR.AMIN FATAH

dkk.

Bahwa para saksi yaitu HR. AMIN FATAH dkk. pada tahun 1980 dan

tahun 1981 membeli tanah secara angsuran kepada NARIMIN SAID

alias NARSAID dan Perjanjian Jual Belinya dibuat di hadapan pejabat

yang berwenang, sedangkanperkara perdata yang diajukan oleh PT. Apta

Citra Surya ke Pengadilan Negeri Surabaya terhadap NARIMIN SAID

alias NARSAID sebagai Ketua UmumYayasan Bina Karya serta kepada

HR. AMIN FATAH dkk. sudah diajukan dengan nomor register perkara

814/Pdt.G/1996/PN.Sby. pada tanggal 18 Maret 1998 PT.Apta Citra

Surya kalah dan dikuatkannya putusan Pengadilan Tinggi

Surabaya.Putusan Kasasi PT. Apta Citra Karya menang dan putusan

Peninjauan Kembali Mahkamah Agung memutuskan bahwa PT. Apta

Citra Karya kalah dengan nomor register perkara 489 PK/Pdt/2011.

79

Fakta hukumnya adalah R. YULIMAN REKSONO HADHI ketika itu

Notaris yang berdomisili di Surabaya telah membuatkan akta-akta

transaksi hak atas tanah.hak atas tanah luasnya per kavling 180 m2

keberadaannya tanah masih berupa tanah hamparan belum dipetak-

petak, harga per kavling Rp.600.000, (enam ratus riburupiah) dengan

uang muka Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) sisanya

diangsur Rp.15.000,- (Iima belas ribu rupiah) per bulan, dan uang

angsuran tersebut belum dibayar lunas. Hal ini terbukti bahwa dalam

berkas berkas persidangan HR.AMIN FATAH tidak bisa menunjukkan

atau membuktikan kuitansi-kuitansi angsuran tanah tersebut, sebanyak

30 lembar dengan angsuran per bulannyaRp.15.000,- (lima belas ribu

rupiah) sehingga jumlahnya Rp.450.000,- (empat ratuslima puluh ribu

rupiah). Penagihan atau peringatan sudah Pemohon Kasasi lakukan

berkali-kali kepada HR. AMIN FATAH dkk. (bukti bisa diperiksa dalam

BAPPenyidik), padahal kewajiban pembeli disamping melunasi

harganya tanah juga seluruh biaya pemutihan tanah dan sertifikasinya

menjadi beban serta harus dibayar oleh pembeli. Hal ini diatur dalam

Akte Perjanjian Jual Beli tersebut dari Pasal 1sampai dengan Pasal 4 dan

telah disepakati oleh semua pihak, namun tidak dipenuhi oleh para

pembeli tanah. Segala sesuatu yang terjadi antara Pemohon Kasasi

dengan HR. AMIN FATAH dan kawan-kawan adalah terkait dengan

keperdataan yakni,terkategorikan dalam ketentuan Buku Ill Tentang

Perikatan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni jual-beli. Untuk

itu menelaah hal-hal tersebut di atas jelaslah sudah permasalahan hukum

yang terjadi dalam perkara a quo adalah bukanlah merupakan suatu

peristiwa pidana, melainkan terkait dengan hubungan keperdataan,

sehingga nampak sekali dibuatnya pertimbangan hukum Judex

Factiyang demikian merupakan suatu tindakan yang keliru.

80

Unsur ini secara de jure maupun de facto yang terungkap dalam

persidangan terdapat kekaburan belaka mengenai subjek hukum dari

pelaku tindak pidana yang didakwakan oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum,

sehingga seharusnya dapat melepaskan Pemohon Kasasi dari tanggung

jawab atas dakwaan dimaksud. Dengan demikian jelas, tidak

berkualitasnya Pemohon Kasasi sebagai pelaku tindak penipuan

sebagaimana pertimbangan hukum Judex Facti mempunyai konsekuensi

pertimbangan yang demikian adalah kabur, mengingat unsur barang

siapanya di sini telah tidak terpenuhi/terbukti.

Bahwa, pertimbangan hukum Judex Facti tidak cermat menguraikan

dalam putusannya tentang subjek hukum yang dinyatakan telah

melakukan tindak pidana(error in persona).Oleh karena dalam

pertimbangan hukumnya dijelaskan bahwasanya Pemohon Kasasi telah

melakukan tindak pidana melanggar ketentuanPasal 378 KUHP. Bahwa,

dalam pertimbangan hukumnya sama sekali tidak dapat mengeliminasi

subjek hukum yang dapat diduga telah melakukan perbuatan tindak

pidana, apakah Pemohon Kasasi ataukah yayasan, sehingga dakwaan

dimaksud tidak akan pernah dapat dibuktikan bahwasanya Pemohon

Kasasi telah melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh

Sdr. Jaksa Penuntut Umum. Untuk itu kualitas subjek hukum yang tidak

jelas dapat menjadikan putusan Pengadilan Tingkat Pertama menjadi

kabur, dan sebagai konsekuensi yuridis putusan hukum yang demikian

tersebut adalah cacat hukum dan harus dinyatakan batal dem hukum.

Bahwa, dalam mewujudkan terpenuhinya unsur tindak pidana tersebut

di atas, baik dipandang dari sudut subjektif maupun objektif, maka

disyaratkan hal-hal sebagaitersebut di bawah ini :

Sudut subjektif, yaitu adanya hubungan batin (kesengajaan) dengan

tindak pidana yang hendak diwujudkan, artinya kesengajaan dalam

81

berbuat diarahkan pada terwujudnya tindak pidana, dalam hal ini

sedikit atau banyak ada kepentingan untuk terwujudnya tindak pidana

tersebut. Pemohon Kasasi adalah pemilik sah atas hak tanah yang

menjadi objek akar permasalah dalam perkara ini, artinya apakah

mungkin timbul maksud adanya niat dan sengaja untuk melakukan

suatu perbuatan hukum, sedangkan jual belinya sendiri terhadap hak

atas tanah tersebut dilakukan dihadapan pejabat pembuat akta tanah.

sudut objektif, ialah bahwa perbuatan orang itu ada hubungannya

dengan terwujudnya tindak pidana, atau dengan kata lain wujud

perbuatan orang itu secara objektif ada perannya atau pengaruh

positifbaik besar atau kecil, terhadap terwujudnya tindak pidana,

artinya perbuatan Pemohon Kasasi yang bertindak selaku pemilik hak

atas tanah selama ini sudah melakukan sesuai dengan protap dan atau

etika bisnis dengan pihak relasinya. HR. AMIN FATAH dan kawan-

kawan. Dalam hal ini jelas maksud hendak menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hak sama sekali tidak

terbukti dalam perkara ini.

Bahwa, untuk memenuhi unsur tersebut di atas, maka perlunya

ditelaah terlebih dulu makna hukum pidana yang dikenal sebagai

ultimum remidium atau sebagai alat terakhir apabila usaha-usaha lain

tidak bisa dilakukan, ini disebabkan karena sifat pidana yang

menimbulkan nestapa penderitaan, sehingga sebisa mungkin dihindari

penggunaan pidana sebagai sarana pencegahan kejahatan.Untuk

menjatuhkan pidana, harus dipenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

terdapat dalam suatu pasal. Salah satu unsur dalam pasal yang

didakwakan oleh Saudara Jaksa Penutut Umum dalam perkara ini adalah

sifat melawan hukum (wederrechtelijke) baik yang secara eksplisit

maupun yang secara implisit ada dalam suatu pasal tersebut, Meskipun

82

adanya sifat melawan hukum yang implisit dan eksplisit dalam suatu

pasal tersebut masih dalam perdebatan, tetapi tidak disangsikan lagi

bahwa unsur ini merupakan unsur yang harus ada atau mutlak dalam

suatu tindak pidana agar si pelaku atau Pembanding dapat dilakukan

penuntutan. Jika kita meneliti Pasal 378 KUHP maka akan tercantum

kata-kata melawan hukum (wederrchlijke) untuk menunjukan sah suatu

tindakan atau suatu maksud. Penggunaan kata wederrchlijke untuk

menunjukan sifat tidak sah suatu tindakan artinya bahwa perbuatan

seseorang melanggar atau bertentangan dengan kaidah materiil yang

berlaku baginya, oleh karena itu dengan sendirinya berarti bahwa

memidana orang yang tidak melakukan perbuatan pidana adalah

onzining, tidak masuk akal, sifat melawan hukumnya perbuatan

merupakan salah satu syarat pemidanaan, artinya bagaimana mungkin

seseorang yang telah melakukan transaksi hukum dibuat di hadapan

pejabat pembuat akta dapat dikatakan telah melakukan perbuatan

melawan hukum, sehingga jelas unsur tindak pidana yang disangkankan

kepada Pemohon Kasasi sama sekali tidak terbukti, dalam hal ini Judex

Facti telah keliru dalam menerapkan hukumnya dalam mengambil suatu

putusan perkara a quo.

Bahwa, segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Pemohon Kasasi

sama sekali tidak memenuhi anasir-anasir delik dalam pasal yang

didakwakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum sebagaimana

pertimbangan hukum Judex Facti. Menelaah hal hal tersebut di atas

jelaslah sudah permasalahan hukum yang terjadi dalam perkara a quo

adalah pertimbangan hukum Judex Facti sama sekali tidak didasarkan

pada bukti permulaan yang cukup, yaitu harus adanya bukti yang akurat

untuk menetapkan seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya

patut diduga sebagai Tersangka pelaku tindak pidana sebagaimana

83

ketentuan Pasal 1 butir 14 KUHAP, sehingga nampak sekali Judex Facti

telah memaksakan diri untuk memeriksa berkas perkara ini adalah

merupakan suatu tindakan yang keliru. Untuk itu dalam perkara ini,

menurut hemat kami Judex Facti patut untuk menolak dakwaan Saudara

Jaksa Penuntut Umum, mengingat tidak memahami dan atau

setidaktidaknya telah mengabaikan akar permasalahan yang terjadi,

mengingat tidak ada perbuatan yang memakai nama palsu atau keadan

palsu, baik dengan si akal atau tipu muslihat, maupun dengan karangan

perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan

sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang oleh sebab

selama ini yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi adalah sudah sesuai

dengan etika bisnis.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa alasan

dari pemohon kasasi dalam memori kasasi yang diajukannya adalah adanya

kesalahan oleh judex facti dalam menerapkan hukum dengan tidak

diperhatikannya kapan terjadinya suatu tindak pidana (tempus delictie) yang

jika dihubungkan dengan Pasal 78 KUHP maka hal demikian tidak dapat

ditarik ke ranah tuntutan pidana karena telah kadaluarsa.

Pemohon kasasi juga menerangkan dalam memori kasasinya bahwa

Judex Facti telah salah dalam menguraikan subyek hukum dalam putusannya

tentang dugaan perbuatan yang didakwakan (error in persona) yang

menyebabkan pemohon kasasi dinyatakan telah melakukan tindak pidana

melanggar ketentuan Pasal 378 KUHP. Judex Facti telah salah menafsirkan

unsur barang siapa, barang siapa tidaklah hanya dapat ditafsirkan sebagai

subyek hukum yang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan

tindak pidana yang dilakukan saja, melainkan harus ditafsirkan juga sebagai

person like atau badan hukum. Harus dapat dibedakan apakah dalam perkara a

quo pemohon kasasi bertindak atas nama perorangan atau selaku ketua

84

yayasan mengingat selama ini pemohon kasasi adalah selaku Ketua Yayasan

Bina Karya. Selain itu dalam melakukan perbuatan hukumnya pemohon

kasasi tidak ada perbuatan yang memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik

dengan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong,

membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau

menghapuskan piutang dan selama ini yang dilakukan oleh pemohon kasasi

telah sesuai dengan etika bisnis.

Selain itu pemohon kasasi juga menjabarkan dalam memori kasasinya

bahwa fakta hukum yang ada menjelaskan segala sesuatu yang terjadi antara

pemohon kasasi dengan HR. Amin Fatah dan kawan-kawan adalah terkait

dengan keperdataan yakni jual beli. Hal ini diperkuat dengan adanya akta

perjanjian jual beli masing-masing yaitu Akta No. 134 tanggal 13 Mei 1981

antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari 1981

antara Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17 Desember

1980 antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151 tanggal 24 Maret

1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN No.141 tanggal 13 Mei 1981

antara Terdakwa dengan saksi AMIR FATAH, SE.MM. No.24 tanggal 05

September 1981 antara Terdakwa dengan SISWANDONO No.134 tanggal 13

Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO yang dibuat oleh Notaris

R. Yuliman Reksono Hadhi.

Penjelasan mengenai alasan-alasan pemohon kasasi diatas telah sesuai

dengan ketentuan Pasal 253 ayat (1) KUHAP yaitu dengan adanya kesalahan

penerapan hukum oleh Judex Facti sehingga merugikan pemohon kasasi.

Oleh karena itu alasan-alasan dari pemohon kasasi dapat diterima, untuk

selanjutnya dinilai dan diperiksa oleh Mahkamah Agung.

2. Kesesuaian argumentasi Judex Juris memutus permohonan kasasi

dengan adanya Dissenting Oppinion dengan pasal 14 UU No. 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman jo pasal 30 UU No. 5 Tahun 2004

85

tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung

Mahkamah Agung dalam sidang permusyawaratan diwajibkan untuk

menyampaikan pertimbangan atau pendapat, hal ini berdasar pada Pasal 30

ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal

14 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

berbunyi “dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim agung wajib

menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang

sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.”

Berdasarkan ketentuan diatas maka terhadap alasan-alasan pemohon kasasi

Mahkamah Agung mempertimbangkan sebagai berikut:

a. Judex Facti salah menerapkan hukum karena tidak mempertimbangkan

dengan benar hal-hal yang relevan secara yuridis, yaitu hubungan hokum

antara Terdakwa dengan saksi Amir Fatah, SE.MM. adalah hubungan

jual beli yang berada dalam domain Hukum Perdata yang

penyelesaiannya harus dilakukan melalui Pengadilan Perdata;

b. Dalam proses jual beli antara Terdakwa dengan pembeli telah dibuat akta

perjanjian jual beli masing-masing yaitu Akta No. 134 tanggal 13 Mei

1981 antara Terdakwa dengan saksi SUNARKO No.7 tanggal 06 Januari

1981 antara Terdakwa dengan saksi MARGASIM No.51 tanggal 17

Desember 1980 antara Terdakwa dengan saksi MUNARKO No.151

tanggal 24 Maret 1981 antara Terdakwa dengan MOCH TAMRIN

No.141 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa dengan saksi AMIR

FATAH, SE.MM. No.24 tanggal 05 September 1981 antara Terdakwa

dengan SISWANDONO No.134 tanggal 13 Mei 1981 antara Terdakwa

dengan saksi SUNARKO;

c. Terhadap perkara a quo telah pernah dilakukan gugatan perdata di

Pengadilan Negeri Surabaya dengan register No. No.814/Pdt.G/1996/

86

PN.Sby. dan di Pengadilan Tinggi Surabaya dengan register No.218/Pdt/

2001/PT.Sby., dan kasasi, akhirnya Peninjauan Kembali No.489 PK/Pdt/

2011 yang menyatakan objek sengketa tidak jelas letak dan

batasbatasnya;

Dalam musyawarah Majelis Hakim Agung pada tanggal 31 Juli 2013

terdapat perbedaan pertimbangan hakim (Dissenting Opinion) dari anggota

majelis yang memeriksa dan memutus perkara tersebut, maka sesuai

ketentuan pada Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung dan Pasal 14 ayat (3) UU No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman maka Mahkamah Agung wajib untuk mencantumkan

pendapat hakim yang berbeda dalam putusan. Dalam putusan diterangkan

bahwa dalam musyawarah Majelis Agung tertanggal 31 Juli 2013 terdapat

perbedaan pendapat hakim (Dissenting Opinion) oleh DR. Salman Luthan,

SH. MH yang berpendapat bahwa:

a. Alasan kasasi Terdakwa tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti

tidak salah menerapkan hukum dalam mengadili Terdakwa. Putusan

Judex Facti Pengadilan Tinggi yang memperberat pidana terhadap

Terdakwa dari pidana penjara selama 1 (satu) tahun 2 (dua) bulan

dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya menjadi pidana penjara

selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan penjara dalam putusan Judex

Facti Pengadilan Tinggi dibuat berdasarkan pertimbangan hukum

yang benar. Ada dasar memberatkan dalam perbuatan Terdakwa yang

belum dipertimbangkan oleh Judex Facti Pengadilan Negeri

Surabaya, yaitu jumlah korban yang banyak, Terdakwa telah

menikmati hasil kejahatan dalam waktu yang lama, dan Terdakwa

sudah pernah dihukum. Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana

penipuan kepada para korban yang dilakukan dengan cara Terdakwa

mengiklankan penjualan tanah kavling 9m x 20m dengan

87

menunjukkan peta tanah yang tidak jelas status kepemilikan tanah

tersebut atas nama Terdakwa atau dalam penguasaan Terdakwa

karena tanah tersebut baru diajukan permohonan pengkavlingannya

oleh Terdakwa kepada BPN yang kemudian ternyata ditolak BPN,

kepada para saksi korban, dan setelah pembayarannya lunas, diakui

oleh Terdakwa, Terdakwa tidak dapat menyerahkan tanah tersebut

kepada para korban sehingga korban dirugikan;

b. Alasan kasasi Terdakwa merupakan penilaian hasil pembuktian yang

bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, keberatan semacam itu

tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi,

karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan

tidak diterapkannya suatu peraturan hukum atau peraturan hukum

tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili

tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan apakah

Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981), dakwaan tidak

daluarsa karena disebutkan dalam dakwaan antara tahun 1980-2000,

sehingga usul dari Hakim Agung DR. SALMAN LUTHAN, SH. MH.

adalah tolak kasasi Terdakwa;

Menimbang oleh karena terjadi perbedaan pendapat (Dissenting

Opinion) diantara anggota Majelis dan telah diusahakan dengan sungguh-

sungguh, tetapi tidak tercapai permufakatan, maka sesuai dengan Pasal 182

ayat (6) KUHAP, Majelis bermusyawarah dan diambil keputusan suara

terbanyak, yaitu mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi tersebut.

Menurut pandangan penulis pertimbangan hakim dalam mengabulkan

permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi dengan adanya perbedaan pendapat

88

hakim (Dissenting Opinion) Mahkamah Agung adalah telah sesuai dengan

ketentuan yang ada, yaitu Pasal 182 ayat (6) KUHAP yang menentukan jika

dalam permusyawaratan Majelis Hakim tidak mencapai mufakat meskipun

telah diusahakan dengan sungguh-sungguh maka putusan dapat diputus

dengan cara:

a. Putusan diambil dengan suara yang terbanyak.

b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh, putusan

yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan

bagi terdakwa.

Hakim dalam memutus perkara a aquo telah mempertimbangkan Pasal

253 ayat (1) KUHAP karena dalam kalimat pembebasan tersebut hakim

berpendapat bahwa Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau tidak

diterapkan sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang ditulis pada Pasal 254

jo Pasal 255 KUHAP Mahkamah Agung dalam memeriksa permohonan

pemeriksaan kasasi karena telah memenuhi ketentuan Pasal 245,Pasal 246,

dan Pasal 247, Mahkaman Agung dapat mengabulkan atau menolak

permohonan kasasi dan dalam hal suatu putusan dibatalkan karena peraturan

hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya,

Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara tersebut.

Dasar putusan Mahkamah Agung sendiri dalam kasus ini adalah

mengabulkan permohonan kasasi dan membatalkan putusan Pengadilan

Tinggi Surabaya Nomor: 198/PID/2013/PT.SBY. tangal 26 Maret 2013 yang

memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:

2263/Pid.B/2012/PN.Sby. tanggal 02 Januari 2013 dan Mahkamah Agung

akan mengadili sendiri perkara tersebut. Dari hal ini dapat dilihat bahwa

pertimbangannya hakim menggunakan acuan Pasal 253 ayat (1) huruf a

KUHAP dan dalam menyelesaikan perkara ini hakim menggunakan Pasal

89

254 jo Pasal 255 ayat (1) KUHAP. Yang selanjutnya dipertegas dalam Pasal

256 KUHAP yang berbunyi “jika Mahkamah Agung mengabulkan

permohonan kasasi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 254,

Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan yang dimintakan kasasi

dan dalam hal itu berlaku ketentuan pasal 255.”

Pengambilan putusan yang dilakukan dengan adanya perbedaan

pendapat hakim (Dissenting opinion) menurut pandangan penulis adalah

telah sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu Pasal 182 ayat (6) KUHAP

dengan mengambil putusan dengan suara terbanyak dikarenakan tidak

dicapainya mufakat. Selain itu dalam putusan tersebut juga telah memenuhi

ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman dengan terpenuhinya ketentuan dari Undang-Undang tersebut

seperti terpenuhinya alasan kasasi yang diajukan dan dicantumkannya

pertimbangan hakim dan pertimbangan hakim yang berbeda pendapat.