BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA -...

23
53 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. Hasil Penelitian 1. Pemahaman Hakim Berkaitan Dengan Barang Bukti Pengganti Yang Diatur Dalam Pasal 45 KUHAP Ada atau tidak ada barang bukti mempengaruhi terbukti atau tidak terbukti dakwaan Penuntut Umum. Barang bukti bukan merupakan alat bukti sebagaimana dalam Pasal 184 KUHAP melainkan barang bukti memperkuat alat-alat bukti yang sah. Terhadap barang bukti tidak bisa dihadirkan di persidangan, maka Majelis Hakim bisa melakukan pemeriksaan setempat di tempat barang bukti disimpan atau dititipkan. Sedangkan Pasal 45 KUHAP barang bukti pengganti, misal dalam hal sesuatu barang yang diperoleh dari hasil tindak pidana sudah dijual si pelaku maka hasil penjualan atau barang lain itu dijadikan sebagai barang bukti pengganti. Barang bukti pengganti sama kualitas dan bentuk barang bukti semula. 2. Pendapat Hakim Korelasi Antara Barang Bukti dan Alat Bukti Barang bukti bukan merupakan alat bukti, namun barang bukti memperkuat alat-alat bukti yang ada 1 . Keberadaan barang bukti di persidangan, hanya untuk mendukung atau memperkuat pembuktian walaupun barang bukti tidak diajukan di persidangan maka pembuktian perkara tetap dilakukan berdasarkan alat bukti yang ada 2 . 1 Hasil Wawancara Hakim Aris Gunawan (Hakim Pengadilan Negeri Ungaran), tanggal 18 Juni 2013.

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA -...

53

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. Hasil Penelitian

1. Pemahaman Hakim Berkaitan Dengan Barang Bukti Pengganti Yang Diatur

Dalam Pasal 45 KUHAP

Ada atau tidak ada barang bukti mempengaruhi terbukti atau tidak terbukti

dakwaan Penuntut Umum. Barang bukti bukan merupakan alat bukti sebagaimana

dalam Pasal 184 KUHAP melainkan barang bukti memperkuat alat-alat bukti yang

sah. Terhadap barang bukti tidak bisa dihadirkan di persidangan, maka Majelis

Hakim bisa melakukan pemeriksaan setempat di tempat barang bukti disimpan atau

dititipkan. Sedangkan Pasal 45 KUHAP barang bukti pengganti, misal dalam hal

sesuatu barang yang diperoleh dari hasil tindak pidana sudah dijual si pelaku maka

hasil penjualan atau barang lain itu dijadikan sebagai barang bukti pengganti.

Barang bukti pengganti sama kualitas dan bentuk barang bukti semula.

2. Pendapat Hakim Korelasi Antara Barang Bukti dan Alat Bukti

Barang bukti bukan merupakan alat bukti, namun barang bukti memperkuat

alat-alat bukti yang ada1.

Keberadaan barang bukti di persidangan, hanya untuk mendukung atau

memperkuat pembuktian walaupun barang bukti tidak diajukan di persidangan maka

pembuktian perkara tetap dilakukan berdasarkan alat bukti yang ada2.

1 Hasil Wawancara Hakim Aris Gunawan (Hakim Pengadilan Negeri Ungaran), tanggal 18 Juni 2013.

54

Penggunaan pembuktian dengan alat-alat bukti sebagai persyaratan untuk

menilai kebenaran materiil oleh Hakim. Alat-alat bukti dan barang bukti secara akurat

bertujuan meyakinkan hakim dalam memutus kesalahan terdakwa3.

3. Barang Bukti Pengganti Diluar Ketentuan Pasal 45 KUHAP di Dalam Proses

Pembuktian Perkara Pidana

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 181 KUHAP pemeriksaan barang bukti

tersebut harus diperlihatkan dan ditanyakan kepada Terdakwa, jika perlu barang bukti

tersebut diperlihatkan kepada saksi oleh ketua sidang. Apabila dianggap perlu untuk

pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau memperlihatkan surat atau Berita

Acara Persidangan kepada Terdakwa atau Saksi.

Jika dikaitkan dengan Pasal 45 KUHAP, barang bukti yang semula sudah

dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain sehingga hasil penjualan atau

pemindahtanganan atau barang yang dibeli dari hasil itu, dapat digunakan sebagai

barang bukti pengganti yang diajukan sebagai barang bukti di persidangan.

Dalam pencurian handphone apabila Penuntut Umum mengajukan barang

bukti kardus handphone dapat saja digunakan sebagai penunjuk pemilik (saksi

korban) yang termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan. Barang bukti semula yang

tidak terkait langsung dalam suatu tindak pidana, misalnya kardus handphone bisa

diajukan persidangan guna memperkuat pembuktian, apabila kardus tersebut benar-

benar kardus handphone yang dilaporkan telah hilang. Dari alat-alat bukti yang sah

dan barang bukti tersebut Hakim memperoleh keyakinan atas kesalahan Terdakwa

terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut

Umum.

2 Op. Cit, tanggal 19 April 2013.

3 Syaiful Bakhri, 2012, Beban Pembuktian Dalam Beberapa Praktik Peradilan, Gramedia Publishing, Jakarta,

hal. 17 dan 23.

55

4. Pertimbangan Hakim dan Barang Bukti

Pertimbangan hakim bisa memberikan rasa keadilan bagi Terdakwa,

menegakan keadilan (kepastian hukum). Dalam memberikan pertimbangan untuk

memutuskan suatu perkara pidana diharapkan Hakim tidak menilai dari satu pihak

sehingga hal-hal pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku

tindak pidana diharapkan untuk mencapai suatu keadilan dan mencegah agar

perbuatan tersebut tidak terulang kembali baik bagi pelaku tindak pidana maupun

orang lain.

Terdakwa terbukti atau tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, apabila

Terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum oleh

Majelis Hakim maka pernyataan tersebut harus juga disertai pembebasan Terdakwa

dari dakwaan. Penetapan Majelis Hakim terhadap barang bukti akan dikembalikan

kepada pihak yang paling berhak, namun dalam praktik pelaksanaannya penyerahan

barang bukti berdasarkan Pasal 194 ayat (2) KUHAP, khususnya terhadap barang

bukti yang dapat diangkut/ dibawa ke persidangan. Hakim berwenang menyerahkan

barang bukti tersebut dari siapakah benda tersebut disita atau kepada orang yang

paling berhak.

a. Putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009, Nomor : 82/ Pid/ B/

2009/ PN. Ung. Terdakwa 1. SRI KUNCORO Bin HARNO SUGONDO dan

Terdakwa 2. HARYOKO NOTO SUHARJO Bin SUGITO NOTO SUHARJO

1) Fakta Persidangan

PTPN IX Getas beralamat di Dusun Getas, Desa Kauman Lor,

Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang; Juli 2008 gamelan milik PTPN IX

56

Getas telah hilang yang terdiri dari 2 (dua) buah Kenong, 7 (tujuh) buah

Demung, 7 (tujuh) buah Saron, 14 (empat belas) buah Peking, berjumlah 30

(tiga puluh) buah.

Para Terdakwa telah mencabut keterangan dalam Berita Acara

Penyidikan dan para Terdakwa membantah telah mengambil gamelan milik

PTPN IX Getas. Saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi R. Danang Sri

Wiratmo Bin R. Moelyono yang menerangkan Sri Kuncoro Bin Harno

Sugondo dan Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo bersama Widodo

Bin Rohmadi dan Sukamto Bin Suwarno telah mengambil gamelan milik

PTPN IX kemudian menjual kepada saksi H. Joko Sunarno.

Keterangan saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi R. Danang Sri

Wiratmo, S.H. bin R. Moelyono hanya berdasarkan keterangan saksi Widodo

Bin Rohmadi ketika ditangkap oleh saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi

R. Danang Sri Wiratmo S.H. dan tidak didukung alat bukti lain.

Keterangan saksi Pramono, saksi Siswanto, saksi Slamet Buang, saksi

Suyana, saksi Sulastri, saksi H. Joko Sunarno dan keterangan para Terdakwa,

barang bukti gamelan dalam perkara ini bukan milik PTPN IX melainkan milik

saksi H. Joko Sunarno sebab gamelan yang hilang berbentuk blimbingan dan

diperkuat oleh keterangan saksi Mulyadi pengrajin yang membuat gamelan

menjadi barang bukti.

Keterangan saksi Mulyadi barang bukti gamelan yang diajukan di

persidangan sesuai pesanan secara bertahap oleh Saksi H. Joko Sunarno yang

diproduksi tahun 1995 sampai dengan 2000, dibuktikan dengan kualitas bahan

baku, bentuk, ukuran dan tata letak ukuran gamelan. Di persidangan, barang

57

bukti gamelan tersebut tidak bisa dipasang pada kotak gamelan milik PTPN IX

Getas.

Majelis Hakim membandingkan hasil perubahan gamelan berbeda

kualitas bahan baku maupun bentuk antara milik PTPN IX Getas dan milik saksi

H. Joko Sunarno. Maka Majelis Hakim berkesimpulan barang bukti gamelan

bukan milik PTPN IX Getas melainkan milik Saksi H. Joko Sunarno.

2) Pertimbangan Hakim

Terdakwa I Sri Kuncoro Bin Harno Sugondo, Terdakwa II Haryoko

Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo, Widodo Bin Rohmadi dan Sukamto

Bin Suwarno pada Jumat 11 Juli 2008 di dalam gedung Balai Karyawan PTPN

IX Getas Dusun Klopo, Desa Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten

Semarang, telah mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian

termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu

dengan melawan hak yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat

kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk diambilnya dengan jalan

membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian jabatan palsu dilakukan oleh dua orang bersama-

sama atau lebih perbuatan tersebut dilakukan oleh para Terdakwa.

Menimbang keterangan Saksi Pramono Bin Samadi mengenal para

Terdakwa dan mengetahui PTPN IX Getas memiliki seperangkat gamelan

Jawa. Gamelan milik PTPN IX Getas hilang dan Saksi melaporkan kehilangan

gamelan kepada pimpinan PTPN IX Getas. Saksi tidak mengetahui pelaku yang

mengambil gamelan tersebut.

58

Menimbang Saksi Dwi Budiono Bin Darsono tidak mengenal para

Terdakwa. Saksi memperoleh informasi PTPN IX Getas kehilangan gamelan,

setelah saksi mendalami informasi pelakunya adalah Saudara Widodo bin

Rohmadi. Widodo mengaku ambil gamelan bersama Haryoko yang berada di

PTPN IX Getas bahwa barang tersebut telah dijual kepada Dalang H. Joko

Sunarno. Di rumah H. Joko Sunarno, menemukan Kenong 2 (dua) buah,

Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah,

berjumlah 30 (tiga puluh) buah. Gamelan tersebut disita berdasarkan

penunjukan dari Saudara Widodo bin Rohmadi.

Menimbang semua keterangan saksi tersebut, Terdakwa I Sri Kuncoro

bin Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo bin Sugito Noto

Suharjo menerangkan tidak mengambil gemelan milik PTPN IX Getas. Barang-

barang bukti berupa gamelan berbentuk polosan dalam perkara ini milik H. Joko

Sunarno, bukan milik PTPN IX Getas berbentuk blimbingan dan sudah kusam.

Menimbang Saksi Danang Sri Wiratmo, S.H. Bin R. Moeljono, di

rumah Dalang H. Joko Sunarno menemukan gamelan tersebut berjumlah 30

(tiga puluh) buah, disita gamelan tersebut berdasarkan penunjukan dari Widodo

Bin Rohmadi. Saksi memperoleh informasi dari Terdakwa I Sri Kuncoro Bin

Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto

Suharjo, Widodo bin Rohmadi dan Sukamto Bin Suwarno tidak mengambil

gamelan-gamelan milik PTPN IX Getas dan menjual kepada H. Joko Sunarno.

Menimbang Saksi Siswanto Bin Basuki tidak mengetahui pelaku yang

mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Saksi mengetahui gamelan yang

hilang 4 (empat) buah kotakan dan Kenong 2 (dua) buah.

59

Menimbang Saksi Slamet Bin Buang Martono, mengetahui PTPN IX

Getas mempunyai seperangkat gamelan Jawa. Saksi melaporkan kehilangan

gamelan milik PTPN IX Getas dan tidak mengetahui pelaku yang mengambil

gamelan tersebut.

Menimbang Saksi Suyana Bin (Alm.) Supiyo, mengetahui gamelan

hilang berupa Kenong 2 (dua) buah, Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat

belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah, berjumlah 30 (tiga puluh) buah dan

gamelan PTPN IX Getas berbentuk blimbingan. Gamelan yang menjadi barang

bukti dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas.

Menimbang Saksi Joko Sunarno, mencabut keterangan dalam Berita

Acara Penyidikan. Saksi tidak menerima penawaran dan/atau membeli gamelan

dari para Terdakwa dan membeli gamelan dari pengrajin bernama Mulyadi di

Kampung Sangkrah Solo. Saksi membeli gamelan mulai tahun 1995 sampai

tahun 2000 dengan mencicil harga mulai Rp. 800.000,00 (delapan ratus ribu

rupiah) sampai Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Keterangan saksi Joko Sunarno tersebut diperkuat oleh Saksi a de

charge Mulyadi pengrajin gamelan, bahwa Dalang H. Joko Sunarno membeli

gamelan-gamelan tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 dengan mencicil.

Terdakwa I Sri Kuncoro Bin Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko

Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo menerangkan tidak mengambil gamelan

milik PTPN IX Getas ataupun menjual kepada H. Joko Sunarno.

Keterangan para Terdakwa di persidangan, Terdakwa I Sri Kuncoro

Bin Harno Sugondo mencabut keterangan yang telah diberikan di hadapan

60

Penyidik. Terdakwa I tidak mungkin mengambil gamelan milik PTPN IX Getas,

Terdakwa pelatih karawitan.

Terdakwa I mengetahui gamelan milik PTPN IX Getas berbentuk

blimbingan dan kusam, tidak seperti barang bukti dalam perkara ini.

Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo telah

mencabut keterangan di hadapan Penyidik. Di Polsek Bringin Widodo Sukamto

dan Terdakwa II dipaksa mengakui telah mengambil gamelan milik PTPN IX

Getas kemudian menjual kepada saksi H. Joko Sunarno.

Terdakwa II anggota karawitan, tidak mungkin mengambil gamelan.

Barang bukti gamelan dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas.

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tidak ada alat bukti yang cukup

untuk membuktikan para Terdakwa telah mengambil gamelan dan barang bukti

gamelan tersebut milik H. Joko Sunarno bukan milik PTPN IX Getas

sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum sehingga dengan

demikian maka unsur ad. 1. Mengambil barang sesuatu tidak terbukti.

b. Putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009, Nomor : 83/ Pid/ B/

2009/PN. Ung. Terdakwa 1. WIDODO Bin ROHMADI dan Terdakwa 2.

SUKAMTO Bin SUWARNO

1) Fakta Persidangan

Juli 2008 gamelan milik PTPN IX Getas telah hilang yang terdiri dari 2

(dua) buah Kenong, 7 (tujuh) buah Demung, 7 (tujuh) buah Saron, 14 (empat

belas) buah Peking, berjumlah 30 (tiga puluh) buah.

61

Dalam perkara ini para Saksi mengatakan bahwa mereka tidak melihat

siapa yang mengambil gamelan milik PTPN IX Getas, apa yang mereka jelaskan

dalam Beriita Acara Penyidikan didasarkan keterangan Terdakwa I Widodo Bin

Rohmadi. Apa yang saksi terangkan dalam sidang tersebut oleh Terdakwa I

Widodo Bin Rohmadi ditanggapi bahwa Terdakwa I Widodo Bin Rohmadi tidak

pernah bercerita kepada para saksi tentang pengambilan gamelan milik PTPN

IX Getas.

Bahwa dalam persidangan para Terdakwa juga telah mencabut

keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Penyidikan dan para Terdakwa

membantah mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Para Saksi tidak

mengetahui pelaku yang mengambil gamelan tersebut.

Berdasarkan keterangan Saksi Pramono, Saksi Siswanto, Saksi Slamet

Buang, Saksi Suyana, Saksi Sulastri, Saksi H. Joko Sunarno dan keterangan para

Terdakwa, serta diperkuat keterangan dari pengrajin gamelan yang bernama

Mulyadi, barang bukti gamelan yang diajukan dalam persidangan dalam perkara

ini bukan milik PTPN IX yang dilaporkan telah hilang, tetapi barang bukti yang

berupa gamelan yang diajukan dalam persidangan adalah milik Saksi H. Joko

Sunarno.

Setelah Majelis Hakim membandingkan hasil perubahan gamelan

berbeda kualitas bahan baku maupun bentuk antara milik PTPN IX Getas dan

milik Saksi H. Joko Sunarno. Maka Majelis Hakim berkesimpulan barang bukti

gamelan bukan milik PTPN IX Getas melainkan milik Saksi H. Joko Sunarno.

62

2) Pertimbangan Hakim

Menimbang keterangan Saksi Pramono Bin Samadi mengenal para

Terdakwa dan mengetahui PTPN IX Getas memiliki seperangkat gamelan Jawa.

Gamelan milik PTPN IX Getas hilang dan Saksi melaporkan kehilangan

gamelan kepada pimpinan PTPN IX Getas. Saksi tidak mengetahui pelaku yang

mengambil gamelan tersebut.

Menimbang Saksi Dwi Budiono Bin Darsono tidak mengenal para

Terdakwa. Saksi memperoleh informasi PTPN IX Getas kehilangan gamelan,

setelah Saksi mendalami informasi pelakunya adalah Terdakwa I Widodo bin

Rohmadi. Widodo mengaku ambil gamelan bersama Haryoko yang berada di

PTPN IX Getas bahwa barang tersebut telah dijual kepada Dalang H. Joko

Sunarno. Di rumah H. Joko Sunarno, menemukan gamelan-gamelan tersebut.

Gamelan tersebut disita berdasarkan penunjukan dari Terdakwa I Widodo.

Gamelan tersebut yang diambil dari rumah Dalang H. Joko Sunarno menjadi

barang bukti dalam perkara ini.

Menimbang semua keterangan saksi tersebut, Terdakwa I Widodo bin

Rohmadi dan Terdakwa II Sukamto bin Suwarno menerangkan tidak mengambil

gemelan milik PTPN IX Getas. Barang-barang bukti berupa gamelan berbentuk

polosan dalam perkara ini milik H. Joko Sunarno, bukan milik PTPN IX Getas

berbentuk blimbingan dan sudah kusam.

Menimbang Saksi Danang Sri Wiratmo, S.H. Bin R. Moeljono, di

rumah Dalang H. Joko Sunarno menemukan gamelan tersebut berjumlah 30

(tiga puluh) buah, disita gamelan tersebut berdasarkan penunjukan dari

63

Terdakwa I Widodo. Saksi memperoleh informasi dari Terdakwa I Widodo Bin

Rohmadi, bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II Sukamto Bin Suwarno, Sri

Kuncoro Bin Harno Sugondo, Haryoko Bin Noto Suharjo tidak mengambil

gamelan-gamelan milik PTPN IX Getas dan menjual kepada H. Joko Sunarno.

Menimbang Saksi Siswanto Bin Basuki tidak mengetahui pelaku yang

mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Saksi mengetahui gamelan yang

hilang 4 (empat) buah kotakan dan Kenong 2 (dua) buah.

Menimbang Saksi Slamet Bin Buang Martono, PTPN IX Getas

mempunyai seperangkat gamelan Jawa. Saksi melaporkan kehilangan gamelan

milik PTPN IX Getas dan tidak mengetahui pelaku yang mengambil gamelan

tersebut.

Menimbang Saksi Suyana Bin (Alm.) Supiyo, mengetahui gamelan

hilang berupa Kenong 2 (dua) buah, Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat

belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah, berjumlah 30 (tiga puluh) buah dan

gamelan PTPN IX Getas berbentuk blimbingan. Gamelan yang menjadi barang

bukti dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas sebab tidak berbentuk

blimbingan.

Menimbang Saksi Joko Sunarno, mencabut keterangan dalam Berita

Acara Penyidikan. Saksi tidak menerima penawaran dan/atau membeli gamelan

dari para Terdakwa dan membeli gamelan dari pengrajin bernama Mulyadi di

Kampung Sangkrah Solo. Saksi membeli gamelan mulai tahun 1995 sampai

tahun 2000 dengan mencicil harga mulai Rp. 800.000,00 (delapan ratus ribu

rupiah) sampai Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

64

Menimbang Majelis Hakim telah mendengarkan keterangan para

Terdakwa di persidangan, Terdakwa I Widodo bin Rohmadi dan Terdakwa II

Sukamto Bin Suwarno tidak mengambil gamelan milik PTPN IX Getas pada

Juli 2008, ataupun menjual gamelan kepada H. Joko Sunarno. Terdakwa I

Widodo Bin Rohmadi, Terdakwa II Sukamto Bin Suwarno, Kuncoro dan

Haryoko dipaksa mengakui telah mencuri gamelan milik PTPN IX Getas oleh

Polisi.

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tidak ada alat bukti yang cukup

untuk membuktikan para Terdakwa telah mengambil gamelan dan barang bukti

gamelan tersebut milik H. Joko Sunarno bukan milik PTPN IX Getas

sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum sehingga dengan

demikian maka unsur Mengambil barang sesuatu tidak terbukti.

Dalam perkara pidana nomor : 82/ Pid/ B/ 2009/ PN. Ung., dan perkara

pidana nomor : 83/ Pid/ B/ 2009/ PN. Ung., para terdakwa didakwa dengan

Pasal yang sama, yaitu Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, yang unsur-

unsurnya sebagai berikut :

1. Mengambil barang sesuatu;

2. Barang tersebut yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;

3. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum;

4. Yang dilakukan dua orang atau lebih secara bersekutu;

5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk

sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak,

memotong, atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

65

Berdasarkan unsur-unsur Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, maka apabila ada Terdakwa yang

memenuhi seluruh unsur Pasal tersebut, Terdakwa dapat dinyatakan

bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan, karena keterpenuhan

unsur tersebut bersifat kumulatif. Mengingat dalam perkara ini salah

unsur, yaitu unsur mengambil barang sesuatu tidak terpenuhi, maka unsur

selebihnya tidak perlu dibuktikan sehingga para Terdakwa harus

dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana seperti didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum dan para

Terdakwa haruslah dibebaskan dari dakwaan tersebut.

c. Putusan Pengadilan Negeri Semarang Tanggal 18 Agustus 2009, Nomor: 818/

Pid/ B/ 2009/ PN. Smg. Terdakwa EKO UNTARI als. Ambon Bin SAPARI

1) Fakta Persidangan

Saksi Rini Hardaniwati Binti Harsoyo, Saksi Leonard Rocky Nugroho

Bin Mulyono dan Saksi Sandre Makassar Bin Batjo Djufri Makassar

menerangkan Terdakwa Eko Untari alias Ambon Bin Sapari mengambil 1 (satu)

buah Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah

Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam milik saksi korban Rini

Hardaniwati.

Berdasarkan keterangan Terdakwa barang bukti 1 (satu) buah

Handphone Nokia N70 warna hitam milik saksi korban Rini Hardaniwati jatuh

dan rusak kemudian dibuang ke kali Garang dan 1 (satu) buah handphone merek

Nokia tipe 1600 warna hitam dijual kepada supir angkutan plat hitam jurusan

66

Mangkang seharga Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) dan telah habis

digunakan untuk main perempuan.

Dalam perkara ini diajukan barang bukti berupa 1 (satu) buah kardus

handphone merek Nokia N70 warna hitam dengan nomor IMEI :

355720023255924 dan 1 (satu) buah kardus handphone merek Nokia 1600

warna hitam dengan nomor IMEI : 358992011756497.

Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan perbuatan tersebut. Majelis

Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghilangkan sifat melawan

hukum. Majelis Hakim berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan Jaksa

Penuntut Umum di dalam dakwaan Pasal 362 KUHP maka Terdakwa harus

dijatuhi pidana dan dibebani biaya perkara.

2) Pertimbangan Hakim

Keterangan Saksi Rini Hardaniwati Binti Harsoyo, Saksi Leonard

Rocky Nugroho Bin Mulyono dan Saksi Sandre Makassar Bin Batjo Djufri

Makassar membenarkan Terdakwa mengambil Handphone.

Terdakwa Eko Untari alias Ambon Bin Sapari mengambil Handphone

tersebut milik saksi korban Rini Hardaniwati Binti Harsoyo. Barang bukti

berupa 1 (satu) buah kardus Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan

1 (satu) buah kardus Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam. Barang

bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan diajukan persidangan.

67

Majelis Hakim menjatuhkan pidana dan mempertimbangkan hal-hal

yang memberatkan dan meringankan.

3) Unsur-Unsur Delik

Pasal 362 KUHP

Unsur-Unsur delik :

1. Barangsiapa;

2. Mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain;

3. Dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum.

Majelis Hakim mempertimbangkan unsur-unsur tersebut sebagai berikut :

1. Unsur “Barang Siapa”

Bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah setiap orang yang

menjadi subyek hukum yang dapat mempertanggungjawabkan

perbuatannya dan berdasarkan bukti permulaan yang cukup ia sebagai

pelakunya;

Di persidangan telah diajukan sebagai Terdakwa adalah seorang

bernama Eko Untari alias Ambon Bin Sapari, sebagai subyek hukum dan

diketahui sehat jasmani dan rohani sehingga Terdakwa dipandang dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum di persidangan,

selain itu dalam diri terdakwa tidak ada satu alasan pembenar atau pemaaf.

2. Unsur “Mengambil Sesuatu Barang”

68

Bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah memindahkan

sesuatu barang yang dijadikan sebagai objek hukum dari suatu tempat ke

tempat lain tanpa sepengetahuan atau seizin yang berhak;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan sesuai dengan

keterangan para Saksi dan telah dibenarkan oleh Terdakwa pada hari Kamis

tanggal 05 Maret 2009 jam 02.14 WIB. Terdakwa telah mengambil 1 (satu)

buah handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah

handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam milik Saksi Rini

Hardaniwati di atas meja resepsionis Hugos Cafe lantai 6 Matahari

Simpang Lima Semarang.

Akibat perbuatan Terdakwa tersebut, saksi korban menderita

kerugian sebesar Rp. 2.585.000 (dua juta lima ratus delapan puluh lima ribu

rupiah).

3. Unsur “Yang Sebagian Atau Seluruhnya Milik Orang Lain”

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan persidangan,

keterangan Saksi dan Terdakwa, barang bukti berupa 1 (satu) buah

Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah

Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam, seluruhnya adalah milik

atau kepunyaan saksi korban Rini Hardaniwati.

4. Unsur “Dengan Maksud Untuk dimiliki Dengan Melawan Hukum”

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan,

berdasarkan keterangan para Saksi dan Terdakwa diketahui Terdakwa

69

mengambil 1 (satu) buah handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan

1 (satu) buah handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam untuk dimiliki

secara melawan hukum tanpa seizin pemiliknya.

Berdasarkan pertimbangan keterpenuhan unsur Pasal 362 KUHP

dikaitkan dengan fakta yang terungkap dalam persidangan, Majelis Hakim

berpendapat bahwa semua unsur esensial delik pidana yang termuat dalam

Pasal tersebut pada dakwaan telah terpenuhi dan oleh karenanya menurut

hukum Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal

362 KUHP.

B. Analisa

Puncak dari sebuah proses peradilan (termasuk peradilan pidana) adalah

diucapkannya putusan atau vonnis. Vonnis sendiri berasal dari kata vondere, yang berarti

menemukan hukumnya, artinya Hakim dalam proses pembuktian suatu perkara pidana

dengan memperhatikan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan selanjutnya akan

mempertimbangkan bagaimana fakta-fakta tersebut jika dikaitkan dengan unsur tindak

pidana yang didakwakan oleh Penuntut Umum, apakah dan manakah Pasal yang dapat

dibuktikan, sehingga dapat digunakan untuk menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti

bersalah melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan dan menjatuhkan pidana.

Fakta yang terungkap dalam persidangan yang digunakan oleh Hakim dalam

perkara yang penulis teliti tersebut meliputi fakta yang diperoleh dari alat bukti

(sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP) maupun barang bukti (sebagaimana

70

diatur dalam Pasal 39 KUHAP) yang dikemukakan oleh Penuntut Umum selama proses

persidangan.

Apabila diperhatikan dalam perkara yang penulis teliti, baik yang berasal dari

Pengadilan Negeri Semarang maupun Pengadilan Negeri Ungaran, terhadap pembuktian

tindak pidana secara umum, berdasarkan bunyi Pasal 183 KUHAP, Penuntut Umum

sudah cukup ketika menampilkan 2 (dua) alat bukti yang sah dari alat bukti sebagaimana

disebut dalam Pasal 184 KUHAP, dengan memperhatikan bunyi Pasal 185 sampai

dengan Pasal 189 KUHAP, dan dengan 2 (dua) alat bukti menimbulkan keyakinan

Hakim, bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana yang didakwakan.

Sesuai dengan bunyi Pasal 183 KUHAP, Hakim dalam memutuskan perkara

pidana yang diperiksa, ternyata cukup memperhatikan 2 (dua) alat bukti yang sah dan

dengan 2 (dua) alat bukti yang sah menimbulkan keyakinan Hakim. Hal ini berarti tidak

pernah menyinggung tentang bagaimana dengan peranan barang bukti yang diajukan

oleh Penuntut Umum ke dalam persidangan.

Walaupun Pasal 183 KUHAP tidak menyinggung peranan barang bukti dalam

proses Hakim mengambil keputusan, tetapi ternyata Pasal 181 KUHAP memuat

ketentuan bahwa Hakim Ketua Sidang memperlihatkan kepada Terdakwa segala barang

bukti dan menanyakan kepadanya apakah ia mengenal benda tersebut; jika perlu Hakim

Ketua sidang memperlihatkan benda tersebut kepada Saksi. Hal ini berarti menunjukkan

betapa penting barang bukti jika dikaitkan dengan perbuatan yang didakwakan kepada

Terdakwa, karena dengan Hakim menanyakan kepada Terdakwa dan memperlihatkan

kepada Saksi, maka akan dapat diperoleh korelasi antara barang bukti dengan perbuatan

yang didakwakan kepada Terdakwa, sehingga barang bukti inipun akan dapat digunakan

71

oleh Hakim untuk menentukan apakah Terdakwa akan diputus bebas, lepas dari segala

tuntutan hukum atau dipidana.

Menurut Andi Hamzah barang bukti berfungsi untuk meyakinkan kebenaran

suatu dalil, pendirian atau dakwaan dan menurut Ratna Nurul Afiah barang bukti yang

ditampilkan dalam proses persidangan dapat menambah keyakinan Hakim atas kesalahan

Terdakwa. Menurut penulis, jika barang bukti diperlihatkan dan dimintakan keterangan

kepada Terdakwa maupun Saksi, maka akan dapat menjadi alat keterangan Terdakwa

atau keterangan Saksi tentang barang bukti.

Lebih lanjut Ratna Nurul Afiah juga mengatakan bahwa fungsi barang bukti

diajukan dalam proses persidangan dan ditunjukkan kepada Terdakwa maupun Saksi

adalah untuk menjaga agar jangan sampai barang bukti yang tidak ada sangkut pautnya

dengan perkara Terdakwa dijadikan bahan bukti, sehingga tidak dikenal oleh Terdakwa

maupun Saksi. Di samping itu menurut penulis jangan sampai barang bukti yang

dikembalikan kepada yang berhak berbeda dengan barang bukti yang telah diambil oleh

Terdakwa.

Barang bukti yang diajukan dalam persidangan pada perkara nomor :

82/Pid.B/2009/PN.Ung., dan nomor : 83/Pid.B/2009/PN.Ung., setelah melalui

pembuktian di sidang pengadilan, ternyata barang bukti tersebut tidak masuk kategori

barang bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 39 KUHAP. Sementara itu memperhatikan

barang bukti yang diajukan dalam persidangan pada perkara nomor :

818/Pid.B/2009/PN.Smg., menurut penulis tidak termasuk dalam instrumenta delicti

maupun dalam corpora delicti, sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf a

sampai dengan d KUHAP, tetapi dapat dikategorikan benda lain yang mempunyai

72

hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan, sebagaimana diatur dalam

Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP.

Dalam Pasal 181 ayat (1) KUHAP juga ditentukan bahwa Hakim Ketua Sidang

dalam memperlihatkan dan menanyakan kepada Terdakwa tentang barang bukti harus

memperhatikan Pasal 45 KUHAP. Pasal 45 KUHAP ini mengatur tentang barang bukti

pengganti apabila barang bukti lekas rusak, maka barang bukti itu dapat dilelang dan

untuk kepentingan pembuktian disisakan sebagian. Artinya sebagian berupa barang bukti

pengganti yang biasanya berupa uang hasil lelang dan sebagian lagi berupa barang bukti

yang asli, tetapi Pasal 45 KUHAP ini tidak mengatur tentang barang bukti yang

seluruhnya diganti atau tidak ada barang bukti yang asli.

Walaupun Pasal 45 KUHAP tidak mengatur peranan barang bukti, melainkan

Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP memuat ketentuan bahwa benda lain yang mempunyai

hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. Dalam kenyataannya perkara

nomor : 818/Pid/B/2009/PN.Smg., barang buktinya bukan barang yang diambil oleh

Terdakwa yaitu 2 (dua) buah handphone, tetapi diganti dengan barang lain yang berupa

kardus handphone.

Terkait dengan putusan yang penulis teliti yaitu Putusan Pengadilan Negeri

Nomor: 818/Pid/B/2009/PN. Smg, tanggal 18 Agustus 2009, tidak cukup

mempertimbangkan barang bukti yang ditampilkan ke dalam persidangan, karena dalam

pertimbangan Hakim berdasarkan Pasal 39 ayat (1) huruf e, Hakim mengatakan “Barang

bukti berupa berupa 1 (satu) buah kardus handphone merek Nokia N70 warna hitam

dengan nomor IMEI : 355720023255924 dan 1 (satu) buah kardus Nokia 1600 warna

hitam dengan nomor IMEI : 358992011756497 telah disita secara sah menurut hukum”.

73

Dalam putusan perkara tersebut Hakim tidak pernah memperlihatkan barang

bukti kardus handphone baik kepada Terdakwa maupun para Saksi, sehingga tidak

diperoleh keterangan apapun dari Terdakwa maupun para Saksi terkait dengan barang

bukti. Bahkan dalam putusannya Hakim juga tidak mengkaitkan barang bukti tersebut

ketika menganalisis keterpenuhan unsur pasal pencurian yang didakwakan kepada

Terdakwa, khususnya dikaitkan dengan pertimbangan Hakim tentang unsur mengambil

barang. Apakah 2 (dua) kardus handphone yang diajukan ke dalam persidangan tersebut

memang terkait dengan 2 (dua) buah handphone yang didakwakan diambil oleh

Terdakwa, atau kardus handphone yang lain.

Sedangkan dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009,

Nomor : 82/Pid/B/2009/PN. Ung. dan putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4

Juni 2009, Nomor : 83/Pid/B/2009/PN.Ung. bahwa Hakim telah menunjukkan barang

bukti yang diajukan ke persidangan, baik kepada para Terdakwa maupun kepada para

Saksi dan Hakim juga telah meminta keterangan segala sesuatu yang terkait dengan

barang bukti baik kepada para Terdakwa maupun para Saksi, sehingga Hakim

memperoleh kejelasan hubungan antara barang bukti dengan perbuatan yang didakwakan

kepada para Terdakwa.

Dalam kedua putusan Pengadilan Negeri Ungaran tersebut Hakim

mempertimbangkan barang bukti yang diajukan dalam persidangan dikaitkan dengan

keterpenuhan unsur Pasal yang didakwakan, yaitu Pasal tentang pencurian, khususnya

dikaitkan dengan unsur mengambil barang. Ketika barang bukti yang diajukan dalam

persidangan dikaitkan dengan keterangan para Terdakwa dan keterangan para Saksi

tentang barang bukti dan ketika barang bukti yang berupa gamelan ditempatkan pada

tempat gamelan yang diajukan dalam persidangan ternyata antara gamelan dan tempat

74

gamelan tidak cocok. Hal ini menunjukkan bahwa barang bukti yang diajukan di

persidangan tidak ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa.

Demikian juga ketika Hakim menanyakan bentuk barang bukti yang hilang

dengan bentuk barang bukti yang diajukan dalam persidangan, ternyata ada perbedaan

atau ketidak samaan, bahwa barang bukti yang didakwakan oleh para Terdakwa dengan

barang bukti yang diajukan dalam persidangan ternyata berbeda, artinya barang bukti

yang diajukan dalam persidangan tidak ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan

kepada Terdakwa. Demikian juga dengan kualitas material barang bukti yang diajukan

dalam persidangan berbeda dengan barang bukti yang didakwakan diambil oleh

Terdakwa.

Memperhatikan pertimbangan Hakim terkait dengan barang bukti pengganti

dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang dan putusan Pengadilan Negeri Ungaran

dapat dijelaskan bahwa di Pengadilan Negeri Semarang barang bukti yang diajukan ke

persidangan bukan barang bukti pengganti sebagaimana diatur dalam Pasal 45 KUHAP.

Khusus terkait dengan barang bukti yang diajukan dalam persidangan di Pengadilan

Negeri Ungaran tidak dapat dikategorikan juga barang bukti sebagaimana diatur dalam

Pasal 39 ayat (1) huruf a sampai dengan e KUHAP, sedangkan untuk barang bukti yang

diajukan dalam persidangan di Pengadilan Semarang masih dimungkinkan untuk

dikategorikan sesuai dengan bunyi Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP, terlebih apabila

Majelis Hakim dapat mencocokkan nomor IMEI yang terdapat pada barang bukti berupa

kardus handphone dengan nomor IMEI hendphone yang didakwakan diambil oleh

Terdakwa.

Dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang Hakim tidak mempertimbangkan

sebagaimana mestinya barang bukti yang diajukan ke persidangan, karena dalam proses

75

persidangan Hakim tidak berusaha mengkorelasikan hubungan barang bukti pengganti

tersebut dengan barang yang didakwakan diambil oleh Terdakwa dengan cara

memperlakukan barang bukti tersebut sesuai dengan Pasal 181 KUHAP, sehingga Hakim

tidak mempunyai fakta persidangan tentang barang bukti dikaitkan dengan perbuatan

yang didakwakan kepada Terdakwa. Hakim hanya menimbang bahwa kedua kardus

tersebut telah disita secara sah menurut hukum.

Sedangkan dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran, barang bukti yang

diajukan dalam persidangan tersebut juga tidak dapat dikategorikan barang bukti

pengganti sebagaimana diatur dalam Pasal 45 KUHAP. Namun demikian menurut

penulis dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran tersebut Hakim telah

mempertimbangkan keberadaan barang bukti yang diajukan dalam persidangan secara

proporsional, dengan mengkaitkan barang bukti tersebut dengan keterpenuhan unsur

mengambil barang, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa barang bukti yang diajukan

dalam persidangan tersebut bukan barang bukti yang dilaporkan telah hilang dan tidak

korelasi dengan perbuatan yang didakwakan kepada para Terdakwa.

Seharusnya yang dilakukan oleh Hakim Pengadilan Negeri Ungaran juga harus

dilakukan oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang, yaitu mempertimbangkan hubungan

barang bukti dengan perbuatan yang didakwakan, sehingga ketika barang bukti tidak

terkait dengan perbuatan yang didakwakan, maka terdakwa harus dibebaskan dan jika

barang bukti tersebut ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan, maka selayaknya

Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. Terutama barang bukti yang diajukan

ke persidangan berupa kardus handphone, yang seharusnya dipertimbangkan apakah

nomor IMEI yang tercantum dalam kedua kardus handphone sama dengan nomor IMEI

yang tercantum dalam kedua buah handphone yang didakwakan diambil oleh Terdakwa.