BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN -...

25
12 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi di daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi peta topografi, citra SRTM, citra DEM, dan pengamatan langsung di lapangan. Secara umum, daerah penelitian terdiri dari perbukitan, dataran rendah dan bukit terisolir yang dilalui oleh tiga sungai utama yaitu Sungai Cikaniki, Sungai Cianten dan Sungai Ciaruteun. Elevasi permukaan di daerah penelitian berada pada 137,5-337 meter di atas permukaan laut (Gambar 3.1). Elevasi terendah berada pada lembah Sungai Ciaruteun di bagian hulu dan elevasi tertinggi berada pada Bukit Cibodas. Kemiringan lereng di daerah penelitian landai hingga sangat terjal (2%-140%), yang diklasifikasikan berdasarkan kemiringan lereng oleh van Zuidam (1985) (Gambar 3.2). Peta kemiringan lereng didapatkan dari hasil modifikasi peta topografi digital Bakosutranal dengan menggunakan software ArcGIS. Peta Elevasi Daerah Ciampea-Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat U 0 2 km Elevasi (meter) Keterangan 325 - 350 300 - 325 275 - 300 250 - 275 225 - 250 200 - 225 175 - 200 150 - 175 137.5 - 150 6° 34’12’’ LS 6° 32’50’’ LS 106° 41’40’’ BT 106° 36’00’’ BT Gambar 3.1. Peta Elevasi Daerah Ciampea-Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peta ini menunjukkan bahwa sebagian besar daerah penelitian berupa dataran rendah. Perbukitan cenderung terletak di sebelah barat daerah penelitian.

Transcript of BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN -...

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

12

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi

3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian

Geomorfologi di daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi peta

topografi, citra SRTM, citra DEM, dan pengamatan langsung di lapangan. Secara

umum, daerah penelitian terdiri dari perbukitan, dataran rendah dan bukit terisolir

yang dilalui oleh tiga sungai utama yaitu Sungai Cikaniki, Sungai Cianten dan

Sungai Ciaruteun. Elevasi permukaan di daerah penelitian berada pada 137,5-337

meter di atas permukaan laut (Gambar 3.1). Elevasi terendah berada pada lembah

Sungai Ciaruteun di bagian hulu dan elevasi tertinggi berada pada Bukit Cibodas.

Kemiringan lereng di daerah penelitian landai hingga sangat terjal (2%-140%), yang

diklasifikasikan berdasarkan kemiringan lereng oleh van Zuidam (1985) (Gambar

3.2). Peta kemiringan lereng didapatkan dari hasil modifikasi peta topografi digital

Bakosutranal dengan menggunakan software ArcGIS.

Peta Elevasi Daerah Ciampea-Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

U

0 2 km

Elevasi (meter) Keterangan

325 - 350 300 - 325 275 - 300 250 - 275 225 - 250 200 - 225 175 - 200 150 - 175 137.5 - 150

6° 34’12’’ LS

6° 32’50’’ LS 106° 41’40’’ BT

106° 36’00’’ BT

Gambar 3.1. Peta Elevasi Daerah Ciampea-Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peta ini menunjukkan bahwa sebagian besar daerah penelitian berupa dataran rendah. Perbukitan cenderung terletak di sebelah barat daerah penelitian.

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

13

3.1.2 Pola Aliran Sungai

Berdasarkan klasifikasi Howard (1967, op. cit. Sampurno, 1986), pola aliran

sungai di daerah penelitian secara umum dapat dikelompokkan ke dalam pola aliran

dendritik dan subdendritik (Gambar 3.3). Pola aliran subdendritik terletak di sebelah

barat daerah penelitian yang memiliki morfologi dominan berupa perbukitan,

sedangkan pola aliran dendritik terdapat di sebelah timur daerah penelitian yang

memiliki morfologi berupa dataran rendah. Pada bagian tengah daerah penelitian

aliran sungai sebagian besar tidak alami karena teras sungai telah dibatasi oleh

dinding semen yang disesuaikan dengan pola pemukiman penduduk.

Keterangan Kemiringan Lereng (%)

0.00 - 2.00

2.00 - 7.00

7.00 - 15.00

15.00 - 25.62

25.62 - 70.00

70.00 - 140.00

Peta Kemiringan Lereng

Daerah Ciampea-Leuwiliang,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat U

2 km 0

6° 34’12’’ LS 106° 36’00’’ BT

6° 32’50’’ LS

106° 41’40’’ BT

Gambar 3.2. Peta Kemiringan Lereng Daerah Ciampea-Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Peta ini dibuat berdasarkan peta kontur yang dimodifikasi menggunakan software ArcGIS. Peta ini menunjukkan kemiringan lereng sebagian besar daerah penelitian adalah landai

U

Gambar 3.3. Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian. Pola aliran sungai daerah penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian yakni, pola aliran dendritik dan pola aliran subdendritik. Pola aliran subdendritik cenderung berasal dari aliran Sungai Cikaniki. Sedangkan pola aliran dendritik cenderung berasal dari Sungai Cianten.

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

14

Pola aliran sungai subdendritik pada umumnya dipengaruhi oleh kekerasan

batuan disekitarnya yang cenderung keras serta morfologinya yang membentuk

perbukitan lipatan. Pada daerah dengan pola aliran ini dimungkinkan juga

dipengaruhi oleh adanya sesar. Sedangkan pola aliran sungai dendritik dipengaruhi

oleh litologi yang cenderung tidak resisten dan telah lapuk juga morfologi yang

hampir datar.

Daerah penelitian memiliki tiga sungai utama yakni, Sungai Cikaniki, Sungai

Cianten, dan Sungai Ciaruteun. Ketiga sungai tersebut pada umumnya memiliki

arah aliran timurlaut-baratdaya dengan teras sungai yang tinggi dan lembah sungai

berbentuk “U”. Sedangkan sungai-sungai kecil di daerah penelitian memiliki teras

sungai yang bervariasi dari rendah hingga tinggi dan lembah sungai yang berbentuk

“V”.

Secara genetik, sungai di daerah penelitian terbagi menjadi tiga yaitu sungai

konsekuen, sungai obsekuen dan sungai subsekuen. Sungai konsekuen adalah

sungai yang arah alirannya searah dengan struktur utama atau kemiringan lapisan

batuan dan dapat dijumpai di Sungai Cianten. Sungai subsekuen adalah sungai yang

arah alirannya searah dengan jurus lapisan batuan dan dapat dijumpai pada Sungai

Cijambu dan sungai kecil lainnya yang terletak di sekitar Gunung Jambu dan

Gunung Sudong. Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan

dengan kemiringan lapisan batuan dan dapat dijumpai pada Sungai Citeras dan

Sungai Cikaniki.

.

Gambar 3.4. Sungai Cikaniki dengan arah aliran berlawanan dengan arah kemiringan lapisan yang dapat diklasifikasikan ke dalam sungai obsekuen

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

15

3.1.3 Pola Kelurusan

Berdasarkan data kelurusan punggungan, lembah, dan sungai dari citra DEM

daerah penelitian, terdapat pola kelurusan umum yang berarah timurlaut-baratdaya.

Pola umum tersebut diinterpretasikan sebagai arah sumbu lipatan dan sesar (Gambar

3.5). Pola yang berarah timurlaut-baratdaya diinterpretasikan sebagai arah sumbu

lipatan dan sesar di daerah penelitian

3.1.4 Satuan Geomorfologi

Berdasarkan pengamatan dari peta topografi, citra SRTM, DEM, dan

pengamatan lapangan, satuan geomorfologi di daerah penelitian dibagi menjadi

empat satuan. Satuan geomorfologi di daerah penelitian yaitu:

- Satuan Perbukitan Kars

- Satuan Perbukitan Lipatan

- Satuan Lembah Homoklin

- Satuan Dataran Volkanik

Elevasi (meter) Keterangan

325 - 350

300 - 325

275 - 300

250 - 275

225 - 250

200 - 225

175 - 200

150 - 175

<150

T B

S

U

Gambar 3.5. Pola Kelurusan di Daerah Penelitian, terdapat pola kelurusan utama yang berarah timurlaut-baratdaya. Pola kelurusan ini menunjukkan arah dari sumbu lipatan dan sesar di daerah penelitian

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

16

- Satuan Bukit Volkanik

- Alluvial

3.1.4.1Satuan Perbukitan Kars

Satuan ini menempati 10% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian

timur dan selatan daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta

geomorfologi (lihat Lampiran C.3), dan dicirikan oleh punggungan yang

memanjang baik dengan arah barat-timur maupun utara-selatan (Gambar

3.7). Satuan ini memiliki kemiringan lereng 8°-45°(7%-100%) yang

termasuk kelas lereng yang cukup terjal-terjal (berdasarkan klasifikasi van

Zuidam, 1985), dengan ketinggian topografi 200-337 m di atas permukaan

laut. Litologi yang menyusun satuan ini adalah batugamping yng sebagian

besar telah mengalami karstifikasi. Satuan ini dikontrol oleh kekerasan

batuan yang lebih keras dibandingkan batuan disekitarnya.

Pada umumnya tidak terdapat sungai pada satuan ini, kecuali sungai

bawah tanah yang terdapat pada Bukit Batugamping Cibodas. Pada Bukit

Batugamping Cibodas juga terdapat beberapa goa yang sebagian telah

tertutup oleh longsoran. Hal ini menunjukkan adanya pelarutan yang intensif

pada batugamping ini. Sungai-sungai cenderung mengalir di tepi satuan ini.

Hal ini menunjukkan bahwa satuan ini memiliki kekerasan batuan yang

lebih keras dibandingkan batuan disekitarnya sehingga sungai-sungai

cenderung mengerosi dan mengalir melewati batuan disekitarnya yang

kekerasannya lebih rendah.

Proses eksogen yang umum terjadi pada satuan ini adalah longsoran.

Longsoran pada batugamping pada umumnya disebabkan oleh penambang

batugamping yang menggunakan bahan peledak dalam proses

penambangannya.

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

17

3.1.4.2Satuan Perbukitan Lipatan

Satuan ini menempati 20% daerah penelitian. Satuan ini berada pada

bagian barat daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta geomorfologi

(Lampiran C.3), dan dicirikan dengan morfologi yang berbukit-bukit

(Gambar 3.9) serta jurus dan kemiringan lapisan yang hampir sama. Satuan

ini memiliki kemiringan lereng 8°-45° (7%-100%) yang termasuk kelas

lereng yang cukup terjal hingga terjal (klasifikasi van Zuidam, 1985),

dengan ketinggian 175-317 m di atas permukaan laut. Litologi yang

Goa

Lereng yang terbentuk akibat longsoran

Gambar 3.6. Punggungan Batugamping Cibodas. Gambar ini menunjukkan bahwa lereng terbentuk akibat longsoran alamiah. Pada bukit ini juga terdapat goa yang lebih jelas terlihat karena longsoran yang terjadi.

Gambar 3.7. Punggungan Batugamping Cibodas dilihat dari Rancabungur, Bogor. Bentuknya memanjang berupa punggungan dengan lereng yang terjal di kedua sisinya.

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

18

menyusun satuan ini adalah batugamping, batupasir, batulempung, tufa, dan

konglomerat. Sumbu antiklin terdapat pada satuan ini yang ditandai dengan

adanya perbedaan kemiringan lapisan batuan di daerah Sungai Citeras yang

menjadi batas utara daerah penelitian.

Pola aliran sungai yang berkembang pada satuan ini adalah subdendritik.

Sungai yang melewati satuan ini adalah Sungai Cikaniki, Sungai Citeras,

dan beberapa sungai kecil lainnya. Sungai Cikaniki pada satuan ini memiliki

lembah sungai berbentuk “U”, teras yang tinggi, dan arus yang deras

(Gambar 3.8). Sedangkan Sungai Citeras beserta sungai kecil lainnya

memiliki lembah sungai berbentuk “V”, teras yang cukup tinggi, dan arus

yang cukup deras. Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini

adalah erosi yang bersifat vertikal, pelapukan, dan longsoran. Satuan ini juga

dipengaruhi oleh keberadaan gesar geser di Sungai Cikaniki. Tahapan

geomorfik pada satuan ini berada pada tahap dewasa yang terlihat dari

morfologi yang berupa perbukitan bergelombang dan proses erosi yang

intensif.

Gambar 3.8.Sungai Cikaniki yang memotong batugamping. Gambar ini menunjukkan erosi yang intensif juga pengaruh sesar yang menyebabkan batugamping dengan kekerasan yang tinggi dapat dipotong oleh aliran sungai.

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

19

3.1.4.3Satuan Lembah Homoklin

Satuan ini menempati 20% daerah penelitian. Satuan ini berada pada

bagian baratdaya daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta

geomorfologi (lihat Lampiran C.3), dan dicirikan dengan morfologi yang

landai hingga sangat landai (Gambar 3.10a). Satuan ini memiliki kemiringan

lereng 0°-4° (0%-7%) yang termasuk kelas lereng sangat landai hingga

landai (berdasarkan klasifikasi van Zuidam, 1985) dengan ketinggian 150-

200 m di atas permukaan laut. Litologi yang menyusun satuan ini adalah

batulempung dan tufa-batupasir. Pada satuan ini, kemiringan lapisan batuan

yang ada seragam.

Bukit Jambu Bukit Sudong

Gambar 3.9. Satuan Perbukitan Lipatan. Satuan Perbukitan Lipatan dilihat dari jalan raya Leuwiliang-Jasinga. Kedua bukit tersebut terdiri dari litologi yang berbeda dan terpotong oleh Sungai Cikaniki.

Satuan Lembah Homoklin Gambar 3.10a. Satuan Lembah Homoklin. Foto diambil dari jalan menuju Bukit Sudong

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

20

Pola aliran sungai yang berkembang adalah dendritik. Sungai yang

melewati satuan ini adalah Sungai Cianten, Sungai Cikaniki bagian hulu,

Sungai Cihaniwung, dan sungai-sungai kecil yang terletak di sebelah timur

daerah penelitian. Sungai Cianten memiliki lembah sungai yang luas, aliran

air yang deras, lembah sungainya membentuk huruf “U”, dan teras yang

tinggi. Sungai Cihaniwung memiliki lembah sungai yang agak luas, aliran

air yang tidak deras dan lembah sungai yang membentuk huruf “U”. Proses-

proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah erosi dan pelapukan.

Tahapan geomorfik pada satuan ini berada pada tahap dewasa yang dicirikan

oleh perubahan morfologi akibat pelapukan dan erosi yang intensif. Hal ini

juga terlihat dari meander-meander sungai utama pada satuan ini yang

menunjukkan tahapan sungai dewasa.

3.1.4.4Satuan Dataran Volkanik

Satuan ini menempati 30% daerah penelitian. Satuan ini berada pada

bagian baratdaya daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta

geomorfologi (lihat Lampiran C.3), dan dicirikan dengan morfologi yang

landai hingga sangat landai (Gambar 3.10a). Satuan ini memiliki kemiringan

lereng 0°-4° (0%-7%) yang termasuk kelas lereng sangat landai hingga

landai (berdasarkan klasifikasi van Zuidam, 1985) dengan ketinggian 150-

200 m di atas permukaan laut. Litologi yang menyusun satuan ini adalah

breksi laharik.

Pola aliran sungai yang berkembang adalah dendritik. Sungai yang

melewati satuan ini adalah Sungai Cianten, Sungai Ciaruteun, Sungai

Cibungbulang, Sungai Cimangir, dan sungai-sungai kecil yang terletak di

Satuan Dataran Volkanik

Gambar 3.10. Satuan Dataran Volkanik. Foto ini diambil dari Bukit Batugamping Cibodas. Kemiringan lereng pada satuan dataran rendah jelas terlihat sangat landai – landai.

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

21

sebelah timur daerah penelitian. Sungai Cianten dan Sungai Ciaruteun

memiliki lembah sungai yang luas, aliran air yang deras, lembah sungainya

membentuk huruf “U”, dan teras yang tinggi. Sungai Cibungbulang

memiliki lembah sungai yang sempit, aliran air yang cukup deras, dan

lembah sungai yang membentuk huruf “V”. Sungai Cimangir dan sungai-

sungai kecil lainnya memiliki lembah sungai yang sempit, aliran air yang

tidak deras. Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

erosi dan pelapukan. Tahapan geomorfik pada satuan ini berada pada tahap

dewasa yang dicirikan oleh perubahan morfologi akibat pelapukan dan erosi

yang intensif. Hal ini juga terlihat dari meander-meander sungai utama pada

satuan ini yang menunjukkan tahapan sungai dewasa.

3.1.4.5Satuan Bukit Volkanik

Satuan ini menempati 10% daerah penelitian. Satuan ini berada di bagian

tengah daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta geomorfologi (lihat

Lampiran C.3), dan dicirikan oleh bukit terisolir (Gambar 3.7). Satuan ini

memiliki kemiringan lereng 8°-45°(7%-100%) yang termasuk kelas lereng

yang cukup terjal-terjal (berdasarkan klasifikasi van Zuidam, 1985), dengan

ketinggian topografi 200-270 m di atas permukaan laut. Litologi yang

menyusun satuan ini adalah breksi dan lava (batuan beku). Satuan ini

dikontrol oleh kekerasan batuan yang lebih keras dibandingkan batuan

disekitarnya.

Pada umumnya tidak terdapat sungai pada satuan ini. Sungai-sungai

cenderung mengalir di tepi satuan ini. Hal ini menunjukkan bahwa satuan ini

memiliki kekerasan batuan yang lebih keras dibandingkan batuan

disekitarnya sehingga sungai-sungai cenderung mengerosi dan mengalir

melewati batuan disekitarnya yang kekerasannya lebih rendah. Proses

eksogen yang umum terjadi pada satuan ini adalah longsoran.

3.1.4.6 Alluvial

Satuan ini menempati 6% daerah penelitian. Satuan ini dicirikan dengan

lembah memanjang yang berarah timurlaut-baratdaya seperti yang terlihat pada peta

geomorfologi (lihat Lampiran C.3). Satuan ini memiliki kemiringan lereng 0°-4° (0-

2%) yang termasuk kelas sangat landai (klasifikasi van Zuidam, 1985) dengan

ketinggian 137.5-180 m di atas permukaan laut. Satuan ini terdapat di sepanjang

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

22

sungai-sungai utama daerah penelitian, yakni Sungai Cikaniki, Sungai Cianten, dan

Sungai Ciaruteun. Satuan ini terdiri dari material lepas berupa bongkah hingga

lempung yang merupakan hasil rombakan dari batuan beku, batuan sedimen, dan

material volkanik. Proses sedimentasi masih berlangsung hingga saat ini.

3.2 Stratigrafi

Secara regional, pada Peta Geologi Lembar Bogor (Effendi, 1998) daerah penelitian

terdiri dari delapan satuan yaitu, Formasi Bojongmanik (Tmb), Anggota Batugamping

Formasi Bojongmanik (Tmbl), Tuf dan Breksi (Tmtb), Batuan Gunungapi Tua (Qvl dan

Qvu), Batuan Gunungapi Gunung Salak (Qvst dan Qvsb), dan Kipas Aluvium (Qav).

Berdasarkan jenis batuan, keseragaman, dan ciri-ciri fisik batuan yang dapat diamati di

lapangan. Satuan batuan di daerah penelitian dibagi menjadi tujuh satuan batuan tidak resmi.

Stratigrafi daerah penelitian diurutkan dari tua ke muda adalah sebagai berikut (Tabel 3.1)

Gambar 3.11. Aluvial pada Sungai Ciaruteun.

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

23

Tabel 3.1. Kolom stratigrafi daerah penelitian.

3.2.1 Satuan Batulempung

Satuan batulempung merupakan satuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian dan

terdiri dari batulempung, perlapisan batulempung-batupasir, perlapisan batulempung-

batugamping (Gambar 3.12a). Satuan batulempung menempati 20% daerah penelitian, dan

terletak di bagian barat seperti yang terlihat pada peta geologi (Lampiran C.1) dan tersingkap

baik di Sungai Cikaniki dan Citeras pada bagian barat daerah penelitian. Secara umum,

satuan ini tersingkap pada morfologi dataran rendah dan perbukitan homoklin dengan

ketinggian 180-210 m di atas permukaan laut. Kondisi singkapan pada umumnya cukup

segar- lapuk karena terdapat di sekitar sungai dan telah tererosi, akan tetapi di beberapa

tempat terdapat singkapan dengan perlapisan yang cukup baik, kedudukan singkapan

bervariasi. Perbedaan kemiringan dari kedudukan batuan tersebut menunjukkan adanya

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

24

lipatan antiklin. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini mencapai

lebih dari 500 m.

Secara megaskopis, batulempung ini berwarna abu-abu gelap, getas dan dicirikan

dengan flaser batupasir serta adanya nodul berupa batupasir . Pada batulempung ini terdapat

fosil moluska yang membentuk sebuah lapisan dengan arah tertentu. Beberapa bagian

batulempung terlihat hancur hingga tidak terlihat lagi lapisannya . Perlapisan batulempung-

batupasir menebal dan mengasar ke atas, pada batupasir terdapat struktur sedimen laminasi

dan graded bedding. Batulempung berwarna abu-abu gelap, getas, terdapat flaser batupasir.

Batupasir berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir sangat halus-kasar, bentuk butir

membulat tanggung, terpilah baik-sedang, kemas tertutup, mineral terdiri dari plagioklas,

glaukonit dan kuarsa. Perlapisan batulempung-batugamping menebal ke atas, pada

batugamping terdapat banyak acakan binatang. Ketebalan lapisan berkisar antara 2-15 meter.

Batulempung berwarna abu-abu gelap, getas dan terdapat banyak cangkang moluska yang

membentuk lapisan. Batugamping berwarna putih kotor, berupa batugamping grainstone

dengan fragmen koral, moluska, foraminifera, dan semen sparry kalsit. Secara mikroskopis

batugamping berupa batugamping grainstone (Klasifikasi Dunham, 1976), terdiri dari

fragmen koral 60%, foraminifera 2%, moluska 5%. Semen berupa sparry kalsit.

Berdasarkan hasil analisis keterdapatan fosil foraminifera plankton, satuan

batulempung ini berumur Miosen Tengah (N12-N13) (Lampiran B.1). Satuan batuan ini

merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian.

Lingkungan pengendapan pada satuan ini didasarkan pada fosil foraminifera bentos

yang ditemukan yaitu Nonion dan Elphidium yang menunjukkan lingkungan pengendapan

pada laut dangkal dengan kedalaman 0 - 200 m. Satuan ini merupakan bagian offshore bar

(Martodjojo, 1984). Hubungan satuan batulempung dengan satuan di bawahnya tidak

tersingkap di daerah penelitian. Dengan demikian, satuan ini merupakan satuan tertua di

daerah penelitian. Satuan ini disetarakan dengan batulempung Formasi Cibulakan

(Martodjojo, 1984).

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

25

3.2.2 Satuan Batugamping

Satuan Batugamping hanya terdiri dari satu litologi saja yaitu batugamping yang pada

bagian tertentu terdapat sisipan batulempung setebal 1-7 cm. Satuan ini menunjukkan

batugamping dengan fasies yang berbeda-beda.

Satuan Batugamping menempati 13% daerah penelitian, terletak di bagian barat dan

timur daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta geologi (Lampiran C.1), dan tersingkap

baik di perbukitan Jambu, perbukitan Sudong, dan punggungan Cibodas. Secara umum,

satuan batugamping ini berupa bukit atau punggungan yang membentuk lereng-lereng yang

terjal. Kondisi singkapan pada satuan batugamping umumnya sangat segar hingga lapuk.

Satuan Batugamping ini merupakan lensa-lensa di dalam satuan batulempung. Berdasarkan

rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini sekitar 250-550 m.

Secara megaskopis, batugamping terdiri dari batugamping Boundstone (Framestone,

Bindstone, dan Bafflestone) , Rudstone dan Wackestone (Klasifikasi Dunham, 1962 dan

Embry and Klovan, 1971).

Batugamping Framestone terlihat jelas secara megaskopis dengan adanya massive head

coral, encrusting bryozoa, formaninifera dan alga. Batuan ini berwarna putih kotor hingga

abu-abu terang, sangat masif, padat dan terdapat di sebelah utara bagian tengah punggungan

Cibodas, sebelah barat perbukitan Jambu dan sebelah utara perbukitan Sudong.

Gambar 3.12a. dan 3.12b.Satuan Batulempung dengan kemiringan lapisan 700. Litologi berupa pelapisan batulempung-batugamping. Batulempung menebal ke atas. Pada batulempung ditemukan banyak gash fracture. Dan pada batugamping terdapat struktur acakan binatang.

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

26

Batugamping Bindstone terlihat jelas secara megaskopis dengan adanya coral pada

kondisi tumbuh, dengan pengisian lumpur karbonat, encrusting bryozoa, formaninifera dan

alga pada jarak antar koral. Batuan ini berwarna putih kotor hingga abu-abu terang, sangat

masif, padat dan terdapat di sebelah selatan bagian tengah punggungan Cibodas, sebelah

barat perbukitan Jambu, dan sebelah utara perbukitan sudong.

Gambar 3.13a batugamping terumbu, menunjukkan koral yang masih utuh.

Gambar 3.13b. head coral yang menunjukkan batugamping terumbu

Gambar 3.14. Batugamping terumbu dengan adanya branching coral pada kondisi tumbuh

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

27

Batugamping Bafflestone terlihat jelas secara megaskopis dengan adanya branching

coral pada kondisi tumbuh, dengan pengisian lumpur karbonat, encrusting bryozoa,

formaninifera dan alga pada jarak antar koral. Batuan ini berwarna putih kotor hingga abu-

abu terang, sangat masif, padat dan terdapat di sebelah selatan bagian tengah punggungan

Cibodas, sebelah barat perbukitan Jambu dan sebelah utara perbukitan sudong.

Batugamping Rudstone terlihat secara mikroskopis dengan butiran yang lebih dominan

dibandingkan dengan lumpur. Batuan ini berwarna putih kotor, berbutir kasar, berlapis

sangat buruk, padat dan terdapat di sebelah utara bagian timur punggungan Cibodas, sebelah

utara bagian tengah perbukitan Jambu dan sebelah utara perbukitan Sudong (Lampiran A.2).

Batugamping Wackestone terlihat secara mikroskopis dengan lumpur karbonat lebih

dominan dibandingkan dengan butiran. Batuan ini berwarna putih kotor hingga abu-abu,

berbutir halus hingga sedang, berlapis baik - sedang, padat dan terdapat di sebelah barat

punggungan Cibodas, sebelah timur perbukitan Jambu (Lampiran A.1) dan sebelah selatan

perbukitan Sudong.

Gambar 3.15. Batugamping Terumbu. Berupa koral dalam posisi tumbuh.

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

28

Pada satuan batugamping ini ditemukan fosil lepidocyclina (C-5), Nodosaria (B-4), dan

lain-lain. Berdasarkan ciri litologi yang ada, diperkirakan satuan ini berumur Miosen Tengah

dan diendapkan pada lingkungan neritik (0-200 m) dan merupakan lensa dari satuan

batulempung. Berdasarkan ciri lithologi yang ada, satuan batugamping ini diendapkan pada

back reef-reef front. Satuan ini disetarakan dengan lensa batugamping pada Formasi

Cibulakan (Martodjojo, 1984).

Gambar 3.17. Zonasi Marginal Reef. Menunjukkan korelasi antara facies batugamping dengan lingkungan pengendapannya.

Gambar 3.16. Batugamping Wackestone yang disisipi oleh batulempung menunjukkan pelapisan yang berkedudukan N124E/61

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

29

3.2.3 Satuan Tuff-Batupasir

Satuan batupasir terdiri dari litologi yaitu tuff , batupasir dan konglomerat. Satuan tuff-

batupasir menempati 13% daerah penelitian, terletak pada bagian barat daerah penelitian

seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiran C.1), dan tersingkap baik di Sungai

Cijambu, sebelah selatan perbukitan Jambu dan di daerah Kawungluwuk. Secara umum

satuan ini berada pada morfologi perbukitan dan dataran rendah pada ketinggian 180-260 m

di atas permukaan laut. Kondisi singkapan pada umumnya cukup baik-lapuk, terdapat sisipan

tipis batulempung, kedudukan batuan N275°E/40° NE pada bagian utara daerah penelitian

dan N75°E/15°SE pada bagian selatan daerah penelitian. Berdasarkan rekonstruksi

penampang geologi, ketebalan satuan ini sekitar 180 m.

Secara megaskopis, Tuff berwarna putih, ukuran butir pasir halus hingga kasar, bentuk

butir membulat tanggung, terpilah baik, kemas tertutup, mineral terdiri dari mineral gelas dan

opak. Batupasir berwarna putih kecoklatan hingga abu-abu terang, ukuran butir pasir sangat

halus hingga kasar, bentuk butir membulat-membulat tanggung. Struktur sedimen yang

dijumpai berupa graded bedding, acakan binatang dan laminasi sejajar. Konglomerat

berwarna putih – hitam, terdiri dari fragmen tuff, andesit, dan batupasir, matriks berupa

batupasir tufaan. Secara mikroskopis tuff ini bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas

terbuka, butiran 40%, terdiri dari butiran piroksen. Matriks 60% terdiri dari mineral gelas dan

mineral opak (Lampiran A.3).

Pada satuan batupasir ini, tidak ditemukan fosil petunjuk umur dan penciri lingkungan

pengendapan. Berdasarkan asosiasi foraminifera planktonik pada sisipan batulempung dan

ciri litologi yang ada, satuan ini berumur Miosen Tengah (N13-N14) dan diendapkan pada

lingkungan lagoon. Hal ini juga ditunjang dengan melimpahnya kandungan foraminifera

bentos berupa Rotalia becarii, Nonion, dan Elphidium pada sisipan batulempungnya.

Hubungan satuan tuff-batupasir dengan satuan di bawahnya adalah selaras. Satuan ini

disetarakan dengan tuff-batupasir Formasi Bojongmanik (Martodjojo, 1984).

3.2.4 Satuan Breksi Volkanik

Satuan Breksi Volkanik terdiri dari litologi breksi dan batuan beku (lava). Satuan ini

menunjukkan breksi dengan matriks berupa pasir dengan fragmen andesit (Gambar 3.18).

Satuan breksi volkanik menempati 8% daerah penelitian, terletak di menyebar di bagian

tengah daerah penelitian seperti yang terlihat pada peta geologi (Lampiran C.1), dan

tersingkap baik di perbukitan Sudong, Galuga dan Bukit Jatake. Secara umum, satuan breksi

ini tersingkap pada daerah dengan ketinggian 190-336 m di atas permukaan laut. Kondisi

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

30

singkapan pada satuan breksi umunya segar hingga sangat lapuk. Kedudukan batuan pada

satuan ini tidak terlihat begitu baik. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan

satuan ini sekitar 100 m.

Secara megaskopis, breksi berwarna abu-abu, monomik, berukuran butir kerikil-

bongkah, bentuk butir menyudut tanggung, matriks berupa pasir, terpilah buruk, kemas

terbuka terdiri dari fragmen andesit. Fragmen breksi berupa andesit, memiliki ciri-ciri

megaskopis batuan andesit warna abu-abu, masif, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir

subhedral-anhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa. Secara mikroskopis,

sayatan tipis pada breksi terbagi dua yaitu pada matriks (massa dasar) dan fragmen. Fragmen

merupakan andesit bertekstur holokristalin, porfiritik, fenokris 25%, terdiri dari olivin 15%,

piroksen 7%, dan mineral opak 3%, ukuran kristal 0,1-1 mm, massa dasar 65%, struktur

aliran dan intersertal, terdiri dari plagioklas, olivin, gelas, dan mineral opak (Lampiran

A.4). Dan lava berupa batuan beku andesit, memiliki ciri-ciri megaskopis batuan andesit

warna abu-abu, masif, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir subhedral-anhedral, terdiri

dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa.

Pada satuan breksi volkanik ini tidak ditemukan fosil petunjuk umur dan penciri

lingkungan pengendapan. Berdasarkan ciri litologi yang ada, diperkirakan satuan ini berumur

Plistosen Atas dan diendapkan pada lingkungan darat. Hubungan satuan breksi dengan satuan

batuan di bawahnya adalah tidak selaras, walaupun tidak ditemukan kontak di antaranya.

Gambar 3.18. Fragmen Batuan Andesit dari Satuan Breksi. Fragmen ini memiliki ukuran bongkah.

Page 20: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

31

3.2.6 Satuan Breksi Laharik

Satuan ini merupakan breksi yang berasal dari hasil kegiatan vulkanisme dari Gunung

Salak (Effendi, 1988) yang diendapkan pada lingkungan daratan setelah terjadinya

pengangkatan.

Satuan ini menempati 45% daerah penelitian, terletak pada bagian timur daerah

penelitian seperti yang terlihat pada peta geologi (lihat Lampiran C.1), dan tersingkap baik di

Sungai Cibungbulang dan Sungai Ciaruteun. Secara umum satuan ini berada pada morfologi

dataran rendah ketinggian 156-200 m di atas permukaan laut. Hal ini dikarenakan mekanisme

pengendapan satuan ini berupa aliran laharik yang mengalir sepanjang lembah dan membawa

aliran massa berupa material-material vulkanik dan rombakan batuan sepanjang lembah.

Kondisi singkapan yang berada pada lembah sungai umumnya agak lapuk karena telah

mengalami erosi. Struktur batuan yang terlihat pada singkapan ini berupa struktur initial dip

dengan kemiringan yang relatif kecil atau kurang dari 15°. Berdasarkan rekonstruksi

penampang geologi, ketebalan satuan ini 70 m.

Secara megaskopis, breksi laharik berwarna putih kecoklatan, polimik, berukuran butir

kerikil-bongkah, bentuk butir menyudut tanggung, matriks berupa debu vulkanik berukuran

pasir, terpilah buruk, kemas terbuka, terdiri dari fragmen andesit, batugamping, batupasir,

Gambar 3.19. Kekar kolom pada satuan breksi volkanik di Bukit Jatake. Keberadaan kekar kolom ini menjadi sebab terbentuknya air terjun Curug Sikabayan.

Page 21: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

32

dan tuff. Fragmen breksi laharik, memiliki ciri-ciri megaskopis batuan andesit warna abu-

abu, masif, tekstur afanitik, holokristalin, bentuk butir subhedral-anhedral, terdiri dari

mineral piroksen, olivine, plagioklas, dan kuarsa. Fragmen breksi yang berupa andesit secara

mikroskopis bertesktur hipokristalin, porfiritik, fenokris 40%, butiran terdiri dari piroksen

20%, olivin 5%, mineral opak 8% dan mineral gelas 7%, subhedral-anhedral, ukuran kristal

0,1- 1 mm, massa dasar 60% intergranular dan trakitik, terdiri dari plagioklas, piroksen,

kuarsa, gelas, dan mineral opak.

Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat setelah terjadinya pengangkatan dan

merupakan produk gunungapi tua (Martodjojo, 1984). Satuan ini merupakan hasil kegiatan

vulkanisme dari Gunung Salak (Effendi, 1998) dengan mekanisme pengendapan berupa

aliran lahar. Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada Effendi (1998) yang memperoleh

umur Plistosen akhir. Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan di bawahnya tidak

selaras.

Gambar 3.20. Satuan Breksi Laharik yang tersingkap di Sungai Ciaruteun. Breksi memiliki matriks berupa tuff dan fragmen andesit, tuff, batugamping, batupasir.

Page 22: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

33

3.2 Struktur Geologi

Identifikasi unsur struktur di daerah penelitian didasari pada penafsiran citra radar, citra

DEM, peta topografi, dan pengamatan lapangan. Untuk memudahkan identifikasi unsur

struktur di lapangan, maka penafsiran awal dilakukan yaitu berupa analisis citra radar, citra

DEM, dan peta topografi.

3.3.1 Analisis Citra Radar dan DEM

Untuk mendapatkan pola-pola umum struktur geologi daerah penelitian, dilakukan

interpretasi dan analisis kelurusan berdasarkan data citra DEM yang diolah dari peta

topografi digital dengan menggunakan ArcGIS 9.3. Berdasarkan hasil analisis diagram Roset

(Gambar 3.5), terdapat dua arah utama yaitu dan baratlaut-tenggara. Pola yang berarah

timurlaut-baratdaya mencerminkan arah perlapisan batuan dan sumbu lipatan, sedangkan arah

baratlaut-tenggara mencerminkan arah sesar di daerah penelitian. Citra DEM dan Citra radar

digunakan untuk menginterpretasikan pergeseran-pergeseran kelurusan bukit yang

mengindikasikan gejala sesar.

3.3.2 Struktur Lipatan

Adanya lipatan pada daerah penelitian dapat disimpulkan dari perubahan arah

kemiringan pada lapisan batuan. Jenis lipatan pada daerah penelitian didasarkan pada

klasifikasi Rickard (1971) dalam Harsolumakso (1997) dan klasifikasi sudut antar sayap.

Struktur lipatan di daerah penelitian memiliki arah sumbu lipatan Timurlaut-Baratdaya.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, arah lipatan ini telah dapat dilihat dari arah umum

kelurusan yang terdapat di daerah penelitian. Struktur lipatan tersebut didapatkan dari hasil

rekonstruksi penampang geologi dari kedudukan lapisan yang diamati di daerah penelitian.

Berdasarkan arah sumbu lipatan, dapat diambil kesimpulan awal bahwa arah tegasan utama

yang bekerja di daerah penelitian memiliki arah Utara-Selatan.

3.3.2.1 Lipatan Antiklin

Pada daerah penelitian, lipatan antiklin ditandai dengan adanya perubahan jurus

dan kemiringan yang ditemukan pada daerah Sadeng-Jambu. Kedudukan lapisan

batulempung pada meander Sungai Cikaniki adalah N250°E/60°NE, sedangkan pada

Sungai Citeras memiliki kedudukan lapisan N124°E/50°SW. Arah sumbu lipatan

memiliki arah timurlaut-baratdaya. Perlipatan diperkirakan terjadi pada kala Miosen

Akhir setelah diendapkan Formasi Cibulakan dan Bojongmanik (Martodjojo, 1984).

Page 23: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

34

3.3.3 Struktur Sesar

Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar–sesar naik

berarah ENE-WSW, sesar-sesar geser berarah NNE–SSW dan NW-SE. Bukti-bukti yang

menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut diantaranya berupa data kekar gerus (shear

fracture), breksiasi, off set lapisan, cermin sesar dan kedudukan lapisan. Sesar-sesar tersebut

diberi nama berdasarkan sifat pergeserannya dan lokasi geografis tempat sesar tersebut

dijumpai.

3.3.3.1 Sesar Naik

Sesar naik di daerah penelitian diinterpretasikan berdasarkan keberadaan batuan

yang berumur lebih tua terletak di atas batuan yang lebih muda berdasarkan

rekonstruksi penampang geologi (Lampiran E3), keberadaan lapisan tegak atau hampir

tegak pada litologi batugamping, cermin sesar, perubahan kemiringan lapisan secara

drastic, analisis kelurusan kontur dan sungai, serta terlihat adanya punggungan terjal

(Foto 4.6).

Sesar Naik Jambu

Sesar ini berada pada batas lapisan antara satuan batugamping dan satuan

batulempung dengan satuan tuff-batupasir. Sesar ini diinterpretasikan berdasarkan

keberadaan lapisan batuan yang lebih tua di atas lapisan batuan yang lebih muda

berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, keberadaan lapisan hampir tegak, analisis

kelurusan kontur dan sungai, serta cermin sesar. Berdasarkan analisa tersebut, sesar ini

diklasifikasikan sebagai sesar naik dengan arah relatif timurlaut-baratdaya dan dipotong

oleh sesar mendatar pada sungai Cikaniki.

Gambar 3.21a. dan 3.21b. Cermin Sesar pada batugamping yang tidak terlalu terlihat jelas karena telah lapuk dan batupasir. Cermin sesar ini menunjukkan gejala sesar naik.

Page 24: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

35

Sesar Naik Sadeng

Sesar ini berada pada batas lapisan antara satuan batugamping dan satuan batulempung

dengan satuan tuff-batupasir. Sesar ini diinterpretasikan berdasarkan keberadaan lapisan

batuan yang lebih tua di atas lapisan batuan yang lebih muda berdasarkan rekonstruksi

penampang geologi, keberadaan lapisan yang cukup tegak dan perubahan kemiringan

lapisan yang drastis. Berdasarkan analisa tersebut, sesar ini diklasifikasikan sebagai

sesar naik dengan arah relatif timurlaut-baratdaya dan dipotong oleh sesar mendatar

pada sungai Cikaniki.

Sesar Naik Cibodas

Sesar ini berada pada satuan batugamping. Sesar ini diinterpretasikan berdasarkan

rekonstruksi penampang geologi, analisis kelurusan kontur dan sungai, adanya

punggungan terjal serta keberadaan cermin sesar. Berdasarkan analisa tersebut, sesar ini

diklasifikasikan sebagai sesar naik dengan arah relatif barat-timur. Sesar inilah yang

menyebabkan punggungan Cibodas memiliki topografi jauh lebih tinggi dibandingkan

sekitarnya dan morfologi berupa punggungan yang memanjang berarah barat-timur.

Daerah Penelitian

Gambar 3.22. Citra SRTM yang menunjukkan kelurusan yang menunjukkan arah sesar-sesar di daerah penelitian.

Page 25: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-citranurwa-22652-4-2010ta-3.pdf · Proses-proses eksogenik yang mempengaruhi satuan ini adalah

36

3.3.3.2 Sesar Mendatar Cikaniki

Gejala struktur sesar yang ditemukan di lapangan adanya kekar gerus, gash

fracture, breksiasi dan offset litologi yang memperlihatkan gejala sesar mendatar

dengan pergerakan mengiri (Gambar 3.34). Gejala-gejala tersebut didukung dengan

analisis citra DEM yang memperlihatkan adanya pergeseran pada kelurusan

punggungan dan lembah. Berdasarkan analisis kinematik (lihat lampiran C.1) yang

dilakukan dari data perpotongan gash fracutre dan kekar gerus serta arah breksiasi

didapat sesar mengiri. Sesar ini ditafsirkan terbentuk setelah terjadinya lipatan yakni

pada fase kompresi Plio-Plistosen yang kemudian memotong sumbu lipatan yang telah

ada.

Gambar. 2.23. Offset lapisan batuan yang terlihat di Sungai Cikaniki. Offset ini menunjukkan keberadaan sesar geser mengiri.