BAB III Gambaran Umum Global Fundeprints.umm.ac.id/52102/4/BAB III.pdf · GF for Aids,...

18
55 BAB III Gambaran Umum Global Fund 3.1 Gambaran Umum Global Fund Diawali pada bulan April 2001, pada pertemuan konferensi tingkat tinggi organization of African unity ( OAU ) tentang HIV / Aids, tuberculosis, dan penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan sekretaris jendral PBB Koffi Annan meminta tambahan USD 10 miliar pertahun untuk memerangi HIV/AIDS dan Pembentukan The Global Fund untuk memobilisasi sumber daya tersebut. The global fund yang telah terbentu ini telah menjadi sumber utama untuk pembiayaan program-program dalam memerangi AIDS, TBC dan Malaria. Dengan menyetujui pendanaan sebesar USD 19,3 Miliar di 144 negara. 1 Global fund untuk AIDS, Tubercolosis, and malaria merupakan institusi kesehatan pendukung kesehatan dan organisasi multilateral terbesar didunia dimana kemitraannya didedikasikan untuk menarik sumber daya tambahan dalam mencegah dan menangani HIV/AIDS, Tubercolosis, dan malaria. Kemitraan antara pemerintah, masyarakat sipil, sector privat, dan komunitas terdampak (kelompok pupolasi kunci) adalah sebuah pendekatan inovatif terhadap pendanaan kesehatan internasional. Cara kerja pendanaan Global Fund ini didasarkan pada konsep kepemilikan Negara dan berbasis kinerja, yang berarti penerima dana yang 1 The Global Fund overview. Diakses dalam https://www.theglobalfund.org/en/overview/

Transcript of BAB III Gambaran Umum Global Fundeprints.umm.ac.id/52102/4/BAB III.pdf · GF for Aids,...

55

BAB III

Gambaran Umum Global Fund

3.1 Gambaran Umum Global Fund

Diawali pada bulan April 2001, pada pertemuan konferensi tingkat tinggi

organization of African unity ( OAU ) tentang HIV / Aids, tuberculosis, dan

penyakit infeksi lainnya di Abuja-Nigeria, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan

sekretaris jendral PBB Koffi Annan meminta tambahan USD 10 miliar pertahun

untuk memerangi HIV/AIDS dan Pembentukan The Global Fund untuk

memobilisasi sumber daya tersebut. The global fund yang telah terbentu ini telah

menjadi sumber utama untuk pembiayaan program-program dalam memerangi

AIDS, TBC dan Malaria. Dengan menyetujui pendanaan sebesar USD 19,3 Miliar

di 144 negara.1

Global fund untuk AIDS, Tubercolosis, and malaria merupakan institusi

kesehatan pendukung kesehatan dan organisasi multilateral terbesar didunia dimana

kemitraannya didedikasikan untuk menarik sumber daya tambahan dalam

mencegah dan menangani HIV/AIDS, Tubercolosis, dan malaria. Kemitraan antara

pemerintah, masyarakat sipil, sector privat, dan komunitas terdampak (kelompok

pupolasi kunci) adalah sebuah pendekatan inovatif terhadap pendanaan kesehatan

internasional. Cara kerja pendanaan Global Fund ini didasarkan pada konsep

kepemilikan Negara dan berbasis kinerja, yang berarti penerima dana yang

1 The Global Fund overview. Diakses dalam https://www.theglobalfund.org/en/overview/

56

melaksanakan program melaksanakannya berdasarkan prioritas dan Global fund

telah menyediakan pembiayaannya untuk tujuan dari pendanaan yang kemudian

diverifikasi tercapai. GF for Aids, Tubercolosis, dan malaria secara khusus

dibentuk untuk memobilisasi sumber daya secara signifikan bagi upaya

penanggulangan Aids, TB dan malaria yang lebih efektif.

Global Fund telah memampukan Negara-negara untuk memperkuat system

keshatan dengan banyak cara, sebagai contoh: peningkatan infrastruktur, dan

menyediakan pelatihan bagi pemberi layanan kesehatan. Global fund menyadari

pentingnya mendukung system kesehatan masyarakat, swasta dan masyarakat

dimana kelemahan dan kesenjangan dalam system-sitem membatasi pencapaian

hasil yang lebih baik dalam mengurangi beban HIV / Aids, TBC dan Malaria.

System kesehatan yang tidak memadai adalah salah satu kendala utama untuk

meningkatkan skala intervensi untuk mengamankan hasil kesehatan yang lebih baik

untuk HIV, TBC dan Malaria.2

Dalam pelaksanaanya, Global Fund memiliki beberapa prinsip dalam

menjalankan tugasnya.3 Pertama, Global fund merupakan sebuah instrument

keuangan, bukan entitas pelaksana. Tidak melaksanakan program secara langsung,

melainkan mengutamakan jaringan kerjasama kemitraan dengan beberapa sektor,

yaitu pemerintah, masyarakat sipil, komunitas, sektor privat dan lain-lain. Kedua,

Global fund akan menyediakan dana untuk memerangi penyakit AIDS, TB dan

Malaria serta memperkuat sistem kesehatan dasar dengan program-program yang

2 Global Fund, Fact sheet: the global fund approach to health system strengthening. Maret, series 5

of 5. 3 The global fund, the framework document,hal 91 diakses dalam

https://www.theglobalfund.org/media/6019/core_globalfund_framework_en.pdf (30-4-2019 21:05

WIB)

57

berkembang dari rencana pembangunan nasional masing-masing negara penerima

bantuan berdasarkan prioritas kesehatan. Ketiga, Global fund mendukung program-

program yang yang berkembang dari rencana pembangunan nasional masing-

masing negara penerima bantuan berdasarkan prioritas kesehatan.

Keempat, Global Fund beroperasi secara seimbang dalam berbagai penyakit

dan penyebaran wilayah. Dalam hal ini, Global Fund memberikan prioritas kepada

program kesehatan di sebuah negara yang memiliki pendapatan rendah dan dengan

beban penyakit yang relative tinggi. Kelima, Global Fund melakukan pendekatan

terpadu, yang meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan serta dukungan dalam

menanggani ketiga penyakit tersebut. Keenam, Global Fund mengevaluasi secara

menyeluruh proposal melalui review independen. Evaluasi dilakukan agar dapat

memastikan bahwa pemberian dana bantuan yang diberikan telah diaplikasikan

melalui program kesehatan yang bisa diandalkan serta mempunyai kesuksesan yang

besar. Ketujuh, Global fund membangun proses yang sederhana, cepat, efisien, dan

beroperasi secara transparan. Mekanisme pencairan yang efektif, meminimalkan

biaya transaksi dan beroperasi secara transparan dan akuntabel berdasarkan

tanggung jawab yang jelas.4

3.3.1 Struktur Global Fund

Dalam menampung dan menyalurkan dana hibah, Global fund membentuk

struktur organisasi yang dibagi menjadi beberapa bagian. Sekretariat Global Fund

bertanggungjawab atas operasi sehari –sehari serta penerapan strategi dan

4 Ibid

58

kebijakan Global Fund, penggalangan dana dan hubungan dengan para pendonor.

Anggota Global Fund mencakup sekitar 700 staf, yang semuanya berbasis di kantor

utama di jenewa. Semua bidang yang telah tersusun memiliki peran penting.

Struktur organisasi yang paling penting adalah board. Board mempunyai

wewenang untuk menetapkan strategi, mengatur intuisi, dan menyetujui semua

keputusan. Board juga bertanggung jwab untuk menilai kinerja organisasi secara

keseluruhan. Selanjutnya terdapat office of the inspector general , yaitu lembaga

yang akan melapor secara langsung kepada board untuk memastikan bahwa Global

fund bekerja secara terbuka dan sangat efektif. Setelah itu terdapat Executive

director yang dimana memimpin seluruh staf global Fund. Executive director akan

mengawasi dan mengkordinasikan pengelolaan keuangan, sumber daya dan inovasi

dan advokasi serta langsung melapor ke lembaga tertinggi di Global Fund, Board.

Struktur selanjutnya adalah adalah policy committee, yang dipimpin oleh

direktur eksekutif. Bidang ini bertugas untuk mengembangkan rekomndasi untuk

perubahan kebijakan terkait kinerja Global Fund. Selanjutnya terdapat executive

grant management comitte, yang akan mengawasi pengelolaan dana hibah,

pengembangan kebijakan, dan melakukan pendekatan opersioanal untuk

mendukung negara-negara pelaksana. Selain itu juga Global Fund memiliki bidng

yang berperan untuk memastikan kinerja keuangan Global Fund yang optimal,

yaitu audit and finance committee. Bidang ini menyediakan pengawasan

pengelolan keuangan sumber dana Global Fund, memberikan pengawasan terhadap

fungsi audit internal dan eksternal, serta mengawasi fungsi investigasi Global Fund.

59

Untuk memberikan pengawasan arah strategis, Global juga membentuk stering

committee.5

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Global Fund

3.3.2 Tujuan Organisasi Global Fund

The global fund merupakan organisasi internasional non pemerintah yang

bergerak dalam bidang kesehatan, yang bertujuan untuk menarik, menyalurkan dan

mengelola sumber daya untuk memerangi HIV/AIDS, Tuberkolosis, dan malaria.

Tujuan utama the global fund itu sendiri yakni untuk mengurangi angka penyebaran

infeksi akan ketiga penyakit tersebut serta mengurangi angka kematian akibat

5 The Global Fund, Organizational Structure, diakses dalam https://www.theglobalfund.org/en/staff/organizational-structure/ (30-4-2019 22:10 WIB)

Policy Comitte

Strategi Comitte Audit &

Finance

Executive

Grant

Management

Office of the

Inspector

General

Executive

Director

Board

60

ketiga penyakit tersebut. The global fund juga memiliki aturan tersendiri tentang

apa saja yang akan menjadi bagian dari pendana terhadap sebuah Negara. Melalui

dari setiap proposal Negara yang membutuhkan, maka the global fund hanya akan

mendanai proposal dari Negara yang mengajukan proposal tersebut dan dapat

menjelaskan dengan baik mengenai kondisi Negara pada saat itu, serta program-

program apa saja yang akan didanai guna mengatasi permasalahan kesehatan yang

ada.

3.3.3 Sistem Pendanaan Global Fund

Dalam menjalankan programnya, Global fund menetapkan aturan berbasis

model kinerja. Pendanaan berbasis kinerja adalah pendanaan yang bahwa

keputusan pendanaan didasarkan pada hasil penilaiaan transparan terhadap target

yang telah terikat waktu. Sebagai metode pembiayaan, pendanaan berbasis kinerja

meningkatkan akuntabilitas dan memberikan insentif bagi penerima untuk dapat

menggunakan dana secara maksimal untuk mencapai suatu hasil.

Jika dilihat berdasarkan sejarahnya, model pendanaan berbasis kinerja ini

muncul di tahun 1970an yaitu disektor pendidikan tersier di Amerika serikat, hal

ini dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan dana yang dapat

mencapai hasil, dari pada dana sesuai dengan ukuran sebuah lembaga atau prosedur

penganggaran standar. Lebih lanjut dalam menjalin kerjasama, pihak Global Fund

dan organisasi terkait akan bertemu langsung untuk suatu perjanjin kontrak. Sistem

pendanaan global fund bergantung pada kontribusi keuangan sukarela dari semua

sektor, mulai dari sektor swasta, yayasan, individu, hingga pemerintah donor.

61

Negara donor diantaranya meliputi amerika, inggris, Perancis, Jerman, Austarlia,

Denmark, Saudi Arabia, Finlandia, Italy dan singapura. Sementara di sektor swasta

terdapat Bill and Melinda Gates Foundation, United Methodist Church, Chevron

Corporation, MAC Aids Fund, dn lain-lain.6

Untuk menetapkan keputusan pendanaan, Global Fund akan mendukung

proposal yang memiliki beberapa kriteria, diantaranya, pertama, berfokus pada

program terbaik melalui dana bantuan. Program kesehatan pennggulangan harus

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dapat serta menjangkau dan dapat serta

mengobati orang-orang yang terkena penyakit HIV Aids, Malaria dan TB. Kedua,

membuat alokasi sumber daya. Dalam hal ini, setiap negara yang tergabung dengan

program Global Fund harus memiliki komitemen untuk membangun sumber daya

yang kuat, sebagai salah satu instrument dalam membangun kesuksesan program

Global Fund. Ketiga, membangun, melengkapi, dan berkordinasi dengan program

regional dan nasional untuk mendukung kebijakan. Global Fund akan berkordinasi

dengan kementrian kesehatan masing-masing negara dan organisasi lainnya untuk

menetapkan program apa saja yang akan diterapkan dalam menanggulangi ketiga

penyakit tersebut.

Keempat, berfokus pada kinerja yang menghubungkan sumber daya dengan

pencapaian hasil yang jelas, terstruktur dan berkelanjutan. Kelima, berfokus pada

pengembangan dperluasan kemitraan organisasi pemerintah/swasta. Dalam rangka

menanggani ketiga penyakit tersebut. Selain bekerjasama dengan Global Fund

setiap negara juga harus bekerjasama dengan mitra-mitra yang lain, agar

6

62

tercapainya target Nasional dari setiap negara. Keenam, memperkuat partisipasi

masyarakat, terutama mereka yang terinfeksi dan terkena dampak langsung dari

ketiga penyakit tersebut. Hal ini sangat perlu dilakukan agar masyarakat yang

terdampak ketiga penyakit tersebut memiliki keinginan untuk sembuh dan memiliki

antusias dalam menjalani pengobatan secara bertahap.

Lebih lanjut, kerjasama yang terjalin antara Global Fund dengan Indonesia

dimulai sekitar tahun 2003, tepatnya ketika proposal yang diajukan oleh kemetrian

kesehatan memperoleh dukungan dari Global Fund untuk menjadi principal

recipient (Penerima Dana Utama) pada ronde pertama (2003-2007) untuk

memerangi penyakit AIDS, TB, Malaria.

Namun dalam penelitian ini hanya berfokus pada pemberian dana Hibah

yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Buru dalam hal ini selaku

penanggungjawab ialah Dinas Kesehatan Kab.Buru untuk penangganan penyakit

malaria saja. Sistem pendanaan Global Fund akan melalui beberapa alur

sebelum dana bantuan diterima masing-masing organisasi. Global Fund akan

memberikan dana langsung kepada Principal recipient (PR) untuk Indonesia,

kemudian PR Indonesia akan mengelola dana tersebut untuk disalurkan kepada

organisasi-organisasi lain yang dinamakan sebagai Sub-Recipient (SR). SR adalah

satu bagian khusus dari PR yang telah bekerjasama untuk membantu kelangsungan

program yang sedang diberlakukan. Kemudian SR akan akan menyalurkan dana ke

Sub-SR (SSR). Setelah dana tersebut disalurkan, maka organisasi tersebut dapat

melakukan peranan penting dalam mengelola dana bantuan yang akan

diimplementasikan dalam program kerja yang telah ditentukan.

63

3.3.4 Track Record Global Fund

Sejak didirikan Tahun 2002 kemitraan Global Fund telah memiliki dampak

yang begitu signifikan terhadap pengentasan penyakit Malaria maupun dua

Tubercolosis dan HIV Aids, Di negara-negara tempat dimana Global Fund

berinvestasi, lebih dari 27 juta nyawa telah diselamatkan. Jumlah penderita karena

AIDS, TB dan khususnya Malaria berkurang sepertiga. Pada 2017 sendiri hasil

laporan dari negara-negara dimana Global Fund berinvestasi lebih dari 17,5 juta

orang yang memakai terapi antiretroviral dan HIV serta 5 juta pasien TB dirawat

dan 197 juta kelambu didistribusikan. Global Fund juga memberikan kontribusinya

melalui kerjasama dengan para mitra termasuk mitra bilateral seperti Rencana

Darurat untuk Penanggulangan AIDS (PEPFAR), Agence Francaise de

Development dan Departemen UK untuk pembangunan Internasional. Selain itu

Global Fund juga bekerjasama dengan mitra multilateral dan teknis utama seperti

WHO, UNAIDS, Kemitraan RBM untuk pengentasan Malaria, Kemitraan stop TB,

Unitaid dan Gavi, Alinsi Vaksin serta bekerjasama dengan mitra dari sektor swasta

seperti RED dan yayasan Bill&Melinda Gates.

Kerjasama Global Fund juga melalui implementasi negara, kelompok

masyarakat sipil dan orang-orang yang terkena dampak penyakit. Dengan

menyatukan sumber daya dan melibatkan beragam perangkat aktor, Global Fund

memiliki skala, fleksibilitas dan pengaruh. Keuntungan Skala ditunjukkan dengan

adanya sumber tabungan yang mencapai ratusan juta dolar yang di dapat melalui

donasi gabungan oleh mitra kerjasama Global Fund. Fleksibiltas ditunjukkan

dengan cara Global Fund memiliki poros aturan untuk memenuhi tantangan tingkat

64

infeksi HIV di antara gadis remaja dan wanita muda di Benua Afrika, dan ancaman

resistensi obat malaria di Mekong.

Global Fund juga turut memobilisasi dan berinvestasi lebih dari US 4 Miliar

dolar per tahun untuk mendukung program-program dalam memerangi HIV, TBC

dan malaria. Pada juli 2018, Global Fund telah mencairkan lebih dari US 38 Miliar

dolar di lebih dari 140 negara.7 Global Fund sendiri bertindak sebagai katalisator

perubahan dan inovasi dengan memberi bantuan tambahan pendanaan pada sumber

daya domestik, mempromosikan kemitraan, penguatan kesehatan dan sistem

masyarakat, dan menangani Hak Asasi Manusia dan kesetaraan gender. Progress

terhadap pengentasan penyakit Malaria, AIDS, TB telah mengalami perkembangan

yang luar biasa. Dalam pengentasan penyakit Malaria sendiri Global Fund telah

menyediakan 57% dari semua total pembiayaan Internasional untuk program

Malaria dan telah berinvestasi lebih dari USS 11,5 Miliar sejak tahun 2002-2018.

Perang melawan penyakit malaria adalah salah satu keberhasilan dalam bidang

kesehatan masyarakat abad ke-21. Tingkat kematian akibat Malaria telah menurun

60% sejak tahun 2001, dan tingkat kejadian malaria telah menurun sebesar 29%

dalam jarak 2001-2017. Pada tahun 2018 dua negara yakni Paraguay dan

Uzbekistan, disertifikasi oleh WHO bebas dari wilayah endemik malaria. Pada

tahun 2017 Global Fund telah mendistribusikan 197 kelambu untuk wilayah

endemic malaria, 108 juta kasus malaria diberikan pengobatan, 6 juta wanita hamil

7 Step up the figth: Investment case summary Six Replenishment 2019. Di akses dalam https://www.theglobalfund.org/media/8174/publication_sixthreplenishmentinvestmentcase_summary_en.pdf (11-05-2019. 1:11 wib)

65

menerima terapi pencegahan, 12 juta infrastruktur di daerah endemic malaria

diperbaiki, 213 juta kasus diuji laboratorium untuk penyakit Malaria.8

3.2 Kemitraan Global Fund dengan Indonesia

Kerjasama Indonesia dengan Global Fund dimulai pada tahun 2003,

tepatnya satu tahun setelah Global Fund resmi didirikan, sesuai dengan apa yang

menjadi fokus global Fund yaitu memerangi penyakit HIV Aids, TB dan Malaria.

Kemitraan yang terjalin antara Indonesia dan Global Fund akan berfokus pada

pemberantasan ketiga penyakit tersebut. Namun, penelitian ini hanya berfokus pada

penyakit Malaria saja. Global Fund memilih 3 mitra kerja kerja di Indonesia untuk

menjalankan tugasnya. Mitra kerja tersebut adalah Kementrian kesehatan, Fakultas

kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dan Pimpinan Pusat Asyiyah.9

Dengan bantuan dari Global Fund sendiri dan berbagai kolaborasi dari para Mitra,

Indonesia dapat melanjutkan penerapan Rencana Strategis Nasional, termasuk

penemuan dan pengobatan pasien penderita Malaria serta dapat dengan mudah

memobilisasi bentuk pendanaan kepada pemerintah Daerah untuk keberlanjutan

upaya perjuangan melawan penyakit Malaria.

Berikut ini merupakan gambaran Bagan Kemitraan Indonesia dengan

Global Fund dalam penanggulangan penyakit Malaria di Indonesia.

Bagan 2.2 Kemitraan Indonesia dengan Global Fund

8 The Global Fund result Report 2018. Di akses dalam

https://www.theglobalfund.org/media/7741/corporate_2018resultsreport_report_en.pdf (11-05-

2019. 1:12WIB) 9 Kementerian Kesehatan, Lembar Fakta Ronde Ke-8 Gfatm Di Indonesia, diakses dalam http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=322 (01-5-2019 20:09 WIB)

Global Fund

66

Bantuan yang diberikan kepada kementrian kesehatan digunakan untuk

tindakan pencegahan melalui Program pendistribusian kelambu pada daerah

endemis tinggi di seluruh Provinsi Indonesia. Dalam pelaksanaanya pemberian

dana bantuan untuk Pengendalian Malaria yang dilakukan dalam program-program

yang dicanangkan untuk mengatasi permasalahan Malaria dilakukan beberapa kali

dalam beberapa ronde yaitu pada Ronde pertama (2003-2007) , Indonesia

memperoleh dana Hibah sebesar USD. 23.704.947 yang mencakupi daerah Papua,

Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, serta Maluku Utara. Ronde ke 5

indonesia memperoleh dana sebesar USD 45.987.357 mencakupi wilayah yang

sama dengan Ronde pertama yakni masih di wilayah timur Indonesia. Kemudian,

Ronde ke-8 (2009-2012) indonesia memperoleh dana hibah sebesar USD.

109.938.731 yang mencakupi wilayah Kalimantan serta Sulawesi.10 Berbagai

upaya telah dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam hal pengendalian penyakit

10 Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund AIDS,

Tuberkulosis, dan Malaria. Diakses dalam http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/SRAN_2015_2019_FINAL.pdf

Indonesia

Kementrian

Kesehatan FKM-UI PP. Aisyiyah

Ronde 1

Ronde 5

Ronde 8

SSF

NNM

Ronde 8 Ronde 1

Ronde 5

Ronde 8

SSF

NNM

67

Malaria tersebut bertujuan untuk menyongsong eliminasi Malaria di tahun 2030.

Upaya-upaya yang dilakukan antara lain ialah, melakukan pelatihan tenaga di

Provinsi untuk melaksanakan pemetaaan terhadap eliminasi di wilayah kabupaten

dan kota. Dilakukannya pemetaan wilayah Kabupaten/Kota untuk mengetahui

status dalam tahapan eliminasi. Kementrian Kesehatan melakukan komitmen

dengan Pemerintah Daerah dalam hal pelaksanaan pengendalian penyebaran

penyakit Malaria di Kabupaten/Kota secara komprehensif dan berkesinambungan.

Serta kebijakan daerah yang mendukung seperti Perencanaan, Alokasi Anggaran,

dukungan legislasi dan pengawasan, dukungan dari swasta maupun dari masyarakat

daerah.

3.3 Global Fund dalam perspektif Global Civil Society

Dalam proses pembangunan suatu negara pada era ini adanya keterlibatan

peran Global Civil Society sudah sedemikian intens dan terbuka, Global Civil

Society sendiri merujuk kepada konsep dasarnya adalah sebuah Organisasi sipil

yang secara sukarela mengatur dirinya sendiri dan menghubungkan berbagai

kepentingan dan hubungan antar masyarakat dalam suatu negara.

Civil society seringkali dipahami sebagai hasil dari bentuk ruang politik,

yaitu suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi

mandiri, tidak dibatasi gerakannya oleh kondisi kehidupan material, dan tidak

terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi. Apabila ditelaah

lebih mendalam, civil society menyiratkan pentingnya suatu ruang publik yang

bebas (the free public sphere), tempat masyarakat dapat melakukan transaksi

komunikasi secara bebas.

68

Bagi Joseph S Nye, guru besar Kennedy School of Government Universitas

Harvard, Amerika Serikat, dalam karyanya Soft Power: The Means to Success in

World Politics (2004), aktor-aktor bukan negara seperti NGO memiliki kekuatan

yang tak boleh dianggap remeh. Selain negara, Non Government Organization juga

dapat berperan dalam politik kebijakan. Sebut saja lembaga-lembaga yang sudah

cukup terkenal: Greenpeace (LSM lingkungan), Human Right Watch dan Amnesty

International (lembaga pengawas pelanggaran hak-hak asasi manusia),

Transparency International (lembaga pengawas korupsi) serta dalam hal ini Global

Fund (Lembaga Bantuan Kesehatan).11.

Pada kondisi ini Indonesia, belum ada data yang komprehensif mengenai

terkait dengan jumlah keseluruhan NGO/LSM di Indonesia. dari LP3S sendiri

memberikan informasi bahwa jumlah LSM sebesar 444 sampai dengan tahun 2001.

Dari data kementrian dalam negeri daftar LSM yang terdaftar hingga 2010 adalah

sebanyak 364 lembaga.12 Sementara, informasi yang dapat diperoleh melalui

database online milik lembaga penelitian SMERU mencatat ada 2.484 LSM dari

seluruh Indonesia per 13 maret 2017. Selain NGO/LSM lokal, Indonesia pun

mencatat kehadiran NGO/LSM asing. Kementrian luar negeri, menyebut sejumlah

109 LSM asing yang terdaftar secara resmi di Indonesia. maka salah satu syarat

11 Joseph S Nye, Soft Power: The Means to Success in World Politics. Diakses dalam https://www.belfercenter.org/sites/default/files/legacy/files/joe_nye_wielding_soft_power.pdf (08:00 WIB 15 mei 2018) 12 Direktori Lembaga swadaya masyarakat Indonesia. daftar organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat, diakses dalam https://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2011/02/22/d/a/daf.ormas___lsm_2010.pdf

69

untuk NGO/LSM asing untuk menjalankan organisasinya di Indonesia adalah harus

memiliki kemitraan dengan salah satu instansi pemerintahan di Indonesia.13

Menurut Scholte masyarakat sipil global (Global Civil Society) ialah

suatu aktivitas yang bersifat sukarelawan dengan tujuan membentuk aturan, norma,

ataupun struktur sosial yang lebih dalam dan juga dapat dibedakan dari sektor

komersial dan politis. Selain itu, Scholte juga memiliki gagasan bahwasanya

masyarakat sipil global merupakan sebuah suatu entitas komunitas

yang berorientasi sosial dan bisa dikatakan sebagai komunitas non-profit.14 Dengan

demikian, bahwa masyarakat sipil global dapat dikatakan memeliki kecenderungan

mengarah pada sebuah komunitas yang lebih dekat dengan gerakan-gerakan sosial.

Suatu gerakan dikatakan sebagai gerakan masyarakat sipil adalah ketika berada

diluar cakupan negara maupun pasar, dan hal tersebut dilakukan atas dasar suka

rela dari para pelakunya.15 Hal ini diperkuat dengan pendapat Gramsci tentang

masyarakat sipil global yang menciptakan social order dalam negara.16 Sehingga,

masyarakat sipil global menurut Scholte dengan berdasarkan dari

perkembangannya dapat disimpulkan merupakan masyarakat yang diluar

pemerintah, pasar dan gerakan yang dilakukan atas dasar suka rela sehingga tidak

ada unsur profit dan pemerintahan (non-profit dan non-governmental).

13 Direktori Organisasi Internasional Non Pemerintah di Indonesia. Diakses dalam https://ex.kemlu.go.id/Buku/Direktori%20Organisasi%20Internasional%20Non-Pemerintah%20di%20Indonesia.pdf (15 mei 2019. 08:15 WIB) 14 Jan aart Scholte,Global Civil Society: changing the world?, CSGR (Centre for the Study of

globalization and Regionalisation), working paper No.31, mei 1999, University of warwick. Hal 2 15 Ibid,hal 3 16 Quintin Hoare dan Geoffrey Nowell Smith. Gramsci, “Selection from the Prison Notebooks”

Smith, International Publisher, New York, 1999

70

Masyarakat sipil global (Global Civil Society) juga dapat memberikan

masukan dan membawa nilai-nilai yang identik dengan “Barat”seperti demokrasi

dan neoliberalisme. Selain itu, kontribusi nyata dari masyarakat sipil Global juga

dapat dijadikan sebagai campuran berbagai isu kepentingan, menjadi jembatan top-

down antara masyarakat sipil dengan negara dan pasar, serta menjadi media

sosialisasi kebijakan sebuah pemerintahan kepada masyarakatnya. Dalam

penelitian ini Global Fund sebagai Global Civil society merupakan salah satu

bagian dari masyarakat sipil global yang memiliki perhatian khusus pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal keamanan dan jaminan kesehatan

khususnya dalam tiga penyakit yang tergolong endemik di suatu negara yaitu

Tubercolosis, HIV Aids dan Malaria. Global Fund telah berkontribusi memberikan

bantuan di 144 negara di dunia.

Global fund untuk AIDS, Tubercolosis, dan malaria sendiri merupakan

institusi kesehatan pendukung kesehatan dan organisasi multilateral terbesar

didunia dimana kerjasama yang dilakukan didedikasikan untuk menarik sumber

daya tambahan dalam mencegah dan menangani HIV/AIDS, Tubercolosis, dan

malaria. Kemitraan antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat, dan

komunitas terdampak (kelompok pupolasi kunci) adalah sebuah pendekatan

inovatif terhadap pendanaan kesehatan internasional. Cara kerja pendanaan Global

Fund ini didasarkan pada konsep kepemilikan Negara dan berbasis kinerja, yang

berarti penerima dana yang melaksanakan program melaksanakannya berdasarkan

prioritas dan Global fund telah menyediakan pembiayaannya untuk tujuan dari

pendanaan yang kemudian diverifikasi tercapai. GF for Aids, Tubercolosis, dan

malaria secara khusus dibentuk untuk memobilisasi sumber daya secara signifikan

71

bagi upaya penanggulangan Aids, TB dan malaria yang lebih efektif dalam suatu

negara. Global Fund juga telah berkontribusi lebih terhadap negara-negara untuk

memperkuat sistem kesehatan dengan banyak agenda dan proses dilapangan,

sebagai contoh: peningkatan infrastruktur kesehatan serta menyediakan pelatihan

untuk pemberi layanan kesehatan. Pentingnya mendukung sistem kesehatan

masyarakat dan swasta merupakan agenda prioritas dari Global Fund sendiri

dikarenakan dalam lingkup swasta dan masyarakat masih terdapat kelemahan dan

kesenjangan dalam mencapai hasil yang lebih baik dalam mengurangi beban

HIV/Aids, TBC dan Malaria.

Permasalahan dalam sistem kesehatan yang tidak memadai adalah salah

satu kendala utama yang menjadi sorotan Global Fund untuk mengamankan hasil

kesehatan yang lebih baik untuk HIV, TBC, dan Malaria. Hal ini sejalan dengan

konsep Global Civil Society menurut Scholte, dimana terdapat tujuan dari

masyarakat sipil global yang bertujuan untuk membetuk kebijakan, norma, ataupun

struktur sosial. Efektifitas masyarakat sipil global yang didasarkan pada pengertian

Scholte tersebut dapat dilihat jika masyarakat sipil global tersebut dapat mencapai

keberhasilan dalam membentuk suatu kebijakan, norma, ataupun struktur sosial

yang baru yang mana diluar keputusan pemerintah tanpa ada kaitannya dengan

unsur politis dan komersil.

Dalam sebuah dokumen penting yang diterbitkan oleh World Bank,

Working with NGO. Disebutkan bahwa “Dalam konteks yang lebih meluas, istilah

NGO dapat diartikan sebagai semua organisasi nirlaba (non-profit organization)

yang tidak terkait dengan pemerintahan. NGO pada umumnya adalah organisasi

berbasis pada nilai (Valuebased organizations).

72