BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB...
Transcript of BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB...
71
BAB III
Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia
SebagaiImplementasi Modernisasi Terhadap Kopi Indonesia
Kopi merupakan komoditas potensial yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
Third wave coffee culture memberikan pengaruh terhadap budaya kopi di
Indonesia. Budaya kopi yang mengalami modernisasi tersebut dibawa oleh
globalisasi dan memberikan pengaruh lain terhadap aspek ekonomi dan politik di
Indonesia. Modernisasi budaya kopi Indonesia dan segala aspek yang
mempengaruhinya dapat dianalisa melalui empat indikator modernisasi oleh Dayya
Khisan Thussu, modernisasi tersebut merupakan dampak dari globalisasi oleh
Anthony Giddens yang membuat kejadian yang terjadi di ranah lokal dapat
memberikan pengaruh ke dunia internasional karena nihilnya batas – batas negara
pada era modern.
Kopi Indonesia memiliki karakteristik yang beragam berdasarkan daerah
penghasil kopi yang tersebar di seluruh negeri merupakan potensi bagi Indonesia
untuk mengembangkannya. Third wave coffee culture menjadi kendaraan untuk
modernisasi kopi Indonesia. Budaya kopi yang awalnya sudah ada di Indonesia
mengalami modernisasi menjadi sebuah gaya hidup. Melalui empat indikator
tersebut, third wave coffee culture dapat dijelaskan sebagai modernisasi terhadap
budaya kopi di Indonesia memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan
politik.
72
3.1 Kopi Indonesia di Era Third Wave Coffee Culture
Pada era Third Wave Coffee Culture, Indonesia mendapatkan banyak
keuntungan, karena sebagai salah satu negara penghasil kopi di dunia seperti yang
sudah disebutkan dalam bab sebelumnya, Third Wave Coffee Culture membuat para
penikmat kopi sadar terhadap kualitas dan mutu serta sumber daya manusia.
Masuknya Third Wave Coffee ke Indonesia sendiri merupakan sebuah konsekuensi
dari globalisasi yang membuat semua informasi menjadi sangat mudah didapatkan.
Globalisasi yang menjadikan batas negara menjadi semakin minimal membuat
informasi yang mengalir bebas menjadi semakin cepat tersebar. Pada era sekarang
sekarang dengan semakin berkembangnya infrastruktur globalisasi membuat
cepatnya persebaran informasi78.
Third Wave Coffee Culture yang berasal dari Amerika Serikat masuk ke
Indonesia melalui media massa dan infrastruktur globalisasi dengan media berbasis
internet membuat budaya ini tumbuh subur di Indonesia. Informasi yang mengalir
bebas atau yang disebut dengan “Free flow of Information” yang disebut dalam
buku Daya Kissan Thussu mengatakan bahwa konsep ini bisa memberikan terhadap
tujuan ekonomi dan politik. Dalam bidang ekonomi, konsep “free flow”
memberikan kemudahan dalam memasarkan produk dan barang-barang pada pasar
luar negeri. Melalaui kendaraan media,Free Flow of Information memberikan
banyak pengaruh terhadap Indonesia, salah satunya adalah Third Wave Coffee
78Africa Makasi and Krishna Govender, Globalization and Sustainable Development: A Conceptual
Model,Mediterranean Journal of Social Sciences 6, no. 4S3 (2015): 341–349.
73
Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap
kopi79.
Third Wave Coffee Culture merupakan sebuah perwujudan dari modernisasi
yang dibawa oleh globalisasi melalui komunikasi massa dengan semakin
membaiknya infrastruktur globalisasi, terutama internet dan kendaraan media lain.
Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 171,17 juta jiwa dari total
populasi sebanyak 264 juta jiwa penduduk Indonesia, atau sekitar 64,8 persen,
mengalami peningkatan yang pada mulanya tahun 2017 tercatat sebanyak 54,86
persen dengan angka kontribusi peneterasi internet di Indonesia disumbang paling
banyak oleh Pulau Jawa sebanyak 55 persen kemudian Sumatera sebanyak 21
persen. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebanyak 10,12 persen
berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia pada tanggal 14 April 201980.
Third Wave Coffee Culture menyebabkan sebuah transformasi dari sebuah
budaya kopi tradisional menjadi lebih modern dan berkontribusi terhadap
peningkatan sumber daya manusia. Kedai kopi dari negara barat menjadi role model
dalam third wave coffee culture dapat dikaitkan dengan postmodernisme sebagai
bentuk relasi kuasa, ketika suatu organisasi telah mapan maka akan diadopsi oleh
organisasi yang lainnya. Dalam konteks ini, negara barat telah lebih dahulu
memulai third wave coffee culture kemudian dengan pengaruh globalisasi, budaya
79Daya Kishan Thussu, International Communication : Continuity and Change (London: Oxford
University Press, 2000). 80 Yudha Pratomo, AJPII : Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Tembus 171 Juta Jiwa, diakses
dalam https://tekno.kompas.com/read/2019/05/16/03260037/apjii-jumlah-pengguna-internet-di-
indonesia-tembus-171-juta-jiwa (11/12/2019 4:37 WIB)
74
tersebut diadopsi di negara-negara berkembang terutama di negara penghasil kopi
seperti Indonesia81.
Bentuk nyata yang ada di lapangan dari pengaruh Third Wave Coffee
Culture di Indonesia adalah menjamurnya kedai-kedai kopi lokal yang mudah di
temui, terutama di kota besar yang memiliki banyak jumlah penduduk muda atau
terdapat banyak universitas seperti Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung dan
Jogjakarta namun tidak menutup kemungkinan bahwa di kota lain yang relatif
kecilpun ada kedai kopi yang memiliki ciri khas Third Wave Coffee Culture ini,
dengan kata lain, dampak dari gelombang ini sudah menyebar hampir merata di
seluruh Indonesia.
Urgensi yang dihadapi Indonesia adalah sebagai negara penghasil keempat
terbesar di dunia adalah bagaimana mengembangkan potensi tersebut menjadi
sebuah komoditas yang berkeberlangsungan. Third wave coffee culture membantu
hal tersebut secara perlahan, walaupun dampak yang dirasakan belum terasa besar,
namun berkembang secara perlahan hingga memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap negara, third wave coffee culture merupakan sebuah budaya
yang menjadikan kopi tersebut sebagai subjek dalam penyebarannya. Banyak sekali
daerah di Indonesia yang mampu menghasilkan kopi-kopi berkualitas, seperti Aceh,
Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi hingga Papua. Daerah-daerah tersebut cukup untuk memenuhi
81 Dodi Faedlulloh, Postmoderndan Teori Organisasi : Kondisi Postmodernitas dan Organisasi dari
Perspektif Focault, Dinamika Perkembangan Ilmu Sosial di Indonesia Kajian Teori dan Praktik,
Program Studi Administrasi Publik, Unversitas 17 Agustus 1945 Jakarta 2017
75
permintaan kopi domestik hingga internasional terlebih beberapa wilayah sudah
mendaftarkan kopi mereka dalam Indikasi Geografis sehingga produk mereka tidak
akan diakui oleh produsen dari daerah lain.
Cita rasa dan karakter kopi dari daerah-daerah tersebut tentu berbeda-beda,
masing-masing mempunyai karakteristik rasa yang unik dan beragam, dari hal
tersebut merupakan sebuah keuntungan karena pada era third wave coffee culture
penikmat kopi cenderung lebih menyukai kopi yang menampilkan cita rasa yang
murni. Selera penikmat kopi yang kian rumit karena telah teredukasi tersebut
merupakan tantangan terhadap sumber daya manusia untuk mampu menghasilkan
kopi dengan cita rasa terbaik, maka dari itu perlu diselaraskannya antara industri
kopi sektor hulu dan hilir,dibutuhkan pengawasan terhadap kopi dari mulai ditanam
dan pasca panen, serta tenaga yang piawai mengolah dan memproses kopi dari
petani seperti para roaster yang menyangrai biji kopi hingga menemukan karakter
terbaiknya hingga para barista yang menyajikan kopi langsung ke konsumen.
Salah satu penyebab banyaknya permintaan terhadap biji kopi mentah ini
adalah semakin meluasnya pasar yang mereka masuki. Sekarang kopi bukan
menjadi sebuah minuman yang identik dengan laki-laki, sekarang sudah mulai
dikonsumsi oleh perempuan. Melihat dari banyaknya permintaan tersebut, maka
pihak penyedia kopi harus mendapatkan pasokan yang cukup agar permintaan pasar
terpenuhi, selain itu juga mereka harus menawarkan produk yang up to date dan
berkualitaskarena pada masa sekarang konsumen semakin tahu dan mengerti
tentang kopi itu sendiri.
76
Pada era ini terjadi beberapa fenomena yang cukup memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kopi di Indonesia, baik dari segi industri, pandangan
masyarakat terhadap kopi hingga preferensi selera terhadap kopi itu sendiri. Seperti
yang disebutkan di atas bahwa third wave coffee culture merupakan sebuah hal baru
yang dibawa dari pengaruh globalisasi dan komunikasi lintas negara, dampak yang
diberikan sangatlah nyata sehingga mampu membantu mengembangkan beberapa
bidang, seperti ekonomi, industri kreatif, agrikultur, dan sumberdaya manusia.
Dampak tersebut akan dibagi berdasarkan empat indikator yang akan menjelaskan
segi modernsiasi dari third wave coffee culture, yaitu free flow information yang
menjadi jembatan masuknya era kopi di dunia serta bagaimana informasi melalui
kopi tersebar, kemudian shift perspective yang menjelaskan bagaimana kopi
sebagai gaya hidup bagi masyarakat Indonesia, lalu ada pengembangan sumber
daya manusia dan pemanfaatan teknologi, indikator ini menjelaskan bagaimana
pengembangan kopi Indonesia mulai dari hulu dan hilir serta social walfare yang
menjelaskan bagaimana pengaruh third wave coffee culture terhadap kesejahteraan
masyarakat Indonesia
3.2 Arus Globalisasi Yang Membawa Modernisasi Terhadap Kopi Indonesia
Seperti yang dibahas pada sub bab sebelumnya, bahwa third wave coffee
culture diawali di Amerika Serikat, yaitu di Wrecking Ball Coffee Roaster, San
Diego, California oleh cofounder Trish Rothgebpada tahun 2002. Third wave coffee
culture sendiri mulai masuk di Indonesia sekitar tahun 201082. Indonesia
82 Michael Paul Light, Trish Rotgeb Coined “Third Wave” and Is Now Looking Toward Coffee
Future, diakses dalam https://www.latimes.com/food/story/2019-10-04/third-wave-coffee-trish-
rothgeb (24/11/2019 4:51 WIB)
77
merupakan negara berkembang yang berada di kawasan asia tenggara, sementara
third wave coffee culture merupakan produk yang dibawa dari Amerika Serikat,
membuktikan bahwa globalisasi merupakan sebuah konsekuensi dari modernitas
yang membuat batas-batas negara menjadi sempit dan saling bergantung. Negara-
negara penghasil kopi membutuhkan pelanggan dan pasar untuk menjual poduknya,
dan negara importir kopi membutuhkan pasokan kopi dari negara penghasil kopi,
karena mayoritas negara yang menjadi importir, hampir semuanya tidak memiliki
perkebunan kopi di negara mereka sendiri sementara jumlah permintaan di negara
mereka pun semakin banyak.
Ketergantungan satu sama lain antara negara penghasil dengan negara
konsumen di bidang ekspor dan impor. Arus globalisasi menyebabkan semakin
seringnya interaksi antar masa melalui bermacam media masa yang sekarang sangat
mudah untuk diakses. Hal tersebut memicu perubahan masyarakat karena seperti
yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi transformasi sudut
pandang dari masyarakat terhadap kopi Indonesia adalah sifat manusia yang
dinamis dan selalu menginginkan pembaharuan dari hal yang sudah ada.
3.2.1 Pengaruh Globalisasi Ekonomi
Pada tahap awal modernisasi, sektor industri merambah pada sektor
agrikultur, sementara pada tahap kedua, sektor pelayanan dan jasa merambah pada
sektor industri. Dalam Third Wave Coffee Culture, globalisasi ini terlihat cukup
jelas dengan adanya transformasi yang terjadi di bidang sosiokultural dan
78
ekonomi83. Di Indonesia sendiri third wave coffee culture diadopsi menjadi sebuah
keadaan ekonomi baru yang bisa disebut dengan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
menciptakan banyak peluang baru terbuka di Indonesia kemudian menyebabkan
meningkatnya pendapatan ekonomi perkapita dan beragam lapangan
pekerjaanuntuk menekan angka pengangguran serta mewujudkan pemberdayaan
ekononomi rakyat.
Kopi adalah sumber daya alam yang banyak tersedia di Indonesia, dengan
pengelolaan yang baik maka hal tersebut memberikan dampak yang cukup
signifikan, selain itu juga memupuk kesadaran masyarakat Indonesia untuk
mencintai dan memberdayakan produk dalam negeri. Setelah melalui proses
globalisasi dengan tahapan cukup panjang, kopi Indonesia telah memasuki tahap
perkembangan yang sangat besar dan lebih modern dibandingkan dengan sejak
pertama kali masuk ke Indonesia ketika Eropa mulai mengalami revolusi Industri
dengan mencari bahan baku untuk dijual dipasar global. Saat ini kopi Indonesia
telah berada pada tahap yang lebih mandiri dan mampu bersaing di pasar global,
ada beberapa faktor yang menyebabkan kopi Indonesia telah sampai pada tahap ini,
dalam tulisan ini, penulis menemukan bahwa faktor yang mendorong hal tersebut
menitikberatkan pada sektor ekonomi namun dengan sentuhan sosiokultural. Pada
sub bab ini, penulis akan menganalisa pengaruh third wave coffee culture dengan
sudut pandang globalisasi yang terjadi di Indonesia84.
83Inglehart. Ronald, Modernization, Cultural Change and Democracy (Cambridge: Cambridge
University Press, 2005). Hal, 58 84 Haswidi, Loc.cit hal 27
79
Globalisasi mengakibatkan perubahan di bidang ekonomi di Indonesia,
namun dampaknya bukan hanya di bidang ekonomi, walaupun bidang ekonomi
merupakan bidang yang paling terlihat jelas, globalisasi juga mengubah gaya hidup
manusia. Globalisasi terjadi di Indonesia mengubah pola masyarakat menjadi lebih
maju agar tidak tertinggal beberapa langkah dibanding dari negara lain. Globalisasi
berkembang pesat melalui agen-agen globalisasi yang saat ini ada di kehidupan
sehari-hari, contohnya adalah sosial media melalui jalur internet membuat batas-
batas negara semakin menipis. Teknologi membantu mempercepat proses
globalisasi. Pada era ini, penggunaan sosia media meningkat drastis, dan hal
tersebut semakin mempersempit batas-batas geografis, dampaknya terhadap sektor
ekonomi sangat jelas. Untuk perdagangan kopi, para produsen kopi di sektor hulu
lebih mudah untuk memperluas pasar mereka, akses internet yang saat ini semakin
mudah membuat segala informasi menjadi semakin cepat menyebar85.
Proses globalisasi ekonomi tidak terlepas dari berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Globalisasi ekonomi membuat pasar global semakin
intensif bersaing, dengan semakin mudahnya akses dari satu wilayah ke wilayah
lain, baik itu ranahnya domestik maupun global adalah sebuah fakta. Tantangan
yang dihadapi adalah semakin meningkatnya persaingan global antar satu negara.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen kopi bersaing dengan negara lain
seperti Brazil, Kenya, Kolombia, Vietnam yang merupakan negara produsen kopi
85Gao Shangquan, Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention Contents CDP
Backgr, no. 1 (2000): 1–8, http://www.un.org/esa/policy/devplan/.
80
besar di dunia bersaing di pasar global untuk memenuhi kebutuhan pasar di negara
lain.
Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya tren third wave coffee culture
berakar dari globalisasi ekonomi, salah satu cirinya adalah adanya perusahaan
multinasional yang masuk ke suatu negara. Dalam studi kasus ini, kita ambil contoh
Starbucks yang merupakan perusahaan multinasional yang berasal dari Amerika
Serikat. Ekspansi pasar oleh Starbucks ke negara berkembang berhasil mengubah
gaya hidup masyarakat yang menimbulkan perilaku konsumtif. Dalam globalisasi,
terutama di bidang ekonomi, ada dua aspek yang mampu menjelaskan mengapa
perusahaan multinasional bisa tumbuh subutr di negara berkembang seperti
Indonesia.
Dalam Third wave coffee culture, pasar global memberikan pengaruh besar
terhadap perkembangan kopi di Indonesia. Dalam sudut pandang pasar global, ada
dua aspek yang mampu menjelaskan hal tersebut dan memberikan pengaruh besar
terhadap kopi Indonesia dan memperkuat pengaruh third wave coffee culture dua
aspek tersebut adalah:
a. Globalisasi Pasar
Menyempitnya batasan negara membuat lintas batas perdagangan telah
membuat perdagangan lintas negara semakin mudah. Globalisasi pasar membuat
negara – negara berkembang menjadi satu pangsa pasar dan menjadikan konsumen
mereka semakin banyak dengan jangkauannya cukup luas. Dalam aspek ini,
81
membuat perdagangan produk dan distribusinya semakin mudah86. Contoh
kongkrit dari aspek ini adalah perusahaan multinasional yang melakukan ekspansi
pasar ke Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang kopi, salah satunya adalah
Starbucks. Perusahaan tersebut masuk ke Indonesia untuk mendistribusikan produk
mereka, berupa kopi yang berbeda dengan kopi yang biasa diminum oleh
masyarakat Indonesia sebelumnya, pun juga, sebagai negara penghasil kopi di
dunia, hal ini merupakan kesempatan bagi Starbucks untuk memperoleh bahan
baku. Faktor mudahnya mendapatkan bahan baku menjadi satu alasan Starbucks
membuka gerainya di Indonesia, dengan hal ini target pasar dapat tercapai, dan
kebutuhan akan pasokan bahan baku dapat dengan mudah terpenuhi.
b. Globalisasi Poduksi
Memiliki pasokan sumber barang yang tetap terjaga merupakan sebuah
keharusan bagi para produsen di sektor hilir. Dalam kajian bisnis internasional,
globalisasi yang telah menjadikan nihilnya batas negara membuat produsen mudah
memperoleh sumber barang dari seluruh dunia untuk mengambil keuntungan.
Aspek ini dapat dijelaskan melalui studi kasus Tanamera Coffee, dalam beberapa
produknya mereka mengambil langsung dari petani di berbagai daerah di Indonesia,
sambil membeli langsung, mereka juga mendampingi dan memberadayakan proses
produksinya adar tumbuhnya kepercayaan dengan para petani tersebut dengan
mereka. Hasil dari produksi tersebut meningkat baik dari segi kuantitas maupun
kualitas, kedua belah pihak saling diuntungkan karena mereka dapat menjual
86Budi Rustandi Kartawinata dkk, Bisnis Internasional, Bisnis Internasional (Bandung: PT. Karya
Manunggal Lithomas, 2014).
82
dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi, kopi dari tanamera sudah pernah
memenangkan penghargaan dari Internasional87.
3.2.2 Industrialisasi Kopi Indonesia
Pengaruh Globalisasi terhadap kopi Indonesia adalah membuat kopi
Indonesia mengalami Industrialisasi, dampak dari third wave coffee culture tersebut
mempengaruhi kebijakan pemerintah terkait kopi Indonesia. Industrialisasi kopi
Indonesia merupakan sebuah kebijakan yang prospektif untuk menunjang
perekonomian Indonesia mengingat pasar global selalu terbuka untuk komoditas
ini, dan kopi bisa menjadi brand image untuk Indonesia88.
Industrialisasi kopi Indonesia terbagi dalam dua sektor, yaitu sektor hulu
dan sektor hilir. Sektor Hulu tersebut terkait dengan petani kopi sebagai produsen
pertama dalam rantai suplai, kemudian sektor hilir adalah coffee shop, rumah
sangrai, industri kopi hilir saat ini mengadaptasi bentuk dan pola dari kedai kopi di
negara barat yang merupakan pengaruh third wave coffee culture di Indonesia.
1. Industrialisasi Sektor Hilir
Kebijakan pengembangan kopi Indonesia dalam prospek Industrialisasi
kopi pertama adalah untuk sektor hulu, kebijakan tersebut mencakup Peningkatan
Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi, Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah
Kopi, Dukungan Penyediaan Pembiayaan, dan Pemberdayaan Petani89.
87 Ibid 88 Bedy Sudjarmoko, Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia, Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, SIRINOV Vol 1 No. 3, Desember 2013 89 Ibid
83
Industrialisasi sektor hulu memiliki sasaran pengembangan jangka menengah dan
jangka panjang. Sasaran pengembangan Jangka mengengah sendiri memiliki
rentang waku dari 2010 sampai 2014 dan sasaran tersebut adalah memanfaatkan
keanggotaan Indonesia di International Coffee Organization, tersusunya Standar
Nasional Indonesia tentang kopi, Fasilitasi kegiatan dagang dan promosi kopi
indonesia ke negara importir baru, meningkatkat pengolahan biji kopi di dalam
negeri dari 32% menjadi 36% serta terbangunnya citra merk dagang sesuai indikasi
geografis90.
Kemudian untuk jangka panjang, memiliki rentang tahun 2015 sampai
dengan tahun 2025, sasaran untuk jangka panjang tersebut antara lain adalah
meningkatkan produksi kopi arabika ssebanyak 7% dan robusta 15%,
meningkatkan industri kopi berorientasi ekspor dengan nilai US$ 9 juta pada tahun
2006 menjadi US$ 24 Juta pada tahun 2025, melanjutkan pembangunan kopi sesuai
dengan citra indikasi geografis, meningkatkan unit produksi kopi dari 77 unit pada
tahun 2010 menjadi 90 unit pada tahun 2025, mendirikan industri kopi non pangan
sebanyak 4 unit pada tahun 2025, meningkatkan jumlah biji kopi yang diolah di
dalam negeri dari 36% menjadi 40% pada tahun 2025 serta menurunkan tarif masuk
bea ke Uni Eropa dari 3,4% menjadi 0%91.
Sementara itu, kebijakan yang mendukung rencana tersebut antara lain
adalah:
90 Ibid 91 ibid
84
a. Kebijakan Ekspor Kopi Indonesia
Indonesia sebagai negara penghasil kopi di dunia memiliki kebijakan dalam
pengaturan tata niaga melalu peraturan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia, ketentuan ekspor kopi Indonesia yang dipakai saat ini adalah Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 109 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Ekspor Kopi.
Dalam peraturan ini terdapat 26 pasal yang mengatur regulasi ekspor kopi
Indonesia. Peraturan tersebut dirubah karena peraturan sebelumnya Nomor 5 Tahun
2011 sudah tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Untuk mendukung aktifitas
perdagangan kopi, Indonesia bergabung dengan International Coffee Organization
berdasarkan Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2008 dan pengesahan International
Coffee Agreement tahun 200792.
Kebijakan ekspor kopi Indonesia membuat kopi Indonesia membutuhkan
standarisasi mutu yang lebih tinggi, salah satu peraturan yang tertuang dalam pasal
satu butir 4 mengharuskan untuk kopi yang diekspor harus memiliki Surat
Keterangan asal dari ICO, sehingga kopi tersebut dapat diketahui asal usulnya
dengan jelas. Karena orientasi pengembangan kopi Indonesia adalah ekspor, maka
revisi Peraturan Menteri terkait Ekspor Kopi di atas mengikuti perkembangan dan
standar saat ini
Kemudian sektor hilir pun juga ikut mengalami Industrialisasi, seperti
yang disebutkan sebelumnya, industri kopi sektor hilir mengalami peningkatan
92 Ditjen PPI Kementerian Perdagangan, Perundingan Kopi Internasional International Coffee
Organization (ICO), diakses dalam http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-
komoditi-internasional/ICO (23/12/2019 20:47 WIB)
85
pesat berkat third wave coffee culture. Industrialisasi kopi sektor hilir berdampak
pada naiknya konsumsi kopi dalam negeri. Peningkatan industri kopi sektor hilir
melayani permintaan kopi domestik melaui industri kreatif, menggunakan media
daring sebagai salah satu cara memasarkannya. Ekonomi adalah benang merah dari
third wave coffee culture berkembang di Indonesia. Munculnya industri kecil
menengah dan perusahaan perusahaan multi domestik yang berasal dari Indonesia
merupakan salah satu wujud dari bentuk globalisasi bidang ekonomi yang menjadi
benang merah dari munculnya third wave coffee culture di Indonesia. Third wave
coffee culture yang menjadi kendaraan dari globalisasi, memberikan dampak besar
terhadap kopi Indonesia. Pengaruh globalisasi ekonomi memberikan beberapa
dampak terhadap kopi di Indonesia. Dampak yang muncul pada era third wave
coffee culture dari segi pengaruh globalisasi Indonesia adalah:
a. Kopi menjadi salah satu bagian dari subsektor dari Ekonomi Kreatif
Ekonomi Kreatif merupakan salah satu bidang yang sekarang fokus
diberdayakan oleh pemerintah. Mengingat perkembangan zaman yang semakin
maju, Ekonomi Kreatif telah memiliki pasar tersendiri di Indonesia dan membuat
pemerintah membuat satu lembaga yang menaungi para pelaku usaha kreatif, yaitu
Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Kopi sebagai salah satu bagian dari subsektor
dari ekonomi kreatif telah menjadi salah satu upaya untuk menciptakan lapangan
kerja baru, sehingga mampu menekan angka pengangguran yang ada di Indonesia.
Di lapangan sendiri memberikan contoh kongkrit dari pengaruh ini. Contoh
paling mudah adalah munculnya kedai kopi yang lebih modern dengan sentuhan
yang lebih menarik membuat orang lebih tertarik untuk berkunjung. Pengelolaan
86
yang mampu mengikuti perkembangan zaman membuat industri kopi menjadi lebih
segar sehingga pasar kopi meluas ke beberapa kalangan baru. Ekonomi Kreatif
tidak pernah terlepas dari konsep bisnis, yaitu harus mengetahui pasar agar bisnis
tersebut tetap bertahan. Dalam kasus ini, perancangan strategi pemasaran melalui
sosial media mempermudah mereka untuk menemukan target pasar mereka93.
3.2.3 Globalisasi Budaya Barat Melalui Media Populer
Globalisasi membawa budaya barat ke negaraberkembang, dalam
komunikasi internasional, budaya massa membuat masyarakat terpapar dengan hal
baru yang dibawa oleh media komunikasi massa. Media komunikasi massa yang
memfasilitasi penyebaran informasi dengan bentuk privatisasi seperti periklanan
komersial, film, berita atau informasi dalam jaringan membuat segala macam
budaya tersebut dapat dengan mudah diakses ke dalam ruang tamu, bahkan pada
era sekarang, dapat diakses dalam genggaman melalui teknologi gawai yang
tersambung internet. Budaya barat yang tersebar melalui globalisasi membuat
masyarakat luas tertular dengan budaya tersebut sehingga membuat mereka
perlahan mengikuti pola dari masyarakat barat94.
Film dan televisi merupakan media populer yang memberikan pengaruh
besar dalam menyebarkan produk budaya dari negara barat. Produk audio dan
visual membawa implikasi budaya dan kebiasaan serta identitas budaya lain yang
ada di negara barat, kemudian melalui arus globalisasi, budaya tersebut menyebar
93 Kris Saputri, KOPI INDONESIA : Ikon Pemersatu Kekayaan dan Keanekaragaman Kopi
Indonesia, diakses dalam https://www.bekraf.go.id/berita/page/10/kopi-indonesia-ikon-pemersatu-
kekayaan-dan-keanekaragaman-kopi-indonesia (27/12/2019 19:19 WIB) 94 Thusslu, Loc.cit hal 167
87
ke negara berkembang kemudian diadaptasi di situ dan memberikan dampak
terhadap transmisi budaya, pengembangan dan bahka rekonstruksi sosial dan
budaya pada masyarakat di negara berkembang yang terpapar oleh budaya barat
melalui media populer tersebut95.
Transisi budaya tersebut diadaptasi di negara – negara berkembang, melalui
penyebaran budaya dengan media populer. Di negara berkembang westernisasi
tersebut dapat diadaptasi sebagai sebuah strategi pengembangan. Penjabaran dari
strategi pengembangan tersebut antara lain adalah:
a. Sudut Budaya Dalam Pengembangan
Negara barat lebih dahulu mengalami transformasi budaya pada awal abad
abad ke 19, aspek budaya dalam pengembangan nasional faktor paling fundamental
dalam pengembangan nasional melalui budaya adalah adanya pengembangan yang
berkeberlangsungan adalah tidak menghilangkan konteks sosiokultural yang ada
pada negara tersebut, kemudian budaya tersebut dapat diterima oleh masyarakat
non-barat di negara berkembang tersebut. Dimensi budaya dalam pengembangan
mampu memberikan potensi peningkatan ekonomi dan modifikasi sosial budaya96.
Budaya kopi yang sudah ada di Indonesia mengalami transformasi
signifikan melalui third wave coffee culture, namun pada gelombang budaya kopi
kedua sudah mulai mengalami perubahan, dengan kata lain, budaya gelombang
kopi pertama dan kedua merupakan jembatan dan bagian dalam tahap transformasi
95 Thussu, Op.cit Hal 180 96 Iulia Nechifor, Culture, Economic Development and The Third World, Studies and Report of the
Unit of Cultural Research and Management No – 6, UNESCO, 1998 hal 10
88
sosiokultural di Indonesia. Budaya kopi di Indonesia memiliki kontribusi dalam
pengembangan ekonomi serta perubahan sosiokultural, selain itu juga berkontribusi
dalam pengembangan sumber daya manusia, berkat globalisasi yang membawa
budaya barat, gelombang budaya kopi ketiga merupakan sebuah transisi budaya
yang dapat diterima di Indonesia.
b. Sudut Pandang Ekonomi Mengenai Westernisasi di Negara Berkembang
Melalui sudut pandang ekonomi, westernisasi menyebabkan industrialisasi
sebuah industri, pada negara dunia ketiga segi ekonomi dapat dilihat dari ekonomi
makro yang berfungsi menganalisa ekonomi nasional seperti perusahaan,
investasi,struktur harga, alokasi sumber daya dan distribusi pendapatan. Ekonomi
makro menganalisa dampak westernisasi pada keberlangsungan ekonomi di negara
berkembang97.
Indonesia dalam era third wave coffee culture, memiliki upaya dalam
pengembangan ekonomi makro seperti peningkatan nilai ekspor, baik kualitas
maupun kuantitas, perluasan pangsa pasar, serta penaikan standar dalam ketentuan
ekspor kopi Indonesia sebagai komoditas ekspor non migas, serta pada ekonomi
mikro seperti pemberdayaan UMKM, kopi sebagai industri kreatif, kemudian
pemberdayaan sumber daya manusia untuk peningkatan nilai tambah terhadap kopi
Indonesia.
Pemberdayaan ekonomi serta westernisasi dalam budaya kopi Indonesia
beserta dampaknya akan di bahas pada bab selanjutnya dalam penelitian ini secara
97 Ibid, hal 14
89
lebih rinci dari sudur pandang modernisasi. Globalisasi membawa modernisasi
terhadap kopi Indonesia memberikan dampak terhadap Budaya serta komoditas,
hingga peningkatan sumber daya manusia dan kesejahteraa masyarakat.
3.3 Implementasi Free Flow Information dalam Third Wave Coffee Culture
Free Flow Information bisa digunakan untuk tujuan ekonomi ataupun
politik untuk membantu mengiklankan atau memasarkan suatu produk ke pasar luar
negeri dengan bantuan media, free flow information. Sebagai bagian dari
modernisasi, free flow information membantu dalam mengubah sesuatu yang
tradisional menjadi modern menggunakan media massa sebagai kendaraan untuk
memobilisasi sebuah informasi. Selain itu juga, peranan pemerintah bisa juga
disebut free flow information terutama dalam kontekslow politic, untuk membantu
meraih kepentingan dari suatu negara, pemerintah mampu berperan sebagai sebuah
alat dan memegang kewenangan sebagai stakeholder98.
Selama beberapa dekade, perkembangan sudut pandang masyarakat
terhadap kopi di Indonesia. Pada era gelombang pertama masyarakat banyak
mengkonsumsi kopi instan yang banyak dijual di pasaran. Pada gelombang pertama
kopi menjadi minuman untuk semua kalangan, harganya terjangkau, mudah
didapatkan dan sangat praktis merupakan faktor utama yang membuat gelombang
ini bertahan sangat lama. Kita bisa menemukan kopi produk gelombang pertama di
mana-mana, karena dijual bebas, sebagian masyarakat yang menikmati kopi
gelombang pertama ini beranggapan bahwa kopi harus hitam, manis, praktis serta
98 Thussu, Op.cit hal 56
90
terjangkau karena itulah para produsen mementingkan kuantitas dari produk kopi
tersebut dan menjaga agar harganya tetap terjangkau oleh masyarakat. Yang penulis
temukan pada gelombang kopi pertama ini adalah kopi menjadi komoditas dimana
pelaku utama dari usaha kopi merupakan produsen-produsen besar sehingga
mampu menguasai pasar. Untuk dapat bersaing produsen berlomba-lomba
membuat kopi dengan beraneka ragam rasa dan variasi untuk mempertahankan
pasar. Fokus utama pada gelombang kopi kedua ini adalah pemasaran dan produksi
masif tanpa memikirkan kualitas dari kopi tersebut.
Pada gelombang kopi kedua, sudut pandang masyarakat mulai berubah,
kopi menjadi sebuah minuman yang mempunyai prestise sendiri seiring dibukanya
gerai-gerai kopi modern. Di era ini, masyarakat sudah mengenal kopi-kopi ala Italia
karena menu-menu tersebut disediakan di gerai-gerai kopi modern. Secara tidak
langsung masyarakat mendapatkan prestise tersendiri apabila berada di gerai kopi
tersebut tanpa terlepas dari fungsi kedai kopi yang menjadi ruang publik. Sudut
pandang masyarakat pada era ini kopi menjadi sebuah prestise untuk menaikan
status sosial dengan berada di gerai kopi modern tersebut.
Pada gelombang kopi ketiga, terjadi lagi perubahan sudut pandang
masyarakat, terutama para golongan penikmat kopi. Era pandangan masyarakat
terhadap kopi menjadi lebih memperhatikan kopi yang mereka minum. Perubahan
pandangan ini tidak bisa lepas dari masyarakat yang dinamis dan selalu mengikuti
perkembangan zaman. Masyarakat memandang bahwa kopi bukan hanya sebagai
sebuah komoditas, tapi dalam cakupan yang lebih luas lagi, masyarakat sekarang
menyadari bahwa kopi yang berasal dari petani di Indonesia merupakan sebuah
91
potensi besar yang bisa memberikan perubahan besar terhadap perekonomian dan
pola kemajuan negara. Pada third wave coffee hal yang paling menonjol adalah
kedai-kedai kopi lokal dalam segala skala, bisa mengelola dengan mudah kopi yang
mereka jual karena mereka bisa berhubungan langsung dengan para petani kopi.
Ciri khas lain yang ada pada era ini adalah transparansi antar para pelaku usaha kopi
dan penikmatnya, sehingga terjadi transfer of knowledge di kedai kopi tersebut.
Modernisasi kopi Indonesia memberikan nuansa baru terhadap iklim kopi
yang ada di seluruh belahan dunia, terutama di Indonesia. Modernisasi memberikan
perkembangan terhadap kopi Indonesia menjadi lebih baik karena dalam
prakteknya membuat kualitas dan kuantitas kopi semakin meningkat, karena di era
third wave coffee culture selain mencari kualitas juga mencari kuantitas. Untuk
mencapai kesejahteraan rakyat, kopi memberikan kontribusi sebagai salah satu
faktor penunjang dari tujuan tersebut. Kebangkitan Indonesia dalam sektor industri
kreatif menunjang bangkitnya sektor industri pada bidang makanan dan minuman.
Membuka sebuah kedai kopi merupakan salah satu usaha yang meramaikan sektor
industri kreatif yang ada di Indonesia, potensi yang besar membuat sektor ini
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk terus memberdayakannya.
Kopi Indonesia yang telah mengalami proses modernisasi, dengan sentuhan
Industri kreatif. Modernisasi kopi Indonesia memberikan keuntungan yang lebih
terhadap para pelakunya. Pengolahan kopi pada era third wave coffee culture yang
modern menarik minat para konsumen karena menggunakan metode yang beragam
dan memberikan rasa yang lebih enak membuat rasa penasaran konsumen
meningkat sehingga mereka tertarik untuk membelinya.
92
3.3.1 Free Flow Information Sebagai Salah Satu Pendukung Third
Wave Coffee Culture di Indonesia
Salah satu penyebab masuknya third wave coffee culture di Indonesia
sendiri adalah free flow information. Modernisasi tidak terlepas dari informasi yang
mengalir bebas mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.
Mengalirnya informasi dengan bebas memberikan dampak terhadap kopi Indonesia
dalam beberapa aspek antara lain adalah scientific knowledge, dan cultural flow,
serta market oportunity menyebar bebas karena pada era yang semakin
berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi. Free Flow Information tidak
terlepas dari media baru maupun media lama99.
Peranan free flow information dalam modernisasi budaya kopi di Indonesia
adalah implementasi dari komunikasi internasional untuk transfer budaya kopi yang
ada di negara lain, kemudian diadaptasi di Indonesia sebagai salah satu bentuk
modernisasi. Informasi yang didapat dari luar negeri beredar melalui berbagai
media, baik itu cetak maupun elektronik. Informasi tentang kopi baik itu dalam
bentuk komoditas ataupun perkembangan budaya kopi di luar negeri seperti lomba,
pengembangan teknologi sehingga terjadi transfer of knowledge. Free flow
information membantu proses modernisasi lebih cepat karena mudahnya sarana
untuk mendapatkan informasi, semakin tinggi masyarakat terpapar dengan budaya
global membuat terjadinya perkawinan antarbudaya antara budaya lokal dengan
global100. Dengan konsep ini, maka kopi menjadi gaya hidup pun dapat dijelaskan.
99Thussu Op.cit hal 56
100Thussu, Loc.cit, hal 168
93
Cara yang digunakan pun beragam, bisa melalui media baik itu cetak, elektronik
ataupun sosial media untuk menyampaikan informasi kepada orang banyak. Selain
yang disebutkan diatas, film juga merupakan cara untuk menyebarkan informasi,
terbukti setelah adanya film Filosofi Kopi membuat rasa penasaran masyarakat
terhadap kopi meningkat berbarengan dengan banyaknya kedai kopi dengan nuansa
third wave coffee culture di Indonesia.
Free flow information juga bisa dipakai sebagai cara untuk mempromosikan
komoditas kopi Indonesia. Third wave coffee culture yang mempengaruhi segala
aspek. Potensi kopi Indonesia yang besar membuat pemerintah pun memanfaatkan
ini dengan mempromosikan kopi Indonesia di luar negeri. Output yang diharapkan
adalah peningkatan angka ekspor dan perluasan pangsa pasar. Sebagai negara
penghasil kopi, penggalian potensi serta pun dilakukan, dukungan pemerintah tidak
sebatas mempromosikan, tapi juga mendampingi dan mengembangkan proses
peningkatan kualitas serta kuantitas dan pemberdayaan sumber daya manusia di
bidang kopi.
Era third wave coffee culture, arus informasi yang mengalir bebas
memberikan banyak manfaat dalam mengembangkan kopi Indonesia melalui third
wave coffee culture. Arus informasi yang mengalir bebas menjadi salah satu proses
third wave coffee culture di Indonesia berlangsung, dan juga menjadi salah satu hal
yang dapat dimanfaatkan dalam Implementasinya. Beberapa implementasi free
flow information yang menjadi bagian dalam proses modernisasi kopi di Indonesia
bisa menggunakan media komunikasi massa, bisa juga dengan melalui peranan
pemerintah.
94
3.3.2 Pengaruh Film dan Video Sebagai Sedia Komunikasi Massa
dalam Proses Modernisasi Kopi Indonesia
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang mudah diterima
dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Melalui film opini masyarakat dapat
terbentuk, ataupun dapat menginspirasi masyarakat.beberapa film tersebut antara
lain adalah:
1. Filosofi Kopi
Salah satu film yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap industri
kopi di Indonesia adalah film yang berjudul “Filosofi Kopi” oleh sutradara Angga
Dwimas Sasongko merupakan film yang diadaptasi dari kumpulan cerpen Dee
Lestari dengan judul yang sama. Film yang rilis pada tahun 2015 ini berkisah
tentang dua orang sahabat yang menjalankan usaha kedai kopi yang modern. Film
tersebut menampilkan kedai kopi spesialti yang pada tahun 2015 tersebut masih
terasa awam di masyarakat. Tampilan kedai kopi yang modern dengan menyajikan
menu yang tidak dapat kita temui di warung kopi tradisional membuat animo
masyarakat terhadap kopi makin besar101.
Walaupun tidak menampilkan kopi sebagai subjek, tapi film ini telah
mengantarkan pandangan masyarakat Indonesia terhadap kopi yang lebih modern.
Setelah film ini dirilis, jumlah kedai kopi yang bergerak di bidang spesialti semakin
besar karena tingkat antusiasme masyarakat yang tinggi menjadi sebuah market
101 Angga Dwimas Sasongko (Sutradara) 2015, Filosofi Kopi, Indonesia, Visinema Picture, 1 Jam
57 Menit.
95
oportunity bagi para pelaku usaha kopi yang telah mengenal kopi lebih dahulu
daripada film tersebut rilis.
2. A Film About Coffee
Selain film filosofi kopi, ada film lain yang berjudul A Film About Coffee,
dalam film tersebut menempatkan kopi sebagai objek dan menceritakan bagaimana
proses kopi dari hulu ke hilir hingga pantas disebut sebagai kopi spesialti. Dalam
film tersebut memberikan gambaran betapa berharganya kopi sebagai salah satu
komoditas melalui tingginya dedikasi para pelaku usaha kopi di film ini. Film ini
memberikan edukasi mengenai kopi lebih dalam pada bagian proses dan
pengolahan serta pentingnya menjaga kualitas demi keberlangsungan kopi di
seluruh dunia. Film dokumenter yang disutradarai oleh Brandon Loper dan dirilis
pada tahun 2014 ini menampilkan para pelaku industri kopi spesialti terkenal di
dunia seperti Blue Bottle dan Stumptown. Film ini juga membahas bagaimana kopi
spesialti menjadi sebuah budaya yang mengajak penontonnya untuk mencintai
kopi, karena dalam minuman tersebut terdapat harkat hidup orang banyak102.
3. Biji Kopi Indonesia
Film ketiga berjudul “Biji Kopi Indonesia” karya sutradara Budi
Kurniawan. Film ini adalah film dokumenter yang mengisahkan tentang kopi
Indonesia secara keseluruhan dari pulau Sumetera sampai Papua dan juga
memaparkan keberagaman budaya Indonesia yang berakar dari kopi. Dalam film
102 Brandon Loper (Sutradara), 2014, A Film About Coffee, Amerika Serikat, Avocado & Coconuts,
67 menit
96
tersebut juga membahas bagaimana sejarah kopi di Indonesia era kolonial serta
menampilkan tokoh-tokoh profesional kopi di Indonesia103.
Film yang dirilis pada tahun 2014 tersebut telah berpartisipasi dalam
beberapa festival film di luar negeri dan diputar di bebebrapa negara. Penghargaan
tersebut antara lain Best Editing Award Ahvaz International Film Festival di Iran
pada tahun 2015 dan Best Documentary Award International Maritime Silk Road
Film Festival di China pada tahun 2015104.
Dari ketiga film tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan film sebagai
media penyampaian informasi mengenai budaya kopi. Dampak tersebut mampu
membangun opini masyarakat serta mengubah sudut pandang sebagai sebuah alat
untuk memberikan informasi mengenai sebuah budaya dan kebiasaan ataupun
sebuah tren terbaru yang ada di dunia. Third wave coffee culture yang ada di
Indonesia menjadi booming salah satu faktor pendukungnya adalah film filososofi
kopi yang menjadi jembatan dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap kopi
yang dahulu hanya sekedar minuman menjadi sesuatu yang luas kemudian
memberikan dampak dalam aspek ekonomi dan ilmu pengetahuan.
3.3.3 Media Sosial dalam Free Flow Information Sebagai Bagian Dari
Third Wave Coffee Culture
Sosial media saat ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Banyaknya jumlah pengguna sosial media menjadikan hal tersebut secara langsung
103 Budi Kurniawan (Sutradara), 2015, Aroma of Heaven, Produksi Film Negara, 104 Ira Rachmawati, Aroma of Heaven, Film Tentang Kopi Diputar di Banyuwangi diakses dalam
https://travel.kompas.com/read/2016/12/19/171200027/.aroma.of.heaven.film.tentang.kopi.diputar.
di.banyuwangi (11/16/2019 11:09 WIB)
97
maupun tidak langsung menjadi sarana untuk menyebarkan sebuah informasi. Salah
satu media sosial yang cukup populer di Indonesia adalah Instagram, Youtube dan
Twitter. Kopi Indonesia populer di media sosial merupakan sebuah wujud dari
animo masyarakat, di media sosial Instagram terdapat terdapat 929,502 unggahan
yang menggunakan tagar #kopiindonesia pada tanggal 20 september 2019,
sementara untuk taga #kopinusantara terdapat 463,460 unggahan. Populernya kopi
Indonesia di media sosial merupakan salah satu wujud bagaimana peranan sosial
media menghantarkan informasi. Indonesia merupakan pengguna terbesar
Instagram ke 4 di dunia dengan pengguna sebanyak 120 juta orang atau 44,5% dari
populasi105. Tagar tersebut selain digunakan oleh pengguna media sosial biasa,
digunakan pula oleh pebisnis kedai kopi sebagai salah satu sarana untuk menunjang
bisnis mereka, baik mempromosikan bisnis ataupun sebagai sarana untuk
memberikan edukasi kepada konsumen melalui unggahan untuk membangun citra
sebuah kedai kopi.
105Agung Pratnyawan, Pengguna-Instagram-Dan-Facebook-Indonesia-Terbesar-Ke-4-Di-Dunia
Www.Suara.Com, Diakses dalam ,https://www.suara.com/tekno/2019/06/19/133252/pengguna-
instagram-dan-facebook-indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia. (20/09/2019 8:36
98
Gambar 2. Penggunaan Tagar Kopi Nusantara
Salah satu kedai kopi yang cukup populer dan menjadi referensi kedai kopi
lain di Indonesia adalah Klinik Kopi di Jogjakarta, dengan jumlah pengikut
sebanyak 110 ribu orang, kedai kopi tersebut memberikan pengaruh yang cukup
besar karena setiap unggahan dari Klinik Kopi selalu memberikan edukasi terhadap
pengikutnya, edukasi tersebut bukan hanya tentang mengenalkan citarasa kopi
ataupun mengenalkan menu mereka, tetapi edukasi tersebut juga bisa berupa
berbagi pengalaman pemilik mengenai bagaimana cara kelola sebuah kedai kopi.
99
Arus informasi yang mengalir bebas melalui sosial media membuat
masyarakat Indonesia sekarang memiliki sudut pandang baru mengenai kopi, selain
edukasi, informasi yang mengalir bebas juga berperan dalam melebarkan pasar kopi
Indonesia, sekarang penikmat kopi tidak hanya kalangan lelaki, tetapi juga
kalangan perempuan pun juga menjadi konsumen kopi. Usia penikmat kopi pun
beragam, namum saat ini kopi banyak dikonsumsi oleh kalangan remaja dan
dewasa.
Penggunaan sosial media tidak hanya terbatas pada para pelaku usaha kopi,
pada era ini siapapun bebas menggunakan sosial media, selain gratis juga sosial
media sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Pada penelitian ini penulis
menemukan bahwa penggunaan sosial media selain sebagai sarana promosi untuk
mendapatkan pasar dan konsumen, juga sebagai salah satu cara untuk menyebarkan
budaya third wave coffee culture secara tidak langsung. Penggunaan media sosial
yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari membuat semua orang dapat
dengan mudah mendapatkan informasi.
Gambar 1. Akun Instagram Klinik Kopi
100
Gambar 5.Salah satu unggahan klinik kopi yang memberikan edukasi terhadap pelanggan
mengenai manajemen sebuah kedai
Gambar 2Akun Instagram Stumptown Coffee
Para pelaku usaha kopi dan organisasi internasional menggunakan baik
lokal maupun luar menggunakan kesempatan ini untuk menyebarkan budaya kopi
baru yang disebut third wave coffee culture dengan sosial media. Berikut adalah
akun media sosial dari aktor yang memberikan pengaruh dalam third wave coffee
culture:
1. Stumptown Coffee
Stumptown Coffee adalah pioner dari third wave coffee culture jumlah
pengikut sudah mencapai 265 ribu orang di Instagram, jumlah tersebut terbilang
banyak terlebih lagi sudah mendapatkan tanda verifikasi dari Instagram
101
Gambar 3Akun Instagram ICO
2. Specialty Coffee Asociation
Specialty Coffee Asociation merupakan organisasi non pemerintah yang
fokus mengembangkan teknologi serta sumber daya manusia dengan ruang lingkup
global. Sosial media SCA telah mecapai 200 Ribu pengikut hingga tanggal 20
November 2019.
3. International Coffee Organization
International Coffee Organizationmerupakan organisasi internasional yang
fokusnya mengembangkan kopi dari segi perdagangan dan statistik perdagangan
kopi dari seluruh dunia.
Gambar 4. Akun Instagram SCA
102
3.3.4 Peranan Pemerintah Dalam Mempromosikan Kopi Indonesia di
Luar Negeri
Pemerintah mempunyai andil dalam free flow information sebagai salah satu
agen yang memiliki peranan untuk memberikan informasi tentang kopi Indonesia.
Salah satu kementerian yang mempunyai kapasitas dalam melakaukan hal ini
adalah kementerian luar negeri, sebagai implementasi dari free flow information.
Beberapa tindakan yang dilakukan oleh kementerian luar negeri adalah
mengadakan festival kopi Indonesia di beberapa negara sahabat yang dilakukan
oleh kedutaan besar republik Indonesa (KBRI). Pengenalan kopi Indonesia di
beberapa negara sahabat. Tujuan untuk mengenalkan kopi Indonesia di luar negeri
adalah sebagai diplomasi publik produk Indonesia dengan output akan membantu
meningkatkan nilai eskpor dan nilai tambah dalam kopi Indonesia.
Pengenalan kopi Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah adalah bentuk
dari diplomasi publik dengan membawa kepentingan Indonesia dalam meingkatkan
ekspor non migas. Kapasitas yang dimiliki kementerian luar negeri sebagai salah
satu stakeholder dengan mengadakan beberapa promosi melalui rangkaian acara
festival kopi dengan agenda berupa workshop cupping dan roasting. Beberapa
festival kopi yang diadakan oleh kementerian luar negeri antara lain
Tabel 1. Festival Kopi di Luar
No Negara Agenda Tanggal
1. Russia Let’s Roast Indonesian Coffee 11 Oktober 2019
2. Brazil Peringatan HUT RI ke 74 21 Agustus 2019
3. Mesir Peran Barista Terhadap Kopi
Nasional
8 Mei 2019
103
4. Afrika Selatan Pameran Coffee and Chocolate
Africa 2019
30 Juli 2019
5. Norwegia Wonderful Indonesia: A Land of
Diversity
28 Juni 2019
6. Australia Creative Economy Forum 8 – 9 Oktober
2019
7. Jepang SCAJ World Specialty Coffee
Conference and Exhibition 2018
26 September
2018
8. Selandia Baru ASEAN Southeast Asian Night
Market
1 – 2 April 2017
9. Malaysia Indonesian Coffee Festival 12 Agustus 2016
10. Slovakia Coffee Fest Slovakia 27 April 2015
11. Selandia Baru Coffee Talk and Cupping 28 April 2015
12. Amerika Serikat SCAA Coffee Expo 30 April 2015
Peranan pemerntah dalam mengenalkan kopi Indonesia kepada negara
sahabat merupakan sebuah implementasi dari freeflow information yang bersifat
formal karena dengan level wewenang yang dimiliki kementerian luar negeri lebih
luas. Interaksi antar bangsa dengan level government to government mengenalkan
apa yang dimiliki Indonesia ke dunia luar106. Hal ini merupakan tindakan rasional
yang dilakukan pemerintah Indonesia mengingat potensi kopi yang dimiliki
Indonesia cukup besar, selain itu juga Indonesia sedang mencanangkan ekonomi
106 Nanang Trenggono, Konstruksi Komunikasi Internasional, Ejournal Unisba, Mediator Vol. 5 no
1, 2004, hlm, 99, diakses dalam
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/download/1100/674 ( 26/11/2019 2:57
WIB)
104
kreatif. Peranan pemerintah ini bisa disebut juga political will mengingat Indonesia
sedang giat mengembangkan kopi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3.4 Pergeseran Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Kopi Indonesia
Pergeseran sudut pandang masyarakat merupakan dampak globalisasi yang
membuat terjadinya modernisasi terhadap kopi Indonesia. Pengembangan
socioeconomic membawa perrubahan terhadap orientasi value dari masyarakat
salah satunya terkait dengan cross cultural secara sistematis pada nilai dasar. Third
wave coffee culture merupakan sebuah transformasi dari budaya kopi yang sudah
ada menjadi lebih modern. Orientasi masyarakat terhadap kopi berkembang
menjadi lebih luas seperti munculnya kedai kopi dengan nuansa third wave coffee
di Indonesia, meluasnya penikmat kopi, sekarang di Indonesia penikmat kopi pun
banyak dari kaum wanita, bahkan tidak hanya penikmat, melainkan juga profesi
peramu kopi kemudian sadarnya masyarakat akan potensi kopi Indonesia107.
Berdasarkan sudut pandang modernisasi,perubahan sudut pandang
masyarakat di Indonesia terhadap budaya kopi berasal dari masyarakat barat,
terlebih lagi, third wave coffee culture berasal dari Amerika Serikat, sebagai salah
satu negara yang superpower, negara ini menjadi kiblat bagi negara lain dalam
mengembangkan budaya kopi, terlebih lagi organisasi kopi dunia Specialty Coffee
Association yang merupakan merger dari SCAA dan SCAE bermarkas di Amerika
Serikat. Ketika modernisasi terjadi, masyarakat cenderung lebih prouktif, dengan
adanya third wave coffee culture profesi kreatif berkembang menjadi mata
107 Thussu, Op.cit Hal 48
105
pencarian masyarakat. Profesi di bidang kopi seperti barista kini diminati oleh
beberapa generasi muda karena cukup menjanjikan108.
Pengaruh gelombang kopi ketiga dari dengan dimensi modernisasi
menyebabkan pergeseran pandangan masyarakat terhadap kopi di Indonesia.
Modernisasi kopi Indonesia untuk mengikuti perkembangan zaman dan
mengembangkan potensi kopi di Indonesia masuk melalui berbagai macam jalur.
Secara keseluruhan, dalam sub bab ini penulis akan membahas urgensi pentingnya
modernisiasi untuk menghadapi perkembangan dunia. Konsekuensi yang harus
dihadapi adalah, bagaimana memberdayakan sumber daya manusia untuk
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Perkembangan dunia pada era ini
sangat pesat, dan urgensi Indonesia sebagai negara berkembang adalah untuk terus
maju menghadapi persoalan tersebut. Interdependensi antar negara menyebabkan
negara maju dan negara berkembang harus saling bersinergi untuk saling memenuhi
kebutuhan satu sama lain.
Saat ini, Indonesia sedang melakukan deindustrialisasi perekonomian,
tanaman kopi memiliki peran penting dalam kontribusi perekonomian nasional
karena sebagai sumber devisa negara juga sebagai pencipta lapangan pekerjaan
serta pemasukan untuk petani. Hal ini merupakan salah satu urgensi bagi Indonesia
untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi karena memiliki prospek besar
dalam kontribusinya terhadap kesejahteraan dan sumber devisa negara109.
108 Giovanni E. Reyes, Four Main Theories of Development : Modernization, Dependency, World
System and Globalizatuon, Nomadas, Revista Critica de Ciencias Sociales y Juridicas 04 : 2001,
Uniersity of Pitsburg USA 109Bedy Sudjarmoko, 2013,“Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia,” Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri 1, no. hal : 99–112.
106
Hal paling fundamental yang mempengaruhi kopi Indonesia adalah
mekanisme komunikasi membuat segala transaksi menjadi lebih mudah, adanya
arus globalisasi membuat batas geografis menjadi nihil, membuat para pelaku
usaha yang bergerak di bidang ini memiliki pola dan strategi baru untuk
memasarkan produk. Selain mudahnya memasarkan produk, proses saling tukar
ilmu menjadi lebih cepat. Pola manusia modern yang dialami oleh masyarakat
Indonesia merupakan contoh kongkrit dari dimensi modernisasi.
Sebelum mengenal kopi-kopi seperti espresso, cappuccino, latte, ataupun
berbagai macam metode penyeduhan seperti V60, aeropress, cold drip dan lain
lain masyarakat di Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal kopi karena pada
abad ke 18, kopi sudah di bawa ke Indonesia oleh VOC untuk ditanam melalui
program cultuurstelsel. Kemudian budaya ini berkembang dengan sangat pesat di
Indonesia melalui budaya populer, salah satunya melalui film yang diangkat dari
cerpen Dee Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi” walaupun di film ini tidak
membahas kopi sebagai fokus utamanya, tetap saja film ini memberikan pengaruh
cukup besar dan membantu menaikkan animo masyarakat terhadap kopi
Indonesia. Melalui film tersebut penikmat kopi di Indonesia mengalami
peningkatan, film “Filosofi Kopi” menjadi stimulan untuk membantu
mengenalkan third wave coffee culture kepada masyarakat awam karena dalam
film tersebut banyak sekali membawa unsur-unsur third wave coffee culture dalam
jalan ceritanya sehingga bisa dengan mudah dimengerti oleh orang banyak.
Sebelum mengenal berbagai metode penyeduhan modern, bahkan sebelum
kopi menjadi tren seperti ini, Indonesia sudah mengenal kopi terlebih dahulu. First
107
wave coffee culture di Indonesia masuk bukan melalui penjualan kopi-kopi instan,
melainkan dari penanaman kopi yang dibawa oleh bangsa Belanda. Pada tahun
selanjutnya, mulai didirkan pabrik kopi lokal, seperti Kopi Aroma di Bandung yang
berdiri pada tahun 1930 yang merupakan salah satu produsen kopi legendaris yang
ada di Indonesia. Lalu selanjutnya masuklah kedai kopi waralaba dari luar negeri
di Indonesia seperti Starbucks, yang mengenalkan kopi dengan beberapa metode
kopi baru, dan mereka berhasil menemukan pasar di Indonesia sehingga bisnisnya
berkembang. Kemudian pada era sekarang, banyak sekali kedai – kedai kopi yang
buka dengan berbagai skala, yang menu utamanya tentu saja kopi yang berasal dari
berbagai daerah, baik itu kopi lokal maupun dari luar negeri.
Dalam komunikasi internasional, beberapa peneliti percaya bahwa
“modernisasi” atau “teori pengembangan” berkembang melalui media massa baik
itu secara langsung ataupun tak langsung dan modernisasi tersebut dipengaruhi dan
mendapat dukungan oleh organisasi internasional dan pemerintah di negara
berkembang110. Third Wave Coffee Culture melahirkan pembaharuan terhadap
budaya kopi yang sudah ada di Indonesia memberikan dampak ekonomi dan
beberapa kebijakan politik di negara ini. Untuk kedua hal tersebut telah dibuktikan
dengan adanya treatment dari SCA dan ICO serta peranan pemerintah Indonesia
dari beberapa kementerian terkait untuk membantu mengembangkan kopi
Indonesia, baik dari segi promosi, maupun pngembangan teknis di lapangan, selain
itu juga ada keterlibatan pihak swasta yang berperan sebagai distributor ataupun
pengolah dalam coffee value chain di Indonesia. Third wave coffee culture masuk
110 Thussu, Op.cit.. hal 56
108
ke Indonesia sebagai wujud modernisasi untuk mengembangkan kopi sebagai
sumber daya potensial yang mampu dapat mempengaruhi beberapa aspek. Antara
lain industri kreatif, dan perlakuan pemerintah serta menyadarkan masyarakat
pentingnya mengembangkan kopi Indonesia dari segala aspek.
3.4.1 Agen Perubahan Pergeseran Sudut Pandang Masyarakat
Terhadap Kopi Indoneseia
Setiap gelombang kopi mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri .
Aktor dan produsen kopi secara tidak langsung menjadi agen dalam mengubah
pandangan masyarakat terhadap kopi Indonesia serta memberikan perubahan dan
inovasi pada setiap budaya kopi yang ada. Apabila dilihat dari pendekatan
modernisasi, Indonesia sudah memiliki budaya minum sejak dulu karena
berdasarkan sejarah, kopi sudah ada di Indonesia pada era VOC sehingga diadaptasi
menjadi budaya lokal. Budaya minum kopi di Indonesia tidak hilang, namun hanya
mengalami sedikit pergeseran. Contoh dari pergeseran budaya tersebut salah
satunya adalah jika sebelumnya kopi adalah minuman yang identik dengan
minuman untuk laki-laki, pada zaman sekarang penikmat kopi bukan hanya laki-
laki, tapi juga perempuan, selain menambahkan nilai feminim pada kopi, hal
tersebut juga merupakan salah satu bentuk dari pelebaran pasar untuk kopi itu
sendiri. Adapun agen-agen yang membawa budaya kopi dan menggeser pandangan
masyarakat kebanyakan berupa perusahaan ataupun para pemilik kedai dan
roastery house, tidak jauh dari globalisasi ekomoni. Agen – agen yang berupa
perusahaan atau pelaku usaha kopi lainnya antara lain adalah.
1. Perusahaan Multinasional
109
Perusahaan multinasional menjadi agen dalam perubahan pandangan
masyarakat terhadap kopi, baik dalam gelombang kopi pertama, kedua maupun
ketiga. Perusahaan multi nasional tersebut menjual produk kopi, ataupun alat-alat
yang berkaitan dengan produksi dan pengolahan kopi. Perusahaan multinasional
seperti Nestle, merupakan produsen yang menyediakan kopi dalam kemasan,
praktis dan terjangkau memenuhi kebutuhan kopi masyarakat segala kalangan
merupakan agen yang memberikan pandangan bahwa kopi merupakan minuman
yang praktis. Starbucks memberikan pengaruh besar terhadap perubahan
pandangan masyarakat, bahwa kopi yang mereka jual memberikan prestise
sehingga kopi dengan label mereka memberikan persepsi bahwa kopi enak
merupakan minuman yang berkelas. Sementara pada gelombang kopi ketiga, kita
tidak menjumpai perusahaan besar sekelas Starbucks, namun kita menjumpai para
perusahaan yang tidak terlalu besar dan banyak cabang, tetapi perusahaan kopi
spesialti kelas multinasional seperti Blue Bottle111 dan perusahaan alat-alat kopi
seperti Hario112 dan Probat113.
2. Perusahaan Skala Menengah dan UMKM
Third Wave Coffee Culture diwarnai dengan banyaknya industri kopi lokal
yang bermunculan. Industri kopi spesialti lokal menjadi sebuah agen dalam
mengubah pandangan masyarakat terhadap kopi. Banyaknya industri kopi spesialti,
selain sebuah market oportunity, juga merupakan pengaruh dari arus informasi yang
111 Blue Bottle: perusahaan retail dan roaster kopi spesialti yang berasal dari California 112 Hario: Merk dagang alat seduh kopi dan lainnya yang berasal dari Jepang 113 Probat: Merk mesin sangrai kopi yang berasal dari Jerman
110
mengalir bebas. Setiap kedai kopi punya target pasar yang berbeda, namun
konsumen yang datang pun tentu dari kalangan yang berbeda pula.
Perusahaan skala menengah seperti Tanamera, Common Grounds, Toko
Kopi Tuku, merupakan perusahaan kopi spesialti yang berkembang di era third
wave coffee culture dan menjadi semacam kiblat untuk industri kopi spesialti lain
di Indonesia. Beberapa dari mereka merupakan pioner industri kopi spesialti di
Indonesia. Tindakan yang mereka lakukan adalah mengedukasi para konsumen,
serta membantu memberdayakan para produsen kopi di sektor hulu.
3. Organisasi
Organisasi seperti SCA, merupakan salah satu agen yang menjadikan kopi
spesialti populer di masyarakat, alurnya adalah setelah third wave coffee culture
mulai ramai di Indonesia, SCA melakukan beberapa pendekatan melalui beberapa
cara, salah satunya adalah edukasi terhadap masyarakat melalui kelas-kelas yang
mereka adakan. Selain mengadakan kelas, SCAyang merupakan organisasi non
profit melakukan beberapa langkah untuk mengembangkan dan menjaga
sustainability kopi di seluruh dunia dan mengadakan event kopi di lingkup global
seperti Specialty Coffee Expo, dan World Coffee Championship dan World Barista
Championship.
4. Publik Figur
Beberapa kedai kopi ternama dimiliki oleh orang ternama, selain oleh orang
yang benar-benar memiliki keahlian di bidang kopi dan sudah terkenal, seperti Mas
Pepeng yang merupakan Pemilik dari Klinik Kopi Jogja, atau Muhammad Aga
111
yang menjadi juara dalam IndonesiaBarista Championship, beberapa publik figur
yang sebelumnya adalah selebritis pun ikut membuka usaha kopi seperti Chicho
Jericho merupakan salah satu pemilik Filosofi Kopi setelah dia membintangi film
dengan judul sama.
Publik figur berperan untuk memberikan pengaruh terhadap masyarakat
luas melalui beberapa media seperti film dan sosial media pribadi. Terkait dengan
free flow informationn yang dibahas dalam sub bab sebelumnya, mereka melakukan
riding the wave, menggunakan media yang banyak digunakan masyarakat,
kemudian masyarakat yang telah terpapar oleh beragam informasi yang dilakukan
oleh publik figur tersebut menjadi sebuah tren baru yang ada di masyarakat
sekarang. Bukti paling kongkrit dari agen perubahan sudut pandang masyarakat ini
adalah Chico Jericho, seorang aktor dari film “Filosofi Kopi” yang booming di
Indonesia, sebagai salah satu publik figur yang mengubah sudut pandang
masyarakat terhadap kopi melalui film, Filosofi Kopi juga menjelma menjadi
sebuah kedai kopi yang bisa dikunjungi masyarakat umum.
3.4.2 Munculnya Kedai Kopi Dengan Nuansa Third Wave Coffee Culture di
Indonesia
Kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture saat ini mulai banyak
ditemukan di setiap kota, kedai tersebut mulai perlahan menggantikan warung kopi
tradisional. Maraknya kedai kopi dengan model ini adalah bukti nyata pengaruh
third wave coffee culture di Indonesia. Kedai kopi tersebut mengadaptasi model
yang dipakai di negara barat menyajikan menu yang biasa disajikan dan beberapa
pengembangan khas dari tiap kedai, namun menu utama yang disajikan cenderung
112
homogen, seperti Manual Brew, menu berbahan dasar susu seperti Cappuccino dan
latte hingga yang sekarang menjadi tren di Indonesia adalah es kopi susu.
Munculnya kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture merupakan bukti
dari pergeseran sudut pandang masyarakat di Indonesia. Mulai dari menu hingga
suasana dan pelanggannya pun sudah berbeda, pelanggan dari kedai kopi bernuansa
third wave coffee culture tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan, bahkan
pekerjaan barista pun tidak hanya menjadi profesi yang digeluti oleh lelaki,
perempuan pun banyak yang bekerja di bidang ini.
Kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture dengan mudah di
temukan di daerah perkotaan, baik itu kota besar maupun kota kecil, kita dapat
menemukan kedai kopi ini baik dengan skala besar, maupun skala kecil, dengan
produk yang dijual pun kurang lebih mirip satu sama lain tanpa meninggalkan ciri
khas dari third wave coffee culture yaitu kopi seduh manual, dan interaksi yang
bersifat edukasi antara pelanggan dan penjual.
113
Gambar 4Klinik Kopi Jogja menekankan interaksi antar barista da pelanggan
Adapun ciri-ciri dari kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture adalah:
1. Menyediakan kopi manual brewing
Kopi yang diseduh secara manual merupakan menu wajib yang ada di kedai
kopi sekarang, kebanyakan kopi tersebut merupakan kopi – kopi single origin atau
kopi murni yang digiling terlebih dahulu sebelum diseduh dan disajikan kepada
pelanggan. Baik itu kedai kopi yang besar maupun kecil, kopi seduh manual selalu
ada dalam daftar menu dan variasi biji kopi yang disajikan juga berbeda-beda
tergantung dengan ketersediaannya.
2. Profesi penyeduh kopi menjadi diminati
Dalam third wave coffee culture kepiawaian barista dalam menyeduh kopi
adalah salah satu kunci sukses dalam sebuah kedai kopi. Para barista mampu
mengedukasi pelanggan yang awam untuk menemukan kopi yang cocok dengan
selera pelanggan. Pengetahuan barista tentang kopi yang mereka seduh serta skill
114
dalam mengolah kopi merupakan salah satu ciri khas dalam kedai – kedai kopi
dengan nuansa third wave coffee culture
3. Adanya Interaksi Antara Pelanggan Dengan Barista
Interaksi ini merupakan salah satu cara untuk mengedukasi pelanggan
dengan memberikan pengetahuan dari barista kepada pelanggan. Proses proses
transfer of knowledge ini merupakan salah satu cara agar menarik minat pelanggan
terhadap kopi sehingga konsumen menjadi lebih aware dan tertarik terhadap biji
kopi yang mereka minum baik dari karakteristik maupun dari daerah asalnya.
Sadarnya konsumen terhadap kualitas biji kopi merupakan salahs satu dampak dari
third wave coffee culture yang terjadi.
3.5 Upaya Menjaga Keberlangsungan Kopi Indonesia Melalui Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi
Third Wave Coffee Culture memberikan pengaruh terhadap pengembangan
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi. Pengembangan sumber daya
masyarakat tersebut dilakukan baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Salah
satu alasan mengapa pengembangan sumber daya adalah agar bisa mengikuti
perkembangan zaman, dalam era third wave coffee culture untuk dapat mengikuti
perkembangan maka pemberdayaan sumber daya manusia dan pemanfaatan
teknologi merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Pengembangan
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi merupakan sebuah wujud dari
upaya untuk menjaga keberlangsungan kopi Indonesia.
115
Upaya menjaga keberlangsungan kopi Indonesia merupakan suatu usaha
yang harus dilakukan bersama oleh seluruh aktor yang terlibat dalam bidang ini,
tidak hanya dari oleh pemerintah, namun juga individu dan pihak swasta. Untuk
menjaga sustainability kopi Indonesia, banyak hal yang harus dilakukan,
segala upaya yang dilakukan di Indonesia saat ini menyesuaikan dengan
perkembangan kondisi saat ini. Beberapa cara untuk menjaga keberlangsungan kopi
Indonesia adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia. Sumber daya
manusia merupakan faktor yang menjadi kunci utama dalam setiap bidang, dengan
sumber daya manusia yang baik, akan memberikan dampak yang signifikan
terhadap pengelolaan sumber daya alam. Kopi yang merupakan salah satu sumber
daya alam yang banyak terdapat di Indonesia membutuhkan pengelolaan yang baik
demi terwujudnya keberlangsungan kopi Indonesia.
Upaya menjaga keberlangsungan kopi Indonesia membutuhkan peranan
dari berbagai pihak, baik itu pihak swasta, pemerintah, maupun individu. Selain itu
dengan dengan peranan dari organisasi internasional terkait, baik itu organisasi
pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Banyak cara yang dilakukan selain
memberdayakan petani kopi di sektor industri hulu, pada era third wave coffee
culture terdapat peranan dari individu yang tertarik dan peduli terhadap
keberlangsungan kopi Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi
yang menjadi penyebab beralihnya persepsi masyarakat, kemudian sudah kopi
sebagai gaya hidup bagi sebagian besar orang. Globalisasi yang memberikan
pengaruh besar salah satunya adalah terhadap perilaku masyarakat sebagai
individu, kopi yang sudah menjadi gaya hidup meningkatkan permintaan kopi
116
menjadi semakin tinggi, juga sekarang masyarakat sadar akan kualitas sehingga
selalu mencari kopi yang memiliki rasa terbaik.
Upaya tersebut akan dijelaskandan dianalisa pada pembahasan selanjutnya
di bab ini. Upaya tersebut merupakan tindakan yang diambil oleh pihak swasta
maupun pemerinah yang meliputi beberapa cara nyata yang saling
berkesinambungan meliputi Industri kopi Hulu dan Hilir. Sub bab ini akan
memaparkan bukti – bukti mengenai langkah yang diambil untuk menjaga
keberlangsungan kopi Indonesia.
3.5.1Partnership model antara Industri kopi hulu dan hilir
Kopi merupakan sebuah produk agrikultur yang menjadi harkat hidup para
petani dan segala pelaku industri kopi baik itu dari sektor hulu maupun sektor hilir.
Untuk mewujudkan Industri kopi yang berkeberlangsungan maka dibutuhkan
banyak sekali perubahan dan pengembangan pada kopi, baik dari segi komoditas
dan sumber daya manusianya. Dalam third wave coffee culture ada satu metode
yang digunakan oleh para aktor dalam industri kopi, salah satunya di Indonesia,
model tersebut menjadi tren dalam dunia kopi saat ini, yaitu Partnership model.
Alasan model ini menjadi populer karena kedua belah pihak saling diuntungkan,
selain itu model ini menjadi salah satu media untuk melakukan kegiatan transfer of
knowledge antar sesama aktor dalam industri ini.114
114Atika Wijaya, Pieter Glasbergen, and Surip Mawardi, 2017 “The Mediated Partnership Model for
Sustainable Coffee Production: Experiences from Indonesia,” International Food and Agribusiness
Management Review 20, no. 5 .
117
Pengaruh yang dirasakan dari model ini, pendapatan para petani meningkat
karena para aktor industri kopi sektor hilir, berani membeli kopi dari para petani
dengan harga lebih mahal, dengan syarat kopi tersebut sudah benar-benar merah
dan matang, dengan partnership model para aktor sektor hilir tidak akan kehabisan
stok bahan baku dari petani karena mendapatkan pasokan kopi terus menerus, dan
petani tidak akan kehilangan pembeli biji kopinya. Dengan terjalinnya hubungan
kemitraan yang baik maka kedua belah pihak sama sama diuntungkan. 115
Dampak yang kedua, kualitas kopi yang dihasilkan dari petani mengalami
peningkatan mutu akibat adanya proses transfer of knowledge yang terjadi. Para
petani biasanya menemukan masalah dalam proses panen, baik itu sebelum panen
maupun sesudah panen, para aktor industri hilir, membantu petani mengatasi
masalah tersebut karena mereka selain untuk membeli, juga memiliki sumber daya
yang mumpuni untuk membantu para petani, baik itu dari mereka sendiri yang telah
mempunyai pengalaman dan ilmu dari berbagai macam pelatihan, atau memiliki
relasi yang berkompeten pada bidang tertentu.116
Dampak terakhir yang dirasakan adalah jalur pemasaran kopi menjadi lebih
sederhana, karena dalam partnership model petani kopi dan produsen di sektor hilir
menjadi berhunungan langsung, dampak ini senada dengan dengan dampak kedua,
dimana qualitiy control dapat langsung dilakukan oleh pihak pembeli biji kopi dan
para pembeli tersebut dapat langsung memproses bahan baku mereka ke tahap
selanjutnya, yaitu tahap penyangraian.117
115Ibid. Hal 2 116 Ibid hal 2 117 Ibid hal 2
118
Dalam partnership model tujuan utama adalah untuk menjaga ketersediaan
suplai kopi dari petani kepada industri hilir, untuk mencapai tujuan tersebut maka
kedua belah pihak perlu mencari masalah sama yang dihadapi, saling membangun
kepercayaan satu sama lain dan mencari manfaat yang bisa didapatkan bersama.
Contoh dari partnership model antara industri kopi hulu dan hilir di
Indonesia yang dilakukan oleh aktor swasta adalah partnership model ini adalah
Tanamera Coffee yang berhasil membuat kopi dari petani lokal menyabet 13 gelar
di Australia118. Partnership Model dalam industri kopi terbukti membawa dampak
yang positf bagi kedua belah pihak, baik itu pihak Hulu maupun Hilir serta
membantu mengangkat nama kopi Indonesia di dunia Internasional sehingga citra
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbaik di dunia semakin kuat.
Keberhasilan Tanamera menginspirasi banyak perusahaan kopi lain untuk
meggunakan model partnership model untuk mendapatkan pasokan kopi langsung
dari petani, karena dengan model ini pula, kualitas kopi menjadi lebih terjamin
karena pihak hilir juga ikut terlibat dalam pengawasan dan pendampingan proses
panen hingga pasca panen. Secara keseluruhan, partnership model ini merupakan
simbiosis mutualise antar pelaku usaha kopi.
Petani kopi yang merupakan produsen primer dari rantai suplai kopi
Indonesia merasakan dampak yang signifikan. Third wave coffee culture telah
membuat hasil produksi mereka kian membaik dan kuantitasnya kian bertambah.
Hal tersebut terjadi karena banyaknya pelaku industri kopi sektor hilir yang
118 Susandija, Kisah Kopi di Kedai Tanamera, Bagaimana Rasanya Bisa Beda? Diakses dalam
https://travel.tempo.co/read/1175961/kisah-kopi-di-kedai-tanamera-bagaimana-rasanya-bisa-
beda/full&view=ok (3/11/2019 6:25 WIB )
119
mendampingi mereka. Model kemitraan yang dilakukan oleh pelaku industri sektor
hilir merupakan sebuah jalan baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas.
Output paling besar dari model ini adalah bidang ekonomi, karena meningkatnya
kualitas dan kuantitas, berbanding lurus dengan naiknya nilai jual dari produk
mereka, output kedua adalah terjaganya suplai kopi karena partnership model ini
mengedepankan bagaimana cara agar produksi kopi tetap berkeberlangsungan.
Dalam prakteknya pihak hilir terjun ke lapangan untuk membeli langsung dan
menjalin kemitraan dengan membina para petani kopi lokal. Dalam bagian ini, studi
kasus Tanamera Coffee merupakan salah satu pelaku industri hilir yang
menjalankan model ini dengan membina langsung petani kopi yang ada di daerah.
Roaster dari Tanamera Coffee menyatakan bahwa pengawasan industri hulu dan
hilir adalah hal wajib agar menghasilkan biji kopi terbaik, lokasi binaan Tanamera
Coffee ini salah satunya terdapat di Bali, Desa Manikliyu dan di Malabar, Jawa
Barat119.
119 Ibid
120
Gambar 5. John Lee, Master Roaster Tanamera Coffee saat menerima
penghargaan di Australia
3.5.2 Pemberdayaan terhadap Industri Kopi Hulu
Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa pemberdayaan kopi
Indonesia harus memiliki sinkronisasi antara bagian hulu dan hilir. Dalam sub-bab
ini, penulis akan menjelaskan bagaimana peranan pemerintah terhadap
pemberdayaan industri kopi sektor hulu. Fokus pembahasan di sini adalah
menjelaskan upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah melalui instansi terkait
untuk meningkatkan kualitas kopi Indonesia pada sektor hilir. Ada beberapa instansi
terkait yang memiliki peran penting dan berkaitan langsung dengan para petani kopi
yang menjadi aktor utama untuk sektor ini.
121
Upaya pemberdayaan petani kopi dari pemerintah membutuhkan sinergi
antara instansi terkait agar setiap upaya dan regulasi yang mereka keluarkan
memberikan dampak positif terhadap perkembangan petani kopi di Indonesia.
Petani kopi mendapatkan dukungan dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,
salah satunya adalah BUMN dan Bank Negara. Bentuk dukungan tersebut berupa
dukungan finansial yang disalurkan melalui program-program terkait dari masing
masing lembaga atau bank negara. Beberapa bank yang melakukan upaya untuk
mendukung petani kopi antara lain:
1. Bank BNI bekerja sama dengan PTPN XII Jawa Timur.
Petani kopi mendapatkan beberapa dukungan dari pemerintah melalui
program kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Melalui BUMN
pemerintah berupaya untuk mendorong kesejahteraan petani kopi dengan program
kemitraan, pembiayaan dan pemberian bimbingan teknis kepada petani kopi rakyat.
Dengan tiga program tersebut akan mempermudah akses pasar, akses pembiayaan,
dan akses pelatihan budidaya kopi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan petani. Usaha ini dilakukan oleh PTPN XII Jawa Timur dan Bank
BNI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan total dana yang
disalurkan sebanyak Rp 7,6 miliar kepada 1.018 petani kopi rakyat di Jawa Timur,
selain dengan memberikan dukungan secara finansial, petani kopi diberikan
pelatihan 120.
120Asto M Masuki, BNI-PTPN Perkuat Dukungan Bagi 1.500 Petani Kopi Jatim, diakses dalam
https://www.antaranews.com/berita/723040/bni-ptpn-perkuat-dukungan-bagi-1500-petani-kopi-
jatim, (28 September 2019)
122
2. Pemberian Sertifikasi Indikasi Geografis oleh Kemenhukam
Indikasi Geografis merupakan salah satu cara agar kekayaan intelektual atau
kebudayaan lokal yang bersifat khas dari suatu wilayah mendapat perlindungan
hukum dari negara. Indikasi Geografis yang diberikan melalui Kemenhukam.
Manfaat Sertifikasi Indikasi Geografis antara lain:
a. memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standar produksi dan proses
diantara para pemangku kepentingan Indikasi Geografis;
b. menghindari praktek persaingan curang, memberikan perlindungan konsumen
dari penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis;
c. menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli sehingga
memberikan kepercayaan pada konsumen;
d. membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat organisasi
sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan
memperkuat citra nama dan reputasi produk;
e. meningkatnya produksi dikarenakan di dalam Indikasi Geografis dijelaskan
dengan rinci tentang produk berkarakater khas dan unik;
f. reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat, selain itu
Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam, pengetahuan
tradisional, serta sumberdaya hayati, hal ini tentunya akan berdampak pada
pengembangan agrowisata121.
121Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Pengenalan Indikasi Geografis, diakses dalam
https://www.dgip.go.id/pengenalan-indikasi-geografis (16/10/2019 8:43)
123
3. RPJMN 2015 – 2019
Kopi merupakan salah satu produk agrikultur Indonesia. Dengan kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa kopi mencakup dalam dua bagian dalam ekonomi
nasional, yaitu agroindustri dan ekonomi kreatif. Mengacu pada RPJMN 2015-2019
bagian 6.6.8 Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional nomor satu yaitu
Peningkatan Agroindustri, Hasil Hutan dan Kayu, Perikanan, dan Hasil Tambang
serta nomor empat yaitu Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Kreatif. Kopi
merupakan salah satu hasil produksi kebun yang menjadi sasaran produksi
komoditas andalan tahun 2015-2019 yang ditargetkan oleh pemerintah produksinya
akan naik. Serta kopi juga termasuk dalam Industri Kreatif. Ekonomi Kreatif terdiri
dari 15 subsektor, salah satunya adalah kuliner. Tanaman kopi adalah bahan dasar
dari beberapa minuman seperti espresso, cappuccino, dan latte menarik perhatian
pemerintah, sehingga menjadi salah satu acuan dalam arah kebijakan pembangunan
ekonomi kreatif.
Perlakuan pemerintah dengan memasukkan kopi ke dalam RJPN 2015-2019
merupakan salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk memberdayakan
kopi dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Hal tersebut akan
berdampak terhadap naiknya perekonomian nasional dengan indikator naiknya
jumlah produksi serta jumlah ekspor, dan pendapatan nasional.
RJPN tersebut menjadi acuan untuk para lembaga – lembaga pemerintah
terkait untuk turut serta mensukseskan hal tersebut. Beberapa lembaga terkait antara
lain adalah Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Luar Negeri, Kementerian
124
Pertanian dan Perkebunan. Tiap – tiap lembaga memiliki caranya masing – masing
untuk membantu menyukseskan strategi yang tertulis di RJPN.
Kopi termasuk dalam industri kreatif di subsektor makanan dan minuman.
Peranan pemerintah dalam memberdayakan kopi sebagai sala\h satu bagian dari
perekonomian adalah salah satu langkah strategis dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 yang sekarang menjadi fokus perhatian para pelaku ekonomi, terutama
ekonomi kreatif. Regulasi terkait oleh para pemegang kebijakan sangat
mempengaruhi dan memberikan dampak yang signifikan, regulasi tersebut
mencakup tentang peraturan yang bersifat mengendalikan, mengembangkan, atau
menjaga dan mempertahankan.
Selain sebagai salah satu komoditas, kopi juga bisa menjadi salah satu
produk intelektual yang menjadi hak cipta yang bisa menjadi ciri khas satu daerah.
Kopi yang menjadi ciri khas satu daerah salah satunya adalah kopi gayo di Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam, kopi tersebut pernah mendapatkan kasus berupa
pengambilan merk dagang oleh salah satu perusahaan di Belanda. Langkah yang
diambil oleh pemerintah untuk melindungi pengambilan hak cipta tersebut adalah
Indikasi Geografis, pemberian sertifikat Indikasi Geografis dengan cara
menadaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Saat ini sudah
banyak daerah penghasil kopi di Indonesia yang telah terdaftar Sertifikasi Indikasi
Geografis, dan daerah – daerah tersebut merupakan wilayah yang menghasilkan
kopi dengan jumlah yang banyak ataupun yang sudah memiliki nama besar.
125
Hubungan antara perlakuan pemerintah dengan konsep yang dipakai oleh
penulis adalah, munculnya beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menjadikan kopi sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang dialami
oleh negara. Dengan memanfaatkan kopi sebagai salah satu sumber daya alam dan
mengoptimalkan penggunaannya tentu merupakan salah satu strategi dari
pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak hanya dari melalui
peningkatan kualitas tanaman kopi, tetapi juga memberdayakan segala sumber daya
manusia yang bergerak di sektor ini. Tanaman kopi yang merupakan barang mentah
membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengolah hasil
pekebunan kopi hingga maksimal.
3.5.3 Sertifikasi Profesi Barista oleh Badan Ekonomi Kreatif
Barista merupakan sebutan untuk juru seduh kopi, dalam third wave coffee
culture, barista merupakan sebuah profesi yang memberikan pengaruh besar
terhadap budaya minum kopi di Indonesia. Sertifikasi barista sebagai sebuah profesi
di Indonesia adalah salah satu bentuk penetapan standar kompetensi kerja nasional.
Sertifikasi barista di Indonesia mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja
nomor 370 tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Penyedia Minuman Golongan Pokok Penyedia Minuman Sub
Golongan Bar Kelompok Usaha Rumah Minum/Kafe.
Sertifikasi ini mencakup beberapa kurikulum antara lain adalah mengelola
bahan baku, mengelola peralatan dan perlengkapan, mengelola area kerja,
menangani pelanggan, mengoperasikan perlatan, mengembangkan produk
minuman kopi, mengikuti prosedur kesehatan dan keamanan di tempat kerja,
126
menangani situasi tempat konflik serta berkomunikasi secara lisan dalam bahasa
inggris pada tingkat operasional dasar. Teknis pelaksanaan sertifikasi ini adalah
dengan mendatangkan asesor dari lembaga sertifikasi barista untuk menilai
kecakapan barista berdasarkan kurikulum kompetensi yang telah diatur.
Agenda sertifikasi barista ini diadakan di seluruh Indonesia dibawah
Lembaga Sertifikasi Profesi Kopi Indonesia atau Lembaga Sertifikasi Profesi
Barista Indonesia dan didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif., Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi serta Kementerian Pertanian. Sertifikasi pertama kali
diadakan di Jakarta dan pada tahun 2019 telah diadakan di kota – kota lain di
Indonesia dengan batasan peserta adalah sebanyak 100 orang tiap kotanya.
Mengingat banyaknya para pelaku usaha kopi saat ini, sertifikasi sangat penting
untuk meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.
Sertifikasi ini digelar tiap bulannya di kota berbeda pada tanggal yang telah
diagendakan oleh BEKRAF. Agenda tersebut meliputi kurikulum yang sudah
disebutkan di atas. Beberapa sertifikasi yang telah digelar di tahun 2019 antara lain:
Tabel 2. Sertifikasi Barista di Kota - Kota di Indonesia
No Kota Tanggal
1. Medan 11 – 12 Oktober 2019
2. Bandung 24 – 25 September 2019
3. Tangerang 10 – 11 September 2019
4. Semarang 2 – 3 Agustus 2019
5. Jambi 14 – 15 Agustus 2019
6. Jakarta 6 – 7 Agustus 2019
7. Jakarta 16 – 17 Juli 2019
127
8. Sungai Penuh 18 – 19 Juli 2019
9. Bali 30 – 31 Juli 2019
10. Jayapura 26 – 27 Juni 2019
11. Singkawang 11 – 12 April 2019
12. Jakarta 9 – 10 April 2019
13. Tangerang 26 – 27 Maret 2019
14 Solo 19 – 20 Maret 2019
3.5.4Peranan Merk Dagang dan Organisasi Internasional dalam
Transfer Ilmu Pengetahuan dan Penguasaan Teknologi
Indonesia yang budaya kopinya sedang berkembang menjadi target pasar
dari para produsen alat kopi dari luar negeri. Selain memasarkan produk mereka,
tingkat keingintahuan masyarakat Indonesia terhadap kopi menjadi perhatian para
produsen dengan tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjadi sebuah sarana
untuk membantu mengembangkan sumber daya manusia, kebanyakan produsen ini
fokus di sektor hilir. Cara yang dilakukan antara lain adalah sharing session dan
kelas – kelas roasting serta sensori class.
Beberapa merk dagang produsen alat – alat kopi dari luar negeri yang
beredar di Indonesia antara lain:
1. Probat
Probat adalah merk mesin sangrai kopi yang berasal dari Jerman. Merk ini
merupakan mesin sangrai kopi kelas premium dengan kualitas yang paling tinggi.
Pada tahun 2012, Probat membuka showroom pertamanya di Indonesia melalui PT
128
Nutraco Mesindotama. Cara mereka melakukan pengembangan sumber daya
manusia adalah dengan mengadakan kelas menyangrai kopi untuk para penyangrai.
Mentor yang digunakan pun juga dipilih dengan orang – orang yang profesional di
bidang ini dengan bekerja sama dengan Indonesia Coffee School. Beberapa kelas
yang mereka adakan antara lain
a. Roasting Class bekerja sama dengan Indonesia Coffee School pada
tanggal 14 – 15 Oktober 2019 di Jakarta dengan kurikulum Pengetahuan
dasar biji kopi, coffee roasting, teknik – teknik roasting dan cupping class
b. Roasting Class bekerja sama dengan Indonesia Coffee School pada 15 –
17 Januari 2019
2. Boncafe
Boncafe merupakan jaringan waralaba yang berasal dari Swiss, sejak tahun
2017, Boncafe masuk ke Indonesia dengan mengakusisi PT. Caswell Indonesia
untuk memperluas pasarnya. Caswell sendiri merupakan perusahaan yang
berkgerak di bidang kopi Spesialti di Indonesia. Caswell membuka kelas yang
berhubungan dengan kopi seperti Q grader, Advance Cupping, Basic Barista, dan
Basic Cupping. Sekolah ini tidak terbatas pada tanggal tertentu, namun tersedia di
Caswell Coffee Lab yang ada di Jakarta dan Bali122.
Casswell Coffee Lab merupakan sekolah kopi yang sudah mendapat
akreditas dan sertifikat dari SCA. Adanya sekolah kopi yang sudah terakreditasi
122 Koes Haryanto Saroyo, Akuisisi PT Caswells Indonesia oleh Boncafe Group, diakses dalam
http://caswellscoffee.com/strategic-acquisition-of-indonesia-specialty-coffee-company-pt-
caswells-indonesia/ (25/11/2019 4:04 WIB)
129
oleh SCA merupakan salah satu bagian dari pengembangan sumber daya manusia
yang berkaitan dengan kopi.
3. Specialty Coffee Association
Sebagai organisasi induk untuk seluruh iklim kopi di dunia, SCAsebagai
lembaga nonprofit yang bergerak di bidang kopi, SCAmemiliki organisasi cabang
di Indonesia yaitu Asosiasi Kopi Spesialti Indonsia (AKSI) yang berafilasi dengan
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian.
3.6 Pengaruh Third Wave Coffee Culture Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia
Dalam pembahasan ini, third wave coffee culture yang menjadi sebuah
modernisasi terhadap budaya kopi. Modernisasi dalam budaya kopi sendiri
menyebabkan sebuah pengembangan di Indonesia. Meningkatnya kualitas kopi di
Indonesia menyebabkan naiknya harga biji kopi, salah satu penyebabnya adalah
sebagian perusahaan ataupun kedai kopi yang berani untuk melakukan direct trade,
atau partnership model, bahkan salah satu perusahaan besar seperti Starbucks
memiliki kebun kopi sendiri kemudian menerapkan social responsibility investment
dengan membangun Farmer Support Centre yang berfungsi sebagai pusat
dukungan petani seperti pengembangan bibit dan tanaman penunjang untuk kopi.
3.6.1 Pengembangan Kopi Sebagai Bagian Dari Industri Kreatif.
Menghadapi revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu konsekuensi
globalisasi yang harus dihadapi oleh Indonesia. Untuk dapat beradaptasi dengan
keadaan zaman yang semakin berkembang, maka untuk menghadapi itu diperlukan
130
beberapa langkah strategis. Ekonom Kreatif Indonesia mengalami pertumbuhan
5,7% selama tahun 2011 sampai 2014123. Kopi yang merupakan salah bagian dari
subsektor industri kreatif yang sekarang sangat berkembang. Third wave coffee
culture mejadi sebuah momentum yang tepat untuk memberdayakan industri kreatif
ini. Revolusi industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas karena
industri ini menitikberatkan penggunaan teknologi untuk mengefisiensikan
kegiatan produksi dan distribusi.
Selain itu pada era Revolusi Industri 4.0 juga menjadi salah satu faktor
pemicu berkembangnya industri kreatif, revolusi digital yang menjadi salah satu
ciri dalam era ini membuat para pelaku industri kreatif mudah memasarkan
produknya dengan penggunaan internet dan e-commerce sebagai wadah untuk
memasarkan produk mereka. Dengan revolusi ini pelaku dapat dengan mudah
mencari pasar untuk produk mereka sejalan dengan semakin mudahnya mereka
memasarkan produknya karena pada era ini perdaganan dan segala proses transaksi
telah melewati lintas batas geografis serta lebih mudah dan cepat.
Ekonomi kreatif mampu memberikan nilai tambah terhadap satu produk.
Dengan bahan baku yang sama, namun dengan perlakuan yang berbeda akan
menghasilkan satu produk yang berbeda dan akan menambah nilai jual. Sebagai
contoh, jika kita menjual kopi dengan cara biasa maka harga jualnya rata – rata Rp
8.000 sampai Rp 10.000, namun dengan metode pengolahan yang berbeda seperti
V60, maka dengan bahan yang sama harga jualnya akan meningkat mejadi antara
123 Lalitia Apsari, Kebangkitan Ekonomi Kreatif : Berpotensi Menjadi Tulang Punggung
Perekonomian Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Retas, Vol 1 Desember 2016
131
Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per gelasnya, harga tersebut merupakan harga rata –
rata di kedai kopi kelas menengah sampai menengah ke bawah, jika di tempat yang
menengah keatas, tentu harganya akan lebih tinggi lagi, padahal sama – sama
menggunakan biji kopi dari produsen yang sama. Industri kreatif tidak hanya
mengarah pada metode pengolahan, tata kelola dan cara menjual pun mampu
menaikkan nilai jual, dengan tempat yang lebih menarik maka harga menu di
tempat tersebut pun akan ikut naik.
Industri kreatif di Indonesia berkembang pesat semenjak merambahnya
penggunaan sosial media dan marketplace yang muncul dengan cepat dan
memberikan dampak besar terhadap berbagai macam industri yang ada di
Indonesia. Munculnnya e-commerce membuat para pelaku industri kreatif di
Indonesia semakin mudah memasarkan segala jenis barang dan jasa yang mereka
jual. Namun juga menjadi sebuah tantangan untuk mengembangkan usaha tersebut
agar tetap berkeberlangsungan. Untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah
membentuk sebuah lembaga, yaitu Badan Ekomoni Kreatif untuk menaungi segala
sesuatu yang berkaitan dengan ekonomi kreatif termasuk kopi sebagai salah
satunya.
Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dibentuk sebagai sarana untuk
mengembangkan dan memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia. Untuk
memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia. Peran BEKRAF salah satunya
adalah menjadi fasilitator untuk para pelaku ekonomi kreatif agar usaha mereka
tetap berkeberlangsungan. Salah satu contohnya adalah BEKRAF memberikan
sertifikasi kepada Barista agar profesi tersebut diakui oleh negara sebagai bagian
132
dari industri kreatif yang profesional. Dengan langkah tersebut selain menjadikan
barista sebagai salah satu profesi juga untuk melindungi dan memberdayakan
industi kreatif di Indonesia.
Badan Ekonomi Kreatif sebagai Lembaga pemerintah yang dibentuk khusus
oleh pemerintah yang fungsinya untuk menaungi para pelaku usaha ekonomi
kreatif. Kopi menjadi salah satu sorotan BEKRAF. Dalam prakteknya, upaya
BEKRAF adalah mengembangkan dan mempromosikan kopi sebagai salah satu
komoditas ekonomi kreatif, baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Upaya
BEKRAF di dalam negeri salah satunya adalah memfasilitasi pendaftaran indikasi
geografis produk kopi, sertifikasi barista dan promosi di event skala lokal,
sementara untuk dalam negeri, BEKRAF aktif melakukan roadshow promosi kopi
Indonesia ke negara konsumen dan importir124.
Komitmen BEKRAF dalam membantu upaya memberdayakan kopi
Indonesia adalah dengan menjadikan kopi sebagai salah satu identitas nasional,
dengan diluncurkannya logo “KOPI” diharapkan kopi menjadi identitas nasional
yang membuat orang dapat mengingat dan mengasosiasikan kata “KOPI” dengan
Indonesia125.
124 Badan Ekonomi Kreatif, KOPI INDONESIA : Ikon Pemersatu Kekayaan dan Keanekaragaman
Kopi Indonesia, diakses dalam https://www.bekraf.go.id/kegiatan/detail/kopi-indonesia-ikon-
pemersatu-kekayaan-dan-keanekaragaman-kopi-indonesia (25/11/2019 4:04 WIB) 125 Ibid
133
3.6.2 Demand and Supply Kopi Indonesia Baik Domestik Maupun
Global
Dalam penelitian ini, penulis mengamati bahwa mulai banyaknya kedai
kopi di Indonesia adalah tahun 2014, pada tahun itu banyak kedai-kedai kopi yang
bernuansa third wave coffee culture yang mulai mengenalkan kopi singel origin
kepada para pelanggannya. Bermula dari kedai-kedai kopi ini lah konsumen
teredukasi tentang bagaimana mengenal kopi dengan cita rasa yang sesungguhnya,
karena pada kedai-kedai ini, para pelanggan tentu sangat dimanja dengan beragam
biji kopi dari beragan daerah yang memiliki cita rasa yang berbeda-beda.
Dampak yang dialami pada era third wave coffee culture ini membuat
permintaan kopi di Indonesia semakin meningkat, sehingga membuat produksi kopi
pun juga harus menyesuaikan dengan permintaan pasar. Seperti yang penulis
sebutkan di atas bahwa permintaan kopi dari tahun ke tahun kian naik karena jumlah
penikmat kopi saat ini sedang meningkat. Permintaan kopi domestik yang
meningkat merupakan salah satu tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan
potensi ini.
Dalam sub bab ini penulis akan memberikan beberapa data terkait dengan
permintaan dan pasokan kopi di Indonesia. Namun untuk pasokan kopi, akan
penulis bahas pada sub bab selanjutnya mengingat datanya cukup banyak sehingga
akan lebih mudah dipahami apabila dibagi dalam dua sub pokok bahasan. Untuk
bagian ini penulis akan fokus membahas tentang permintaan kopi di ranah domestik
dan Global.
134
1. Permintaan Domestik
Kopi saat ini selain menjadi komoditas, juga merupakan sebuah prospek
bisnis yang sangat menjanjikan karena permintaan domestik cukup besar. Seperti
yang sudah penulis sebutkan sebelumnya bahwa, satu roaster lokal kelas kecil saja
bisa menghabiskan sekitar 70-80kg kopi perbulan untuk kopi arabika dan robusta.
Kopi sekarang posisinya bergeser dari sekedar keinginan, berubah menjadi gaya
hidup berkat third wave coffee culture yang saat ini kita alami. Dari tahun 2011
sampai 2017, permintaan kopi domestik telah meningkat dari angka 3.333 dalam
1.000 karung 60 kg menjadi 4.600 karung 60kg atau bisa dikatakan naik sebanyak
45,7%126. Kenaikan tersebut dalam rentang waktu 6 tahun merupakan kenaikan
yang sangat signifikan.
Sementara untuk tahun 2019 konsumsi kopi diperkirakan tumbuh antara 6-
8%. Prediksi ini berdasarkan angka produksi pada tahun 2018 angka produksi kopi
berada di sekitaran 600.000 ton, dan 360.000 merupakan angka untuk serapan kopi
domestik. Hal tersebut disebabkan karena konsumen kopi dalam negeri terus
meningkat dari tahun ketahun karena para konsumen semakin dimanja dengan
banyaknya pilihan dari kedai-kedai kopi lokal yang tumbuh menjamur saat ini127.
Pada tahun 2016/2017 Indonesia berada di peringkat ke-enam sebagai
negara konsumsi kopi terbanyak di dunia128. Untuk tahun 2018 sendiri angka
126Indonesia Investment, Kopi, diakses dalam https://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186 (6/11/2019 3:20 WIB) 127Ali Akhmad Noor Hidayat, Eksportir Kopi: Kopi Lebih Banyak Diserap Pasar Domestik, diakses
dalam https://bisnis.tempo.co/read/1169785/eksportir-kopi-produksi-lebih-banyak-diserap-pasar-
domestik/full&view=ok (6/11/2019 ) 128Databoks, Indonesia Masuk Daftar Negara Konsumsi Kopi Terbesar Dunia, diakses dalam
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/12/indonesia-masuk-daftar-negara-konsumsi-
kopi-terbesar-dunia
135
konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 350.000 ton dan diprediksi bahwa pada
tahun 2021 akan naik menjadi 370.000 ton dengan angka pertumbuhan mencapai
8,22% /tahun. Faktor yang membuat angka pertumbuhan konsumsi kopi naik
adalah tren kopi yang sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia129.
Karena tren tersebut membuat persepsi masyarakat tentang kopi berkualitas kini
berbeda, sekarang kedai-kedai kopi lokal baik itu skala kecil maupun menengah
sudah mampu menyajikan kopi berkualitas, tidak terpaku pada nama besar waralaba
seperi Starbucks atau yang lainnya.
2. Permintaan Global
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia mampu
menyuplai setidaknya 7% dari total konsumsi kopi dunia setelah Brazil, Kolombia
dan Vietnam. Demand and Supply kopi Indonesia di tingkat global, bisa diukur
dengan parameter ekspor kopi ke negara – negara di benua Amerika, Eropa, Asia
dan Pasifik. Pada tahun 2019, 65 sampai 70% kopi mentah dialokasikan untuk
ekspor,sisanya untuk konsumsi domestik dan 65-67% adalah robusta, 35%hingga
33% sisanya adalah kopi Arabika, dan pada tahun 2020 diprediksi meningkat130.
Negara-negara yang telah menjadi langganan untuk ekspor kopi Indonesia
adalah Amerika, diikuti oleh negara di Eropa seperti Jerman, Italia dan Belanda.
Sementara negara yang menjadi target baru seperti Malaysia, Taiwan, Thailand,
Singapura, dan Korea Selatan masih didominasi oleh kopi instan, sangrai dan
ekstrak atau konsentrat, namun akan terus berkembang terkait pemerintah sudah
129 Ibid. 130 Nidia Zuraya, Tahun Depan, Ekspor Kopi Indonesia Diprediksi Meningkat, diakses dalam
https://www.republika.co.id/berita/q2npi5383/tahun-depan-ekspor-kopi-indonesia-diprediksi-
meningkat (20/12/2019 10:35 WIB)
136
melakukan beberapa cara untuk mempromosikan kopi Indonesia di negara
emerging market.
Sebagai negara penghasil dan eskportir kopi, tujuan ekspor kopi Indonesia
adalah ke negara berikut:
a. Amerika Serikat
Amerika Serikat sudah menjadi langganan untuk mengimpor kopi
Indonesia. Setelah Indonesia menjadi negara sorotan sebagai home of world finest
coffee pada SCAA Coffee Expo 14-17 April di Atlanta, Georgia, pada tahun 2015,
Indonesia telah mengekspor total sebanyak 65.5 juta kilo kopi senilai $281 ke
Amerika Serikat pada tahun 2015131. Kopi Indonesia paling diminati di Amerika
Serikat adalah kopi Arabika dari daerah Sumatera Gayo, Jawa, Bali, Toraja, Luwak
dan Flores, berdasarkan data dari ICO Amerika pada tahun 2018/2019 mencapai
angka 26.569 /60kg atau naik sebanyak 1,6 persen dari tahun 2015 – 2017132.
Masyarakat Amerika Serikat yang memahami specialty coffee Indonesia
membuat permintaan kopi ke AS tumbuh sebanyak 20%, walaupun kopi paling
diminati di AS adalah kopi spesialti dari daerah yang telah disebutkan, para importir
kopi di AS tetap mengharapkan kopi dari daerah lain. Kopi Indonesia di AS banyak
diminati karena memiliki cita rasa yang khas dan eksotis serta memiliki banyak
131Zulfiani Lubis, US to import $18 million worth of Indonesian coffee in 2016, diakses dalam
https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/bahasa/englishedition/129735-
indonesia-coffee-SCAa-portrait-country-america-atlanta (20/12/2019 11:37 WIB)
132International Coffee Organization, World Coffee Consumtion Table 2019, diakses dalam
http://www.ICO.org/prices/new-consumption-table.pdf (2012/2019 11:54 WIB)
137
Gambar 6. Trade channels for sustainably-sourced green coffee from Indonesia
varian karena di Indonesia sendiri terdapat banyak daerah penghasil kopi yang
menawarkan karakteristik berbeda tiap daerahnya133.
b. Eropa
Uni Eropa merupakan negara Importir kopi di dunia yang menjadi target
ekspor kopi Indonesia. Pada tahun 2012 tercatat Indonesia telah mengekspor kopi
sebanyak 120 ribu ton ke Uni Eropa dengan nilai sebanyak 240 juta Euro. Dalam
rantai suplai kopi di Eropa, broker tidak memiliki banyak peranan penting, kopi
Indonesia di Uni Eropa didistribusikan melalui agen – agen atau eksportir yang
sudah tersertifikat dan memenuhi standar impor Uni Eropa134
Sumber : Profound 2013
133 Didik Purwanto, Kopi Indonesia Diminati Pasar Amerika, diakses dalam
https://lifestyle.kompas.com/read/2013/06/11/12082087/Kopi.Indonesia.Diminati.Pasar.Amerika
(20/12/201 12:06 WIB) 134 Ministry of Foreign Affari, Market Insigh For Sustainably-sourced Coffee From Indonesia,
diakses dalam https://www.cbi.eu/sites/default/files/market_information/researches/tailored-study-
indonesia-europe-eu-market-insights-coffee-2014.pdf (20/12/2019 12:34 WIB)
138
Pada era ini, kopi yang banyak diminati oleh masyarakat eropa adalah yang
berjenis Arabika dan kebanyakan dari Sumatera karena rasanya tidak pahit dengan
aroma kuat dan tambahan rasa rempah dengan tingkat keasaman yang rendah. Kopi
Indonesia mendapatkan komentar positif ketika dipamerkan di Vienna Coffee
Festival135. Selain itu, di Austria, Belanda merupakan negara potensial untuk pasar
kopi Indonesia di Eropa, pada tahun 2017, nilai ekspor kopi ke Belanda mencapa
US$ 9,2 Juta dan dalam 5 tahun terakhir telah meningkat 23,4%. Kedutaan Besar
Republik Indonesia mengikuti festival World of Coffee di Aamsterdam pada tanggal
21-23 Juni 2018 di Amsterdam selain bertujuan untuk mengenalkan kopi Indonesia
ke Belanda juga bertujuan untuk menigkatkan ekspor kopi baik itu kualitas maupun
kuantitas136.
c. Asia dan negara Emerging Market Lainnya
Indonesia memiliki pasar potensial di Asia, terutama Asia Timur seperti
Jepang dan Korea Selatan. Pada tahun 2013, Indonesia memasok 6,8% dari
kebutuhan kopi di Jepang. Komoditas kopi memiliki demand yang besar terhadap
green bean coffee dengan standar grade dan ukuran, standar mutu yang diminta
tergantung dari target importir dan pada umumnya perusahaan – perusahaan besar
memilih untuk mengecek langsung ke perkebunan. Pangsa pasar kopi Indonesia di
Jepang sebanyak 6,8% merupakan negara pengekspor kopi kelima terbesar untuk
135 Andhina Wulandari, Kopi Indonesia Diminati Pencinta Kopi Austria, diakses dalam
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190113/12/878017/kopi-indonesia-diminati-pencinta-kopi-
austria (20/12/2019 13:07 WIB) 136 Specialty Coffee Association of Indonesia, Indonesia Dorong Ekspor Kopi Spesialti ke Belanda
dan Eropa, diakses dalam https://SCAi.or.id/indonesia-dorong-ekspor-kopi-spesialti-ke-belanda-
dan-eropa/ (20/12/2019 13:14 WIB)
139
Gambar 7 Saluran distribusi kopi ke Jepang
negara Jepang, selain itu reputasi kopi Indonesia di Jepang juga cukup terkenal,
masyarakat dari negara tersebut sangat mengenal kopi Toraja, serta mulai mengenal
kopi luwak sebagai salah satu kopi termahal di dunia137.
Salah satu kiat pemerintah untuk meningkatkan permintan kopi di Negara
Jepang adalah dengan mengikuti Pameran atau event kopi yang diselenggarkan di
negara ini, untuk itu Atase Perdagangan Tokyo melakukan kerjasama dengan
Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) Osaka untuk meningkatkan ekspor kopi
Indonesia di Jepang. Kopi Indonesia di Jepang paling diminati adalah Kopi
Mandailing, Toraja dan Kintamani138.
Sumber : :Kemendag
137 Atase Perdagangan Tokyo, Market Brief : Kopi, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
2014 hal. 17 138 Ridho Syukro, Kopi Indonesia Raih Penjualan US$ 5,5 Juta di Jepang, diakses dalam
https://www.beritasatu.com/ekonomi/514593/kopi-indonesia-raih-penjualan-us-55-juta-di-jepang
(23/12/2019 17:00 WIB)
140
Kemudian di Korea Selatan Kopi Indonesia masuk melalui kerjasama antar
perusahaan dagang Ventura Coffee, PT Indoarabica Mangkuraja, dan Alpha
Gemilang dengan Beanst Coffee, Tona Co. Ltd dan Treeplanet Co. Ltd. Korea
Selatan merupakan negara dengan potensi pasar potensial untuk kopi Indonesia.
Potensi nilai untuk kerjasama tersebut sekitar US$ 2 juta dan warga Korea Selatan
merupakan salah satu negara konsumsi kopi terbesar di Asia, ada sekitar 12.300
gerai kopi dan selalu ramai. Tren pertumbuhan eskpor kopi Indonesia ke Korea
Selatan naik 19,86% dari US$ 6,05 Juta menjadi US$ 12,82 Juta. Strategi untuk
meningkatkan ekspor kopi ke Korea Selatan masih sama, yaitu dengan mengikuti
event kopi yang diselenggarakan di negara tersebut139.
Sementara di negara Asia lain seperti Taiwan dan Tiongkok, kopi Indonesia
juga memiliki pangsa pasar. Pada periode Januari sampai September 2017, ekspor
kopi Indonesia ke Tiongkok mencapai US$34,1 juta. Daerah penghasil kopi di
Tiongkok seperti Yunnan dan Hainnan tidak mencukupi konsumsi koi domestik di
Tiongkok sehingga impor kopi ke Tiongkok merupakan sebuah keharusan140.
Perubahan gaya hidup dan perekonomian merupakan faktor yang menjadi kopi
diminati di negara tersebut. Pertumbuhan angka konsumsi kopi di China naik dari
14,5% pada tahun 2016 menjadi 22,1% pada tahun 2017 menyebabkan peringkat
impor kopi China naik dari yang awalnya peringkat 23 menjadi peringkat 17 di
139 Budi Riza, 12.300 Gerai Kopi Korea Selatan Siap Serap Kopi Indonesia, diakses dalam
https://dunia.tempo.co/read/1076720/12-300-gerai-kopi-korea-selatan-siap-serap-kopi-
indonesia/full&view=ok (23/12/2019 18:12 WIB) 140 Nidia Zuraya, Indonesia Siap Rebut Pasar Kopi di Cina Dari Vietnam, diakses dalam
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/11/13/ozc0ro-indonesia-siap-rebut-pasar-
kopi-di-cina-dari-vietnam (23/12/2019 19:00 WIB)
141
tahun yang sama menyebabkan pangsa impor kopi China adalah 1,6% dari total
impor kopi di seluruh dunia141.
Terakhir di Taiwan, sepanjang periode Januari – September 2017, ekspor
kopi ke Taiwan mencapai US$16,4 juta atau total 10,6% dari total impor kopi di
Taiwan, angka tersebut naik sebanyak 19,4% dari tahun sebelumnya sehingga
Indonesia merupakan negara importir kopi terbesar ke – 3 terbesar di Taiwan142.
Kopi Indonesia populer di tingkat global menjadikan Indonesia perlu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi demi memenuhi konsumsi kopi baik
domestik maupun global, hal tersebut diperlukan langkah – langkah strategis seperti
perbaikan kualitas sumber daya manusia agar mampu mengelola sumber daya alam
yang melimpah. Langkah tersebut telah dibahas di sub bab sebelumnya. Pentingnya
menjaga angka demand and supply kopi Indonesia adalah untuk menjaga
ketersediaan pasokan. Analisis tersebut berdampak untuk menjaga hubungan
dagang multilateral Indonesia dengan negara – negara tujuan ekspor.
3.6.3 Social Responsibility Investment Starbucks di Indonesia
Social responsibility investment adalah investasi sosial yang
mengedepankan keberlangsungan dan terjaminnya kesejahteraan para produsen di
bagian hilir serta menjamin ketersediaan bahan baku untuk para investor. Social
responsibilty investment merupakan sebuah solusi yang saling menguntungkan
141 Yustinus Andri DP, Melambungkan Ekspor Kopi ke China, diakses dalam
https://ekonomi.bisnis.com/read/20181001/12/844131/melambungkan-ekspor-kopi-ke-china
(23/12/2019 19:07 WIB) 142 Vicki Febrianto, Kopi Premium Indonesia Diminati Pasar Taiwan, diakss dalam
https://www.antaranews.com/berita/666978/kopi-premium-indonesia-diminati-pasar-taiwan
(23/12/2019 19:16 WIB)
142
antar para perusahaan yang berinvestasi dengan produsen hulu. Social
responsibility investment membentuk kepecayaan dan saling menguntungkan
terhadap kedua belah pihak. Social Responsibilty Investment modern terdiri dari
tiga pilar pokok dalam prakteknya selain investasi berbasis sosial, investasi yang
berkelanjutan dan keterikatan antar perusahaan dengan lingkungan serta dampak
dari investasi sosial tersebut143.
Starbucks merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menjual kopi
sebagai produk utama mereka. Skala perusahaan ini sangat besar, tercatat pada
tahun 2018, jumlah gerai Starbucks di seluruh dunia telah terdapat 29.300144. Untuk
menjaga ketersediaan pasokan bahan baku, baik itu kopi, teh, dan coklat, Starbucks
menerapkan sistem Ethical Sourcing secara menyeluruh. Untuk pasokan kopi
sendiri, Starbucks menyadari bahwa secangkir kopi membutuhkan sebuah proses
yang panjang dan menjaga tanaman tersebut tetap berkeberlangsungan, maka
Starbucks memiliki sebuah program yang disebut C.A.F.E (Coffee and Farmer
Equity). Program ini bertujuan untuk mengembangkan dan mendukung petani agar
menghasilkan kopi yang berkualitas, dan juga untuk menjaga pasokan kopi untuk
Starbucks itu sendiri145.
143Blaine Townsend, From SRI to ESG: The Origins of Socially Responsible and Sustainable
Investing (California, 2017), http://www.ussif.org/blog_home.asp?Display=75. Hal. 3 144 Mutia Fauzia, Tahun Depan Starbucks Akan Buka 2.100 Gerai Baru, diakses dalam
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/02/070000226/tahun-depan-Starbucks-akan-buka-
2.100-gerai-baru (7/11/2019 1:58 WIB) 145Starbucks Coffee , C.A.F.E Practices Generic Evaluation Guidelines 2.0, Starbucks Coffee
Company, diakses dalam http://www.Starbucks.co.id/media/indonesia-pdf-mar-2007-CAFE-
Practices_tcm33-11517.pdf (7/11/2019 3:11 WIB)
143
Untuk mendukung program tersebut, maka Starbcuks mengoperasikan
Farmer Support Centre. Program tersebut berbasis open-source agronomy yang
berarti saling berbagi informasi mengenai manajemen tanah dan produksi tanaman.
Cara ini merupakan sebuah solusi bagi Starbucks untuk meningkatkan kualitas kopi
serta memberdayakan masyarakat sebagai sebuah tanggung Jawab sosial dan saling
menguntungkan terhadap kedua belah pihak. Lokasi Starbucks Farmer Support
Centre sendiri ada di sembilan negara, yaitu Guetamala, Rwanda, Ethiopia,
Colomblia, China, Costa Rica, MexICO dan Indonesia146.
Indonesia yang merupakan negara penghasil kopi, juga mendapat perhatian
dari Starbucks. Sejak tanggal 08 September 2016, Starbucks mendirikan Farmer
Support Centre di Indonesia, tepatnya di kota Brastagi, Provinsi Sumatera Utara
yang bekerja sama dengan kelompok tani Tani Sinergi Fajar Harapan. Farmer
Support Centre yang dibangun oleh Starbucks merupakan sebuah tempat
pembibitan kopi. Tempat tersebut membantu para petani dalam mengembangkan
bibit kopi terbaik dengan bantuan dari ahli untuk menciptakan tanaman kopi yang
baik dan berkualitas. Petani yang tergabung dalam program tersebut pun tidak
diharuskan untuk memasok kopi mereka ke Starbucks, dengan kata lain, petani
dibebaskan untuk menjual kemana saja. Dari penjelasan tersebut tujuan dari
program ini sendiri adalah untuk memberikan edukasi dan mengembangkan sumber
146Starbucks, On the Ground Support for Farming Communities, diakses dalam
https://www.Starbucks.com/responsibility/community/farmer-support/farmer-support-centers
(7/11/2019 5:08 WIB)
144
daya manusia untuk menanam kopi dengan cara yang lebih baik dan membantu
meningkatkan kesejahteraan petani147.
Studi Kasus Starbucks mendirikan Farmer Support Centre di Indonesia
merupakan sebuah bentuk dari implementasi modernisasi yang dibawa oleh arus
globalisasi. Berdasarkan salah satu ciri globalisasi yaitu masuknya sebuah
perusahaan multinasional ke suatu negara, Starbucks yang merupakans sebuah
perusahaan ritel besar yang berasal dari Amerika, masuk ke Indonesia untuk
melakukan ekspansi pasar. Sementara dari segi modernisasi, Starbucks masuk ke
Indonesia selain sebagai bentuk dari ekspansi pasar, dengan sistem Ethical
Sourcing melalui program Coffee and Farmer Equity dengan membangun sebuah
Farmer Suppport Centre di Brastagi, Sumatera Utara, merupakan sebuah usaha
untuk membantu kesejahteraan masyarakat. Selain membantu kesejahteraan
masyarakat, sebuah sistem yang dilakukan oleh Starbucks juga sebagai salah satu
cara agar Starbucks menjaga pasokan kopi Sumatera.
Alasan mengapa Starbucks membangun Farmer Support Centre di
Sumatera adalah, kopi Sumatra merupakan kopi paling disukai di Starbucks di
seluruh dunia. Karakteristik biji kopi Sumatera sangat kuat dan dapat dicampur
dengan bahan lain sehingga paling pas untuk resep – resep kopi yang disajikan oleh
Starbucks148. Namun Starbucks tidak berhenti di sebatas untuk mendapatkan suplai
kopi saja, untuk memenuhi Ethical Sourcing mereka tidak hanya membantu dalam
147Starbucks, Developing Better Future With Farmers, diakses dalam
http://www.Starbucks.co.id/responsibility/ethical-sourcing/farmer-support (7/11/2019 10:07 WIB) 148 Kahfi Dirga Cahaya, Kopi Sumatera Paling Digemari di Seluruh Starbucks di Dunia, diakses
dalam https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/07/061400420/kopi-sumatra-paling-digemari-di-
seluruh-Starbucks-dunia (8/11/2019 12:01 WIB)
145
mengembangkan tanaman kopi, tapi juga menjamin kesejahteraan para petani
dengan cara setiap 10% penjualan dari biji kopi Sumatra, akan disumbangkan untuk
kesejahteraan waga di lingkungan perkebunan kopi Sumatra seperti perbaikan
sekolah dan tempat tinggal149.
Starbucks mendapatkan pasokan kopi Sumatera, sementara masyarakat
kesejahteraannya meningkat dan kualitas tanaman kopi di perkebunan Sumatra
merupakan kondisi yang saling menguntungkan antar kedua pihak, baik itu
Starbucks maupun para petani. Social Responsibility Investment merupakan salah
satu bentuk implementasi dari Modernisasi di Indonesia yang juga merupakan
dampak dari third wave coffee culture. Modernisasi yang berarti sebuah
pengembangan dapat dilihat dari transfer knowledge dengan didirikannya Farmer
Support Centre, dan memberikan kesejahteraan masyarakat lewat kampanye yang
dilakukan oleh Starbucks merupakan sebuah upaya untuk mensejahterakan
masyarakat. Lewat upaya tersebut, hasil yang didapatkan terhadap Starbucks adalah
mereka tetap dapat menjual kopi Sumatra dengan kualitas bagus, para petani dapat
dengan mudah mendapatkan pembeli dari biji kopi mereka, serta kesejahteraan
masyarakat mulai meningkat.
149 Ibid