BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB...

75
71 BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia SebagaiImplementasi Modernisasi Terhadap Kopi Indonesia Kopi merupakan komoditas potensial yang banyak dimiliki oleh Indonesia. Third wave coffee culture memberikan pengaruh terhadap budaya kopi di Indonesia. Budaya kopi yang mengalami modernisasi tersebut dibawa oleh globalisasi dan memberikan pengaruh lain terhadap aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Modernisasi budaya kopi Indonesia dan segala aspek yang mempengaruhinya dapat dianalisa melalui empat indikator modernisasi oleh Dayya Khisan Thussu, modernisasi tersebut merupakan dampak dari globalisasi oleh Anthony Giddens yang membuat kejadian yang terjadi di ranah lokal dapat memberikan pengaruh ke dunia internasional karena nihilnya batas batas negara pada era modern. Kopi Indonesia memiliki karakteristik yang beragam berdasarkan daerah penghasil kopi yang tersebar di seluruh negeri merupakan potensi bagi Indonesia untuk mengembangkannya. Third wave coffee culture menjadi kendaraan untuk modernisasi kopi Indonesia. Budaya kopi yang awalnya sudah ada di Indonesia mengalami modernisasi menjadi sebuah gaya hidup. Melalui empat indikator tersebut, third wave coffee culture dapat dijelaskan sebagai modernisasi terhadap budaya kopi di Indonesia memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan politik.

Transcript of BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB...

Page 1: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

71

BAB III

Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia

SebagaiImplementasi Modernisasi Terhadap Kopi Indonesia

Kopi merupakan komoditas potensial yang banyak dimiliki oleh Indonesia.

Third wave coffee culture memberikan pengaruh terhadap budaya kopi di

Indonesia. Budaya kopi yang mengalami modernisasi tersebut dibawa oleh

globalisasi dan memberikan pengaruh lain terhadap aspek ekonomi dan politik di

Indonesia. Modernisasi budaya kopi Indonesia dan segala aspek yang

mempengaruhinya dapat dianalisa melalui empat indikator modernisasi oleh Dayya

Khisan Thussu, modernisasi tersebut merupakan dampak dari globalisasi oleh

Anthony Giddens yang membuat kejadian yang terjadi di ranah lokal dapat

memberikan pengaruh ke dunia internasional karena nihilnya batas – batas negara

pada era modern.

Kopi Indonesia memiliki karakteristik yang beragam berdasarkan daerah

penghasil kopi yang tersebar di seluruh negeri merupakan potensi bagi Indonesia

untuk mengembangkannya. Third wave coffee culture menjadi kendaraan untuk

modernisasi kopi Indonesia. Budaya kopi yang awalnya sudah ada di Indonesia

mengalami modernisasi menjadi sebuah gaya hidup. Melalui empat indikator

tersebut, third wave coffee culture dapat dijelaskan sebagai modernisasi terhadap

budaya kopi di Indonesia memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan

politik.

Page 2: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

72

3.1 Kopi Indonesia di Era Third Wave Coffee Culture

Pada era Third Wave Coffee Culture, Indonesia mendapatkan banyak

keuntungan, karena sebagai salah satu negara penghasil kopi di dunia seperti yang

sudah disebutkan dalam bab sebelumnya, Third Wave Coffee Culture membuat para

penikmat kopi sadar terhadap kualitas dan mutu serta sumber daya manusia.

Masuknya Third Wave Coffee ke Indonesia sendiri merupakan sebuah konsekuensi

dari globalisasi yang membuat semua informasi menjadi sangat mudah didapatkan.

Globalisasi yang menjadikan batas negara menjadi semakin minimal membuat

informasi yang mengalir bebas menjadi semakin cepat tersebar. Pada era sekarang

sekarang dengan semakin berkembangnya infrastruktur globalisasi membuat

cepatnya persebaran informasi78.

Third Wave Coffee Culture yang berasal dari Amerika Serikat masuk ke

Indonesia melalui media massa dan infrastruktur globalisasi dengan media berbasis

internet membuat budaya ini tumbuh subur di Indonesia. Informasi yang mengalir

bebas atau yang disebut dengan “Free flow of Information” yang disebut dalam

buku Daya Kissan Thussu mengatakan bahwa konsep ini bisa memberikan terhadap

tujuan ekonomi dan politik. Dalam bidang ekonomi, konsep “free flow”

memberikan kemudahan dalam memasarkan produk dan barang-barang pada pasar

luar negeri. Melalaui kendaraan media,Free Flow of Information memberikan

banyak pengaruh terhadap Indonesia, salah satunya adalah Third Wave Coffee

78Africa Makasi and Krishna Govender, Globalization and Sustainable Development: A Conceptual

Model,Mediterranean Journal of Social Sciences 6, no. 4S3 (2015): 341–349.

Page 3: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

73

Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

kopi79.

Third Wave Coffee Culture merupakan sebuah perwujudan dari modernisasi

yang dibawa oleh globalisasi melalui komunikasi massa dengan semakin

membaiknya infrastruktur globalisasi, terutama internet dan kendaraan media lain.

Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 171,17 juta jiwa dari total

populasi sebanyak 264 juta jiwa penduduk Indonesia, atau sekitar 64,8 persen,

mengalami peningkatan yang pada mulanya tahun 2017 tercatat sebanyak 54,86

persen dengan angka kontribusi peneterasi internet di Indonesia disumbang paling

banyak oleh Pulau Jawa sebanyak 55 persen kemudian Sumatera sebanyak 21

persen. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebanyak 10,12 persen

berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia pada tanggal 14 April 201980.

Third Wave Coffee Culture menyebabkan sebuah transformasi dari sebuah

budaya kopi tradisional menjadi lebih modern dan berkontribusi terhadap

peningkatan sumber daya manusia. Kedai kopi dari negara barat menjadi role model

dalam third wave coffee culture dapat dikaitkan dengan postmodernisme sebagai

bentuk relasi kuasa, ketika suatu organisasi telah mapan maka akan diadopsi oleh

organisasi yang lainnya. Dalam konteks ini, negara barat telah lebih dahulu

memulai third wave coffee culture kemudian dengan pengaruh globalisasi, budaya

79Daya Kishan Thussu, International Communication : Continuity and Change (London: Oxford

University Press, 2000). 80 Yudha Pratomo, AJPII : Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Tembus 171 Juta Jiwa, diakses

dalam https://tekno.kompas.com/read/2019/05/16/03260037/apjii-jumlah-pengguna-internet-di-

indonesia-tembus-171-juta-jiwa (11/12/2019 4:37 WIB)

Page 4: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

74

tersebut diadopsi di negara-negara berkembang terutama di negara penghasil kopi

seperti Indonesia81.

Bentuk nyata yang ada di lapangan dari pengaruh Third Wave Coffee

Culture di Indonesia adalah menjamurnya kedai-kedai kopi lokal yang mudah di

temui, terutama di kota besar yang memiliki banyak jumlah penduduk muda atau

terdapat banyak universitas seperti Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung dan

Jogjakarta namun tidak menutup kemungkinan bahwa di kota lain yang relatif

kecilpun ada kedai kopi yang memiliki ciri khas Third Wave Coffee Culture ini,

dengan kata lain, dampak dari gelombang ini sudah menyebar hampir merata di

seluruh Indonesia.

Urgensi yang dihadapi Indonesia adalah sebagai negara penghasil keempat

terbesar di dunia adalah bagaimana mengembangkan potensi tersebut menjadi

sebuah komoditas yang berkeberlangsungan. Third wave coffee culture membantu

hal tersebut secara perlahan, walaupun dampak yang dirasakan belum terasa besar,

namun berkembang secara perlahan hingga memberikan dampak yang cukup

signifikan terhadap negara, third wave coffee culture merupakan sebuah budaya

yang menjadikan kopi tersebut sebagai subjek dalam penyebarannya. Banyak sekali

daerah di Indonesia yang mampu menghasilkan kopi-kopi berkualitas, seperti Aceh,

Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa

Tenggara, Sulawesi hingga Papua. Daerah-daerah tersebut cukup untuk memenuhi

81 Dodi Faedlulloh, Postmoderndan Teori Organisasi : Kondisi Postmodernitas dan Organisasi dari

Perspektif Focault, Dinamika Perkembangan Ilmu Sosial di Indonesia Kajian Teori dan Praktik,

Program Studi Administrasi Publik, Unversitas 17 Agustus 1945 Jakarta 2017

Page 5: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

75

permintaan kopi domestik hingga internasional terlebih beberapa wilayah sudah

mendaftarkan kopi mereka dalam Indikasi Geografis sehingga produk mereka tidak

akan diakui oleh produsen dari daerah lain.

Cita rasa dan karakter kopi dari daerah-daerah tersebut tentu berbeda-beda,

masing-masing mempunyai karakteristik rasa yang unik dan beragam, dari hal

tersebut merupakan sebuah keuntungan karena pada era third wave coffee culture

penikmat kopi cenderung lebih menyukai kopi yang menampilkan cita rasa yang

murni. Selera penikmat kopi yang kian rumit karena telah teredukasi tersebut

merupakan tantangan terhadap sumber daya manusia untuk mampu menghasilkan

kopi dengan cita rasa terbaik, maka dari itu perlu diselaraskannya antara industri

kopi sektor hulu dan hilir,dibutuhkan pengawasan terhadap kopi dari mulai ditanam

dan pasca panen, serta tenaga yang piawai mengolah dan memproses kopi dari

petani seperti para roaster yang menyangrai biji kopi hingga menemukan karakter

terbaiknya hingga para barista yang menyajikan kopi langsung ke konsumen.

Salah satu penyebab banyaknya permintaan terhadap biji kopi mentah ini

adalah semakin meluasnya pasar yang mereka masuki. Sekarang kopi bukan

menjadi sebuah minuman yang identik dengan laki-laki, sekarang sudah mulai

dikonsumsi oleh perempuan. Melihat dari banyaknya permintaan tersebut, maka

pihak penyedia kopi harus mendapatkan pasokan yang cukup agar permintaan pasar

terpenuhi, selain itu juga mereka harus menawarkan produk yang up to date dan

berkualitaskarena pada masa sekarang konsumen semakin tahu dan mengerti

tentang kopi itu sendiri.

Page 6: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

76

Pada era ini terjadi beberapa fenomena yang cukup memberikan pengaruh

terhadap perkembangan kopi di Indonesia, baik dari segi industri, pandangan

masyarakat terhadap kopi hingga preferensi selera terhadap kopi itu sendiri. Seperti

yang disebutkan di atas bahwa third wave coffee culture merupakan sebuah hal baru

yang dibawa dari pengaruh globalisasi dan komunikasi lintas negara, dampak yang

diberikan sangatlah nyata sehingga mampu membantu mengembangkan beberapa

bidang, seperti ekonomi, industri kreatif, agrikultur, dan sumberdaya manusia.

Dampak tersebut akan dibagi berdasarkan empat indikator yang akan menjelaskan

segi modernsiasi dari third wave coffee culture, yaitu free flow information yang

menjadi jembatan masuknya era kopi di dunia serta bagaimana informasi melalui

kopi tersebar, kemudian shift perspective yang menjelaskan bagaimana kopi

sebagai gaya hidup bagi masyarakat Indonesia, lalu ada pengembangan sumber

daya manusia dan pemanfaatan teknologi, indikator ini menjelaskan bagaimana

pengembangan kopi Indonesia mulai dari hulu dan hilir serta social walfare yang

menjelaskan bagaimana pengaruh third wave coffee culture terhadap kesejahteraan

masyarakat Indonesia

3.2 Arus Globalisasi Yang Membawa Modernisasi Terhadap Kopi Indonesia

Seperti yang dibahas pada sub bab sebelumnya, bahwa third wave coffee

culture diawali di Amerika Serikat, yaitu di Wrecking Ball Coffee Roaster, San

Diego, California oleh cofounder Trish Rothgebpada tahun 2002. Third wave coffee

culture sendiri mulai masuk di Indonesia sekitar tahun 201082. Indonesia

82 Michael Paul Light, Trish Rotgeb Coined “Third Wave” and Is Now Looking Toward Coffee

Future, diakses dalam https://www.latimes.com/food/story/2019-10-04/third-wave-coffee-trish-

rothgeb (24/11/2019 4:51 WIB)

Page 7: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

77

merupakan negara berkembang yang berada di kawasan asia tenggara, sementara

third wave coffee culture merupakan produk yang dibawa dari Amerika Serikat,

membuktikan bahwa globalisasi merupakan sebuah konsekuensi dari modernitas

yang membuat batas-batas negara menjadi sempit dan saling bergantung. Negara-

negara penghasil kopi membutuhkan pelanggan dan pasar untuk menjual poduknya,

dan negara importir kopi membutuhkan pasokan kopi dari negara penghasil kopi,

karena mayoritas negara yang menjadi importir, hampir semuanya tidak memiliki

perkebunan kopi di negara mereka sendiri sementara jumlah permintaan di negara

mereka pun semakin banyak.

Ketergantungan satu sama lain antara negara penghasil dengan negara

konsumen di bidang ekspor dan impor. Arus globalisasi menyebabkan semakin

seringnya interaksi antar masa melalui bermacam media masa yang sekarang sangat

mudah untuk diakses. Hal tersebut memicu perubahan masyarakat karena seperti

yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi transformasi sudut

pandang dari masyarakat terhadap kopi Indonesia adalah sifat manusia yang

dinamis dan selalu menginginkan pembaharuan dari hal yang sudah ada.

3.2.1 Pengaruh Globalisasi Ekonomi

Pada tahap awal modernisasi, sektor industri merambah pada sektor

agrikultur, sementara pada tahap kedua, sektor pelayanan dan jasa merambah pada

sektor industri. Dalam Third Wave Coffee Culture, globalisasi ini terlihat cukup

jelas dengan adanya transformasi yang terjadi di bidang sosiokultural dan

Page 8: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

78

ekonomi83. Di Indonesia sendiri third wave coffee culture diadopsi menjadi sebuah

keadaan ekonomi baru yang bisa disebut dengan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif

menciptakan banyak peluang baru terbuka di Indonesia kemudian menyebabkan

meningkatnya pendapatan ekonomi perkapita dan beragam lapangan

pekerjaanuntuk menekan angka pengangguran serta mewujudkan pemberdayaan

ekononomi rakyat.

Kopi adalah sumber daya alam yang banyak tersedia di Indonesia, dengan

pengelolaan yang baik maka hal tersebut memberikan dampak yang cukup

signifikan, selain itu juga memupuk kesadaran masyarakat Indonesia untuk

mencintai dan memberdayakan produk dalam negeri. Setelah melalui proses

globalisasi dengan tahapan cukup panjang, kopi Indonesia telah memasuki tahap

perkembangan yang sangat besar dan lebih modern dibandingkan dengan sejak

pertama kali masuk ke Indonesia ketika Eropa mulai mengalami revolusi Industri

dengan mencari bahan baku untuk dijual dipasar global. Saat ini kopi Indonesia

telah berada pada tahap yang lebih mandiri dan mampu bersaing di pasar global,

ada beberapa faktor yang menyebabkan kopi Indonesia telah sampai pada tahap ini,

dalam tulisan ini, penulis menemukan bahwa faktor yang mendorong hal tersebut

menitikberatkan pada sektor ekonomi namun dengan sentuhan sosiokultural. Pada

sub bab ini, penulis akan menganalisa pengaruh third wave coffee culture dengan

sudut pandang globalisasi yang terjadi di Indonesia84.

83Inglehart. Ronald, Modernization, Cultural Change and Democracy (Cambridge: Cambridge

University Press, 2005). Hal, 58 84 Haswidi, Loc.cit hal 27

Page 9: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

79

Globalisasi mengakibatkan perubahan di bidang ekonomi di Indonesia,

namun dampaknya bukan hanya di bidang ekonomi, walaupun bidang ekonomi

merupakan bidang yang paling terlihat jelas, globalisasi juga mengubah gaya hidup

manusia. Globalisasi terjadi di Indonesia mengubah pola masyarakat menjadi lebih

maju agar tidak tertinggal beberapa langkah dibanding dari negara lain. Globalisasi

berkembang pesat melalui agen-agen globalisasi yang saat ini ada di kehidupan

sehari-hari, contohnya adalah sosial media melalui jalur internet membuat batas-

batas negara semakin menipis. Teknologi membantu mempercepat proses

globalisasi. Pada era ini, penggunaan sosia media meningkat drastis, dan hal

tersebut semakin mempersempit batas-batas geografis, dampaknya terhadap sektor

ekonomi sangat jelas. Untuk perdagangan kopi, para produsen kopi di sektor hulu

lebih mudah untuk memperluas pasar mereka, akses internet yang saat ini semakin

mudah membuat segala informasi menjadi semakin cepat menyebar85.

Proses globalisasi ekonomi tidak terlepas dari berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi. Globalisasi ekonomi membuat pasar global semakin

intensif bersaing, dengan semakin mudahnya akses dari satu wilayah ke wilayah

lain, baik itu ranahnya domestik maupun global adalah sebuah fakta. Tantangan

yang dihadapi adalah semakin meningkatnya persaingan global antar satu negara.

Indonesia sebagai salah satu negara produsen kopi bersaing dengan negara lain

seperti Brazil, Kenya, Kolombia, Vietnam yang merupakan negara produsen kopi

85Gao Shangquan, Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention Contents CDP

Backgr, no. 1 (2000): 1–8, http://www.un.org/esa/policy/devplan/.

Page 10: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

80

besar di dunia bersaing di pasar global untuk memenuhi kebutuhan pasar di negara

lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya tren third wave coffee culture

berakar dari globalisasi ekonomi, salah satu cirinya adalah adanya perusahaan

multinasional yang masuk ke suatu negara. Dalam studi kasus ini, kita ambil contoh

Starbucks yang merupakan perusahaan multinasional yang berasal dari Amerika

Serikat. Ekspansi pasar oleh Starbucks ke negara berkembang berhasil mengubah

gaya hidup masyarakat yang menimbulkan perilaku konsumtif. Dalam globalisasi,

terutama di bidang ekonomi, ada dua aspek yang mampu menjelaskan mengapa

perusahaan multinasional bisa tumbuh subutr di negara berkembang seperti

Indonesia.

Dalam Third wave coffee culture, pasar global memberikan pengaruh besar

terhadap perkembangan kopi di Indonesia. Dalam sudut pandang pasar global, ada

dua aspek yang mampu menjelaskan hal tersebut dan memberikan pengaruh besar

terhadap kopi Indonesia dan memperkuat pengaruh third wave coffee culture dua

aspek tersebut adalah:

a. Globalisasi Pasar

Menyempitnya batasan negara membuat lintas batas perdagangan telah

membuat perdagangan lintas negara semakin mudah. Globalisasi pasar membuat

negara – negara berkembang menjadi satu pangsa pasar dan menjadikan konsumen

mereka semakin banyak dengan jangkauannya cukup luas. Dalam aspek ini,

Page 11: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

81

membuat perdagangan produk dan distribusinya semakin mudah86. Contoh

kongkrit dari aspek ini adalah perusahaan multinasional yang melakukan ekspansi

pasar ke Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang kopi, salah satunya adalah

Starbucks. Perusahaan tersebut masuk ke Indonesia untuk mendistribusikan produk

mereka, berupa kopi yang berbeda dengan kopi yang biasa diminum oleh

masyarakat Indonesia sebelumnya, pun juga, sebagai negara penghasil kopi di

dunia, hal ini merupakan kesempatan bagi Starbucks untuk memperoleh bahan

baku. Faktor mudahnya mendapatkan bahan baku menjadi satu alasan Starbucks

membuka gerainya di Indonesia, dengan hal ini target pasar dapat tercapai, dan

kebutuhan akan pasokan bahan baku dapat dengan mudah terpenuhi.

b. Globalisasi Poduksi

Memiliki pasokan sumber barang yang tetap terjaga merupakan sebuah

keharusan bagi para produsen di sektor hilir. Dalam kajian bisnis internasional,

globalisasi yang telah menjadikan nihilnya batas negara membuat produsen mudah

memperoleh sumber barang dari seluruh dunia untuk mengambil keuntungan.

Aspek ini dapat dijelaskan melalui studi kasus Tanamera Coffee, dalam beberapa

produknya mereka mengambil langsung dari petani di berbagai daerah di Indonesia,

sambil membeli langsung, mereka juga mendampingi dan memberadayakan proses

produksinya adar tumbuhnya kepercayaan dengan para petani tersebut dengan

mereka. Hasil dari produksi tersebut meningkat baik dari segi kuantitas maupun

kualitas, kedua belah pihak saling diuntungkan karena mereka dapat menjual

86Budi Rustandi Kartawinata dkk, Bisnis Internasional, Bisnis Internasional (Bandung: PT. Karya

Manunggal Lithomas, 2014).

Page 12: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

82

dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi, kopi dari tanamera sudah pernah

memenangkan penghargaan dari Internasional87.

3.2.2 Industrialisasi Kopi Indonesia

Pengaruh Globalisasi terhadap kopi Indonesia adalah membuat kopi

Indonesia mengalami Industrialisasi, dampak dari third wave coffee culture tersebut

mempengaruhi kebijakan pemerintah terkait kopi Indonesia. Industrialisasi kopi

Indonesia merupakan sebuah kebijakan yang prospektif untuk menunjang

perekonomian Indonesia mengingat pasar global selalu terbuka untuk komoditas

ini, dan kopi bisa menjadi brand image untuk Indonesia88.

Industrialisasi kopi Indonesia terbagi dalam dua sektor, yaitu sektor hulu

dan sektor hilir. Sektor Hulu tersebut terkait dengan petani kopi sebagai produsen

pertama dalam rantai suplai, kemudian sektor hilir adalah coffee shop, rumah

sangrai, industri kopi hilir saat ini mengadaptasi bentuk dan pola dari kedai kopi di

negara barat yang merupakan pengaruh third wave coffee culture di Indonesia.

1. Industrialisasi Sektor Hilir

Kebijakan pengembangan kopi Indonesia dalam prospek Industrialisasi

kopi pertama adalah untuk sektor hulu, kebijakan tersebut mencakup Peningkatan

Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi, Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah

Kopi, Dukungan Penyediaan Pembiayaan, dan Pemberdayaan Petani89.

87 Ibid 88 Bedy Sudjarmoko, Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia, Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, SIRINOV Vol 1 No. 3, Desember 2013 89 Ibid

Page 13: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

83

Industrialisasi sektor hulu memiliki sasaran pengembangan jangka menengah dan

jangka panjang. Sasaran pengembangan Jangka mengengah sendiri memiliki

rentang waku dari 2010 sampai 2014 dan sasaran tersebut adalah memanfaatkan

keanggotaan Indonesia di International Coffee Organization, tersusunya Standar

Nasional Indonesia tentang kopi, Fasilitasi kegiatan dagang dan promosi kopi

indonesia ke negara importir baru, meningkatkat pengolahan biji kopi di dalam

negeri dari 32% menjadi 36% serta terbangunnya citra merk dagang sesuai indikasi

geografis90.

Kemudian untuk jangka panjang, memiliki rentang tahun 2015 sampai

dengan tahun 2025, sasaran untuk jangka panjang tersebut antara lain adalah

meningkatkan produksi kopi arabika ssebanyak 7% dan robusta 15%,

meningkatkan industri kopi berorientasi ekspor dengan nilai US$ 9 juta pada tahun

2006 menjadi US$ 24 Juta pada tahun 2025, melanjutkan pembangunan kopi sesuai

dengan citra indikasi geografis, meningkatkan unit produksi kopi dari 77 unit pada

tahun 2010 menjadi 90 unit pada tahun 2025, mendirikan industri kopi non pangan

sebanyak 4 unit pada tahun 2025, meningkatkan jumlah biji kopi yang diolah di

dalam negeri dari 36% menjadi 40% pada tahun 2025 serta menurunkan tarif masuk

bea ke Uni Eropa dari 3,4% menjadi 0%91.

Sementara itu, kebijakan yang mendukung rencana tersebut antara lain

adalah:

90 Ibid 91 ibid

Page 14: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

84

a. Kebijakan Ekspor Kopi Indonesia

Indonesia sebagai negara penghasil kopi di dunia memiliki kebijakan dalam

pengaturan tata niaga melalu peraturan Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia, ketentuan ekspor kopi Indonesia yang dipakai saat ini adalah Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 109 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Ekspor Kopi.

Dalam peraturan ini terdapat 26 pasal yang mengatur regulasi ekspor kopi

Indonesia. Peraturan tersebut dirubah karena peraturan sebelumnya Nomor 5 Tahun

2011 sudah tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Untuk mendukung aktifitas

perdagangan kopi, Indonesia bergabung dengan International Coffee Organization

berdasarkan Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2008 dan pengesahan International

Coffee Agreement tahun 200792.

Kebijakan ekspor kopi Indonesia membuat kopi Indonesia membutuhkan

standarisasi mutu yang lebih tinggi, salah satu peraturan yang tertuang dalam pasal

satu butir 4 mengharuskan untuk kopi yang diekspor harus memiliki Surat

Keterangan asal dari ICO, sehingga kopi tersebut dapat diketahui asal usulnya

dengan jelas. Karena orientasi pengembangan kopi Indonesia adalah ekspor, maka

revisi Peraturan Menteri terkait Ekspor Kopi di atas mengikuti perkembangan dan

standar saat ini

Kemudian sektor hilir pun juga ikut mengalami Industrialisasi, seperti

yang disebutkan sebelumnya, industri kopi sektor hilir mengalami peningkatan

92 Ditjen PPI Kementerian Perdagangan, Perundingan Kopi Internasional International Coffee

Organization (ICO), diakses dalam http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-

komoditi-internasional/ICO (23/12/2019 20:47 WIB)

Page 15: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

85

pesat berkat third wave coffee culture. Industrialisasi kopi sektor hilir berdampak

pada naiknya konsumsi kopi dalam negeri. Peningkatan industri kopi sektor hilir

melayani permintaan kopi domestik melaui industri kreatif, menggunakan media

daring sebagai salah satu cara memasarkannya. Ekonomi adalah benang merah dari

third wave coffee culture berkembang di Indonesia. Munculnya industri kecil

menengah dan perusahaan perusahaan multi domestik yang berasal dari Indonesia

merupakan salah satu wujud dari bentuk globalisasi bidang ekonomi yang menjadi

benang merah dari munculnya third wave coffee culture di Indonesia. Third wave

coffee culture yang menjadi kendaraan dari globalisasi, memberikan dampak besar

terhadap kopi Indonesia. Pengaruh globalisasi ekonomi memberikan beberapa

dampak terhadap kopi di Indonesia. Dampak yang muncul pada era third wave

coffee culture dari segi pengaruh globalisasi Indonesia adalah:

a. Kopi menjadi salah satu bagian dari subsektor dari Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif merupakan salah satu bidang yang sekarang fokus

diberdayakan oleh pemerintah. Mengingat perkembangan zaman yang semakin

maju, Ekonomi Kreatif telah memiliki pasar tersendiri di Indonesia dan membuat

pemerintah membuat satu lembaga yang menaungi para pelaku usaha kreatif, yaitu

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Kopi sebagai salah satu bagian dari subsektor

dari ekonomi kreatif telah menjadi salah satu upaya untuk menciptakan lapangan

kerja baru, sehingga mampu menekan angka pengangguran yang ada di Indonesia.

Di lapangan sendiri memberikan contoh kongkrit dari pengaruh ini. Contoh

paling mudah adalah munculnya kedai kopi yang lebih modern dengan sentuhan

yang lebih menarik membuat orang lebih tertarik untuk berkunjung. Pengelolaan

Page 16: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

86

yang mampu mengikuti perkembangan zaman membuat industri kopi menjadi lebih

segar sehingga pasar kopi meluas ke beberapa kalangan baru. Ekonomi Kreatif

tidak pernah terlepas dari konsep bisnis, yaitu harus mengetahui pasar agar bisnis

tersebut tetap bertahan. Dalam kasus ini, perancangan strategi pemasaran melalui

sosial media mempermudah mereka untuk menemukan target pasar mereka93.

3.2.3 Globalisasi Budaya Barat Melalui Media Populer

Globalisasi membawa budaya barat ke negaraberkembang, dalam

komunikasi internasional, budaya massa membuat masyarakat terpapar dengan hal

baru yang dibawa oleh media komunikasi massa. Media komunikasi massa yang

memfasilitasi penyebaran informasi dengan bentuk privatisasi seperti periklanan

komersial, film, berita atau informasi dalam jaringan membuat segala macam

budaya tersebut dapat dengan mudah diakses ke dalam ruang tamu, bahkan pada

era sekarang, dapat diakses dalam genggaman melalui teknologi gawai yang

tersambung internet. Budaya barat yang tersebar melalui globalisasi membuat

masyarakat luas tertular dengan budaya tersebut sehingga membuat mereka

perlahan mengikuti pola dari masyarakat barat94.

Film dan televisi merupakan media populer yang memberikan pengaruh

besar dalam menyebarkan produk budaya dari negara barat. Produk audio dan

visual membawa implikasi budaya dan kebiasaan serta identitas budaya lain yang

ada di negara barat, kemudian melalui arus globalisasi, budaya tersebut menyebar

93 Kris Saputri, KOPI INDONESIA : Ikon Pemersatu Kekayaan dan Keanekaragaman Kopi

Indonesia, diakses dalam https://www.bekraf.go.id/berita/page/10/kopi-indonesia-ikon-pemersatu-

kekayaan-dan-keanekaragaman-kopi-indonesia (27/12/2019 19:19 WIB) 94 Thusslu, Loc.cit hal 167

Page 17: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

87

ke negara berkembang kemudian diadaptasi di situ dan memberikan dampak

terhadap transmisi budaya, pengembangan dan bahka rekonstruksi sosial dan

budaya pada masyarakat di negara berkembang yang terpapar oleh budaya barat

melalui media populer tersebut95.

Transisi budaya tersebut diadaptasi di negara – negara berkembang, melalui

penyebaran budaya dengan media populer. Di negara berkembang westernisasi

tersebut dapat diadaptasi sebagai sebuah strategi pengembangan. Penjabaran dari

strategi pengembangan tersebut antara lain adalah:

a. Sudut Budaya Dalam Pengembangan

Negara barat lebih dahulu mengalami transformasi budaya pada awal abad

abad ke 19, aspek budaya dalam pengembangan nasional faktor paling fundamental

dalam pengembangan nasional melalui budaya adalah adanya pengembangan yang

berkeberlangsungan adalah tidak menghilangkan konteks sosiokultural yang ada

pada negara tersebut, kemudian budaya tersebut dapat diterima oleh masyarakat

non-barat di negara berkembang tersebut. Dimensi budaya dalam pengembangan

mampu memberikan potensi peningkatan ekonomi dan modifikasi sosial budaya96.

Budaya kopi yang sudah ada di Indonesia mengalami transformasi

signifikan melalui third wave coffee culture, namun pada gelombang budaya kopi

kedua sudah mulai mengalami perubahan, dengan kata lain, budaya gelombang

kopi pertama dan kedua merupakan jembatan dan bagian dalam tahap transformasi

95 Thussu, Op.cit Hal 180 96 Iulia Nechifor, Culture, Economic Development and The Third World, Studies and Report of the

Unit of Cultural Research and Management No – 6, UNESCO, 1998 hal 10

Page 18: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

88

sosiokultural di Indonesia. Budaya kopi di Indonesia memiliki kontribusi dalam

pengembangan ekonomi serta perubahan sosiokultural, selain itu juga berkontribusi

dalam pengembangan sumber daya manusia, berkat globalisasi yang membawa

budaya barat, gelombang budaya kopi ketiga merupakan sebuah transisi budaya

yang dapat diterima di Indonesia.

b. Sudut Pandang Ekonomi Mengenai Westernisasi di Negara Berkembang

Melalui sudut pandang ekonomi, westernisasi menyebabkan industrialisasi

sebuah industri, pada negara dunia ketiga segi ekonomi dapat dilihat dari ekonomi

makro yang berfungsi menganalisa ekonomi nasional seperti perusahaan,

investasi,struktur harga, alokasi sumber daya dan distribusi pendapatan. Ekonomi

makro menganalisa dampak westernisasi pada keberlangsungan ekonomi di negara

berkembang97.

Indonesia dalam era third wave coffee culture, memiliki upaya dalam

pengembangan ekonomi makro seperti peningkatan nilai ekspor, baik kualitas

maupun kuantitas, perluasan pangsa pasar, serta penaikan standar dalam ketentuan

ekspor kopi Indonesia sebagai komoditas ekspor non migas, serta pada ekonomi

mikro seperti pemberdayaan UMKM, kopi sebagai industri kreatif, kemudian

pemberdayaan sumber daya manusia untuk peningkatan nilai tambah terhadap kopi

Indonesia.

Pemberdayaan ekonomi serta westernisasi dalam budaya kopi Indonesia

beserta dampaknya akan di bahas pada bab selanjutnya dalam penelitian ini secara

97 Ibid, hal 14

Page 19: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

89

lebih rinci dari sudur pandang modernisasi. Globalisasi membawa modernisasi

terhadap kopi Indonesia memberikan dampak terhadap Budaya serta komoditas,

hingga peningkatan sumber daya manusia dan kesejahteraa masyarakat.

3.3 Implementasi Free Flow Information dalam Third Wave Coffee Culture

Free Flow Information bisa digunakan untuk tujuan ekonomi ataupun

politik untuk membantu mengiklankan atau memasarkan suatu produk ke pasar luar

negeri dengan bantuan media, free flow information. Sebagai bagian dari

modernisasi, free flow information membantu dalam mengubah sesuatu yang

tradisional menjadi modern menggunakan media massa sebagai kendaraan untuk

memobilisasi sebuah informasi. Selain itu juga, peranan pemerintah bisa juga

disebut free flow information terutama dalam kontekslow politic, untuk membantu

meraih kepentingan dari suatu negara, pemerintah mampu berperan sebagai sebuah

alat dan memegang kewenangan sebagai stakeholder98.

Selama beberapa dekade, perkembangan sudut pandang masyarakat

terhadap kopi di Indonesia. Pada era gelombang pertama masyarakat banyak

mengkonsumsi kopi instan yang banyak dijual di pasaran. Pada gelombang pertama

kopi menjadi minuman untuk semua kalangan, harganya terjangkau, mudah

didapatkan dan sangat praktis merupakan faktor utama yang membuat gelombang

ini bertahan sangat lama. Kita bisa menemukan kopi produk gelombang pertama di

mana-mana, karena dijual bebas, sebagian masyarakat yang menikmati kopi

gelombang pertama ini beranggapan bahwa kopi harus hitam, manis, praktis serta

98 Thussu, Op.cit hal 56

Page 20: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

90

terjangkau karena itulah para produsen mementingkan kuantitas dari produk kopi

tersebut dan menjaga agar harganya tetap terjangkau oleh masyarakat. Yang penulis

temukan pada gelombang kopi pertama ini adalah kopi menjadi komoditas dimana

pelaku utama dari usaha kopi merupakan produsen-produsen besar sehingga

mampu menguasai pasar. Untuk dapat bersaing produsen berlomba-lomba

membuat kopi dengan beraneka ragam rasa dan variasi untuk mempertahankan

pasar. Fokus utama pada gelombang kopi kedua ini adalah pemasaran dan produksi

masif tanpa memikirkan kualitas dari kopi tersebut.

Pada gelombang kopi kedua, sudut pandang masyarakat mulai berubah,

kopi menjadi sebuah minuman yang mempunyai prestise sendiri seiring dibukanya

gerai-gerai kopi modern. Di era ini, masyarakat sudah mengenal kopi-kopi ala Italia

karena menu-menu tersebut disediakan di gerai-gerai kopi modern. Secara tidak

langsung masyarakat mendapatkan prestise tersendiri apabila berada di gerai kopi

tersebut tanpa terlepas dari fungsi kedai kopi yang menjadi ruang publik. Sudut

pandang masyarakat pada era ini kopi menjadi sebuah prestise untuk menaikan

status sosial dengan berada di gerai kopi modern tersebut.

Pada gelombang kopi ketiga, terjadi lagi perubahan sudut pandang

masyarakat, terutama para golongan penikmat kopi. Era pandangan masyarakat

terhadap kopi menjadi lebih memperhatikan kopi yang mereka minum. Perubahan

pandangan ini tidak bisa lepas dari masyarakat yang dinamis dan selalu mengikuti

perkembangan zaman. Masyarakat memandang bahwa kopi bukan hanya sebagai

sebuah komoditas, tapi dalam cakupan yang lebih luas lagi, masyarakat sekarang

menyadari bahwa kopi yang berasal dari petani di Indonesia merupakan sebuah

Page 21: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

91

potensi besar yang bisa memberikan perubahan besar terhadap perekonomian dan

pola kemajuan negara. Pada third wave coffee hal yang paling menonjol adalah

kedai-kedai kopi lokal dalam segala skala, bisa mengelola dengan mudah kopi yang

mereka jual karena mereka bisa berhubungan langsung dengan para petani kopi.

Ciri khas lain yang ada pada era ini adalah transparansi antar para pelaku usaha kopi

dan penikmatnya, sehingga terjadi transfer of knowledge di kedai kopi tersebut.

Modernisasi kopi Indonesia memberikan nuansa baru terhadap iklim kopi

yang ada di seluruh belahan dunia, terutama di Indonesia. Modernisasi memberikan

perkembangan terhadap kopi Indonesia menjadi lebih baik karena dalam

prakteknya membuat kualitas dan kuantitas kopi semakin meningkat, karena di era

third wave coffee culture selain mencari kualitas juga mencari kuantitas. Untuk

mencapai kesejahteraan rakyat, kopi memberikan kontribusi sebagai salah satu

faktor penunjang dari tujuan tersebut. Kebangkitan Indonesia dalam sektor industri

kreatif menunjang bangkitnya sektor industri pada bidang makanan dan minuman.

Membuka sebuah kedai kopi merupakan salah satu usaha yang meramaikan sektor

industri kreatif yang ada di Indonesia, potensi yang besar membuat sektor ini

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk terus memberdayakannya.

Kopi Indonesia yang telah mengalami proses modernisasi, dengan sentuhan

Industri kreatif. Modernisasi kopi Indonesia memberikan keuntungan yang lebih

terhadap para pelakunya. Pengolahan kopi pada era third wave coffee culture yang

modern menarik minat para konsumen karena menggunakan metode yang beragam

dan memberikan rasa yang lebih enak membuat rasa penasaran konsumen

meningkat sehingga mereka tertarik untuk membelinya.

Page 22: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

92

3.3.1 Free Flow Information Sebagai Salah Satu Pendukung Third

Wave Coffee Culture di Indonesia

Salah satu penyebab masuknya third wave coffee culture di Indonesia

sendiri adalah free flow information. Modernisasi tidak terlepas dari informasi yang

mengalir bebas mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

Mengalirnya informasi dengan bebas memberikan dampak terhadap kopi Indonesia

dalam beberapa aspek antara lain adalah scientific knowledge, dan cultural flow,

serta market oportunity menyebar bebas karena pada era yang semakin

berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi. Free Flow Information tidak

terlepas dari media baru maupun media lama99.

Peranan free flow information dalam modernisasi budaya kopi di Indonesia

adalah implementasi dari komunikasi internasional untuk transfer budaya kopi yang

ada di negara lain, kemudian diadaptasi di Indonesia sebagai salah satu bentuk

modernisasi. Informasi yang didapat dari luar negeri beredar melalui berbagai

media, baik itu cetak maupun elektronik. Informasi tentang kopi baik itu dalam

bentuk komoditas ataupun perkembangan budaya kopi di luar negeri seperti lomba,

pengembangan teknologi sehingga terjadi transfer of knowledge. Free flow

information membantu proses modernisasi lebih cepat karena mudahnya sarana

untuk mendapatkan informasi, semakin tinggi masyarakat terpapar dengan budaya

global membuat terjadinya perkawinan antarbudaya antara budaya lokal dengan

global100. Dengan konsep ini, maka kopi menjadi gaya hidup pun dapat dijelaskan.

99Thussu Op.cit hal 56

100Thussu, Loc.cit, hal 168

Page 23: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

93

Cara yang digunakan pun beragam, bisa melalui media baik itu cetak, elektronik

ataupun sosial media untuk menyampaikan informasi kepada orang banyak. Selain

yang disebutkan diatas, film juga merupakan cara untuk menyebarkan informasi,

terbukti setelah adanya film Filosofi Kopi membuat rasa penasaran masyarakat

terhadap kopi meningkat berbarengan dengan banyaknya kedai kopi dengan nuansa

third wave coffee culture di Indonesia.

Free flow information juga bisa dipakai sebagai cara untuk mempromosikan

komoditas kopi Indonesia. Third wave coffee culture yang mempengaruhi segala

aspek. Potensi kopi Indonesia yang besar membuat pemerintah pun memanfaatkan

ini dengan mempromosikan kopi Indonesia di luar negeri. Output yang diharapkan

adalah peningkatan angka ekspor dan perluasan pangsa pasar. Sebagai negara

penghasil kopi, penggalian potensi serta pun dilakukan, dukungan pemerintah tidak

sebatas mempromosikan, tapi juga mendampingi dan mengembangkan proses

peningkatan kualitas serta kuantitas dan pemberdayaan sumber daya manusia di

bidang kopi.

Era third wave coffee culture, arus informasi yang mengalir bebas

memberikan banyak manfaat dalam mengembangkan kopi Indonesia melalui third

wave coffee culture. Arus informasi yang mengalir bebas menjadi salah satu proses

third wave coffee culture di Indonesia berlangsung, dan juga menjadi salah satu hal

yang dapat dimanfaatkan dalam Implementasinya. Beberapa implementasi free

flow information yang menjadi bagian dalam proses modernisasi kopi di Indonesia

bisa menggunakan media komunikasi massa, bisa juga dengan melalui peranan

pemerintah.

Page 24: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

94

3.3.2 Pengaruh Film dan Video Sebagai Sedia Komunikasi Massa

dalam Proses Modernisasi Kopi Indonesia

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang mudah diterima

dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Melalui film opini masyarakat dapat

terbentuk, ataupun dapat menginspirasi masyarakat.beberapa film tersebut antara

lain adalah:

1. Filosofi Kopi

Salah satu film yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap industri

kopi di Indonesia adalah film yang berjudul “Filosofi Kopi” oleh sutradara Angga

Dwimas Sasongko merupakan film yang diadaptasi dari kumpulan cerpen Dee

Lestari dengan judul yang sama. Film yang rilis pada tahun 2015 ini berkisah

tentang dua orang sahabat yang menjalankan usaha kedai kopi yang modern. Film

tersebut menampilkan kedai kopi spesialti yang pada tahun 2015 tersebut masih

terasa awam di masyarakat. Tampilan kedai kopi yang modern dengan menyajikan

menu yang tidak dapat kita temui di warung kopi tradisional membuat animo

masyarakat terhadap kopi makin besar101.

Walaupun tidak menampilkan kopi sebagai subjek, tapi film ini telah

mengantarkan pandangan masyarakat Indonesia terhadap kopi yang lebih modern.

Setelah film ini dirilis, jumlah kedai kopi yang bergerak di bidang spesialti semakin

besar karena tingkat antusiasme masyarakat yang tinggi menjadi sebuah market

101 Angga Dwimas Sasongko (Sutradara) 2015, Filosofi Kopi, Indonesia, Visinema Picture, 1 Jam

57 Menit.

Page 25: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

95

oportunity bagi para pelaku usaha kopi yang telah mengenal kopi lebih dahulu

daripada film tersebut rilis.

2. A Film About Coffee

Selain film filosofi kopi, ada film lain yang berjudul A Film About Coffee,

dalam film tersebut menempatkan kopi sebagai objek dan menceritakan bagaimana

proses kopi dari hulu ke hilir hingga pantas disebut sebagai kopi spesialti. Dalam

film tersebut memberikan gambaran betapa berharganya kopi sebagai salah satu

komoditas melalui tingginya dedikasi para pelaku usaha kopi di film ini. Film ini

memberikan edukasi mengenai kopi lebih dalam pada bagian proses dan

pengolahan serta pentingnya menjaga kualitas demi keberlangsungan kopi di

seluruh dunia. Film dokumenter yang disutradarai oleh Brandon Loper dan dirilis

pada tahun 2014 ini menampilkan para pelaku industri kopi spesialti terkenal di

dunia seperti Blue Bottle dan Stumptown. Film ini juga membahas bagaimana kopi

spesialti menjadi sebuah budaya yang mengajak penontonnya untuk mencintai

kopi, karena dalam minuman tersebut terdapat harkat hidup orang banyak102.

3. Biji Kopi Indonesia

Film ketiga berjudul “Biji Kopi Indonesia” karya sutradara Budi

Kurniawan. Film ini adalah film dokumenter yang mengisahkan tentang kopi

Indonesia secara keseluruhan dari pulau Sumetera sampai Papua dan juga

memaparkan keberagaman budaya Indonesia yang berakar dari kopi. Dalam film

102 Brandon Loper (Sutradara), 2014, A Film About Coffee, Amerika Serikat, Avocado & Coconuts,

67 menit

Page 26: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

96

tersebut juga membahas bagaimana sejarah kopi di Indonesia era kolonial serta

menampilkan tokoh-tokoh profesional kopi di Indonesia103.

Film yang dirilis pada tahun 2014 tersebut telah berpartisipasi dalam

beberapa festival film di luar negeri dan diputar di bebebrapa negara. Penghargaan

tersebut antara lain Best Editing Award Ahvaz International Film Festival di Iran

pada tahun 2015 dan Best Documentary Award International Maritime Silk Road

Film Festival di China pada tahun 2015104.

Dari ketiga film tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan film sebagai

media penyampaian informasi mengenai budaya kopi. Dampak tersebut mampu

membangun opini masyarakat serta mengubah sudut pandang sebagai sebuah alat

untuk memberikan informasi mengenai sebuah budaya dan kebiasaan ataupun

sebuah tren terbaru yang ada di dunia. Third wave coffee culture yang ada di

Indonesia menjadi booming salah satu faktor pendukungnya adalah film filososofi

kopi yang menjadi jembatan dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap kopi

yang dahulu hanya sekedar minuman menjadi sesuatu yang luas kemudian

memberikan dampak dalam aspek ekonomi dan ilmu pengetahuan.

3.3.3 Media Sosial dalam Free Flow Information Sebagai Bagian Dari

Third Wave Coffee Culture

Sosial media saat ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Banyaknya jumlah pengguna sosial media menjadikan hal tersebut secara langsung

103 Budi Kurniawan (Sutradara), 2015, Aroma of Heaven, Produksi Film Negara, 104 Ira Rachmawati, Aroma of Heaven, Film Tentang Kopi Diputar di Banyuwangi diakses dalam

https://travel.kompas.com/read/2016/12/19/171200027/.aroma.of.heaven.film.tentang.kopi.diputar.

di.banyuwangi (11/16/2019 11:09 WIB)

Page 27: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

97

maupun tidak langsung menjadi sarana untuk menyebarkan sebuah informasi. Salah

satu media sosial yang cukup populer di Indonesia adalah Instagram, Youtube dan

Twitter. Kopi Indonesia populer di media sosial merupakan sebuah wujud dari

animo masyarakat, di media sosial Instagram terdapat terdapat 929,502 unggahan

yang menggunakan tagar #kopiindonesia pada tanggal 20 september 2019,

sementara untuk taga #kopinusantara terdapat 463,460 unggahan. Populernya kopi

Indonesia di media sosial merupakan salah satu wujud bagaimana peranan sosial

media menghantarkan informasi. Indonesia merupakan pengguna terbesar

Instagram ke 4 di dunia dengan pengguna sebanyak 120 juta orang atau 44,5% dari

populasi105. Tagar tersebut selain digunakan oleh pengguna media sosial biasa,

digunakan pula oleh pebisnis kedai kopi sebagai salah satu sarana untuk menunjang

bisnis mereka, baik mempromosikan bisnis ataupun sebagai sarana untuk

memberikan edukasi kepada konsumen melalui unggahan untuk membangun citra

sebuah kedai kopi.

105Agung Pratnyawan, Pengguna-Instagram-Dan-Facebook-Indonesia-Terbesar-Ke-4-Di-Dunia

Www.Suara.Com, Diakses dalam ,https://www.suara.com/tekno/2019/06/19/133252/pengguna-

instagram-dan-facebook-indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia. (20/09/2019 8:36

Page 28: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

98

Gambar 2. Penggunaan Tagar Kopi Nusantara

Salah satu kedai kopi yang cukup populer dan menjadi referensi kedai kopi

lain di Indonesia adalah Klinik Kopi di Jogjakarta, dengan jumlah pengikut

sebanyak 110 ribu orang, kedai kopi tersebut memberikan pengaruh yang cukup

besar karena setiap unggahan dari Klinik Kopi selalu memberikan edukasi terhadap

pengikutnya, edukasi tersebut bukan hanya tentang mengenalkan citarasa kopi

ataupun mengenalkan menu mereka, tetapi edukasi tersebut juga bisa berupa

berbagi pengalaman pemilik mengenai bagaimana cara kelola sebuah kedai kopi.

Page 29: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

99

Arus informasi yang mengalir bebas melalui sosial media membuat

masyarakat Indonesia sekarang memiliki sudut pandang baru mengenai kopi, selain

edukasi, informasi yang mengalir bebas juga berperan dalam melebarkan pasar kopi

Indonesia, sekarang penikmat kopi tidak hanya kalangan lelaki, tetapi juga

kalangan perempuan pun juga menjadi konsumen kopi. Usia penikmat kopi pun

beragam, namum saat ini kopi banyak dikonsumsi oleh kalangan remaja dan

dewasa.

Penggunaan sosial media tidak hanya terbatas pada para pelaku usaha kopi,

pada era ini siapapun bebas menggunakan sosial media, selain gratis juga sosial

media sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Pada penelitian ini penulis

menemukan bahwa penggunaan sosial media selain sebagai sarana promosi untuk

mendapatkan pasar dan konsumen, juga sebagai salah satu cara untuk menyebarkan

budaya third wave coffee culture secara tidak langsung. Penggunaan media sosial

yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari membuat semua orang dapat

dengan mudah mendapatkan informasi.

Gambar 1. Akun Instagram Klinik Kopi

Page 30: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

100

Gambar 5.Salah satu unggahan klinik kopi yang memberikan edukasi terhadap pelanggan

mengenai manajemen sebuah kedai

Gambar 2Akun Instagram Stumptown Coffee

Para pelaku usaha kopi dan organisasi internasional menggunakan baik

lokal maupun luar menggunakan kesempatan ini untuk menyebarkan budaya kopi

baru yang disebut third wave coffee culture dengan sosial media. Berikut adalah

akun media sosial dari aktor yang memberikan pengaruh dalam third wave coffee

culture:

1. Stumptown Coffee

Stumptown Coffee adalah pioner dari third wave coffee culture jumlah

pengikut sudah mencapai 265 ribu orang di Instagram, jumlah tersebut terbilang

banyak terlebih lagi sudah mendapatkan tanda verifikasi dari Instagram

Page 31: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

101

Gambar 3Akun Instagram ICO

2. Specialty Coffee Asociation

Specialty Coffee Asociation merupakan organisasi non pemerintah yang

fokus mengembangkan teknologi serta sumber daya manusia dengan ruang lingkup

global. Sosial media SCA telah mecapai 200 Ribu pengikut hingga tanggal 20

November 2019.

3. International Coffee Organization

International Coffee Organizationmerupakan organisasi internasional yang

fokusnya mengembangkan kopi dari segi perdagangan dan statistik perdagangan

kopi dari seluruh dunia.

Gambar 4. Akun Instagram SCA

Page 32: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

102

3.3.4 Peranan Pemerintah Dalam Mempromosikan Kopi Indonesia di

Luar Negeri

Pemerintah mempunyai andil dalam free flow information sebagai salah satu

agen yang memiliki peranan untuk memberikan informasi tentang kopi Indonesia.

Salah satu kementerian yang mempunyai kapasitas dalam melakaukan hal ini

adalah kementerian luar negeri, sebagai implementasi dari free flow information.

Beberapa tindakan yang dilakukan oleh kementerian luar negeri adalah

mengadakan festival kopi Indonesia di beberapa negara sahabat yang dilakukan

oleh kedutaan besar republik Indonesa (KBRI). Pengenalan kopi Indonesia di

beberapa negara sahabat. Tujuan untuk mengenalkan kopi Indonesia di luar negeri

adalah sebagai diplomasi publik produk Indonesia dengan output akan membantu

meningkatkan nilai eskpor dan nilai tambah dalam kopi Indonesia.

Pengenalan kopi Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah adalah bentuk

dari diplomasi publik dengan membawa kepentingan Indonesia dalam meingkatkan

ekspor non migas. Kapasitas yang dimiliki kementerian luar negeri sebagai salah

satu stakeholder dengan mengadakan beberapa promosi melalui rangkaian acara

festival kopi dengan agenda berupa workshop cupping dan roasting. Beberapa

festival kopi yang diadakan oleh kementerian luar negeri antara lain

Tabel 1. Festival Kopi di Luar

No Negara Agenda Tanggal

1. Russia Let’s Roast Indonesian Coffee 11 Oktober 2019

2. Brazil Peringatan HUT RI ke 74 21 Agustus 2019

3. Mesir Peran Barista Terhadap Kopi

Nasional

8 Mei 2019

Page 33: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

103

4. Afrika Selatan Pameran Coffee and Chocolate

Africa 2019

30 Juli 2019

5. Norwegia Wonderful Indonesia: A Land of

Diversity

28 Juni 2019

6. Australia Creative Economy Forum 8 – 9 Oktober

2019

7. Jepang SCAJ World Specialty Coffee

Conference and Exhibition 2018

26 September

2018

8. Selandia Baru ASEAN Southeast Asian Night

Market

1 – 2 April 2017

9. Malaysia Indonesian Coffee Festival 12 Agustus 2016

10. Slovakia Coffee Fest Slovakia 27 April 2015

11. Selandia Baru Coffee Talk and Cupping 28 April 2015

12. Amerika Serikat SCAA Coffee Expo 30 April 2015

Peranan pemerntah dalam mengenalkan kopi Indonesia kepada negara

sahabat merupakan sebuah implementasi dari freeflow information yang bersifat

formal karena dengan level wewenang yang dimiliki kementerian luar negeri lebih

luas. Interaksi antar bangsa dengan level government to government mengenalkan

apa yang dimiliki Indonesia ke dunia luar106. Hal ini merupakan tindakan rasional

yang dilakukan pemerintah Indonesia mengingat potensi kopi yang dimiliki

Indonesia cukup besar, selain itu juga Indonesia sedang mencanangkan ekonomi

106 Nanang Trenggono, Konstruksi Komunikasi Internasional, Ejournal Unisba, Mediator Vol. 5 no

1, 2004, hlm, 99, diakses dalam

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/download/1100/674 ( 26/11/2019 2:57

WIB)

Page 34: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

104

kreatif. Peranan pemerintah ini bisa disebut juga political will mengingat Indonesia

sedang giat mengembangkan kopi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

3.4 Pergeseran Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Kopi Indonesia

Pergeseran sudut pandang masyarakat merupakan dampak globalisasi yang

membuat terjadinya modernisasi terhadap kopi Indonesia. Pengembangan

socioeconomic membawa perrubahan terhadap orientasi value dari masyarakat

salah satunya terkait dengan cross cultural secara sistematis pada nilai dasar. Third

wave coffee culture merupakan sebuah transformasi dari budaya kopi yang sudah

ada menjadi lebih modern. Orientasi masyarakat terhadap kopi berkembang

menjadi lebih luas seperti munculnya kedai kopi dengan nuansa third wave coffee

di Indonesia, meluasnya penikmat kopi, sekarang di Indonesia penikmat kopi pun

banyak dari kaum wanita, bahkan tidak hanya penikmat, melainkan juga profesi

peramu kopi kemudian sadarnya masyarakat akan potensi kopi Indonesia107.

Berdasarkan sudut pandang modernisasi,perubahan sudut pandang

masyarakat di Indonesia terhadap budaya kopi berasal dari masyarakat barat,

terlebih lagi, third wave coffee culture berasal dari Amerika Serikat, sebagai salah

satu negara yang superpower, negara ini menjadi kiblat bagi negara lain dalam

mengembangkan budaya kopi, terlebih lagi organisasi kopi dunia Specialty Coffee

Association yang merupakan merger dari SCAA dan SCAE bermarkas di Amerika

Serikat. Ketika modernisasi terjadi, masyarakat cenderung lebih prouktif, dengan

adanya third wave coffee culture profesi kreatif berkembang menjadi mata

107 Thussu, Op.cit Hal 48

Page 35: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

105

pencarian masyarakat. Profesi di bidang kopi seperti barista kini diminati oleh

beberapa generasi muda karena cukup menjanjikan108.

Pengaruh gelombang kopi ketiga dari dengan dimensi modernisasi

menyebabkan pergeseran pandangan masyarakat terhadap kopi di Indonesia.

Modernisasi kopi Indonesia untuk mengikuti perkembangan zaman dan

mengembangkan potensi kopi di Indonesia masuk melalui berbagai macam jalur.

Secara keseluruhan, dalam sub bab ini penulis akan membahas urgensi pentingnya

modernisiasi untuk menghadapi perkembangan dunia. Konsekuensi yang harus

dihadapi adalah, bagaimana memberdayakan sumber daya manusia untuk

mengelola sumber daya alam yang tersedia. Perkembangan dunia pada era ini

sangat pesat, dan urgensi Indonesia sebagai negara berkembang adalah untuk terus

maju menghadapi persoalan tersebut. Interdependensi antar negara menyebabkan

negara maju dan negara berkembang harus saling bersinergi untuk saling memenuhi

kebutuhan satu sama lain.

Saat ini, Indonesia sedang melakukan deindustrialisasi perekonomian,

tanaman kopi memiliki peran penting dalam kontribusi perekonomian nasional

karena sebagai sumber devisa negara juga sebagai pencipta lapangan pekerjaan

serta pemasukan untuk petani. Hal ini merupakan salah satu urgensi bagi Indonesia

untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi karena memiliki prospek besar

dalam kontribusinya terhadap kesejahteraan dan sumber devisa negara109.

108 Giovanni E. Reyes, Four Main Theories of Development : Modernization, Dependency, World

System and Globalizatuon, Nomadas, Revista Critica de Ciencias Sociales y Juridicas 04 : 2001,

Uniersity of Pitsburg USA 109Bedy Sudjarmoko, 2013,“Prospek Pengembangan Industrialisasi Kopi Indonesia,” Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri 1, no. hal : 99–112.

Page 36: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

106

Hal paling fundamental yang mempengaruhi kopi Indonesia adalah

mekanisme komunikasi membuat segala transaksi menjadi lebih mudah, adanya

arus globalisasi membuat batas geografis menjadi nihil, membuat para pelaku

usaha yang bergerak di bidang ini memiliki pola dan strategi baru untuk

memasarkan produk. Selain mudahnya memasarkan produk, proses saling tukar

ilmu menjadi lebih cepat. Pola manusia modern yang dialami oleh masyarakat

Indonesia merupakan contoh kongkrit dari dimensi modernisasi.

Sebelum mengenal kopi-kopi seperti espresso, cappuccino, latte, ataupun

berbagai macam metode penyeduhan seperti V60, aeropress, cold drip dan lain

lain masyarakat di Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal kopi karena pada

abad ke 18, kopi sudah di bawa ke Indonesia oleh VOC untuk ditanam melalui

program cultuurstelsel. Kemudian budaya ini berkembang dengan sangat pesat di

Indonesia melalui budaya populer, salah satunya melalui film yang diangkat dari

cerpen Dee Lestari yang berjudul “Filosofi Kopi” walaupun di film ini tidak

membahas kopi sebagai fokus utamanya, tetap saja film ini memberikan pengaruh

cukup besar dan membantu menaikkan animo masyarakat terhadap kopi

Indonesia. Melalui film tersebut penikmat kopi di Indonesia mengalami

peningkatan, film “Filosofi Kopi” menjadi stimulan untuk membantu

mengenalkan third wave coffee culture kepada masyarakat awam karena dalam

film tersebut banyak sekali membawa unsur-unsur third wave coffee culture dalam

jalan ceritanya sehingga bisa dengan mudah dimengerti oleh orang banyak.

Sebelum mengenal berbagai metode penyeduhan modern, bahkan sebelum

kopi menjadi tren seperti ini, Indonesia sudah mengenal kopi terlebih dahulu. First

Page 37: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

107

wave coffee culture di Indonesia masuk bukan melalui penjualan kopi-kopi instan,

melainkan dari penanaman kopi yang dibawa oleh bangsa Belanda. Pada tahun

selanjutnya, mulai didirkan pabrik kopi lokal, seperti Kopi Aroma di Bandung yang

berdiri pada tahun 1930 yang merupakan salah satu produsen kopi legendaris yang

ada di Indonesia. Lalu selanjutnya masuklah kedai kopi waralaba dari luar negeri

di Indonesia seperti Starbucks, yang mengenalkan kopi dengan beberapa metode

kopi baru, dan mereka berhasil menemukan pasar di Indonesia sehingga bisnisnya

berkembang. Kemudian pada era sekarang, banyak sekali kedai – kedai kopi yang

buka dengan berbagai skala, yang menu utamanya tentu saja kopi yang berasal dari

berbagai daerah, baik itu kopi lokal maupun dari luar negeri.

Dalam komunikasi internasional, beberapa peneliti percaya bahwa

“modernisasi” atau “teori pengembangan” berkembang melalui media massa baik

itu secara langsung ataupun tak langsung dan modernisasi tersebut dipengaruhi dan

mendapat dukungan oleh organisasi internasional dan pemerintah di negara

berkembang110. Third Wave Coffee Culture melahirkan pembaharuan terhadap

budaya kopi yang sudah ada di Indonesia memberikan dampak ekonomi dan

beberapa kebijakan politik di negara ini. Untuk kedua hal tersebut telah dibuktikan

dengan adanya treatment dari SCA dan ICO serta peranan pemerintah Indonesia

dari beberapa kementerian terkait untuk membantu mengembangkan kopi

Indonesia, baik dari segi promosi, maupun pngembangan teknis di lapangan, selain

itu juga ada keterlibatan pihak swasta yang berperan sebagai distributor ataupun

pengolah dalam coffee value chain di Indonesia. Third wave coffee culture masuk

110 Thussu, Op.cit.. hal 56

Page 38: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

108

ke Indonesia sebagai wujud modernisasi untuk mengembangkan kopi sebagai

sumber daya potensial yang mampu dapat mempengaruhi beberapa aspek. Antara

lain industri kreatif, dan perlakuan pemerintah serta menyadarkan masyarakat

pentingnya mengembangkan kopi Indonesia dari segala aspek.

3.4.1 Agen Perubahan Pergeseran Sudut Pandang Masyarakat

Terhadap Kopi Indoneseia

Setiap gelombang kopi mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri .

Aktor dan produsen kopi secara tidak langsung menjadi agen dalam mengubah

pandangan masyarakat terhadap kopi Indonesia serta memberikan perubahan dan

inovasi pada setiap budaya kopi yang ada. Apabila dilihat dari pendekatan

modernisasi, Indonesia sudah memiliki budaya minum sejak dulu karena

berdasarkan sejarah, kopi sudah ada di Indonesia pada era VOC sehingga diadaptasi

menjadi budaya lokal. Budaya minum kopi di Indonesia tidak hilang, namun hanya

mengalami sedikit pergeseran. Contoh dari pergeseran budaya tersebut salah

satunya adalah jika sebelumnya kopi adalah minuman yang identik dengan

minuman untuk laki-laki, pada zaman sekarang penikmat kopi bukan hanya laki-

laki, tapi juga perempuan, selain menambahkan nilai feminim pada kopi, hal

tersebut juga merupakan salah satu bentuk dari pelebaran pasar untuk kopi itu

sendiri. Adapun agen-agen yang membawa budaya kopi dan menggeser pandangan

masyarakat kebanyakan berupa perusahaan ataupun para pemilik kedai dan

roastery house, tidak jauh dari globalisasi ekomoni. Agen – agen yang berupa

perusahaan atau pelaku usaha kopi lainnya antara lain adalah.

1. Perusahaan Multinasional

Page 39: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

109

Perusahaan multinasional menjadi agen dalam perubahan pandangan

masyarakat terhadap kopi, baik dalam gelombang kopi pertama, kedua maupun

ketiga. Perusahaan multi nasional tersebut menjual produk kopi, ataupun alat-alat

yang berkaitan dengan produksi dan pengolahan kopi. Perusahaan multinasional

seperti Nestle, merupakan produsen yang menyediakan kopi dalam kemasan,

praktis dan terjangkau memenuhi kebutuhan kopi masyarakat segala kalangan

merupakan agen yang memberikan pandangan bahwa kopi merupakan minuman

yang praktis. Starbucks memberikan pengaruh besar terhadap perubahan

pandangan masyarakat, bahwa kopi yang mereka jual memberikan prestise

sehingga kopi dengan label mereka memberikan persepsi bahwa kopi enak

merupakan minuman yang berkelas. Sementara pada gelombang kopi ketiga, kita

tidak menjumpai perusahaan besar sekelas Starbucks, namun kita menjumpai para

perusahaan yang tidak terlalu besar dan banyak cabang, tetapi perusahaan kopi

spesialti kelas multinasional seperti Blue Bottle111 dan perusahaan alat-alat kopi

seperti Hario112 dan Probat113.

2. Perusahaan Skala Menengah dan UMKM

Third Wave Coffee Culture diwarnai dengan banyaknya industri kopi lokal

yang bermunculan. Industri kopi spesialti lokal menjadi sebuah agen dalam

mengubah pandangan masyarakat terhadap kopi. Banyaknya industri kopi spesialti,

selain sebuah market oportunity, juga merupakan pengaruh dari arus informasi yang

111 Blue Bottle: perusahaan retail dan roaster kopi spesialti yang berasal dari California 112 Hario: Merk dagang alat seduh kopi dan lainnya yang berasal dari Jepang 113 Probat: Merk mesin sangrai kopi yang berasal dari Jerman

Page 40: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

110

mengalir bebas. Setiap kedai kopi punya target pasar yang berbeda, namun

konsumen yang datang pun tentu dari kalangan yang berbeda pula.

Perusahaan skala menengah seperti Tanamera, Common Grounds, Toko

Kopi Tuku, merupakan perusahaan kopi spesialti yang berkembang di era third

wave coffee culture dan menjadi semacam kiblat untuk industri kopi spesialti lain

di Indonesia. Beberapa dari mereka merupakan pioner industri kopi spesialti di

Indonesia. Tindakan yang mereka lakukan adalah mengedukasi para konsumen,

serta membantu memberdayakan para produsen kopi di sektor hulu.

3. Organisasi

Organisasi seperti SCA, merupakan salah satu agen yang menjadikan kopi

spesialti populer di masyarakat, alurnya adalah setelah third wave coffee culture

mulai ramai di Indonesia, SCA melakukan beberapa pendekatan melalui beberapa

cara, salah satunya adalah edukasi terhadap masyarakat melalui kelas-kelas yang

mereka adakan. Selain mengadakan kelas, SCAyang merupakan organisasi non

profit melakukan beberapa langkah untuk mengembangkan dan menjaga

sustainability kopi di seluruh dunia dan mengadakan event kopi di lingkup global

seperti Specialty Coffee Expo, dan World Coffee Championship dan World Barista

Championship.

4. Publik Figur

Beberapa kedai kopi ternama dimiliki oleh orang ternama, selain oleh orang

yang benar-benar memiliki keahlian di bidang kopi dan sudah terkenal, seperti Mas

Pepeng yang merupakan Pemilik dari Klinik Kopi Jogja, atau Muhammad Aga

Page 41: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

111

yang menjadi juara dalam IndonesiaBarista Championship, beberapa publik figur

yang sebelumnya adalah selebritis pun ikut membuka usaha kopi seperti Chicho

Jericho merupakan salah satu pemilik Filosofi Kopi setelah dia membintangi film

dengan judul sama.

Publik figur berperan untuk memberikan pengaruh terhadap masyarakat

luas melalui beberapa media seperti film dan sosial media pribadi. Terkait dengan

free flow informationn yang dibahas dalam sub bab sebelumnya, mereka melakukan

riding the wave, menggunakan media yang banyak digunakan masyarakat,

kemudian masyarakat yang telah terpapar oleh beragam informasi yang dilakukan

oleh publik figur tersebut menjadi sebuah tren baru yang ada di masyarakat

sekarang. Bukti paling kongkrit dari agen perubahan sudut pandang masyarakat ini

adalah Chico Jericho, seorang aktor dari film “Filosofi Kopi” yang booming di

Indonesia, sebagai salah satu publik figur yang mengubah sudut pandang

masyarakat terhadap kopi melalui film, Filosofi Kopi juga menjelma menjadi

sebuah kedai kopi yang bisa dikunjungi masyarakat umum.

3.4.2 Munculnya Kedai Kopi Dengan Nuansa Third Wave Coffee Culture di

Indonesia

Kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture saat ini mulai banyak

ditemukan di setiap kota, kedai tersebut mulai perlahan menggantikan warung kopi

tradisional. Maraknya kedai kopi dengan model ini adalah bukti nyata pengaruh

third wave coffee culture di Indonesia. Kedai kopi tersebut mengadaptasi model

yang dipakai di negara barat menyajikan menu yang biasa disajikan dan beberapa

pengembangan khas dari tiap kedai, namun menu utama yang disajikan cenderung

Page 42: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

112

homogen, seperti Manual Brew, menu berbahan dasar susu seperti Cappuccino dan

latte hingga yang sekarang menjadi tren di Indonesia adalah es kopi susu.

Munculnya kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture merupakan bukti

dari pergeseran sudut pandang masyarakat di Indonesia. Mulai dari menu hingga

suasana dan pelanggannya pun sudah berbeda, pelanggan dari kedai kopi bernuansa

third wave coffee culture tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan, bahkan

pekerjaan barista pun tidak hanya menjadi profesi yang digeluti oleh lelaki,

perempuan pun banyak yang bekerja di bidang ini.

Kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture dengan mudah di

temukan di daerah perkotaan, baik itu kota besar maupun kota kecil, kita dapat

menemukan kedai kopi ini baik dengan skala besar, maupun skala kecil, dengan

produk yang dijual pun kurang lebih mirip satu sama lain tanpa meninggalkan ciri

khas dari third wave coffee culture yaitu kopi seduh manual, dan interaksi yang

bersifat edukasi antara pelanggan dan penjual.

Page 43: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

113

Gambar 4Klinik Kopi Jogja menekankan interaksi antar barista da pelanggan

Adapun ciri-ciri dari kedai kopi dengan nuansa third wave coffee culture adalah:

1. Menyediakan kopi manual brewing

Kopi yang diseduh secara manual merupakan menu wajib yang ada di kedai

kopi sekarang, kebanyakan kopi tersebut merupakan kopi – kopi single origin atau

kopi murni yang digiling terlebih dahulu sebelum diseduh dan disajikan kepada

pelanggan. Baik itu kedai kopi yang besar maupun kecil, kopi seduh manual selalu

ada dalam daftar menu dan variasi biji kopi yang disajikan juga berbeda-beda

tergantung dengan ketersediaannya.

2. Profesi penyeduh kopi menjadi diminati

Dalam third wave coffee culture kepiawaian barista dalam menyeduh kopi

adalah salah satu kunci sukses dalam sebuah kedai kopi. Para barista mampu

mengedukasi pelanggan yang awam untuk menemukan kopi yang cocok dengan

selera pelanggan. Pengetahuan barista tentang kopi yang mereka seduh serta skill

Page 44: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

114

dalam mengolah kopi merupakan salah satu ciri khas dalam kedai – kedai kopi

dengan nuansa third wave coffee culture

3. Adanya Interaksi Antara Pelanggan Dengan Barista

Interaksi ini merupakan salah satu cara untuk mengedukasi pelanggan

dengan memberikan pengetahuan dari barista kepada pelanggan. Proses proses

transfer of knowledge ini merupakan salah satu cara agar menarik minat pelanggan

terhadap kopi sehingga konsumen menjadi lebih aware dan tertarik terhadap biji

kopi yang mereka minum baik dari karakteristik maupun dari daerah asalnya.

Sadarnya konsumen terhadap kualitas biji kopi merupakan salahs satu dampak dari

third wave coffee culture yang terjadi.

3.5 Upaya Menjaga Keberlangsungan Kopi Indonesia Melalui Pengembangan

Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi

Third Wave Coffee Culture memberikan pengaruh terhadap pengembangan

sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi. Pengembangan sumber daya

masyarakat tersebut dilakukan baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Salah

satu alasan mengapa pengembangan sumber daya adalah agar bisa mengikuti

perkembangan zaman, dalam era third wave coffee culture untuk dapat mengikuti

perkembangan maka pemberdayaan sumber daya manusia dan pemanfaatan

teknologi merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Pengembangan

sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi merupakan sebuah wujud dari

upaya untuk menjaga keberlangsungan kopi Indonesia.

Page 45: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

115

Upaya menjaga keberlangsungan kopi Indonesia merupakan suatu usaha

yang harus dilakukan bersama oleh seluruh aktor yang terlibat dalam bidang ini,

tidak hanya dari oleh pemerintah, namun juga individu dan pihak swasta. Untuk

menjaga sustainability kopi Indonesia, banyak hal yang harus dilakukan,

segala upaya yang dilakukan di Indonesia saat ini menyesuaikan dengan

perkembangan kondisi saat ini. Beberapa cara untuk menjaga keberlangsungan kopi

Indonesia adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia. Sumber daya

manusia merupakan faktor yang menjadi kunci utama dalam setiap bidang, dengan

sumber daya manusia yang baik, akan memberikan dampak yang signifikan

terhadap pengelolaan sumber daya alam. Kopi yang merupakan salah satu sumber

daya alam yang banyak terdapat di Indonesia membutuhkan pengelolaan yang baik

demi terwujudnya keberlangsungan kopi Indonesia.

Upaya menjaga keberlangsungan kopi Indonesia membutuhkan peranan

dari berbagai pihak, baik itu pihak swasta, pemerintah, maupun individu. Selain itu

dengan dengan peranan dari organisasi internasional terkait, baik itu organisasi

pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Banyak cara yang dilakukan selain

memberdayakan petani kopi di sektor industri hulu, pada era third wave coffee

culture terdapat peranan dari individu yang tertarik dan peduli terhadap

keberlangsungan kopi Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi

yang menjadi penyebab beralihnya persepsi masyarakat, kemudian sudah kopi

sebagai gaya hidup bagi sebagian besar orang. Globalisasi yang memberikan

pengaruh besar salah satunya adalah terhadap perilaku masyarakat sebagai

individu, kopi yang sudah menjadi gaya hidup meningkatkan permintaan kopi

Page 46: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

116

menjadi semakin tinggi, juga sekarang masyarakat sadar akan kualitas sehingga

selalu mencari kopi yang memiliki rasa terbaik.

Upaya tersebut akan dijelaskandan dianalisa pada pembahasan selanjutnya

di bab ini. Upaya tersebut merupakan tindakan yang diambil oleh pihak swasta

maupun pemerinah yang meliputi beberapa cara nyata yang saling

berkesinambungan meliputi Industri kopi Hulu dan Hilir. Sub bab ini akan

memaparkan bukti – bukti mengenai langkah yang diambil untuk menjaga

keberlangsungan kopi Indonesia.

3.5.1Partnership model antara Industri kopi hulu dan hilir

Kopi merupakan sebuah produk agrikultur yang menjadi harkat hidup para

petani dan segala pelaku industri kopi baik itu dari sektor hulu maupun sektor hilir.

Untuk mewujudkan Industri kopi yang berkeberlangsungan maka dibutuhkan

banyak sekali perubahan dan pengembangan pada kopi, baik dari segi komoditas

dan sumber daya manusianya. Dalam third wave coffee culture ada satu metode

yang digunakan oleh para aktor dalam industri kopi, salah satunya di Indonesia,

model tersebut menjadi tren dalam dunia kopi saat ini, yaitu Partnership model.

Alasan model ini menjadi populer karena kedua belah pihak saling diuntungkan,

selain itu model ini menjadi salah satu media untuk melakukan kegiatan transfer of

knowledge antar sesama aktor dalam industri ini.114

114Atika Wijaya, Pieter Glasbergen, and Surip Mawardi, 2017 “The Mediated Partnership Model for

Sustainable Coffee Production: Experiences from Indonesia,” International Food and Agribusiness

Management Review 20, no. 5 .

Page 47: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

117

Pengaruh yang dirasakan dari model ini, pendapatan para petani meningkat

karena para aktor industri kopi sektor hilir, berani membeli kopi dari para petani

dengan harga lebih mahal, dengan syarat kopi tersebut sudah benar-benar merah

dan matang, dengan partnership model para aktor sektor hilir tidak akan kehabisan

stok bahan baku dari petani karena mendapatkan pasokan kopi terus menerus, dan

petani tidak akan kehilangan pembeli biji kopinya. Dengan terjalinnya hubungan

kemitraan yang baik maka kedua belah pihak sama sama diuntungkan. 115

Dampak yang kedua, kualitas kopi yang dihasilkan dari petani mengalami

peningkatan mutu akibat adanya proses transfer of knowledge yang terjadi. Para

petani biasanya menemukan masalah dalam proses panen, baik itu sebelum panen

maupun sesudah panen, para aktor industri hilir, membantu petani mengatasi

masalah tersebut karena mereka selain untuk membeli, juga memiliki sumber daya

yang mumpuni untuk membantu para petani, baik itu dari mereka sendiri yang telah

mempunyai pengalaman dan ilmu dari berbagai macam pelatihan, atau memiliki

relasi yang berkompeten pada bidang tertentu.116

Dampak terakhir yang dirasakan adalah jalur pemasaran kopi menjadi lebih

sederhana, karena dalam partnership model petani kopi dan produsen di sektor hilir

menjadi berhunungan langsung, dampak ini senada dengan dengan dampak kedua,

dimana qualitiy control dapat langsung dilakukan oleh pihak pembeli biji kopi dan

para pembeli tersebut dapat langsung memproses bahan baku mereka ke tahap

selanjutnya, yaitu tahap penyangraian.117

115Ibid. Hal 2 116 Ibid hal 2 117 Ibid hal 2

Page 48: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

118

Dalam partnership model tujuan utama adalah untuk menjaga ketersediaan

suplai kopi dari petani kepada industri hilir, untuk mencapai tujuan tersebut maka

kedua belah pihak perlu mencari masalah sama yang dihadapi, saling membangun

kepercayaan satu sama lain dan mencari manfaat yang bisa didapatkan bersama.

Contoh dari partnership model antara industri kopi hulu dan hilir di

Indonesia yang dilakukan oleh aktor swasta adalah partnership model ini adalah

Tanamera Coffee yang berhasil membuat kopi dari petani lokal menyabet 13 gelar

di Australia118. Partnership Model dalam industri kopi terbukti membawa dampak

yang positf bagi kedua belah pihak, baik itu pihak Hulu maupun Hilir serta

membantu mengangkat nama kopi Indonesia di dunia Internasional sehingga citra

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbaik di dunia semakin kuat.

Keberhasilan Tanamera menginspirasi banyak perusahaan kopi lain untuk

meggunakan model partnership model untuk mendapatkan pasokan kopi langsung

dari petani, karena dengan model ini pula, kualitas kopi menjadi lebih terjamin

karena pihak hilir juga ikut terlibat dalam pengawasan dan pendampingan proses

panen hingga pasca panen. Secara keseluruhan, partnership model ini merupakan

simbiosis mutualise antar pelaku usaha kopi.

Petani kopi yang merupakan produsen primer dari rantai suplai kopi

Indonesia merasakan dampak yang signifikan. Third wave coffee culture telah

membuat hasil produksi mereka kian membaik dan kuantitasnya kian bertambah.

Hal tersebut terjadi karena banyaknya pelaku industri kopi sektor hilir yang

118 Susandija, Kisah Kopi di Kedai Tanamera, Bagaimana Rasanya Bisa Beda? Diakses dalam

https://travel.tempo.co/read/1175961/kisah-kopi-di-kedai-tanamera-bagaimana-rasanya-bisa-

beda/full&view=ok (3/11/2019 6:25 WIB )

Page 49: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

119

mendampingi mereka. Model kemitraan yang dilakukan oleh pelaku industri sektor

hilir merupakan sebuah jalan baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas.

Output paling besar dari model ini adalah bidang ekonomi, karena meningkatnya

kualitas dan kuantitas, berbanding lurus dengan naiknya nilai jual dari produk

mereka, output kedua adalah terjaganya suplai kopi karena partnership model ini

mengedepankan bagaimana cara agar produksi kopi tetap berkeberlangsungan.

Dalam prakteknya pihak hilir terjun ke lapangan untuk membeli langsung dan

menjalin kemitraan dengan membina para petani kopi lokal. Dalam bagian ini, studi

kasus Tanamera Coffee merupakan salah satu pelaku industri hilir yang

menjalankan model ini dengan membina langsung petani kopi yang ada di daerah.

Roaster dari Tanamera Coffee menyatakan bahwa pengawasan industri hulu dan

hilir adalah hal wajib agar menghasilkan biji kopi terbaik, lokasi binaan Tanamera

Coffee ini salah satunya terdapat di Bali, Desa Manikliyu dan di Malabar, Jawa

Barat119.

119 Ibid

Page 50: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

120

Gambar 5. John Lee, Master Roaster Tanamera Coffee saat menerima

penghargaan di Australia

3.5.2 Pemberdayaan terhadap Industri Kopi Hulu

Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa pemberdayaan kopi

Indonesia harus memiliki sinkronisasi antara bagian hulu dan hilir. Dalam sub-bab

ini, penulis akan menjelaskan bagaimana peranan pemerintah terhadap

pemberdayaan industri kopi sektor hulu. Fokus pembahasan di sini adalah

menjelaskan upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah melalui instansi terkait

untuk meningkatkan kualitas kopi Indonesia pada sektor hilir. Ada beberapa instansi

terkait yang memiliki peran penting dan berkaitan langsung dengan para petani kopi

yang menjadi aktor utama untuk sektor ini.

Page 51: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

121

Upaya pemberdayaan petani kopi dari pemerintah membutuhkan sinergi

antara instansi terkait agar setiap upaya dan regulasi yang mereka keluarkan

memberikan dampak positif terhadap perkembangan petani kopi di Indonesia.

Petani kopi mendapatkan dukungan dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

salah satunya adalah BUMN dan Bank Negara. Bentuk dukungan tersebut berupa

dukungan finansial yang disalurkan melalui program-program terkait dari masing

masing lembaga atau bank negara. Beberapa bank yang melakukan upaya untuk

mendukung petani kopi antara lain:

1. Bank BNI bekerja sama dengan PTPN XII Jawa Timur.

Petani kopi mendapatkan beberapa dukungan dari pemerintah melalui

program kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Melalui BUMN

pemerintah berupaya untuk mendorong kesejahteraan petani kopi dengan program

kemitraan, pembiayaan dan pemberian bimbingan teknis kepada petani kopi rakyat.

Dengan tiga program tersebut akan mempermudah akses pasar, akses pembiayaan,

dan akses pelatihan budidaya kopi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas

dan kesejahteraan petani. Usaha ini dilakukan oleh PTPN XII Jawa Timur dan Bank

BNI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan total dana yang

disalurkan sebanyak Rp 7,6 miliar kepada 1.018 petani kopi rakyat di Jawa Timur,

selain dengan memberikan dukungan secara finansial, petani kopi diberikan

pelatihan 120.

120Asto M Masuki, BNI-PTPN Perkuat Dukungan Bagi 1.500 Petani Kopi Jatim, diakses dalam

https://www.antaranews.com/berita/723040/bni-ptpn-perkuat-dukungan-bagi-1500-petani-kopi-

jatim, (28 September 2019)

Page 52: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

122

2. Pemberian Sertifikasi Indikasi Geografis oleh Kemenhukam

Indikasi Geografis merupakan salah satu cara agar kekayaan intelektual atau

kebudayaan lokal yang bersifat khas dari suatu wilayah mendapat perlindungan

hukum dari negara. Indikasi Geografis yang diberikan melalui Kemenhukam.

Manfaat Sertifikasi Indikasi Geografis antara lain:

a. memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standar produksi dan proses

diantara para pemangku kepentingan Indikasi Geografis;

b. menghindari praktek persaingan curang, memberikan perlindungan konsumen

dari penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis;

c. menjamin kualitas produk Indikasi Geografis sebagai produk asli sehingga

memberikan kepercayaan pada konsumen;

d. membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat organisasi

sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan

memperkuat citra nama dan reputasi produk;

e. meningkatnya produksi dikarenakan di dalam Indikasi Geografis dijelaskan

dengan rinci tentang produk berkarakater khas dan unik;

f. reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis akan ikut terangkat, selain itu

Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam, pengetahuan

tradisional, serta sumberdaya hayati, hal ini tentunya akan berdampak pada

pengembangan agrowisata121.

121Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Pengenalan Indikasi Geografis, diakses dalam

https://www.dgip.go.id/pengenalan-indikasi-geografis (16/10/2019 8:43)

Page 53: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

123

3. RPJMN 2015 – 2019

Kopi merupakan salah satu produk agrikultur Indonesia. Dengan kenyataan

di lapangan menunjukkan bahwa kopi mencakup dalam dua bagian dalam ekonomi

nasional, yaitu agroindustri dan ekonomi kreatif. Mengacu pada RPJMN 2015-2019

bagian 6.6.8 Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional nomor satu yaitu

Peningkatan Agroindustri, Hasil Hutan dan Kayu, Perikanan, dan Hasil Tambang

serta nomor empat yaitu Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Kreatif. Kopi

merupakan salah satu hasil produksi kebun yang menjadi sasaran produksi

komoditas andalan tahun 2015-2019 yang ditargetkan oleh pemerintah produksinya

akan naik. Serta kopi juga termasuk dalam Industri Kreatif. Ekonomi Kreatif terdiri

dari 15 subsektor, salah satunya adalah kuliner. Tanaman kopi adalah bahan dasar

dari beberapa minuman seperti espresso, cappuccino, dan latte menarik perhatian

pemerintah, sehingga menjadi salah satu acuan dalam arah kebijakan pembangunan

ekonomi kreatif.

Perlakuan pemerintah dengan memasukkan kopi ke dalam RJPN 2015-2019

merupakan salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk memberdayakan

kopi dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Hal tersebut akan

berdampak terhadap naiknya perekonomian nasional dengan indikator naiknya

jumlah produksi serta jumlah ekspor, dan pendapatan nasional.

RJPN tersebut menjadi acuan untuk para lembaga – lembaga pemerintah

terkait untuk turut serta mensukseskan hal tersebut. Beberapa lembaga terkait antara

lain adalah Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Luar Negeri, Kementerian

Page 54: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

124

Pertanian dan Perkebunan. Tiap – tiap lembaga memiliki caranya masing – masing

untuk membantu menyukseskan strategi yang tertulis di RJPN.

Kopi termasuk dalam industri kreatif di subsektor makanan dan minuman.

Peranan pemerintah dalam memberdayakan kopi sebagai sala\h satu bagian dari

perekonomian adalah salah satu langkah strategis dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 yang sekarang menjadi fokus perhatian para pelaku ekonomi, terutama

ekonomi kreatif. Regulasi terkait oleh para pemegang kebijakan sangat

mempengaruhi dan memberikan dampak yang signifikan, regulasi tersebut

mencakup tentang peraturan yang bersifat mengendalikan, mengembangkan, atau

menjaga dan mempertahankan.

Selain sebagai salah satu komoditas, kopi juga bisa menjadi salah satu

produk intelektual yang menjadi hak cipta yang bisa menjadi ciri khas satu daerah.

Kopi yang menjadi ciri khas satu daerah salah satunya adalah kopi gayo di Provinsi

Nangroe Aceh Darussalam, kopi tersebut pernah mendapatkan kasus berupa

pengambilan merk dagang oleh salah satu perusahaan di Belanda. Langkah yang

diambil oleh pemerintah untuk melindungi pengambilan hak cipta tersebut adalah

Indikasi Geografis, pemberian sertifikat Indikasi Geografis dengan cara

menadaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Saat ini sudah

banyak daerah penghasil kopi di Indonesia yang telah terdaftar Sertifikasi Indikasi

Geografis, dan daerah – daerah tersebut merupakan wilayah yang menghasilkan

kopi dengan jumlah yang banyak ataupun yang sudah memiliki nama besar.

Page 55: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

125

Hubungan antara perlakuan pemerintah dengan konsep yang dipakai oleh

penulis adalah, munculnya beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk

menjadikan kopi sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang dialami

oleh negara. Dengan memanfaatkan kopi sebagai salah satu sumber daya alam dan

mengoptimalkan penggunaannya tentu merupakan salah satu strategi dari

pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak hanya dari melalui

peningkatan kualitas tanaman kopi, tetapi juga memberdayakan segala sumber daya

manusia yang bergerak di sektor ini. Tanaman kopi yang merupakan barang mentah

membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengolah hasil

pekebunan kopi hingga maksimal.

3.5.3 Sertifikasi Profesi Barista oleh Badan Ekonomi Kreatif

Barista merupakan sebutan untuk juru seduh kopi, dalam third wave coffee

culture, barista merupakan sebuah profesi yang memberikan pengaruh besar

terhadap budaya minum kopi di Indonesia. Sertifikasi barista sebagai sebuah profesi

di Indonesia adalah salah satu bentuk penetapan standar kompetensi kerja nasional.

Sertifikasi barista di Indonesia mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja

nomor 370 tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Kategori Penyedia Minuman Golongan Pokok Penyedia Minuman Sub

Golongan Bar Kelompok Usaha Rumah Minum/Kafe.

Sertifikasi ini mencakup beberapa kurikulum antara lain adalah mengelola

bahan baku, mengelola peralatan dan perlengkapan, mengelola area kerja,

menangani pelanggan, mengoperasikan perlatan, mengembangkan produk

minuman kopi, mengikuti prosedur kesehatan dan keamanan di tempat kerja,

Page 56: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

126

menangani situasi tempat konflik serta berkomunikasi secara lisan dalam bahasa

inggris pada tingkat operasional dasar. Teknis pelaksanaan sertifikasi ini adalah

dengan mendatangkan asesor dari lembaga sertifikasi barista untuk menilai

kecakapan barista berdasarkan kurikulum kompetensi yang telah diatur.

Agenda sertifikasi barista ini diadakan di seluruh Indonesia dibawah

Lembaga Sertifikasi Profesi Kopi Indonesia atau Lembaga Sertifikasi Profesi

Barista Indonesia dan didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif., Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi serta Kementerian Pertanian. Sertifikasi pertama kali

diadakan di Jakarta dan pada tahun 2019 telah diadakan di kota – kota lain di

Indonesia dengan batasan peserta adalah sebanyak 100 orang tiap kotanya.

Mengingat banyaknya para pelaku usaha kopi saat ini, sertifikasi sangat penting

untuk meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.

Sertifikasi ini digelar tiap bulannya di kota berbeda pada tanggal yang telah

diagendakan oleh BEKRAF. Agenda tersebut meliputi kurikulum yang sudah

disebutkan di atas. Beberapa sertifikasi yang telah digelar di tahun 2019 antara lain:

Tabel 2. Sertifikasi Barista di Kota - Kota di Indonesia

No Kota Tanggal

1. Medan 11 – 12 Oktober 2019

2. Bandung 24 – 25 September 2019

3. Tangerang 10 – 11 September 2019

4. Semarang 2 – 3 Agustus 2019

5. Jambi 14 – 15 Agustus 2019

6. Jakarta 6 – 7 Agustus 2019

7. Jakarta 16 – 17 Juli 2019

Page 57: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

127

8. Sungai Penuh 18 – 19 Juli 2019

9. Bali 30 – 31 Juli 2019

10. Jayapura 26 – 27 Juni 2019

11. Singkawang 11 – 12 April 2019

12. Jakarta 9 – 10 April 2019

13. Tangerang 26 – 27 Maret 2019

14 Solo 19 – 20 Maret 2019

3.5.4Peranan Merk Dagang dan Organisasi Internasional dalam

Transfer Ilmu Pengetahuan dan Penguasaan Teknologi

Indonesia yang budaya kopinya sedang berkembang menjadi target pasar

dari para produsen alat kopi dari luar negeri. Selain memasarkan produk mereka,

tingkat keingintahuan masyarakat Indonesia terhadap kopi menjadi perhatian para

produsen dengan tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjadi sebuah sarana

untuk membantu mengembangkan sumber daya manusia, kebanyakan produsen ini

fokus di sektor hilir. Cara yang dilakukan antara lain adalah sharing session dan

kelas – kelas roasting serta sensori class.

Beberapa merk dagang produsen alat – alat kopi dari luar negeri yang

beredar di Indonesia antara lain:

1. Probat

Probat adalah merk mesin sangrai kopi yang berasal dari Jerman. Merk ini

merupakan mesin sangrai kopi kelas premium dengan kualitas yang paling tinggi.

Pada tahun 2012, Probat membuka showroom pertamanya di Indonesia melalui PT

Page 58: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

128

Nutraco Mesindotama. Cara mereka melakukan pengembangan sumber daya

manusia adalah dengan mengadakan kelas menyangrai kopi untuk para penyangrai.

Mentor yang digunakan pun juga dipilih dengan orang – orang yang profesional di

bidang ini dengan bekerja sama dengan Indonesia Coffee School. Beberapa kelas

yang mereka adakan antara lain

a. Roasting Class bekerja sama dengan Indonesia Coffee School pada

tanggal 14 – 15 Oktober 2019 di Jakarta dengan kurikulum Pengetahuan

dasar biji kopi, coffee roasting, teknik – teknik roasting dan cupping class

b. Roasting Class bekerja sama dengan Indonesia Coffee School pada 15 –

17 Januari 2019

2. Boncafe

Boncafe merupakan jaringan waralaba yang berasal dari Swiss, sejak tahun

2017, Boncafe masuk ke Indonesia dengan mengakusisi PT. Caswell Indonesia

untuk memperluas pasarnya. Caswell sendiri merupakan perusahaan yang

berkgerak di bidang kopi Spesialti di Indonesia. Caswell membuka kelas yang

berhubungan dengan kopi seperti Q grader, Advance Cupping, Basic Barista, dan

Basic Cupping. Sekolah ini tidak terbatas pada tanggal tertentu, namun tersedia di

Caswell Coffee Lab yang ada di Jakarta dan Bali122.

Casswell Coffee Lab merupakan sekolah kopi yang sudah mendapat

akreditas dan sertifikat dari SCA. Adanya sekolah kopi yang sudah terakreditasi

122 Koes Haryanto Saroyo, Akuisisi PT Caswells Indonesia oleh Boncafe Group, diakses dalam

http://caswellscoffee.com/strategic-acquisition-of-indonesia-specialty-coffee-company-pt-

caswells-indonesia/ (25/11/2019 4:04 WIB)

Page 59: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

129

oleh SCA merupakan salah satu bagian dari pengembangan sumber daya manusia

yang berkaitan dengan kopi.

3. Specialty Coffee Association

Sebagai organisasi induk untuk seluruh iklim kopi di dunia, SCAsebagai

lembaga nonprofit yang bergerak di bidang kopi, SCAmemiliki organisasi cabang

di Indonesia yaitu Asosiasi Kopi Spesialti Indonsia (AKSI) yang berafilasi dengan

Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian.

3.6 Pengaruh Third Wave Coffee Culture Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Indonesia

Dalam pembahasan ini, third wave coffee culture yang menjadi sebuah

modernisasi terhadap budaya kopi. Modernisasi dalam budaya kopi sendiri

menyebabkan sebuah pengembangan di Indonesia. Meningkatnya kualitas kopi di

Indonesia menyebabkan naiknya harga biji kopi, salah satu penyebabnya adalah

sebagian perusahaan ataupun kedai kopi yang berani untuk melakukan direct trade,

atau partnership model, bahkan salah satu perusahaan besar seperti Starbucks

memiliki kebun kopi sendiri kemudian menerapkan social responsibility investment

dengan membangun Farmer Support Centre yang berfungsi sebagai pusat

dukungan petani seperti pengembangan bibit dan tanaman penunjang untuk kopi.

3.6.1 Pengembangan Kopi Sebagai Bagian Dari Industri Kreatif.

Menghadapi revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu konsekuensi

globalisasi yang harus dihadapi oleh Indonesia. Untuk dapat beradaptasi dengan

keadaan zaman yang semakin berkembang, maka untuk menghadapi itu diperlukan

Page 60: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

130

beberapa langkah strategis. Ekonom Kreatif Indonesia mengalami pertumbuhan

5,7% selama tahun 2011 sampai 2014123. Kopi yang merupakan salah bagian dari

subsektor industri kreatif yang sekarang sangat berkembang. Third wave coffee

culture mejadi sebuah momentum yang tepat untuk memberdayakan industri kreatif

ini. Revolusi industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas karena

industri ini menitikberatkan penggunaan teknologi untuk mengefisiensikan

kegiatan produksi dan distribusi.

Selain itu pada era Revolusi Industri 4.0 juga menjadi salah satu faktor

pemicu berkembangnya industri kreatif, revolusi digital yang menjadi salah satu

ciri dalam era ini membuat para pelaku industri kreatif mudah memasarkan

produknya dengan penggunaan internet dan e-commerce sebagai wadah untuk

memasarkan produk mereka. Dengan revolusi ini pelaku dapat dengan mudah

mencari pasar untuk produk mereka sejalan dengan semakin mudahnya mereka

memasarkan produknya karena pada era ini perdaganan dan segala proses transaksi

telah melewati lintas batas geografis serta lebih mudah dan cepat.

Ekonomi kreatif mampu memberikan nilai tambah terhadap satu produk.

Dengan bahan baku yang sama, namun dengan perlakuan yang berbeda akan

menghasilkan satu produk yang berbeda dan akan menambah nilai jual. Sebagai

contoh, jika kita menjual kopi dengan cara biasa maka harga jualnya rata – rata Rp

8.000 sampai Rp 10.000, namun dengan metode pengolahan yang berbeda seperti

V60, maka dengan bahan yang sama harga jualnya akan meningkat mejadi antara

123 Lalitia Apsari, Kebangkitan Ekonomi Kreatif : Berpotensi Menjadi Tulang Punggung

Perekonomian Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Retas, Vol 1 Desember 2016

Page 61: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

131

Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per gelasnya, harga tersebut merupakan harga rata –

rata di kedai kopi kelas menengah sampai menengah ke bawah, jika di tempat yang

menengah keatas, tentu harganya akan lebih tinggi lagi, padahal sama – sama

menggunakan biji kopi dari produsen yang sama. Industri kreatif tidak hanya

mengarah pada metode pengolahan, tata kelola dan cara menjual pun mampu

menaikkan nilai jual, dengan tempat yang lebih menarik maka harga menu di

tempat tersebut pun akan ikut naik.

Industri kreatif di Indonesia berkembang pesat semenjak merambahnya

penggunaan sosial media dan marketplace yang muncul dengan cepat dan

memberikan dampak besar terhadap berbagai macam industri yang ada di

Indonesia. Munculnnya e-commerce membuat para pelaku industri kreatif di

Indonesia semakin mudah memasarkan segala jenis barang dan jasa yang mereka

jual. Namun juga menjadi sebuah tantangan untuk mengembangkan usaha tersebut

agar tetap berkeberlangsungan. Untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah

membentuk sebuah lembaga, yaitu Badan Ekomoni Kreatif untuk menaungi segala

sesuatu yang berkaitan dengan ekonomi kreatif termasuk kopi sebagai salah

satunya.

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dibentuk sebagai sarana untuk

mengembangkan dan memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia. Untuk

memberdayakan ekonomi kreatif di Indonesia. Peran BEKRAF salah satunya

adalah menjadi fasilitator untuk para pelaku ekonomi kreatif agar usaha mereka

tetap berkeberlangsungan. Salah satu contohnya adalah BEKRAF memberikan

sertifikasi kepada Barista agar profesi tersebut diakui oleh negara sebagai bagian

Page 62: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

132

dari industri kreatif yang profesional. Dengan langkah tersebut selain menjadikan

barista sebagai salah satu profesi juga untuk melindungi dan memberdayakan

industi kreatif di Indonesia.

Badan Ekonomi Kreatif sebagai Lembaga pemerintah yang dibentuk khusus

oleh pemerintah yang fungsinya untuk menaungi para pelaku usaha ekonomi

kreatif. Kopi menjadi salah satu sorotan BEKRAF. Dalam prakteknya, upaya

BEKRAF adalah mengembangkan dan mempromosikan kopi sebagai salah satu

komoditas ekonomi kreatif, baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Upaya

BEKRAF di dalam negeri salah satunya adalah memfasilitasi pendaftaran indikasi

geografis produk kopi, sertifikasi barista dan promosi di event skala lokal,

sementara untuk dalam negeri, BEKRAF aktif melakukan roadshow promosi kopi

Indonesia ke negara konsumen dan importir124.

Komitmen BEKRAF dalam membantu upaya memberdayakan kopi

Indonesia adalah dengan menjadikan kopi sebagai salah satu identitas nasional,

dengan diluncurkannya logo “KOPI” diharapkan kopi menjadi identitas nasional

yang membuat orang dapat mengingat dan mengasosiasikan kata “KOPI” dengan

Indonesia125.

124 Badan Ekonomi Kreatif, KOPI INDONESIA : Ikon Pemersatu Kekayaan dan Keanekaragaman

Kopi Indonesia, diakses dalam https://www.bekraf.go.id/kegiatan/detail/kopi-indonesia-ikon-

pemersatu-kekayaan-dan-keanekaragaman-kopi-indonesia (25/11/2019 4:04 WIB) 125 Ibid

Page 63: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

133

3.6.2 Demand and Supply Kopi Indonesia Baik Domestik Maupun

Global

Dalam penelitian ini, penulis mengamati bahwa mulai banyaknya kedai

kopi di Indonesia adalah tahun 2014, pada tahun itu banyak kedai-kedai kopi yang

bernuansa third wave coffee culture yang mulai mengenalkan kopi singel origin

kepada para pelanggannya. Bermula dari kedai-kedai kopi ini lah konsumen

teredukasi tentang bagaimana mengenal kopi dengan cita rasa yang sesungguhnya,

karena pada kedai-kedai ini, para pelanggan tentu sangat dimanja dengan beragam

biji kopi dari beragan daerah yang memiliki cita rasa yang berbeda-beda.

Dampak yang dialami pada era third wave coffee culture ini membuat

permintaan kopi di Indonesia semakin meningkat, sehingga membuat produksi kopi

pun juga harus menyesuaikan dengan permintaan pasar. Seperti yang penulis

sebutkan di atas bahwa permintaan kopi dari tahun ke tahun kian naik karena jumlah

penikmat kopi saat ini sedang meningkat. Permintaan kopi domestik yang

meningkat merupakan salah satu tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan

potensi ini.

Dalam sub bab ini penulis akan memberikan beberapa data terkait dengan

permintaan dan pasokan kopi di Indonesia. Namun untuk pasokan kopi, akan

penulis bahas pada sub bab selanjutnya mengingat datanya cukup banyak sehingga

akan lebih mudah dipahami apabila dibagi dalam dua sub pokok bahasan. Untuk

bagian ini penulis akan fokus membahas tentang permintaan kopi di ranah domestik

dan Global.

Page 64: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

134

1. Permintaan Domestik

Kopi saat ini selain menjadi komoditas, juga merupakan sebuah prospek

bisnis yang sangat menjanjikan karena permintaan domestik cukup besar. Seperti

yang sudah penulis sebutkan sebelumnya bahwa, satu roaster lokal kelas kecil saja

bisa menghabiskan sekitar 70-80kg kopi perbulan untuk kopi arabika dan robusta.

Kopi sekarang posisinya bergeser dari sekedar keinginan, berubah menjadi gaya

hidup berkat third wave coffee culture yang saat ini kita alami. Dari tahun 2011

sampai 2017, permintaan kopi domestik telah meningkat dari angka 3.333 dalam

1.000 karung 60 kg menjadi 4.600 karung 60kg atau bisa dikatakan naik sebanyak

45,7%126. Kenaikan tersebut dalam rentang waktu 6 tahun merupakan kenaikan

yang sangat signifikan.

Sementara untuk tahun 2019 konsumsi kopi diperkirakan tumbuh antara 6-

8%. Prediksi ini berdasarkan angka produksi pada tahun 2018 angka produksi kopi

berada di sekitaran 600.000 ton, dan 360.000 merupakan angka untuk serapan kopi

domestik. Hal tersebut disebabkan karena konsumen kopi dalam negeri terus

meningkat dari tahun ketahun karena para konsumen semakin dimanja dengan

banyaknya pilihan dari kedai-kedai kopi lokal yang tumbuh menjamur saat ini127.

Pada tahun 2016/2017 Indonesia berada di peringkat ke-enam sebagai

negara konsumsi kopi terbanyak di dunia128. Untuk tahun 2018 sendiri angka

126Indonesia Investment, Kopi, diakses dalam https://www.indonesia-

investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186 (6/11/2019 3:20 WIB) 127Ali Akhmad Noor Hidayat, Eksportir Kopi: Kopi Lebih Banyak Diserap Pasar Domestik, diakses

dalam https://bisnis.tempo.co/read/1169785/eksportir-kopi-produksi-lebih-banyak-diserap-pasar-

domestik/full&view=ok (6/11/2019 ) 128Databoks, Indonesia Masuk Daftar Negara Konsumsi Kopi Terbesar Dunia, diakses dalam

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/12/indonesia-masuk-daftar-negara-konsumsi-

kopi-terbesar-dunia

Page 65: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

135

konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 350.000 ton dan diprediksi bahwa pada

tahun 2021 akan naik menjadi 370.000 ton dengan angka pertumbuhan mencapai

8,22% /tahun. Faktor yang membuat angka pertumbuhan konsumsi kopi naik

adalah tren kopi yang sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia129.

Karena tren tersebut membuat persepsi masyarakat tentang kopi berkualitas kini

berbeda, sekarang kedai-kedai kopi lokal baik itu skala kecil maupun menengah

sudah mampu menyajikan kopi berkualitas, tidak terpaku pada nama besar waralaba

seperi Starbucks atau yang lainnya.

2. Permintaan Global

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia mampu

menyuplai setidaknya 7% dari total konsumsi kopi dunia setelah Brazil, Kolombia

dan Vietnam. Demand and Supply kopi Indonesia di tingkat global, bisa diukur

dengan parameter ekspor kopi ke negara – negara di benua Amerika, Eropa, Asia

dan Pasifik. Pada tahun 2019, 65 sampai 70% kopi mentah dialokasikan untuk

ekspor,sisanya untuk konsumsi domestik dan 65-67% adalah robusta, 35%hingga

33% sisanya adalah kopi Arabika, dan pada tahun 2020 diprediksi meningkat130.

Negara-negara yang telah menjadi langganan untuk ekspor kopi Indonesia

adalah Amerika, diikuti oleh negara di Eropa seperti Jerman, Italia dan Belanda.

Sementara negara yang menjadi target baru seperti Malaysia, Taiwan, Thailand,

Singapura, dan Korea Selatan masih didominasi oleh kopi instan, sangrai dan

ekstrak atau konsentrat, namun akan terus berkembang terkait pemerintah sudah

129 Ibid. 130 Nidia Zuraya, Tahun Depan, Ekspor Kopi Indonesia Diprediksi Meningkat, diakses dalam

https://www.republika.co.id/berita/q2npi5383/tahun-depan-ekspor-kopi-indonesia-diprediksi-

meningkat (20/12/2019 10:35 WIB)

Page 66: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

136

melakukan beberapa cara untuk mempromosikan kopi Indonesia di negara

emerging market.

Sebagai negara penghasil dan eskportir kopi, tujuan ekspor kopi Indonesia

adalah ke negara berikut:

a. Amerika Serikat

Amerika Serikat sudah menjadi langganan untuk mengimpor kopi

Indonesia. Setelah Indonesia menjadi negara sorotan sebagai home of world finest

coffee pada SCAA Coffee Expo 14-17 April di Atlanta, Georgia, pada tahun 2015,

Indonesia telah mengekspor total sebanyak 65.5 juta kilo kopi senilai $281 ke

Amerika Serikat pada tahun 2015131. Kopi Indonesia paling diminati di Amerika

Serikat adalah kopi Arabika dari daerah Sumatera Gayo, Jawa, Bali, Toraja, Luwak

dan Flores, berdasarkan data dari ICO Amerika pada tahun 2018/2019 mencapai

angka 26.569 /60kg atau naik sebanyak 1,6 persen dari tahun 2015 – 2017132.

Masyarakat Amerika Serikat yang memahami specialty coffee Indonesia

membuat permintaan kopi ke AS tumbuh sebanyak 20%, walaupun kopi paling

diminati di AS adalah kopi spesialti dari daerah yang telah disebutkan, para importir

kopi di AS tetap mengharapkan kopi dari daerah lain. Kopi Indonesia di AS banyak

diminati karena memiliki cita rasa yang khas dan eksotis serta memiliki banyak

131Zulfiani Lubis, US to import $18 million worth of Indonesian coffee in 2016, diakses dalam

https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/bahasa/englishedition/129735-

indonesia-coffee-SCAa-portrait-country-america-atlanta (20/12/2019 11:37 WIB)

132International Coffee Organization, World Coffee Consumtion Table 2019, diakses dalam

http://www.ICO.org/prices/new-consumption-table.pdf (2012/2019 11:54 WIB)

Page 67: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

137

Gambar 6. Trade channels for sustainably-sourced green coffee from Indonesia

varian karena di Indonesia sendiri terdapat banyak daerah penghasil kopi yang

menawarkan karakteristik berbeda tiap daerahnya133.

b. Eropa

Uni Eropa merupakan negara Importir kopi di dunia yang menjadi target

ekspor kopi Indonesia. Pada tahun 2012 tercatat Indonesia telah mengekspor kopi

sebanyak 120 ribu ton ke Uni Eropa dengan nilai sebanyak 240 juta Euro. Dalam

rantai suplai kopi di Eropa, broker tidak memiliki banyak peranan penting, kopi

Indonesia di Uni Eropa didistribusikan melalui agen – agen atau eksportir yang

sudah tersertifikat dan memenuhi standar impor Uni Eropa134

Sumber : Profound 2013

133 Didik Purwanto, Kopi Indonesia Diminati Pasar Amerika, diakses dalam

https://lifestyle.kompas.com/read/2013/06/11/12082087/Kopi.Indonesia.Diminati.Pasar.Amerika

(20/12/201 12:06 WIB) 134 Ministry of Foreign Affari, Market Insigh For Sustainably-sourced Coffee From Indonesia,

diakses dalam https://www.cbi.eu/sites/default/files/market_information/researches/tailored-study-

indonesia-europe-eu-market-insights-coffee-2014.pdf (20/12/2019 12:34 WIB)

Page 68: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

138

Pada era ini, kopi yang banyak diminati oleh masyarakat eropa adalah yang

berjenis Arabika dan kebanyakan dari Sumatera karena rasanya tidak pahit dengan

aroma kuat dan tambahan rasa rempah dengan tingkat keasaman yang rendah. Kopi

Indonesia mendapatkan komentar positif ketika dipamerkan di Vienna Coffee

Festival135. Selain itu, di Austria, Belanda merupakan negara potensial untuk pasar

kopi Indonesia di Eropa, pada tahun 2017, nilai ekspor kopi ke Belanda mencapa

US$ 9,2 Juta dan dalam 5 tahun terakhir telah meningkat 23,4%. Kedutaan Besar

Republik Indonesia mengikuti festival World of Coffee di Aamsterdam pada tanggal

21-23 Juni 2018 di Amsterdam selain bertujuan untuk mengenalkan kopi Indonesia

ke Belanda juga bertujuan untuk menigkatkan ekspor kopi baik itu kualitas maupun

kuantitas136.

c. Asia dan negara Emerging Market Lainnya

Indonesia memiliki pasar potensial di Asia, terutama Asia Timur seperti

Jepang dan Korea Selatan. Pada tahun 2013, Indonesia memasok 6,8% dari

kebutuhan kopi di Jepang. Komoditas kopi memiliki demand yang besar terhadap

green bean coffee dengan standar grade dan ukuran, standar mutu yang diminta

tergantung dari target importir dan pada umumnya perusahaan – perusahaan besar

memilih untuk mengecek langsung ke perkebunan. Pangsa pasar kopi Indonesia di

Jepang sebanyak 6,8% merupakan negara pengekspor kopi kelima terbesar untuk

135 Andhina Wulandari, Kopi Indonesia Diminati Pencinta Kopi Austria, diakses dalam

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190113/12/878017/kopi-indonesia-diminati-pencinta-kopi-

austria (20/12/2019 13:07 WIB) 136 Specialty Coffee Association of Indonesia, Indonesia Dorong Ekspor Kopi Spesialti ke Belanda

dan Eropa, diakses dalam https://SCAi.or.id/indonesia-dorong-ekspor-kopi-spesialti-ke-belanda-

dan-eropa/ (20/12/2019 13:14 WIB)

Page 69: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

139

Gambar 7 Saluran distribusi kopi ke Jepang

negara Jepang, selain itu reputasi kopi Indonesia di Jepang juga cukup terkenal,

masyarakat dari negara tersebut sangat mengenal kopi Toraja, serta mulai mengenal

kopi luwak sebagai salah satu kopi termahal di dunia137.

Salah satu kiat pemerintah untuk meningkatkan permintan kopi di Negara

Jepang adalah dengan mengikuti Pameran atau event kopi yang diselenggarkan di

negara ini, untuk itu Atase Perdagangan Tokyo melakukan kerjasama dengan

Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) Osaka untuk meningkatkan ekspor kopi

Indonesia di Jepang. Kopi Indonesia di Jepang paling diminati adalah Kopi

Mandailing, Toraja dan Kintamani138.

Sumber : :Kemendag

137 Atase Perdagangan Tokyo, Market Brief : Kopi, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

2014 hal. 17 138 Ridho Syukro, Kopi Indonesia Raih Penjualan US$ 5,5 Juta di Jepang, diakses dalam

https://www.beritasatu.com/ekonomi/514593/kopi-indonesia-raih-penjualan-us-55-juta-di-jepang

(23/12/2019 17:00 WIB)

Page 70: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

140

Kemudian di Korea Selatan Kopi Indonesia masuk melalui kerjasama antar

perusahaan dagang Ventura Coffee, PT Indoarabica Mangkuraja, dan Alpha

Gemilang dengan Beanst Coffee, Tona Co. Ltd dan Treeplanet Co. Ltd. Korea

Selatan merupakan negara dengan potensi pasar potensial untuk kopi Indonesia.

Potensi nilai untuk kerjasama tersebut sekitar US$ 2 juta dan warga Korea Selatan

merupakan salah satu negara konsumsi kopi terbesar di Asia, ada sekitar 12.300

gerai kopi dan selalu ramai. Tren pertumbuhan eskpor kopi Indonesia ke Korea

Selatan naik 19,86% dari US$ 6,05 Juta menjadi US$ 12,82 Juta. Strategi untuk

meningkatkan ekspor kopi ke Korea Selatan masih sama, yaitu dengan mengikuti

event kopi yang diselenggarakan di negara tersebut139.

Sementara di negara Asia lain seperti Taiwan dan Tiongkok, kopi Indonesia

juga memiliki pangsa pasar. Pada periode Januari sampai September 2017, ekspor

kopi Indonesia ke Tiongkok mencapai US$34,1 juta. Daerah penghasil kopi di

Tiongkok seperti Yunnan dan Hainnan tidak mencukupi konsumsi koi domestik di

Tiongkok sehingga impor kopi ke Tiongkok merupakan sebuah keharusan140.

Perubahan gaya hidup dan perekonomian merupakan faktor yang menjadi kopi

diminati di negara tersebut. Pertumbuhan angka konsumsi kopi di China naik dari

14,5% pada tahun 2016 menjadi 22,1% pada tahun 2017 menyebabkan peringkat

impor kopi China naik dari yang awalnya peringkat 23 menjadi peringkat 17 di

139 Budi Riza, 12.300 Gerai Kopi Korea Selatan Siap Serap Kopi Indonesia, diakses dalam

https://dunia.tempo.co/read/1076720/12-300-gerai-kopi-korea-selatan-siap-serap-kopi-

indonesia/full&view=ok (23/12/2019 18:12 WIB) 140 Nidia Zuraya, Indonesia Siap Rebut Pasar Kopi di Cina Dari Vietnam, diakses dalam

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/11/13/ozc0ro-indonesia-siap-rebut-pasar-

kopi-di-cina-dari-vietnam (23/12/2019 19:00 WIB)

Page 71: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

141

tahun yang sama menyebabkan pangsa impor kopi China adalah 1,6% dari total

impor kopi di seluruh dunia141.

Terakhir di Taiwan, sepanjang periode Januari – September 2017, ekspor

kopi ke Taiwan mencapai US$16,4 juta atau total 10,6% dari total impor kopi di

Taiwan, angka tersebut naik sebanyak 19,4% dari tahun sebelumnya sehingga

Indonesia merupakan negara importir kopi terbesar ke – 3 terbesar di Taiwan142.

Kopi Indonesia populer di tingkat global menjadikan Indonesia perlu

meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi demi memenuhi konsumsi kopi baik

domestik maupun global, hal tersebut diperlukan langkah – langkah strategis seperti

perbaikan kualitas sumber daya manusia agar mampu mengelola sumber daya alam

yang melimpah. Langkah tersebut telah dibahas di sub bab sebelumnya. Pentingnya

menjaga angka demand and supply kopi Indonesia adalah untuk menjaga

ketersediaan pasokan. Analisis tersebut berdampak untuk menjaga hubungan

dagang multilateral Indonesia dengan negara – negara tujuan ekspor.

3.6.3 Social Responsibility Investment Starbucks di Indonesia

Social responsibility investment adalah investasi sosial yang

mengedepankan keberlangsungan dan terjaminnya kesejahteraan para produsen di

bagian hilir serta menjamin ketersediaan bahan baku untuk para investor. Social

responsibilty investment merupakan sebuah solusi yang saling menguntungkan

141 Yustinus Andri DP, Melambungkan Ekspor Kopi ke China, diakses dalam

https://ekonomi.bisnis.com/read/20181001/12/844131/melambungkan-ekspor-kopi-ke-china

(23/12/2019 19:07 WIB) 142 Vicki Febrianto, Kopi Premium Indonesia Diminati Pasar Taiwan, diakss dalam

https://www.antaranews.com/berita/666978/kopi-premium-indonesia-diminati-pasar-taiwan

(23/12/2019 19:16 WIB)

Page 72: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

142

antar para perusahaan yang berinvestasi dengan produsen hulu. Social

responsibility investment membentuk kepecayaan dan saling menguntungkan

terhadap kedua belah pihak. Social Responsibilty Investment modern terdiri dari

tiga pilar pokok dalam prakteknya selain investasi berbasis sosial, investasi yang

berkelanjutan dan keterikatan antar perusahaan dengan lingkungan serta dampak

dari investasi sosial tersebut143.

Starbucks merupakan sebuah perusahaan multinasional yang menjual kopi

sebagai produk utama mereka. Skala perusahaan ini sangat besar, tercatat pada

tahun 2018, jumlah gerai Starbucks di seluruh dunia telah terdapat 29.300144. Untuk

menjaga ketersediaan pasokan bahan baku, baik itu kopi, teh, dan coklat, Starbucks

menerapkan sistem Ethical Sourcing secara menyeluruh. Untuk pasokan kopi

sendiri, Starbucks menyadari bahwa secangkir kopi membutuhkan sebuah proses

yang panjang dan menjaga tanaman tersebut tetap berkeberlangsungan, maka

Starbucks memiliki sebuah program yang disebut C.A.F.E (Coffee and Farmer

Equity). Program ini bertujuan untuk mengembangkan dan mendukung petani agar

menghasilkan kopi yang berkualitas, dan juga untuk menjaga pasokan kopi untuk

Starbucks itu sendiri145.

143Blaine Townsend, From SRI to ESG: The Origins of Socially Responsible and Sustainable

Investing (California, 2017), http://www.ussif.org/blog_home.asp?Display=75. Hal. 3 144 Mutia Fauzia, Tahun Depan Starbucks Akan Buka 2.100 Gerai Baru, diakses dalam

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/02/070000226/tahun-depan-Starbucks-akan-buka-

2.100-gerai-baru (7/11/2019 1:58 WIB) 145Starbucks Coffee , C.A.F.E Practices Generic Evaluation Guidelines 2.0, Starbucks Coffee

Company, diakses dalam http://www.Starbucks.co.id/media/indonesia-pdf-mar-2007-CAFE-

Practices_tcm33-11517.pdf (7/11/2019 3:11 WIB)

Page 73: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

143

Untuk mendukung program tersebut, maka Starbcuks mengoperasikan

Farmer Support Centre. Program tersebut berbasis open-source agronomy yang

berarti saling berbagi informasi mengenai manajemen tanah dan produksi tanaman.

Cara ini merupakan sebuah solusi bagi Starbucks untuk meningkatkan kualitas kopi

serta memberdayakan masyarakat sebagai sebuah tanggung Jawab sosial dan saling

menguntungkan terhadap kedua belah pihak. Lokasi Starbucks Farmer Support

Centre sendiri ada di sembilan negara, yaitu Guetamala, Rwanda, Ethiopia,

Colomblia, China, Costa Rica, MexICO dan Indonesia146.

Indonesia yang merupakan negara penghasil kopi, juga mendapat perhatian

dari Starbucks. Sejak tanggal 08 September 2016, Starbucks mendirikan Farmer

Support Centre di Indonesia, tepatnya di kota Brastagi, Provinsi Sumatera Utara

yang bekerja sama dengan kelompok tani Tani Sinergi Fajar Harapan. Farmer

Support Centre yang dibangun oleh Starbucks merupakan sebuah tempat

pembibitan kopi. Tempat tersebut membantu para petani dalam mengembangkan

bibit kopi terbaik dengan bantuan dari ahli untuk menciptakan tanaman kopi yang

baik dan berkualitas. Petani yang tergabung dalam program tersebut pun tidak

diharuskan untuk memasok kopi mereka ke Starbucks, dengan kata lain, petani

dibebaskan untuk menjual kemana saja. Dari penjelasan tersebut tujuan dari

program ini sendiri adalah untuk memberikan edukasi dan mengembangkan sumber

146Starbucks, On the Ground Support for Farming Communities, diakses dalam

https://www.Starbucks.com/responsibility/community/farmer-support/farmer-support-centers

(7/11/2019 5:08 WIB)

Page 74: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

144

daya manusia untuk menanam kopi dengan cara yang lebih baik dan membantu

meningkatkan kesejahteraan petani147.

Studi Kasus Starbucks mendirikan Farmer Support Centre di Indonesia

merupakan sebuah bentuk dari implementasi modernisasi yang dibawa oleh arus

globalisasi. Berdasarkan salah satu ciri globalisasi yaitu masuknya sebuah

perusahaan multinasional ke suatu negara, Starbucks yang merupakans sebuah

perusahaan ritel besar yang berasal dari Amerika, masuk ke Indonesia untuk

melakukan ekspansi pasar. Sementara dari segi modernisasi, Starbucks masuk ke

Indonesia selain sebagai bentuk dari ekspansi pasar, dengan sistem Ethical

Sourcing melalui program Coffee and Farmer Equity dengan membangun sebuah

Farmer Suppport Centre di Brastagi, Sumatera Utara, merupakan sebuah usaha

untuk membantu kesejahteraan masyarakat. Selain membantu kesejahteraan

masyarakat, sebuah sistem yang dilakukan oleh Starbucks juga sebagai salah satu

cara agar Starbucks menjaga pasokan kopi Sumatera.

Alasan mengapa Starbucks membangun Farmer Support Centre di

Sumatera adalah, kopi Sumatra merupakan kopi paling disukai di Starbucks di

seluruh dunia. Karakteristik biji kopi Sumatera sangat kuat dan dapat dicampur

dengan bahan lain sehingga paling pas untuk resep – resep kopi yang disajikan oleh

Starbucks148. Namun Starbucks tidak berhenti di sebatas untuk mendapatkan suplai

kopi saja, untuk memenuhi Ethical Sourcing mereka tidak hanya membantu dalam

147Starbucks, Developing Better Future With Farmers, diakses dalam

http://www.Starbucks.co.id/responsibility/ethical-sourcing/farmer-support (7/11/2019 10:07 WIB) 148 Kahfi Dirga Cahaya, Kopi Sumatera Paling Digemari di Seluruh Starbucks di Dunia, diakses

dalam https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/07/061400420/kopi-sumatra-paling-digemari-di-

seluruh-Starbucks-dunia (8/11/2019 12:01 WIB)

Page 75: BAB III Fenomena Third Wave Coffee Culture di Indonesia ...eprints.umm.ac.id/59173/18/BAB III.pdf · 73 Culture yang mentransformasi pandangan sebagian masyarakat Indonesia terhadap

145

mengembangkan tanaman kopi, tapi juga menjamin kesejahteraan para petani

dengan cara setiap 10% penjualan dari biji kopi Sumatra, akan disumbangkan untuk

kesejahteraan waga di lingkungan perkebunan kopi Sumatra seperti perbaikan

sekolah dan tempat tinggal149.

Starbucks mendapatkan pasokan kopi Sumatera, sementara masyarakat

kesejahteraannya meningkat dan kualitas tanaman kopi di perkebunan Sumatra

merupakan kondisi yang saling menguntungkan antar kedua pihak, baik itu

Starbucks maupun para petani. Social Responsibility Investment merupakan salah

satu bentuk implementasi dari Modernisasi di Indonesia yang juga merupakan

dampak dari third wave coffee culture. Modernisasi yang berarti sebuah

pengembangan dapat dilihat dari transfer knowledge dengan didirikannya Farmer

Support Centre, dan memberikan kesejahteraan masyarakat lewat kampanye yang

dilakukan oleh Starbucks merupakan sebuah upaya untuk mensejahterakan

masyarakat. Lewat upaya tersebut, hasil yang didapatkan terhadap Starbucks adalah

mereka tetap dapat menjual kopi Sumatra dengan kualitas bagus, para petani dapat

dengan mudah mendapatkan pembeli dari biji kopi mereka, serta kesejahteraan

masyarakat mulai meningkat.

149 Ibid