BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Konsep...

download BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Konsep Kombinasidigilib.itb.ac.id/files/disk1/539/jbptitbpp-gdl-deborasima-26932-4... · dianggap baik untuk membuat kain Batik adalah warna hitam, coklat,

If you can't read please download the document

Transcript of BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Konsep...

  • 26

    BAB III

    DATA DAN ANALISA

    3.1 Konsep Kombinasi

    Dalam pembuatan karya, kombinasi dan penggabungan teknik

    sulam (bordir) dengan tambahan teknik reka latar tekstil lainnya dipakai

    secara integral untuk mendapatkan hasil berupa motif batik Indramayu.

    Pada akhir-akhir ini produk batik sulam telah terdapat cukup banyak

    dipasaran, yaitu kain batik yang diberi sentuhan akhir berupa sulaman

    tambahan pada sebagian atau keseluruhan motifnya. Namun pada karya

    ini, justru memanfaatkan karakter sulaman (bordir) yang pun dapat

    langsung mengasilkan motif, yaitu khususnya motif batik Indramayu.

    Potensi teknik olahan tekstil dan reka latar berupa motif batik digunakan

    untuk dapat saling melengkapi.

    3.2 Eksperimen

    Eksperimen dilakukan dengan melakukan pengumpulan material

    kain yang dianggap dapat digunakan sebagai media yang relefan sebagai

    penunjang sulaman. Dengan terlebih dahulu dilakukannya proses

    pengolahan kain seperti eksperimen bakaran, celup, dan printing.

  • 27

    No. eksperimen proses

    1.

    1. Printing (GL)

    2. Bordir

    2.

    1. Pleats

    2. Printing (Pop Up)

    3. Bordir

    3.

    1. Bordir

    2. Smock

    4.

    1. Bordir

    2. Colet (Le Franc)

  • 28

    No.

    eksperimen

    proses

    5.

    1. Printing (Pop Up)

    2. Bordir

    3. Bakar (Solder)

    6.

    1. Bordir

    2. Bleach

    7.

    1. Printing (Pop Up)

    2. Printing (foil)

    3. Bordir

    8.

    1. Printing

    2. Teknik baker

    3. Colet (kontur Marabu)

  • 29

    no.

    eksperimen

    proses

    10.

    1. Bordir

    2. Smock

    11.

    1. Bordir

    2. Colet (Kontur

    Marabu)

    3. Bakar (Solder)

    12.

    1. Bakar (lilin)

    2. Bordir

    13.

    1. Print (Transfer Paper)

    2. Bordir

  • 30

    no.

    eksperimen

    proses

    14.

    1. Bakar (lilin)

    2. Bordir

    15.

    1. Printing (Pop Up)

    2. Print (Transfer Paper)

    3. Bordir

    16.

    1. Print (Transfer Paper)

    2. Bordir

    17.

    1. Bordir

    2. Colet (Marabu)

  • 31

    3..2.1 Motif

    Saat ini Kabupaten Indramayu memiliki 143 motif, dan semuanya

    telah didaftarkan di Departemen Kehakiman dan ham dan sudah untuk

    mendapatkan Hak Cipta. Namun sampai saat ini baru 50 Motif yang sudah

    mendapatkan sertifikatnya, sisanya masih dalam proses (jenis-jenis motif

    baik yang sudah bersertifikat maupun yang masih dalam proses terlampir).

    Ragam hias batik Indramayu merupakan hasil dari begitu banyak

    percampuran kebudayaan asing dan daerah lain, untuk kemudian diolah

    secara lokal dengan pengaruh-pengaruh Hindu, Islam dan Cina. Iri yang

    menonjol adalah flora dan fauna yang diungkap secara datar, banyak

    lengkung dan garis yang meruncing ( ririran), berlatar putih dan warna

    gelap dengan banyak titian yang dibuat menggunakan teknik cocohan

    jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Latar

    belakang kehidupan nelayan dan petani serta lingkungannya menjadi cirri

    dan identitas batik Indramayu. Tidak banyaknya makna simbolis pada

    ragam hias batik Indramayu disebabkan para pembatik lebih cenderung

    menganggap membatik selayaknya melukis tanpa pretense apapun selain

    tertarik pada keindahan semata objek tersebut, kemudian batik sebagai

    komoditi ekonomi yang dibuat berdasarkan selera konsumen dan tidak

    memakan waktu lama dalam proses pembuatan.

  • 32

    gambar III.1 Kembang Kapas, dimasa yang lalu Kembang Kapas merupakan daerah

    yang menjadi batas antara desa Darma Ayu (Indramayu) dengan desa Babadan.

    Gambar III.2 Kapal Kandas, simbolis dari sebuah harapan dan kelancaran cita-cita lewat

    gambaran sebuah kapal dimana hanya golongan umur tertentu yang boleh memakainya.

    Karena kalau seorang anak muda memakai kain batik motif ini maka cita-citanya akan

    kandas.

  • 33

    gambar III.3 Ganggeng, penggambaran bentuk tanaman ganggang di pesawahan

    Indramayu Utara, juga mewakili bentuk tanaman ganggang yang tumbuh di laut dan

    sering ditemui oleh nelayan.

    gambar III.4 Iwak Etong, daerah Indramayu banyak menghasilkan udang dan ikan, dan

    sring dijumpai Iwak (ikan) tanpa kepala (etong) karena dimakan ikan besar.

  • 34

    gambar III.5 Slompret, adalah sebuah alat yang dipakai para raja dimasa dahulu untuk

    memanggil prajuritnya agar segera mendatangi pos penjagaan.

    gambar III.6 Sejuring, diambil dari bentuk lubang angin pada dinding untuk mesuknya

    udara segar kedalam rumah. Menurut kepercayaan sangat sianjurkan untuk selimut atau

    alas tidur bagi orang yang sedang sakit supaya memberikan rasa sejuk sehingga

    mempercepat kesembuhan.

  • 35

    gambar III.7 Sawat Riweh, kaligrafi Arab dalam ragam hias ini dimasa dahulu

    menandakan batik ini hanya dipakai untuk selendang, hiasan dinding, dan destar. Namun

    sekarang ini kaligrafi dibah kedalam bentuk yang lebih sederhana menjadi bentuk garis-

    garis dapat digunakan menjadi sarung. Riweh artinya keringat , bermakna agar

    pemakainya dapat menjadi sosok tangguh dan ulet daam mencapai keberhasilan.

    gambar III.8 Sawat Gunting, adalah jenis kerang yang berbentuk gunting dan

    merupakan makanan kesukaan penduduk Indramayu.

  • 36

    gambar III.9 Pacar Cina, merupakan jenis makanan daerah Indramayu yang terbuat dari

    tepung berbentuk persegi kecil-kecil, yang dimasak dengan santan dan gula.

    gambar III.10 Sekar Niyem, daun dari tubuhan ini digunakan sebagai sesajen dalam

    upacara para nelayan untuk turun ke laut, atau upacara bagi petani untuk menebar benih

    ke sawah.

  • 37

    gambar III.11 Swastika, diilhami oleh masa Penjajahan Jepang, swastika menurut para

    perajin batik di Indramayu menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama masa

    Kependudukan Jepang.

    gambar III.12 Merak Ngibing diilhami oleh keindahan burung merak.

  • 38

    gambar III.13 Perang Teja, mengambil corak batik parang Yogya-Solo yang mengacu

    pada makna ketertiban, keserasian, dan keseimbangan.

    gambar III.14 Kawung Sogok, dipengaruhi oleh motif Kawung yang sudah ada pada seni tradisi Jawa sejak masa Hindu.

  • 39

    III.2.2 warna

    Adalah gejala alam yang dapat dilihat oleh mata, tanpa dapat

    dirasakan secara langsung. Drs. Onong Nugraha dalam buku yang

    berjudul Seni Rupa I menjelaskan bahwa warna merupakan cahaya yang

    terurai melalui prisma. Alam suatu lingkaran warna merah, kuning, dan

    biru, warna-warna yang berseberangan disebut warna kontras.

    Sedangkan warna yang berdekatan disebut warna persamaan (analogus).

    Didalam tori warna ada yang disebut nada, yaitu perwujudan gelap dan

    terang, yang disebut monochromatic. dalam representational art, warna

    membedakan objek, dan memunculkan efek dari ilusi optik.

    Pada masa sekarang orang memilih warna tidak hanya sekedar

    mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah

    memilihnya dengan kesadaran akan kegunaannya. Pada abad ke-15,

    lama sebelum para ilmuwan memperkenalkan warna, Leonardo da Vinci

    menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang

    disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning hijau, biru, hitam dan

    putih. Kini para ilmuwan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap

    cara otak menerimaserta menginterpretasikan warna. Kemudian

    perkembangan bidang psikologi juga membawa warna menjadi objek

    perhatian bagi para ahli psikologi.

    Marian L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:119),

    menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna internal dan eksternal.

    Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faal, sedangkan

    warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia

  • 40

    melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara

    mengekspresikannya.

    Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi

    yang hampir sama terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi

    ini kadang-kadang berbeda, karena perbedaan kondisi asosiasi

    sebelumnya yang terlupakan atau tertunda sehingga mencurigakan.

    Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari

    yang supersensitif sampai kepada yang buta warna total, yang

    mempergunakan indera lainnya seperti ciuman, rabaan dan rasa (lidah)

    dalam merasakan warna.

    Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda,

    hal tersebut menunjukkan bahwa warna berpengaruh terhadap emosi

    setiap orang. Apabila seseorang tidak menyukai warna tertentu mungkin

    ada sebabnya. Demikian juga respon kita terhadap warna tertentu, karena

    warna tersebut pernah dipakai oleh orang tertentu yang disenanginya.

    Atau ia tidak menyukai warna tertentu karena ia pernah mengalami

    peristiwa pahit dengan warna tersebut.

    Diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L. David (1987:135)

    1. Kuning jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan,

    optimisme, terbuka.

    2. Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut,

    penghianat.

    3. Kuning hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah,

    berseri.

  • 41

    4. Hijau muda : kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya,

    segar, istirahat, tenang.

    5. Hijau biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.

    6. Cokelat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan,

    tenang, sentosa, rendah hati.

    7. Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak

    menentu.

    8. Abu-abu : tenang.

    9. Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual,

    pemaaf, cinta, terang.

    Arti warna pada beberapa daerah di Indonesia memiliki

    perbedaan persepsi dan arti berbeda-beda. Hal ini tergantung dari

    kepercayaan serta pakem-pakem yang mereka pegang. Jika di negara-

    negara Barat perndekatan warna dilakukan berdasarkan segi fisik dan

    psikis, berbeda dengan negara-negara bagian timur yang melakukan

    pendekatan warna dengan menambahkan unsur simbolik serta bersifat

    adikodrati (supranatural). Jika Aristoteles mengatakan warna datang

    dari keempat unsur alam yaitu tanah, udara, api dan air, maka dalam

    falsafah warna Bali yang disebut Panca Maha Butha keempat unsur

    masih ditambah dengan akasa atau aether atau angkasa. Susunan

    warna di Bali dinamakan Rajah Nawasanga, terdiri dari sembilan warna

    (Sang = sembilan) yang dihubungkan dengan nama dewa dan arah

    mata angin. Warna-warna yang dipergunakan adalah warna yang murni

    (tingkat kecerahan tinggi) seperti warna biru, emas, merah, kuning dan

    hijau.

  • 42

    Di Jawa pada daerah Yogyakarta dan Solo, warna yang

    dipergunakan disesuaikan dengan paham Hindu baik dalam segi etika

    dan estetika yang berpusat di keraton. Warna yang dipakai sebagai

    lambang keraton atau sultan adalah warna kuning. Warna-warna yang

    dianggap baik untuk membuat kain Batik adalah warna hitam, coklat,

    putih dan biru tua. Pada daerah Pekalongan (pesisir utara) warna yang

    berkembang sesungguhnya berupa penambahan dari warna-warna

    yang dipergunakan di daerah Yogyakarta. Sama halnya dengan daerah

    Cirebon, Madura, Semarang dan Surabaya yang banyak dipengaruhi

    oleh kebudayaan asing seperti Cina, Arab, India dan Eropa. Di Jawa

    Barat, warna warna labih terbuka terhadap unsur luar sehingga terjadi

    proses akulturasi, sehingga mereka (masyarakat) lebih banyak

    menggunakan logika dibandingkan dengan nilai religius magis. Warna

    yang masih digunakan sebagai simbolis sebagai contoh adalah warna

    putih yang digunakan oleh pengantin wanita pada pakaiannya untuk

    menunjukan ia masih suci (perawan). Warna kuning sebagai simbol

    optimisme dan ucapan syukur dan warna merah sebagai harapan akan

    kesuksesan. Warna-warna utama di daerah Minangkabau adalah

    hitam, merah, kuning kejinggaan, dan warna emas. Namun yang sering

    muncul pada tiap penampilan budaya Minang adalah warna merah.

    Warna-warna batik Indramayu umumnya berupa warna-warna alam

    seperti merah, cokelat, kuning, Ciri dari warna batk Indramayu adalah

    dengan hanya terdirinya satu macam warna tunggal dengan latar kain

    yang dibiarkan tetap berwarna putih. Macam warna keseluruhan antara

    lain terdiri dari wara hitam, biru tua, merah tua, dan cokelat.

  • 43

    Keterbatasan warna ini disebabkan karena para pembatik hanya

    menggunakan pewarna alam yang diambil untuk kemudian diproses

    sebagai zat pewarna dari tumbuh-tumbuhan daerah sekitar Indramayu

    yang jumlahnya tidaklah banyak, antara lain dari kulit kayu, daun-

    daunan, bunga, dan buah-buahan. Tingginya kadar garam di Indramayu

    menghasilkan kesan warna kusam, namun ini malah menjadi ciri dari

    batik Indramayu karena tidak ada daerah pembatikan lain yang kadar

    airnya persis sama.

    Warna hitam diambil dari warna biru yang

    telah terlebih dahulu dicelup pada kain,

    kemudian ditimpa dengan warna soga

    (cokelat) yang diambil dari ekstraksi kayu

    tingi, tegeran dan jambal.

    Warna yang dihasilkan dari pohon Nila

    (Indigofera) adalah warna biru. Diambil

    dari daun perdu yang diekstraksi dengan

    tetes / malases atau tunjung / abu seng

    atau gula, dengan penambahan kapur

    tohor.

  • 44

    Warna merah diambil dari kulit akar

    mengkudu dengan penambahan kulit

    pohon jirek, abu buah jangkang, air jeruk

    dan air kapur. Atau juga dengan

    menambahkan endapan abu gosok pada

    akar mengkudu ketika mengekstraksi.

    Warna cokelat dihasilkan dari ekstraksi

    pencampuran kulit kayu tingi, tegeran dan

    jambal dengan perbandingan 4 tinggi : 3

    jambal : 1 tegeran atau 4 tegeran : 3

    jambal : 1 tingi.

    3. 2. 3 Teknik Reka Latar

    Skema Klasifikasi Tekstil

    Tekstil

    Teknik Tekstil Serat Tekstil

    Reka Latar (Surface Design)

    Reka Rakit (Structure Design)

    Celup

    Sulam

    Tenun

    Rajut

    Serat Alam Serat Buatan

    Tumbuhan : Katun Goni Henep

    Hewan : Woll Mohair Sutra

    Serat yang diolah kembali :

    Rayon polynosic

  • 45

    Tabel III.1 skema Klasifikasi Tekstil

    Aplikasi cetak menggunakan pasata pop up yaitu proses reka latar

    pada kain dengan cara membubuhi pasata pop up dengan cara cetak

    saring/sablon dan kemudian dari motif yang terbentuk dari cetakan

    tersebut pasta didiamkan beberapa saat lalu dipanaskan hingga timbul

    tekstur dari pasta pop up yang teksturnya seperti karet atau busa.

    Penggunaan pasta pop up ini selain dengan teknik cetak juga dapat

    diaplikasikan dengan teknik colet sehingga bentuk motif yang dihasilkan

    lebih bebas, seperti membuat lukisan pada kain.

    Untuk cetak foil juga dikerjakan dengan proses cetak saring, terleih

    dahulu permukaan kain dicetak menggunakan pasta /lem tekstil, setelah

    pasta tersebut dicetak pada kain barulah foil ditimpa diatasnya dan

    kemudian dipanasi sehingga foil akan menempel pada permukaan kain.

    Batik

    Printing dll

    dll

    Mineral : Asbes

    Serat Setengah Sintetis : Asetat

    Sintetis : Nylon Acrylic dll