BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN · dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi...

36
28 BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1. Tinjauan Perusahaan 3.1.1. Sejarah Institusi/Perusahaan Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. A. Sebelum Reformasi Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta. Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi. Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,

Transcript of BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN · dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi...

  • 28

    BAB III

    ANALISA SISTEM BERJALAN

    3.1. Tinjauan Perusahaan

    3.1.1. Sejarah Institusi/Perusahaan

    Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan adalah

    lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan

    serta kewenangan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    A. Sebelum Reformasi

    Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada

    zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit,

    istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan

    jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari

    kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.

    Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa

    adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam

    Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas

    untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini

    dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan

    mengawasi para dhyaksa tadi.

    Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang

    mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi

    (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,

  • 29

    bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga

    adalah seorang adhyaksa.

    Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa

    dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang

    menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van

    Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen

    (Pengadilan Justisi ) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah

    langsung dari Residen / Asisten Residen. Hanya saja, pada prakteknya, fungsi

    tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata

    lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan belanda mengemban misi

    terselubung yakni antara lain:

    1) Mempertahankan segala peraturan Negara

    2) Melakukan penuntutan segala tindak pidana

    3) Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

    Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam

    menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat

    dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).

    Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi

    difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan

    tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942,

    No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang

    pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin

    (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara

    resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:

  • 30

    1) Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran

    2) Menuntut Perkara

    3) Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.

    4) Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

    Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam

    Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan

    UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945.

    Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara Republik Indonesia membentuk

    badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-

    Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.

    Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan RI telah ada sejak

    kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari

    setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur

    Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.

    Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara

    terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan.

    Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah

    mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan

    sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara

    kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan

    dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem

    pemerintahan.

  • 31

    Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar

    pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-

    Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI,

    Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum

    yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas

    departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan

    organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan

    wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan

    kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor

    16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

    Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan

    RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

    Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi

    serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden

    No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November 1991.

    B. Masa Reformasi

    Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap

    pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam

    penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi

    Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan

    diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut

    gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan

  • 32

    yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak

    lainnya.

    Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2

    ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga

    pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta

    kewenangan lain berdasarkan undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendali

    proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan

    hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu

    kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah

    menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis,

    Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana

    (executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini

    dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI

    sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di

    bidang penuntutan.

    Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang

    diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini

    tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah

    lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan

    secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan

    wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh

    kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam

    melaksanakan tugas profesionalnya.

  • 33

    UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI juga telah mengatur tugas dan

    wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

    1. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

    a. Melakukan penuntutan;

    b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

    memperoleh kekuatan hukum tetap;

    c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,

    putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;

    d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana berdasarkan undang-

    undang;

    e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

    pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

    pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik;

    2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat

    bertindak di dalam maupun di luar pengadilan atas nama Negara.

    3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut

    menyelenggarakan kegiatan:

    a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

    b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

    c. Pengamanan peredaran barang cetakan;

    d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan

    negara;

    e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

    f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

  • 34

    Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan

    dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit

    atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak

    mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan

    orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun

    2004 tersebut menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam

    undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan

    undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas

    dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan

    penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Kemudian

    Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam

    bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.

    Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya

    berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran

    lembaga-lembaga baru dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya

    dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya,

    upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering

    mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh

    Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut antara lain:

    1. Modus operandi yang tergolong canggih

    2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya

    3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan berbagai

    peraturan

    4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan

  • 35

    5. Manajemen sumber daya manusia

    6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum

    yang ada)

    7. Sarana dan prasarana yang belum memadai

    8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan serta

    pembakaran rumah penegak hukum

    Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan

    pembentukan berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat

    sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak

    Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi

    sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU ini diatur pembuktian

    terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan

    hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga dipandang lemah dan

    menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan Peralihan dalam

    UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam melakukan

    penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.

    Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas

    menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan

    secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu,

    diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah

    badan negara yang mempunyai kewenangan luas, independen, serta bebas dari

    kekuasaan manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi, mengingat korupsi

    sudah dikategorikan sebagai extraordinary crime .

  • 36

    Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan

    pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan

    memutus tindak pidana korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh

    Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan

    empat Wakil Ketua yang masing-masing membawahi empat bidang, yakni

    Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan Pengaduan

    masyarakat.

    Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan

    penyidikan dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan

    Kejaksaan RI sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah

    pejabat fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental

    dalam hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.

    C. DOKTRIN KEJAKSAAN

    TRIKRAMA ADHYAKSA

    “SATYA ADHI WICAKSANA”

    Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan raihan cita-cita

    setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta makna.

    1) SATYA :

    Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha

    Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama manusia.

    2) ADHI :

    Kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama, bertanggung jawab

    baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama

    manusia.

  • 37

    3) WICAKSANA :

    Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku, khususnya dalam penerapan

    kekuasaan dan kewenangannya.

    D. Visi dan Misi

    Visi

    Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien, transfaran,

    akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam mewujudkan

    supremasi hukum secara professional, proporsional dan bermatabat yang

    berlandasakan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai kepautan.

    Misi

    1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas dan

    wewenang baik dalam segi kualitas penanganan perkara seluruh tindak pidana,

    penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negara, serta mengoptimalkan

    kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara professional, proposional dan bermartabat

    melalui penerapan Standart Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat,

    terarah, efektif, dan efisien.

    2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka

    mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan

    upaya penegakan hukum.

    3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh

    tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-

    hak publik;

    4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi

    Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama

  • 38

    pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh

    masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya

    manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjangtahun 2025,

    menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan,

    peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai

    melalui tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat

    berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel dan optimal.

    5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan

    beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan

    wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta

    tugas-tugas lainnya yang terkait.

    3.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi

    Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Gambar III.1 Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

  • 39

    Tugas dan Fungsi dari masing-masing bagian:

    1. Kejaksaan Negeri Tipe A

    Kejaksaan mempunyai tugas, yaitu:

    Melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan tugas lain

    berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan serta mengawasi

    jalannya penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan di bidang

    hukum.

    Dalam melaksanakan tugas Kejaksaan menyelenggarakan fungsi, yaitu:

    a. Perumusan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis, pemberian

    bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan ketentuan

    peraturan perundang-undangan dan kebijakan umum yang ditetapkan

    presiden;

    b. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan

    manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta pengelolaan

    atas kekayaan milik negara yang menjadi tanggung jawabnya;

    c. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun represif yang

    berintikan keadilan di bidang pidana, penyelenggaraan intelijen yustisial di

    bidang ketertiban dan ketenteraman umum, pemberian bantuan,

    pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata

    usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin

    kepastian hukum, menegakkan kewibawaan pemerintah dan penyelamatan

    kekayaan negara, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

    dan kebijakan umum yang ditetapkan oleh presiden;

  • 40

    d. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat

    perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim

    karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat

    membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;

    e. Pemberian pertimbangan hukum kepada lembaga, instansi pemerintah di

    pusat dan di daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah

    dalam menyusun peraturan perundang-undangan serta peningkatan

    kesadaran hukum masyarakat; dan

    f. Penyelenggaraan koordinasi, bimbingan dan petunjuk teknis serta

    pengawasan yang baik ke dalam maupun dengan instansi terkait atas

    pelaksanaan tugas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

    dan kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden.

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kejaksaan dituntut mampu

    mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran

    berdasarkan hukum, mengindahkan norma keagamaan, kesopanan, dan

    kesusilaan serta wajib menggali nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang

    hidup dalam masyarakat.

    Pelaksanaan kekuasaan negara oleh Kejaksaan diselenggarakan oleh:

    a. Kejaksaan Agung;

    b. Kejaksaan Tinggi; dan

    c. Kejaksaan Negeri.

    Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri merupakan satu

    kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

  • 41

    Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU

    No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu

    lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan

    supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi

    manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di

    dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang

    melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan

    fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh

    kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).

    Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa

    Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan

    Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

    Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi

    sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena

    Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan

    proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan

    keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali

    proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat

    menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak

    berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.

    Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana

    putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana,

    Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha

  • 42

    Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata

    Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana

    kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta

    melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-

    Undang.

    2. Sub Bagian Pembinaan

    Sub bagian Pembinaan mempunyai tugas, yaitu:

    Melakukan perencanaan program kerja dan anggaran, pengelolaan

    ketatausahaan kepegawaian kesejahteraan pegawai, keuangan, perlengkapan,

    organisasi dan tata laksana, pengelolaan teknis atas barang milik negara,

    pengelolaan data dan statistik kriminal, pelaksanaan evaluasi dan penguatan

    program reformasi birokrasi serta pemberian dukungan pelayanan teknis dan

    administrasi bagi seluruh satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri dalam

    rangka memperlancar pelaksanaan tugas.

    Dalam melaksanakan tugas Subbagian Pembinaan menyelenggarakan fungsi,

    yaitu:

    a. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina kerja sama

    seluruh satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri di bidang

    administrasi;

    b. Melakukan pembinaan organisasi dan tata laksana urusan ketatausahaan dan

    mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan milik negara yang

    menjadi tanggung jawabnya;

    c. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan dan

    integritas kepribadian aparat Kejaksaan di daerah hukumnya;

  • 43

    d. Melaksanakan pengelolaan data dan statistik kriminal serta penerapan dan

    pengembangan teknologi informasi di Lingkungan Kejaksaan Negeri; dan

    e. Pelaksanaan program reformasi birokrasi.

    Sub bagian Pembinaan terdiri atas:

    a. Urusan Kepegawaian;

    b. Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak;

    c. Urusan Perlengkapan;

    d. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan; dan

    e. Urusan Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi.

    Masing-masing Urusan mempunyai tugas, yaitu:.

    a. Urusan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

    peningkatan integritas dan kepribadian serta kesejahteraan pegawai.

    b. Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak mempunyai tugas

    melakukan urusan keuangan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan

    Pajak.

    c. Urusan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan perlengkapan

    dan kerumahtanggaan.

    d. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan mempunyai tugas melakukan urusan

    ketatausahaan, perpustakaan dan dokumentasi hukum.

    e. Urusan Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi mempunyai tugas

    melakukan urusan pengelolaan data statistik kriminal dan penerapan dan

    pengembangan tehnologi informasi.

  • 44

    3. Seksi Intelijen

    Seksi Intelijen mempunyai tugas, yaitu:

    Melaksanakan penyiapan perumusan rencana dan program kerja serta laporan

    pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan, pengadministrasian,

    pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan teknis, kegiatan intelijen,

    operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan

    pembangunan, administrasi intelijen, dan pemberian dukungan teknis secara

    intelijen kepada bidang lain, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

    pemetaan, perencanaan, pengelolaan dan pelaporan teknologi informasi,

    perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian, dan pelaporan kegiatan bidang

    penerangan hukum, penyusunan, penyajian, pengadministrasian,

    pendistribusian, dan pengarsipan laporan berkala, laporan insidentil, perkiraan

    keadaan intelijen, hasil pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan

    intelijen dan operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan

    pembangunan proyek yang bersifat strategis, perencanaan, pengelolaan, dan

    pelaporan bank data intelijen dan pengamanan informasi, pengendalian

    penyelenggaraan administrasi intelijen, pemeliharaan perangkat intelijen,

    perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan

    pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,

    pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi

    intelijen, dan penyiapan bahan evaluasi kinerja fungsional Sandiman yang

    berkaitan dengan bidang ideologi, politik, pertahanan, keamanan, social,

    budaya, kemasyarakatan, ekonomi, keuangan, pengamanan pembangunan

    strategis, teknologi intelijen, produksi intelijen, dan penerangan hukum.

  • 45

    Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan dalam bidang

    intelijen di daerah hukumnya, Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsi, yaitu:

    a. Penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan

    pelaksanaannya;

    b. Perencanaan, pengkajian, pelaksanaan, pengadministrasian, pengendalian,

    penilaian dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis, kegiatan intelijen,

    operasi intelijen, administrasi intelijen, pengawalan dan pengamanan

    pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat strategis baik

    nasional maupun daerah di daerah hukumnya serta penerangan hukum guna

    menghasilkan data dan informasi sebagai bahan masukan bagi pimpinan

    untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan;

    c. Pengendalian dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan teknis, kegiatan

    intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, pengawalan dan

    pengamanan pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat strategis

    baik nasional maupun daerah, serta penerangan hukum yang dilaksanakan

    oleh Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;perencanaan dan

    pelaksanaan pemetaan potensi ancaman, gangguan, hambatan dan

    tantangan di bidang ideologi, politik dan pertahanan keamanan, sosial,

    budaya dan kemasyarakatan, ekonomi dan keuangan serta pengamanan

    pembangunan strategis berdasarkan data dan informasi yang berasal dari

    satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan

    Negeri di daerah hukumnya;

  • 46

    d. Perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian, pengendalian dan

    pelaporan pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain di

    daerah hukumnya berdasarkan prinsip koordinasi;

    e. Perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan peralatan intelij en;

    f. Penyusunan, penyajian dan pendistribusian serta pengarsipan laporan

    berkala dan laporan insidentil;

    g. Penyusunan, penyajian dan pendistribusian perkiraan keadaan intelijen di

    bidang ideologi, politik dan pertahanan keamanan, sosial, budaya dan

    kemasyarakatan, ekonomi dan keuangan, serta pengamanan pembangunan

    strategis;

    h. Pengadministrasian, pendistribusian dan pengarsipan produk intelijen baik

    yang berasal dari satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun

    Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;

    i. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan serta pendistribusian hasil

    pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi

    intelijen serta administrasi intelijen baik yang dilaksanakan oleh satuan

    kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun Cabang Kejaksaan Negeri

    di daerah hukumnya;

    j. Pengelolaan bank data intelijen dan pengendalian penyelenggaraan

    administrasi intelijen baik yang dilaksanakan oleh satuan kerja di

    Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun Cabang Kejaksaan Negeri;

    k. Penyiapan bahan analisa kebutuhan pengembangan sumber daya manusia

    intelijen dan teknologi intelijen;

  • 47

    l. Perencanaan dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan

    pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi

    lainnya;

    m. Pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi

    intelijen kepada Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;

    n. Pemeliharaan peralatan intelijen; dan

    o. Penyiapan bahan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja fungsional

    sandiman.

    Seksi Intelijen terdiri atas:

    a. Subseksi Ideologi, Politik, Pertahanan Keamanan, Sosial, Budaya, dan

    Kemasyarakatan;

    b. Subseksi Ekonomi, Keuangan dan Pengamanan Pembangunan Strategis;

    c. Subseksi Teknologi Informasi, Produksi Intelijen, dan Penerangan Hukum.

    Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:

    a. Subseksi Ideologi, Politik, Pertahanan Keamanan, Sosial, Budaya, dan

    Kemasyarakatan, yang selanjutnya disebut Subseksi A, mempunyai tugas:

    Melaksanakan penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta

    laporan pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,

    pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan

    teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, dan

    pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain,

    perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, penyusunan,

    penyajian, pengadministrasian, pendistribusian, dan pengarsipan laporan

    berkala, laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen, hasil pelaksanaan

  • 48

    rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi intelijen,

    pengendalian penyelenggaraan administrasi intelij en, perencanaan, dan

    pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan pemerintah daerah,

    Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi, pemberian bimbingan

    dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi intelijen yang berkaitan

    dengan bidang ideologi, politik, pertahanan, keamanan, sosial, budaya dan

    kemasyarakatan.

    b. Subseksi Ekonomi, Keuangan dan Pengamanan Pembangunan Strategis,

    yang selanjutnya disebut Subseksi B, mempunyai tugas: Melaksanakan

    penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan

    pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,

    pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan

    teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan

    pemerintahan dan pembangunan, administrasi intelijen, dan pemberian

    dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain, perencanaan,

    pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, penyusunan, penyajian,

    pengadministrasian, pendistribusian, dan pengarsipan laporan berkala,

    laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen, hasil pelaksanaan rencana

    kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi intelijen, pengawalan

    dan pengamanan pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat

    strategis, pengendalian penyelenggaraan administrasi intelijen,

    perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan

    pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,

    pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi

  • 49

    intelijen yang berkaitan dengan bidang ekonomi, keuangan dan

    pengamanan pembangunan strategis.

    c. Subseksi Teknologi Informasi, Produksi Intelijen, dan Penerangan Hukum,

    yang selanjutnya disebut Subseksi C, mempunyai tugas: Melaksanakan

    penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan

    pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,

    pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan

    teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, dan

    pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain,

    perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, perencanaan,

    pengelolaan dan pelaporan teknologi informasi, perencanaan, pelaksanaan,

    pengadministrasian, dan pelaporan kegiatan bidang penerangan hukum,

    penyusunan, penyajian, pengadministrasian, pendistribusian, dan

    pengarsipan laporan berkala, laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen,

    hasil pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan

    operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan

    pembangunan proyek yang bersifat strategis, perencanaan, pengelolaan, dan

    pelaporan bank data intelijen dan pengamanan informasi, pengendalian

    penyelenggaraan administrasi intelijen, pemeliharaan perangkat intelijen,

    perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan

    pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,

    pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi

    intelijen, dan penyiapan bahan evaluasi kinerja fungsional Sandiman.

  • 50

    4. Seksi Tindak Pidana Umum

    Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas, yaitu:

    Melaksanakan dan mengendalikan penanganan perkara tindak pidana umum

    yang meliputi prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, penetapan

    hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan pidana

    bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan putusan

    lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya.

    Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Tindak Pidana Umum

    menyelenggarakan fungsi, yaitu:

    a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;

    b. Analisis dan penyiapan pertimbangan hukum penanganan perkara tindak

    pidana umum;

    c. Pelaksanaan dan pengendalian penanganan perkara tahap prapenuntutan,

    pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim dan

    putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,

    eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat,

    pidana pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan

    pembebasan bersyarat dan kebijakan dan serta tindakan hukum lainnya;

    d. Penyiapan pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dalam penanganan

    perkara tindak pidana umum;

    e. Pengelolaan dan penyajian data dan informasi;

    f. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis penanganan perkara tindak pidana

    umum di daerah hukumnya; dan

  • 51

    g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penanganan

    perkara tindak pidana umum.

    Seksi Tindak Pidana Umum terdiri atas:

    a. Subseksi Prapenuntutan;

    b. Subseksi Penuntutan; dan

    c. Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi.

    Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:

    a. Subseksi Prapenuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

    penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian

    pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan

    kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian

    bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan

    penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada

    tahap prapenuntutan.

    b. Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

    penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian

    pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan

    kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian

    bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan

    penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada

    tahap penuntutan.

    c. Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi mempunyai tugas melakukan penyiapan

    bahan penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian

    pertimbangan hukum, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan, penyajian

  • 52

    data dan informasi, pemberian bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan

    penyusunan laporan penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan

    harta benda tahap eksekusi dan eksaminasi.

    5. Seksi Tindak Pidana Khusus

    Seksi Tindak Pidana Khusus mempunyai tugas, yaitu:

    Melakukan pengelolaan laporan dan pengaduan masyarakat, penyelidikan,

    penyidikan, pelacakan aset dan pengelolaan barang bukti, prapenuntutan,

    pemeriksaan tambahan, praperadilan, penuntutan dan persidangan,

    perlawanan, upaya hukum, pelaksanaan penetapan hakim dan putusan

    pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, pengawasan

    terhadap pelaksanaan pemidanaan bersyarat, putusan pidana pengawasan,

    keputusan lepas bersyarat, dan eksaminasi dalam penanganan perkara tindak

    pidana khusus di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.

    Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Tindak Pidana Khusus

    menyelenggarakan fungsi:

    a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;

    b. Pelaksanaan penegakan hukum di bidang tindak pidana khusus di Kejaksaan

    Negeri;

    c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang tindak pidana

    khusus di Kejaksaan Negeri;

    d. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam

    negeri maupun di luar negeri di Kejaksaan Negeri; dan

    e. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di

    bidang tindak pidana khusus di Kejaksaan Negeri.

  • 53

    Seksi Bidang Tindak Pidana Khusus terdiri atas:

    a. Subseksi Penyidikan;

    b. Subseksi Penuntutan; dan

    c. Subseksi Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi.

    Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:

    a. Subseksi Penyidikan melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan

    rencana kerja, penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan

    administrasi, penyiapan pelaksanaan dan pengendalian, pemberian

    bimbingan teknis, penyampaian pertimbangan, pendapat dan saran,

    koordinasi dan kerja sama, pengelolaan data dan penyajian informasi,

    pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan dalam rangka

    pengelolaan laporan dan pengaduan masyarakat, penyelidikan dan

    penyidikan serta pelacakan aset dan pengelolaan barang bukti perkara tindak

    pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang di wilayah hukum

    Kejaksaan Negeri.

    b. Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

    penyusunan program dan rencana kerja, penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan pelaksanaan dan

    pengendalian, pemberian bimbingan teknis, penyampaian pertimbangan,

    pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan data dan

    penyajian informasi, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan

    pelaksanaan tindakan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, praperadilan,

    penuntutan dan persidangan, perlawanan, pelaksanaan penetapan hakim,

    upaya hukum biasa dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi dan

  • 54

    tindak pidana pencucian uang, tindak pidana perpajakan dan tindak pidana

    pencucian uang, serta tindak pidana kepabeanan, cukai, dan tindak pidana

    pencucian uang di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.

    c. Subseksi Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi mempunyai tugas

    melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan rencana kerja,

    penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan

    pelaksanaan dan pengendalian, pemberian bimbingan teknis, penyampaian

    pertimbangan, pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan

    data dan penyajian informasi, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan

    laporan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

    hukum tetap, pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat, putusan

    pidana pengawasan dan lepas bersyarat, upaya hukum luar biasa,

    permohonan grasi, amnesti dan abolisi dalam penanganan perkara tindak

    pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana perpajakan

    dan tindak pidana pencucian uang, serta tindak pidana kepabeanan, cukai,

    dan tindak pidana pencucian uang di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.

    6. Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara

    Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas dan fungsi Kejaksaan

    dalam bidang perdata dan tata usaha negara di daerah hukumnya.

    Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara

    menyelenggarakan fungsi:

  • 55

    a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;

    b. Pelaksanaan penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan

    tindakan hukum lain, serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata

    usaha negara;

    c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perdata dan

    tata usaha negara;

    d. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam

    negeri maupun di luar negeri; dan

    e. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penegakan

    hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain,

    serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara.

    Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara terdiri atas:

    a. Subseksi Perdata;

    b. Subseksi Tata Usaha Negara; dan

    c. Subseksi Pertimbangan Hukum.

    Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:

    a. Subseksi Perdata mempunyai tugas melaksanakan pemberian bantuan

    hukum di bidang perdata dan forum arbitrase, serta penegakan hukum.

    b. Subseksi Tata Usaha Negara mempunyai tugas melaksanakan pemberian

    jasa hukum di bidang tata usaha negara.

    c. Subseksi Pertimbangan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pemberian

    pertimbangan hukum, tindakan hukum lain, dan pelayanan hukum di bidang

    perdata.

  • 56

    7. Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan

    Seksi pengelolaan barang bukti dan barang rampasan mempunyai tugas yaitu:

    a. Pendataan barang bukti dan penyimpanan barang rampasan Negara

    digudang barang bukti.

    b. Meregistrasi barang bukti yang masuk atau yang dikirim dari penyidik

    polri.

    Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan terdiri atas:

    a. Subseksi Barang Bukti

    b. Subseksi Barang Rampasan

    Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:

    a. Subseksi barang bukti mempunyai wewenang serta kebjakan-kebijakan

    untuk pengelolaan barang bukti atau barang rampasan baik yang

    dikembalikan kepada yang berhak barang bukti yang di rampas untuk

    Negara dan barang bukti yang dirampas untuk dimusnahkan.

    b. Subseksi barang rampasan mempunyai wewenang yang sama seperti

    subseksi barang bukti.

  • 57

    3.2. Prosedur Sistem Berjalan

    Penulis membahas prosedur sistem berjalan tentang sistem informasi

    kearsipan di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor, berikut sistem berjalan:

    1. Prosedur Penerimaan Berkas Perkara

    Petugas Kejaksaan menerima Berkas Perkara dan dokumen lainnya yang sudah

    mempunyai kekuatan hukum tetap dari Jaksa Penuntu Umum dalam bentuk

    lembaran yang belum disusun.

    2. Prosedur Penyusunan Berkas Perkara

    Setelah berkas perkara di terima, petugas menyusun lembaran-lembaran berkas

    perkara dan dokumen lainnya sesuai dengan urutan yang telah di tentukan.

    Setelah disusun rapih kemudian berkas perkara dijilid rapih.

    3. Prosedur Penyimpanan Berkas Perkara

    Berkas yang sudah rapih kemudian di simpan di dalam box, kemudian box

    tersebut disimpan di rak yang ada di ruang arsip. Dan microsoft excel adalah

    software yang digunakan untuk melalukan pencarian arsip yang telah disimpan

    berdasarkan kombinasi huruf dan angka.

  • 58

    3.3. Use Case Diagram

    Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Gambar III.2 Use Case Diagram Sistem Berjalan

    Berdasarkan Gambar III.1 Use Case Diagram terdapat :

    a. 1 (Satu) Actor yang melakukan kegiatan yaitu: Petugas Kejaksaan.

    b. 7 (Tujuh) Use Case yang dilakukan diantaranya : Menerima Berkas Perkara,

    Surat Pemberitahuan Penyidikan, Surat Pemberitahuan (P.21), Surat

    Eksekusi P.48 BA.17, Menyusun Lembaran Berkas Perkara dan dokumen

    lainnya, Melakukan Penjilidan, Menyimpan Berkas Perkara.

  • 59

    3.4. Spesifikasi Dokumen Sistem Berjalan

    Spesifikasi Merupakan rangkaian yang terdiri dari dokumen masukan

    (input) dan dokumen keluaran (output) yang semuanya teratur dan dipakai pada

    sistem berjalan.

    3.4.1. Spesifikasi Bentuk Dokumen Masukan

    Adapun dokumen-dokumen masukan tersebut adalah :

    1. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

    Nama Dokumen : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

    Fungsi : Sebagai Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

    Sumber : Kapolri Jawa Barat Resor Bogor Sektor Sukaraja

    Tujuan : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Frekuensi : Setiap terjadi perkara pidana

    Media : Kertas

    Jumlah Rangkap : 1 Rangkap

    Bentuk : Lampiran A-01

  • 60

    3.4.2. Spesifikasi Bentuk Dokumen Keluaran

    Adapun dokumen-dokumen keluaran tersebut adalah :

    1. Surat Pemberitahuan P21

    Nama Dokumen : Surat Pemberitahuan (P21)

    Fungsi : Pemberitahuan Hasil Penyidikan Perkara Pidana

    Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Tujuan : Kapolres

    Frekuensi : Setiap terjadi perkara baru

    Media : Kertas

    Jumlah Rangkap : 1 Rangkap

    Bentuk : Lampiran B-01

    2. Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P.48)

    Nama Dokumen : Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P.48)

    Fungsi : Melaksanakan Perintah Putusan PN Cibinong

    Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Tujuan : Pengadilan Negeri Cibinong

    Frekuensi : Setelah Terdakwa Mendapat Putusan Hasil Sidang

    Media : Kertas

    Jumlah Rangkap : 1 Rangkap

    Bentuk : Lampiran B-02

  • 61

    1. Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan (BA.17)

    Nama Dokumen : Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan (BA.17)

    Fungsi : Telah Melaksanakan Perintah Putusan PN Cibinong

    Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor

    Tujuan : Pengadilan Negeri Cibinong

    Frekuensi : Setelah Terdakwa di Eksekusi Sesuai Surat Perintah

    Media : Kertas

    Jumlah Rangkap : 1 Rangkap

    Bentuk : Lampiran B-03

  • 62

    3.5. Permasalahan Pokok

    Kearsipan di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor menyimpan banyak

    berkas perkara tindak pidana umum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap

    dalam bentuk lembaran dan tidak ada petugas khusus di bagian kearsipan berkas

    perkara tersebut. Sehingga petugas lain yang mengurusi proses penyusunan,

    penjilidan dan penyimpanan berkas perkara tersebut. Proses pengarsipan secara

    manual yang ada di kejaksaan negeri kabupaten bogor menggunakan sistem

    alfanumerik. Sistem alfanumerik adalah penataan arsip berdasarkan kombinasi

    huruf dan angka. Penggunaan sistem arsip tersebut untuk saat ini dapat membantu

    para pegawai dalam hal pencarian arsip tersebut. Pengarsipan secara manual dengan

    cara menerima arsip dalam bentuk lembaran yang sudah verstek yang kemudian

    disusun rapih dan dijilid oleh petugas, kemudian arsip tersebut disimpan pada box.

    Dan microsoft excel adalah software yang digunakan untuk melalukan pencarian

    arsip yang telah disimpan berdasarkan kombinasi huruf dan angka. Melihat begitu

    banyaknya berkas perkara yang disimpan digudang kearsipan membutuhkan tempat

    dan ruang lagi. Karena melihat tempat penyimpanan yang sudah penuh dan berkas

    perkara baru yang terus berdatangan membuat petugas sulit mencari tempat

    penyimpanan lagi. Sehingga di butuhkan tempat penyimpanan yang terintegrasi

    untuk meminimalisir penggunaan ruang penyimpanan berkas perkara.

    Terkait dengan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada tugas

    akhir ini adalah bagaimana membuat perancangan sistem informasi pengarsipan

    berkas perkara tindak pidana umum di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor untuk

    mempermudah dalam pendataan, penyimpanan dan pencarian berkas perkara.

  • 63

    3.6. Pemecahan Masalah

    Melihat permasalahan yang terjadi, penulis memberikan solusi untuk

    mempermudah dalam sistem penyimpanan berkas perkara, sehingga bisa lebih

    efisien dan memudahkan dalam pencarian data. Untuk itu penulis merancang sistem

    informasi pengarsipan berkas perkara yang terintegrasi. Dengan adanya sistem

    pengarsipan yang terintegrasi akan mempermudah dalam proses pendataan,

    penyimpanan dan pencarian berkas perkara.