BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN · dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi...
Transcript of BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN · dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi...
-
28
BAB III
ANALISA SISTEM BERJALAN
3.1. Tinjauan Perusahaan
3.1.1. Sejarah Institusi/Perusahaan
Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan adalah
lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
serta kewenangan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
A. Sebelum Reformasi
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada
zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit,
istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan
jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari
kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.
Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa
adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam
Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas
untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini
dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan
mengawasi para dhyaksa tadi.
Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang
mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi
(oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,
-
29
bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga
adalah seorang adhyaksa.
Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa
dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang
menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van
Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen
(Pengadilan Justisi ) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah
langsung dari Residen / Asisten Residen. Hanya saja, pada prakteknya, fungsi
tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata
lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan belanda mengemban misi
terselubung yakni antara lain:
1) Mempertahankan segala peraturan Negara
2) Melakukan penuntutan segala tindak pidana
3) Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang
Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam
menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat
dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).
Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi
difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan
tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942,
No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang
pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin
(pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara
resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:
-
30
1) Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran
2) Menuntut Perkara
3) Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.
4) Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.
Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam
Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945.
Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara Republik Indonesia membentuk
badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.
Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan RI telah ada sejak
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari
setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur
Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.
Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara
terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan.
Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah
mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan
sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara
kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem
pemerintahan.
-
31
Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar
pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-
Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI,
Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum
yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas
departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan
organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan
wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan
kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor
16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.
Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan
RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi
serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden
No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November 1991.
B. Masa Reformasi
Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap
pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam
penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi
Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut
gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan
-
32
yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak
lainnya.
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2
ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendali
proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan
hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu
kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah
menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis,
Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana
(executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini
dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI
sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan.
Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang
diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini
tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam
melaksanakan tugas profesionalnya.
-
33
UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
1. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana berdasarkan undang-
undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik;
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan atas nama Negara.
3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengamanan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.
-
34
Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan
dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit
atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak
mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan
orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun
2004 tersebut menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam
undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan
undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan
penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Kemudian
Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam
bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.
Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya
berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran
lembaga-lembaga baru dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya
dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya,
upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering
mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh
Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut antara lain:
1. Modus operandi yang tergolong canggih
2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya
3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan berbagai
peraturan
4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan
-
35
5. Manajemen sumber daya manusia
6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum
yang ada)
7. Sarana dan prasarana yang belum memadai
8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan serta
pembakaran rumah penegak hukum
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan
pembentukan berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat
sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak
Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi
sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU ini diatur pembuktian
terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan
hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga dipandang lemah dan
menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan Peralihan dalam
UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam melakukan
penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.
Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas
menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan
secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu,
diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah
badan negara yang mempunyai kewenangan luas, independen, serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi, mengingat korupsi
sudah dikategorikan sebagai extraordinary crime .
-
36
Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan
pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus tindak pidana korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan
empat Wakil Ketua yang masing-masing membawahi empat bidang, yakni
Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan Pengaduan
masyarakat.
Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan
penyidikan dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan
Kejaksaan RI sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah
pejabat fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental
dalam hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.
C. DOKTRIN KEJAKSAAN
TRIKRAMA ADHYAKSA
“SATYA ADHI WICAKSANA”
Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan raihan cita-cita
setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta makna.
1) SATYA :
Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama manusia.
2) ADHI :
Kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama, bertanggung jawab
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama
manusia.
-
37
3) WICAKSANA :
Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku, khususnya dalam penerapan
kekuasaan dan kewenangannya.
D. Visi dan Misi
Visi
Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien, transfaran,
akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam mewujudkan
supremasi hukum secara professional, proporsional dan bermatabat yang
berlandasakan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai kepautan.
Misi
1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas dan
wewenang baik dalam segi kualitas penanganan perkara seluruh tindak pidana,
penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negara, serta mengoptimalkan
kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara professional, proposional dan bermartabat
melalui penerapan Standart Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat,
terarah, efektif, dan efisien.
2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan
upaya penegakan hukum.
3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh
tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-
hak publik;
4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi
Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama
-
38
pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh
masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya
manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjangtahun 2025,
menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan,
peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai
melalui tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat
berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel dan optimal.
5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan
beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan
wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta
tugas-tugas lainnya yang terkait.
3.1.2. Struktur Organisasi dan Fungsi
Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Gambar III.1 Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
-
39
Tugas dan Fungsi dari masing-masing bagian:
1. Kejaksaan Negeri Tipe A
Kejaksaan mempunyai tugas, yaitu:
Melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan tugas lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan serta mengawasi
jalannya penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan di bidang
hukum.
Dalam melaksanakan tugas Kejaksaan menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Perumusan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis, pemberian
bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan umum yang ditetapkan
presiden;
b. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan
manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta pengelolaan
atas kekayaan milik negara yang menjadi tanggung jawabnya;
c. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun represif yang
berintikan keadilan di bidang pidana, penyelenggaraan intelijen yustisial di
bidang ketertiban dan ketenteraman umum, pemberian bantuan,
pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata
usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin
kepastian hukum, menegakkan kewibawaan pemerintah dan penyelamatan
kekayaan negara, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan umum yang ditetapkan oleh presiden;
-
40
d. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
e. Pemberian pertimbangan hukum kepada lembaga, instansi pemerintah di
pusat dan di daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah
dalam menyusun peraturan perundang-undangan serta peningkatan
kesadaran hukum masyarakat; dan
f. Penyelenggaraan koordinasi, bimbingan dan petunjuk teknis serta
pengawasan yang baik ke dalam maupun dengan instansi terkait atas
pelaksanaan tugas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kejaksaan dituntut mampu
mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran
berdasarkan hukum, mengindahkan norma keagamaan, kesopanan, dan
kesusilaan serta wajib menggali nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang
hidup dalam masyarakat.
Pelaksanaan kekuasaan negara oleh Kejaksaan diselenggarakan oleh:
a. Kejaksaan Agung;
b. Kejaksaan Tinggi; dan
c. Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
-
41
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU
No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu
lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan
supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di
dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan
fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa
Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan
Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi
sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena
Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan
proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan
keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali
proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat
menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak
berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana
putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana,
Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha
-
42
Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana
kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta
melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-
Undang.
2. Sub Bagian Pembinaan
Sub bagian Pembinaan mempunyai tugas, yaitu:
Melakukan perencanaan program kerja dan anggaran, pengelolaan
ketatausahaan kepegawaian kesejahteraan pegawai, keuangan, perlengkapan,
organisasi dan tata laksana, pengelolaan teknis atas barang milik negara,
pengelolaan data dan statistik kriminal, pelaksanaan evaluasi dan penguatan
program reformasi birokrasi serta pemberian dukungan pelayanan teknis dan
administrasi bagi seluruh satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri dalam
rangka memperlancar pelaksanaan tugas.
Dalam melaksanakan tugas Subbagian Pembinaan menyelenggarakan fungsi,
yaitu:
a. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina kerja sama
seluruh satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri di bidang
administrasi;
b. Melakukan pembinaan organisasi dan tata laksana urusan ketatausahaan dan
mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan milik negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
c. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan dan
integritas kepribadian aparat Kejaksaan di daerah hukumnya;
-
43
d. Melaksanakan pengelolaan data dan statistik kriminal serta penerapan dan
pengembangan teknologi informasi di Lingkungan Kejaksaan Negeri; dan
e. Pelaksanaan program reformasi birokrasi.
Sub bagian Pembinaan terdiri atas:
a. Urusan Kepegawaian;
b. Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
c. Urusan Perlengkapan;
d. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan; dan
e. Urusan Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi.
Masing-masing Urusan mempunyai tugas, yaitu:.
a. Urusan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
peningkatan integritas dan kepribadian serta kesejahteraan pegawai.
b. Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak mempunyai tugas
melakukan urusan keuangan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
c. Urusan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan perlengkapan
dan kerumahtanggaan.
d. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan mempunyai tugas melakukan urusan
ketatausahaan, perpustakaan dan dokumentasi hukum.
e. Urusan Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi mempunyai tugas
melakukan urusan pengelolaan data statistik kriminal dan penerapan dan
pengembangan tehnologi informasi.
-
44
3. Seksi Intelijen
Seksi Intelijen mempunyai tugas, yaitu:
Melaksanakan penyiapan perumusan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan, pengadministrasian,
pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan teknis, kegiatan intelijen,
operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan
pembangunan, administrasi intelijen, dan pemberian dukungan teknis secara
intelijen kepada bidang lain, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemetaan, perencanaan, pengelolaan dan pelaporan teknologi informasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian, dan pelaporan kegiatan bidang
penerangan hukum, penyusunan, penyajian, pengadministrasian,
pendistribusian, dan pengarsipan laporan berkala, laporan insidentil, perkiraan
keadaan intelijen, hasil pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan
intelijen dan operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan
pembangunan proyek yang bersifat strategis, perencanaan, pengelolaan, dan
pelaporan bank data intelijen dan pengamanan informasi, pengendalian
penyelenggaraan administrasi intelijen, pemeliharaan perangkat intelijen,
perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,
pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi
intelijen, dan penyiapan bahan evaluasi kinerja fungsional Sandiman yang
berkaitan dengan bidang ideologi, politik, pertahanan, keamanan, social,
budaya, kemasyarakatan, ekonomi, keuangan, pengamanan pembangunan
strategis, teknologi intelijen, produksi intelijen, dan penerangan hukum.
-
45
Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi Kejaksaan dalam bidang
intelijen di daerah hukumnya, Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya;
b. Perencanaan, pengkajian, pelaksanaan, pengadministrasian, pengendalian,
penilaian dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis, kegiatan intelijen,
operasi intelijen, administrasi intelijen, pengawalan dan pengamanan
pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat strategis baik
nasional maupun daerah di daerah hukumnya serta penerangan hukum guna
menghasilkan data dan informasi sebagai bahan masukan bagi pimpinan
untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan;
c. Pengendalian dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan teknis, kegiatan
intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, pengawalan dan
pengamanan pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat strategis
baik nasional maupun daerah, serta penerangan hukum yang dilaksanakan
oleh Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;perencanaan dan
pelaksanaan pemetaan potensi ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan di bidang ideologi, politik dan pertahanan keamanan, sosial,
budaya dan kemasyarakatan, ekonomi dan keuangan serta pengamanan
pembangunan strategis berdasarkan data dan informasi yang berasal dari
satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan
Negeri di daerah hukumnya;
-
46
d. Perencanaan, pelaksanaan, pengadministrasian, pengendalian dan
pelaporan pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain di
daerah hukumnya berdasarkan prinsip koordinasi;
e. Perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan peralatan intelij en;
f. Penyusunan, penyajian dan pendistribusian serta pengarsipan laporan
berkala dan laporan insidentil;
g. Penyusunan, penyajian dan pendistribusian perkiraan keadaan intelijen di
bidang ideologi, politik dan pertahanan keamanan, sosial, budaya dan
kemasyarakatan, ekonomi dan keuangan, serta pengamanan pembangunan
strategis;
h. Pengadministrasian, pendistribusian dan pengarsipan produk intelijen baik
yang berasal dari satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun
Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;
i. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan serta pendistribusian hasil
pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi
intelijen serta administrasi intelijen baik yang dilaksanakan oleh satuan
kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun Cabang Kejaksaan Negeri
di daerah hukumnya;
j. Pengelolaan bank data intelijen dan pengendalian penyelenggaraan
administrasi intelijen baik yang dilaksanakan oleh satuan kerja di
Lingkungan Kejaksaan Negeri maupun Cabang Kejaksaan Negeri;
k. Penyiapan bahan analisa kebutuhan pengembangan sumber daya manusia
intelijen dan teknologi intelijen;
-
47
l. Perencanaan dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi
lainnya;
m. Pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi
intelijen kepada Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;
n. Pemeliharaan peralatan intelijen; dan
o. Penyiapan bahan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja fungsional
sandiman.
Seksi Intelijen terdiri atas:
a. Subseksi Ideologi, Politik, Pertahanan Keamanan, Sosial, Budaya, dan
Kemasyarakatan;
b. Subseksi Ekonomi, Keuangan dan Pengamanan Pembangunan Strategis;
c. Subseksi Teknologi Informasi, Produksi Intelijen, dan Penerangan Hukum.
Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:
a. Subseksi Ideologi, Politik, Pertahanan Keamanan, Sosial, Budaya, dan
Kemasyarakatan, yang selanjutnya disebut Subseksi A, mempunyai tugas:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta
laporan pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,
pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan
teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, dan
pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, penyusunan,
penyajian, pengadministrasian, pendistribusian, dan pengarsipan laporan
berkala, laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen, hasil pelaksanaan
-
48
rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi intelijen,
pengendalian penyelenggaraan administrasi intelij en, perencanaan, dan
pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan pemerintah daerah,
Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi, pemberian bimbingan
dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi intelijen yang berkaitan
dengan bidang ideologi, politik, pertahanan, keamanan, sosial, budaya dan
kemasyarakatan.
b. Subseksi Ekonomi, Keuangan dan Pengamanan Pembangunan Strategis,
yang selanjutnya disebut Subseksi B, mempunyai tugas: Melaksanakan
penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,
pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan
teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan
pemerintahan dan pembangunan, administrasi intelijen, dan pemberian
dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, penyusunan, penyajian,
pengadministrasian, pendistribusian, dan pengarsipan laporan berkala,
laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen, hasil pelaksanaan rencana
kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan operasi intelijen, pengawalan
dan pengamanan pemerintahan dan pembangunan proyek yang bersifat
strategis, pengendalian penyelenggaraan administrasi intelijen,
perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,
pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi
-
49
intelijen yang berkaitan dengan bidang ekonomi, keuangan dan
pengamanan pembangunan strategis.
c. Subseksi Teknologi Informasi, Produksi Intelijen, dan Penerangan Hukum,
yang selanjutnya disebut Subseksi C, mempunyai tugas: Melaksanakan
penyiapan bahan perumusan rencana dan program kerja serta laporan
pelaksanaannya, perencanaan, pengkajian, pelaksanaan,
pengadministrasian, pengendalian, penilaian dan pelaporan kebijakan
teknis, kegiatan intelijen, operasi intelijen, administrasi intelijen, dan
pemberian dukungan teknis secara intelijen kepada bidang lain,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemetaan, perencanaan,
pengelolaan dan pelaporan teknologi informasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengadministrasian, dan pelaporan kegiatan bidang penerangan hukum,
penyusunan, penyajian, pengadministrasian, pendistribusian, dan
pengarsipan laporan berkala, laporan insidentil, perkiraan keadaan intelijen,
hasil pelaksanaan rencana kerja dan program kerja, kegiatan intelijen dan
operasi intelijen, pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan
pembangunan proyek yang bersifat strategis, perencanaan, pengelolaan, dan
pelaporan bank data intelijen dan pengamanan informasi, pengendalian
penyelenggaraan administrasi intelijen, pemeliharaan perangkat intelijen,
perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dan/atau kerja sama dengan
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Daerah, instansi, dan organisasi,
pemberian bimbingan dan pembinaan teknis intelijen dan administrasi
intelijen, dan penyiapan bahan evaluasi kinerja fungsional Sandiman.
-
50
4. Seksi Tindak Pidana Umum
Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas, yaitu:
Melaksanakan dan mengendalikan penanganan perkara tindak pidana umum
yang meliputi prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, penetapan
hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan pidana
bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Tindak Pidana Umum
menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;
b. Analisis dan penyiapan pertimbangan hukum penanganan perkara tindak
pidana umum;
c. Pelaksanaan dan pengendalian penanganan perkara tahap prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim dan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat,
pidana pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan
pembebasan bersyarat dan kebijakan dan serta tindakan hukum lainnya;
d. Penyiapan pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dalam penanganan
perkara tindak pidana umum;
e. Pengelolaan dan penyajian data dan informasi;
f. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis penanganan perkara tindak pidana
umum di daerah hukumnya; dan
-
51
g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penanganan
perkara tindak pidana umum.
Seksi Tindak Pidana Umum terdiri atas:
a. Subseksi Prapenuntutan;
b. Subseksi Penuntutan; dan
c. Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi.
Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:
a. Subseksi Prapenuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian
pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan
kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan
penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada
tahap prapenuntutan.
b. Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian
pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan
kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan
penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada
tahap penuntutan.
c. Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian
pertimbangan hukum, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan, penyajian
-
52
data dan informasi, pemberian bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan
harta benda tahap eksekusi dan eksaminasi.
5. Seksi Tindak Pidana Khusus
Seksi Tindak Pidana Khusus mempunyai tugas, yaitu:
Melakukan pengelolaan laporan dan pengaduan masyarakat, penyelidikan,
penyidikan, pelacakan aset dan pengelolaan barang bukti, prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, praperadilan, penuntutan dan persidangan,
perlawanan, upaya hukum, pelaksanaan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, pengawasan
terhadap pelaksanaan pemidanaan bersyarat, putusan pidana pengawasan,
keputusan lepas bersyarat, dan eksaminasi dalam penanganan perkara tindak
pidana khusus di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.
Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Tindak Pidana Khusus
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;
b. Pelaksanaan penegakan hukum di bidang tindak pidana khusus di Kejaksaan
Negeri;
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang tindak pidana
khusus di Kejaksaan Negeri;
d. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam
negeri maupun di luar negeri di Kejaksaan Negeri; dan
e. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di
bidang tindak pidana khusus di Kejaksaan Negeri.
-
53
Seksi Bidang Tindak Pidana Khusus terdiri atas:
a. Subseksi Penyidikan;
b. Subseksi Penuntutan; dan
c. Subseksi Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi.
Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:
a. Subseksi Penyidikan melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan
rencana kerja, penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan
administrasi, penyiapan pelaksanaan dan pengendalian, pemberian
bimbingan teknis, penyampaian pertimbangan, pendapat dan saran,
koordinasi dan kerja sama, pengelolaan data dan penyajian informasi,
pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan dalam rangka
pengelolaan laporan dan pengaduan masyarakat, penyelidikan dan
penyidikan serta pelacakan aset dan pengelolaan barang bukti perkara tindak
pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang di wilayah hukum
Kejaksaan Negeri.
b. Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan program dan rencana kerja, penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan pelaksanaan dan
pengendalian, pemberian bimbingan teknis, penyampaian pertimbangan,
pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan data dan
penyajian informasi, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan
pelaksanaan tindakan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, praperadilan,
penuntutan dan persidangan, perlawanan, pelaksanaan penetapan hakim,
upaya hukum biasa dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi dan
-
54
tindak pidana pencucian uang, tindak pidana perpajakan dan tindak pidana
pencucian uang, serta tindak pidana kepabeanan, cukai, dan tindak pidana
pencucian uang di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.
c. Subseksi Upaya Hukum Luar Biasa dan Eksekusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan rencana kerja,
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan administrasi, penyiapan
pelaksanaan dan pengendalian, pemberian bimbingan teknis, penyampaian
pertimbangan, pendapat dan saran, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan
data dan penyajian informasi, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan
laporan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan dan lepas bersyarat, upaya hukum luar biasa,
permohonan grasi, amnesti dan abolisi dalam penanganan perkara tindak
pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana perpajakan
dan tindak pidana pencucian uang, serta tindak pidana kepabeanan, cukai,
dan tindak pidana pencucian uang di wilayah hukum Kejaksaan Negeri.
6. Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara
Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas dan fungsi Kejaksaan
dalam bidang perdata dan tata usaha negara di daerah hukumnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara
menyelenggarakan fungsi:
-
55
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja;
b. Pelaksanaan penegakan hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan
tindakan hukum lain, serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata
usaha negara;
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perdata dan
tata usaha negara;
d. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam
negeri maupun di luar negeri; dan
e. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penegakan
hukum, bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain,
serta pelayanan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara.
Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara terdiri atas:
a. Subseksi Perdata;
b. Subseksi Tata Usaha Negara; dan
c. Subseksi Pertimbangan Hukum.
Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:
a. Subseksi Perdata mempunyai tugas melaksanakan pemberian bantuan
hukum di bidang perdata dan forum arbitrase, serta penegakan hukum.
b. Subseksi Tata Usaha Negara mempunyai tugas melaksanakan pemberian
jasa hukum di bidang tata usaha negara.
c. Subseksi Pertimbangan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pemberian
pertimbangan hukum, tindakan hukum lain, dan pelayanan hukum di bidang
perdata.
-
56
7. Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan
Seksi pengelolaan barang bukti dan barang rampasan mempunyai tugas yaitu:
a. Pendataan barang bukti dan penyimpanan barang rampasan Negara
digudang barang bukti.
b. Meregistrasi barang bukti yang masuk atau yang dikirim dari penyidik
polri.
Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan terdiri atas:
a. Subseksi Barang Bukti
b. Subseksi Barang Rampasan
Masing-masing Subseksi mempunyai tugas, yaitu:
a. Subseksi barang bukti mempunyai wewenang serta kebjakan-kebijakan
untuk pengelolaan barang bukti atau barang rampasan baik yang
dikembalikan kepada yang berhak barang bukti yang di rampas untuk
Negara dan barang bukti yang dirampas untuk dimusnahkan.
b. Subseksi barang rampasan mempunyai wewenang yang sama seperti
subseksi barang bukti.
-
57
3.2. Prosedur Sistem Berjalan
Penulis membahas prosedur sistem berjalan tentang sistem informasi
kearsipan di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor, berikut sistem berjalan:
1. Prosedur Penerimaan Berkas Perkara
Petugas Kejaksaan menerima Berkas Perkara dan dokumen lainnya yang sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap dari Jaksa Penuntu Umum dalam bentuk
lembaran yang belum disusun.
2. Prosedur Penyusunan Berkas Perkara
Setelah berkas perkara di terima, petugas menyusun lembaran-lembaran berkas
perkara dan dokumen lainnya sesuai dengan urutan yang telah di tentukan.
Setelah disusun rapih kemudian berkas perkara dijilid rapih.
3. Prosedur Penyimpanan Berkas Perkara
Berkas yang sudah rapih kemudian di simpan di dalam box, kemudian box
tersebut disimpan di rak yang ada di ruang arsip. Dan microsoft excel adalah
software yang digunakan untuk melalukan pencarian arsip yang telah disimpan
berdasarkan kombinasi huruf dan angka.
-
58
3.3. Use Case Diagram
Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Gambar III.2 Use Case Diagram Sistem Berjalan
Berdasarkan Gambar III.1 Use Case Diagram terdapat :
a. 1 (Satu) Actor yang melakukan kegiatan yaitu: Petugas Kejaksaan.
b. 7 (Tujuh) Use Case yang dilakukan diantaranya : Menerima Berkas Perkara,
Surat Pemberitahuan Penyidikan, Surat Pemberitahuan (P.21), Surat
Eksekusi P.48 BA.17, Menyusun Lembaran Berkas Perkara dan dokumen
lainnya, Melakukan Penjilidan, Menyimpan Berkas Perkara.
-
59
3.4. Spesifikasi Dokumen Sistem Berjalan
Spesifikasi Merupakan rangkaian yang terdiri dari dokumen masukan
(input) dan dokumen keluaran (output) yang semuanya teratur dan dipakai pada
sistem berjalan.
3.4.1. Spesifikasi Bentuk Dokumen Masukan
Adapun dokumen-dokumen masukan tersebut adalah :
1. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
Nama Dokumen : Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
Fungsi : Sebagai Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
Sumber : Kapolri Jawa Barat Resor Bogor Sektor Sukaraja
Tujuan : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Frekuensi : Setiap terjadi perkara pidana
Media : Kertas
Jumlah Rangkap : 1 Rangkap
Bentuk : Lampiran A-01
-
60
3.4.2. Spesifikasi Bentuk Dokumen Keluaran
Adapun dokumen-dokumen keluaran tersebut adalah :
1. Surat Pemberitahuan P21
Nama Dokumen : Surat Pemberitahuan (P21)
Fungsi : Pemberitahuan Hasil Penyidikan Perkara Pidana
Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Tujuan : Kapolres
Frekuensi : Setiap terjadi perkara baru
Media : Kertas
Jumlah Rangkap : 1 Rangkap
Bentuk : Lampiran B-01
2. Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P.48)
Nama Dokumen : Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P.48)
Fungsi : Melaksanakan Perintah Putusan PN Cibinong
Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Tujuan : Pengadilan Negeri Cibinong
Frekuensi : Setelah Terdakwa Mendapat Putusan Hasil Sidang
Media : Kertas
Jumlah Rangkap : 1 Rangkap
Bentuk : Lampiran B-02
-
61
1. Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan (BA.17)
Nama Dokumen : Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan (BA.17)
Fungsi : Telah Melaksanakan Perintah Putusan PN Cibinong
Sumber : Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
Tujuan : Pengadilan Negeri Cibinong
Frekuensi : Setelah Terdakwa di Eksekusi Sesuai Surat Perintah
Media : Kertas
Jumlah Rangkap : 1 Rangkap
Bentuk : Lampiran B-03
-
62
3.5. Permasalahan Pokok
Kearsipan di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor menyimpan banyak
berkas perkara tindak pidana umum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam bentuk lembaran dan tidak ada petugas khusus di bagian kearsipan berkas
perkara tersebut. Sehingga petugas lain yang mengurusi proses penyusunan,
penjilidan dan penyimpanan berkas perkara tersebut. Proses pengarsipan secara
manual yang ada di kejaksaan negeri kabupaten bogor menggunakan sistem
alfanumerik. Sistem alfanumerik adalah penataan arsip berdasarkan kombinasi
huruf dan angka. Penggunaan sistem arsip tersebut untuk saat ini dapat membantu
para pegawai dalam hal pencarian arsip tersebut. Pengarsipan secara manual dengan
cara menerima arsip dalam bentuk lembaran yang sudah verstek yang kemudian
disusun rapih dan dijilid oleh petugas, kemudian arsip tersebut disimpan pada box.
Dan microsoft excel adalah software yang digunakan untuk melalukan pencarian
arsip yang telah disimpan berdasarkan kombinasi huruf dan angka. Melihat begitu
banyaknya berkas perkara yang disimpan digudang kearsipan membutuhkan tempat
dan ruang lagi. Karena melihat tempat penyimpanan yang sudah penuh dan berkas
perkara baru yang terus berdatangan membuat petugas sulit mencari tempat
penyimpanan lagi. Sehingga di butuhkan tempat penyimpanan yang terintegrasi
untuk meminimalisir penggunaan ruang penyimpanan berkas perkara.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada tugas
akhir ini adalah bagaimana membuat perancangan sistem informasi pengarsipan
berkas perkara tindak pidana umum di Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor untuk
mempermudah dalam pendataan, penyimpanan dan pencarian berkas perkara.
-
63
3.6. Pemecahan Masalah
Melihat permasalahan yang terjadi, penulis memberikan solusi untuk
mempermudah dalam sistem penyimpanan berkas perkara, sehingga bisa lebih
efisien dan memudahkan dalam pencarian data. Untuk itu penulis merancang sistem
informasi pengarsipan berkas perkara yang terintegrasi. Dengan adanya sistem
pengarsipan yang terintegrasi akan mempermudah dalam proses pendataan,
penyimpanan dan pencarian berkas perkara.