BAB III AKTIVITAS UNHCR DALAM MENANGANI HUMAN …

21
98 BAB III AKTIVITAS UNHCR DALAM MENANGANI HUMAN TRAFFICKING TERHADAP PENGUNGSI DI JAKARTA DITINJAU DARI FAKTOR STRUKTURAL Pada bab ini penulis akan membahas mengenai efektivitas sebuah organisasi internasional dalam menjalankan mandatnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Frank Biermann dan Steffen Bauer yang memiliki dua faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas UNHCR, yaitu faktor konseptual dan strukural. 194 Faktor konseptual berkesinambungan secara spesifikasi mengenai isu tertentu serta berkaitan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi efektivitas suatu organisasi internasional tersebut. Faktor eksternal dimaksud disini bukan bagian dari sistem UNHCR. Sedangkan struktural berkaitan dengan model atau desain dari organisasi tersebut yang dapat mempengaruhi efektivitas UNHCR dalam menangani Human Trafficking terhadap pengungsi di Jakarta. Faktor yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah Formal Competencies, Degree of Regime Embeddedness, Organizational Structure, Problem of Fit dan Availability of Resource. 195 194 Frank Biermann dan Steffen Bauer., Loc.Cit. Hal: 191 195 Ibid

Transcript of BAB III AKTIVITAS UNHCR DALAM MENANGANI HUMAN …

98

BAB III

AKTIVITAS UNHCR DALAM MENANGANI HUMAN TRAFFICKING

TERHADAP PENGUNGSI DI JAKARTA DITINJAU DARI FAKTOR

STRUKTURAL

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai efektivitas sebuah organisasi

internasional dalam menjalankan mandatnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Frank

Biermann dan Steffen Bauer yang memiliki dua faktor yang dapat mempengaruhi

efektivitas UNHCR, yaitu faktor konseptual dan strukural.

194 Faktor konseptual berkesinambungan secara spesifikasi mengenai isu tertentu

serta berkaitan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi efektivitas suatu

organisasi internasional tersebut. Faktor eksternal dimaksud disini bukan bagian

dari sistem UNHCR. Sedangkan struktural berkaitan dengan model atau desain dari

organisasi tersebut yang dapat mempengaruhi efektivitas UNHCR dalam

menangani Human Trafficking terhadap pengungsi di Jakarta. Faktor yang akan

dijelaskan dalam penelitian ini adalah Formal Competencies, Degree of Regime

Embeddedness, Organizational Structure, Problem of Fit dan Availability of

Resource.195

194 Frank Biermann dan Steffen Bauer., Loc.Cit. Hal: 191 195 Ibid

99

3.1 Formal Competencies

Kompetensi formal ialah kemampuan suatu organisasi internasional untuk

mengikat negara angotanya dengan memindahkan sebagaian kedaulatan negara

anggota kepada organisasi.196 Bila negara anggota mampu memberikan sebagaian

kedaulatannya kepada organisasi tersebut, maka dengan sendirinya organisasi

tersebut akan lebih mudah dalam menjalankan mandatnya dan berjalan dengan

efektif.

Dalam permasalahan yang terjadi terhadap pengungsi Indonesia ialah

karena perlambatan pemberangkatan ke negara ketiga, kurangnya perlindungan dan

tidak terpenuhi hak-hak mereka sebagaimana m estinya sehingga hal tersebut

menjadikan mereka rentan dan mudah terjerat kasus human trafficking. Dalam

Konvensi 1951 dan Protokol 1967 sebagai instrumen internasional dalam

menangani pengungsi di dunia, sebagaimana dijelaskan dalam konvenen tersebut

bahwa terdapat organisasi internasional yang memiliki mandat utama/khusus dalam

menangani pengungsi di dunia dengan bekerjasama dengan negara-negara

peratifikasi konvenen tersebut.

UNHCR sebagai lembaga yang memiliki tanggungjawab khusus dalam

menangani pengungsi di Indonesia, khususnya di wilayah DKI Jakarta. Seharusnya

UNHCR mampu melakukan lobbying terhadap negara peratifikasi, karena sudah

196 Ibid

100

jelas dalam Convention and Protocol Relating To The Status of Refugees pada Pasal

35 ayat (1):197

“Negara-negara Pihak berjanji untuk bekerja sama dengan

Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan

Pengungsi, atau suatu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa lain

yang mungking menggantikannya, dalam menjalankan

fungsinya, dan khususnya akan memudahkan tugasnya dalam

mengawasi penerapan ketentuan-ketentuan dari Konvensi ini.”

Namun nyatanya banyak pengungsi di wilayah Jakarta terlantar karena

menunggu ketidakpastian untuk diberangkatkan ke negara ketiga, untuk menunggu

pemberangkatan ke negara ketiga pun tidak diberikan fasilitas dan hak yang

seharusnya mereka miliki. Dalam pandangan Kemenlu mengenai efektivitas

UNHCR dari segi kompetensi formal melihat bahwa lemahnya kebijakan UNHCR

selaku OI dalam mengikat negara peratifikasi Konvensi dan Protokol Pengungsi.198

Karena setiap tahunnya negara peratifikasi semakin menurunkan jumlah pengungsi,

seperti Amerika Serikat biasanya menerima 120.000/tahun sekarang hanya

menerima 45.000/tahun begitu dengan Australia dan pada Juni 2019 UNHCR

Indonesia hanya mampu memberangkatkan 249 pengungsi ke negara

peratifikasi.199

Begitu juga pandangan Kesbangpol Pemprov DKI Jakarta, bahwa UNHCR

masih fifty-fifty dalam mengikat negara peratifikasi, sehingga banyak pengungsi

terlantar di Indonesia khususnya di wilayah DKI Jakarta.200 Bahwa UNHCR

Indonesia berasumsi kepada Pemrov bahwa mereka akan memberangkatan ke

197 UNHCR The UN Refugees Agency,. Loc.Cit. hal. 58 198 Adib Zaidani Abdurrohman., Op.Cit 199 Riva Dessthania Suastha., Op.Cit 200 Hazliani., Op.Cit

101

negara ketiga, bilamana pengungsi tersebut memiliki penyakit akut walaupun

mereka baru datang ke Indonesia. Namun disisi lain, banyak pengungsi yang sudah

mvenunggu lama dan pada akhirnya mereka terlantar dan terjerat kasus

perdagangan manusia.201 Selaras Perduli Kasih berpendapat bahwa UNHCR belum

mampu mengikat negara peratifikasi seperti negara tetangga kita, sehingga

terjadinya pelonjakan jumlah pengungsi di DKI Jakarta.202

UNHCR Indonesia menyatakan dalam pengikatan kepada negara

peratifikasi, bahwa UNHCR Indonesia mengikuti beberapa kegiatan seperti halnya:

Global Refugee Forum (GRF) dilaksanakan pada 16-18 Desember 2019 di

Geneva.203 Global Refugee Forum sebagai wadah pertemuan bagi organisasi

internasional, negara peratifikasi bahkan negara yang belum meratifikasi untuk

membahas isu kepengungsian di seluruh dunia dan mengundang kepada seluruh

negara untuk berkomitmen dalam memberikan perlindungan internasional bagi

pengungsi di negara-negaranya.204 Selain itu, UNHCR memiliki Economic and

Social Council (ECOSOC Committee) dan disitu UNHCR Indonesia bertemu

dengan pendonor UNHCR serta pada saat itu UNHCR Indonesia diberikan

kesempatan mengkritik negara-negara peratifikasi untuk lebih terbuka terhadap

pengungsi.205

201 Ibid 202 Ratih Novitasari., Op.Cit 203 Global Refugee Forum, “The first Global Refugee Forum comes at the end of a tumultuous

decade in which the number of refugees has risen to over 25 million people worldwide”, (UNHCR

The UN Refugee Agency) diakses dalam https://www.unhcr.org/global-refugee-forum.html, Pada

08 Februari 2020, Pukul 19:10 WIB 204 Isa Sukma Wijaya., Op.Cit 205 Ibid

102

Disisi lain UNHCR Indonesia berasumsi bahwa Pemerintah Indonesia yang

mampu untuk mengikat negara peratifikasi, karena kekuatan government to

government itu lebih kuat dibandingan UNHCR to government.206 Karena

organisasi internasional tidak memiliki kedaulatan sebagaimana negara dan

perangkat-perangkat lainnya sebagaimana negara miliki.207 Oleh sebab itu,

UNHCR Indonesia meminta Pemerintah Indonesia melalukan diplomasi kepada

Pemerintah Australia untuk lebih terbuka terhadap pengungsi, sehingga tidak ada

lagi pengungsi yang rentan karena kedilemaan mereka untuk diberangkataan ke

negara ketiga.

3.2 Degree of Regime Embeddedness

Tingkat pemandatan rezim senagai variable kedua menurut Frank Bierman

dan Steven Bauer untuk mengukur keefektifan organisasi internasional. Tingkat

pemandatan rezim yang dimaksud Frank Bierman dan Steffen Bauer ialah seberapa

besar negara mampu terikat dengan rezim internasional.208 Karena terikatnya

sebuah negara pada tingkat nasional harus ada perwakilan dari sebuah organisasi.

Dengan kata lain, jika rezim tersebut mampu mengikat negara-negara anggota

untuk mematuhi sebuah rezim, maka organisasi tersebut semakin efektif. Tetapi

sebaliknya, bila rezim tersebut tidak mampu mengikat negara anggota maka

semakin tidak efektif rezim tersebut.

206 Ibid 207 Ibid 208 Frank Biermann dan Steffen Bauer., Loc.Cit

103

Organisasi internasional dapat dikatakan memiliki pengaruh bagi negara-

negara anggotanya melalui kebijakan yang telah disepakati sebelumnya.

Organisasai internasional harus bersifat independen sekaligus memiliki sebuah

keputusan. Namun keputusan ini merupakan suatu hal yang monolistik karena suatu

kesepakatan yang bulat pada dasarnya tidak dapat tercapat dalam suatu organisasi.

Pandangan menurut Hurd, dimana suatu negara memilih untuk tidak mematuhi

peraturan atau kebijakan organisasi, maka pada saat itu pula keputusan organisasi

mulai tereduksi.209 Hal tersebut menunjukan bahwa organisasi internsional harus

memiliki sifat yang netral pula, yang mana didalamnya meliputi kewenangan

sebagai agen informasi dan memberikan hukuman bagi negara anggotanya yang

bertindak koersif. Dalam hal yang sama, organisasi internasional berperan juga

sebagai representatif bagi negara-negara di dunia bahwa peran, tindangan serta

eksistensinya dapat menghasilkan transmisi atau penyebaran informasi.

Oleh sebab itu, bagaimana mungkin UNHCR Indonesia mampu mengikat

rezim internasional mengenai perlindungan pengungsi ke negara peratifikasi untuk

bekerjasama semaksimal mungkin untuk menjalankan mandatnya sesuai Pasal 35

dalam Convention and Protocol Relating To The Status of Refugees.210 Konvensi

1951 dan Protokol 1967 sebagai rezim internasional dalam menangani

perlindungan terhadap pengungsi internasional, maka seharusnya rezim tersebut

mampu mengikat negara-negara peratifikasi yang dikoordinasikan oleh UNHCR

Indonesia. Justru UNHCR Indonesia menyerah kepada negara peratifikasi dan

209 Hurd, Ian. 2020. “Legitimacy, Power ad the Symbolic Life of the UN Security Council” (Journal:

Global Governance), Vol 8, No 1 210 UNHCR The UN Refugees Agency,. Loc.Cit. hal. 58

104

UNHCR Indonesia berusaha untuk meng-streamline-kan beban yang seharusnya

ditanggung oleh negara berkewajiban namun sebaliknya.211

UNHCR Indonesia seharusnya mampu meimplementasikan rezim

pengungsi ini kepada negara peratifikasi serta nilai-nilai dan tugas-tugas negara

peratifikasi yang seharusnya mereka jalankan dalam memberikan perlindungan

internasional terhadap pengungsi sebagaimana hak-hak yang semestinya mereka

dapatkan, khususnya kepada negara tetangga yaitu Australia dan New Zealand.

Implemetasi yang dilakukan oleh UNHCR Indonesia dalam menguatkan rezim

pengungsi tersebut, dapat dilakukan saat pertemuan yang membahas mengenai

perlindungan internsional terhadap pengungsi seperti: Global Refugee Forum,

ECOSOC, Bali Process, Global Forum on Migration and Development (GFMD),

Global Compact on Refugees (GCR). Sehingga tidak terjadinya lonjakan jumlah

pengungsi di Jakarta dan terjerak kedalam kasus human trafficking. Waktu demi

waktu negara peratifikasi kini setiap tahunnya semakin menutup diri untuk

menerima pengungsi di negaranya.212

3.3 Organizational Structure

Struktur organisasi sebagai indikator keefektifan organisasi internsional

dalam menjalankan tugasnya. Organisasi internasional harus memiliki hirarki,

karena adanya hirarki mampu mempengaruhi efektivitas organisasi internasional

tersebut. Ketika hirarki organisasi dibuat semakin baik untuk menjadikan organisasi

211 Adib Zaidani Abdurrohman., Op.Cit 212 Riva Dessthania Suastha, “Harapan bu at Pengungsi Asing di Indonesia”., Loc.Cit

105

yang lebih efektif, dengan memiliki sumber daya manusia. Peimplementasiaan

sistem kerja organisasi pada struktur organisasi membuat tujuan organisasi yang

lebih efisien dan efektif.

Frank Biermann dan Stefeen Bauer berasumsi bahwa organisasi dengan

tingkat fleksibelitas yang tinggi ialah hirarki dengan tingkat horizontal, karna hal

tersebut lebih efektif dibandingkan hirarkinya vertikal.213 Hirarki horizontal

memiliki kelebihan untuk menutupi kelemahan pada hiererki vertikal. Pada hierarki

horizontal ketika pengambilan keputusan bisa dilakukan lebih cepat karna prosedur

identifikasi masalahnya pun relatif membutuhkan jangka waktu yang lebih singkat

dibandingkan dengan vertikal, karna tingkatan hierarki lebih sedikit.

UNHCR Indonesia memiliki hirarki horizontal, dapat dilihat bagan 3.1

struktur paling atas terdapat representative sebagai ketua perwakilan di setiap

negara dan turun kebawah terdapat tiga bagian, terdapat protection officer,

assistance protection officer dan staff local. Ketiga bagian memiliki bentuk

komunikasi secara mendatar dimana terjadinya pesan secara menyamping.

Komunikasi bentuk ini selain berguna untuk menginformasikan dan saling

mendukung dan berkoordinasi suatu aktivitas.

213 Frank Biermann dan Steffen Bauer., Loc.Cit

106

Bagan 3.1 Struktur UNHCR Indonesia214

Menurut Kementerian luar negeri struktur organisasi UNHCR sudah

tersusun baik, hanya saja nama divisi kurang sesuai dengan jobdesk.215 Dilihat pada

hirarki di atas, terdapat bagian protection officer dan assistance protection officer

dimana UNHCR Indonesia belum mampu melakukan tugasnya untuk melindungi

pengungsi di Indonesia. Karena mereka hanya mampu melakukan registrasi

pengungsi dan tidak mem-protect pengungsi di Indonesia.

3.4 Problem of Fit

Menurut Biermaan dan Bauer bahwa organisasi internasional harus

memiliki aspek kesesuaian masalah atau kebijakan dalam menangapi isu yang

214 Bagan diolah oleh Peneliti Berdasarkan Wawancara dengan Isa Sukma Wijaya Staff UNHCR

Indonesia. 215 Adib Zaidani Abdurrohman., Op.Cit

Representative

Protection Officer

Assistance Protection

OfficerStaff Local

The High Commissioner

Inspector General

107

diangkatnya.216 Maksud dari aspek kesesuaian masalah disini ialah masuk sebuah

variabel desain karena organisasi internasional yang bersangkutan harus

menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan tujuan utama dari pembuatannya.

Ketetapan kewenangan dikeluarkan oleh organisasi internasional dengan

kepentingan di lapang mampu mempengaruhi kinerja organisasi internasional

sehingga dapat dinyatakan efektif.

Visi UNHCR Indonesia ialah untuk menjadikan pengungsi Indonesia

mandiri. Serta cara untuk mencapai visi tersebut,217 UNHCR Indonesia memiliki

misi, dengan melakukan beberapa project dan kolaborasi dengan beberapa lembaga

PBB lainnya dan pada saat ini UNHCR Indonesia sedang melakukan kolaborasi

bersama International Labour Organization (ILO) merupakan organisasi yang

menampung isu buruh internasional. UNHCR juga berkolaborasi dengan bersama

beberapa lembaga pendidikan Indonesia yaitu Universitas Atmajaya dan Lembaga

Swadaya Masyarakat Dompet Dhuafa untuk melaksanakan sebuah pelatihan

wirausaha bagi pengungsi dan pemuda-pemudi Indonesia.218

Pelatihan wirausaha dilaksanakan selama (6) enam bulan sejak bulan

September 2018- Februari 2019.219 Pelatihan tersebut diisi oleh beberapa mentor

terdiri delapan dosen dan lima alumni dari Unika Atma Jaya.220 Selama berlangsung

216 Ibid 217 Isa Sukma Wijaya ., Op.Cit 218 Ibid 219 Humas Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, “Unika Atma Jaya Bersama ILO dan UNHCR

Mengadakan Pelatihan bagi Pengungsi”, (Universitas Atma Jaya, 18 September 2018) diakses

dalam https://m.atmajaya.ac.id/web/Konten.aspx?gid=highlight&cid=Unika-Atma-Jaya-Bersama-

ILO-dan-UNHCR-Mengadakan-Pelatihan-bagi-Pengungsi, Pada 08 Februari 2020, Pukul 14:00

WIB 220 Ibid

108

kegiatan tersebut para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok segera merangkai

business plan untuk bisnis mereka. Dapat dilihat pada gambar 3.1, peserta pelatihan

wirausaha sedang melaksanakan working group.

Gambar 3.1 Working Group Pelatihan Wirausaha Pengungsi dan Pemuda

Indonesia221

UNHCR Indonesia memandang bahwa pengungsi di Indonesia memiliki

potensi yang besar dalam berbagai bidang, seperti halnya kemampuan dalam

berbahasa Arab, Khmer, Spanish dan Inggris dan kewirausahaan.222 Dari

kemampuan yang mereka miliki, seharusnya kita bisa memperdayakan kemampuan

pengungsi tersebut. Disisi kewisausahaan bahwa merka bisa mem-brain store

dengan ide-ide bisnis yang dapat dikembangkan di Indonesia.223

Representative UNHCR Indonesia menyatakan kepada Pemerintah

Indonesia untuk mengikutsertakan pengungsi-pengungsi di Indonesia khususnya

Jakarta dalam melibatkan mereka ke dalam pekerjaan-pekerjaan wiraswasta lokal

221 Ibid 222 Isa Sukma Wijaya ., Op.Cit 223 Ibid

109

yang mampu menolong kelancaran bisnis serta membantu kehidupan pengungsi di

Indonesia sesampai mereka diberangkatan ke negara ketiga.224

3.5 Availability of Resource

Faktor kelima ialah ketersedian dalam bentuk sumber daya manusia dan

finansialnya. Bagaimana organisasi internasional harus memperhatikan kualitas

sumber daya manusianya serta finansial dalam suatu organisasi.225 Sebagaimana

organisasi internasional mampu memperdayakan sumber daya manusia serta

mempergunakan sumber keuangan dengan baik pula. Bahwa sumber daya manusia

harus sesuai atau sepadan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

sebuah organisasi internasional karena sumber daya yang ada sangat mempengaruhi

keefektifan organisasi. efektivitas organisasi internasional juga melibatkan

permasalahan alokasi sumber daya. Karena setiap lembaga, anggaran keuangan

sebagai salah satu indikator penting untuk dapat menjalankan program kerja suatu

organiasai. Oleh sebab itu, anggaran dana menurut Bierman dan Bauer dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa alokasi sumber daya akan berhubungan erat

dengan peningkatan efektivitas organisasi internasional.

Menurut paparan dari Kementerian Luar Negeri, berasumsi bahwa UNHCR

Indonesia hanya memiliki 10 Protection Officer di Indonesia dan di Jakarta hanya

memiliki 2 protection officer226 untuk menangani pengungsi di Jakarta sebanyak

224 Riva Dessthania Suastha, “Harapan buat Pengungsi Asing di Indonesia”., Loc.Cit 225 Frank Biermann dan Steffen Bauer., Loc.Cit 226 Adib Zaidani Abdurrohman., Op.Cit

110

7.195 di tahun 2019.227 Serta padangan LSM Selasih mengenai Availability of

Resource UNHCR Indonesia bahwa seharusnya staff UNHCR Indonesia mampu

menyeleksi pencari suaka dengan selektif, sehingga pada akhirnya tidak terjadi

penambahan pengungsi di Jakarta setiap tahunnya dan kerentanan terhadap

pengungsi.228 Karena melihat masih banyak pengungsi yang masih menunggu

pemberangkatan ke negara ketiga dan kasihan pengungsi yang sudah menunggu

sejak lama dan benar-benar membutuhkan bantuan.

Dari sisi keuangan yang dimiliki oleh UNHCR Indonesia, Kementerian

Luar Negeri berpadangan bahwa UNHCR Indonesia tidak memiliki dana bahkan

tidak mengajukan dana untuk penanganan pengungsi di Indonesia. 229 Serta paparan

dari Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta mengatakan bahwa selama ini kebanyakan

dana untuk memperdayakan pengungsi di Jakarta ialah dari Internastional

Organization of Migration (IOM) bahkan pengungsi yang mengalami Human

Trafficking dinaungi langsung oleh IOM.230 Sebagaimana mestinya IOM juga

sebagai organisasi kemanusiaan yang memiliki misi yang sama dengan UNHCR,

oleh sebab itu IOM memberikan bantuan pemulihan terhadap pengungsi yang

mengalami Human Trafficking dengan pemeriksaan medis, perawatan medis,

dukungan psikososial, pelayanan mental serta tempat tinggal.231 Namun IOM juga

memberikan bantuan kepada pengungsi biasanya, sesuai dengan hukum

perlindungan internasional terhadap pengungsi.

227 UNHCR Indonesia “Statistical Refort Refugees and Asylum Seeker”., Loc.Cit 228 Ratih Novitasari., Op.Cit 229 Adib Zaidani Abdurrohman., Op.Cit 230 Hazliani., Op.Cit 231 IOM Indonesia, “Bantuan Kepada Para Penyintas Perdagangan Orang”., Loc.Cit

111

Mengenai dana yang dimiliki UNHCR Indonesia, Thomas Vargas selaku

Representative UNHCR Indonesia menyatakan bahwa UNHCR Indonesia

memiliki keterbatasan dana untuk menangani pengungsi di Indonesia. Bahwa

UNHCR Indonesia hanya mampu menompang 300-400 pengungsi di Indonesia

sedangkan total pengungsi di Indonesia mencapai 14.000 ribu pengungsi dan 7.195

berada di Jakarta.232

Grafik 3.1 Budgets and Expenditure for UNHCR Indonesia dari Tahun

2015-2020233

232 CNN Indonesia, “UNHCR Akui Dana Terbatas untuk Tangani Pengungsi di Indonesia”, (CNN

Indonesia, 06-07-2019), diakses dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190705195855-

20-409590/unhcr-akui-dana-terbatas-untuk-tangani-pengungsi-di-indonesia, Pada 08 Februari

2020, Pukul 16:10 WIB 233 Global Focus UNHCR Operations Worldwide, “Indonesia”, (UNHCR The UN Refugeess

Agency) diakses dalam http://reporting.unhcr.org/node/10335?y=2019#year., Pada 08 Februari

2020, Pukul 15:00 WIB

112

Tampak jelas pada grafik di atas bahwa dana yang dimiliki oleh UNHCR

Indonesia dan dana pengeluaran minus. Ditinjau dari tahun 2015-2017 dana yang

dimiliki oleh UNHCR Indonesia dan pengeluarannya masih stabil. Serta bila dilihat

dari tabun 2018-2020 bahwa dana yang dimiliki oleh UNHCR Indonesia sangat

menurun sekali, dan pengeluaran di tahun 2018 masih bisa terkendalikan oleh

pendanaan yang dimilikinya. Namun sejak tahun 2019-2020 pengeluaran UNHCR

Indonesia masih belum di data atau sebaliknya.

Tabel 3.1 Pendanaan UNHCR Wilayah Asia-Pasifik234

234 UNHCR The UN Refugee Agency, “Asia and the Pasific”, Loc.Cit

113

Hasil wawancara penulis dengan salah satu asisten protection officer

UNHCR Indonesia mempaparkan mengenai dana yang dimiliki oleh UNHCR

Indonesia. Dijelaskan oleh asisten protection officer UNHCR Indonesia bahwa

dana yang mereka miliki berasal dari UNHCR pusat atau biro UNHCR Asia Pasifik.

Sebagaimana UNHCR Indonesia setiap tahunnya melakukan programing untuk

tahun depan berdasarkan dari tahun ini bahkan tahun sebelumnya sesuai dengan

kebutuhan serta permasalahan disetiap perwakilan.235 Menurutnya dana indikatif

yang sudah dirancang tidak selalu cair sesuai jumlah yang dirancang bahkan hanya

cair 50% dari jumlah pengajuan.236

Di wilayah Asia Tenggara yang mendapatkan dana terbesar ialah

Bangladesh karena pengungsi di Bangladesh mayoritas berasal dari Rohingya

sebanyak 1 juta pengungsi serta secara ekonomi negaranya lebih jauh di bawah

Indonesia.237 Namun dapat dilihat pada Tabel 3.2 pendanaan untuk Malaysia dan

Thailand jauh lebih besar daripada Indonesia terhitung Januari 2020.

235 Isa Sukma Wijaya., Op.Cit 236 Ibid 237 Ibid

114

Tabel 3.2 Pendanaan untuk UNHCR Representatives in Southeast Asia238

Dana UNHCR berasal dari para donator negara anggota Konvensi dan

Protokol Pengungsi dan donator lainnya. Dana tersebut akan dioperasionalkan ke

UNHCR yang berada disetiap negara untuk memperdayakan pengungsi, pencari

suaka dan stateless people. Para donator dari negara anggota atau peratifikasi

Konvensi dan Protokol pengungsi untuk perwakilan UNHCR di Asia Tenggara,

sebagaimana other softly earmarked contribution selain dari Kadana sebesar 2.3

juta USD terdapat beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Maroko dan

private donors lainnya.239 Serta unearmarked contribution berasal dari Sweden

sebesar 76.4 juta USD, Denmark sebesar 75.1 juta USD, Norway 41.4 juta USD,

238 Global Focus UNHCR Operations Worldwide, “Operational Information on the Southeast Asia

Subregion in Presented Below”, (UNHCR The UN Refugee Agency) diakses dalam

http://reporting.unhcr.org/node/39, Pada 08 Februari 2020, Pukul 15:30 WIB 239 UNHCR The UN Refugee Agency, “Funding Update Southeast Asia 2020”, (UNHCR The UN

Regugee Agency, 2020) diakses dalam http://reporting.unhcr.org/sites/default/files/South-

East%20Asia%20Funding%20Update%2008%20January%202020.pdf., Pada 08 Februari 2020,

Pukul 15:15 WIB

115

Netherlands 36.1 juta USD, United Kingdom sebesar 31.7 juta USD, German 26.4

juta USD dan Switzerland sebanyak 16.4 juta USD.240

Gambar 3.2 Funding Update 2020 for UNHCR Representative in Southeast

Asia241

Pendanaan di atas sebagai pembaharuan dana di Januari 2020, mencakup

alokasi dana indikatif untuk wilayah di Asia Tenggara untuk beroperasi dalam

menjalankan tugasnya sebagai organisasi kemanusiaan yaitu melindungi pengungsi

seperti di Bangladesh, Malaysia, Indonesia, Thailand, Myanmar dan Filipina.

Namun dalam persentase yang didanai hanya sebesar 7% dengan jumlah pendanaan

sebesar 27.594.476 USD yang bersifat indikatff berdasarkan kegiatan yang

diprioritaskan UNHCR setempat.242 Karena alokasi tersebut untuk menghargai

tingkat alokasi yang berbeda serta penyesuaian hubungan dengan biaya dukungan

program.

240 Ibid 241 Ibid 242 Ibid

116

Bab ini menjelaskan lima faktor struktral untuk menganalisa kefektivitasan

UNHCR Indonesia dalam menangani Human Trafficking terhadap pengungsi di

Jakarta. Pertama, kompetensi formal bahwa UNHCR Indonesia mengikuti beberapa

forum dalam rangka penanganan pengungsi di dunia dan UNHCR berupaya untuk

mengikat negara peratifikasi dengan cara mengkritik negara peratifikasi. Kedua,

tingkat pemandatan rezim sebagaimana UNHCR Indonesia kurang

meimplementasikan Konvensi dan Protokol Pengungsi kepada negera peratifikasi,

sehingga banyak pengungsi di Jakarta yang rentan dan terjerat dalam perdagangan

manusia.

Ketiga, struktur oganisasi UNHCR Indonesia memiliki hirarki horizontal

dimana ketiga bagian sejajar, sehingga hal tersebut memudahkan komunikasi serta

pengambilan keputusan. Keempat, kesesuaian masalah yang dimiliki UNHCR

Indonesia dalam menjalankan tupoksinya sebagai organisasi kemanusiaan ialah

UNHCR Indonesia memiliki visi untuk menjadikan pengungsi di Indonesia mandiri

dengan misi mengadakan pelatihan kewirausahaan bagi pengungsi dan pemuda-

pemudi Indonesia dalam merancang business plan. Pelatihan tersebut melibatkan

beberapa lembaga, seperti ILO, Dompet Dhuafa dan Universitas Katolik Indonesia

Atma Jaya. Terakhir ialah sumber daya manusia dan sumber keuangan yang

dimiliki oleh setiap organisasi internasional. Dari segi sumber daya dimiliki oleh

UNHCR Indonesia, mereka hanya memiliki 10 protection officer dengan jumlah

pengungsi di Indonesia mencapai 14.000 dan 2 protection officer untuk UNHCR

Jakarta. Sumber keuangan dimiliki UNHCR Indonesia, representative UNHCR

Indonesia menyatakan bahwa mereka mengalami kekurangan dana untuk

117

menangani pengungsi di Indonesia. Dana tersebut hanya mampu membiayai 300-

400 pengungsi, sedangkan pengungsi di Jakarta mencapai 7.195.

Tabel 3.3 Faktor-Faktor Struktural yang Mempengaruhi Efektivitas

UNHCR Indonesia dalam Menangani Human Trafficking Terhadap

Pengungsi di Jakarta

Faktor Definisi Linkage antara faktor

struktural dengan ketiga

dimensi

Formal

Competencies

kemampuan suatu organisasi

internasional untuk mengikat

negara anggotanya dengan

memindahkan sebagaian

kedaulatan negara anggota

kepada organisasi

Tidak ada kaitannya dengan

ketiga dimensi

Degree of

Regime

Embeddedness,

jika rezim tersebut mampu

mengikat negara-negara

anggota untuk mematuhi

sebuah rezim, maka

organisasi tersebut semakin

efektif

Tidak ada kaitannya dengan

ketiga dimensi

Organizational

Structure

organisasi internasional harus

memiliki hirarki, karena

adanya hirarki mampu

mempengaruhi efektivitas

organisasi internasional

tersebut

(outcome) perubahan

perilaku atau sifat lembaga-

lembaga terlibat dalam

penanganan isu yang

diangkat

Problem of Fit organisasi internasional harus

memiliki aspek kesesuaian

masalah atau kebijakan dalam

menangapi isu yang

diangkatnya

(output) sebuah aktivitas

yang dijalankan atau

dilakukan oleh sebuah

organisasi

Availability of

Resource

bagaimana organisasi

internasional harus

memperhatikan kualitas

sumber daya manusianya

serta finansial dalam suatu

organisasi

(output) sebuah aktivitas

yang dijalankan atau

dilakukan oleh sebuah

organisasi

118

Pada bab selanjutnya penulis akan mencoba untuk menganalisa bagaimana

UNHCR Indonesia sebagai organaisasi kemanusiaan dalam menangani Human

Trafficking terhadap pengungsi di Jakarta. Serta analisa tersebut menggunakan teori

efektivitas oganisasi internasional menurut Frank Bierman dan Bauer Stefeen yang

diukur melalui 3 (tiga) dimensi yaitu output, outcome dan impact. Analisa akan

dibangun sesuai dengan data-data yang telah dijelaskan pada bab II dan bab III.