BAB III

4
BAB III PEMBAHASAN II.1. Gambaran Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas 7 Ulu Berdasarkan data program TB Paru Puskemas 7 Ulu didapatkan data sebagai berikut: Tabel 2.1. Data Hasil Cakupan P2 TB Puskesmas 7 Ulu Tahun 2015 Kriteria Hasil Kegiatan Total Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 BTA + 11 13 14 15 53 Ro + 3 4 - 5 12 Meniggal - - - - 0 Dari tabel di atas terlihat bahwa kejadian tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu setiap triwulan cenderung meningkat. Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis ini berkaitan dengan perilaku, ekonomi dan tingkat sosial budaya masyarakatnya. Penemuan kasus merupakan salah satu cara untuk menemukan masalah kesehatan, dan bertujuan untuk menemukan sumber penularan dan atau mencari ada atau tidaknya penderita baru di masyarakat. Penemuan kasus ini biasa dilakuka secara aktif maupun pasif oleh pihak puskesmas. Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilakukan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan biasa dilakukan oleh dokter . Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Penamuan secara pasif tersebut didukung

description

bab III

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

II.1. Gambaran Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas 7 Ulu

Berdasarkan data program TB Paru Puskemas 7 Ulu didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2.1. Data Hasil Cakupan P2 TB Puskesmas 7 Ulu Tahun 2015

KriteriaHasil Kegiatan

TotalTriwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

BTA + 11 13 14 15 53Ro + 3 4 - 5 12

Meniggal - - - - 0

Dari tabel di atas terlihat bahwa kejadian tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas 7

Ulu setiap triwulan cenderung meningkat. Terjadinya peningkatan kasus tuberkulosis ini

berkaitan dengan perilaku, ekonomi dan tingkat sosial budaya masyarakatnya.

Penemuan kasus merupakan salah satu cara untuk menemukan masalah kesehatan,

dan bertujuan untuk menemukan sumber penularan dan atau mencari ada atau tidaknya

penderita baru di masyarakat. Penemuan kasus ini biasa dilakuka secara aktif maupun pasif

oleh pihak puskesmas.

Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka

penderita dilakukan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan biasa

dilakukan oleh dokter . Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam

waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Penamuan secara pasif tersebut

didukung oleh penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan ataupun masyarakat

yaitu kader yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita. Karena

semakin banyak penderita TB yang berhasil didapat, maka kemungkinan pemutusan rantai

penyakit Tb semaki tinggi.Tabel 2.2. Angka Pemenemuan Kasus Baru TB Paru BTA Positif Pada Masing-Masing Kelurahan di Wilayah

Kerja Puskesmas 7 Ulu Tahun 2015.

Kelurahan Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

7 Ulu 4 7 8 129-10 Ulu 4 6 6 3Jumlah 33 43 44

Page 2: BAB III

II.2. Program Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas 7 Ulu

Program TB paru di Puskesmas 7 Ulu memiliki 4 buah kegiatan pokok, yaitu

kegiatan CBA (Community Based Approach), kegiatan kontak serumah pasien TB paru,

kegiatan pelacakan TB mangkir, dan kegiatan follow up TB paru. Disamping kegiatan pokok

tersebut, terdapat kegiatan lintas program yang terkait dengan kegiatan yang terdapat dalam

program upaya kesehatan lainnya.

Kegiatan pelacakan TB mangkir dilakukan apabila ada pasien TB paru yang telat atau

tidak datang mengambil obat ke Puskesmas dalam jangka waktu ≥1 minggu dari jadwal yang

telah ditentukan. Bila ada kasus TB mangkir, petugas Puskesmas akan mengunjungi rumah

pasien TB paru tersebut dan mencari tahu penyebab pasien tidak datang mengambil obat.

Pada tahun 2012 hanya terdapat 1 kasus TB mankir (Puskesmas Narmada, 2013).

Kegiatan follow up TB paru dilakukan setiap hari di Puskesmas 7 Ulu. Follow up

berupa pemberian obat dan evaluasi perkembangan kondisi pasien. Hampir semua pasien

yang telah di berikan pengobatan menunjukkan hasil negatif setelah dilakukan pemeriksaan

ulang dahak pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan akhir pengobatan.

Kegiatan lintas program yang lainnya antara lain adalah: memberikan pengetahuan

tentang pentingnya PHBS (Promkes), mempromosikan kebersihan lingkungan dan kondisi

rumah yang sehat (Kesling) yang biasa dilakuan oleh pihak Puskesmas 7 Ulu sendiri.

II.3. Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)

Target indikator CDR adalah >70%. NamunPuskesmas 7 Ulu belum mencapai Target.

Hal ini kemungkinan besar diakibatkan oleh tingkat keberhasilan kegiatan-kegiatan program

TB di Puskesmas 7 Ulu yang belum maksimal, ataupun kesadaran masyarakat setempat untuk

memeriksakan diri yang masih kurang.Tabel 2.3. CDR di Puskesmas 7 Ulu tahun 2015

TahunJumlah Penjaringan

SuspekJumlah Target

SuspekNilai / Hasil

2015 33%

II.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan UmurTabel 2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur tahun 2015

Umur Jumlah (orang) < 20

Tahun5

20-35 15

Page 3: BAB III

tahun>35

Tahun23

Total 53Berdasarkan tabrel umur yang terbanyak terserang TB adalah saat berada lebih dari 35

tahun. Sedangkan umur yang paling sedikit terserang TB adalah umur kurang 20 tahun.

II.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis KelaminTabel 2.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2015

Tahun Laki- laki Perempuan Total2015 30 23 53

Berdasarkan jenis kelamin, TB paling banyak menyerang laki-laki dibandingkan

perempuan. Pada tabel dijelaskan bahwa di Puskesmas 7 Ulu yang menderita TB yang paling

banyak berjenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang dari 53 orang dengan BTA positif.