BAB III
-
Upload
lieslongge -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of BAB III
![Page 1: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
I. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit atau bagian di
suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
(apoteker) yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab
atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang paripurna mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat
untuk pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004).
II. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang
digunakan secara rasional, di samping ketentuan masing-masing rumah sakit yaitu:
II.1 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit tugas IFRS antara lain:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
![Page 2: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/2.jpg)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.
II.2 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Fungsi pelayanan instalasi farmasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pelayanan
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan
alat kesehatan.
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep dokter
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga pasien
6
![Page 3: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/3.jpg)
6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga pasien
7. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
8. Melaporkan setiap kegiatan
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
administrasi, dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
a. Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk, dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standardisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
b. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi rumah sakit, data catatan medik,
siklus penyakit, sisa stok, data pemakaian periode lalu dan perencanaan
pengembangan.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan atau disetujui melalui pembelian (tender dan pembelian langsung),
produksi sediaan farmasi (produksi steril dan non-steril) serta
sumbangan/dropping/hibah. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang telah direncanakan
agar tidak terjadi kekosongan perbekalan farmasi.
7
![Page 4: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/4.jpg)
d. Produksi
Produksi instalasi farmasi rumah sakit merupakan kegiatan membuat, mengubah
bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan non-steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, atau tender,
konsinyasi atau sumbangan.
f. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang dibedakan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah tidaknya terbakar,
tahan tidaknya terhadap cahaya disertai sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan perbekalan farmasi
merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan
tujuan untuk:
1) Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan
sifat dan kestabilan obat.
2) Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad
(alfabetis) dan bentuk sediaan.
3) Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluwarsa, yaitu
menggunakan prinsip First Expired First Out (FEFO), yaitu Metode
pengeluaran dimana obat dan Alkes yang mempunyai expired date cepat,
disimpan pada bagian depan sedangkan obat dan Alkes yang mempunyai
expired date lama disimpan di bagian belakang pada almari penyimpanan.
Sedangkan prinsip FIFO (First In First Out) yaitu metode pengeluaran
dimana Obat dan Alkes yang lebih dahulu masuk adalah barang yang akan
pertama kali keluar. Untuk gas medis, penyimpanan gas medis pada gudang
khusus. Untuk narkotika dan psikotropika diletakkan di suatu lemari khusus
8
![Page 5: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/5.jpg)
agar terpisah dengan sediaan lainnya dan juga untuk menjamin
keamanannya.
g. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian obat di rumah
sakit diselenggarakan secara sentralisasi dan/atau desentralisasi, yang dilakukan untuk
melayani:
1. Pasien rawat jalan, pasien atau keluarga pasien langsung menerima obat dari
instalasi farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter (individual
prescription). Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien
dan/atau keluarga pasien.
2. Pasien rawat inap, ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:
a. Resep perorangan (individual prescription), sistem ini memungkinkan semua
resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerjasama
antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.
b. Floor stock, pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-
masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan
perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaaan obat-
obat emergency.
c. Untuk pasien rawat inap distribusi dilakukan sistem Unit Dose Dispensing
(UDD). Obat-obatan dosis unit didefinisikan sebagai obat-obatan yang dipesan,
dikerjakan/disiapkan, diberikan dan dibayar dalam bentuk satuan unit dosis
yang terdiri dari obat-obatan dalam jumlah yang telah ditentukan atau
penyediaan yang efisien untuk satu kali penggunaan untuk dosis yang biasa.
Penggunaan sistem UDD ini sangat menguntungkan pasien karena jika ada
obat yang sisa atau dihentikan pemakaiannya oleh dokter, maka obat atau alkes
dapat dikembalikan ke instalasi farmasi. Apabila terdapat penggandaan atau
kekurangan pemberian obat, maka perawat di ruangan akan segera mengambil
obat ke ruang farmasi dan membawanya ke ruangan rawat inap.
9
![Page 6: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/6.jpg)
Bagi pasien rawat inap, resep dari dokter ditulis pada Kertas Daftar Pemakaian Obat
Rawat Nginap yang merupakan cara yang efektif untuk memudahkan pemantauan
penggunaan obat pasien dibandingkan menggunakan lembar resep. Penggunaan Kertas
Daftar Pemakaian Obat Rawat Nginap dibedakan berdasarkan atas kelas dari ruang
perawatan pasien atau berdasarkan jaminan kesehatan yang digunakan oleh pasien, yaitu:
a. Kertas Daftar Pemakaian Obat Rawat Nginap warna kuning digunakan oleh pasien kelas II,
kelas III dan non kelas. Biasanya juga digunakan oleh pasien dari UGD.
b. CPO warna putih digunakan oleh pasien kelas I ke atas. Biasanya oleh pasien di Griyatama.
c. CPO warna merah digunakan untuk pasien yang memerlukan pertolongan segera (cito) tanpa
memandang kelas atau pasien One Day Care.
d. CPO warna hijau digunakan untuk pasien kerjasama dengan pihak ketiga.
Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Adapun Alur pengelolaan perbekalan farmasi di RS. St. Elisabeth Lela dapat dilihat pada
gambar 1
Berikut ini adalah prosedur perencanaan dan Pemesanan obat
10
Apoteker membuat
perencanaan pembelian
untuk 3 bulan
Apoteker membuat proposal pembelian obat ke Yayasan
Tidak setuju
Setuju
SP tidak dibuat
Apoteker Membuat SP
Serahkan ke Bagian Pembelian
SP dikirim ke PBF
![Page 7: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/7.jpg)
Gambar 1. Alur Perencanaan dan Pemesanan Obat di RS. St.Elisabeth Lela
Berikut ini adalah prosedur penerimaan, penyimpanan, dan Distribusi barang di
gudang Obat RS. St Elisabeth Lela
11
Barang Datang Apoteker/asisten apoteker mencocockan antara SP dan faktur
Tidak cocok
Cocok
Retur
Mencocokkan antara faktur dengan barang
Faktur ditandatangani Apoteker atau asisten apoteker
Barang disimpan di gudang oleh petugas gudang
RANAP RAJAL
![Page 8: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 2. Alur Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi Barang di RS St. Elisabeth Lela
B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes
a. Mengkaji Instruksi pengobatan atau resep dokter
Pengkajian resep merupakan kegiatan awal yang dilakukan petugas farmasi RS St.
Elisabeth Lela ketika resep sudah diterima. Pengkajian yang dilakukan meliputi seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi dilakukan agar sediaan farmasi disiapkan dan diberikan kepada
pasien yang tepat. Persyaratan tersebut meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan
Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi yang dilakukan petugas farmasi RS St. Elisabeth Lela bertujuan
agar pasien mendapatkan sediaan farmasi yang tepat. Persyaratan tersebut meliputi:
Bentuk dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
12
Pasien
![Page 9: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/9.jpg)
Stabilitas dan ketersediaan
Aturan, cara, dan teknik penggunaan
Apabila terdapat resep yang kurang jelas, baik dalam penulisan sediaan farmasi, dosis,
cara penggunaan dan pengemasan sediaan, maka petugas menghubungi dokter yang
bersangkutan untuk mengetahui kejelasan resep. Sehingga obat disiapkan dengan tepat
sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan
Pengidentifikasian masalah meliputi efek samping, alergi, interaksi obat, kesesuaian
dosis, durasi dan jumlah obat.
c. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menemukan ESO
(Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya
jarang, menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal maupun yang baru
saja ditemukan dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat.
d. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistemik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
pasien rawan inap. Tujuan konseling yaitu memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama menggunakan obat, efek
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat
lain. Kegiatan konseling adalah sebagai berikut.
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode open-ended question
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
13
![Page 10: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/10.jpg)
Bagaimana cara pemakaian
Efek samping yang diharapkan dari obat tersebut
Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan
terapi. Dalam melakukan konseling, hal yang perlu diperhatikan adalan kriteria pasien
apakah termasuk pasien dengan penyakit kronis, dengan obat yang berindeks terapetik
sempit dan polifarmasi, pasien geriatri atau pasien pediatrik.
14
![Page 11: BAB III](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082717/5695d1b71a28ab9b0297a213/html5/thumbnails/11.jpg)
e. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai
dengan indiksai, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Program ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan saat ini dan membandingkan pola penggunaan obat
pada pelayanan kesehatan atau dokter antara satu dengan yang lainnya
f. Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Pelayanan informasi obat sangat penting
dilakukan untuk menunjang pengobatan yang diberikan kepada pasien sehingga tujuan
pengobatan dapat dicapai. Informasi obat yang dapat diberikan meliputi aspek
farmasetik (identifikasi obat, perhitungan farmasi, stabilitas dan toksisitas obat),
ketersediaan obat, harga obat, efek samping obat, dosis obat, interaksi obat,
farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan, perundang-
undangan. Penyuluhan tentang obat bagi pasien, khususnya untuk pasien rawat jalan
yang dirawat di rumah sakit dan pasien yang telah diperbolehkan pulang. Kegiatan ini
harus dikoordinasikan bersama staf medik, staf perawat dan PKMRS (Promosi
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit)
15