BAB III

16
BAB III TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit I. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang (apoteker) yang memenuhi persyaratan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat untuk pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004). II. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh

description

BAB

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

I. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit atau bagian di

suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang

(apoteker) yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab

atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang paripurna mencakup perencanaan,

pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat

untuk pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan

penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan

spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan

program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004).

II. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang

digunakan secara rasional, di samping ketentuan masing-masing rumah sakit yaitu:

II.1 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit tugas IFRS antara lain:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

Page 2: BAB III

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan farmasi.

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium

rumah sakit.

II.2 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Fungsi pelayanan instalasi farmasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pelayanan

pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan

alat kesehatan.

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku

6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian

7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep dokter

2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan

3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan

4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga pasien

6

Page 3: BAB III

6. Memberi konseling kepada pasien/keluarga pasien

7. Melakukan pencatatan setiap kegiatan

8. Melaporkan setiap kegiatan

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

administrasi, dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

a. Pemilihan

Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk, dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standardisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan

dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi rumah sakit, data catatan medik,

siklus penyakit, sisa stok, data pemakaian periode lalu dan perencanaan

pengembangan.

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan atau disetujui melalui pembelian (tender dan pembelian langsung),

produksi sediaan farmasi (produksi steril dan non-steril) serta

sumbangan/dropping/hibah. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah

perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang telah direncanakan

agar tidak terjadi kekosongan perbekalan farmasi.

7

Page 4: BAB III

d. Produksi

Produksi instalasi farmasi rumah sakit merupakan kegiatan membuat, mengubah

bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan non-steril untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, atau tender,

konsinyasi atau sumbangan.

f. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang dibedakan

menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah tidaknya terbakar,

tahan tidaknya terhadap cahaya disertai sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan perbekalan farmasi

merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan

tujuan untuk:

1) Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan

sifat dan kestabilan obat.

2) Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad

(alfabetis) dan bentuk sediaan.

3) Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluwarsa, yaitu

menggunakan prinsip First Expired First Out (FEFO), yaitu Metode

pengeluaran dimana obat dan Alkes yang mempunyai expired date cepat,

disimpan pada bagian depan sedangkan obat dan Alkes yang mempunyai

expired date lama disimpan di bagian belakang pada almari penyimpanan.

Sedangkan prinsip FIFO (First In First Out) yaitu metode pengeluaran

dimana Obat dan Alkes yang lebih dahulu masuk adalah barang yang akan

pertama kali keluar. Untuk gas medis, penyimpanan gas medis pada gudang

khusus. Untuk narkotika dan psikotropika diletakkan di suatu lemari khusus

8

Page 5: BAB III

agar terpisah dengan sediaan lainnya dan juga untuk menjamin

keamanannya.

g. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian obat di rumah

sakit diselenggarakan secara sentralisasi dan/atau desentralisasi, yang dilakukan untuk

melayani:

1. Pasien rawat jalan, pasien atau keluarga pasien langsung menerima obat dari

instalasi farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter (individual

prescription). Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien

dan/atau keluarga pasien.

2. Pasien rawat inap, ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:

a. Resep perorangan (individual prescription), sistem ini memungkinkan semua

resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerjasama

antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.

b. Floor stock, pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-

masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan

perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaaan obat-

obat emergency.

c. Untuk pasien rawat inap distribusi dilakukan sistem Unit Dose Dispensing

(UDD). Obat-obatan dosis unit didefinisikan sebagai obat-obatan yang dipesan,

dikerjakan/disiapkan, diberikan dan dibayar dalam bentuk satuan unit dosis

yang terdiri dari obat-obatan dalam jumlah yang telah ditentukan atau

penyediaan yang efisien untuk satu kali penggunaan untuk dosis yang biasa.

Penggunaan sistem UDD ini sangat menguntungkan pasien karena jika ada

obat yang sisa atau dihentikan pemakaiannya oleh dokter, maka obat atau alkes

dapat dikembalikan ke instalasi farmasi. Apabila terdapat penggandaan atau

kekurangan pemberian obat, maka perawat di ruangan akan segera mengambil

obat ke ruang farmasi dan membawanya ke ruangan rawat inap.

9

Page 6: BAB III

Bagi pasien rawat inap, resep dari dokter ditulis pada Kertas Daftar Pemakaian Obat

Rawat Nginap yang merupakan cara yang efektif untuk memudahkan pemantauan

penggunaan obat pasien dibandingkan menggunakan lembar resep. Penggunaan Kertas

Daftar Pemakaian Obat Rawat Nginap dibedakan berdasarkan atas kelas dari ruang

perawatan pasien atau berdasarkan jaminan kesehatan yang digunakan oleh pasien, yaitu:

a. Kertas Daftar Pemakaian Obat Rawat Nginap warna kuning digunakan oleh pasien kelas II,

kelas III dan non kelas. Biasanya juga digunakan oleh pasien dari UGD.

b. CPO warna putih digunakan oleh pasien kelas I ke atas. Biasanya oleh pasien di Griyatama.

c. CPO warna merah digunakan untuk pasien yang memerlukan pertolongan segera (cito) tanpa

memandang kelas atau pasien One Day Care.

d. CPO warna hijau digunakan untuk pasien kerjasama dengan pihak ketiga.

Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Adapun Alur pengelolaan perbekalan farmasi di RS. St. Elisabeth Lela dapat dilihat pada

gambar 1

Berikut ini adalah prosedur perencanaan dan Pemesanan obat

10

Apoteker membuat

perencanaan pembelian

untuk 3 bulan

Apoteker membuat proposal pembelian obat ke Yayasan

Tidak setuju

Setuju

SP tidak dibuat

Apoteker Membuat SP

Serahkan ke Bagian Pembelian

SP dikirim ke PBF

Page 7: BAB III

Gambar 1. Alur Perencanaan dan Pemesanan Obat di RS. St.Elisabeth Lela

Berikut ini adalah prosedur penerimaan, penyimpanan, dan Distribusi barang di

gudang Obat RS. St Elisabeth Lela

11

Barang Datang Apoteker/asisten apoteker mencocockan antara SP dan faktur

Tidak cocok

Cocok

Retur

Mencocokkan antara faktur dengan barang

Faktur ditandatangani Apoteker atau asisten apoteker

Barang disimpan di gudang oleh petugas gudang

RANAP RAJAL

Page 8: BAB III

Gambar 2. Alur Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi Barang di RS St. Elisabeth Lela

B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes

a. Mengkaji Instruksi pengobatan atau resep dokter

Pengkajian resep merupakan kegiatan awal yang dilakukan petugas farmasi RS St.

Elisabeth Lela ketika resep sudah diterima. Pengkajian yang dilakukan meliputi seleksi

persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien

rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi dilakukan agar sediaan farmasi disiapkan dan diberikan kepada

pasien yang tepat. Persyaratan tersebut meliputi:

Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan

Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

Tanggal resep

Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasi yang dilakukan petugas farmasi RS St. Elisabeth Lela bertujuan

agar pasien mendapatkan sediaan farmasi yang tepat. Persyaratan tersebut meliputi:

Bentuk dan kekuatan sediaan

Dosis dan jumlah obat

12

Pasien

Page 9: BAB III

Stabilitas dan ketersediaan

Aturan, cara, dan teknik penggunaan

Apabila terdapat resep yang kurang jelas, baik dalam penulisan sediaan farmasi, dosis,

cara penggunaan dan pengemasan sediaan, maka petugas menghubungi dokter yang

bersangkutan untuk mengetahui kejelasan resep. Sehingga obat disiapkan dengan tepat

sesuai dengan kebutuhan pasien.

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan

Pengidentifikasian masalah meliputi efek samping, alergi, interaksi obat, kesesuaian

dosis, durasi dan jumlah obat.

c. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak

diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menemukan ESO

(Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya

jarang, menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal maupun yang baru

saja ditemukan dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka

kejadian dan hebatnya efek samping obat.

d. Konseling

Merupakan suatu proses yang sistemik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah

pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan

pasien rawan inap. Tujuan konseling yaitu memberikan pemahaman yang benar

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan

pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama menggunakan obat, efek

samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat

lain. Kegiatan konseling adalah sebagai berikut.

Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien

dengan metode open-ended question

Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

13

Page 10: BAB III

Bagaimana cara pemakaian

Efek samping yang diharapkan dari obat tersebut

Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan

terapi. Dalam melakukan konseling, hal yang perlu diperhatikan adalan kriteria pasien

apakah termasuk pasien dengan penyakit kronis, dengan obat yang berindeks terapetik

sempit dan polifarmasi, pasien geriatri atau pasien pediatrik.

14

Page 11: BAB III

e. Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang

terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai

dengan indiksai, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Program ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran keadaan saat ini dan membandingkan pola penggunaan obat

pada pelayanan kesehatan atau dokter antara satu dengan yang lainnya

f. Informasi Obat

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker

untuk memberikan informasi secara akurat, dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Pelayanan informasi obat sangat penting

dilakukan untuk menunjang pengobatan yang diberikan kepada pasien sehingga tujuan

pengobatan dapat dicapai. Informasi obat yang dapat diberikan meliputi aspek

farmasetik (identifikasi obat, perhitungan farmasi, stabilitas dan toksisitas obat),

ketersediaan obat, harga obat, efek samping obat, dosis obat, interaksi obat,

farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan, perundang-

undangan. Penyuluhan tentang obat bagi pasien, khususnya untuk pasien rawat jalan

yang dirawat di rumah sakit dan pasien yang telah diperbolehkan pulang. Kegiatan ini

harus dikoordinasikan bersama staf medik, staf perawat dan PKMRS (Promosi

Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit)

15