BAB III
-
Upload
maharani-ariez-girlz -
Category
Documents
-
view
219 -
download
3
description
Transcript of BAB III
BAB III
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
- Nama : Tn D
- Usia : 47 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Guru
- Agama : Islam
- Tanggal pemeriksaan : 24 Juli 2015
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Nyeri pada mata kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Undata Palu dengan keluhan nyeri pada mata
kiri sejak ±6 minggu yang lalu akibat terkena lumpur saat sedang mencangkul di
sawah. Empat hari kemudian, pasien mulai merasakan mata berwarna merah, bengkak,
nyeri seakan bola mata akan keluar. Pasien mulai merasakan pandangan kabur ± 1
minggu sejak kejadian dan berlangsung progresif hingga hari ini. Pasien mengeluhkan
mata juga berair, silau, terasa mengganjal, nyeri kepala. Tidak ada rasa gatal maupun
kotoran mata berlebih.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kolesterol (+), diabetes mellitus dan hipertensi disangkal
Riwayat pemakaian kacamata disangkal
Riwayat terkena kayu 6 bulan lalu dan mengalami mata merah namun sembuh sendiri
tanpa pengobatan
d. Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga
Tidak ada
e. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan tetes mata segera setelah terkena
lumpur, kemudian pasien ke puskesmas dan mendapat salep namun tidak membaik.
Pasien kemudian berobat ke dokter praktek dan mendapat obat tetes serta antibiotik
kemudian keluhan berkurang. Riwayat alergi disangkal
3. Status Generalis
Kesadaran: komposmentis
Tanda vital:
Tekanan darah : 110/80mmhg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
4. Pemeriksaan Status Oftalmologi
Pemeriksaan OD OS
Visus 5/12 S-1,0D 5/5
Addisi S +1,5D
PD : 64/62 mm
1/∞
Addisi S +1.5D
PD : 64/62 mm
Inspeksi
Palpebra Edema (-), tumor (-) Edema (-), tumor (-)
App. Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (+)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Normal Hiperemis (+)
Bola mata Normal Normal
Pergerakan bola mata Ke segala arah Sulit dinilai
Kornea Jernih Lekoma (+), sinekia anterior
(+)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Cokelat, kripte (+) Cokelat, Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, diameter 3
mm, RCL (+), RCTL (+)
Sulit dinilai
Lensa Jernih Jernih
Palpasi
Tensi okuler Normal Normal
Nyeri tekan - +
Massa tumor - -
Gland. Pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Tonometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes buta warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit lamp Konjungtiva hiperemis (-),
kornea jernih, BMD normal,
iris coklat kripte (+), Pupil
bulat, sentral, refleks cahaya
(+) lensa jernih
konjungtiva hiperemis(+),
kornea keruh, tampak
sikatrik di pinggir kornea
hingga separuh kornea,
BMD kesan normal, iris
coklat kripte (+),pupil bulat
sentral, reflex cahaya
(+),lensa sulit dievaluasi
5. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan
6. Resume
Pasien laki-laki umur 47 tahun dengan keluhan nyeri pada oculi sinistra sejak ±6 minggu
yang lalu akibat terkena lumpur saat sedang mencangkul di sawah. Empat hari kemudian,
pasien mulai merasakan mata berwarna merah, bengkak, nyeri seakan bola mata akan
keluar. Pasien mulai merasakan pandangan kabur ± 1 minggu sejak kejadian dan
berlangsung progresif hingga hari ini. Pasien mengeluhkan mata juga berair, silau, terasa
mengganjal, nyeri kepala. Tidak ada rasa gatal maupun kotoran mata berlebih. Kolesterol
(+), riwayat pengobatan salep dan obat tetes mata (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus OD 5/12 dan OS 1/∞, OD terkoreksi
dengan lensa sferis -1.0D sehingga visus OD menjadi 5/5. Pemeriksaan jarak dekat
menggunakan Jaeger ditemukan 30/30, terkoreksi dengan addisi S+1.5D menjadi 20/30.
7. Diagnosis
OD : miopia simpleks dan presbiopia
OS : ulkus kornea
8. Tatalaksana
Koreksi dengan kacamata bifocal pada OD dengan lensa S -1.0D dan addisi OD S+1.5D
Medikamentosa :
- Ofloxacin ed 6 dd1 OS
- Natamycin ed 4x1 OS
- Gentamycin ed 3x1 OS
- Ciprofloxacin tab 2x500 mg
- Methylprednisolone tab 3x 4 mg
9. Prognosis
- Ad vitam : bonam
- Ad functionam : dubia ad malam
- Ad sanationam : bonam
PEMBAHASAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea dan merupakan keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Pasien ini didiagnosis dengan OS ulkus kornea berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Dari anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada oculi sinistra sejak ±6
minggu yang lalu akibat terkena lumpur. Keluhan disertai mata berwarna merah, bengkak,
nyeri, pandangan kabur, mata berair, silau, terasa mengganjal, nyeri kepala. Pada pasien
adanya keluhan nyeri dan fotofobia dikarenakan pada kornea serabut nyeri tidak bermyelin
sehingga apabila kornea mengalami iritasi akan menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
Fotofobia juga dapat terjadi akibat adanya kontraksi dari iris yang meradang, bisa juga
karena pembiasan cahaya pada retina tidak pada satu titik dikarenakan adanya kekeruhan
pada kornea sebagai media refrakta, hal ini juga menyebabkan terjadinya penurunan visus
pada pasien terutama jika letaknya disentral. Pada pasien ini terjadi lakrimasi karena yang
mempersarafi sama dengan yang mempersarafi kornea yaitu N.Trigeminus cabang I sehingga
apabila terjadi inflamasi dikornea maka berpengaruh pada apparatus lakirimalis.
Ulkus kornea terjadi akibat adanya reaksi radang pada epitel karena yang kemudian
dapat masuk kelapisan bawahnya, bisa juga intoksikasi dari bakteri sehingga terjadi reaksi
imun yang mengeluarkan sitokin. Edema pada kornea dikarenakan infiltrat sel radang pada
lapisan kornea, khususnya pada lapisan epitel dan stroma.
Untuk mencari penyebab dari ulkus kornea, maka dilakukan pemeriksaan kultur yang berasal
dari apusan kornea tetapi pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tersebut karena mengingat
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil kultur. Ulkus kornea akan memberikan
kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek pada lapisan stroma. Uji fluoresein
digunakan untuk melihat adanya defek epitel kornea. Bila kornea terlihat berwarna hijau berarti ada
kerusakan epitel kornea, yang menandakan fluoresein positif. Biasanya uji fluoresein positif
diterdapat pada keratitis, ulkus kornea, erosi kornea. Uji sensitivitas sebenarnya perlu dilakukan untuk
mengetahui jenis obat yang sensitif maupun telah resisten pada pasien ini.
Pengobatan pada kasus ini diberikan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pada
umumnya diberikan golongan spektum luas yakni gentamisin dan ciprofloxacin. Antibiotik
ciprofloxacin efektif untuk bakteri gram positif sedangkan gentamisin efektif terhadap bakteri kokus
gram positif, basil gram negatif, dan pseudomonas. Ofloxacin merupakan antibiotik golongan
kuinolon yang memiliki spektrum luas. Natamycin merupakan antifungal yang efektif
terhadap Candida, Asperghillus, Cephalosporium dan Penicillium
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam karena tingkat keparahan dan
lamanya pasien datang untuk mendapatkan pengobatan sehingga sudah terjadi penurunan
visus dan terbentuk lekoma.
BAB IV
KESIMPULAN
- Glaukoma merupakan suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh
adanya cupping diskus optikus, menurunnya lapang pandang dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraokular
- Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi terbagi menjadi 4 yaitu glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut.
- Pengobatan glaukoma terdiri atas 2 yaitu medikamentosa dan operatif. Pengobatan
dengan obat-obatan merupakan line pertama pada glaukoma untuk menurunkan
tekanan intraokular, baik menekan produksi cairan humor aqueus maupun membuat
jalur untuk membuang cairan humor aqueus. Jika dengan pemberian obat-obatan tidak
mengalami perbaikan, maka dilakukan pembedahan.
- Pengangkatan bola mata dapat berupa eviserasi, enukleasi dan eksenterasi.