BAB III
-
Upload
derry-ferdiansyah -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
description
Transcript of BAB III
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Transformator
Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam
sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik
elektromagnetis statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya
listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi
yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan
magnet dan bekerja prinsip kerja induksi elektromagnetis dimana perbandingan
tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan
perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan
arusnya.
Arus yang besar akan menimbulkan rugi yang besar yaitu : P = I 2 . R dan selain
itu arus yang besar juga akan membutuhkan penampang kawat atau kabel yang
besar dan ini akan memerlukan biaya yang lebih besar. Penyaluran tenaga listrik
dari pembangkit (generator) ke pemakai (beban) biasanya menempuh jarak yang
jauh. Sehingga untuk mengurangi susut daya yang diakibatkan oleh adanya rugi -
rugi, maka diperlukan Transformator untuk menaikkan dan menurunkan tegangan.
40
Transformator yang berkapasitas besar yang ada di pusat pembangkit dan di
gardu induk disebut dengan Transformator Daya dan yang biasanya untuk
melayani konsumen dikenal disebut dengan Transformator Distribusi.
3.1.1 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR
Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder
yang dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus
bahasan disini adalah transformator daya. Konstruksi transformator daya ada
dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan tipe cangkang ( shell type ). Kedua
tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya,
dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.
3.1.1.1 Tipe inti ( Core form )
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi
tipe inti, lilitan mengelilingi inti besi,seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Gambar 10. Konstruksi transformator tipe inti ( core form )
41
Sedangkan konstruksi intinya umumnya bebrbentuk huruf L atau huruf U.
Gambar. 11 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentul L dan U
3.1.1.2 Tipe cangkang ( Shell form )
Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang
dibentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti.
Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh
inti
Gambar 12 Transformator tipe cangkang ( shell form )
Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau
huruf F seperti pada Gambar
42
Gambar 13 Konruksi Inti Transformator tipe Cangkang
3.1.2. Prinsip Kerja Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap - tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh. Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance ) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak - balik
maka fluks bolak - balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
sendiri (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama
(mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan
43
sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani
sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi ).
e=−Ndϕdt
,…………………….(3.1)
Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]N = jumlah lilitan dϕdt
= perubahan fluks magnet
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak - balik yang
dapat ditransformasikan oleh transformator. Sedangkan dalam bidang
elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara
sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan
arus bolak - balik antara rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis
(common magnetic circuit ).
3.1.3 Rangkaian Ekivalen Transformator
Tidak seluruh fluks yng dihasilkan oleh arus pemagnetan Im merupakan fluks
bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer (Ф1) atau
sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen ) yang dipakai
untuk menganalisis kerja satu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dan Ф2
dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukkan sebagai reaktansi Xek,
44
sedangkan rugi tahanan ditunjukan dengan Rek. Dengan demikian model
rangkaian dapat dituliskan seperti Gambar 2.7.
Gambar 14 Rangkaian Ekivalen Sebuah Transformator.
3.2 ARUS INRUSH
3.2.1 Umum
Pada saat transformator dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan (energize)
akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat singkat
sampai tercapai kondisi steady state (tunak). Arus awal ini disebut sebagai arus
inrush dan besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush
ini perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya dapat mengganggu
pengoperasian relay/pengaman, tergantung keadaan awal saat transformator
tersebut dihubungkan dan ketahanan pengaman untuk tidak bekerja sampai waktu
tertentu.
3.2.2 Arus Eksitasi
Arus eksitasi yang timbul pada transformator dalam keadaan tanpa beban terdiri
dari dua komponen, yaitu komponen rugi - rugi dan komponen magnetisasi.
Komponen rugi - rugi hanya tergantung terhadap rugi - rugi operasi tanpa beban,
45
sedangkan komponen magnetisasi tergantung terhadap jumlah lilitan primer,
bentuk kurva kejenuhan (saturasi) dan kepadatan fluks maksimum yang diizinkan.
3.2.3 Komponen Magnetisasi
Persamaan differensial dari tegangan pada rangkaian transformator diturunkan
sebagai berikut :
e=Ri+¿ dϕdt
……………………(3.9)
Tahanan normal R dan harga arus sesaat I biasanya kecil, dengan sendirinya harga
Ri kecil sehingga harga tersebut diabaikan dan persamaan sekarang adalah :
e=¿ dϕdt
………(3.10)
jika tegangan yang diberikan merupakan gelombang sinus, maka :
e=√2 E sin (ωt+φ)………(3.11)
maka persamaan (3.10) disubstitusikan dengan persamaan (3.11) sehingga didapat
persamaan :
√2E sin ( ωt+φ )=¿ dϕdt
…….(3.12)
dari persamaan (3.12) ini sehingga didapatkan harga fluks :
ϕ= √ 2ωNi
E cos (ωt+φ )+ϕt…….(3.13)
−√ 2ωNi
E cos (ωt+φ ): adalah karakteristik fluks dalam inti transformator pada
kondisi steady state (tunak).
46
Fluks ϕt : merupakan fluks transient (peralihan) yang besarnya tergantung pada
kondisi awal inti besi (fluks maksimum dan fluks sisa) ketika menghubungkan
transformator kesumber tegangan (energize). Pada kondisi steady state besar
komponen fluks ϕt ini sama dengan nol.
Dari persamaan (3.13) dapat diketahui bahwa fluks normal pada kondisi steady
state merupakan gelombang sinus yang terbelakang 90o terhadap gelombang sinus
tegangan sumber. Jika didalam rangkaian magnet transformator tidak terjadi
kejenuhan, maka arus magnetisasi akan berbanding langsung perubahan fluks, dan
akan menghasilkan gelombang sinusoida arus magnetisasi yang sefasa terhadap
fluks. Dalam keadaan jenuh arus magnetisasi tidak lagi merupakan gelombang
sinusoidal yang murni karena gelombang ini telah dipengaruhi oleh karakteristik
kurva B-H dari rangkaian magnetik.
Gambar 15 Kurva B – H
Dari Gambar 17 terlihat bahwa meskipun fluks adalah gelombang sinus, namun
gelombang arus terlihat mengandung komponen harmonik yang merupakan
harmonik ketiga. Besarnya arus eksitasi sangat bergantung dari ukuran dan tingkat
tegangan pada transformator.
47
3.2.4 Fenomena Arus Inrush
Pada saat transformator dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan (energize)
akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat singkat
sampai tercapai kondisi steady state. Arus awal ini disebut sebagai arus inrush dan
besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush ini perlu
mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya dapat mengganggu pengoperasian
pengaman, tergantung keadaan awal saat transformator tersebut dihubungkan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi besar dan lamanya arus inrush ini antara lain
adalah magnitude tegangan suplay saat energize, flux sisa pada inti trafo dan
impedansi sumber dan impedansi sistem. Analisa fenomena arus inrush akibat
energizing transformator dilakukan dengan memperhitungkan karakteristik fluks
pada rangkaian magnet sehingga dari padanya dapat diturunkan besar arus yang
mungkin terjadi. Seperti telah dijelaskan pada persamaan 3.5, fluks total pada inti
transformator merupakan penjumlahan antara fluks normal pada kondisi steady
state dengan komponen fluks transient. Melalui persamaan tersebut diharapkan
langsung dapat ditentukan besar fluks transient saat transformator dienergize.
Gambar 16 Fluks pada Transformator saat Kondisi Transient
48
Total gelombang fluks terdiri dari gelombang fluks sinusoidal ditambah
gelombang fluks dc sehingga menghasilkan dua kali fluks maksimum. Pada
gambar tersebut fluks transient diasumsikan tidak mengalami perubahan. Jika
losses dipertimbangkan maka fluks transient berkurang sebagai fungsi waktu dan
nilai puncak dari total fluks lebih kecil dari yang terlihat pada gambar tersebut.
Pada gambar yang sama juga diperlihatkan fenomena yang sama untuk
transformator dengan 60% fluks residual dan energize saat tegangan suplay sama
dengan nol.
3.2.4 Perhitungan Arus Inrush
Saat transformator belum dihubungkan, arus exitasi mengalir dari kurva hysteresis
ke nol. Sedangkan kerapatan fluks (Br) ada nilainya dan ini namanya fluks sisa.
Dari gambar 2.14 jika transformator beroperasi, arus eksitasi (i) dan kerapatan
fluks mengalir ke kurva titik – titik. Setelah dienergize (t=0+) fluks harus
ditambahkan terhadap fluks sesaat sebelum dienergize (t =0-). Sebab itu kerapatan
fluks sebagai ganti dari nilai negatif (-Bmp), mulai dari +Br sampai nilai positif
(Br+2Bmp) membawa inti ke titik saturasi.
49
Gambar 17 Arus Inrush Maksimum
Transformator yang memiliki fluks residual sama dengan nol di energize pada saat
tegangan suplay sama dengan nol sehingga fluks yang diperoleh adalah dua kali
harga puncak fluks normal. Untuk setiap harga fluks, karakteristik arus dihasilkan
dari kurva B-H. Dapat dilihat bahwa meskipun besar fluks maksimum hanya dua
kali nilai normalnya, arus melonjak sampai beberapa kali arus eksitasi normal.
Nilai arus tersebut akan dicapai akibat tingginya tingkat kejenuhan sudut dari
sirkuit magnet transformator yang dipergunakan. Rugi - rugi (loss) menjadi
penting karena losses dalam transformator dapat mengurangi arus inrush
maksimum dan menurunkan arus eksitasi sampai pada kondisi normal yang keluar
setelah periode waktu tertentu. Rugi - rugi yang dimaksud adalah akibat resistansi
rangkaian suplay dan resistansi rugi - rugi inti transformator. Gambar 2.16
merupakan arus inrush transformator fasa tunggal yang dienergize saat gelombang
tegangan suplay sama dengan nol.
50
Gambar 18 Arus Transient pada saat Transformator Energize
Pada siklus awal, karakteristik transient akan turun dengan drastis dan setelah itu
pengurangannya lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh karena konstanta waktu
R/L pada rangkaian tersebut tidak konstan dan bervariasi sebagai fungsi dari
karakteristik saturasi transformator.
Untuk menentukan harga puncak arus inrush maka digunakan persamaan sebagai
berikut : Besar nilai sudut penyalaan adalah :
θ1=k1 cos−1[ B s−Bmp−Br
Bmp]…………..
K1 : Faktor Koreksi sudut sebesar 0.9
Bs : Kerapatan fluks jenuh (tergantung bahan material inti) (Tesla)
Br : Kerapatan fluks sisa maksimum(Tesla)
Br = 0,8xBmp (for cold rolled material)
Br = 0,6xBmp (for hot rolled material)
Dimana
Bmp = [ E1
4,44. N1 . Aw . f ]
51
harga puncak arus inrush pada cicle pertama adalah :
I max=K2 .V √2
X s
(1−cosθ1)
Reaktansi udara Xs=μo( N2 Awhw )x 2 πf
Dimana : N : Jumlah belitan darimana trafo dienergize(primer)
Aw : Luas yang dibentuk belitan ( πd/4) m2
Hw : Tinggi belitan primer (m)
f : Frekuensi (50hz)
Energize/switching pada transformator yang menyebabkan terjadinya perubahan
kondisi fluks seketika dan menyebabkan mengalirnya arus magnetisasi yang besar
yang mempunyai bentuk tertentu karena arus magnetisasi tidak dapat secara
langsung mencapai bentuk gelombang normal steady state. Pada saat pemasukan
Transformator berbeban ataupun tanpa beban merupakan perubahan fluksi
seketika sehingga akan terjadi gejala inrush mangnetisasi tersebut, yang akibatnya
ada arus inrush yang nilainya pada sisi primer tidak ekivalen dengan sisi
sekunder, dan pada saat inilah arus inrush terbesar.
3.2.6 Lama Terjadinya Arus Inrush
Pada instalasi normal transformator, fenomena terjadinya arus inrush harus
diperhatikan untuk memilih sistem proteksi yang tepat. Setelah menghitung nilai
arus inrush maksimum selanjutnya dapat kita tentukan kira – kira berapa lama
waktu terjadinya arus inrush dan berapa lama tundaan waktu minimum untuk
kerja relay saat terjadinya arus inrush tersebut. Dalam
menentukan/memperkirakan berapa lama waktu terjadinya arus inrush pada
52
transformator MV/LV dapat menggunakan Tabel 1 yang nantinya akan
dipergunakan untuk menentukan waktu tunda minimum (minimum delay time)
untuk menghindari trip/ bekerjanya alat proteksi.
Daya ( KVA) τ inrush ( s)
200 0.15
250 0.18
315 0.2
400 –500 0.25
630 0.26
800-1000 0.3
1250 0.35
1600 0.4
2000 0.4
Tabel 1. Nilai τ inrush ( s) untuk Transformator Distribusi
Dari Tabel 1 dapat kita lihat bahwa semakin besar kapasitas trafo nilai τ inrush (s)
semakin besar. Akan tetapi untuk mendapatkan perkiraan waktu tunda minimum
selama arus inrush tersebut kita harus membandingkan nilai setting relay terhadap
nilai arus puncak inrush. Selanjutnya nilai perbandingan tersebut kita lihat pada
kurva untuk menentukan tundaan minimum waktu kerja pengaman.
Apabila nilai setting proteksi adalah Ir2 dan nilai arus inrush maksimum Ip(inrush)
maka hasil nilai perbandingan antara nilai setting proteksi dengan nilai arus inrush
maximumIr2
Ip (inrus h) dapat dipergunakan untuk mendapatkan nilai perbandingan
53
minimum waktu tunda alat proteksi terhadap waktu terjadinya τinrus h(s) maka
kita lihat titik tr
τ (inrus h) dari grafik pada gambar 24.
Gambar 19 Grafik perbandingan Ir'
Ip (inrus h) terhadap
trτ (inrus h)
Sebagai contoh apabila kita mendapatkan nilai Ir'
Ip (inrus h)misalnya bernilai 0.1
maka kita akan dapat melihat dari kurva nilai tr
τ (inrus h)adalah 1.82. Maka nilai
minimum delay time adalah 1.82 x τ inrush ( s). Apabila transformatornya
berkapasitas 200 KVA maka minimum delay time pengaman adalah 1,82 x 0,15 =
0,273 sekon
3.3 Arus Hubung Singkat
Berdasarkan penyebab gangguan – gangguan pada sistem tenaga listrik dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
54
a. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih pada umumnya diakibatkan oleh sambaran petir ke
sistem baik langsung maupun tidak langsung. Perubahan arus yang sangat cepat
dan faktor induktansi dari saluran menyebabkan timbulnya tegangan pada saluran.
b. Gangguan Arus Lebih
Gangguan arus lebih ditandai dengan terjadinya kenaikan arus pada saluran
melebihi arus beban maksimum. Arus lebih ini terbagi menjadi arus beban lebih
(I>) dan arus hubung singkat ( I>>). Arus beban lebih terjadi akibat penambahan
beban yang akan menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum.
Kenaikan arus ini tidak terlalu besar sehingga sistem masih bisa bertahan untuk
selang waktu yang cukup lama. Sedangkan arus hubung singkat mengakibatkan
kenaikan arus yang besar, jadi sedapat mungkin harus segera diatasi. Arus hubung
singkat ini disebabkan oleh gangguan hubung singkat.
Gangguan hubung singkat bisa saja terjadi di dalam kumparan transformator dan
bisa juga di luar kumparan transformator baik itu simetris juga tidak simetris.
Gangguan hubung singkat mengakibatkan terjadinya arus yang tidak seimbang
atau tidak simetris. Metoda komponen simetris berguna untuk menentukan
besarnya arus hubung singkat. Jatuh tegangan disebabkan oleh arus dengan urutan
tertentu. Impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir urutan positif disebut
dengan istilah impedansi urutan positif. Begitu pula untuk impedansi urutan
negatif dan impedansi urutan nol. Tujuan untuk mendapatkan nilai impedansi
urutan sistem daya adalah untuk dapat menunjukan semua aliran arus. Dalam
menghitung besarnya arus gangguan biasanya menggunakan langkah-langkah
55
sebagai berikut yaitu : menentukan besarnya impedansi urutan positif, negatif dan
nol, dimana impedansi urutan nol digunakan untuk menghitung besarnya arus
gangguan tanah.
Untuk analisa gangguan hubung singkat digunakan perhitungan hubung singkat
yang mengacu pada perhitungan arus dan tegangan pada suatu sistem tenaga
listrik pada keadaan gangguan hubung singkat. Metoda komponen simetris
digunakan dalam perhitungan yang berhubungan dengan keadaan yang tidak
seimbang pada jaringan tiga fasa, dan secara khususnya untuk perhitungan
hubung singkat yang tidak seimbang pada jaringan listrik. Untuk memudahkan
perhitungan dan analisa hubung singkat digunakan komponen - komponen urutan,
dimana pada saat terjadi gangguan hubung singkat komponen fasa tidak seimbang
dipisah - pisah menjadi komponen - komponen yang seolah - olah seimbang
sehingga analisa dan perhitungan menjadi lebih sederhana dan mudah.
Berikut komponen - komponen urutan yang berguna untuk menganalisa gangguan
hubung singkat pada sistem tiga fasa :
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
berbeda sudut 120° dan mempunyai urutan yang sama dengan fasa aslinya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
sudut yang berbeda 120° dan mempunyai fasor urutan fasa yang berlawanan
dengan fasa aslinya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
berbeda fasa 0°.
56
Gambar 20 Vektor Diagram untuk Komponen Urutan
Ada 4 kemungkinan gangguan hubung singkat yang terjadi pada transformator
dengan persentasi keseringan terjadinya.
- gangguan 3 fasa 5%
- gangguan fasa-fasa (L – L) 15%
- gangguan Fasa-fasa ketanah (2L-G) 10%
- gangguan satu fasa ketanah (SLG) 70%
Persamaan komponen simetris diatas akan sangat bermanfaat untuk analisis
hubung singkat yang terjadi pada jaringan dengan berbagai bentuk gangguan yang
tidak seimbang misalnya pada saat terjadi hubung singkat ketanah atau hubung
singkat antar fasa.
3.3.1 Analisa Gangguan Tiga Fasa dengan Metode Thevenin
Pada kondisi gangguan Tiga fasa rangkaian urutan hanya terdiri dari rangkaian
urutan positif saja. Analisis gangguan hubung singkat tiga phasa pada sistem
tenaga listrik dpat diselesaikan denga mudah denga teori rangkaian biasa seperti
loop. Tetapi untuk sistem dengan bus yang banyak akan terlalu rumit apabila
diselesaikan dengan teori loop. Untuk itu akan lebih mudah apabila kita
menggunakan metode thevenin.
57
Penerapan metode thevenin dari suatu jaringan pada prinsipnya adalah
menyederhanakan rangkaian yang rumit tersebut menjadi suatu model rangkaian
thevenin, yang hanya terdiri dari suatu sumber tegangan Thevenin yang
dihubungkan seri terhadap sebuah impedansi Thevenin.
Gambar 21 Model rangkaian Thevenin
Cara untuk mendapatkan Vth dan Z dari rangkaian yang rumit, untuk menentukan
Vth adalah dengan memperhatikan rangkaian thevenin diatas dimana tidak ada
arus yang mengalir melalui Z apabila terminal antara F dan N dibuka (open
circuit), karena itu tidak ada tegangan jatuh pada Z.dengan demikian maka
tegangan Vth adalah tegangan antara titik F-N. Untuk mendapatkan nilai
impedansi Z lebih sulit dimana Z sama dengan impedansi total yang diukur antara
titik F dan N apabila semua tegangan apabila semua tegangan dianggap nol
(dihubung singkat).
Biasanya metode untuk menghitung harga Z tersebut adalah dengan mereduksi
rangkaian impedansi seperti :
1. Menjumlahkan impedansi – impedansi yang terhubung seri, misalnya Za seri
terhadap Zb maka Z total adalah Za +Zb
2. Kombinasikan impedansi – impedansi yang terhubung pararel yang
dihubungkan 1. Misalnya Za pararel Zb maka Z total = ZaxZb/Za+Zb
58
3. Transformasikan dari bentuk delta ke Y dan sebaliknya.
Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada analisa data penyederhanaan impedansi.
3.3.1 Perhitungan Arus Hubung Singkat
3.3.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Untuk gangguan ini dianggap phasa a mengalami gangguan. Gangguan ini dapat
digambarkan pada gambar di bawah:
Gambar 22. Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah
Kondisi terminalnya sebagai berikut:
Ib = 0 ; Ic = 0 ; Va = Ia.Zf
Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen
simetris arus: I a0=I a 1=I a 2=V ph asa
Z0+Z1+Z2+3 Z f
[ Iaf
Ibf
I cf]=[1 1 1
1 a2 a1 a a2][ I a0
I a1
I a2]
Arus gangguan untuk fasa a didapatkan
I af=I a 0+ I a 1+ I a 2
I af=3 I a 0=3 I a 1=3 I a2
Dengan kata lain semua arus urutan sama dari persamaan dan dari gambar diatas
V af =3 Z f x I a 1
V af =V a0+V a 1+V a2=3 Z f x I a 1
59
Persamaan diatas menunjukan bahwa masin-masing arus urutan sama.
[V a 0
V b 0
V c 0]=[ 0
V f
0 ]−[Z0 0 00 Z0 00 0 Z0
] [I a 0
I a1
I a2]
V a0=−I aoZ0
V a1=V f−I a 1 Z0
V a1=−I a1 Z1
V a=V a1+V a 2+V a 0
Jika pada phasa b atau c terjadi gangguan satu phasa ketanah,maka
tegangan dari phasa a dapat dilihat dari komponen
[V af
V bf
V cf]=[1 1 1
1 a2 a1 a a2] [V a0
V a1
V a2]
Seterusnya
V bf =V a0+a2 V a 1+aV a 2
V cf =V a 0+aV a1+a2V a 2
I 1p h asa=3 x I 0=3 xV p h asa
Z1+Z2+Z0
Sedangkan menurut turan gonen rumus untuk gangguan sau phasa ke tanah adalah
I f 1 p h asa ketana h=V ph asa
ZG
Dimana ZG=2 Z1+Z0
3Pada arus dapat digambarkan dengan rangkaian equivalen sebagai berikut:
60
Gambar 23. Rangkaian ekivalen gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah
Sehingga diperoleh:
I a1=13
Ia
=V f
Z1+Z2+Z0+Z f
I a=I f =3 V f
Z1+Z2+Z0+3 Z f
Sebagian besar saluran distribusi adalah jenis radial, dengan hanya satu sumber
dan satu jalur untuk arus gangguan. Gambar berikut menunjukkan persamaan
untuk menghitung arus gangguan pada saluran distribusi.
Gambar 24. Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah3.3.1.2 Gangguan hubung singkat tiga fasa
Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa
Ia + Ib + Ic = 0Va = Vb = Vc
61
Gambar 25. Gangguan hubung singkat tiga fasa
Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan nol tidak ada,
sehingga diperoleh:
V a=V f −I a1 Za1=0
I a1=I a=V f
Z1
Gambar 26. Ganguan hubung singkat tiga fasa dengan vektor diagramnya
X 2X 2+ X 0
Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga phasa.
Ia + Ib + Ic = 0 Ia = 0 E = Eb = Ec
Gambar 27. Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa
62
Ia0 = 0; Ia2 = 0; Ia1 =1,0∠ 0o
Z1+Z f
Sehingga
Iaf = Ia1 =1,0∠ 0o
Z1+Z f
Ibf = a2Ia1 = 1,0∠240o
Z1+Z f
Icf =aIa1 = 1,0∠120o
Z1+Z f
Va0 = 0; Va2 = 0; Va1 = Zf . Ia1
Vaf = Zf . Ia1
Vbf = Zf . Ia1∠240o
Vcf = Zf . Ia1 ∠120o
rumus untuk gangguan tiga phasa adalah:
If 3 phasa = Ifa = Ifb = Ifc =V L−N
Z1
Tabel 2. Frekuensi gangguan yang terjadi pada saluran udara
3.4 Pengaman Pada Transformator
63
Sebaik apapun suatu sistem tenaga listrik dirancang gangguan pasti akan terjadi
pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga
sehingga kerja sistem tenaga menjadi terganggu dan dapat mengakibatkan
gagalnya penyaluran daya ke konsumen. Pengaman transformator dipasang untuk
mencegah transformator dari kerusakan akibat gangguan yang terjadi pada
transformator tersebut. Pertimbangan perencanaan harus memperhatikan hal - hal
berikut dalam memasang jenis pengaman, antara lain :
1. Jenis Transformator yang Diamankan
2. Ukuran Transformator
3. Jenis Pendingin
4. Lokasi Pemakaian
5. Prioritas Pelayanan
Untuk memilih proteksi arus lebih pada trafo perlu diperhatikan :
a. Arus magnetisasi inrush, Relay IDMT ( inverse definite minimum time )
yang mempunyai waktu tunda yang cukup . Jika relay sesaat yang
digunakan maka harus diset pada harga yang tinggi.
b. Arus gangguan pada sisi primer dan pada sisi sekunder transformator
berbeda untuk gangguan fasa ke fasa, harga paling rendah dipilih untuk
setting relay arus lebih.
c. Arus beban penuh harus diperhatikan dalam mensetting relay arus lebih.
d. Setting relay IDMT umumnya 125% dari rating trafo untuk mengatasi
overload.
e. Setting relay arus lebih sesaat pada sisi primer harus lebih tinggi dari arus
tak simetris bila gangguan tiga fasa di sisi sekunder.
3.4.2 Pemilihan dan Penggunaan Pelebur (sekring) pada Transformator
64
Fuse merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu,
membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan akan memutuskan
arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup
(tertentu). Sesuai dengan SPLN 64 : 1984 Ketentuan pengaman Trafo Distribusi
adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari karakteristik waktu – arusnya maka pengamanan untuk Trafo
Distribusi dibatasi oleh dua garis kerja.
1.1 Garis kerja pertama (garis batas ketahanan pelebur) yang merupakan dimana
pelebur primer tidak boleh bekerja, ditentukan oleh beban lebih yang masih harus
dapat ditahan trafo tersebut. Beban atau arus lebih yang dimaksud adalah :
- Beban lebih (Beban maksimum)
- Arus beban peralihan (cold load pick up)
- Hubung singkat JTR (Jaringan Tegangan Rendah)
- Arus inrush trafo
1.2 Garis kedua (garis batas ketahan trafo) yang merupakan batas ketahanan trafo
dimana fuse (pelebur) harus sudah bekerja/memutus. Gangguan yang dapat
melebihi batas tersebut adalah gangguan hubung singkat disisi primer atau
sekunder trafo.
2. Garis batas ketahanan Trafo distribusi umum ditentukan oleh titik – titik berikut
- 2 x In selama 100detik – beban lebih
- 3 x In selama10 detik – beban peralihan
- 6 x In selama 1 detik – beban peralihan
- 15 x In selama 0,1 detik – arus inrush trafo
65
- 25 x In selama 0,01 detik – arus inrush trafo
Dengan catatan apabila sebagian besar beban trafo adalah motor listrik, garis batas
tersebut harus digeser pada titik – titik berikut :
- 3 x In selama 100 detik
- 6 x In selama 10 detik
- 10 x In selama 1 detik
Dimana In = arus pengenal (nominal) trafo
3. Ketahanan pelebur terhadap surja kilat
Bagi trafo – trafo daya kecil pemilihan pelebur harus memperhatikan ketahanan
terhadap arus surja kilat.
- minimum 74 A selama 0,01 detik untuk surja kilat 2 kA.
- minimum 370 A selama 0,01 detik untuk surja kilat 10 kA.
Gambar 28 Daerah Kerja Pelebur Primer untuk Mengamankan Trafo Distribusi
4. Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh titik – titik berikut :
66
Untuk arus lebih, hubung singkat pada Jaringan Tegangan Rendah :
- 3 x In selama 300 detik
- 4,75 x In selama 60 detik
- 6,7 x In selama 30 detik
- 11,3 x In selama 10 detik
Hubung singkat pada trafo :
25 x In selama 2 detik* dan garis I. t2 = 1250
Dimana I=If ( ArusGangguan)
Inomdant=waktu pemutusanmaksimum(detik )
Sesuai SPLN 50 tahun 1982 batas awal ketahanan hubung singkat untuk berbagai
ukuran Trafo Distribusi dapat dilihat pada Tabel 3
Daya
(kVA) Z(%) I ( x In)
t
(detik)
<630 4 25 2
800 4,5 22,22 2,53
1000 5 20 3,125
1250 5,5 18,18 3,78
1600 6 16,67 4,5
Tabel 3 Batas Awal Ketahanan Hubung Singkat Trafo
Hubung singkat pada trafo :
25 x In selama 2 detik* dan garis I. t2 = 1250
Dimana I=If ( ArusGangguan)
Inomdant=waktu pemutusanmaksimum(detik )