BAB III

5
BAB III Pada umumnya arkeologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia masa lampau melalui tinggalan- tinggalannya. Mengikuti pengertian tersebut rekonstruksi budaya masa lalu dapat digambarkan melalui data arkeologi yang berupa artefak, fitur dan ekofak. Rumah sebagai hasil dari budaya materi juga dapat mengungkapkan satu bentuk peradaban di masa lalu. Awalnya, orang mendirikan rumah untuk melindungi dirinya dari panas, dingin, dan serangan binatang buas. Pada perkembangan selanjutnya, fungsi rumah untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman tersebut mulai bergeser. Rumah dapat juga berfungsi sebagai lambang persatuan keluarga maupun sebagai wadah melakukan berbagai aktivitas. Kini rumah juga dapat dijadikan ‘alat’ untuk menunjukkan ‘citra’ dari seseorang, baik dari segi etnis, pandangan hidup, kepercayaan, maupun dalam status sosial si pemilik rumah dalam masyarakat. Jadi, bisa dikatakan bahwa rumah bukan hanya merupakan struktur

description

bab 3

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

Pada umumnya arkeologi diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari manusia masa lampau melalui tinggalan-

tinggalannya. Mengikuti pengertian tersebut rekonstruksi

budaya masa lalu dapat digambarkan melalui data arkeologi

yang berupa artefak, fitur dan ekofak.

Rumah sebagai hasil dari budaya materi juga dapat

mengungkapkan satu bentuk peradaban di masa lalu. Awalnya,

orang mendirikan rumah untuk melindungi dirinya dari panas,

dingin, dan serangan binatang buas. Pada perkembangan

selanjutnya, fungsi rumah untuk memenuhi kebutuhan akan rasa

aman tersebut mulai bergeser. Rumah dapat juga berfungsi

sebagai lambang persatuan keluarga maupun sebagai wadah

melakukan berbagai aktivitas. Kini rumah juga dapat

dijadikan ‘alat’ untuk menunjukkan ‘citra’ dari seseorang,

baik dari segi etnis, pandangan hidup, kepercayaan, maupun

dalam status sosial si pemilik rumah dalam masyarakat. Jadi,

bisa dikatakan bahwa rumah bukan hanya merupakan struktur

fisik dan bangunan saja namun dapat juga merupakan satuan

dalam kelompok sosial.

Berdasarkan hal diatas, maka pembangunan sebuah rumah

tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Selain aturan-

aturan teknis, ada pula aturan lain yang patut

Page 2: BAB III

diperhitungkan seperti pandangan mengenai arah hadap rumah

yang ideal, konsep bentuk rumah yang baik, dan konsep

penataan ruang yang baik. Bagi mereka yang percaya, hal ini

tidak boleh dilanggar. Pelanggaran terhadap aturan-aturan

tersebet berarti mengundang bahaya.

Lebih jauh lagi, dengan mengamati rumah, kita dapat

melihat struktur dominan yang ada dalam organisasi

masyarakat setempat. Bagaimana “ruang” yang akan ditempati

atau diduduki seseorang dapat membahasakan status orang

tersebut. Banyak orang dapat diterima di ruang publik, namun

hanya orang tertentu saja yang dapat diterima di ruang

privat. Penerimaan tamu dalam ruangan tertentu tersebut

dapat menjelasdkan seberapa jauh kualitas hubungan antara

tamu dan tuan rumah. Disamping itu, banyak pula masyarakat

yang menekankan bahwa ruang tertentu merupakan “ruang pria”

dan ruang lainnya merupakan “ruang wanita”. Ada juga

pembagian ruangan yang diperuntukkan bagi pihak yang sudah

menikah dan pihak yang belum menikah. Selanjutnya dengan

melihat lebig jeli perlakuan orang terhadap suatu ruangan,

kita dapat menyatakan apakah suatu ruangan bersifat profan

atau bersifat sakral.

Pengertian mengenai pembangunan sebuah rumah tidaklah

sederhana seperti yang biasa kita bayangkan. Pembangunan

sebuah rumah tidak hanya berarti penyusunan kayu, batu, dan

Page 3: BAB III

material lainnya hingga menghasilkan suatu bentuk bangunan.

Namun lebih dari itu. Membanguan rumah berarti membuka jalan

dan memberi saluran terhadap kecenderungan, kebutuhan,

aspirasi dan keinginan manusia dengan sepenuhnya. Rumah

tidak hanya bermakna sebagai tempat tinggal seseorang saja.

Rumah dapat berfungsi sebagai sarana pengamanan diri,

memberikan ketenangan dan ketentraman hidup, serta sebagai

wahana yang mampu mendorong penemuan dan pemenuhan dirinya

1.

Tinjauan Arsitektural

Bangunan arsitektur lebih dari sekedar sekumpulan

material yang berdiri di atas sebidang tanah, namun bangunan

arsitektur juga merupakan suatu manifestasi dari berbagai

persoalan seperti budaya, sosial, dan teknologi. Bentuk

suatu bangunan dapat menjadi “alat ungkap” kehidupan suatu

masyarakat.

Bangunan arsitektur dapat menjadi tempat berlangsungnya

berbagai aktivitas, mengingatkan orang mengenai apa saja

bentuk aktivitas tersebut, menandakan kekuasaan, status atau

privasi, mengekspresikan dan mendukukung kepercayaan

kosmologis, mengkomunikasikan informasi dan menyimbolkan

1 Batu Bara.C. 1986. “Pokok-Pokok Kebijaksanaan Perumahan dan Pemukiman” dalam Perumhan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Dasar. Jakarta : Yayasan Obaor Indonesia.

Page 4: BAB III

sistem nilai. Suatu bangunan arsitektur juga dapoat

memisahkan dan membedakan antar “sini” dan “sana” suci dan

profan, laki-laki dan perempuan, privat dan publik, dan

sebagainya.

Sebagai wahana mengekspresikan paham kosmos, sistem

social, system ideology, nilai moral, serta proses kognitif

untuk membedakan tempat, suatu bangunan arsitektur tidak

mungkin terlepas dari kebudayaan masyarakat yang

membangunnya. Kebudayaan disini merupakan serangkaian

aturan, petunjuk, resep, rencana dan strategi yang terdiri

atas model-model kognitif yang dimiliki manusiadan digunakan

secara selektif dalam menghadapi lingkungannya.