BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi III ...
BAB III
-
Upload
andy-sulistio -
Category
Documents
-
view
218 -
download
6
description
Transcript of BAB III
BAB III
Pada umumnya arkeologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari manusia masa lampau melalui tinggalan-
tinggalannya. Mengikuti pengertian tersebut rekonstruksi
budaya masa lalu dapat digambarkan melalui data arkeologi
yang berupa artefak, fitur dan ekofak.
Rumah sebagai hasil dari budaya materi juga dapat
mengungkapkan satu bentuk peradaban di masa lalu. Awalnya,
orang mendirikan rumah untuk melindungi dirinya dari panas,
dingin, dan serangan binatang buas. Pada perkembangan
selanjutnya, fungsi rumah untuk memenuhi kebutuhan akan rasa
aman tersebut mulai bergeser. Rumah dapat juga berfungsi
sebagai lambang persatuan keluarga maupun sebagai wadah
melakukan berbagai aktivitas. Kini rumah juga dapat
dijadikan ‘alat’ untuk menunjukkan ‘citra’ dari seseorang,
baik dari segi etnis, pandangan hidup, kepercayaan, maupun
dalam status sosial si pemilik rumah dalam masyarakat. Jadi,
bisa dikatakan bahwa rumah bukan hanya merupakan struktur
fisik dan bangunan saja namun dapat juga merupakan satuan
dalam kelompok sosial.
Berdasarkan hal diatas, maka pembangunan sebuah rumah
tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Selain aturan-
aturan teknis, ada pula aturan lain yang patut
diperhitungkan seperti pandangan mengenai arah hadap rumah
yang ideal, konsep bentuk rumah yang baik, dan konsep
penataan ruang yang baik. Bagi mereka yang percaya, hal ini
tidak boleh dilanggar. Pelanggaran terhadap aturan-aturan
tersebet berarti mengundang bahaya.
Lebih jauh lagi, dengan mengamati rumah, kita dapat
melihat struktur dominan yang ada dalam organisasi
masyarakat setempat. Bagaimana “ruang” yang akan ditempati
atau diduduki seseorang dapat membahasakan status orang
tersebut. Banyak orang dapat diterima di ruang publik, namun
hanya orang tertentu saja yang dapat diterima di ruang
privat. Penerimaan tamu dalam ruangan tertentu tersebut
dapat menjelasdkan seberapa jauh kualitas hubungan antara
tamu dan tuan rumah. Disamping itu, banyak pula masyarakat
yang menekankan bahwa ruang tertentu merupakan “ruang pria”
dan ruang lainnya merupakan “ruang wanita”. Ada juga
pembagian ruangan yang diperuntukkan bagi pihak yang sudah
menikah dan pihak yang belum menikah. Selanjutnya dengan
melihat lebig jeli perlakuan orang terhadap suatu ruangan,
kita dapat menyatakan apakah suatu ruangan bersifat profan
atau bersifat sakral.
Pengertian mengenai pembangunan sebuah rumah tidaklah
sederhana seperti yang biasa kita bayangkan. Pembangunan
sebuah rumah tidak hanya berarti penyusunan kayu, batu, dan
material lainnya hingga menghasilkan suatu bentuk bangunan.
Namun lebih dari itu. Membanguan rumah berarti membuka jalan
dan memberi saluran terhadap kecenderungan, kebutuhan,
aspirasi dan keinginan manusia dengan sepenuhnya. Rumah
tidak hanya bermakna sebagai tempat tinggal seseorang saja.
Rumah dapat berfungsi sebagai sarana pengamanan diri,
memberikan ketenangan dan ketentraman hidup, serta sebagai
wahana yang mampu mendorong penemuan dan pemenuhan dirinya
1.
Tinjauan Arsitektural
Bangunan arsitektur lebih dari sekedar sekumpulan
material yang berdiri di atas sebidang tanah, namun bangunan
arsitektur juga merupakan suatu manifestasi dari berbagai
persoalan seperti budaya, sosial, dan teknologi. Bentuk
suatu bangunan dapat menjadi “alat ungkap” kehidupan suatu
masyarakat.
Bangunan arsitektur dapat menjadi tempat berlangsungnya
berbagai aktivitas, mengingatkan orang mengenai apa saja
bentuk aktivitas tersebut, menandakan kekuasaan, status atau
privasi, mengekspresikan dan mendukukung kepercayaan
kosmologis, mengkomunikasikan informasi dan menyimbolkan
1 Batu Bara.C. 1986. “Pokok-Pokok Kebijaksanaan Perumahan dan Pemukiman” dalam Perumhan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Dasar. Jakarta : Yayasan Obaor Indonesia.
sistem nilai. Suatu bangunan arsitektur juga dapoat
memisahkan dan membedakan antar “sini” dan “sana” suci dan
profan, laki-laki dan perempuan, privat dan publik, dan
sebagainya.
Sebagai wahana mengekspresikan paham kosmos, sistem
social, system ideology, nilai moral, serta proses kognitif
untuk membedakan tempat, suatu bangunan arsitektur tidak
mungkin terlepas dari kebudayaan masyarakat yang
membangunnya. Kebudayaan disini merupakan serangkaian
aturan, petunjuk, resep, rencana dan strategi yang terdiri
atas model-model kognitif yang dimiliki manusiadan digunakan
secara selektif dalam menghadapi lingkungannya.