BAB III
-
Upload
wayan-sistha-madyana -
Category
Documents
-
view
15 -
download
6
description
Transcript of BAB III
BAB III
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG PENYAKIT DALAM RS. PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG3.1 Kajian Situasi RS. PERTAMINA-BINTANG AMIN PROVINSI LAMPUNG3.1.1 Visi Rumah Sakit Rumah sakit dengan pelayanan prima, pusat pendidikan kesehatan yang berkualitas menuju indonesia sehat
3.1.2 Misi Rumah Sakit1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan dengan profesional dan komprehensif berdasarkan nilai-nilai islami baik rawat jalan maupun rawat inap.
2. Menjalankan pelayanan kesehatan dijiwai dengan semangat pelayanan, sehat milik semua.
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang profesional dengan berpegang pada etika rumah sakit dan etika kedokteran serta menjunjung tinggi nilai- nilai yang islami.
4. Melaksanakan penelitian dan pendidikan kedokteran, keperawatan dan bidang kesehatan lainnya secara berkesinambungan untuk peningkatan pelayanan prima di bidang kesehatan secara profesional.
5. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan perkembangan dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional yang mampu mengantisipasi dinamika perubahan masyarakat, perkembangan rumah sakit, perkembangan IPTEK, dan tuntutan pelayanan dan pendidikan kesehatan secara profesional.
7. melaksanakan pengabdian pada masyarakat baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, melalui pelayanan rumah sakit dan pelayanan kesehatan yang professional dan handal dimasyarakat.3.1.3 Tujuan1. Menjadi rumah sakit rujukan bagi rumah sakit swasta di provinsi lampung, melalui terejadinya hubungan dan kerjasama yang intensif dengan masyarakat dan rumah sakit lainnya.2. Terbentuknya tenaga profesional dan handal yang istiqomah dalam pelayanan rumah sakit, pendidikan dan penelitian dan dakwah dengan semangat raufur rahim (santun dan kasih sayang).3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bernuansa islami dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan melalui penerapan etika rumah sakit dan etika kedokteran.
4. Menjadi rumah sakit pendidikan yang terakreditasi tahun 2013 dan akreditasi ISO tahun 2018.
5. Terselenggaranya proses pembelajaran dibidang kesehatan secara profesional, baik pengetahuan,keterampilan, dan perilaku yang islami.
3.1.4 Moto Rumah SakitPELAYANAN PRIMA, SEHAT MILIK SEMUAWE CARE,WE CURE3.2 KAJIAN SITUASI PELAYANAN KESEHATAN
3.2.1 Falsafah Pelayanan Keperawatan RS. Pertamina-Bintang Amin LampungDalam melaksanakan pelayanan keperawatan, Tim keperawatan meyakini bahwa :
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural yang unik dan harus selalu diperTimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan.
2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama, kepercayaan dan status di tempat pelayanan kesehatan
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui asuhan bersama telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien/ keluarga anggota Tim kesehatan dan keluarga.4. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses keperawatan dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien/ keluarga.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan.3.3 KAJIAN SITUASI DI RUANG PENYAKIT DALAM RS PERTAMINA-BINTANG AMIN LAMPUNG3.3.1 Tujuan keperawatan diruang penyakit dalam1. Tercapainya persiapan fisik dan mental pasien yang akan menjal haemodialisa2. Memberikan dukungan spiritual dalam menghadapi penyakit kronis yang perlukan oleh klien3. Terhindarnya kasus-kasus dikubitus pada pasien-pasien yang mengalami tirah baring.3.3.2 Lingkup Garapan
Lingkup garapan Ruang penyakit dalam bidang pelayanan adalah penyimpangan dalam pemenuhan KDM akibat gangguan pada sistem endokrinologi dan metabolisme, gastroenterohepatologi, ginjal, hipertensi, penyakit infeksi dan tropik, kardiovaskuler, hemato, onkologimedik, pulmonologi, rheumatologi dan geriatrik.Lingkup garapan Ruang Penyakit Dalam, dalam bidang pendidikan adalah peningkatan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan dampak yang ditimbulkannya.Lingkup garapan Ruang Penyakit Dalam, dalam bidang penelitian adalah memfasilitasi semua kegiatan penelitian di Ruang Penyait Dalam yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan RS secara umum.3.3.3 Basis Intervensi Basis intervensi Ruang Penyakit Dalam dibidang pelayanan adalah ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia akibat gangguan dalam sistem-sistem dalam lingkup garapan Ruang Penyakit Dalam. Basis intervensi Ruang Kenanga dalam bidang pendidikan adalah ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan peserta didik dalam mencapai tingkat kemampuan tertentu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Basis intervensi Ruang Kenanga dalam bidang penelitian berupa menjadi lahan penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan pada berbagai unsur di Ruang rawat inap penyakit dalam.3.3.4 Struktur Organisasi Ruang Penyakit Dalam
Gambar 1 : Struktur Organisasi ruang penyakit dalam Rs. Pertamina bintang aminKeterangan :
: Hubungan tanggung jawab
: Hubungan koordinasi
3.3.5 Gambaran Tentang Perawat, Jumlah, Kualifikasi Dan PengalamanNoJenis pendidikanJumlahJenis Pelatihan/ PengembanganKeterangan
2S1 Kep + Ners2--
3S1.Kep1--
4DIII Kep.8--
3.3.6 ANALISA SITUASI BANGSALNoASPEKDESKRIPSI SITUASI
1PELAYANAN
Fisik
a. Ruangan
1. Lokasi Ruang Penyakit Dalam terletak di bagian Barat Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin (RSPBA) Provinsi Lampung, dekat dengan sarana pendukung asuhan : Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium, Kamar Jenazah dll.
2. Ruang Penyakit Dalam mempunyai ruang perawatan yang terdiri dari:
Menurut data dari Rumah Sakit jumlah kapasitas tempat tidur Ruang Penyakit Dalam 27 TT, dengan rincian sebagai berikut :
Ruang Penyakit Dalam Wanita terdapat 7 TT
Ruang Penyakit Dalam Pria terdapat 6 TT Ruang Penyakit Dalam Menular terdapat 14 TT
3. Berikut ini adalah deskripsi keadaan masing-masing Ruangan : Ruang Penyakit Dalam Wanitaa. Pengamatan tanggal 2 - 6 Desember 2013 terdiri dari 7 Tempat tidur, terdapat 1 buah meja pasien disetiap tempat tidur. Plafon dan lantai tidak cukup bersihb. Setiap tempat tidur dipisahkan dengan gorden. Tempat tidur dilengkapi dengan kasur, bantal dan selimut. Jenis tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur beroda, setiap bed mempunyai meja untuk pasien. Standar infus dan tabung oksigen disesuaikan dengan kebutuhan klien.c. Ruangan penyakit dalam wanita hanya memiliki 2 toilet, yaitu toilet pasien dan toilet perawat.d. Peralatan mandi pasien disediakan oleh keluarga Ruang Penyakit Dalam Pria
a. Terdiri dari 6 tempat tidur, dan 1 meja pasien disetiap masing-masing tempat tidur
b. Lantai terbuat dari keramik berwarna putih. Pada saat pengamatan, lantai terlihat cukup bersih.c. Setiap bed dilengkapi dengan kasur dan bantal. Tabung oksigen dan standar infus disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ruangan penyakit dalam pria dilengkapi dengan 1 buah toilet, keadaan toilet kurang bersih. Ruang Penyakit Dalam Menular
a. Terdapat 14 tempat tidur dengan 1 meja pasien disetiap tempat tidur
b. Lantai terbuat dari keramik dan tampak cukup bersih
c. Ruangan dilengkapi dengan 4 toilet. Toilet tampak tidak bersih dan hanya 1 toilet yang layak untuk digunakan
Ruangan Perawat (Nurse Station)
Dilengkapi dengan :a. 1 buah meja besar, untuk menulis hasil pengkajian maupun dokumentasib. Rak untuk meletakkan status
d. 1 buah telepon
e. 1 buah lemari besar
f. 1 buah lemari kecil
g. 1 buah tempat tidur. Ruang kepala Ruangan Tidak Terdapat Ruang Kepala Ruangan
- Ruang mahasiswa Tidak ada rungan khusus buat mahasiswa ners maupun akper yang praktek.
a. Hubungan Perawat Perawat
b. Hubungan perawat profesi lain
c. Hubungan perawat mahasiswa 1. Dari hasil pengamatan, proses komunikasi berjalan baik, pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah, jika keadaan mendesak keputusan diambil oleh kepala Ruangan.2. Serah terima tugas atau Timbang terima dilakukan oleh perawat yang bertugas pada shift sebelumnya ke shift berikutnya. Dalam serah terima ini, juga dibicarakan mengenai informasi-informasi terbaru yang perlu diketahui oleh perawat, tentang rencana tidakan yang sedang, dan akan dilakukan.
3. Visite atau serah terima klien secara langsung ke Ruangan jarang dilakukan.
1. Dengan dokter
Komunikasi bersifat sosial dan komunikasi yang berhubungan dengan klien bersifat delegatif dan belum kolaboratif.
Protap pendelegasian dari dokter kepada perawat
Dari hasil observasi untuk penulisan resep pada saat visite dokter selalu dilakukan oleh dokter.2.Dengan Tim gizi
Komunikasi perawat dengan Tim gizi saling membantu untuk pemenuhan kebutuhan gizi klien. Komunikasi untuk pelayanan klien dilakukan dengan komunikasi langsung. Menurut wawancara dengan penanggung jawab gizi bagian rawat inap, sebelumnyasudah disediakan buku komunikasi untuk penanganan masalah gizi, sudah berjalan.2. Dengan petugas laboratorium
Komunikasi perawat dengan bagian laboratorium berjalan dengan cukup baik ditandai dengan misalnya ada suatu klarifikasi tentang bahan dan hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Dengan satpam
Satpam disediakan oleh pusat, Ruangan menerima delegasi dari pusat. Pengaturan jadwal juga dilakukan oleh pusat. Menurut hasil wawancara dengan salah satu perawat, satpam dibutuhkan untuk mengatur pengunjung ketika diadakan visite keluarga yang terlalu ramai. Perawat menghubungi satpam, jika diperlukan. Hubungan perawat dengan satpam saling menghargai, tidak pernah konflik.
4. Dengan cleaning service
Hubungan perawat dengan cleaning service efektif, dan saling menghargai.
Hubungan perawat dengan mahasiswa berjalan baik. Dari hasil wawancara dengan 9 orang mahasiswa yang sedang praktik di Ruang Penyakit Dalan mengatakan bahwa secara umum perawat di Ruangan kooperatif. Namun beberapa mahasiswa ada yang mengeluh bahwa ada juga perawat yang bersikap kurang optimal.
1) Man (Manusia)
a. Tenaga keperawatan 12 orang, dengan karakteristik sebagai berikut : :
Pendidikan
S1 + NERS 2 orang
S1 2 orang
D3 Keperawatan 8 orang
Jenis kelamin
Perempuan 10 orang
Laki- laki 2 orang
Status kepegawaian
Honorer 9 orang
kontrak 7 orang
Pada hari Senin s/d Sabtu mulai tanggal 03 Desember 21 Desember 2013, Ruang Penyakit Dalam mendapatkan tambahan tenaga keperawatan dari Ners Universitas Malahayati, dalam rangka membentuk Ruang model keperawatan terpadu.
b. Tenaga Non keperawatan
Tidak adac. Mahasiswa praktikan
S1 Keperawatan
Mahasiswa S1 berasal dari Program Profesi Ners Universitas Malahayati Bandar Lampung. Berjumlah 8 orang yaitu stase manajemen. Pembagian dinas dibagi menjadi 2 shift, yaitu dinas pagi dan sore.
KETENAGAAN
1. jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergantungan. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari
perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari
untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan klasifikasi berdasarkan Orem yaitu teori self care deficit sedangkan, jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut ratna sitorus, (2006).
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat
Tingkat Ketergantungan
Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat ktg.
Jml Pasien
PAGI
SORE
MALAM
Minimal
----Parsial
15150,27 = 4,05150,15 = 2,25150,10 = 1,5Total
----Jumlah
15421Total tenaga perawat: Pagi
: 4 orang
Sore
: 2 orang
Malam
: 1 orang
Jumlah
: 7 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
967/ 269 = 672/ 269 = 2,4
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:
7 orang + 2 orang struktural (kepala ruang + wakil kepala ruangan) + 2 orang lepas dinas (off/ libur) = 11 orang.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa di Ruang Penyakit Dalam RS. PERTAMINA-BINTANG AMIN PROVINSI LAMPUNG dipimpin oleh kepala ruangan dan 7 perawat pelaksana dalam 1 hari berdinas di ruangan. Sekitar 100% pasien di Ruang Penyakit Dalam memiliki tingkat ketergantungan parsial care. Jumlah tenaga lepas dinas perhari (off/ libur) diruangan menurut Ratna Sitorus, (2006) seharusnya 2 orang perawat sedangkan yang yang terjadi dilapangan 3 orang perawat libur dalam 1 hari dinas, sehingga Jumlah tenaga yang ada berdasarkan perhitungan menurut ratna sitorus, (2006) secara keseluruhan tenaga keperawatan di ruang Penyakit Dalam telah sesuai dengan kebutuhan menurut teori sehingga efektif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.2. Sarana dan Prasarana (M2 Material)1) lokasi dan denah
lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan di di Ruang Penyakit Dalam dengan uraian denah sebagai berikut:
sebelah utara berbatasan dengan
sebelah selatan berbatasan dengan
sebelah barat berbatasan dengan
sebelah timur berbatasan dengan2) peralatan dan fasilitas untuk pasien diRuang Penyakit DalamNo
Nama barang
Jumlah
Kondisi
Ideal
Usulan
1Tempat tidurBedBaik/ ruanganPerlu dikurangi2Meja pasien BuahBaik/ ruangan3Kipas anginaBuah-/ ruangan4Kursi rodaBuahCukup baik/ ruangan5BrancartBuahBaik/ ruangan6
Jam dinding
Buah
Tidak ada
/ ruangan
7
Timbangan
Buah
Cukup baik
/ ruangan
8
Kamar mandi dan wc
Buah
Cukup baik
/ ruangan
Perlu ditambah
9
Dapur
Buah
-
/ ruangan
10WastafelBuahCukup baik/ ruanganFasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas 2 ruang nursing stasion tetapi yang digunakan hanya satu ruangan sehingga tidak efektif karena ruangan yang sempit dimana bergabung dengan ruang kepala ruangan yang menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat, dan ruang dokter setelah visit. Satu kamar mandi perawat yang bersebelahan dengan kamar mandi pasien.
3) fasilitas dan alat kesehatan yang ada di ruang Penyakit Dalam
a. Alat tenun diganti setiap kotor dan basah, persediaan seharusnya 1 : 3 (disimpan 1, dipakai 1, dicuci 1). Pada pengkajian tanggal 18 september 2012 didapatkan jumlah sebagai berikut :
Laken 57 buah
Bantal kapuk 20 buah
Stik laken 7 buah
Sarung bantal 10 buah
Handuk cuci tangan 20 buah
Hording biasa 27 buah
Hording vyrase 5 buah
Hospitalinen 25 buah
Kain skerm 3 buah
Kasur 29 buah
Rel gorden 27 buah
Taplak meja kecil 14 buah
Selimut garis 30 buah
Waslap 7 buah
c. Alat tindakan keperawatan
Bak instrumen B/K 2/1 buah
Bak spuit 3 buah
Accu check 1 buah
Bengkok kecil 1 buah
Bengkok besar 2 buah
Flow meter O2 tabung 10 buah
Gunting perban B/K 1/2 buah
Irigator 2 buah
Kom kecil tertutup 3 buah
Kom bulat tetutup 2 buah
Korentang pada tempatnya 2 buah
Nampan kayu 2 buah
Refleks hammer 1 buah
Skerm 3 buah
Selang oksigen 6 buah
Set ganti balutan 3 buah
Slym suction 1 buah
Standar infus 35 buah
Sterilisator 1 buah
Stetoskop 2 buah
Tabung O2 kecil 1 buah
Tensimeter air raksa 1 buah
Tensimeter mobile 1 buah
Termometer air raksa 1 buah
Termometer digital 1 buah
Timbangan berat badan B/K 1/1 buah
Timbangan berat badan/ ukuran tinggi badan 1 buah
Tromol kasa besar 1 buah
Tromol kasa kecil 1 buah
Tornikuet 2 buah
d. Alat rumah tangga keperawatan
Dorongan O2 besar 1 buah
Keranjang alat tenun 2 buah
Kursi roda 2 buah
Standar waskom single 2 buah
Standar waskom double 1 buah
Troly injeksi 2 buah
Troly status pasien 2 buah
Tempat tidur biasa besi 19 buah
Tempat tidur fungsional 10 buah
Tempat sampah biasa plastik besar 4 buah Troly makan aluminium 1 buah
Kursi pasien plastik 29 buah
Kulkas 1 buah
TV 21 inchi 1 buah
Meja pasien kayu 29 buah
Tabung pemadam kebakaran 1 buah
Gentong air 1 buah
Rak piring 1 buah
Troly barang 1 buah
Tandu 4 buah
4) Machine
a. Ketersediaan alat terbatas, alat yang ada belum memenuhi standar operasional
b. Dari hasil observasi Ruang Penyakit Dalam memiliki Ruang gudang untuk menyimpan peralatan.
3.3.7 ANALISA RUANG PENYAKIT DALAMNoAspekDeskripsi situasi
1.Pengelolaan Ruang Penyakit Dalam Menangani Berbagai Jenis Penyakit Terbagi Kedalam Sub Unit Gastro, Urologi, Pulmo, Endokrin, Onkologi, Hematologi Dan Kardiologi. Dari Hasil Pengkajian Dari Bulan April 2012 Oktober 2012, Didapatkan Data Sebagai Berikut :
Distribusi Penyakit Di Ruang Penyakit Dalam :
Dyspepsia : 253 Orang
CRF : 159 Orang
Hipertensi : 138 Orang
DM : 129 Orang CHF : 125 Orang
ANEMIA : 103 Orang S. HEPATITIS : 22 Orang KOLIK ABDOMEN : 21 Orang
INTOKSIKASI : 21 Orang
MELENA : 17 Orang
Farmasi
Bagian Farmasi Menerima Orderan Terapi Sesuai Dengan Advice Dokter
Setiap Shift Melakukan Kontrol Terhadap Obat Yang Sudah Diberikan Oleh Petugas Dan Mahasiswa Farmasi. Obat Oral Yang Diberikan Dari Bagian Farmasi Di Alokasikan Untuk 3 Hari.
Gizi
Bila ada pasien baru, Tim gizi hanya menerima order diit pasien dari Ruang Penyakit Dalam tanpa melakukan screening terlebih dahulu.
Dokter
Setelah selesai melakukan pengkajian dokter langsung menginstruksikan orderan, misalnya pemeriksaan penunjang atau terapi yang akan diberikan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Laboratorium
Laboratorium menerima bahan pemeriksaan yang dikirim dari ruangan.
Pemulangan pasien berdasarkan atas instruksi dokter, perawat memberikan masukan kepada dokter untuk memulangkan pasien, pasien pulang dengan persetujuan dokter, dokter memberikan penyuluhan tentang diit, kontrol dan memberikan resep untuk obat di rumah dan cara minumnya.
Penkes untuk pasien pulang dilakukan oleh dokter, perawat biasanya mengingatkan waktu kontrol dan obat yang harus diminum.
2.Aplikasi proses keperawatan Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan
Evaluasi Dari hasil studi dokumentasi dinas malam 29 status dapat diketahui bahwa 5 status (17,2 %) perawatan pasien sudah dituliskan mengenai diagnosa, rencana askep, implementasi dan evaluasi tetapi tidak lengkap dan penulisan tidak diteruskan karena format pengkajian dan rencana asuhan keperawatan sudah habis dan tidak dilampirkan lagi. Lembar pendokumentasian rencana askep yang sudah ada terdiri dari kolom : data, diagnosa keperawatan, rencana, tindakan yang terdiri dari tujuan dan intervensi, kolom implementasi dan kolom evaluasi. Untuk tahap diagnosa sampai evaluasi kami kaji dengan studi dokumentasi terhadap dokumen catatan askep. Khusus untuk implementasi, kami juga melakukan observasi.
Dari hasil observasi dines malem 29 status dapat diketahui bahwa 10 status (34 %) implementasi keperawatan didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien cenderung merupakan tindakan yang berdasarkan instruksi dokter, bukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat
Ada bentuk pendokumentasian lain dalam hal rencana tindakan, yaitu rencana pemberian obat sesuai jadwal pemberian obat Penulisa SOAP tidak sesuai dengan keadaan pasien.
3.4 ANALISA SWOTAnalisa SWOT
1. Strength (kekuatan)
Adanya tenaga perawat sebanyak 11 orang di ruang Penyakit Dalam Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai
Perawat selalu menggunakan prinsip steril dalam melakukan tindakan perawatan luka
Memiliki tempat sampah medis dan non medis
Perawat selalu menggunakan hand skun setiap melakukan tindakan
Perawat dapat bekerjasama dengan tim medis lainnya (dokter/ ahli gizi dll)
Mendapat dukungan dari Karu
2. Weakness (kelemahan)
Kurangnya komunikasi antara PP, Ka.tim dan Karu
Ada sebagian pelengkapan alat yang tidak cukup3. Opportunity (peluang)
Adanya dukungan dari perawat pelaksana ruangan
Dapat diberi wewenang untuk melakukan tugas-tugas dalam bidang manajemen
4. Threatened (Ancaman)
Penerapan metode tim,overan, pre conference, post conference tidak berjalan.3.4.1 MANAJEMEN UNITNOIDEALRIILMASALAH
1.Terdapat papan nama untuk pasienDari hasil observasi didapatkan bahwa sebagian tidak terdapat papan nama untuk pasien. Nama pasien dituliskan dikertas dan ditempelkan di tembok
Identitas klien tidak jelas hanya dituliskan dikertas sehingga terjadi resiko kesalahan pada pasien.
2Tempat tidur dipisahkan dengan gorden/ skermSetiap tempat tidur tidak dipisahkan dengan gordenPrivacy klien belum terjaga sepenuhnya karena tidak ada pemisah.
3Menurut Douglas 1960 dalam buku nurslam (2009) tenaga perawat yang dibutuhkan di Ruang Penyakit Dalam 24 adalah orang dengan kepala RuanganDari hasil observasi jumlah perawat Ruang Penyakit Dalam yaitu orang 16 Sehingga tenaga perawat di Ruang Penyakit Dalam masih kurang dari kebutuhan.
Kerja perawat kurang maksimal karena kurangnya tenaga perawat
4Metode Tim dibagi menjadi 2 Tim, Tim 1 dan Tim 2
Ketua Tim menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya (mengontrol keseluruhan pasien yang ada di Ruangan pada saat shift dia bertugas, bertanggung jawab terhadap pasien masuk dan pasien pulang, memonitor perkembangan pasien yang kondisinya gawat), memimpin Timbang terima, Pre Conference dan Post Conference. Metode Tim terbagi menjadi 2 Tim, untuk Tim A dengan 7 perawat pelaksana dan Tim B dengan 6 perawat pelaksana, tetapi dalam pelaksanaannya masih belum maksimal. Tugas Ka.Tim dalam hal memimpin Timbang terima, Pre Conference dan Post Conference antara shift dinas sudah dilakukan pada shift pagi-sore.
Belum optimalnya pelaksanaan metode Tim di Ruang Penyakit Dalam
5Tersedia Alat-alat medis dengan lengkap Dari hasil observasi tidak adanya kabel stop kontak ( terminal ) untuk menghidupkan suction.Kerja perawat kurang maksimal karena kurangnya alat.
3.4.2 MANAJEMEN ASUHANNOIDEALRIILMASALAH
1.a. Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan
b. Implementasi asuhan keperawatan
c. Evaluasi
Dari hasil studi dokumentasi 29 status dapat diketahui bahwa status keperawatan pasien sudah dituliskan mengenai Diagnosa, Rencana Askep, Implementasi dan Evaluasi, tetapi tidak lengkap dan penulisannya tidak diteruskan karena format pengkajian dan asuhan keperawatan sudah habis dan tidak dilampirkan lagi.
Dari hasil observasi rencana asuhan keperawatan 75 % ditulis oleh mahasiswa praktekDari hasil observasi terhadap implementasi keperawatan didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien cenderung merupakan tindakan yang berdasarkan instruksi dokter, bukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat
Dari hasil observasi untuk evaluasi belum mencerminkan tujuan yang telah dicapai, dalam catatan perkembangan hanya mencantumkan keadaan umum klien, alat-alat kesehatan yang sedang digunakan dan menjelaskan kalau obat sudah diberikan, misal : terapi (+)Kurang optimalnya dokumentasi keperawatan di Ruang Penyakit Dalam
3.5 PERUMUSAN MASALAH1. Terjadi penumpukan pasien melebihi kapasitas, hal ini mengakibatkan ruang perawatan menjadi kurang optimal
2. Identitas pasien tidak jelas, hanya tertuliskan nama yang ditulis dikertas sehingga terjadi resiko kesalahan pada pasien.
3. Privacy klien belum terjaga sepenuhnya karena tidak ada pemisah
4. Kerja perawat kurang maksimal karena kurangnya tenaga perawat dan keterbatasan alat
5. Kurangnya informasi pada perawat mengenai Metode Tim di Ruang Penyakit Dalam6. Kurang optimalnya penerapan system overan sesuai konsep di Ruang Penyakit Dalam7. Penerapan Pre dan Post Conference di Ruang Penyakit Dalam cukup optimal3.5.1 MANAJEMEN ASUHAN
1. Perawat pelaksana mendelegasikan tugasnya kepada mahasiswa praktikan2. Kurang optimalnya dokumentasi keperawatan di Ruang Penyakit Dalam3.6 PRIORITAS MASALAH1. Belum optimalnya pelaksanaan Metode Tim di Ruang Penyakit Dalam2. Kurang optimalnya dokumentasi keperawatan di Ruang
3. Identitas pasien sebagian kurang jelas, karena sebagian hanya tertulis dikertas sehingga terjadi resiko kesalahan pada pasien.4. Kurang efektifnya pendokumentasian askep karena kurangnya jumlah tenaga perawat.
3.7 POA (PLAN OF ACTION)
Project pembaharuan Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Abdul Moeleok propinsi Lampung tahun 2012
NODATAMASALAHTUJUANPEMECAHANWAKTU / TEMPATSASARANPELAKSANAANPENANGGUNG JAWAB
1 Data nama pasien tidak ada didepan kamar setiap ruangan
Sebagian Tidak ada papan nama identitas pasien
Identifikasi ruangan pasien yang masih kurang
jangka panjang:
klien dan keluarga klien berorientasi dengan ruangan secara baik
jangka pendek:
terdapatnya papan nama pasien yang permanen
Membuat papan daftar nama pasien di setiap temapt tidur pasien.
10 oktober 2012ruangan Penyakit Dalammahasiswa profesi Ners- Agus Prihantoro, S. Kep
- Lidia Arianti, S. Kep
- Linawati N, S. Kep
2 Sudah ada format asuhan keperawatan
Dari hasil observasi dokumentasi askep, didapatkan 29 status (83,3 %) tidak diisi dengan lengkap
Beban kerja perawat yang tinggikurang optimalnya dokumentasi keperawatan di ruang Penyakit Dalamjangka panjang:
dokumentasi asuhan keperawatan sudah optimal
jangka pendek:
dokumentasi askep terlaksana
Membuat panduan askep sesuai penyakit terbanyak di ruang Penyakit Dalam Membudayakan pendokumentasian askep setelah mengerjakan tindakan
8 oktober 2012perawat dan mahasiswa profesi Nersperawat dan mahasiswa profesi Ners Evan agustiar, S. Kep
Dini S, S. Kep Suci ferdawati S.Kep
4 Dari 10 orang perawat yang di observasi ada 70 % yang tidak mengikuti post conferencekurang optimalnya penerapan tentang metode pre dan post conferencejangka panjang:
penerapan metode pre dan post conference dilaksanakan setiap hari
jangka pendek:
perawat yang berdinas rutin mengikuti pre dan post conferencemenjadi Role Model dalam menerapkan pre dan post conference24 september 2012perawat ruangan Penyakit Dalammahasiswa profesi Ners dan perawat ruangan Reki Prayoga S.Kep Dian S, S. Kep
Eka Puput, S. Kep
5 dari data observasi tidak adanya kabel stop kontak ( terminal ) untuk menghidupkan suction.Kurang optimalnya kerja perawatJangka panjang
Kerja perwat menjadi lebih optimal
Tersedianya kabel stop kontak diruang Penyakit DalamMenyediakan kabel stop kontak8 oktober 2012Ruangan Penyakit Dalammahasiswa profesi Ners ruangan Eko oktian S.Kep Yesi lestari S.Kep
3.8 PENYELESAIAN MASALAH
Pengobservasian di Ruang Penyakit Dalam diangkat sebagai project pembaharuan dengan melakukan penyegaran dan menjadi Role Model dalam pelaksanaan Metode Tim, sosialisasi pendokumentasian perawatan, dan penataan ruangan perawatan.
Diharapkan project pembaharuan ini dapat dilaksanakan dan ditindak lanjuti sehingga konsep Metode Tim dapat tercapai, pelayanan keperawatan kepada klien dapat lebih ditingkatkan.
Dalam pelaksanaan penyelesaian masalah project pembaharuan yang dilaksanakan adalah :
1. Identifikasi ruangan pasien yang masih kuranga. Membuat papan daftar nama pasien didepan kamar setiap ruangan2. kurang optimalnya dokumentasi keperawatan di ruang Penyakit Dalama. Membuat panduan askep sesuai penyakit terbanyak di ruang Penyakit Dalamb. Membudayakan pendokumentasian askep setelah mengerjakan tindakan
3. kurang optimalnya penerapan tentang metode pre dan post conference
a. Menjadi Role Model dalam menerapkan pre dan post conference4. Kurang optimalnya kerja perawata. Menyediakan kabel stop kontak suctionb. Memaksimalkan pengawasan terhadap keaadaan pasien
Ka. Ruang Penyakit Dalam
Ari Apriyanti, S.Kep, Ns.
Perawat Pelaksana
Leni Marlena
Agung
Supiyawati
Rista
Indah fitri
Ella R.
Sapri
Yuniati
Novi Norisma
Meri
Keterangan : angka 96 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 269 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
39