BAB III

7
47 BAB III ANALISIS KASUS III.1 S (Subjective) Pasien datang dengan rujukan dari PKM dengan DHF grade II, pasien mengeluh demam sejak 4 hari SMRS, naik turun, meningkat terutama malam hari. Demam dirasakan menurun sejak 2 hari lalu dan pasien sudah dapat beraktvitas. Namun 1 malam SMRS pasien mulai demam lagi disertai mimisan (+), gusi berdarah (+), muntah 1x, darah (+). Pasien juga mengeluh persendiannya pegal-pegal, dan merasa matanya berat. Selain itu pasien juga mengeluh perutnya terasa nyeri. . Demam menandakan adanya infeksi yang sedang belangsung yang bisa disebabkan karena bakteri ataupun virus yang menyebabkan keluarnya mediator inflamasi sehingga timbul demam. Mimisan dan gusi berdarah menunjukan adanya perdarahan yang bisa disebabkan karena adanya kebocoran plasma III.2 O (Objective)

description

dss

Transcript of BAB III

BAB III

50

49

BAB III

ANALISIS KASUS

III.1S (Subjective)

Pasien datang dengan rujukan dari PKM dengan DHF grade II, pasien mengeluh demam sejak 4 hari SMRS, naik turun, meningkat terutama malam hari. Demam dirasakan menurun sejak 2 hari lalu dan pasien sudah dapat beraktvitas. Namun 1 malam SMRS pasien mulai demam lagi disertai mimisan (+), gusi berdarah (+), muntah 1x, darah (+).

Pasien juga mengeluh persendiannya pegal-pegal, dan merasa matanya berat. Selain itu pasien juga mengeluh perutnya terasa nyeri. .

Demam menandakan adanya infeksi yang sedang belangsung yang bisa disebabkan karena bakteri ataupun virus yang menyebabkan keluarnya mediator inflamasi sehingga timbul demam. Mimisan dan gusi berdarah menunjukan adanya perdarahan yang bisa disebabkan karena adanya kebocoran plasma

III.2O (Objective)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tanda vital yaitu frekuensi nadi 100 x/menit, regular, isi cukup, frekuensi napas 20 x/menit, dan suhu 37,7 C. Status generalis didapatkan pemeriksaan dalam batas normal.

III.3A (Assesment)

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dapat ditegakkan diagnosis DHF grade II yang mengalami perburukan menjadi Dengue Shock Syndrome.

III.4P (Planning)

-O2 2 lt / menit, posisi semi fowler

-IVFD RL 25 tpm

Ringer laktat merupakan salah satu cairan kristaloid yang bersifat isotonik, yaitu cairan yang osmolaritas (tingkat kepekatannya) cairannya mendekati serum tubuh. Komposisi RL terdiri dari Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca2+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). osmolaritassnya sebesar 273 mOsm/L. Sediannya adalah 500 ml dan 1000 ml. Untuk kebutuhan nutrisi, pasien mendapatkan diet makanan biasa.

-Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul

Merupakan gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi dari obat lain. Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.

-Paracetamol 4 x 375 mg

Merupakan antipiretik yang bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin sehingga dapat menurunkan demam.

-Cefixime 2 x 100 mg

Merupakan antibiotik golongan sefalosporin untuk membunuh mikroorganimse

-Kalnex

Adalah obat golongan anti fibrinolitik yang digunakan untuk mencegah, mengehentikan atau mengurangi perdarahan yang massif.

-Omeprazole 1 x 20 mg

Merupakan golongan proton pump inhibitor untuk mengurangi produksi asam lambung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2010. Hal.155-1812. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2006. Hal. 1-433. Hardiono D., Sri Rezeki. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.

4. Behrman Richard E., Kliegman Robert, Arvin Ann M., et al. Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II. E/15. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.20001. Hal 1134-11355. WHO. Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever, Degue Shock Syndrome In The Context Of The Integrated Management Of Childhood Illness. 2005. Hal 1-346. WHO. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. 2009. Hal 3-1477. Wills Bridget. Volume Replacement in Dengue Shock Syndrome. 2001. Dengue buletin vol 25. Hal 50-558. Fitri Sari A. Gejala Awal Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor Prediktor Syok Pada Demam Berdarah Dengue di Instalasi Kesehatan Anak RS Dr. Sardjito. 2004. Hal 10-11

9. Tim Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Draft Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu

Kesehatan Anak RSCM. Jakarta: Balai Penerbit RSCM. 2007.

10. Sri Rezeki, Hindra Irawan. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2005

11. Sungkar Saleha. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. 2002.

12. Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome. Didapat dari : http://www.unboundmedicine.com/medline/ebm/record/19445771/full_citation/Dengue_haemorrhagic_fever_or_dengue_shock_syndrome_in_children_ diunduh pada tanggal 5 Juli 2012