BAB III
-
Upload
pak-sugeng -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of BAB III
-
87
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Setyosari (2010:43) mendefinisikan penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang dapat kita lakukan dalam situasi praktis, dengan
maksud untuk meningkatkan atau memperbaiki situasi praktis. Penelitian
tindakan kelas dapat kita lakukan secara bersama-sama dengan peneliti
profesional dengan tujuan untuk meningkatkan, misalnya strategi, praktik, dan
pengetahuan dalam situasi riil di lapangan. Melalui penelitian tindakan kelas ini,
akan dilihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus
I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks siswa. Siklus I digunakan
sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai karakteristik teks setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan
belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I.
Desain Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memperbaiki
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal. Tripp dalam
87
-
88
Subyantoro (2012:34) menyatakan rancangan penelitian tindakan kelas mencakup
empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat
tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut digunakan secara sistematis
dan diterapkan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Desain Penelitian
Tindakan Kelas dapat dilihat pada bagan 1 berikut.
Bagan 1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
3.1.1 Prosedur Penelitian Siklus I
Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus I terdiri atas empat tahap,
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap proses
penelitian tindakan kelas diuraikan sebagai berikut.
3.1.1.1 Perencanaan Penelitian Siklus I
Tahap perencanaan merupakan persiapan pembelajaran keterampilan
bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks.
Persiapan yang dilakukan yaitu membuat rencana pembelajaran, dilanjutkan
-
89
dengan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan
masalah inti. Masalah yang dialami yaitu pembelajaran keterampilan berbahasa
dalam hal mengkomunikasikan sesuatu hal secara lisan, terlebih untuk
keterampilan bercerita di SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Kondisi
yang sesungguhnya menunjukkan bahwa masih rendah atau belum optimalnya
kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan sesuatu hal secara lisan terlebih
bercerita. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencoba
mengubah atau dapat pula menyempurnakan sebagai langkah perbaikan strategi
pembelajaran agar minat dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran makin
meningkat.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan sebagai
langkah-langkah dalam pelaksanaan siklus I adalah (1) meminta izin penelitian
pada pihak sekolah yang bersangkutan; (2) melakukan kolaborasi dengan guru
mata pelajaran bahasa Indonesia; (3) menyusun rencana pembelajaran
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik
teks menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter; (4) menyiapkan materi pembelajaran yang relevan dengan
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks; (5) menyiapkan instrumen tes penelitian yang diujikan
melalui lembar tes pengetahuan (pemahaman) dan lembar tes unjuk kerja lisan;
(6) menyiapkan instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar jurnal (siswa
dan guru), wawancara, dan dokumentasi foto; (7) menyiapkan fasilitas dan sarana
-
90
pendukung yang diperlukan di dalam kelas; dan (8) menyiapkan tim penelitian
untuk membantu mengambil data.
Langkah pertama, peneliti meminta izin penelitian kepada pihak sekolah
yang bersangkutan. Langkah ini sangat penting guna kelancaran pelaksanaan
penelitian, terlebih kerja sama yang baik antara peneliti dengan pihak sekolah.
Selain itu perizinan pihak sekolah merupakan hal vital karena terkait dengan
subjek penelitian.
Langkah kedua, melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia. Peneliti dapat menggali informasi melalui tanya jawab kepada
guru mata pelajaran bahasa Indonesia terkait dengan karakteristik siswa kelas
yang akan diteliti. Mempelajari kondisi kelas akan membantu peneliti untuk dapat
menguasai kelas. Selain itu, masukan dari guru yang bersangkutan mengenai
materi yang diajarkan juga sangat membantu peneliti.
Langkah ketiga, menyusun rencana pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
Langkah ini mempunyai peranan penting, terutama ketika pelaksanaan penelitian
tindakan kelas. Menyusun rencana pembelajaran merupakan pedoman
pembelajaran yang akan dilaksanakan ketika mengajar.
Langkah keempat, menyiapkan materi pembelajaran. Selain rencana
pembelajaran yang harus dipersiapkan sebelum mengajar, materi pembelajaran
sangat perlu diperhatikan. Materi pembelajaran yang akan disampaikan
-
91
hendaknya sesuai dengan keadaan dan sesuai dengan keterampilan siswa, selain
itu materi pembelajaran harus dikuasai dengan baik.
Langkah kelima, menyiapkan instrumen tes penelitian yang diujikan
melalui lembar tes pengetahuan (pemahaman) dan lembar tes unjuk kerja lisan.
Lembar teks pengetahuan (pemahaman) digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa setelah membaca cerita pendek. Lembar tes unjuk kerja lisan
digunakan ketika siswa secara individu praktik bercerita setelah melihat tayangan
media audiovisual. Lembar tes unjuk kerja lisan memuat aspek-aspek penilaian
yang harus diperhatikan siswa, karena ini merupakan poin penting dasar penilaian
keterampilan bercerita.
Langkah keenam, menyiapkan instrumen nontes berupa lembar observasi,
lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Instrumen ini akan digunakan
pada tahap observasi pembelajaran keterampilan bercerita.
Langkah ketujuh, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas. Fasilitas dan sarana berupa kelas, lembar tugas, dan media
pembelajaran yang harus dipersiapkan secara matang agar saat pengambilan data
berjalan dengan baik.
Langkah kedelapan, menyiapkan tim penelitian dan mengambil data.
Tim penelitian adalah siapa pun yang mampu membantu dalam penelitian ini.
Membantu yang dimaksud, yaitu membantu kegiatan observasi untuk mengambil
dokumentasi foto dan alat untuk observasi yang dibutuhkan ketika penelitian
berlangsung.
-
92
3.1.1.2 Tindakan Siklus I
Tahap tindakan sebagai langkah yang dilakukan untuk perbaikan,
perubahan, dan peningkatan dari solusi pemecahan masalah. Tindakan yang
dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada siklus
ini, dilakukan tiga kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan terdiri atas
tiga tahap proses pembelajaran sebagai berikut.
Pertemuan pertama, kegiatan pendahuluan. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri
siap belajar. Guru dan siswa bertanya jawab tentang teks cerita pendek yang
dikomunikasikan secara lisan. Setelah kegiatan apersepsi ini, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memberikan penjelasan tentang
manfaat menguasai materi pembelajaran keterampilan bercerita. Guru
menyampaikan pokok-pokok/cakupan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan inti pembelajaran terdiri atas lima tahap atau lima langkah
pembelajaran, yaitu: mengamati; menanya; menalar; mencoba; dan
mengkomunikasikan. Tahap mengamati mencakup: (1) Guru membagikan lembar
kerja kelompok (Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek) dan teks cerita pendek
Dia Sama Dia. (2) Guru mengajak siswa untuk memperhatikan media
audiovisual yang akan ditayangkan. (3) Siswa menyaksikan tayangan visualisasi
cara bercerita, tahapan-tahapan bercerita, pemodelan bercerita dengan teliti dan
bertanggung jawab. (4) Siswa berkelompok, masing-masing kelompok terdiri
atas empat siswa. (5) Siswa mencermati dan membaca cerita pendek yang telah
-
93
diberikan dengan teliti dan bertanggung jawab. (6) Siswa membangun
pemahaman mengenai isi cerpen terlebih memperhatikan karakteristik teks
dengan mencermati unsur pembangun cerita pendek dan memahami materi
tentang bercerita dengan teliti dan bertanggung jawab.
Tahap menanya mencakup: (7) siswa berdiskusi secara kelompok
menganalisis dan mengidentifikasi teks cerita pendek berdasarkan karakteristik,
unsur pembangun cerita pendek, dan teknik bercerita berdasarkan pemodelan
bercerita pada tayangan media audiovisual yang telah disaksikan dengan saling
menghargai pendapat teman dan bahasa yang santun. (8) Siswa bersama guru
tanya jawab tentang teknik bercerita dan beberapa aspek yang perlu diperhatikan
ketika praktik bercerita berdasarkan cerita pendek yang telah dibaca dengan
saling menghargai pendapat teman dan bahasa yang santun. (9) Guru
menjelaskan tahapan-tahapan bercerita dan teknik bercerita berdasarkan teks
cerita pendek yang telah dibaca dengan memperhatikan karakteristik teks dan
unsur pembangun cerita pendek. (10) Guru menanyakan respon siswa terhadap isi
teks cerita pendek, materi tentang bercerita. (11) Guru memberikan penugasan
kepada siswa untuk mencermati lembar kerja kelompok (Tugas 1 Memahami
Teks Cerita Pendek) berkaitan dengan isi teks cerita pendek dan materi tentang
bercerita.
Tahap menalar mencakup: (12) guru meminta siswa untuk
mengidentifikasi isi teks cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita berdasarkan
teks cerita pendek. (13) Siswa melakukan kegiatan bernalar dalam lingkup
kelompok mengaitkan teknik bercerita terhadap cara mengkomunikasikan secara
-
94
lisan cerita pendek yang telah dibaca dengan jujur, peduli, dan bertanggung
jawab.
Tahap mencoba mencakup: (14) siswa mengidentifikasi isi teks cerita
pendek, tahapan dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek dengan jujur
dan bertanggung jawab. (15) Siswa dalam lingkup kelompok mencermati,
menganalisis, lalu menyusun kerangka teks cerita pendek sebagai persiapan
praktik bercerita dengan memperhatikan tahapan dan teknik bercerita ketika
praktik bercerita dengan jujur dan bertanggung jawab.
Tahap mengkomunikasikan mencakup: (16) siswa menampilkan hasil
kerja kelompok dengan mempresentasikannya di depan kelas dengan percaya diri,
bertanggung jawab, dan bahasa yang benar. (17) Guru meminta siswa lain untuk
peduli dengan memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang
presentasi. (18) Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, selanjutnya
siswa melaksanakan tes pengetahuan.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup, pada kegiatan ini siswa
dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Setelah itu,
siswa merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat
catatan penguasaan materi. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi, dilanjutkan
dengan saling memberi umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah
dicapai. Siswa menyepakati tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan praktik
bercerita berdasarkan teks cerita pendek yang telah dibaca.
Pertemuan kedua, kegiatan pendahuluan dimulai dengan siswa
menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. Guru dan
-
95
siswa bertanya jawab berkaitan dengan tugas yang telah disepakati pada
pertemuan sebelumnya, yaitu berlatih bercerita secara individu. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran
keterampilan bercerita. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan dan memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik
mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya kegiatan inti, mencakup lima langkah pembelajaran yang
tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, meliputi: mengamati; menanya;
menalar; mencoba; dan mengkomunikasikan. Pada tahap mengamati, kegiatan
yang dilaksanakan yaitu: (1) siswa memperhatikan penjelasan guru berkaitan
dengan tugas yang diberikan dan penjelasan ulang mengenai karakteristik teks
cerita pendek, unsur pembangun cerita pendek, tahapan, dan teknik bercerita. (2)
Bila diperlukan, guru akan memutarkan ulang media audiovisual agar siswa
mengingat kembali bagaimana tahapan dan teknik bercerita, selain itu memahami
cara bercerita yang tepat setelah menyimak kembali pemodelan bercerita.
Tahap menanya, kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (3) siswa
berkelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa. (4) Siswa
berdiskusi kelompok menganalisis masalah yang menjadi kesulitan siswa ketika
praktik bercerita dengan saling menghargai pendapat teman dan bahasa yang
santun.
Tahap menalar, (5) siswa menganalisis kembali kesulitan atau masalah
ketika berlatih bercerita secara individu dan melakukan perbaikan agar praktik
bercerita terlaksana lebih baik sesuai teknik bercerita yang tepat dengan jujur dan
-
96
bertanggung jawab. (6) Guru memberikan penawaran kepada siswa yang telah
siap mencoba praktik bercerita berdasarkan teks cerita pendek Dia Sama Dia di
hadapan teman-temannya. (7) Ketika beberapa siswa praktik bercerita di depan
kelas, siswa yang menyaksikkan memberikan tanggapan dan komentar.
Tahap mencoba, (8) guru memberikan lembar kerja kelompok (Tugas 2
Praktik Bercerita Berdasarkan Teks Cerita Pendek). (9) Guru memberikan
penugasan kepada siswa untuk simulasi atau praktik bercerita dalam kelompok
kecil yang dilakukan secara bergiliran dengan percaya diri, bertanggung jawab.
(10) Siswa praktik bercerita secara individu dalam kelompok kecil (tiap kelompok
terdiri atas empat siswa), sedangkan teman lain memberikan tanggapan perbaikan
tentang penampilan siswa yang bersangkutan dengan sikap peduli dan bahasa
yang santun.
Tahap mengkomunikasikan, kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (11) guru
meminta siswa untuk membentuk kelompok baru (gabungan dua kelompok). (12)
Siswa praktik bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks,
unsur pembangun cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita dalam kelompok
besar dengan percaya diri, bertanggung jawab, bahasa yang benar dan ekspresi
yang menarik. (13) Siswa melakukan praktik bercerita secara menyeluruh,
dilakukan secara bergiliran dengan jujur dan bertanggung jawab. (14) Setelah
seluruh siswa melakukan praktik bercerita, guru memberikan teks cerita pendek
yang berbeda (tiap kelompok mendapat empat cerita pendek untuk empat siswa
dalam kelompok tersebut). (15) Siswa diberi penugasan untuk memahami teks
-
97
cerita pendek tersebut, guna penilaian praktik bercerita untuk pertemuan
berikutnya.
Kegiatan penutup yang dilaksanakan yaitu, siswa menyimpulkan materi
pembelajaran keterampilan bercerita yang telah dipelajari. Siswa merefleksi
penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan
materi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran yang
telah terlaksana. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi, dilanjutkan dengan
saling memberi umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
Pertemuan ketiga, kegiatan pendahuluan. Siswa menjawab sapaan guru,
berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. Guru dan siswa bertanya jawab
berkaitan dengan tugas pada pertemuan sebelumnya, yaitu berlatih bercerita
secara individu dengan memperhatikan tahapan dan teknik bercerita. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran
keterampilan bercerita. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Setelah kegiatan pendahuluan adalah kegiatan inti, mencakup lima
langkah pembelajaran yang sama dengan pertemuan pertama dan pertemuan
kedua, meliputi: mengamati; menanya; menalar; mencoba; dan
mengkomunikasikan. Pada tahap mengamati, kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
(1) siswa memperhatikan penjelasan guru berkaitan dengan tugas yang diberikan
dan kilas materi yang berkaitan dengan bercerita berdasarkan teks cerita pendek.
Tahap menanya, kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (2) guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
-
98
Tahap menalar, (3) siswa menganalisis kembali kesulitan atau masalah
ketika berlatih bercerita berdasarkan teks cerita pendek dengan memperhatikan
tahapan dan teknik bercerita dengan jujur dan bertanggung jawab.
Tahap mencoba, (4) guru meminta siswa untuk melakukan simulasi atau
praktik bercerita dalam lingkup kelompok besar dengan percaya diri,
bertanggung jawab; (5) siswa praktik bercerita dalam lingkup kelompok besar
secara bergiliran.
Tahap mengkomunikasikan, kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (6) guru
meminta siswa bersungguh-sungguh ketika praktik bercerita sebagai evaluasi atau
penilaian; (7) siswa praktik bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
karakteristik teks, unsur pembangun cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita
dengan percaya diri, bertanggung jawab, bahasa yang benar dan ekspresi yang
menarik. (8) Sistem penilaian praktik bercerita adalah antarteman dalam lingkup
kelompok (tiap kelompok delapan siswa).
Setelah kegiatan inti adalah kegiatan penutup. Siswa menyimpulkan
materi pembelajaran keterampilan bercerita yang telah dipelajari, merefleksi
penguasaan materi dengan membuat catatan. Kemudian siswa melaksanakan
evaluasi, dilanjutkan dengan saling memberi umpan balik hasil evaluasi
pembelajaran yang telah dicapai.
3.1.1.3 Observasi Siklus I
Observasi merupakan kegiatan mengamati proses pembelajaran yang
sedang berlangsung, khususnya reaksi dan perilaku siswa. Pengamatan reaksi
-
99
siswa dalam pembelajaran mencakup: proses, pengetahuan, dan keterampilan.
Lalu, pengamatan sikap dan perilaku siswa dalam pembelajaran mencakup sikap
religius dan sikap sosial. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dimaksudkan
untuk mengumpulkan data mengenai pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan scientific dan penggunaan media audiovisual berbasis pendidikan
karakter selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data saat
observasi atau pengamatan ini dilakukan melalui tes dan nontes.
Proses pengambilan data tes, yaitu: (1) untuk melihat kemampuan
pemahaman siswa sebagai wujud penilaian aspek pengetahuan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks; (2) untuk melihat
perkembangan keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
karakteristik teks yang dimiliki oleh tiap-tiap siswa. Data tes pengetahuan siswa
dilakukan dengan memberikan tes pemahaman kepada siswa, yaitu dengan
memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan isi teks cerita pendek yang telah
dibaca, tahapan, dan teknik bercerita. Data tes keterampilan siswa dalam
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks diperoleh setelah siswa melaksanakan praktik bercerita
yang sebelumnya telah dipandu dengan penayangan media audiovisual berbasis
pendidikan karakter. Pengambilan data tes tersebut, guna mengetahui peningkatan
aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dimiliki siswa terlihat setelah
dilakukan dua siklus.
Proses pengambilan data nontes dilakukan oleh peneliti untuk melihat
perilaku siswa, baik sikap religius maupun sikap sosial siswa selama proses
-
100
pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek yang diamati untuk mendukung
pengambilan data nontes adalah perilaku siswa dan aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran, respon siswa terhadap pendekatan dan media
yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas (mengajukan
pertanyaan, memberikan tanggapan, memberikan pernyataan).
Data nontes diperoleh melalui observasi, jurnal penelitian, wawancara,
dan dokumentasi foto. Pertama observasi, pengamatan siswa dilakukan untuk
mengetahui perilaku siswa, baik sikap religius maupun sikap sosial siswa selama
pembelajaran berlangsung. Kedua jurnal penelitian, penggunaan jurnal untuk guru
dan jurnal siswa dalam proses pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan
teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan
scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter. Ketiga
wawancara, kegiatan ini untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar
pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang,
dan tinggi. Kelima dokumentasi foto, digunakan sebagai laporan sekaligus bukti
pendukung berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung.
Semua data yang diperoleh dari observasi, jurnal penelitian, wawancara, maupun
dokumentasi foto diuraikan secara deskriptif dan lengkap.
3.1.1.4 Refleksi Siklus I
Tahap refleksi merupakan evaluasi terhadap proses tindakan dari hasil
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks pada siklus I. Data yang terkumpul baik dari hasil tes
-
101
maupun nontes, dianalisis oleh peneliti. Analisis data dilakukan untuk mengetahui
keunggulan dan kekurangan pembelajaran yang telah terlaksana. Hasil analisis
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan revisi perencanaan sebagai tindak
lanjut pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks selanjutnya.
3.1.2 Prosedur Penelitian Siklus II
Prosedur penelitian tindakan kelas dalam siklus II terdiri atas empat
tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian siklus II
merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Merujuk pada hasil refleksi
siklus I diperbaiki pada siklus II.
3.1.2.1 Perencanaan Penelitian Siklus II
Perencanaan penelitian siklus II mengacu pada refleksi yang telah
dilakukan pada siklus I, peneliti memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II.
Proses penelitian tindakan kelas pada siklus II sebagai revisi perencanaan
dilakukan dengan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan pada tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Selain itu, peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan dilaksanakan pada
siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I.
Perbaikan yang dilakukan sebagai langkah perencanaan siklus II,
mencakup: (1) perbaikan penyusunan rencana pembelajaran keterampilan
bercerita berdasarkan teks cerita pendek dengan lebih terencana; (2)
-
102
penyempurnaan media audiovisual agar lebih berterima dan layak sehingga
mudah dipahami siswa; (3) menyiapkan instrumen penelitian guna mendukung
pelaksanaan penelitian siklus II, berupa pedoman penilaian, jurnal guru, jurnal
siswa, dan pedoman wawancara; dan (4) mengkonsultasikan rencana penelitian
siklus II kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pembelajaran siklus I digunakan
sebagai acuan perbaikan untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II. Hal ini
dimaksudkan, agar pelaksanaan pembelajaran siklus II meningkat bila
dibandingkan dengan pembelajaran siklus I.
3.1.2.2 Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II bertujuan untuk memperbaiki hasil revisi
tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Salah satunya hasil refleksi siswa
pada akhir pembelajaran sebagai pertimbangan peneliti untuk melakukan
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sebagaimana tindakan siklus I, tindakan
siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan yang meliputi tiga tahap kegiatan
pembelajaran, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan ini memuat tahap mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Berikut uraian tindakan siklus II.
Pertemuan pertama, kegiatan pendahuluan dimulai dengan
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Siswa diberi
pertanyaan umpan balik tentang kesulitan dan kemudahan praktik bercerita
berdasarkan cerita pendek dan hasil pembelajaran bercerita menggunakan
-
103
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
Selanjutnya, peneliti mengumumkan hasil tes pengetahuan dan tes keterampilan
bercerita yang diperoleh siswa pada siklus I. Peneliti juga menegaskan penerapan
pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan karakter dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek.
Memotivasi siswa agar bersunggung-sungguh dan bersemangat melaksanakan
pembelajaran bercerita berdasarkan teks cerita pendek.
Kegiatan inti pembelajaran, tahap mengamati; (1) siswa diingatkan
kembali tentang karakteristik teks cerita pendek, unsur pembangun cerita pendek,
tahapan dan teknik bercerita; (2) guru membagikan lembar kerja kelompok
(Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek) dan teks cerita pendek Elisa dan Kue
Mimpi; (3) guru mengajak siswa untuk memperhatikan media audiovisual yang
akan ditayangkan; (4) siswa menyaksikan tayangan visualisasi cara bercerita,
tahapan-tahapan bercerita, pemodelan bercerita dengan teliti dan bertanggung
jawab; (5) siswa berkelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa;
(6) siswa mencermati dan membaca cerita pendek yang telah diberikan dengan
teliti dan bertanggung jawab; (7) siswa membangun pemahaman mengenai isi
cerpen terlebih memperhatikan karakteristik teks dengan mencermati unsur
pembangun cerita pendek dan memahami materi tentang bercerita dengan teliti
dan bertanggung jawab.
Tahap menanya; (8) siswa berdiskusi secara kelompok menganalisis dan
mengidentifikasi teks cerita pendek berdasarkan karakteristik, unsur pembangun
cerita pendek, dan teknik bercerita berdasarkan pemodelan bercerita pada
-
104
tayangan media audiovisual yang telah disaksikan dengan saling menghargai
pendapat teman dan bahasa yang santun. (9) Siswa bersama guru tanya jawab
tentang teknik bercerita dan beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika
praktik bercerita berdasarkan cerita pendek yang telah dibaca dengan saling
menghargai pendapat teman dan bahasa yang santun.(10) Guru menjelaskan
tahapan-tahapan bercerita dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek
yang telah dibaca dengan memperhatikan karakteristik teks dan unsur pembangun
cerita pendek. (11) Guru menanyakan respon siswa terhadap isi teks cerita pendek,
materi tentang bercerita. (12) Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk
mencermati lembar kerja kelompok (Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek)
berkaitan dengan isi teks cerita pendek dan materi tentang bercerita.
Tahap menalar; (13) guru meminta siswa untuk mengidentifikasi isi teks
cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek. (14)
Siswa melakukan kegiatan bernalar dalam lingkup kelompok mengaitkan teknik
bercerita terhadap cara mengkomunikasikan secara lisan cerita pendek yang telah
dibaca dengan jujur, peduli, dan bertanggung jawab. (15) Siswa kembali ke
tempat duduk masing-masing, selanjutnya siswa melaksanakan tes pengetahuan.
Tahap mencoba; (16) guru memberikan lembar kerja kelompok (Tugas 2
Praktik Bercerita Berdasarkan Teks Cerita Pendek) dan teks cerita pendek yang
berbeda (tiap kelompok mendapat empat cerita pendek untuk empat siswa dalam
kelompok tersebut). (17) Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk
simulasi atau praktik bercerita dalam kelompok kecil yang dilakukan secara
bergiliran dengan percaya diri, bertanggung jawab. (18) Siswa praktik bercerita
-
105
secara individu dalam kelompok kecil (tiap kelompok terdiri atas empat siswa),
sedangkan teman lain memberikan tanggapan perbaikan tentang penampilan
siswa yang bersangkutan dengan sikap peduli dan bahasa yang santun.
Tahap mengkomunikasikan; (19) siswa menampilkan hasil kerja
kelompok dengan mewakilkan salah satu siswa untuk praktik bercerita di depan
kelas dengan percaya diri, bertanggung jawab, dan bahasa yang benar. (20)
Guru meminta siswa lain untuk peduli dengan memberikan tanggapan terhadap
penampilan siswa perwakilan kelompok yang praktik bercerita.
Kegiatan penutup, pada kegiatan ini siswa dan guru menyimpulkan
materi pembelajaran dan merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari.
Setelah itu, siswa merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan
membuat catatan penguasaan materi. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi,
dilanjutkan dengan saling memberi umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dicapai. Siswa menyepakati tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan
praktik bercerita berdasarkan teks cerita pendek yang diperoleh tiap siswa.
Pertemuan kedua, kegiatan pendahuluan dimulai dengan siswa
menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. Guru dan
siswa bertanya jawab berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan manfaat
menguasai materi pembelajaran keterampilan bercerita. Guru menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran, lalu memberikan motivasi kepada siswa agar
tertarik mengikuti pembelajaran dan lebih bersungguh-sungguh.
Kegiatan inti, (1) tahap mengamati; siswa memperhatikan penjelasan
guru berkaitan dengan tugas yang diberikan dan kilas materi yang berkaitan
-
106
dengan bercerita berdasarkan teks cerita pendek. (2) Tahap menanya; guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian (3) tahap
menalar; siswa menganalisis kembali kesulitan atau masalah ketika berlatih
bercerita berdasarkan teks cerita pendek dengan memperhatikan tahapan dan
teknik bercerita dengan jujur dan bertanggung jawab. (4) Tahap mencoba; guru
meminta siswa untuk melakukan simulasi atau praktik bercerita dalam lingkup
kelompok besar (tiap kelompok terdiri atas delapan siswa) dengan percaya diri,
bertanggung jawab. Siswa praktik bercerita dalam lingkup kelompok besar secara
bergiliran.
(5) Tahap mengkomunikasikan; guru meminta siswa bersungguh-
sungguh ketika praktik bercerita sebagai evaluasi atau penilaian. Siswa praktik
bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks, unsur
pembangun cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita dengan percaya diri,
bertanggung jawab, bahasa yang benar dan ekspresi yang menarik. Sistem
penilaian praktik bercerita adalah antarteman dalam lingkup kelompok (tiap
kelompok delapan siswa).
Kegiatan penutup yang dilaksanakan yaitu, siswa menyimpulkan materi
pembelajaran keterampilan bercerita yang telah dipelajari, merefleksi penguasaan
materi dengan membuat catatan. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi,
dilanjutkan dengan saling memberi umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dicapai.
-
107
3.1.2.3 Observasi Siklus II
Observasi atau pengamatan siklus II merujuk pada hasil analisis data
penelitian yang dilakukan pada siklus I. Pengamatan yang dilakukan pada siklus
II adalah perilaku siswa yang menunjukkan respon kurang baik pada
pembelajaran siklus I. Peneliti mengamati perilaku siswa tersebut mengalami
perubahan positif atau tetap seperti pada siklus I. Siswa yang bersikap baik diberi
motivasi dan penguatan agar mempertahankan sikap tersebut. Kemudian, siswa
yang bersikap kurang baik diberi pengertian dan motivasi agar mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Untuk mendukung kegiatan observasi, instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi, lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Pelaksanaan
ini melibatkan siswa, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dan rekan yang
membantu peneliti dalam pengambilan data. Observasi atau pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa, yaitu sikap religius dan
sikap sosial siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter
pada siklus II. Berdasarkan hasil data tersebut, refleksi akhir digunakan untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific
melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
-
108
3.1.2.4 Refleksi Siklus II
Keefektifan penggunaan pendekatan scientific dan media audiovisual
dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks diketahui dari refleksi siklus II. Selain itu, refleksi siklus
II digunakan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan
pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan hasil nontes
yang dilakukan pada siklus II. Hasil tes guna mengetahui tingkat pengetahuan
bercerita dan tingkat keterampilan bercerita yang dimiliki siswa. Hasil nontes
berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto dianalisis untuk
mengetahui perubahan perilaku siswa, baik sikap religius maupun sikap sosial
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks pada siswa kelas VII, dengan sumber data
kelas VIID yang terdiri atas 32 siswa, jumlah siswa putra 14 siswa, dan jumlah
siswa putri 18 siswa. Kelas ini merupakan salah satu kelas dari tujuh kelas di
tingkat kelas VII.
Berdasarkan hasil wawancara dan keterangan yang disampaikan guru
bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali khususnya
pengampu tingkat kelas VII, peneliti memilih kelas VIID sebagai subjek
penelitian. Penyebab yang menjadi dasar dari masalah ini adalah minat siswa
secara individu. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita maupun
-
109
keterampilan berbahasa dalam hal mengkomunikasikan sesuatu masih cenderung
disampaikan secara teoretis atau berpanduan buku teks. Kurangnya latihan
simulasi dalam bercerita maupun mengkomunikasikan sesuatu hal secara lisan di
hadapan teman-teman. Hal ini menyebabkan kepercayaan diri siswa kelas VIID
dari masing-masing individu tergolong rendah, sehingga berpengaruh pada minat
dan antusias siswa. Selain itu, adanya sikap religius dan sikap sosial yang kurang
tepat ditunjukkan oleh siswa VIID dalam pembelajaran mengkomunikasikan
sesuatu secara lisan atau bercerita.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik
teks dan variabel pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan
teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan
scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter. Berikut
penjelasan dua variabel penelitian tersebut.
3.3.1 Variabel Keterampilan Bercerita Berdasarkan Teks Cerita Pendek sesuai dengan Karakteristik Teks
Variabel keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks adalah keterampilan siswa dalam bercerita berdasarkan
teks cerita pendek yang telah dibaca dengan memperhatikan karakteristik teks
(unsur pembangun) cerita pendek, juga teknik bercerita yang tepat. Adapun
-
110
indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran keterampilan bercerita adalah
siswa dapat memahami teks cerita pendek yang telah dibaca, mengetahui cara
bercerita, tahapan-tahapan bercerita, hingga terampil bercerita tentang cerita
pendek yang telah dibaca berdasarkan tayangan yang ditampilkan. Kegiatan
bercerita ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan kepercayaan diri,
menambah kosa kata, memahami pokok-pokok cerita pendek yang telah dibaca
berpengaruh pada perilaku religius dan perilaku sosial siswa ke arah positif.
Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah siswa memahami teks
cerita pendek yang telah dibaca, tahapan, dan teknik bercerita. Selain itu, siswa
mampu dan terampil bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan
aspek yang dinilai. Aspek penilaian keterampilan bercerita yang digunakan dalam
penelitian mencakup: (1) percaya diri; (2) keruntutan cerita; (3) volume suara; (4)
pilihan kata/diksi; (5) intonasi; (6) gerak tubuh/gesture; (7) ekspresi; (8) isi cerita;
(9) keefektifan kalimat; (10) pelafalan.
3.3.2 Variabel Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Bercerita Berdasarkan Teks Cerita Pendek sesuai dengan Karakteristik Teks
Menggunakan Pendekatan Scientific melalui Media Audiovisual
Berbasis Pendidikan Karakter
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific merupakan
pembelajaran yang mengutamakan pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan siswa yang diterapkan dalam langkah-langkah pembelajaran dengan
berdasar kriteria ilmiah. Kriteria ilmiah yang diaplikasikan dalam langkah-
langkah pembelajaran mencakup lima tahapan, yaitu: (1) mengamati; (2)
-
111
menanya; (3) menalar; (4) mencoba; dan (5) mengkomunikasikan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar, sehingga dapat dikatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific penting untuk
diterapkan, karena siswa diharapkan dapat memahami cara bercerita, tahapan-
tahapan bercerita yang akhirnya terampil bercerita. Pemahaman siswa mengenai
keterampilan bercerita dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
scientific sebagaimana langkah-langkah pembelajaran yang runtut, membangun
cara berpikir kritis dan kreatif, menuntut peran aktif siswa maupun guru,
membentuk sikap dan perilaku siswa baik sikap religi maupun sikap sosial
sebagai cerminan karakter siswa.
Penggunaan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter dalam pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks dengan menggunakan tayangan
media audiovisual berbasis pendidikan karakter sebagai rangsangan/stimulus,
melalui tahapan-tahapan yang sistematis, dan setiap tahapan ada target yang harus
dicapai agar terampil bercerita. Selain itu, siswa kelak mampu dan terampil dalam
bercerita di hadapan teman-temannya maupun khalayak umum ketika
mengkomunikasikan suatu hal secara lisan, membangun kepercayaan diri sendiri,
dan mempunyai kebermanfaatan yang lain.
Media audiovisual berbasis pendidikan karakter merupakan media
pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran, baik untuk
guru maupun siswa. Selain sebagai alat bantu mengajar guru, media audiovisual
-
112
sebagai sarana guna memvisualisasikan materi pembelajaran yang membantu
siswa mencapai pemahaman. Media ini cocok terlebih untuk pembelajaran yang
menuntut siswa untuk unjuk kerja secara lisan dengan terampil, khususnya
pembelajaran keterampilan bercerita. Tayangan media audiovisual memperjelas
imajinasi siswa, berwujud penggambaran cara bercerita, tahapan-tahapan
bercerita, pemodelan bercerita yang memuat esensi pendidikan karakter.
Pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek
sesuai karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter merupakan pembelajaran keterampilan
bercerita yang berpusat pada kemampuan diri siswa. Siswa diminta untuk
mengamati/menyimak gambar tayangan dengan penerapan pendekatan scientific,
yaitu suatu konsep belajar menghubungkan pelajaran dengan teks cerita pendek
yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini merupakan proses dimana siswa menalar
dengan menemukan sendiri pemahamannya mengenai bagaimana bercerita
berdasarkan teks cerita pendek dengan menggunakan cara, tahapan, atau teknik
bercerita sesuai dengan tayangan media audiovisual yang telah mereka simak.
Tayangan media audiovisual sebagai panduan siswa dalam memahami teknik
bercerita, sehingga diharapkan siswa secara individu dapat bercerita berdasarkan
teks cerita pendek yang telah mereka baca sebelumnya dengan memperhatikan
beberapa aspek sebagai dasar penilaian, yaitu: percaya diri, keruntutan cerita,
volume suara, pilihan kata/diksi, intonasi, gerak tubuh/gesture, ekspresi, isi cerita,
keefektifan kalimat, dan pelafalan.
-
113
Langkah-langkah pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific
melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter, terbagi menjadi tiga
kegiatan, yaitu: kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup dalam tiga pertemuan.
Kegiatan pendahuluan pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan
pertemuan ketiga tidak jauh berbeda. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar. Guru
dan siswa bertanya jawab tentang teks cerita pendek yang dikomunikasikan
secara lisan. Setelah kegiatan apersepsi ini, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memberikan penjelasan tentang
manfaat menguasai materi pembelajaran keterampilan bercerita. Guru
menyampaikan pokok-pokok/cakupan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan inti pembelajaran terdiri atas lima tahap atau lima langkah
pembelajaran, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Pada pertemuan pertama, tahap mengamati, siswa
berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa. Siswa
mencermati dan membaca cerita pendek yang telah diberikan kepada setiap
kelompok dengan teliti dan bertanggung jawab. Siswa membangun pemahaman
mengenai isi cerpen dengan memperhatikan karakteristik teks dan mencermati
unsur pembangun cerita pendek dengan teliti dan bertanggung jawab. Guru
mengajak siswa untuk memperhatikan media audiovisual yang akan ditayangkan.
-
114
Siswa menyaksikan tayangan visualisasi cara bercerita, tahapan-tahapan bercerita,
pemodelan bercerita dengan teliti dan bertanggung jawab.
Tahap menanya, siswa berdiskusi secara kelompok menganalisis dan
mengidentifikasi teks cerita pendek berdasarkan karakteristik, unsur pembangun
cerita pendek, dan teknik bercerita berdasarkan pemodelan bercerita pada
tayangan media audiovisual yang telah disaksikan dengan saling menghargai
pendapat teman dan bahasa yang santun. Siswa bersama guru tanya jawab
tentang teknik bercerita dan beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika
praktik bercerita berdasarkan cerita pendek yang telah dibaca dengan saling
menghargai pendapat teman dan bahasa yang santun. Guru menjelaskan
tahapan-tahapan bercerita dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek
yang telah dibaca dengan memperhatikan karakteristik teks dan unsur pembangun
cerita pendek. Guru menanyakan respon siswa terhadap isi teks cerita pendek,
materi tentang bercerita, dan guru memberikan penugasan kepada siswa berkaitan
dengan isi teks cerita pendek dan materi tentang bercerita.
Tahap menalar, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi isi teks
cerita pendek, tahapan dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek. Siswa
melakukan kegiatan bernalar dalam lingkup kelompok mengaitkan teknik
bercerita terhadap cara mengkomunikasikan secara lisan cerita pendek yang telah
dibaca dengan jujur, peduli, dan bertanggung jawab.
Tahap mencoba, siswa mengidentifikasi isi teks cerita pendek, tahapan
dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek dengan jujur dan
bertanggung jawab. Siswa dalam lingkup kelompok mencermati, menganalisis,
-
115
lalu menyusun kerangka teks cerita pendek sebagai persiapan praktik bercerita
dengan memperhatikan tahapan dan teknik bercerita ketika praktik bercerita
dengan jujur dan bertanggung jawab.
Tahap mengkomunikasikan, siswa menampilkan hasil kerja kelompok
dengan mempresentasikannya di depan kelas dengan percaya diri, bertanggung
jawab, dan bahasa yang benar. Guru meminta siswa lain untuk peduli dengan
memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Kegiatan inti pada pertemuan kedua dan pertemuan ketiga menerapkan
tahapan sebagaimana pertemuan pertama, yaitu mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan. Namun, lebih fokus pada pembelajaran
keterampilan bercerita, sehingga pada pelaksanaannya akan lebih intensif
simulasi atau praktik bercerita. Jika simulasi atau praktik bercerita dirasa
mencukupi, maka langkah selanjutnya adalah penilaian keterampilan bercerita
berupa unjuk kerja lisan (praktik bercerita) yang dilakukan oleh siswa secara
individu. Penilaian keterampilan bercerita ini menggunakan sistem penilaian
teman sebaya, sehingga siswa yang melakukan praktik bercerita akan dinilai
teman sekelompoknya.
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang harus ada pada pertemuan
pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. Pada kegiatan ini siswa dan
guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Setelah itu, siswa
merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan
penguasaan materi. Kemudian siswa melaksanakan evaluasi, dilanjutkan dengan
saling memberi umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
-
116
3.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
indikator data kuantitatif dan indikator kualitatif.
3.4.1 Indikator Data Kuantitatif
Pada indikator data kualitatif ini, penilaian dilakukan berdasarkan tes
tertulis dan tes lisan. Tes tertulis digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan
siswa terhadap pemahaman teks cerita pendek yang telah dibaca dan tentang
keterampilan bercerita. Sedangkan tes lisan digunakan untuk mengukur tingkat
keterampilan bercerita siswa yang diwujudkan dengan unjuk kerja lisan praktik
bercerita.
Indikator kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target
pengetahuan siswa dan keterampilan bercerita. Indikator kuantitatif pengetahuan
siswa terhadap keterampilan bercerita dengan memberikan tes pemahaman
kepada siswa, berupa pertanyaan terkait dengan isi teks cerita pendek dan tentang
keterampilan bercerita. Tes ini bersifat tertulis dengan bentuk uraian. Siswa
dinyatakan berhasil mencapai kompetensi pengetahuan apabila nilai yang
diperoleh sesuai dengan ketentuan. Sebagaimana nilai ketuntasan penelitian
sebesar 78 disesuaikan dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah, yaitu sebesar
78 atau berkategori baik. Berikut tabel yang menyatakan hal tersebut.
-
117
Tabel 2 Parameter Tingkat Keberhasilan Siswa pada Aspek Pengetahuan
No Skor Kategori
1 80-100 Sangat Baik
2 70-79 Baik
3 60-69 Cukup
4
-
118
3.4.2 Indikator Data Kualitatif
Indikator data kualitatif penelitian ini adalah perubahan perilaku siswa
baik sikap religius maupun sikap sosial dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
yang diketahui dari hasil nontes. Hasil nontes berupa observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi foto.
Proses pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific
melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter yang ingin dicapai, antara
lain: (1) keantusiasan dan minat siswa; (2) kekondusifan pelaksanaan diskusi
kelompok mengidentifikasi karakteristik dan unsur pembangun cerita pendek; (3)
keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan; (4)
keintensifan pelaksanaan praktik bercerita yang dilakukan siswa dalam kelompok;
(5) reflektifitas kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa
mengetahui kekurangan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Perubahan perilaku dan sikap siswa terhadap keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter
diidentifikasi dari sikap religius dan sikap sosial (tanggung jawab, santun, percaya
diri, peduli) yang muncul pada siswa. (1) Sikap religius, indikator yang
dikembangkan yaitu berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu; memberi
salam sesuai agama masing-masing sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi; memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. (2) Sikap tanggung jawab, indikator yang dikembangkan
-
119
yaitu melaksanakan tugas individu dengan baik; menerima resiko dari tindakan
yang dilakukan; melaksanakan apa yang dikatakan tanpa disuruh atau diminta. (3)
Sikap santun, indikator yang dikembangkan yaitu menghormati orang yang lebih
tua; menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah; bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang lain. (4)
Sikap percaya diri, indikator yang dikembangkan yaitu berani presentasi di depan
kelas; berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan; berpendapat atau
melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu (terutama ketika praktik bercerita). (5) Sikap
peduli, indikator yang dikembangkan yaitu menghiraukan teman yang
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah; kesediaan membantu
teman sekelompok; peduli keadaan maupun orang lain di sekitarnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan
nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkapkan data peningkatan
pengetahuan dan data peningkatan keterampilan bercerita secara kuantitatif.
Sementara instrumen nontes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran
dan perubahan perilaku siswa, baik sikap religius maupun sikap sosial siswa
terhadap keterampilan bercerita secara kualitatif. Berikut penjelasan instrumen-
instrumen tersebut.
3.5.1 Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan tes unjuk
kerja lisan. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap
-
120
keterampilan bercerita dengan memberikan tes pemahaman kepada siswa, berupa
pertanyaan terkait dengan isi teks cerita pendek yang telah dibaca dan tentang
keterampilan bercerita. Penilaian pengetahuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap teks cerita pendek, ditinjau dari jumlah soal yang
berhasil dijawab dengan tepat. Berikut tabel yang menyatakan pedoman penilaian
pengetahuan.
Tabel 4 Pedoman Penilaian Pengetahuan
No Soal Rentang Skor
Bobot Skor
Maksimal 1 2 3 4
1 Sebutkan tokoh, latar, tema,
amanat, sudut pandang
cerita pendek yang telah
kamu baca!
5 20
2 Apakah bercerita itu? 3 12
3 Ceritakan isi cerita pendek
dengan singkat dan jelas!
5 20
4 Tulislah penjelasan
tahapan-tahapan bercerita
berdasarkan cerita pendek!
5 20
5 Tuliskan penilaianmu
tentang praktik bercerita
pada media audiovisual
yang telah ditayangkan!
7 28
Jumlah Skor 25 100
Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk mengetahui nilai
pengetahuan siswa yang dihitung dengan rumus:
Rentang Nilai Pengetahuan:
SB = Sangat Baik = 80 100 C = Cukup = 60 - 69
-
121
B = Baik = 70 79 K = Kurang = < 60
Indikator yang dinilai untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
ditinjau dari tujuan yang diukur, yaitu kemampuan mengingat (C1), kemampuan
memahami (C2), kemampuan menerapkan pengetahuan/aplikasi (C3), dan
kemampuan menganalisis (C4). Berikut tabel yang menyatakan rentang skor dan
kategori penilaian pengetahuan.
Tabel 5 Rentang Skor dan Kategori Penilaian Pengetahuan
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
1 Memahami
teks cerita
pendek
berdasarkan
karakteris-
tik teks
dengan
memperhati
kan unsur
pembangun
cerita
pendek
1) Mengetahui tokoh penokohan
cerita
2) Mengetahui latar/setting
cerita
3) Mengetahui tema dan amanat
cerita
4) Mengetahui sudut pandang
cerita
Siswa bisa menyebutkan
empat kriteria secara
lengkap
4
Siswa hanya bisa
menyebutkan tiga kriteria
dari empat kriteria
3
Siswa hanya bisa
menyebutkan dua kriteria
dari empat kriteria
2
Siswa hanya bisa
menyebutkan satu kriteria
dari empat kriteria 1
2 Memahami
pengertian
bercerita
1) Menggambarkan konsep
2) Rumusan ciri-ciri konsep
3) Pemakaian kata sesuai konsep
4) Keefektifan kalimat dan
mudah dipahami
Siswa bisa menjelaskan
sesuai empat kriteria 4
Siswa bisa menjelaskan
hanya sesuai tiga kriteria
dari empat kriteria 3
Siswa bisa menjelaskan
hanya sesuai dua kriteria
dari empat kriteria 2
Siswa bisa menjelaskan
hanya sesuai satu kriteria
dari empat kriteria 1
-
122
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
3 Mencerita-
kan isi
cerita
pendek
1) Memuat pusat yang menjadi
titik perhatian
2) Paparan pokok cerita, yaitu satu
tokoh dalam satu
situasi pada
cerita pendek
3) Cerita disampaikan
sesuai
kronologis
kejadian
4) Maksud atau makna cerita
dapat dimengerti
Siswa memaparkan cerita
memuat empat kriteria 4
Siswa memaparkan cerita
hanya memuat tiga kriteria
dari empat kriteria
3
Siswa memaparkan cerita
hanya memuat dua kriteria
dari empat kriteria
2
Siswa memaparkan cerita
hanya memuat satu kriteria
dari empat kriteria
1
4 Menentu-
kan
tahapan-
tahapan
bercerita
berdasarkan
cerita
pendek
1) Mengkaji cerita 2) Membuat alur
cerita
3) Merancang pembukaan
cerita
4) Merancang penutupan cerita
Siswa bisa menjelaskan
tahapan sesuai empat
kriteria secara lengkap
4
Siswa hanya bisa
menjelaskan tahapan sesuai
tiga kriteria dari empat
kriteria
3
Siswa hanya bisa
menjelaskan tahapan sesuai
dua kriteria dari empat
kriteria
2
Siswa hanya bisa
menjelaskan tahapan sesuai
satu kriteria dari empat
kriteria
1
5 Menilai
praktik
bercerita
melalui
tanggapan,
komentar
berdasarkan
aspek
penilaian
bercerita
1) Kebahasaan: keruntutan
cerita, pilihan
kata, keefektifan
kalimat, isi cerita
2) Teknik penyampaian:
volume suara,
intonasi,
pelafalan
3) Nilai seni: gerak tubuh, ekspresi
4) Motivasi pribadi: percaya diri
Siswa bisa menjelaskan
empat kriteria secara
lengkap
4
Siswa hanya bisa
menjelaskan tiga kriteria
dari empat kriteria
3
Siswa hanya bisa
menjelaskan dua kriteria
dari empat kriteria
2
Siswa hanya bisa
menjelaskan satu kriteria
dari empat kriteria 1
-
123
Perhitungan nilai konversi aspek pengetahuan diperoleh menggunakan
rumus :
Tabel 6 Predikat Nilai Pengetahuan
No Predikat Nilai Keterangan
1 A 3,67 4,00 Sangat Baik
2 A- 3,34 3,66
3 B+ 3,01 3,33
Baik 4 B 2,67 3,00
5 B- 2,34 2,66
6 C+ 2,01 2,33
Cukup 7 C 1,67 2,00
8 C- 1,34 1,66
9 D+ 1,01 1,33 Kurang
10 D 0,00 1,00
Tes unjuk kerja lisan untuk mengetahui keterampilan bercerita siswa,
berupa tes praktik bercerita. Siswa secara individu bercerita berdasarkan teks
cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks setelah menyimak tayangan media
audiovisual. Praktik bercerita dilakukan siswa secara individu di lingkup
kelompok kecil. Jika salah satu siswa praktik bercerita, maka siswa yang lain
(dalam lingkup kelompok) memberikan penilaian. Penilaian bercerita siswa
dilakukan di siklus I dan siklus II dengan memperhatikan aspek-aspek penilaian,
meliputi: (1) percaya diri; (2) keruntutan cerita; (3) ekspresi; (4) pilihan kata; (5)
keefektifan kalimat; (6) isi cerita; (7) intonasi; (8) volume suara; (9) gerak
tubuh/gesture; dan (10) pelafalan. Aspek-aspek penilaian tersebut memiliki skor
penilaian dan kriteria sebagai berikut.
-
124
Tabel 7 Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita
No Aspek Penilaian Rentang Skor
Bobot Skor
Maksimal 1 2 3 4
1 Percaya diri 4 16
2 Keruntutan cerita 3 12
3 Volume suara 2 8
4 Pilihan kata 2 8
5 Intonasi 2 8
6 Gerak tubuh/gesture 2 8
7 Ekspresi 1 4
8 Isi cerita 4 16
9 Keefektifan kalimat 3 12
10 Pelafalan 2 8
Jumlah Skor 25 100
Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk mengetahui nilai
keterampilan bercerita siswa yang dihitung dengan rumus:
Rentang Nilai Keterampilan:
SB = Sangat Baik = 86 100 C = Cukup = 60 - 69
B = Baik = 70 85 K = Kurang = 0 - 59
Indikator yang dinilai menurut rentang skor dan kategori penilaian pada
keterampilan bercerita dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Rentang Skor dan Kategori Penilaian Keterampilan Bercerita
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
1 Percaya
Diri
1) Bercerita tanpa ragu-ragu
2) Tidak canggung 3) Berani bercerita 4) Tidak putus asa
Siswa bercerita memuat
empat kriteria percaya diri
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria percaya diri
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria percaya diri
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria percaya diri
1
-
125
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
2 Keruntutan
Cerita
1) Bercerita sesuai dengan alur
cerita
2) Sistematis (awal, tengah, akhir)
3) Bercerita secara urut
4) Berkesinambungan
Siswa bercerita memuat
empat kriteria keruntutan
cerita
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria keruntutan
cerita
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria keruntutan
cerita
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria keruntutan
cerita
1
3 Volume
Suara
1) Suara mencapai daya jangkau
pendengar
2) Bercerita dengan nyaring
3) Ketepatan kekuatan suara
yang dihasilkan
4) Pandai mengatur keras pelan suara
Siswa bercerita memuat
empat kriteria volume
suara
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria volume suara
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria volume suara
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria volume suara
1
4 Pilihan
Kata
1) Pilihan kata selaras dengan
cerita
2) Kesesuaian pilihan kata
dalam
mendialogkan
tokoh
3) Kesesuaian pilihan kata
dalam
berekspresi
4) Kata yang digunakan dapat
dimengerti
Siswa bercerita memuat
empat kriteria pilihan kata
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria pilihan kata
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria pilihan kata
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria pilihan kata
1
-
126
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
5 Intonasi 1) Ada tinggi rendah nada dalam
bercerita sesuai
penceritaan
2) Ada tinggi rendah nada dalam
mendialogkan
tokoh
3) Melagukan kalimat dalam
bercerita
4) Ketepatan mengatur nada
Siswa bercerita memuat
empat kriteria intonasi
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria intonasi
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria intonasi
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria intonasi
1
6 Gerak
Tubuh/
Gesture
1) Memunculkan gerak tubuh dalam
bercerita
2) Gerak-gerik sesuai penceritaan
3) Gerak tubuh meyakinkan
4) Tidak berlebihan
Siswa bercerita memuat
empat kriteria gerak
tubuh
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria gerak tubuh
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria gerak tubuh
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria gerak tubuh
1
7 Ekspresi 1) Raut wajah sesuai konteks cerita
(senang, sedih)
2) Improvisasi diri 3) Memerankan
tokoh sesuai
karakter
4) Mendialogkan tokoh cerita
Siswa bercerita memuat
empat kriteria ekspresi
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria ekspresi
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria ekspresi
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria ekspresi
1
8 Isi Cerita 1) Pokok cerita tersampaikan
2) Memuat struktur cerita (permulaan,
konflik,
penyelesaian)
3) Pengisahan tidak terpaku teks
(pemahaman
sendiri)
4) Memuat pesan moral
Siswa bercerita memuat
empat kriteria isi cerita
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria isi cerita
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria isi cerita
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria isi cerita
1
-
127
No Aspek Indikator Kriteria Penilaian Skor
9 Keefektifan
Kalimat
1) Bercerita secara komunikatif
2) Mudah dipahami 3) Keberhasilan
menarik perhatian
pendengar
4) Bercerita dengan efektif
Siswa bercerita memuat
empat kriteria
keefektifan kalimat
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria keefektifan
kalimat
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria keefektifan
kalimat
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria keefektifan
kalimat
1
10 Pelafalan 1) Pengucapan yang jelas
2) Tidak terbata-bata 3) Ketepatan jeda 4) Pandai mengatur
napas
Siswa bercerita memuat
empat kriteria pelafalan
4
Siswa bercerita memuat
tiga kriteria pelafalan
3
Siswa bercerita memuat
dua kriteria pelafalan
2
Siswa bercerita memuat
satu kriteria pelafalan
1
Perhitungan nilai konversi untuk mengetahui predikat siswa pada
keterampilan bercerita diperoleh menggunakan rumus :
Tabel 9 Predikat Nilai Keterampilan
No Predikat Nilai Keterangan
1 A 3,67 4,00 Sangat Baik
2 A- 3,34 3,66
3 B+ 3,01 3,33
Baik 4 B 2,67 3,00
5 B- 2,34 2,66
6 C+ 2,01 2,33
Cukup 7 C 1,67 2,00
8 C- 1,34 1,66
9 D+ 1,01 1,33 Kurang
10 D 0,00 1,00
-
128
3.5.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu
pedoman observasi, pedoman jurnal, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto.
Berikut disajikan tabel terkait dengan penggunaan instrumen nontes dalam
pengambilan data.
Tabel 10 Kisi-Kisi Instrumen Nontes
No Instrumen
Nontes
Aspek yang Diamati
Proses Sikap Religius dan
Sikap Sosial
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Observasi
2 Jurnal Siswa - - - - - -
Jurnal Guru -
3 Wawancara - - - - - -
4 Dokumentasi Foto
Keterangan:
1. Proses Pembelajaran, mencakup:
(1) keantusiasan dan minat siswa;
(2) kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi
karakteristik dan unsur pembangun cerita pendek;
(3) keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan;
(4) keintensifan pelaksanaan praktik bercerita yang dilakukan siswa dalam
kelompok;
(5) reflektifitas kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa
mengetahui kekurangan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Perubahan perilaku yang ditinjau dari sikap religius dan sikap sosial.
(1) Sikap Religius
-
129
Indikator yang diamati, mencakup: berdoa sebelum dan sesudah
menjalankan sesuatu; memberi salam sesuai agama masing-masing
sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi; memelihara
hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Tanggung jawab
Indikator yang diamati, mencakup: melaksanakan tugas individu
dengan baik; menerima resiko dari tindakan yang dilakukan;
melaksanakan apa yang dikatakan tanpa disuruh atau diminta.
(3) Santun
Indikator yang diamati, mencakup: menghormati orang yang lebih
tua; menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat, bertanya,
atau menyanggah; bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang
lain.
(4) Percaya diri
Indikator yang diamati, mencakup: berani presentasi di depan
kelas; berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan;
berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu (terutama ketika
praktik bercerita).
(5) Peduli
Indikator yang diamati, mencakup: menghiraukan teman yang
menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah; kesediaan
membantu teman sekelompok; peduli keadaan maupun orang lain di
sekitarnya.
-
130
3.5.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman observasi atau pengamatan digunakan untuk mengambil data
penelitian berupa keadaan, respon, keaktifan, sikap siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Sasaran yang diamati dalam observasi siswa pada saat
penelitian siklus I dan siklus II adalah proses pembelajaran dan perubahan
perilaku siswa, berupa sikap religius dan sikap sosial.
1) Pedoman Observasi Proses Pembelajaran
Observasi atau pengamatan proses, yaitu kinerja atau unjuk kerja siswa
ketika pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung. Aspek-aspek yang
termuat dalam pedoman observasi proses meliputi: (1) keantusiasan dan minat
siswa; (2) kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi
karakteristik dan unsur pembangun cerita pendek; (3) keintensifan pelaksanaan
diskusi kelompok setelah menyimak tayangan; (4) keintensifan pelaksanaan
praktik bercerita yang dilakukan siswa dalam kelompok; (5) reflektifitas kegiatan
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan dan apa
yang akan dilakukan selanjutnya.
Tabel 11 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Bercerita
No Aspek yang diamati
Teknik Waktu Keterangan A B C D E
1
Pengamatan Proses
2
3
Aspek yang diamati:
A = keantusiasan dan minat siswa;
-
131
B = kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi karakteristik
dan unsur pembangun cerita pendek;
C = keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan;
D = keintensifan pelaksanaan praktik bercerita yang dilakukan siswa dalam
kelompok;
E = reflektifitas kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa
mengetahui kekurangan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2) Pedoman Observasi Sikap Religius dan Sikap Sosial
Pedoman observasi sikap mencakup sikap religius dan sikap sosial yang
diharapkan dapat dicapai siswa. Indikator sikap yang diobservasi diuraikan
sebagai berikut.
(1) Sikap religius, indikator yang dikembangkan yaitu berdoa sebelum
dan sesudah menjalankan sesuatu; memberi salam sesuai agama masing-masing
sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi; memelihara hubungan
baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Sikap tanggung jawab, indikator yang dikembangkan yaitu
melaksanakan tugas individu dengan baik; menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan; melaksanakan apa yang dikatakan tanpa disuruh atau diminta.
(3) Sikap santun, indikator yang dikembangkan yaitu menghormati orang
yang lebih tua; menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat,
bertanya, atau menyanggah; bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu
orang lain.
-
132
(4) Sikap percaya diri, indikator yang dikembangkan yaitu berani
presentasi di depan kelas; berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan; berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu (terutama
ketika praktik bercerita).
(5) Sikap peduli, indikator yang dikembangkan yaitu menghiraukan
teman yang menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah; kesediaan
membantu teman sekelompok; peduli keadaan maupun orang lain di sekitarnya.
Pedoman observasi sikap religius dan sikap sosial siswa dalam
pembelajaran keterampilan bercerita yang digunakan guru disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 12 Pedoman Observasi Sikap Religius dan Sikap Sosial
No Sikap yang Diamati
dan Dinilai Indikator Sikap
1 Religius (1) Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
(2) Memberi salam sesuai agama masing-masing sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi.
(3) Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2 Tanggung Jawab (1) Melaksanakan tugas individu dengan baik. (2) Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan.
(3) Melaksanakan apa yang dikatakan tanpa disuruh atau diminta.
3 Santun (1) Menghormati orang yang lebih tua. (2) Menggunakan bahasa santun saat
menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah.
(3) Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang lain.
-
133
No Sikap yang Diamati
dan Dinilai Indikator Sikap
4 Percaya diri (1) Berani presentasi di depan kelas. (2) Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan.
(3) Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu (terutama ketika praktik bercerita).
5 Peduli (1) Menghiraukan teman yang menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah.
(2) Kesediaan membantu teman sekelompok. (3) Peduli keadaan maupun orang lain di
sekitarnya.
3.5.2.2 Pedoman Jurnal
Pedoman jurnal yang digunakan pada subjek penelitian kelas VIID SMP
Negeri 1 Ampel Kabupaten Boyolali yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Pedoman
jurnal guru dibuat pada siklus I dan siklus II.
Pedoman jurnal siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
berupa kritik, saran, dan kesan tentang pembelajaran keterampilan bercerita
menggunakan pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan
karakter yang dilakukan oleh peneliti. Jurnal siswa mencakup: (1) keantusiasan
dan minat siswa, diketahui dari pendapat siswa mengenai perasaan dan kesan
yang dialami siswa mengenai pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan
teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan
scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter; (2)
keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan, diketahui
dari pendapat siswa mengenai kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa saat
proses pembelajaran keterampilan bercerita; (3) keintensifan pelaksanaan praktik
bercerita yang dilakukan siswa dalam kelompok, diketahui dari pendapat siswa
-
134
saat praktik bercerita yang telah dilakukan; (4) reflektifitas kegiatan refleksi pada
akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan dan apa yang akan
dilakukan selanjutnya, diketahui dari pendapat siswa tentang penggunaan
pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan karakter; saran
siswa terhadap kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita yang telah
terlaksana.
Pedoman jurnal guru merupakan catatan guru tentang perihal
pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita. Jurnal guru berisi tentang
perasaan, penafsiran, kesan, dan pengalaman yang dirasakan oleh peneliti ketika
proses pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung. Jurnal guru ini berisi
tentang, (1) kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi
karakteristik dan unsur pembangun cerita pendek, diidentifikasi dari proses siswa
melaksanakan diskusi kelompok mengidentifikasi karakteristik dan unsur
pembangun cerita pendek; (2) keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah
menyimak tayangan, diidentifikasi dari proses siswa melaksanakan diskusi
menentukan tahapan dan teknik bercerita berdasarkan teks cerita pendek setelah
menyimak tayangan; (3) keintensifan pelaksanaan praktik bercerita yang
dilakukan siswa dalam kelompok, diidentifikasi dari proses siswa melaksanakan
praktik bercerita yang dilakukan dalam kelompok; (4) reflektifitas kegiatan
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan dan apa
yang akan dilakukan selanjutnya, diidentifikasi dari suasana kegiatan refleksi
pada akhir pembelajaran; (5) sikap religius, diidentifikasi dari sikap religius siswa
dalam pembelajaran (berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran keterampilan
-
135
bercerita, memberi salam, berhubungan baik dengan sesama umat); (6) tanggung
jawab, diidentifikasi dari sikap tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas
yang diberikan; (7) santun, diidentifikasi dari kesantunan siswa dalam
menggunakan bahasa ketika pembelajaran berlangsung (diskusi, mengajukan
pertanyaan, presentasi); (8) percaya diri, diidentifikasi dari kepercayaan diri siswa
terhadap pembelajaran keterampilan bercerita terutama ketika praktik bercerita;
(9) peduli, diidentifikasi dari kepedulian siswa terhadap penjelasan guru dan
kegiatan diskusi yang dilaksanakan dalam pembelajaran keterampilan bercerita
menggunakan pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan
karakter.
3.5.2.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ditujukan kepada siswa, sebagaimana berkaitan
dengan variabel penelitian proses pembelajaran keterampilan bercerita
pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
Wawancara tidak dilakukan kepada seluruh siswa, tetapi hanya perwakilan siswa
yang memperoleh rentang nilai baik, nilai sedang, dan nilai kurang baik.
Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara, yaitu: (1)
keantusiasan dan minat siswa, diketahui dari pendapat siswa mengenai perasaan
dan kesan yang dialami siswa mengenai pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks menggunakan
pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter; (2)
keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan, diketahui
-
136
dari pendapat siswa mengenai kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa saat
proses pembelajaran keterampilan bercerita; (3) keintensifan pelaksanaan praktik
bercerita yang dilakukan siswa dalam kelompok, diketahui dari pendapat siswa
saat praktik bercerita yang telah dilakukan; (4) reflektifitas kegiatan refleksi pada
akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan dan apa yang akan
dilakukan selanjutnya, diketahui dari pendapat siswa tentang penggunaan
pendekatan scientific dan media audiovisual berbasis pendidikan karakter; saran
siswa terhadap kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita yang telah
terlaksana.
3.5.2.4 Pedoman Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto digunakan untuk memperkuat hasil penelitian selain
data nontes. Hal yang didokumentasikan atau difoto berupa aktivitas siswa
bersama peneliti di kelas, kejadian-kejadian yang terjadi pada siswa khususnya
perilaku siswa ketika pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita
pendek menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter.
Aspek yang diambil dalam dokumentasi foto mencakup: (1) keantusiasan
dan minat siswa, diidentifikasi dari aktivitas siswa pada saat pembelajaran
berlangsung; (2) kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi
karakteristik dan unsur pembangun cerita pendek, diidentifikasi dari aktivitas
siswa pada saat memahami teks cerita pendek; aktivitas siswa ketika diskusi
berkelompok; (3) keintensifan pelaksanaan diskusi kelompok setelah menyimak
-
137
tayangan, diidentifikasi dari aktivitas siswa ketika mengajukan pertanyaan;
aktivitas siswa ketika menyimpulkan materi; aktivitas siswa ketika menyusun
kerangka teks cerita pendek menurut pemahaman siswa sebagai persiapan
bercerita; (4) keintensifan pelaksanaan praktik bercerita yang dilakukan siswa
dalam kelompok, diidentifikasi dari aktivitas siswa praktik bercerita secara
individu di hadapan teman-teman sekelompok dalam kelompok kecil; aktivitas
siswa praktik bercerita secara individu di hadapan teman-teman sekelompok
dalam kelompok besar (gabungan dua kelompok); (5) reflektifitas kegiatan
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan dan apa
yang akan dilakukan selanjutnya, diidentifikasi dari aktivitas siswa melakukan
refleksi pada akhir pembelajaran; aktivitas siswa perwakilan objek wawancara
pada saat diwawancarai; (6) sikap religius, diidentifikasi dari aktivitas siswa yang
menunjukkan sikap religius (berdoa, hubungan antarteman); (7) sikap tanggung
jawab, diidentifikasi dari aktivitas siswa yang menunjukkan sikap tanggung
jawab; (8) sikap santun, diidentifikasi dari aktivitas siswa yang menunjukkan
sikap santun terhadap teman maupun guru; (9) sikap percaya diri, diidentifikasi
dari aktivitas siswa yang menunjukkan kepercayaan diri siswa; (10) sikap peduli,
diidentifikasi dari aktivitas siswa yang menunjukkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan terutama dalam proses pembelajaran.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes dan
teknik nontes. Data tes dikumpulkan melalui tes tertulis dan tes unjuk kerja lisan
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks
-
138
menggunakan pendekatan scientific melalui media audiovisual berbasis
pendidikan karakter yang telah dilakukan. Data nontes dikumpulkan melalui
observasi, jurnal harian guru dan siswa, pedoman wawancara, dan dokumentasi
foto. Pengumpulan data nontes berdasarkan proses pembelajaran berlangsung,
sikap religius, dan sikap sosial. Berikut penjelasan masing-masing teknik
pengumpulan data tes dan nontes.
3.6.1 Teknik Tes
Teknik pengumpulan data tes dalam pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai karakteristik teks menggunakan pendekatan
scientific melalui media audiovisual berbasis pendidikan karakter melalui tes
tertulis dan tes unjuk kerja lisan.
Tes tertulis adalah tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan
memberi siswa beberapa pertanyaan tentang isi teks cerita pendek yang telah
dibaca dan tentang keterampilan bercerita. Tes unjuk kerja lisan, tes untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks diperoleh setelah
siswa melaksanakan praktik bercerita yang sebelumnya telah dipandu dengan
penayangan media audiovisual berbasis pendidikan karakter.
Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Teknik
tes diberikan guna mengetahui data pengetahuan siswa dan keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek setelah pembelajaran berlangsung.
-
139
Hasil tes pada siklus I dianalisis, sehingga dapat diketahui kelemahan-
kelemahan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita
berdasarkan teks cerita pendek. Selanjutnya, siswa diberi masukan sebagai
perbaikan untuk menghadapi tes pada siklus II. Hasil tes pada siklus II dianalisis
sebagaimana siklus I, sehingga dapat diketahui peningkatan pengetahuan siswa
terhadap keterampilan bercerita dan peningkatan keterampilan bercerita pada
siswa.
3.6.2 Teknik Nontes
Data nontes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran,
perubahan perilaku siswa baik sikap religius dan sikap sosial siswa terhadap
keterampilan bercerita. Teknik pengumpulan data berupa nontes dilakukan
dengan menggunakan observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.
3.6.2.1 Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses pembelajaran,
sikap religius, dan sikap sosial pada siswa selama kegiatan penelitian berlangsung.
Pertama, observasi atau pengamatan proses pembelajaran keterampilan
bercerita dilakukan berdasarkan keadaan dan respon siswa ketika pembelajaran
berlangsung. Kedua, observasi atau pengamatan sikap religius dan sikap sosial
siswa. Indikator sikap religius mencakup: berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu, memberi salam, memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Sikap sosial siswa terdiri atas sikap tanggung jawab,
-
140
santun, percaya diri dan peduli. Indikator sikap tanggung jawab mencakup:
melaksanakan tugas individu dengan baik; menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan; melaksanakan apa yang dikatakan tanpa disuruh atau diminta.
Indikator sikap santun mencakup: menghormati orang yang lebih tua;
menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau
menyanggah; bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat bertemu orang lain.
Indikator sikap percaya diri mencakup: berani presentasi di depan kelas; berani
berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan; berpendapat atau melakukan
kegiatan tanpa ragu-ragu (terutama ketika praktik bercerita). Indikator sikap
peduli mencakup: menghiraukan teman yang menyampaikan pendapat, bertanya,
atau menyanggah; kesediaan membantu teman sekelompok; peduli keadaan
maupun orang lain di sekitarnya.
Observasi atau pengamatan dilakukan pada semua siswa dengan
memberikan penilaian pada lembar observasi berupa lembar observasi proses
pembelajaran keterampilan bercerita dan lembar observasi penilaian sikap religius
dan sikap sosial siswa. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran
keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek terlaksana yang dilakukan
oleh peneliti, dibantu guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dan teman. Teknik
pengumpulan data dengan observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
-
141
3.6.2.2 Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu jurnal siswa
dan jurnal guru. Jurnal siswa, pengumpulan data dilakukan dengan siswa diminta
untuk memberi tanggapan, kesan, dan kritikan terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran keterampilan bercerita berdasarkan teks cerita pendek sesuai
dengan karakteristik teks menggunakan pendekatan scientific melalui media
audiovisual berbasis pendidikan karakter yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal
ini mencakup tentang cara penyampaian materi, penggunaan pendekatan/teknik,
proses pembelajaran. Sebelum pembelajaran berlangsung, peneliti memberikan
penjelasan kepada siswa tentang adanya jurnal siswa setelah selesai
melaksanakan pembelajaran, baik pada siklus I dan siklus II. Hasil dari jurnal
siswa digunakan peneliti sebagai data untuk mengetahui proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Jurnal guru merupakan catatan guru tentang perihal pelaksanaan
pembelajaran keterampilan bercerita. Jurnal guru berisi tentang perasaan,
penafsiran, kesan, dan pengalaman yang dirasakan oleh peneliti ketika proses
pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan oleh guru dengan mengidentifikasi aktivitas, p