bab III

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993). B. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint) Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu. Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. 9

Transcript of bab III

Page 1: bab III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui

dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang

berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-

perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul

(Appley, 1993).

B. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint)

yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat

dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara

leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan

menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan

gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh

tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus

(upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu

sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi

scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi

glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke

dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal (Sidharta, 1984).

9

Page 2: bab III

Gambar. 1 Anatomi Sendi Bahu

1. Sendi Glonuhumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas

glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi

meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya

labrum glenoidale (Snell, 1997).

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,

yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,

sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga

memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas. Proteksi terhadap

sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus, dan

ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar

caput humerus selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain

ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan

ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis

dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).

10

Page 3: bab III

Ligament yang memperkuat antara lain:

a. ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus

coracoideus sampai tuberculum humeri.

b. ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus

sampai acromion.

c. ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis

ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:

1) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah

cranial

2) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah

ventral.

3) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation

sebelah inferius.

Bursa – bursa yang ada pada shoulder joint

a. Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan

tendon latisimus dorsi.

b. Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan

tuberositashumeri.

c. Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot

pectoralis mayor.

d. Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah

otot deltoideus.

e. Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum

coracoclaviculare.

11

Page 4: bab III

f. Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan

otot subscapularis.

g. Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit

2. Sendi sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura

clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi

fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus

articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya dan

sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan

gerakan luas.

Ligamentum yang memperkuat:

a. ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial

extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.

b. ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama

sampai permukaan bawah clavicula

c. ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal

incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis

claviculare.

3. Sendi acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari

acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro

cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis

termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya sempit, dengan

ligamentum yang longgar.

Ligamentum yang memperkuat

12

Page 5: bab III

a. Ligament acromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran

ventral sampai dataran caudal clavicula

b. ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:

1) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial

procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare

2) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral

procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare

4. Sendi subacromiale

Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang

berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di

sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai

rongga sendi.

5. Sendi scapula thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax.

C. Etiologi

1. Kontusio atau trauma pada jaringan

2. Imobilisasi lama seperti fraktur lengan dan fraktur bahu

3. Diabetes Mellitus

4. Sindroma Servikal

5. Disuse dari sendi bahu yang terjadi pada hemiparese atau monoparese yang

terlibat

D. Klasifikasi Frozen Shoulder

1. Gangguan Myotakal pada “ Rotator Cuff“

a. Tendinitis

13

Page 6: bab III

Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktifitasnya harus mengangkat

beban berat, bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila

lengan harus diangkat sebatas atau melebihi tinggi akronion. Posisi yang

sedemikian ini bila berlangsung terus-menerus juga akan menyebabkan

terjadinya iskemia pada tendon. Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan

terjadinya atropi kelemahan otot daerah pundak sehingga daerah tersebut

kelihatan kempis.

Degenerasi yang progresif pada “rotator cuff” biasa terjadi pada

mereka yang kurang/tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan fungsi

pada bahu. Pada decade ke-5, kebanyakan otot “rotator cuff”telah mulai

tertarik serta memperlihatkan tanda-tanda penipisan dan fibrotisasi. Penipisan

dan degenerasi ini terutama terjadi pada daerah kritis (critical zone).

Pada keadaan lebih lanjut, kemungkinan terjadinya ruptur ringan akan

bertambah lebar, pada keadaan ini proses degenerasi akan diikuti erosi pada

tuberkulum humeri. Erosi yang terjadi menekan tendon biceps sehingga sulcus

bisipitalis pada kondisi parah seolah-olah menghilang. Bursa sub akromialis

menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa menebal.

Bila terjadi ruptur tendon atau klasifikasi, dinding bursa ini menjadi

tegang. Permukaan bawah akronion oleh adanya gesekan dan tekanan dari

humerus, akan mengeras dan menebal.

Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai factor yang berperan

penting dalam proses tendinitas degenerative, meskipun factor-faktor yang

lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi luas

gerak sendi, yang disebabkan oleh perubahan posisi scapula. Perubahan posisi

14

Page 7: bab III

scapula ini sebagai akibat dari bertambahnya lengkung kiposis torakal karena

degenerasi diskus intervertebralis.

Kalsifikasi pada Tendinitis

Penimbunan kristal kalsium fosfat dan kalsium karbonat pada “rotator

cuff” sangat sering terjadi. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen,

aponeurosis dan kapsul sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini

berhubungan dengan perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah

kritis dimana degenerasi ini dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada

tempat penimbunan kalsium.

Penimbunan pertama kali didapatkan di dalam tendon, kemudian

menuju permukaan, selanjutnya ruptur ke atas menuju ruan di bawah bursa

subdeltoid. Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja

dan rasa nyeri ini kemudian dapat timbul kembali. Evakuasi kalsium ke ruang

bawah bursa akan menekan ke atas ke arah dasar bursa. Dengan iritasi dan

tekanan, timbunan ini dapat ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Ruptur ini

terjadi akut dan menimbulkan nyeri hebat. Di dalam bursa timbunan ini dapat

meluas ke lateral maupun distal (medial) sehingga berbentuk seperti dumbbell

dengan pemisahnya adalah ligamentum korakoakromialis.

Dalam keadaan ini baik abduksi maupun adduksi bahu tidak lagi dapat

dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Bahu biasanya terpaku dalam

keadaan sedikit abduksi (30 s/d 40 derajat) yang akan menghambat gerakan

bahu ke semua arah.

Radang bursa yang terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan

yang terus-menerus dapat menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan

15

Page 8: bab III

cairan bursa dan selanjutnya perlekatan dinding dasar dengan atas bursa,

sehingga timbul perikapsulitis ahesive. Akhirnya timbul “frozen shoulder”

(bahu beku).

1) Tendinitis Supraspinatus

Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum

majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk

oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohunerale) sebagai

alasnya, dan akromion serta ligamentum korako akromiale sebagai

penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling bertumpang

tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan

penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh

tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus

dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.

Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya

kalsifikasi. Ada tidaknya kalsifikasi tidak mempunyai hubungan langsung

dengan ada tidaknya rasa nyeri. Penderita tendinitis biasanya datang

dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu.

Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu.

Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat

bahu. Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan

bertambahnya nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasanya

disampaikan adalah :

a) kesulitan memakai baju

b) menyisir rambut

c) memasang konde atau

16

Page 9: bab III

d) kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa

nyeri.

Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya :

a) Painfull arc supraspinatus 0-60 derajat

b) Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi

c) Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus

d) Tes “Apley Scratch” dan “Mosley”: positif. (Kedua tes ini bukan

merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus saja. Tes “Apley

Scratch” sedang tes dan “Mosley” juga positif pada kerusakan otot

“rotator cuff” yang lain).

2) Tendinitis Bisipitalis

Tendon otot bisep dapat mengalami kerusakan secara tersendiri,

meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendenitis ini

biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau

dipukul pada bahu, dengan lengan dalam posisi adduksi serta lengan

bawah supinasi. Atau dapat juga terjadi pada orang-orang yang bekerja

keras dengan posisi seperti tersebut diatas dan secara berulang kali.

Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan

atas. Penderitanya biasanya datang dengan keluhan : “ kalau mau

mengangkat benda berat bahunya sakit”, atau “kalau membawa jinjingan

di pasar bahunya terasa nyeri”.

Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya:

a) Adduksi sendi bahu terbatas

b) Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus

intertuberkularis)

17

Page 10: bab III

c) Tes “Yergason” disamping timbul nyeri juga didapati penonjolan

disamping medial tuberkulum minus humeri, berarti tendon otot bisep

tergelinsir dan berada di luar sulkus bisipitalis (terjadi penipisan

tuberkulum)

b. Bursitis

Merupakan peradapan dari Bursa. Kelainan ini jarang primer, tetapi

biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari “rotator cuff”.

1) Bursitis Subkromialis

Keluhan pertamanya adalah “tidak dapat mengangkat lengan ke

samping (abduksi aktif)”, tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di

bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya

pada insersio otot deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini

merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub kromialis yang khas sekali. Ini

dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak

adanya nyeri tekan di situ berarti nyeri rujukan.

2) Bursitis Subdeltoideus

Pada pemeriksaan fisik, penderita bursitis akan didapatkan :

1) Painfull arc sub acromialis 70 – 120 derajat

2) Tes flexi siku melawan tahanan pada posisi flexi 90 derajat menjadikan

rasa nyeri

c. Ruptur ‘Rotator Cuff ‘

Ruptur “rotator cuff” ternyata terjadi lebih sering daripada yang kita

duga. Semula diagnosa ini hanya dipertimbangkan bagi mereka yang bekerja

berat dan cenderung mudah mengalami trauma hebat. Ternyata pada autopsi

18

Page 11: bab III

sering terlihat adanya ruptur “rotator cuff” pada golongan umur empat puluh

tahun, meskipun tanpa keluhan pada bahu semasa hidup.

Otot “rotator cuff” dapat robek akibat kecelakaan. Bagi penderita akan

langsung merasakan nyeri pada daerah persendian bahu bagian atas. Hal ini

umum terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Pada orang tua, ruptur dapat

terjadi akibat trauma yang ringan saja, disebabkan oleh adanya degenerasi

pada “rotator cuff”. Untuk keadaan ini, biasanya tanpa disertai keluhan nyeri.

Keluhannya hanya berupa kesulitan mengabduksi lengan

Pada pemeriksaan fisik, umumnya penderita dapat melakukan abduksi sampai

90 derajat, namun bila diminta meneruskan abduksi tersebut (elevasi), tidak

akan dapat dan bahkan mungkin lengan atas jatuh. Pada pemeriksaan kekuatan

otot (MMI), nilai kekuatan otot tidak akan lebih dari 3 (Fair). Gerak pasif

biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, juga tidak ada gangguan. Tes

“Moseley” atau tes “lengan jauh” akan menunjukkan hasil yang positif. Bila

tes “Moseley” positif, perlu dilakukan pemeriksaan arterografi.

2. Kapsula adhesiva

Penderita kapsulitis adhesive juga menyajikan keluhan yang sama seperti pada

penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan

samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti

bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan

tersebut pun terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila

diperiksa,maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar kelipatan siku

dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah ototpectoralis.

Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung

disebabkan oleh:

19

Page 12: bab III

a. Causa Primer

1) Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendiglenohumeral pada

bagian anterior dan caudal

2) Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya

3) Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi

b. Causa Sekunder

1) Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)

2) Kelemahan otot di sekitar bahu

Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus /Bisipitalia atau

Bursitis Acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri

tidak dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.

E. Gambaran Klinis

Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan

sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi,

sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat

intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup

gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana

lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi

keterbatasan gerak sendi bahu.

Frozen Shoulder dibagi menjadi 4 stadium:

1. Stadium I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral,

serta semakin bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan

keterbatasan gerak sendi bahu. Pemeriksaan gerak secara pasif

menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.

20

Page 13: bab III

2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga

mengganggu tidur. Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa

nyeri dan gerakan tiba-tiba akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri

terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar ke lengan dan siku.

Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu maka akan

menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.

3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun

demikian nyeri akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti

meregangkan sendi. Pada stadium ini keterbatasan gerak sendi bahu baru

bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan kontraktur dari

penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti

supraspinatus dan infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I –

III bervariasi antara beberapa minggu sampai lbih kurang 2 bulan. Pada

stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan masalah yang

dihadapi.

4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu

secara bertahap dan pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang

pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai timbulnya keluhan dan berakhir

sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya tidak

menunjukkan adanya kelainan.

F. Diagnosa Frozen Shoulder

1. Anamnesa

Hal – hal yang perlu dipertanyakan pada pasien

a. Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan

b. Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan

21

Page 14: bab III

c. Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan

yang dapat menguranginya

d. Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu

sebelumnya

e. Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita

sebelumnya. Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah

diberikan saat itu.

f. Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu

senggang yang sering dilakukan pasien.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

1) Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang

periksa. Apakah lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau

dipertahankan pada posisi tertentu.

2) Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang

dan saat pasien melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya

normal atau ada gerakan yang canggung dan posisi terpaksa.

Selain itu perhatikan :

1) Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra

torakal.

2) Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan

3) Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal:

a) Adanya hipotrofi/atrofi otot

b) Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan

b. Palpasi

22

Page 15: bab III

Palpasi sebaiknya dilakukan pada belakang pasien

1) Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke

lateral sepanjang klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi

glenohumeral

2) Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri

tekan. Perubahan kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.

3) Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat

dipalpasi terlebih dahulu harus dirotasikan keluar dengan cara

mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehingga kaput humeri

berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada

rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion

4) Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan

pada bursitis subakromia.

5) Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka

gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke

leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya

nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi

dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi

bahu.

6) Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup

gerak sendi aktif pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis

skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada

frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat

bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada

23

Page 16: bab III

gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab

keterbatasan.

7) Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk

muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat

bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot

deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Radiologi polos

2) Arthrografi

3) Bonescan

4) MRI

5) EMG

6) Arthroscopi

7) Laboratorium

G. Pemeriksaan Spesifik Shoulder Joint

1. Yergason’s Test

Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot

biceps dapat mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus

intertuberkularis atau tidak.

Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk

memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan

stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan

bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi

lengan melawan tahanan.

24

Page 17: bab III

Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau

tendon ke luar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis

bicipitalis.

Gambar. 2 Yergason’s Test

2. Speed Test

Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang

berada dalam posisi fleksi, secara bersamaan pasien melakukan

gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow.

Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam

sulcus bicipitalis dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.

3. Drop – arm Test / Test Moseley

Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya

kerusakan pada otot –otot serta tendon yang menyusun rotator

cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien

sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara

perlahan-lahan atau timbul nyeri pada saat mencoba melakukan

gerakan tersebut.

Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.

25

Page 18: bab III

Gambar. 3 Moseley Test

4. Supraspinatus Test

ABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan

pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut. Medial

rotasi shoulder sampai 30, dimana thumb pasien menghadap ke

lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil

melihat apakah ada kelemahan atau nyeri, yang

menggambarkan hasil tes positif.

Jika hasil tes positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau

tendon supraspinatus.

Gambar. 4 Suprinatus Test

5. Apprehension test untuk dislokasi posterior shoulder

26

Page 19: bab III

Pemeriksa memfleksikan kedepan shoulder pasien disertai

medial rotasi, lalu pemeriksa menekan kearah posterior elbow

pasien.

Hasil positif indikasi akan terlihat atau tampak kecemasan pada

wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan

selanjutnya.

6. Apprehension test untuk dislokasi anterior shoulder

Pemeriksa mengabduksikan dan lateral rotasi shoulder

pasien secara perlahan.

Jika tes positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan

pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan

selanjutnya.

Gambar. 5 Anterior Apprehension Test

7. Allen Manuever

27

Page 20: bab III

Pemeriksa memfleksikan elbow pasien sampai 90,

sementara shoulder ekstensi horizontal dan lateral rotasi, disertai

rotasi kepala pasien ke sisi yang berlawanan. Pemeriksa

mempalpasi denyut a.radialis yang biasanya hilang pada saat

kepala rotasi ke sisi yang berlawanan dari lengan yang di tes.

Jika tes positif indikasi adanya TOCS.

8. Adsoun Manuever

Kepala pasien rotasi ke sisi shoulder yang diperiksa lalu

ekstensi kepala pasien sementara pemeriksa memposisikan

shoulder pasien lateral rotasi dan ekstensi. Pemeriksa melokalisir

denyut a.radialis dan pasien diminta untuk menarik napas yang

dalam. Jika denyutnya hilang indikasi tes positif ( TOCS).

Gambar. 6 Adson Manuver

9. Apley Scratch Test

Pasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus

medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati

28

Page 21: bab III

belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor

dan eksternal rotasi bahu bekerja.

Pada tendonitis supraspinatus, bursitis dan kapsulitis

adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh

pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.

Gambar. 7 Apley Scratch Test

10. Test Roos

Posisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi

sejauh mungkin, selanjutnya pasien diminta untuk menutup dan

membuka jarinya kuat-kuat secara bergantian. Posisi ini

menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu

perlu adanya penyediaan darah ekstra karena kerja otot

tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan ini

dengan mudah selama 3 menit. Sedangkan pasien dengan TOCS

sudah merasakan timbul keluhan dalam waktu 1 menit. Yang

paling menyolok pasien merasakan kelelahan yang berlebihan di

dalam membuka jari.

29

Page 22: bab III

Gambar. 8 Roos Test

H. Penatalaksanaan

Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik

dan sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan

dengan dimulainya gerakan yang terarah dan benar.

Selama periode nyeri dapat dilakukan

1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal

2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID

3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif

4. TENS

5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar

6. Pemanasan dengan alat diatermi.

7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi

dan memperbaiki fleksibilitas kapsul.

30