BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi III ...
bab III
-
Upload
indahkusumaningrumsubroto -
Category
Documents
-
view
152 -
download
5
Transcript of bab III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui
dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang
berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-
perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul
(Appley, 1993).
B. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)
Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint)
yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat
dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara
leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan
menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan
gangguan pada bahu.
Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh
tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus
(upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu
sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi
scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi
glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke
dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal (Sidharta, 1984).
9
Gambar. 1 Anatomi Sendi Bahu
1. Sendi Glonuhumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi
meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya
labrum glenoidale (Snell, 1997).
Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,
yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,
sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga
memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas. Proteksi terhadap
sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus, dan
ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar
caput humerus selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain
ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan
ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis
dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).
10
Ligament yang memperkuat antara lain:
a. ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus
coracoideus sampai tuberculum humeri.
b. ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus
sampai acromion.
c. ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis
ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:
1) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah
cranial
2) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah
ventral.
3) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation
sebelah inferius.
Bursa – bursa yang ada pada shoulder joint
a. Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan
tendon latisimus dorsi.
b. Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan
tuberositashumeri.
c. Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot
pectoralis mayor.
d. Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah
otot deltoideus.
e. Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum
coracoclaviculare.
11
f. Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan
otot subscapularis.
g. Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit
2. Sendi sterno claviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura
clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi
fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus
articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya dan
sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan
gerakan luas.
Ligamentum yang memperkuat:
a. ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial
extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.
b. ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama
sampai permukaan bawah clavicula
c. ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal
incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis
claviculare.
3. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari
acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro
cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis
termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya sempit, dengan
ligamentum yang longgar.
Ligamentum yang memperkuat
12
a. Ligament acromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran
ventral sampai dataran caudal clavicula
b. ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
1) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial
procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare
2) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral
procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare
4. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang
berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di
sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai
rongga sendi.
5. Sendi scapula thoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa
pergerakan scapula terhadap dinding thorax.
C. Etiologi
1. Kontusio atau trauma pada jaringan
2. Imobilisasi lama seperti fraktur lengan dan fraktur bahu
3. Diabetes Mellitus
4. Sindroma Servikal
5. Disuse dari sendi bahu yang terjadi pada hemiparese atau monoparese yang
terlibat
D. Klasifikasi Frozen Shoulder
1. Gangguan Myotakal pada “ Rotator Cuff“
a. Tendinitis
13
Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktifitasnya harus mengangkat
beban berat, bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila
lengan harus diangkat sebatas atau melebihi tinggi akronion. Posisi yang
sedemikian ini bila berlangsung terus-menerus juga akan menyebabkan
terjadinya iskemia pada tendon. Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan
terjadinya atropi kelemahan otot daerah pundak sehingga daerah tersebut
kelihatan kempis.
Degenerasi yang progresif pada “rotator cuff” biasa terjadi pada
mereka yang kurang/tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan fungsi
pada bahu. Pada decade ke-5, kebanyakan otot “rotator cuff”telah mulai
tertarik serta memperlihatkan tanda-tanda penipisan dan fibrotisasi. Penipisan
dan degenerasi ini terutama terjadi pada daerah kritis (critical zone).
Pada keadaan lebih lanjut, kemungkinan terjadinya ruptur ringan akan
bertambah lebar, pada keadaan ini proses degenerasi akan diikuti erosi pada
tuberkulum humeri. Erosi yang terjadi menekan tendon biceps sehingga sulcus
bisipitalis pada kondisi parah seolah-olah menghilang. Bursa sub akromialis
menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa menebal.
Bila terjadi ruptur tendon atau klasifikasi, dinding bursa ini menjadi
tegang. Permukaan bawah akronion oleh adanya gesekan dan tekanan dari
humerus, akan mengeras dan menebal.
Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai factor yang berperan
penting dalam proses tendinitas degenerative, meskipun factor-faktor yang
lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi luas
gerak sendi, yang disebabkan oleh perubahan posisi scapula. Perubahan posisi
14
scapula ini sebagai akibat dari bertambahnya lengkung kiposis torakal karena
degenerasi diskus intervertebralis.
Kalsifikasi pada Tendinitis
Penimbunan kristal kalsium fosfat dan kalsium karbonat pada “rotator
cuff” sangat sering terjadi. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen,
aponeurosis dan kapsul sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini
berhubungan dengan perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah
kritis dimana degenerasi ini dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada
tempat penimbunan kalsium.
Penimbunan pertama kali didapatkan di dalam tendon, kemudian
menuju permukaan, selanjutnya ruptur ke atas menuju ruan di bawah bursa
subdeltoid. Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja
dan rasa nyeri ini kemudian dapat timbul kembali. Evakuasi kalsium ke ruang
bawah bursa akan menekan ke atas ke arah dasar bursa. Dengan iritasi dan
tekanan, timbunan ini dapat ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Ruptur ini
terjadi akut dan menimbulkan nyeri hebat. Di dalam bursa timbunan ini dapat
meluas ke lateral maupun distal (medial) sehingga berbentuk seperti dumbbell
dengan pemisahnya adalah ligamentum korakoakromialis.
Dalam keadaan ini baik abduksi maupun adduksi bahu tidak lagi dapat
dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Bahu biasanya terpaku dalam
keadaan sedikit abduksi (30 s/d 40 derajat) yang akan menghambat gerakan
bahu ke semua arah.
Radang bursa yang terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan
yang terus-menerus dapat menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan
15
cairan bursa dan selanjutnya perlekatan dinding dasar dengan atas bursa,
sehingga timbul perikapsulitis ahesive. Akhirnya timbul “frozen shoulder”
(bahu beku).
1) Tendinitis Supraspinatus
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum
majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk
oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohunerale) sebagai
alasnya, dan akromion serta ligamentum korako akromiale sebagai
penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling bertumpang
tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan
penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh
tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus
dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya
kalsifikasi. Ada tidaknya kalsifikasi tidak mempunyai hubungan langsung
dengan ada tidaknya rasa nyeri. Penderita tendinitis biasanya datang
dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu.
Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu.
Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat
bahu. Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan
bertambahnya nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasanya
disampaikan adalah :
a) kesulitan memakai baju
b) menyisir rambut
c) memasang konde atau
16
d) kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa
nyeri.
Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya :
a) Painfull arc supraspinatus 0-60 derajat
b) Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi
c) Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus
d) Tes “Apley Scratch” dan “Mosley”: positif. (Kedua tes ini bukan
merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus saja. Tes “Apley
Scratch” sedang tes dan “Mosley” juga positif pada kerusakan otot
“rotator cuff” yang lain).
2) Tendinitis Bisipitalis
Tendon otot bisep dapat mengalami kerusakan secara tersendiri,
meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendenitis ini
biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau
dipukul pada bahu, dengan lengan dalam posisi adduksi serta lengan
bawah supinasi. Atau dapat juga terjadi pada orang-orang yang bekerja
keras dengan posisi seperti tersebut diatas dan secara berulang kali.
Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan
atas. Penderitanya biasanya datang dengan keluhan : “ kalau mau
mengangkat benda berat bahunya sakit”, atau “kalau membawa jinjingan
di pasar bahunya terasa nyeri”.
Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya:
a) Adduksi sendi bahu terbatas
b) Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus
intertuberkularis)
17
c) Tes “Yergason” disamping timbul nyeri juga didapati penonjolan
disamping medial tuberkulum minus humeri, berarti tendon otot bisep
tergelinsir dan berada di luar sulkus bisipitalis (terjadi penipisan
tuberkulum)
b. Bursitis
Merupakan peradapan dari Bursa. Kelainan ini jarang primer, tetapi
biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari “rotator cuff”.
1) Bursitis Subkromialis
Keluhan pertamanya adalah “tidak dapat mengangkat lengan ke
samping (abduksi aktif)”, tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di
bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya
pada insersio otot deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini
merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub kromialis yang khas sekali. Ini
dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak
adanya nyeri tekan di situ berarti nyeri rujukan.
2) Bursitis Subdeltoideus
Pada pemeriksaan fisik, penderita bursitis akan didapatkan :
1) Painfull arc sub acromialis 70 – 120 derajat
2) Tes flexi siku melawan tahanan pada posisi flexi 90 derajat menjadikan
rasa nyeri
c. Ruptur ‘Rotator Cuff ‘
Ruptur “rotator cuff” ternyata terjadi lebih sering daripada yang kita
duga. Semula diagnosa ini hanya dipertimbangkan bagi mereka yang bekerja
berat dan cenderung mudah mengalami trauma hebat. Ternyata pada autopsi
18
sering terlihat adanya ruptur “rotator cuff” pada golongan umur empat puluh
tahun, meskipun tanpa keluhan pada bahu semasa hidup.
Otot “rotator cuff” dapat robek akibat kecelakaan. Bagi penderita akan
langsung merasakan nyeri pada daerah persendian bahu bagian atas. Hal ini
umum terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Pada orang tua, ruptur dapat
terjadi akibat trauma yang ringan saja, disebabkan oleh adanya degenerasi
pada “rotator cuff”. Untuk keadaan ini, biasanya tanpa disertai keluhan nyeri.
Keluhannya hanya berupa kesulitan mengabduksi lengan
Pada pemeriksaan fisik, umumnya penderita dapat melakukan abduksi sampai
90 derajat, namun bila diminta meneruskan abduksi tersebut (elevasi), tidak
akan dapat dan bahkan mungkin lengan atas jatuh. Pada pemeriksaan kekuatan
otot (MMI), nilai kekuatan otot tidak akan lebih dari 3 (Fair). Gerak pasif
biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, juga tidak ada gangguan. Tes
“Moseley” atau tes “lengan jauh” akan menunjukkan hasil yang positif. Bila
tes “Moseley” positif, perlu dilakukan pemeriksaan arterografi.
2. Kapsula adhesiva
Penderita kapsulitis adhesive juga menyajikan keluhan yang sama seperti pada
penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan
samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti
bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan
tersebut pun terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila
diperiksa,maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar kelipatan siku
dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah ototpectoralis.
Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung
disebabkan oleh:
19
a. Causa Primer
1) Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendiglenohumeral pada
bagian anterior dan caudal
2) Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya
3) Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi
b. Causa Sekunder
1) Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
2) Kelemahan otot di sekitar bahu
Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus /Bisipitalia atau
Bursitis Acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri
tidak dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.
E. Gambaran Klinis
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan
sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi,
sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat
intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup
gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana
lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi
keterbatasan gerak sendi bahu.
Frozen Shoulder dibagi menjadi 4 stadium:
1. Stadium I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral,
serta semakin bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan
keterbatasan gerak sendi bahu. Pemeriksaan gerak secara pasif
menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.
20
2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga
mengganggu tidur. Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa
nyeri dan gerakan tiba-tiba akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri
terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar ke lengan dan siku.
Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu maka akan
menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.
3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun
demikian nyeri akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti
meregangkan sendi. Pada stadium ini keterbatasan gerak sendi bahu baru
bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan kontraktur dari
penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti
supraspinatus dan infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I –
III bervariasi antara beberapa minggu sampai lbih kurang 2 bulan. Pada
stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan masalah yang
dihadapi.
4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu
secara bertahap dan pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang
pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai timbulnya keluhan dan berakhir
sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya tidak
menunjukkan adanya kelainan.
F. Diagnosa Frozen Shoulder
1. Anamnesa
Hal – hal yang perlu dipertanyakan pada pasien
a. Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan
b. Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan
21
c. Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan
yang dapat menguranginya
d. Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu
sebelumnya
e. Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita
sebelumnya. Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah
diberikan saat itu.
f. Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu
senggang yang sering dilakukan pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang
periksa. Apakah lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau
dipertahankan pada posisi tertentu.
2) Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang
dan saat pasien melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya
normal atau ada gerakan yang canggung dan posisi terpaksa.
Selain itu perhatikan :
1) Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra
torakal.
2) Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan
3) Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal:
a) Adanya hipotrofi/atrofi otot
b) Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan
b. Palpasi
22
Palpasi sebaiknya dilakukan pada belakang pasien
1) Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke
lateral sepanjang klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi
glenohumeral
2) Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri
tekan. Perubahan kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.
3) Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat
dipalpasi terlebih dahulu harus dirotasikan keluar dengan cara
mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehingga kaput humeri
berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada
rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion
4) Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan
pada bursitis subakromia.
5) Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka
gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke
leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya
nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi
dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi
bahu.
6) Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada
frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada
23
gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab
keterbatasan.
7) Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat
bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot
deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi polos
2) Arthrografi
3) Bonescan
4) MRI
5) EMG
6) Arthroscopi
7) Laboratorium
G. Pemeriksaan Spesifik Shoulder Joint
1. Yergason’s Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot
biceps dapat mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus
intertuberkularis atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk
memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan
stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan
bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi
lengan melawan tahanan.
24
Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau
tendon ke luar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis
bicipitalis.
Gambar. 2 Yergason’s Test
2. Speed Test
Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang
berada dalam posisi fleksi, secara bersamaan pasien melakukan
gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow.
Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam
sulcus bicipitalis dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
3. Drop – arm Test / Test Moseley
Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya
kerusakan pada otot –otot serta tendon yang menyusun rotator
cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien
sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara
perlahan-lahan atau timbul nyeri pada saat mencoba melakukan
gerakan tersebut.
Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.
25
Gambar. 3 Moseley Test
4. Supraspinatus Test
ABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan
pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut. Medial
rotasi shoulder sampai 30, dimana thumb pasien menghadap ke
lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil
melihat apakah ada kelemahan atau nyeri, yang
menggambarkan hasil tes positif.
Jika hasil tes positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau
tendon supraspinatus.
Gambar. 4 Suprinatus Test
5. Apprehension test untuk dislokasi posterior shoulder
26
Pemeriksa memfleksikan kedepan shoulder pasien disertai
medial rotasi, lalu pemeriksa menekan kearah posterior elbow
pasien.
Hasil positif indikasi akan terlihat atau tampak kecemasan pada
wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan
selanjutnya.
6. Apprehension test untuk dislokasi anterior shoulder
Pemeriksa mengabduksikan dan lateral rotasi shoulder
pasien secara perlahan.
Jika tes positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan
pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan
selanjutnya.
Gambar. 5 Anterior Apprehension Test
7. Allen Manuever
27
Pemeriksa memfleksikan elbow pasien sampai 90,
sementara shoulder ekstensi horizontal dan lateral rotasi, disertai
rotasi kepala pasien ke sisi yang berlawanan. Pemeriksa
mempalpasi denyut a.radialis yang biasanya hilang pada saat
kepala rotasi ke sisi yang berlawanan dari lengan yang di tes.
Jika tes positif indikasi adanya TOCS.
8. Adsoun Manuever
Kepala pasien rotasi ke sisi shoulder yang diperiksa lalu
ekstensi kepala pasien sementara pemeriksa memposisikan
shoulder pasien lateral rotasi dan ekstensi. Pemeriksa melokalisir
denyut a.radialis dan pasien diminta untuk menarik napas yang
dalam. Jika denyutnya hilang indikasi tes positif ( TOCS).
Gambar. 6 Adson Manuver
9. Apley Scratch Test
Pasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus
medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati
28
belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor
dan eksternal rotasi bahu bekerja.
Pada tendonitis supraspinatus, bursitis dan kapsulitis
adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh
pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.
Gambar. 7 Apley Scratch Test
10. Test Roos
Posisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi
sejauh mungkin, selanjutnya pasien diminta untuk menutup dan
membuka jarinya kuat-kuat secara bergantian. Posisi ini
menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu
perlu adanya penyediaan darah ekstra karena kerja otot
tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan ini
dengan mudah selama 3 menit. Sedangkan pasien dengan TOCS
sudah merasakan timbul keluhan dalam waktu 1 menit. Yang
paling menyolok pasien merasakan kelelahan yang berlebihan di
dalam membuka jari.
29
Gambar. 8 Roos Test
H. Penatalaksanaan
Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik
dan sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan
dengan dimulainya gerakan yang terarah dan benar.
Selama periode nyeri dapat dilakukan
1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal
2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID
3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif
4. TENS
5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar
6. Pemanasan dengan alat diatermi.
7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi
dan memperbaiki fleksibilitas kapsul.
30