BAB III

27

Click here to load reader

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA MATERI MENGARANG PADA SISWA

KELAS IV SDN 01 JOSENAN MADIUN

TAHUN AJARAN 2011/2012

OLEH:

FEBRIAN DWI PURWIKANTI

NPM.09.141.082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

JANUARI 2013

Page 2: BAB III

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah yang telah

melimpahkan segala karunia dan memberikan segala kemudahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan

Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mengarang pada Siswa Kelas

IV SDN 01 Josenan Madiun Tahun Ajaran 2011/2012” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

proposal ini dapat terselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Parji, M.Pd., selaku Rektor IKIP PGRI Madiun.

2. Bapak Drs. Vitalis Djarot Soemarwoto, M.Pd., selaku Dekan FIP IKIP

PGRI Madiun.

3. Bapak Drs. Ibadullah Malawi, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

4. Bapak Drs. Edy Siswanto, M. Pd., selaku Dosen Mata Kuliah.

5. Bapak Suprijadi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 01 Josenan Madiun

yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan proposal

ini.

6. Teman-teman mahasiswa IKIP PGRI Madiun yang telah memberikan

dukungan, semangat dan doa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi tercapainya mutu yang lebih baik. Besar harapan penulis, proposal

ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Madiun, Januari 2013

Penulis

Page 3: BAB III

BAB I

PNDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi sebagian orang, ketika mendengar istilah menulis atau mengarang,

mungkin bayangannya terkait pada sesuatu yang tidak menarik, menjemukan,

dan memfrustasikan. Selain itu, karena pengalaman anak di sekolah dalam

belajar menulis mungkin tidak menyenangkan. Temple et al dalam Dawud

(2008 : 1) menyebutkan bahwa anak mempunyai empat kemampuan dasar

untuk menyusun karangan, yaitu (1) anak-anak dapat menyusun karangan

sebelum mereka dapat menulis, (2) anak-anak dapat menggabungkan

berbagai hal yang didengar dan dibaca dalam karangannya, (3) anak-anak

mampu mewujudkan kepentingan diri, pembaca, dan tujuannya dalam

karangan, dan (4) anak-anak telah mengenal bentuk dan fungsi karangan.

Menurut pendapat tersebut, yang dimaksudkan karangan adalah tuturan

anak yang disusun secara sistematis. Tuturan itu dapat berupa tuturan lisan

atau tulis. Umumnya, anak-anak telah menjadi pencerita lisan yang baik

sebelum mereka mampu menulis. Sebagai contoh, anak usia prasekolah atau

usia taman kanak-kanak telah mampu, misalnya, menceritakan dirinya,

lingkungannya, dan hasil bacaannya. Dengan demikian, meskipun anak

belum dapat menulis, mereka telah mampu menyusun karangan. Dapat

disimpulkan, bahwa bagi anak, menulis merupakan proses menuangkan

kemampuan mengarang dalam bentuk tulis.

Hal ini sejalan dengan keadaan siswa-siswi kelas IV SD N 01 Josenan

Madiun, kebanyakan dari mereka sangat malas ketika diminta untuk menulis

apalagi menulis cerita atau karangan. Mereka lebih memilih bermain sendiri

dan ramai ketika pelajaran sedang berlangsung daripada harus mencatat

penjelasan yang telah disampaikan guru. Selain itu, mereka juga kurang

tertarik untuk membaca buku. Membaca dan menulis dirasa sebagai sesuatu

Page 4: BAB III

hal yang sangat membosankan, karena mereka harus berkutat dengan tulisan

dan mencoba untuk menerka apa maksud dan tujuan dari bacaan atau tulisan

tersebut. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi

mengarang, siswa akan mengeluh dan tidak mau untuk mengarang.

Faktor penyebabnya ada banyak sekali, bisa datang dari guru, siswa,

dan lingkungan sekolah tersebut. Faktor yang berasal dari guru yaitu

kurangnya kreativitas guru dalam mengajar, seringkali guru tidak

menggunakan media untuk mengajar, guru kurang mampu bereksperimen

terhadap metode pembelajaran, selain itu guru masih sering berceramah

sehingga membuat siswa bosan dan guru kurang membimbing siswa dalam

belajar menulis. Faktor yang berasal dari siswa yaitu siswa kelas 4 sedang

melewati masa transisi yang mana siswa ini beralih dari masa bermain (kelas

rendah) menuju masa berpikir abstrak (kelas tinggi) sehingga siswa masih

kesulitan dalam mencerna pelajaran yang diajarkan oleh guru. Tingkat

berfikir siswa kelas IV masih berada pada kemampuan berfikir kongkrit maka

seharusnya pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan media

pembelajaran yang berhubungan dengan benda kongkrit di sekitar mereka.

Selain itu, juga karena mereka sudah mengenal yang namanya Facebook.

Anak lebih memilih menuangkan ide dan perasaannya sebagai status daripada

menuangkannya dalam bentuk tulisan atau karangan. Hendaknya para orang

tua dan guru mengarahkan anak-anak untuk tidak berlebihan dalam

menggunakan situs jejaring sosial, karena belum saatnya anak seusia mereka

mengenal Facebook. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan sekolah

yaitu karena letak SD N 01 Josenan yang berada di pinggir jalan, ramai suara

kendaraan sangat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Hal lain yang

mengganggu ialah karena sekolah tersebut sedang mengadakan

pembangunan/perbaikan, lalu lalang para kuli bangunan serta suara-suara alat

yang digunakan membuat siswa susah berkonsentrasi. Sehingga mereka akan

ikut ramai sendiri, karena sudah merasa jenuh dengan keadaan di sekitar

mereka.

Page 5: BAB III

Upaya memecahkan masalah tersebut ialah dengan membelajarkan

Bahasa Indonesia khususnya pada materi mengarang dengan mengajak siswa

bermain tebak gambar yang berhubungan dengan keadaan di lingkungan

sekitar siswa. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi antara

peneliti dengan rekan kerja sejawat sesama guru, peneliti bekerja secara

individu mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan

berupaya untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pelajaran

Bahasa Indonesia materi mengarang. Dengan mengajak siswa bermain

permainan tebak gambar diduga siswa akan belajar menulis lebih aktif,

suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, siswa lebih aktif mencari

kosakata baru untuk bahan tulisan mereka, dan makin banyak siswa yang

senang dengan kegiatan menulis.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimanakah penerapan permainan tebak gambar

dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas IV SDN 01 Josenan

Madiun?”.

Untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas IV SDN 01

Josenan Kota Madiun, akan dilakukan pelaksanaan pembelajaran Bahasa

Indonesia materi mengarang dengan mengadakan permainan tebak gambar.

Langkah-langkahnya :

1. Mempersiapkan skenario pelaksanaan kegiatan.

2. Mempersiapkan gambar untuk permainan tebak kabar.

3. Peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mengarang

dengan permainan tebak gambar.

4. Menjelaskan tata cara permainan pada seluruh siswa.

5. Menunjukkan potongan gambar dan memberikan beberapa clue sebagai

petunjuk bagi siswa menebak gambar.

6. Siswa harus mengangkat tangan bila akan menebak gambar.

Page 6: BAB III

7. Jika gambar sudah tertebak, siswa diberi kesempatan selama 10 menit

untuk mengamati gambar dan menentukan topik bagi tulisan mereka.

8. Peneliti membimbing siswa untuk menuliskan gagasan mereka

berdasarkan gambar yang telah ditebak tadi.

9. Setelah selesai, siswa mengumpulkan hasil tulisannya.

10. Bagi yang tulisannya baik akan mendapatkan penghargaan, sedangkan

yang tidak terpilih akan mendapatkan catatan untuk meningkatkan

latihan menulisnya.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

“Mendeskripsikan pelaksanaan permainan tebak gambar dapat meningkatkan

kemampuan menulis pada siswa kelas IV SD N 01 Josenan Madiun.”

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa

sehingga siswa menjadi lebih antusias untuk mengikuti pelajaran Bahasa

Indonesia materi mengarang.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dimungkinkan dapat terus diterapkan kepada siswa

supaya menjadi kebiasaan sehingga dapat meningkatkan kemampuan

menulis siswa.

3. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini siswa dapat mewakili sekolahnya dalam ajang

lomba menulis.

4. Bagi Peneliti Lain

Page 7: BAB III

Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi bagi para peneliti lain

yang ingin mendalami persoalan pembelajaran menulis karangan.

Page 8: BAB III

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Menulis

Menulis merupakan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti

mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Bahasa Indonesia, 2008 :

1.557). Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2003 : 1.3) menulis dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau

muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah

simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur

yang terlibat, yaitu:

1. Penulis sebagai penyampai pesan (penulis)

2. Pesan atau isi tulisan

3. Saluran atau media berupa tulisan

4. Pembaca sebagai penerima pesan

Menurut Graves (dalam Suparno dan Muhammad Yunus, 2003 : 1.4),

seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa

tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.

Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat,

serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang

kurang memotivasi dan merangsang minat. Selanjutnya, menurut Smith

dalam Suparno dan Muhammad Yunus, pengalaman belajar menulis yang

dialami siswa di sekolah tidak lepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya

guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Maka

dari itu, hendaknya guru mampu memotivasi dan merangsang minat menulis

siswanya dengan menggunakan berbagai media maupun melalui strategi yang

Page 9: BAB III

ada. Sebenarnya, ada banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan

menulis, diantaranya:

1. Peningkatan kecerdasan

2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas

3. Penumbuhan keberanian

4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi

Terdapat beberapa pendekatan yang kerap muncul dalam pembelajaran

menulis, seperti dikutip dari pendapat Proett dan Gill (dalam Suparno dan

Muhammad Yunus, 2003 : 1.13), pendekatan tersebut antara lain:

1. Pendekatan frekuensi, yang menyatakan bahwa banyaknya latihan

mengarang, sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan

membantu meningkatkan ketrampilan menulis seseorang.

2. Pendekatan gramatikal, bahwa pengetahuan orang mengenai struktur

bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis.

3. Pendekatan koreksi, bahwa seseorang menjadi penulis karena dia

menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya.

4. Pendekatan formal, bahwa ketrampilan menulis akan diperoleh bila

pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan

penulisan dikuasai dengan baik.

Dari berbagai pendekatan di atas, dalam penelitian ini penulis menerapkan

pendekatan koreksi yaitu mengoreksi setiap tulisan siswa, memberikan tanda

di setiap tulisan yang kurang pas dan memberikan catatan-catatan agar siswa

tahu bagian mana yang masih perlu pembenahan serta memberi motivasi

siswa agar mampu belajar menulis lebih giat lagi. Untuk menghasilkan tulisan

yang baik umumnya orang melakukannya berkali-kali, sangat sedikit penulis

yang dapat menghasilkan karangan yang benar-benar memuaskan dengan

hanya sekali tulis.

Menulis merupakan suatu aktivitas yang berproses, kegiatan menulis

sendiri mencakup beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan),

Page 10: BAB III

penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi

atau penyempurnaan tulisan).

1. Fase Prapenulisan

Merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan (warming

up) bagi orang yang berolahraga. Bisa juga dikatakan sebagai fase

mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau

pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah

untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain

dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan

baik. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik,

menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulakn bahan atau informasi yang

diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk

kerangka karangan.

2. Fase Penulisan

Merupakan fase pengembangan ide yang telah dituangkan dalam kerangka

karangan. Sebagai penulis memang harus sabar, karena tulisan itu harus

selalu dibaca ulang dan diperbaiki. Jika terdapat kekeliruan, sebaiknya

dibiarkan saja dulu, biarkan menjadi karangan yang utuh kemudian baru

diperbaiki. Namun jika dalam proses penulisan muncul ide-ide baru lagi,

jangan terlalu buru-buru untuk mengganti. Ide-ide baru tersebut bisa

disisipkan dalam kerangka karangan atau pada bagian tulisan yang

diinginkan. Setelah selesai atau pada tahap penyuntingan, dapat

ditambahkan ide tersebut sekaligus memperbaiki kalau ada yang kurang

tepat.

3. Fase Pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penyempurnaan, kegiatannya terdiri atas

penyuntingan dan perbaikan (revisi), kegiatan ini bisa terjadi beberapa

kali. Heffernan dan Lincoln serta Tompkins dan Hosskisson (dalam

Suparno dan Muhammad Yunus, 2003 : 1.22), membedakan pengertian

penyuntingan (editing) dan perbaikan atau revisi (revision). Menurut

mereka, penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik

Page 11: BAB III

karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan,

gaya bahasa, pencatatan kpustakaan, dan konvensi penulisan lainnya.

Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan dan

perbaikan isi karangan. Sedangkan menurut Suparno dan Muhammad

Yunus, penyuntingan diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu

buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa

baik unsur mekanik atau pun isi karangan dengan tujuan untuk

menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan

yang perlu disempurnakan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan tulisan

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membaca keseluruhan karangan

b) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberikan catatan bila

ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan, serta

c) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan

bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi

sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai

pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta sebagai penghubung dalam kepentingan pemerintahan dan

kenegaraan. Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai

suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa.

Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran

keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa,

kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan

keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai pengetahuan tata

bahasa, teori pengembangan kosakata, teori sastra sebagai pendukung atau

alat penjelas.

Page 12: BAB III

Pada dasarnya, tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar anak

didik mampu dan mahir berbahasa Indonesia. Kemampuan dan kemahiran

berbahasa Indonesia ini meliputi ketrampilan reseptif (menyimak dan

membaca) dan ketrampilan produktif (berbicara dan menulis). Pengajaran

berbahasa diawali dengan pengajaran ketrampilan reseptif, sedangkan

ketrampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya.

Selanjutnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa

yang terpadu. Akan tetapi pada kenyataannya, pengajaran Bahasa Indonesia

masih banyak yang menekankan pada penguasaan tentang Bahasa Indonesia

dan tentang bagaimana berbahasa Indonesia.

Bertolak dari kondisi itu, berbagai pihak menuntut adanya pengajaran

Bahasa Indonesia yang menekankan pada kemampuan dan kemahiran

berbahasa Indonesia pada siswa. Menurut Dawud (2008 : 17) salah satu

perwujudannya adalah dimunculkannya pokok bahasan pragmatik dalam

kurikulum sekolah (kurikulum 1984 untuk SMA dan kurikulum 1986 untuk

SD). Dilihat dari sejarah kemunculannya, Charles Moris (dalam Dawud, 2008

: 17) menyejajarkan istilah pragmatic dengan bidang sintaktik dan semantik.

Kalau sintaktik mengkaji hubungan formal tanda-tanda bahasa, semantik

mengkaji tanda dengan acuan atau objek, maka pragmatik menelaah

hubungan antara tanda dengan penafsir.

Berbeda dengan pandangan Charles Moris, Levinson (dalam Dawud,

2008 : 17) menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian hubungan antara

bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Artinya,

untuk memahami penggunaan bahasa, kita dituntut untuk memahami pula

konteks yang mewadahi penggunaan bahasa tersebut. Di samping itu,

Levinson juga mengatakan bahwa pragmatik itu merupakan kajian tentang

kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan

konteks yang sesuai dengan kalimat-kalimat itu.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya konsep

pragmatik mengacu pada pendekatan/disiplin ilmu yang mempelajari

Page 13: BAB III

hubungan antara (bentuk-bentuk) bahasa dengan konteks penggunaan bahasa

dalam situasi berbahasa.

C. Permainan Tebak Gambar

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia (2008 : 898), kata permainan

diartikan sebagai alat untuk bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sini, permainan tebak gambar

dimaksudkan untuk memancing daya pikir siswa dan merangsangnya untuk

memunculkan ide-ide berdasarkan gambar yang ada. Pada permainan ini,

siswa diberikan potongan gambar yang tidak lengkap kemudian diberikan

beberapa clue untuk membantu siswa menebak gambar tersebut. Setelah

gambar mampu ditebak, siswa mengamati gambar dan kemudian menuliskan

apa yang mereka pikirkan dengan bantuan gambar tersebut.

Dari hasil tulisan-tulisan tersebut, akan dikoreksi dan diberikan catatan-

catatan penting seputar hasil tulisan mereka. Bagi tulisan yang bagus akan

mendapatkan penghargaan, dan bagi tulisan yang kurang bagus akan

mendapatkan beberapa catatan penting untuk membangun motivasi mereka

agar mau berlatih menulis lagi. Kriteria tulisan yang baik dapat dilihat dari

beberapa aspek, diantaranya:

1. Kesesuaian antara judul dengan isi

2. Penggunaan kosakata

3. Penggunaan tata bahasa

4. Penggunaan tanda baca

5. Penggunaan gaya bahasa

6. Kerapian tulisan

Untuk melaksanakan pembelajaran ini, hendaknya terlebih dahulu siswa

diberi arahan mengenai tata cara menulis yang baik serta tata cara pelaksanan

permainan tebak gambar. Agar nantinya siswa dapat mempersiapkan diri dan

bisa terlebih dulu berlatuh di rumah.

Page 14: BAB III

D. Hipotesis Tindakan

Jika permainan tebak gambar diterapkan pada pelajaran Bahasa

Indonesia materi mengarang maka kemampuan menulis siswa kelas IV SD N

01 Josenan akan meningkat.

Page 15: BAB III

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian iuni menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(PTK). PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah

pembelajaran di kelas/ di latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus.

Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK “guru sebagai

peneliti” yang digambarkan sebagai berikut :

Siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

refleksi.

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Siklus 1

Siklus 2

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

dst

Page 16: BAB III

Perencanaan :

Berangkat dari masalah di atas, maka pada tahap perencanaan ini

peneliti melakukan :

1. Seminggu sebelum pelaksanaan, peneliti terlebih dahulu memberikan

arahan pada seluruh siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

permainan tebak gambar.

2. Mempersiapkan desain pembelajaran (RPP).

3. Penyiapan alat untuk permainan.

4. Penyiapan lembar kegiatan siswa.

5. Menyusun kriteria penilaian tulisan.

6. Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman

pengamatan, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi.

Pelaksanaan Tindakan :

Pada tahap ini peneliti mempraktikkan pembelajaran sesuai dengan

RPP yang telah disusun, yaitu:

1. Mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran

2. Memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran yang akan

berlangsung

3. Memulai permainan dengan menunjukkan gambar tidak utuh dan

memberika clue untuk memancing keaktifan siswa dalam menebak

4. Setelah gambar tertebak, siswa diberi kesempatan mengamati gambar guna

menmukan ide atau gagasan yang cocok

5. Kemudian siswa menuangkan dalam bentuk tulisan dan dikerjakan secara

individu

6. Mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengoreksi sesuai dengan kriteria

penilaian yang telah ditentukan

Observasi :

Pada tahap ini peneliti merekam berbagai peristiwa pembelajaran yang

sesuai dengan fokus masalah yaitu membuat catatan hasil pengamatan

Page 17: BAB III

terhadap proses dan hasil pembelajaran, keaktifan siswa yang tampak, dan

mendokumentasikan hasil tes siswa, dan memfoto berbagai peristiwa yang

terjadi.

Refleksi :

Pada tahap ini peneliti merefleksi apakah hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan pada kemampuan menulis siswa kelas IV pelajaran

Bahasa Indonesia materi mengarang atau tidak setelah kegiatan serta

melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Jika masih terdapat

kekurangan atau kesalahan maka dapat dilanjutkan pada siklus II.

B. Latar dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Josenan 01 Madiun dengan subjek

seluruh siswa kelas IV SD N 01 Josenan Madiun sebanyak 36 siswa yang

terdiri dari 20 siswa wanita dan 16 siswa pria.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak

dalam proses pembelajaran, tentang kesungguhan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, keaktifan siswa dalam mengikuti permainan. Observasi juga

digunakan untuk mengamati pengetahuan dan keaktifan siswa dalam

menebak gambar berdasarkan clue yang disampikan. Di samping itu,

observasi juga digunakan untuk mengamati dan merekam ketika siswa aktif

menjawab dan mengemukakan pertanyaan.

Wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan

siswa ketika dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan permainan,

tentang faktor penyebab kurangnya kemampuan menulis siswa pada pelajaran

Bahsa Indonesia materi mengarang.

Page 18: BAB III

Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses

pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi mengarang. Dokumen

yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumen foto dan portofolio

siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai dengan fokus masalah

penelitian ini, misalnya ketika siswa mengacungkan jari untuk menebak atau

bertanya, ketika siswa bertepuk tangan karena mampu menebak, dan ketika

siswa dengan asyknya menulis.

D. Instrumen Penelitian

Yang menjadi instumen penelitian ini pada dasrnya adalah peneliti

sendiri. Namun, untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga

menggunakan iunstrumen penelitian yang berupa pedoman observasi,

wawancara, dokumentasi, dan soal tebak gambar.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kualitatif

maupun deskriptif kuantitatif. Data kualitatif berupa catatan hasil observasi,

dokumen foto dan rekaman wawancara akan dikelompokkan dan dianalisa

untuk mendapatkan kesimpulan. Data kuantitatif berupa data tentang

kemampuan menulis siswa yang dinyatakan dengan nilai yang dicapai siswa

atas penugasan menulis.

Page 19: BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Dawud.2008.Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia.Malang: UM Press.

Djago Tarigan, dkk.2000.Penddidikan Ketrampilan Berbahasa.Jakarta:

Universitas Terbuka.

Ibadullah Malawi dan Edy Siswanto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.Madiun:

IKIP PGRI MADIUN.

Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim.1997.Metodologi Pengajaran Bahasa

Indonesia di SD.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rochiati Wiriaatmadja.2010.Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Slamet.2008.Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

SD.Surakarta: UNS Press.

Suparno dan Muhammad Yunus.2003.Ketrampilan Dasar Menulis.Jakarta:

Universitas Terbuka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.