Bab II.docx
-
Upload
noverselly-opey-supit -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
Transcript of Bab II.docx
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Jelajah Alam Sekitar (JAS)1. Model Jelajah Alam Sekitar
Pembelajaran JAS merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan lahan di
sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa
belajar secara langsung terhadap fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam
hal ini guru harus jeli dalam memilih topik pelajaran yang cocok jika akan menggunakan
strategi ini. Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, yaitu siswa belajar dalam
kondisi yang menyenangkan. Strategi ini didasarkan pada learning by doing, siswa dapat
berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata sehingga seluruh indera yang dimilikinya
akan difungsikan, siswa dapat melihat langsung fenomena alam di sekitar sekolah.
JAS sebagai suatu metode memiliki karakter menyenangkan, terekpresi secara exlusif
dalam istilah bioedutainmen (asal kata bio = biology, edu = education, tainment =
intertainment), yakni merupakan strategi pembelajaran biologi yang menghibur dan
menyenangkan melibatkan unsur ilmu atau sains, proses penemuan ilmu (inkuari),
ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan
sportifitas (Mulyani:2008).
2. Komponen-komponen Pendekatan JAS
Menurut Ridlo (2005), pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya
dilaksanakan secara terpadu, adapun komponen-komponen JAS terdiri dari :
a. Eksplorasi.
Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya seseorang akan berinteraksi
dengan fakta yang ada dilingkungannya sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang
menimbulkan pertanyaan atau masalah. Dengan adanya masalah manusia akan melakukan
kegiatan berfikir atau mencari pemecahan masalah. (Mulyani:2008).
b. Konstruktivisme
Dalam pembentukan pengetahuan menurut Piaget terdapat 2 aspek berfikir, yaitu aspek
figurative dan aspek operatif. Berfikir operatif memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan pengetahuannya dari suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi.
c. Proses sains
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang melakukan pengamatan, dari sini akan
menimbulkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini akan mendapatkan
pemecahan dengan melakukan metode ilmiah, atau membandingkan dengan teori yang telah
diperoleh sebelumnya.
d. Masyarakat belajar
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar
kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam kelas yang menggunakan
pendekatan kontekstual, guru disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam kelompok
belajar.
Anggota kelompok sebaiknya yang heterogen, sehingga yang pandai dapat mengajari yang
kurang pandai, yang cepat menangkap pelajaran dapat mendorong temannya yang lambat,
yang mempunyai gagasan dapat mengajukan usul. Guru juga dapat melakukan kolaborasi
dengan mendatangkan “ahli” ke kelas sebagai nara sumber sehingga peserta didik dapat
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dari ahlinya.
Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua arah. Dalam
masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat komunikasi pembelajaran saling
belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga minta informasi yang diperlukan dari
teman belajarnya. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan,
pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Dalam praktek
pembelajaran di kelas, masyarakat belajar dapat terwujud dalam:
1) pembentukan kelompok kecil
2) pembentukan kelompok besar
3) mendatangkan “ahli” ke kelas
4) bekerja dengan kelas sederajat
e. Bioedutainment
Bioedutainment dalam pendekatannya melibatkan unsur utama, yaitu ilmu dan penemuan
ilmu, ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan
sportifitas dapat menjadi salah satu solusi dalam menyikapi perkembangan biologi saat ini
dan masa yang akan datang. Dengan bioedutainment semua aspek dapat teramati
(Mulyani:2008).
Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutainment memungkinkan peserta
didik untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah dunia nyata dan masalah yang disimulasikan.
Strategi pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan di luar kelas (out door classroom)
atau di dalam kelas (in door classroom), maupun di tempat pembelajaran lainnya dikaitkan
dengan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi, permainan edukatif,
eksperimen, bermain peran yang bersifat multi strategi dan multi media. Strategi
pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS bercirikan ekplorasi sumber daya alam serta
eksplorasi potensi peserta didik. Pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan pada semua
standart kompetensi.
Menurut santoso dalam Maryanti (2006) (dalam Ratna Fadilah. 2014), yang menjadi ciri dalam pembelajaran JAS adalah :a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan
menggunakan media.
b. Selalu ada kegiatan berupa prediksi, pengamatan dan penjelasan.
c. Adanya laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau
audiovisual.
d. Kegiatan dirancang dengan menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar
lebih lanjut.
3. Langkah-langkah dalam model pembelajaran JAS
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran JAS adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang diberikan untuk siswa.
b. Guru memberikan materi secara singkat.
c. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen, setiap kelompok terdiri dari
4 sampai 5 siswa.
d. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengamatan dilingkungan sekitar.
e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang sudah dirancang
sebelumnya dan guru memberi bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya.
f. Setiap kelompok melaporkan hasil pengamatannya dengan mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
g. Bila ada waktu guru memberikan tes untuk siswa secara individu.
h. Menjelang akhir pembelajaran guru memberikan pendalaman materi secara klasikal
(Ridlo:2005).
4. Prinsip-prinsip model JAS
Model JAS memiliki beberapa prinsip yaitu :
a. Dengan pembelajaran alam sekitar guru dapat memperagakan secara langsung sesuai
dengan sifat-sifat atau dasar pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif
atau giat tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran secara totalitas.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh
tidak verbalitas.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional karna alam sekitar mempunyai
ikatan emosional dengan anak (Ridlo:2005).
5. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran JAS
Kelebihan-kelebihan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran dengan Jelajah Alam Sekitar
antara lain:
a. Siswa diajak secara langsung berhubungan dengan lingkungan sehingga mereka
memperoleh pengalaman tentang masalah yang dipelajarinya.
b. Pengetahuan bisa diperoleh sendiri melalui hasil pengamatan, diskusi, belajar mandiri
dari buku diktat sekolah, atau sumber lain.
c. Evaluasi tidak hanya didapat dari aspek kognitif, tetapi afektif dan jaga psikomotor.
d. Kerja kelompok lebih nyata.
e. Dengan pembelajaran JAS dapat membentuk pada diri siswa rasa sayang terhadap alam
sehingga dapat menimbulkan minat untuk memelihara dan melestarikannya.
Kekurangan-kekurangan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran dengan Jelajah Alam
Sekitar antara lain:
a. Tidak terkontrolnya proses belajar mengajar
b. Menghabiskan banyak waktu
c. Proses belajar mengajar kurang efektif
B. Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil
belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang
peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan
peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik
mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai
melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar
yang dialami siswa (Sudjana, 2005) (dalam Ratna Fadilah. 2014)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok
bahasan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran
Menurut Dimyanti (2006) faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan
tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar,
maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
a) Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan
lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994) (dalam Ratna Fadilah.
2014). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi
menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-
suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru
orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki
minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan
siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru
yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung
jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang
srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar,
Slavin (1994) (dalam Ratna Fadilah. 2014) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum
yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkina besar ia akan berhasil.
f) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “
perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa
percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga
siswa akan menjadi takut belajar.
b. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor
faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya
atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
c) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti
di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran
dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
C. Jenis Tanaman Pinus1. Taksonomi
Divisio : SpermatophytaSubdivisio : GymnospermaeClassis : ConiferaeOrdo : PinalesFamilia` : PinaceaeGenus : PinusSpesies : Pinus merkusii
Famili : Pinaceae, Sinonim: P. sumatrana Jungh.; P. finlaysoniana, Wallich; P. latteri
Mason; P. merkiana Gordon. Nama lokal: tusam (Indonesia.); uyam (Aceh); son song bai
(Thai); merkus pine (perdagangan); mindoro pine.
Pinus Merkussi dengan nama daerah Tusam (Tapanuli) pertama sekali ditemukan oleh
seorang ahli botani German Dr. F R Junghun (1841) di daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Jenis
ini termasuk jenis pinus dapat cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan yang
khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain dapat tumbuh kearah selatan khatulistiwa.
2. Deskripsi botani
Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter
60-80cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk
piramid,setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna
gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu).. Terdapat 2 jarum dalam satu
ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga
berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu pohon berumah
satu(monoceus). Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2- 4 cm, terutama di bagian bawah
tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
3. Deskripsi buah dan benih
a. Buah: Berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2 - 4 cm. Lebar setelah
terbuka lebih dari 10 cm.
b. Benih: Bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2
benih. Panjang sayap 22-30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada benih dengan
penjepit yang berhubungan dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih
tetap melekat saat disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban
benih meningkat. Umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih
per kg. (Hidayat & Christian.2001).
strobilus dan sisik buah Pinus merkusii
benih Pinus merkusii
4. Penyebaran dan habitat
Satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan katulistiwa. Di Asia
Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan
Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23oLU-2oLS. Di Pulau Hainan (China)
diperkirakan hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan
hasil penanaman. Tumbuh pada ketinggian 300 - 1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan
iklim. Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga 1.000-1.200 mm di
Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu
bulan pun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-
rata 19-28oC.
5. Penyebaran jenis Pinus
Berdasarkan letak geografisnya tegakan pinus di alam Indonesia khususnya daerah sumatera
dibagi atas 3 strain yaitu :
a. Strain Aceh, Penyebaranya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman
Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit
barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwar, Blangkejeren sampai ke
Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada 800-2000 mdpl.
b. Strain Tapanuli, Menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus
alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di
pegunungan Dolok Saut, Pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini
tegakan pinus tumbuh secara pada ketinggian 1000-1500 mdpl (Butar-Butar et al.,1998).
c. Strain Kerinci, Menyebar di sekitar pegunungan kerinci . tegakan pinus alami yang luas
terdapat di antara Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh
secara alami umumnya pada ketinggian 1500-2000 mdpl.
Berdasarkan Pengamatan dilapangan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan
penelitian Kehutanan Aek Nauli Pinus merkussi strain kerinci telah mengalami penurunan
jumlah populasi, dan spesies ini termasuk salah satu spesies yang endemic di daerah
sumatera/Indonesia (Darmawan. 2011). Pinus merkusii strain Kerinci secara alami dapat
dijumpai di wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas 1.375.934
hektar, yang memanjang hampir 350 km dengan lebar sekitar 50 km dari barat laut ke
tenggara meliputi empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera
Selatan (Kompas, 9 September 2005) (dalam komunitas-k0mpak, 2011). Sebaran alam yang
"sangat sedikit" didapatkan untuk strain Kerinci.
6. Sifat-sifat Fenotip Pinus Merkussi
Perbedaan sifat-sifat fenotip antara strain Tapanuli dan strain Aceh berupa bentuk batang,
daun, sistem percabangan, ruas batang, kulit batang, kandungan getah, produksi getah,
pembijian, dan kepekaan terhadap serangan Millionia basalis telah dikaji oleh Van de Veer
dan Goves (1953) serta Soerianegara dan Djamhuri (1979) (dalam komunitas-k0mpak, 2011).
Menurut Cordes (1867) (dalam komunitas-k0mpak, 2011), sifat-sifat morfologi P. merkusii
strain Kerinci adalah: berbatang lurus, percabangan sangat tinggi, daun jarum sebanyak dua
buah (hampir sama dengan jenis Pinus sylvestris), daun licin dan bagian dalamnya agak
cekung dan kasar. Armizon et al. (1995) mendapatkan perbedaan sifat-sifat morfologi antara
strain Kerinci dengan strain Aceh. Dibandingkan dengan strain Aceh, sifat-sifat strain Kerinci
adalah : bentuk batang umumnya lebih lurus dan lebih silindris, kulit batang umumnya lebih
tipis (1 cm) dengan warna lebih terang (putih keabu-abuan) dan alur yang lebih dangkal,
sedangkan daunnya relatif lebih jarang, dan diduga kerentanan terhadap kebakaran lebih
rentan karena kulitnya yang lebih tipis. Selanjutnya, Mukhtar dan Santoso (1987) dalam
(Suhaendi 2006) menyebutkan bahwa strain Kerinci secara morfologis memiliki banyak
kesamaan dengan strain Tapanuli.
7. Manfaat/Kegunaan Pohon Pinus.
Pohon pinus (tusam) merupakan salah satu jenis tanaman yang potensial untuk
dibudidayakan dengan berbagai manfaat sebagai berikut :
a. Batangnya dapat disadap karena mengandung getah ,dan getah ini dapat diproses untuk
menghasilkan gondorukem dan terpentin. Gondorukem dimanfaatkan lagi untuk bahan
pembuatan sabun,resin dan cat sedangkan terpentin biasanya digunakan untuk industry
parfum, obat-obatan dan desinfektan.( Siregar E.2005 )
b. Hasil kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahan pembuatan
korek api, Pulp dan kertas serat rajang.
c. Bagian kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Dan abunya dapat dijadikan
sebagai bahan campuran pembuatan pupuk karena mengandung kalium.
d. Pinus sering ditanam untuk rehabilitasi dan reboisasi lahan, karena Pohon conifer ini
dapat tumbuh pada berbagai lahan gersang dan kritis dan tidak memiliki syarat tumbuh
yang khusus.
e. Secara Etnobotani Kerucut pinus (strobilus) oleh pengrajin dapat dijadikan sebagai
kerajinan tangan seperti aksesoris(gantungan kunci) dan sebagai hiasan rumah.
D. Kerangka Berpikir
Dalam memingkatkan keterampilan metakognitif peserta didik, ada banyak model
pembelajaran yang bisa diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran JAS. Penelitian
ini adalah penelitian eksperimen untuk melihat hasil belajar peserta didik pada dua kelas yang
berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kedua kelas tersebut diberikan
materi yang sama, akan tetapi menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran JAS sedangkan kelas kontrol menggunakan
model konvensional. Dengan demikian akan dapat dilihat apa perbedaan penerapan model
pembelajaran JAS dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran JAS dalam proses
pembelajaran tersebut.
Persiapan
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : model pembelajaran JAS dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik.
Pre test Pre test
Menggunakan model pembelajaran JAS
Menggunakan Model Konvensional
Post test Post test
Hasil Belajar
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Analisis Uji t
Kesimpulan