Bab II.docx

23
Bab II Tinjauan Pustaka A. Jelajah Alam Sekitar (JAS) 1. Model Jelajah Alam Sekitar Pembelajaran JAS merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung terhadap fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam hal ini guru harus jeli dalam memilih topik pelajaran yang cocok jika akan menggunakan strategi ini. Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, yaitu siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan. Strategi ini didasarkan pada learning by doing, siswa dapat berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata sehingga seluruh indera yang dimilikinya akan difungsikan, siswa dapat melihat langsung fenomena alam di sekitar sekolah. JAS sebagai suatu metode memiliki karakter menyenangkan, terekpresi secara exlusif dalam istilah bioedutainmen (asal kata bio = biology, edu = education, tainment = intertainment), yakni merupakan strategi pembelajaran biologi yang menghibur dan menyenangkan melibatkan unsur ilmu atau sains, proses penemuan ilmu (inkuari), ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan sportifitas (Mulyani:2008). 2. Komponen-komponen Pendekatan JAS Menurut Ridlo (2005), pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya dilaksanakan secara terpadu, adapun komponen-komponen JAS terdiri dari :

Transcript of Bab II.docx

Page 1: Bab II.docx

Bab II

Tinjauan Pustaka

A. Jelajah Alam Sekitar (JAS)1. Model Jelajah Alam Sekitar

     Pembelajaran JAS merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan lahan di

sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa

belajar secara langsung terhadap fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam

hal ini guru harus jeli dalam memilih topik pelajaran yang cocok jika akan menggunakan

strategi ini. Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, yaitu siswa belajar dalam

kondisi yang menyenangkan. Strategi ini didasarkan pada learning by doing, siswa dapat

berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata sehingga seluruh indera yang dimilikinya

akan difungsikan, siswa dapat melihat langsung fenomena alam di sekitar sekolah.

     JAS sebagai suatu metode memiliki karakter menyenangkan, terekpresi secara exlusif

dalam istilah bioedutainmen (asal kata bio = biology, edu = education, tainment =

intertainment), yakni merupakan strategi pembelajaran biologi yang menghibur dan

menyenangkan melibatkan unsur ilmu atau sains, proses penemuan ilmu (inkuari),

ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan

sportifitas (Mulyani:2008).

2. Komponen-komponen Pendekatan JAS

  Menurut Ridlo (2005), pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya

dilaksanakan secara terpadu, adapun komponen-komponen JAS terdiri dari :

a.       Eksplorasi.

     Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya seseorang akan berinteraksi

dengan fakta yang ada dilingkungannya sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang

menimbulkan pertanyaan atau masalah. Dengan adanya masalah manusia akan melakukan

kegiatan berfikir atau mencari pemecahan masalah. (Mulyani:2008).

b.      Konstruktivisme

     Dalam pembentukan pengetahuan menurut Piaget terdapat 2 aspek berfikir, yaitu aspek

figurative dan aspek operatif. Berfikir operatif memungkinkan seseorang untuk

mengembangkan pengetahuannya dari suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi.

c.       Proses sains

     Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang melakukan pengamatan, dari sini akan

menimbulkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini akan mendapatkan

Page 2: Bab II.docx

pemecahan dengan melakukan metode ilmiah, atau membandingkan dengan teori yang telah

diperoleh sebelumnya.

d.      Masyarakat belajar

      Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar

kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam kelas yang menggunakan

pendekatan kontekstual, guru disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam kelompok

belajar.

Anggota kelompok sebaiknya yang heterogen, sehingga yang pandai dapat mengajari yang

kurang pandai, yang cepat menangkap pelajaran dapat mendorong temannya yang lambat,

yang mempunyai gagasan dapat mengajukan usul. Guru juga dapat melakukan kolaborasi

dengan mendatangkan “ahli” ke kelas sebagai nara sumber sehingga peserta didik dapat

memperoleh pengalaman belajar secara langsung dari ahlinya.

      Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua arah. Dalam

masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat komunikasi pembelajaran saling

belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang

diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga minta informasi yang diperlukan dari

teman belajarnya. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan,

pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Dalam praktek

pembelajaran di kelas, masyarakat belajar dapat terwujud dalam:

1)      pembentukan kelompok kecil

2)      pembentukan kelompok besar

3)      mendatangkan “ahli” ke kelas

4)      bekerja dengan kelas sederajat

e.        Bioedutainment

        Bioedutainment dalam pendekatannya melibatkan unsur utama, yaitu ilmu dan penemuan

ilmu, ketrampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan

sportifitas dapat menjadi salah satu solusi dalam menyikapi perkembangan biologi saat ini

dan masa yang akan datang. Dengan bioedutainment semua aspek dapat teramati

(Mulyani:2008).

     Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutainment memungkinkan peserta

didik untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan

akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah dunia nyata dan masalah yang disimulasikan.

Page 3: Bab II.docx

Strategi pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan di luar kelas (out door classroom)

atau di dalam kelas (in door classroom), maupun di tempat pembelajaran lainnya dikaitkan

dengan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi, permainan edukatif,

eksperimen, bermain peran yang bersifat multi strategi dan multi media. Strategi

pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS bercirikan ekplorasi sumber daya alam serta

eksplorasi potensi peserta didik. Pembelajaran bioedutainment dapat diterapkan pada semua

standart kompetensi.

             Menurut santoso dalam Maryanti (2006) (dalam Ratna Fadilah. 2014), yang menjadi ciri dalam pembelajaran JAS adalah :a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan

menggunakan media.

b. Selalu ada kegiatan berupa prediksi, pengamatan dan penjelasan.

c. Adanya laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau

audiovisual.

d. Kegiatan dirancang dengan menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar

lebih lanjut.

3. Langkah-langkah dalam model pembelajaran JAS

                   Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran JAS adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang diberikan untuk siswa.

b. Guru memberikan materi secara singkat.

c. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen, setiap kelompok terdiri dari

4 sampai 5 siswa.

d. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengamatan dilingkungan sekitar.

e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang sudah dirancang

sebelumnya dan guru memberi bantuan secara individual kepada siswa yang

membutuhkannya.

f. Setiap kelompok melaporkan hasil pengamatannya dengan mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

g. Bila ada waktu guru memberikan tes untuk siswa secara individu.

h. Menjelang akhir pembelajaran guru memberikan pendalaman materi secara klasikal

(Ridlo:2005).

4. Prinsip-prinsip model JAS

Page 4: Bab II.docx

Model JAS memiliki beberapa prinsip yaitu :

a. Dengan pembelajaran alam sekitar guru dapat memperagakan secara langsung sesuai

dengan sifat-sifat atau dasar pengajaran.

b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif

atau giat tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.

c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran secara totalitas.

d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh

tidak verbalitas.

e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional karna alam sekitar mempunyai

ikatan emosional dengan anak  (Ridlo:2005).

5. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran JAS

Kelebihan-kelebihan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran dengan Jelajah Alam Sekitar

antara lain:

a. Siswa diajak secara langsung berhubungan dengan lingkungan sehingga mereka

memperoleh pengalaman tentang masalah yang dipelajarinya.

b. Pengetahuan bisa diperoleh sendiri melalui hasil pengamatan, diskusi, belajar mandiri

dari buku diktat sekolah, atau sumber lain.

c. Evaluasi tidak hanya didapat dari aspek kognitif, tetapi afektif dan jaga psikomotor.

d. Kerja kelompok lebih nyata.

e. Dengan pembelajaran JAS dapat membentuk pada diri siswa rasa sayang terhadap alam

sehingga dapat menimbulkan minat untuk memelihara dan melestarikannya.

Kekurangan-kekurangan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran dengan Jelajah Alam

Sekitar antara lain:

a. Tidak terkontrolnya proses belajar mengajar

b. Menghabiskan banyak waktu

c. Proses belajar mengajar kurang efektif

B. Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang

peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan

peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik

mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat

Page 5: Bab II.docx

membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai

melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit

diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup

bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar

yang dialami siswa (Sudjana, 2005) (dalam Ratna Fadilah. 2014)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil

yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai

tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok

bahasan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran

Menurut Dimyanti (2006) faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi

dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a.       Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat

memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

1)       Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.

Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan

tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik

yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar

yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar,

maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

2)       Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi

proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

a)        Kecerdasan/intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan

Page 6: Bab II.docx

demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-

organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan

organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai

pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,

karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang

individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan

belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan

lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,

maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru

atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

b)        Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.

Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,

memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994) (dalam Ratna Fadilah.

2014). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan

terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi

menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk

melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-

suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi

bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung

pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi

pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru

orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan

memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

c)      Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah

Page 7: Bab II.docx

yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor

internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,

karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki

minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena

itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan

minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.

Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan

tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan

siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa

(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru

yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,

alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan

minatnya.

d)     Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi

atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat

dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau

lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam

belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung

jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha

memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai

seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan

pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat

mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang

srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

e)       Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat

(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar,

Page 8: Bab II.docx

Slavin (1994) (dalam Ratna Fadilah. 2014) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum

yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan

seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar

seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka

bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkina besar ia akan berhasil.

f)        Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi

perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.

Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “

perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil

menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa

percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat

menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga

siswa akan menjadi takut belajar.

b.       Faktor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat

memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor

faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1)        Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.

Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan

antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu

siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik,

orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya

atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak

memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

Page 9: Bab II.docx

c) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan

memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak

telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilikinya.

2)      Lingkungan nonsosial.

Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar

yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas

belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar

siswa akan terhambat.

b)       Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.

Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan

olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti

di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan

dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan

dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi

yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran

dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

C. Jenis Tanaman Pinus1. Taksonomi

Divisio : SpermatophytaSubdivisio : GymnospermaeClassis : ConiferaeOrdo : PinalesFamilia` : PinaceaeGenus : PinusSpesies : Pinus merkusii

Page 10: Bab II.docx

Famili : Pinaceae, Sinonim: P. sumatrana Jungh.; P. finlaysoniana, Wallich; P. latteri

Mason; P. merkiana Gordon.   Nama lokal: tusam (Indonesia.); uyam (Aceh); son song bai

(Thai); merkus pine (perdagangan); mindoro pine.

Pinus Merkussi dengan nama daerah Tusam (Tapanuli) pertama sekali ditemukan oleh

seorang ahli botani German Dr. F R Junghun (1841) di daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Jenis

ini termasuk jenis pinus dapat cepat tumbuh dan  tidak membutuhkan persyaratan  yang

khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain dapat tumbuh kearah  selatan khatulistiwa.

2. Deskripsi botani

Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter

60-80cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk

piramid,setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna

gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu).. Terdapat 2 jarum dalam satu

ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga

berkelamin  tunggal. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu pohon  berumah

satu(monoceus). Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2- 4 cm, terutama di bagian bawah

tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.

3. Deskripsi buah dan benih

a. Buah: Berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2 - 4 cm. Lebar setelah

terbuka lebih dari 10 cm.

b. Benih: Bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2

benih. Panjang sayap 22-30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada benih dengan

penjepit yang berhubungan dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih

tetap melekat saat disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban

benih meningkat. Umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih

per kg. (Hidayat  & Christian.2001).

Page 11: Bab II.docx

strobilus dan sisik buah Pinus merkusii

benih Pinus merkusii

4. Penyebaran dan habitat

Satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan katulistiwa. Di Asia

Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan

Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23oLU-2oLS. Di Pulau Hainan (China)

diperkirakan hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan

hasil penanaman. Tumbuh pada ketinggian 300 - 1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan

iklim.  Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga 1.000-1.200 mm di

Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu

bulan pun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-

rata 19-28oC.

Page 12: Bab II.docx

5. Penyebaran jenis Pinus

Berdasarkan letak geografisnya tegakan pinus di alam Indonesia khususnya daerah sumatera

dibagi atas 3 strain yaitu :

a. Strain Aceh, Penyebaranya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman

Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit

barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwar, Blangkejeren sampai ke

Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat  pada 800-2000 mdpl.

b. Strain Tapanuli, Menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus

alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di

pegunungan Dolok Saut, Pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini

tegakan  pinus tumbuh secara pada ketinggian 1000-1500 mdpl (Butar-Butar et al.,1998).

Page 13: Bab II.docx

c. Strain Kerinci, Menyebar di sekitar pegunungan kerinci . tegakan pinus alami yang luas

terdapat di antara Bukit Tapan dan Sungai Penuh.  Di daerah ini tegakan pinus tumbuh 

secara alami umumnya pada ketinggian 1500-2000 mdpl.

Berdasarkan Pengamatan dilapangan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan

penelitian Kehutanan Aek Nauli Pinus merkussi strain kerinci telah mengalami penurunan

jumlah populasi, dan spesies ini termasuk salah satu spesies yang endemic di daerah

sumatera/Indonesia (Darmawan. 2011). Pinus merkusii strain Kerinci secara alami dapat

dijumpai di wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas 1.375.934

hektar, yang memanjang hampir 350 km dengan lebar sekitar 50 km dari barat laut ke

tenggara meliputi empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera

Selatan (Kompas, 9 September 2005) (dalam komunitas-k0mpak, 2011). Sebaran alam yang

"sangat sedikit" didapatkan untuk strain Kerinci.

6. Sifat-sifat Fenotip  Pinus Merkussi

Perbedaan sifat-sifat fenotip antara strain Tapanuli dan strain Aceh berupa  bentuk batang,

daun, sistem percabangan, ruas batang, kulit batang, kandungan  getah, produksi getah,

pembijian, dan kepekaan terhadap serangan Millionia basalis telah dikaji oleh Van de Veer

dan Goves (1953) serta Soerianegara dan Djamhuri (1979) (dalam komunitas-k0mpak, 2011).

Menurut Cordes (1867) (dalam komunitas-k0mpak, 2011), sifat-sifat morfologi P. merkusii

strain Kerinci adalah: berbatang lurus, percabangan sangat tinggi, daun jarum sebanyak dua

buah (hampir sama dengan jenis Pinus sylvestris), daun licin dan bagian dalamnya agak

cekung dan kasar. Armizon et al. (1995) mendapatkan perbedaan sifat-sifat morfologi antara

strain Kerinci dengan strain Aceh. Dibandingkan dengan strain Aceh, sifat-sifat strain Kerinci

adalah : bentuk batang umumnya lebih lurus dan lebih silindris, kulit batang umumnya lebih

tipis (1 cm) dengan warna lebih terang  (putih keabu-abuan) dan alur yang lebih dangkal,

sedangkan daunnya relatif lebih jarang, dan diduga kerentanan  terhadap kebakaran lebih

rentan karena kulitnya yang lebih tipis. Selanjutnya, Mukhtar dan Santoso (1987)  dalam

(Suhaendi 2006) menyebutkan bahwa strain Kerinci secara morfologis memiliki banyak

kesamaan dengan strain Tapanuli.

             

7. Manfaat/Kegunaan Pohon Pinus.

Pohon pinus (tusam) merupakan salah satu jenis  tanaman yang potensial untuk

dibudidayakan dengan berbagai manfaat sebagai berikut :

Page 14: Bab II.docx

a. Batangnya dapat disadap karena mengandung getah ,dan getah ini dapat diproses untuk

menghasilkan gondorukem dan terpentin. Gondorukem dimanfaatkan lagi untuk bahan

pembuatan sabun,resin dan cat sedangkan terpentin biasanya digunakan untuk industry

parfum, obat-obatan dan desinfektan.( Siregar E.2005 )

b. Hasil kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahan pembuatan

korek api, Pulp dan kertas serat rajang.

c. Bagian kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Dan abunya dapat dijadikan

sebagai bahan campuran pembuatan pupuk karena mengandung kalium.

d. Pinus sering ditanam untuk rehabilitasi dan  reboisasi lahan, karena Pohon conifer ini 

dapat  tumbuh pada berbagai lahan gersang dan kritis dan tidak memiliki syarat tumbuh

yang khusus.

e. Secara Etnobotani Kerucut pinus (strobilus) oleh pengrajin dapat dijadikan sebagai

kerajinan tangan seperti aksesoris(gantungan kunci) dan sebagai hiasan rumah.

D. Kerangka Berpikir

Dalam memingkatkan keterampilan metakognitif peserta didik, ada banyak model

pembelajaran yang bisa diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran JAS. Penelitian

ini adalah penelitian eksperimen untuk melihat hasil belajar peserta didik pada dua kelas yang

berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kedua kelas tersebut diberikan

materi yang sama, akan tetapi menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas

eksperimen menggunakan model pembelajaran JAS sedangkan kelas kontrol menggunakan

model konvensional. Dengan demikian akan dapat dilihat apa perbedaan penerapan model

pembelajaran JAS dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran JAS dalam proses

pembelajaran tersebut.

Persiapan

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

Page 15: Bab II.docx

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : model pembelajaran JAS dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik.

Pre test Pre test

Menggunakan model pembelajaran JAS

Menggunakan Model Konvensional

Post test Post test

Hasil Belajar

Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Analisis Uji t

Kesimpulan

Page 16: Bab II.docx