BAB II.docx
-
Upload
lucky-arie-sandi -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
description
Transcript of BAB II.docx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan
usus halus ditandai dengan gejala diare, muntah dan demam ringan disertai
hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.1
Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih
dalam 1 hari). 5
Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa
berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu
yang disebabkan oleh infeksi usus.5
2.2 Epidemiologi Gastroenteritis
2.2.1 Distribusi
a. Distribusi Berdasarkan Orang
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi
diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama
dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-
anak dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan
mudah mengalami dehidrasi.6,7 Gastroenteritis biasanya terjadi pada
masyarakat yang berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah,
hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap
kesehatan yang kurang.8
b. Distribusi Berdasarkan Tempat
Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi
didaerah tropis. Di negara yang sedang berkembang, kejadian
gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan
kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan
kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini
3
4
erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan
sebagian lagi oleh karena faktor pencegahan imunologik dari pada
ASI.6,9
c. Distribusi Berdasarkan Waktu
Di Amerika, infeksi rotavirus dan astrovirus terjadi selama
musim dingin setiap tahun (Oktober – April), sedangkan infeksi
norovirus muncul sepanjang tahun.7
Di negara-negara yang beriklim empat musim, diare yang
disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan
yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia,
diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun,
dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-
Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada
pertengahan musim hujan (Januari-Februari).10
2.2.2. Frekuensi
Di Amerika tiap tahun terjadi sebanyak 90 juta kasus dari beberapa
juta kunjungan berobat dan kunjungan rumah sakit. Berdasarkan data
Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit, 3,5 juta kasus
gastroenteritis berasal dari rotavirus dan sedikitnya 90.000 kasus
keracunan makanan terjadi tiap tahunnya. Sejak tahun 1981 sampai
tahun 1994 dilaporkan terjadi 333 kasus infeksi Vibrio vulnificus di
Florida. Dua diantaranya meninggal dunia karena gastroenteritis. Pada
tahun 2002, Norovirus ditandai sebagai penyebab 9 dari 21 KLB
gastroenteritis akut yang dilaporkan oleh Pusat Pengawasan dan
Pencegahan Penyakit. Norovirus menyebabkan sebanyak 23 juta kasus
gastroenteritis akut tiap tahunnya dan merupakan penyebab utama KLB
gastroenteritis.8 Pada Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang
dirawat di RSUD Dr. Soetomo dengan dehidrasi ringan sebanyak 227
orang (19,56%), dehidrasi sedang sebanyak 668 orang (57,59%) dan
dehidrasi berat sebanyak 116 orang (10%).8
5
2.2.3 Determinan
a. Pejamu (Host)
Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan
kerentanan pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara
lain: 10,11
a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung
antibodi yang dapat melindungi terhadap kuman penyebab
gastroenteritis.
b. Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Beratnya
penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis
meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.
c. Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh)
d. Campak. Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi
atau anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu
terakhir. Hal ini akibat penurunan kekebalan tubuh penderita.
b. Agen (Agent)
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Faktor infeksi
Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis)
meliputi: 5
a. Bakteri : Escherchia coli, Salmonella Typhi, Salmonella
paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella Flexneri, Vibrio
Cholera, Vibrio Eltor, Vibrio Parahemolyticus, Clostridium
Perfringens, Campilobacter, Staphylococcus sp, Coccidiosis.
b. Parasit dan protozoa : Entamuba Histolytica, Giardia
Lamblia, Trichomonas Hominis, Isospora sp, Ascaris
Lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma
Duodenale, Trichuris Trichuria, Taenia Solium, Taenia
Saginata, Oxylorus Vermicularis, S.Srercoralis.
6
c. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus
yang yang lebih dikenal dengan Sapporo virus yag
merupakan famili dari Calicifiridiae virus.
d. Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa ; monosakarid ( intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak adalah
intoleransi laktosa.
- Malabsorbsi lemak, protein
e. Faktor makanan, seperti makanan yang tercemar, makanan
laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan
beracun, dan alergi makanan.11
f. Efek samping penggunaan obat, misalnya obat antasid yang
mengandung magnesium dalam jumlah besar, antibiotik,
obat-obat anti kanker dan obat pencahar.12
c. Lingkungan (Environment)
Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Lingkungan memiliki pengaruh besar tehadap terjadinya
gastroenteritis. Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya
gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat. Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi
penyebab gastroenteritis antara lain: 13
a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dn memenuhi
syarat kesehatan.
b. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.
c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
d. Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.
e. Belum ditanganinya higene dan sanitasi industri secara intensif.
f. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap
pencegahan lingkungan.
g. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.
7
2.3 Etiologi dan Patofisiologi Gastroenteritis
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,
virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
Gastroenteritis karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman
yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung
yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri
terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan
berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan
usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan, sebagai akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding
usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi
kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi Gastroenteritis.14
Gastroenteritis yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan
menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit keadaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul Gastroenteritis. 14
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan
Gastroenteritis karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul Gastroenteritis.
Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul Gastroenteritis pula. Adanya iritasi mukosa
usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien
mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut / kram timbul
karena metabolisme KH oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan
CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada
8
keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan
menurun. Karena terjadi ketidak seimbangan asam basa dan elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien
jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan turun, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan
nutrisi sehingga klien lemas. Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa
usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ektraseluler dan
intraseluler menurun. Dimana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan
ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus maka volume darah juga
berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu
dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, klien
sangat lemah kesadaran menurun. Selain itu, akibat akibat lain dari
kehilangan cairan ektrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis
metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan
dalam (pernafasan kussmaul). 14
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan Gastroenteritis. Karena faktor
psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalan
dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga
bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk
peningkatan motalitas usus. 14
9
Gambar 1. Skema Patofisiologi Gastroenteritis
10
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gastroenteritis pada balita secara umum antara lain: 15,16
a. anak menjadi cengeng,
b. sering menangis dan gelisah,
c. kadang–kadang demam,
d. mengalami gangguan minum, dan nafsu makan berkurang,
e. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah Gastroenteritis
disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Pada bayi penderita gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna
susu. Tinja cair dan dapat disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Bila penderita
telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain : mengantuk,
tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva menjadi
kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor
kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, gelisah,
kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan Kuszmaull
(pernapasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak
terlihat kurang meresponi keadaan sekitarnya (apatik).
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:17
1. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5%) dengan
gejala berupa :
- Keadaan umum baik dan sadar.
- Mata normal dan air mata tidak ada.
- Mulut dan lidah basah.
- Tidak merasa haus dan bisa minum.
- Turgor normal (cubitan kulit cepat kembali)
11
2. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan
gejala berupa :
- Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.
- Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun.
- Mata dan ubun – ubun cekung.
- Mulut dan lidah kering.
- Nadi lebih cepat dari normal
- Turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali)
3. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala
fisik berupa :
- Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.
- Sangat lemah hingga kesadaran menurun.
- Mata dan ubun – ubun sangat cekung.
- Bibir dan lidah sangat kering.
- Nadi sangat cepat.
- Turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat kembali).
Berat ringannya dehidrasi akan menentukan jenis terapi dan mati hidupnya
anak serta pertumbuhannya dikemudian hari.
2.5 Komplikasi Gastroenteritis
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti: 13
a. Gangguan keseimbangan asam basa
b. Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)
c. Hipoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah). Gejala
hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg% pada
bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,
kejang sampai koma. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup/baik,
hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang
sebelumnya sudah menederita KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal ini
terjadi karena :
- Persediaan glikogen dalam hati terganggu
- Adanya gangguan absorbsi glukosa
12
d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus
e. Gangguan gizi, sewaktu anak menderita Gastroenteritis, sering terjadi
gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam
waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena : 13
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan
memberikan air teh saja.
Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran, dan
diberikan dalam jangka waktu yang lama.
Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik usus.
Gangguan Sirkulasi, terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan
(shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan
dalam otak, dan kesadaran menurun.
2.6 Penatalaksanaan Gastroenteritis
Prinsip tata laksana penderita gastroenteritis (diare) adalah :
a. Mencegah terjadinya dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan
minum lebih banyak atau cairan pengganti seperti air tajin, kuah sayur dan
air sup.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi, pengobatan yang cepat dan tepat adalah
pemberian oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberi
cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Memberikan makanan
Anak yang masih minum ASI jangan dihentikan, justru dianjurkan agar
lebih sering diberi ASI. Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi
yang cukup selama diare terutama anak dengna gizi kurang, karena
pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.
13
Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan
gastroenteritis dapat dilakukan sebagai berikut : 13
1. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi ringan
Pada keadaan ini dapat ditangani oleh ibu atau kader kesehatan
dengan cara memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup
dan kuah sayur. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan
sebanyak 180ml/kg.
2. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi sedang
Pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya
didampingi oleh petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis
yang dianjurkan. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi
sedang sebanyak 220 ml/kg.
3. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi berat
Pada keadaan ini penderita harus segera diinfus karena sudah
mengalami banyak kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah
menurun Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat melalui
intravena. Bila kesadaran penderita mulai membaik maka segera
berikan oralit. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat
sebesar 260ml/kg.
Pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat
justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya
perlipatgandaan kuman. 13
14
2.7 Pencegahan Gastroenteritis
2.7.1 Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-
patogenesis dengan tujuan menghilangkan faktor resiko terhadap
gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan ini adalah orang sehat
sehingga diharapkan tidak menderita sakit. 13
Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini
antara lain :
a) Health Promotion
Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya
mencegah terjadinya gastreoenteritis dapat berupa : 13
Pemberian ASI
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI
merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas
biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungnan baik
secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI
memberikan zat-zat kekebalan yang belum di buat oleh bayi
tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit,
terutama pada awal dari kehidupannya.21 Dengan adanya
komponen- komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam
ASI, maka bayi yang minum ASI akan terlindung dari berbagai
macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit
dan antigen lainnya. ASI merupakan faktor penting dalam
mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan
pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai
paling kurang anak berusia satu tahun.18
Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia
diatas 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu
15
dini dikhawatiirkan dapat mengganggu sistem pencernaan bayi,
karena pembentukan organ tubuh bayi belum sempurna. Pada
tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.5
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :
- Melengkapi zat – zat gizi yang kurang yang terdapat dalam
ASI.
- Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai
macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
- Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
- Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar
energi yang tinggi.
Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI
dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteriris.
Ada beberapa hal yang penting agar pemberien makanan
pendamping ASI lebih baik antara lain: 5
- Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan
sambil tetap memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik sebanyak
4–6 kali sehari dan teruskan pemberian ASI bila masih
memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.
- Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau bubur
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan,
kacang – kacangan, buah –buahan, dan sayuran berwarna hijau
ke dalam makanannya.
- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak,
serta suapi anak dengan sendok yang bersih.
- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin dan panaskan dengna benar sebelum
diberikan pada anak.
Penggunaan Air Bersih
16
Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara
penularannya melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya
gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang bersih. Air
minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih.
Membuang Tinja Bayi Secara Benar
Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Yang
harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila tidak
ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun.19
Mencuci Tangan
Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah
terjadinya gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun
segera setelah membersihkan anak ketika buang air besar, dan
mencuci tangan baik dilakukan sebelum makan dan sesudah
buang air besar.
b) Spesific Protection
Kegiatan spesific protection (perlindungan spesifik) dalam upaya
mencegah terjadinya gastroenteritis pada anak dapat berupa
pemberian imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai
campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah anak berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat
berat pada anak–anak yang sedang menderita campak dalam 4
minggu terakhir.20
2.7.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua diberikan pada masa patogenesis dengan
tujuan mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini
adalah penderita gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi
17
yang berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini
berupa Early Diagnosis and Prompt Treatment yaitu diagnosa dan
pengobatan secepatnya. Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada
penderita gastroenteritis adalah memberikan cairan oralit secepatnya untuk
mencegah kehilangan banyak cairan. Sementara pemberian obat – obat yang
berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk
keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan
menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.13
2.7.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan
pada pencegahan tingkat ketiga ini berupa Limitation of Ability (pembatasan
kecacatan) dan Rehabilitation (rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah tetap memberikan nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh
anak tidak berkurang guna mencegah munculnya penyakit lain.13