BAB II.docx

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gastroenteritis Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus halus ditandai dengan gejala diare, muntah dan demam ringan disertai hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut. 1 Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). 5 Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh infeksi usus. 5 2.2 Epidemiologi Gastroenteritis 2.2.1 Distribusi a. Distribusi Berdasarkan Orang Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah 3

description

2

Transcript of BAB II.docx

Page 1: BAB II.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan

usus halus ditandai dengan gejala diare, muntah dan demam ringan disertai

hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.1

Diare adalah suatu gejala penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih

dalam 1 hari). 5

Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan bisa

berlangsung terus sampai beberapa hari dan biasanya kurang dari 2 minggu

yang disebabkan oleh infeksi usus.5

2.2 Epidemiologi Gastroenteritis

2.2.1 Distribusi

a. Distribusi Berdasarkan Orang

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi

diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama

dengan perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-

anak dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan

mudah mengalami dehidrasi.6,7 Gastroenteritis biasanya terjadi pada

masyarakat yang berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah,

hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap

kesehatan yang kurang.8

b. Distribusi Berdasarkan Tempat

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi

didaerah tropis. Di negara yang sedang berkembang, kejadian

gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan

kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan

kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini

3

Page 2: BAB II.docx

4

erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan

sebagian lagi oleh karena faktor pencegahan imunologik dari pada

ASI.6,9

c. Distribusi Berdasarkan Waktu

Di Amerika, infeksi rotavirus dan astrovirus terjadi selama

musim dingin setiap tahun (Oktober – April), sedangkan infeksi

norovirus muncul sepanjang tahun.7

Di negara-negara yang beriklim empat musim, diare yang

disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan

yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia,

diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun,

dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-

Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada

pertengahan musim hujan (Januari-Februari).10

2.2.2. Frekuensi

Di Amerika tiap tahun terjadi sebanyak 90 juta kasus dari beberapa

juta kunjungan berobat dan kunjungan rumah sakit. Berdasarkan data

Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit, 3,5 juta kasus

gastroenteritis berasal dari rotavirus dan sedikitnya 90.000 kasus

keracunan makanan terjadi tiap tahunnya. Sejak tahun 1981 sampai

tahun 1994 dilaporkan terjadi 333 kasus infeksi Vibrio vulnificus di

Florida. Dua diantaranya meninggal dunia karena gastroenteritis. Pada

tahun 2002, Norovirus ditandai sebagai penyebab 9 dari 21 KLB

gastroenteritis akut yang dilaporkan oleh Pusat Pengawasan dan

Pencegahan Penyakit. Norovirus menyebabkan sebanyak 23 juta kasus

gastroenteritis akut tiap tahunnya dan merupakan penyebab utama KLB

gastroenteritis.8 Pada Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang

dirawat di RSUD Dr. Soetomo dengan dehidrasi ringan sebanyak 227

orang (19,56%), dehidrasi sedang sebanyak 668 orang (57,59%) dan

dehidrasi berat sebanyak 116 orang (10%).8

Page 3: BAB II.docx

5

2.2.3 Determinan

a. Pejamu (Host)

Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan

kerentanan pejamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara

lain: 10,11

a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung

antibodi yang dapat melindungi terhadap kuman penyebab

gastroenteritis.

b. Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Beratnya

penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis

meningkat pada bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.

c. Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh)

d. Campak. Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi

atau anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu

terakhir. Hal ini akibat penurunan kekebalan tubuh penderita.

b. Agen (Agent)

Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain :

1. Faktor infeksi

Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis)

meliputi: 5

a. Bakteri : Escherchia coli, Salmonella Typhi, Salmonella

paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella Flexneri, Vibrio

Cholera, Vibrio Eltor, Vibrio Parahemolyticus, Clostridium

Perfringens, Campilobacter, Staphylococcus sp, Coccidiosis.

b. Parasit dan protozoa : Entamuba Histolytica, Giardia

Lamblia, Trichomonas Hominis, Isospora sp, Ascaris

Lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma

Duodenale, Trichuris Trichuria, Taenia Solium, Taenia

Saginata, Oxylorus Vermicularis, S.Srercoralis.

Page 4: BAB II.docx

6

c. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus

yang yang lebih dikenal dengan Sapporo virus yag

merupakan famili dari Calicifiridiae virus.

d. Faktor Malabsorbsi

- Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa dan sukrosa ; monosakarid ( intoleransi glukosa,

fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak adalah

intoleransi laktosa.

- Malabsorbsi lemak, protein

e. Faktor makanan, seperti makanan yang tercemar, makanan

laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan

beracun, dan alergi makanan.11

f. Efek samping penggunaan obat, misalnya obat antasid yang

mengandung magnesium dalam jumlah besar, antibiotik,

obat-obat anti kanker dan obat pencahar.12

c. Lingkungan (Environment)

Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

Lingkungan memiliki pengaruh besar tehadap terjadinya

gastroenteritis. Dua faktor yang dominan terhadap terjadinya

gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat. Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi

penyebab gastroenteritis antara lain: 13

a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dn memenuhi

syarat kesehatan.

b. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.

c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

d. Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.

e. Belum ditanganinya higene dan sanitasi industri secara intensif.

f. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap

pencegahan lingkungan.

g. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.

Page 5: BAB II.docx

7

2.3 Etiologi dan Patofisiologi Gastroenteritis

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,

virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.

Gastroenteritis karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman

yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung

yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri

terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan

berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang

sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi

enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,

sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan

usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan, sebagai akibat dari

keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang

mengakibatkan dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding

usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk

mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi

kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi Gastroenteritis.14

Gastroenteritis yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan

menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit keadaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul Gastroenteritis. 14

Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan

Gastroenteritis karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus

menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul Gastroenteritis.

Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul Gastroenteritis pula. Adanya iritasi mukosa

usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien

mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut / kram timbul

karena metabolisme KH oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan

CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada

Page 6: BAB II.docx

8

keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan

menurun. Karena terjadi ketidak seimbangan asam basa dan elektrolit.

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien

jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan turun, turgor

kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi),

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus

berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan

nutrisi sehingga klien lemas. Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa

usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan

cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ektraseluler dan

intraseluler menurun. Dimana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan

ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus maka volume darah juga

berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu

dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut

jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, klien

sangat lemah kesadaran menurun. Selain itu, akibat akibat lain dari

kehilangan cairan ektrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis

metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan

dalam (pernafasan kussmaul). 14

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan Gastroenteritis. Karena faktor

psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalan

dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang

pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga

bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk

peningkatan motalitas usus. 14

Page 7: BAB II.docx

9

Gambar 1. Skema Patofisiologi Gastroenteritis

Page 8: BAB II.docx

10

2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala gastroenteritis pada balita secara umum antara lain: 15,16

a. anak menjadi cengeng,

b. sering menangis dan gelisah,

c. kadang–kadang demam,

d. mengalami gangguan minum, dan nafsu makan berkurang,

e. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah Gastroenteritis

disebabkan oleh lambung yang meradang dan akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Pada bayi penderita gastroenteritis biasanya warna muntah seperti warna

susu. Tinja cair dan dapat disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Bila penderita

telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.

Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak antara lain : mengantuk,

tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan lidah kering, saliva menjadi

kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor

kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, gelisah,

kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan Kuszmaull

(pernapasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang luar biasa anak

terlihat kurang meresponi keadaan sekitarnya (apatik).

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:17

1. Dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-<5%) dengan

gejala berupa :

- Keadaan umum baik dan sadar.

- Mata normal dan air mata tidak ada.

- Mulut dan lidah basah.

- Tidak merasa haus dan bisa minum.

- Turgor normal (cubitan kulit cepat kembali)

Page 9: BAB II.docx

11

2. Dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%) dengan

gejala berupa :

- Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.

- Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun.

- Mata dan ubun – ubun cekung.

- Mulut dan lidah kering.

- Nadi lebih cepat dari normal

- Turgor kurang (cubitan kulit lambat kembali)

3. Dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%) dengan gejala

fisik berupa :

- Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.

- Sangat lemah hingga kesadaran menurun.

- Mata dan ubun – ubun sangat cekung.

- Bibir dan lidah sangat kering.

- Nadi sangat cepat.

- Turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat kembali).

Berat ringannya dehidrasi akan menentukan jenis terapi dan mati hidupnya

anak serta pertumbuhannya dikemudian hari.

2.5 Komplikasi Gastroenteritis

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti: 13

a. Gangguan keseimbangan asam basa

b. Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)

c. Hipoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah). Gejala

hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg% pada

bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,

kejang sampai koma. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup/baik,

hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau anak yang

sebelumnya sudah menederita KKP (Kekurangan Kalori Protein), hal ini

terjadi karena :

- Persediaan glikogen dalam hati terganggu

- Adanya gangguan absorbsi glukosa

Page 10: BAB II.docx

12

d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena

kerusakan vili mukosa usus halus

e. Gangguan gizi, sewaktu anak menderita Gastroenteritis, sering terjadi

gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam

waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena : 13

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut dan

memberikan air teh saja.

Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran, dan

diberikan dalam jangka waktu yang lama.

Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik usus.

Gangguan Sirkulasi, terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan

(shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan

dalam otak, dan kesadaran menurun.

2.6 Penatalaksanaan Gastroenteritis

Prinsip tata laksana penderita gastroenteritis (diare) adalah :

a. Mencegah terjadinya dehidrasi.

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan

minum lebih banyak atau cairan pengganti seperti air tajin, kuah sayur dan

air sup.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi, pengobatan yang cepat dan tepat adalah

pemberian oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberi

cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Memberikan makanan

Anak yang masih minum ASI jangan dihentikan, justru dianjurkan agar

lebih sering diberi ASI. Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi

yang cukup selama diare terutama anak dengna gizi kurang, karena

pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.

Page 11: BAB II.docx

13

Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi, maka penatalaksanaan

gastroenteritis dapat dilakukan sebagai berikut : 13

1. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi ringan

Pada keadaan ini dapat ditangani oleh ibu atau kader kesehatan

dengan cara memberikan oralit dan makanan cair seperti air tajin, sup

dan kuah sayur. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan

sebanyak 180ml/kg.

2. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi sedang

Pada keadaan ini perawatan dan pengobatan penderita sebaiknya

didampingi oleh petugas kesehatan. Berikan oralit sesuai dengan dosis

yang dianjurkan. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi

sedang sebanyak 220 ml/kg.

3. Gastroenteritis/ diare dengan dehidrasi berat

Pada keadaan ini penderita harus segera diinfus karena sudah

mengalami banyak kekurangan cairan sementara kesadarannya sudah

menurun Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat melalui

intravena. Bila kesadaran penderita mulai membaik maka segera

berikan oralit. Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dehidrasi berat

sebesar 260ml/kg.

Pemberian obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat

justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan

terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya

perlipatgandaan kuman. 13

Page 12: BAB II.docx

14

2.7 Pencegahan Gastroenteritis

2.7.1 Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa pre-

patogenesis dengan tujuan menghilangkan faktor resiko terhadap

gastroenteritis. Sasaran pada pencegahan ini adalah orang sehat

sehingga diharapkan tidak menderita sakit. 13

Adapun kegiatan yang dilakukan pada pencegahan tingkat pertama ini

antara lain :

a) Health Promotion

Kegiatan health promotion (promosi kesehatan) dalam upaya

mencegah terjadinya gastreoenteritis dapat berupa : 13

Pemberian ASI

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum

dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI

merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas

biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungnan baik

secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI

memberikan zat-zat kekebalan yang belum di buat oleh bayi

tersebut. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit,

terutama pada awal dari kehidupannya.21 Dengan adanya

komponen- komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam

ASI, maka bayi yang minum ASI akan terlindung dari berbagai

macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit

dan antigen lainnya. ASI merupakan faktor penting dalam

mencegah terjadinya gastroenteritis. Berikan ASI selama 6 bulan

pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai

paling kurang anak berusia satu tahun.18

Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI diberikan setelah anak berusia

diatas 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu

Page 13: BAB II.docx

15

dini dikhawatiirkan dapat mengganggu sistem pencernaan bayi,

karena pembentukan organ tubuh bayi belum sempurna. Pada

tahap awal sebaiknya berikan makanan yang lunak.5

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :

- Melengkapi zat – zat gizi yang kurang yang terdapat dalam

ASI.

- Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai

macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.

- Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan.

- Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar

energi yang tinggi.

Perilaku yang tidak baik saat pemberian makanan pendamping ASI

dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya gastroenteriris.

Ada beberapa hal yang penting agar pemberien makanan

pendamping ASI lebih baik antara lain: 5

- Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan

sambil tetap memberikan ASI. Setelah anak berumur satu tahun

berikan semua makanan yang dimasak dengan baik sebanyak

4–6 kali sehari dan teruskan pemberian ASI bila masih

memungkinkan sampai anak berusia 2 tahun.

- Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi atau bubur

untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan,

kacang – kacangan, buah –buahan, dan sayuran berwarna hijau

ke dalam makanannya.

- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak,

serta suapi anak dengan sendok yang bersih.

- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengna benar sebelum

diberikan pada anak.

Penggunaan Air Bersih

Page 14: BAB II.docx

16

Gastroenteritis merupakan penyakit yang salah satu cara

penularannya melalui air, jadi untuk mencegah terjadinya

gastroenteritis adalah dengan penggunaan air yang bersih. Air

minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih.

Membuang Tinja Bayi Secara Benar

Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula

menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Yang

harus diperhatikan adalah tinja bayi dibuang kejamban, bila tidak

ada jamban tinja dibuang ke lubang kemudian ditimbun.19

Mencuci Tangan

Mencuci tangan juga merupakan cara untuk mencegah

terjadinya gastroenteritis. Tangan sebaiknya dicuci dengan sabun

segera setelah membersihkan anak ketika buang air besar, dan

mencuci tangan baik dilakukan sebelum makan dan sesudah

buang air besar.

b) Spesific Protection

Kegiatan spesific protection (perlindungan spesifik) dalam upaya

mencegah terjadinya gastroenteritis pada anak dapat berupa

pemberian imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai

campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat

mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera

setelah anak berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat

berat pada anak–anak yang sedang menderita campak dalam 4

minggu terakhir.20

2.7.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua diberikan pada masa patogenesis dengan

tujuan mencegah kehilangan banyak cairan. Sasaran pada pencegahan ini

adalah penderita gastroenteritis yang diharapkan agar tidak terjadi dehidrasi

Page 15: BAB II.docx

17

yang berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini

berupa Early Diagnosis and Prompt Treatment yaitu diagnosa dan

pengobatan secepatnya. Pengobatan pertama yang dapat dilakukan pada

penderita gastroenteritis adalah memberikan cairan oralit secepatnya untuk

mencegah kehilangan banyak cairan. Sementara pemberian obat – obat yang

berkhasiat menghentikan diare secara cepat justru akan memperburuk

keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan

menyebabkan terjadinya perlipatgandaan kuman.13

2.7.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tingkat ketiga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dan kematian akibat dehidrasi. Kegiatan yang dapat dilakukan

pada pencegahan tingkat ketiga ini berupa Limitation of Ability (pembatasan

kecacatan) dan Rehabilitation (rehabilitasi). Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah tetap memberikan nutrisi pada anak agar daya tahan tubuh

anak tidak berkurang guna mencegah munculnya penyakit lain.13