BAB II.docx

20
BAB II GEOLOGICAL FINDING AND REVIEWS Lapangan gas Andalusia sumur Granada adalah lapangan offshore yang terletak di Selat Makasar . Lapangan yang berada pada Cekungan Barito tersebut berada pada formasi Berai di zona Upper . Reservoir rock pada lapangan Andalusia adalah Carbonate yang lebih tepatnya adalah Limestone. 2.1 Geologi Regional Lapangan Granada berada di lepas Selat Makassar , lapangan terebut merupakan lapangan offshore yang berada di sebelah tenggara Pulau Kalimantan . Secara geologi lapangan tersebut berada di cekungan Barito . Cekungan Barito terletak bagian tenggara Kalimantan. Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Cekungan Kutai. Dari sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar- sesar naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik. Secara singkatnya , Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh paparan sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Adang Flexure. (Satyana, dkk.,1994)

Transcript of BAB II.docx

Page 1: BAB II.docx

BAB II

GEOLOGICAL FINDING AND REVIEWS

Lapangan gas Andalusia sumur Granada adalah lapangan offshore yang terletak di Selat

Makasar . Lapangan yang berada pada Cekungan Barito tersebut berada pada formasi Berai di

zona Upper . Reservoir rock pada lapangan Andalusia adalah Carbonate yang lebih tepatnya

adalah Limestone.

2.1 Geologi Regional

Lapangan Granada berada di lepas Selat Makassar , lapangan terebut merupakan

lapangan offshore yang berada di sebelah tenggara Pulau Kalimantan . Secara geologi lapangan

tersebut berada di cekungan Barito . Cekungan Barito terletak bagian tenggara Kalimantan.

Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus,

sebelah utara dibatasi oleh Cekungan Kutai. Dari sebelah barat dekat paparan sunda terdapat

Cekungan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yang

dibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik.

Secara singkatnya , Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh paparan sunda, sebelah timur

Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Adang Flexure. (Satyana, dkk.,1994)

Gambar 2.1 Peta fisiografi pulau Kalimantan(http://1.bp.blogspot.com/)

XYZ BLOK

Page 2: BAB II.docx

Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner Shield,

Cekungan Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision)

antara microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana, 1996) .

Evaluasi Tektonik di Indonesian, khususnya cekungan Barito secara garis besar yaitu :

Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik

konvergen, dan menghasilkan polarifting Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian

menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari

Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi

bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam

hubungan transgresi.

Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi

Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam

hubungan regresi.

Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.

Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang

mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi

Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala

ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi

Warukin bagian bawah.

Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya

mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas

dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen.

Page 3: BAB II.docx

Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat,

dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik

terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier,

terutama daerah-daerah Tinggian Meratus.

Gambar 2.2 Statigrafi Cekungan Barito

Page 4: BAB II.docx

2.2 Struktur Geologi

Pulau Kalimantan umumnya merupakan daerah rawa-rawa dan fluvial. Selain itu

juga terdapat daerah dataran dan pegunungan yang tersebar di pulau ini. Sungai Barito

merupakan sungai terbesar kedua di Pulau Kalimantan. Sungai Barito ini berhulu di

Pegunungan Muller dan menghasilkan Cekungan Barito yang dibatasi oleh Pegunungan

Meratus pada bagian timur. Di bagian timur Provinsi Kalimantan Selatan terdapat

Pegunungan Kompleks Meratus yang merupakan jejak adanya kegiatan subduksi pada umur

Kapur (Rotinsulu dkk., 2006).

Cekungan Barito terletak bagian tenggara Kalimantan. Cekungan Barito disebelah barat

dibatasi oleh dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh

Cekungan Kutai.

Struktur geologi yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah antiklin,

sinklin, sesar naik, sesar mendatar, dan sesar turun. Sumbu lipatan umumnya berarah

timurlaut-baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal. Kegiatan tektonik daerah

ini diduga telah berlangsung sejak Zaman Jura, yang menyebabkan bercampurnya batuan

ultramafik dan batuan malihan.

Pada Zaman Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan

diorite yang menerobos batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal

terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan olistostrom, diselingi dengan kegiatan

gunungapi Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya

batuan ultramafik dan malihan ke atas Kelompok Alino. Pada Kala Paleosen kegiatan tektonik

menyebabkan terangkatnya batuan Mesozoikum, disertai penerobosan batuan andesit porfiri.

Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan paralas (Sikumbang dan

Heryanto, 2009). Pada saat bersamaan Kompleks Meratus telah ada, namun hanya berupa

daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian cekungan dan diendapkan berupa lapisan sedimen

yang lebih tipis dari daerah sekitarnya (Hamilton, 1979). Pada Kala Oligosen terjadi genang laut

Page 5: BAB II.docx

yang membentuk Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi susut laut yang

membentuk Formasi Warukin (Sikumbang dan Heryanto, 2009). Gerakan tektonik yang terakhir

terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian

Meratus dan melipat kuat batuan Tersier dan Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah

pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala

Pliosen .Tektonik regional Kalimantan Selatan (Mudjiono dan Pireno, 2006)

Di Kalimantan Tengggara terdapat dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan

Cekungan Asam-asam . Dua cekungan ini dibatasi oleh Pegunungan Meratus yang melintang

dari utara ke baratdaya. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai ini dipisahkan oleh sebuah sesar

yang berarah timur-barat di bagian utara dari Provinsi Kalimantan Selatan, sesar ini dikenal

dengan nama Sesar Adang (Mudjiono dan Pireno, 2006). Regim struktur yang terjadi di

Cekungan Barito adalah regim transpression dan transtension. Struktur yang didapati adalah

lipatan yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya (NNE-SSW) pada bagian utara

cekungan. Sedangkan pada Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa

basement. Sesar–sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.

Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu di bagian utara

pegunungan ini berarah utara timurlaut - selatan baratdaya (NNE- SSW) dan yang berada di

Gambar 2.3

Page 6: BAB II.docx

bagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan

beberapa sinklin. Sesar-sesar naik banyak terdapat pada daerah Pegunungan Meratus dengan

arah umum utara timurlaut – selatan baratdaya (NNE-SSW). Sesar-sesar mendatar juga banyak

ditemui di Pegunungan Meratus ini, umunya tidak terlalu panjang, berbeda dengan sesar naik

yang memiliki kemenerusan yang pajang. Sesar-sesar mendatar umumnya berupa sesar mengiri

dan berarah baratlaut-tenggara (Satyana, 2000).

2.3 Stratigrafi Regional

Cekungan Barito meliputi daerah seluas 70.000 kilometer persegi di Kalimantan Tenggara.

Cekungan ini terletak diantara dua elemen yang berumur Mesozoikum (Paparan Sunda di sebelah

barat dan Pegunungan Meratus yang merupakan jalur melange tektonik di sebelah timur).

Orogenesa yang terjadi pada Pliosen-Plistosen mengakibatkan bongkah Meratus bergerak ke arah

barat. Akibat dari pergerakan ini sedimen-sedimen dalam Cekungan Barito tertekan sehingga

terbentuk struktur perlipatan.

Cekungan Barito memperlihatkan bentuk cekungan asimetrik yang disebabkan oleh adanya

gerak naik dan gerak arah barat dari Pegunungan Meratus. Sedimen-sedimen Neogen diketemukan

paling tebal sepanjang bagian timur Cekungan Barito, yang kemudian menipis ke barat. Formasi

Tanjung yang berumur Eosen menutupi batuan dasar yang relatif landai, sedimen-sedimennya

memperlihatkan ciri endapan genang laut. Formasi ini terdiri dari batuan-batuan sedimen klastik

berbutir kasar yang berselang-seling dengan serpih dan kadangkala batubara. Pengaruh genang laut

marine bertambah selama Oligosen sampai Miosen Awal yang mengakibatkan terbentuknya

endapan-endapan batugamping dan napal (Formasi Berai).

Pada Miosen Tengah-Miosen Akhir terjadi susut laut yang mengendapkan Formasi Warukin.

Pada Miosen Akhir ini terjadi pengangkatan yang membentuk Tinggian Meratus, sehingga

terpisahnya cekungan Barito, Sub Cekungan Pasir dan Sub Cekungan Asam-Asam.

Batuan dasar (basement) pada cekungan barito terdiri dari pencampuran antara batuan

dasar dari lempeng benua Paparan Sunda dibagian barat yang dikenal dengan sebutan Barito

Page 7: BAB II.docx

Platform, dan batuan dasar pada zona akresi dibagian timur, yaitu Pegunungan Meratus. Secara

umum stratigrafi sedimen-sedimen Tesier pada Cekungan Barito dari formasi tua ke formasi

muda secara berurut adalah :

a. sebagai susunan yang terpilah buruk, bermassa dasar batupasir kuarsa berbutir kasar.

Facies ini merupakan bagian paling bawah dari Formasi Tanjung yang diendapkan tidak

selaras diatas batuan alas Para-Tersier, tebalnya berkisar antara 8 meter dan 15 meter. Di

tepi barat Pegunungan Meratus, Facies Konglomerat lebih tebal dari yang di tepi

timurnya. Di beberapa tempat di tepi timur ditemukan sisipan batupasir berbutir kasar

dengan ketebalan antara 75 cm dan 100 cm, yang memperlihatkan structure sedimen

lapisan silang-siur berskala menengah. Adanya perbedaan ketebalan pada Facies

Konglomerat dan structure perlapisan silang-siur pada batupasir menunjukkan arah arus

purba dari barat.

b. Facies Batupasir Bawah terdiri dari batupasir berbutir sedang sampai kasar setempat

konglomeratan. Batupasir ini disusun terutama oleh butiran kuarsa dengan sedikit kepingan

batuan vulkanik, rijang, dan feldspar. Facies ini berlapis tebal yaitu antara 50 cm dan 200

cm. Structure sedimennya adalah lapisan sejajar, lapisan silang-siur dan lapisan tersusun.

Tebal facies ini terukur di tepi barat Pegunungan Meratus antara 46 meter dan 48 meter,

sedangkan di bagian tengah dan tepi timurnya antara 30 meter dan 35 meter.

c. Facies Batulempung Bawah terdiri dari batulempung berwarna kelabu (kecoklatan

sampai kehitaman), dengan sisipan batubara dan batupasir. Ketebalan facies ini berkisar

dari 28 meter sampai 68 meter. Structure sedimen di dalam batulempung, yang terlihat

berupa lapisan pejal, laminasi sejajar, setempat berlaminasi silang-siur dengan ketebalan

berkisar antara 3 cm sampai 5 cm. Batubara berwarna hitam mengkilap dan Setempat

ditemukan pula sisipan tufa berwarna putih dengan ketebalan perlapisan antara 5 cm dan

15 cm, sebagian terubah menjadi kaolin.

Page 8: BAB II.docx

Gambar 2.4 Proses tektonik dan pengendapan formasi-formasi pada Cekungan Barito bagian timur (Satyana, dan

Silitonga, 1994)

Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan beku bersifat granitik dan andesitik serta

batuan malihan terdiri dari perselingan batulanau dengan batupasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan

breksi. Diatas batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang terdiri dari tua ke muda yaitu:

1. Formasi Tanjung

2. Formasi Berai

3. Formasi Warukin

4. Formasi Dahor

Kontak antara batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak ketidakselarasan umur, tetapi

di beberapa tempat tertentu terdapat kontak ketidakselarasan tektonik. Umur dari batuan sedimen Tersier adalah

Eosen sampai Pleistosen formasi yang terdapat pada cekungan barito, yaitu:

2.3.1 Formasi Tanjung

Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen, yang diendapkan

Page 9: BAB II.docx

Pada lingkungan paralis hingga neritik dengan ketebalan 900-1100 meter, terdiri dari (atas ke

bawah ) batulumpur, batulanau, batupasir, sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat

sebagai komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier.

2.3.2 Formasi Berai

Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagoon hingga neritik tengah dengan

ketebalan107-1300 meter. Berumur Oligosen bawah sampai Miosen awal, hubungannya

selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak dibawahnya. Formasi ini terdiri dari

pengendapan laut dangkal di bagian bawah, batu gamping dan napal di bagian atas.

Litologinya terdiri dari batugamping mengandung fosil foraminifera besar seperti

Spiroclypeus orbitodeus, Spiroclypeus sp, dll yang menunjukkan umur Oligosen-Miocene

Awal. Formasi Berai dibagi menjadi tiga bagian (Satyana,dkk.,1994), yaitu :

a. Berai Bawah disusun oleh batulempung, dan napal. Diendapkan pada lingkungan

paralic-neritik

b. Berai Tengah disusun oleh batugamping massif yang diendapkan di lingkungan

paparan (shelf)

c. Berai Atas disusun oleh batulempung, napal, dan sisipan batugamping.

Diendapkan di lingkungan Lereng Delta

2.3.3 Formasi Warukin

Pada formasi tersebut , batupasir kuarsa dan batulempung sisipan batubara, terendapkan

di lingkungan fluviatil-delta dengan ketebalan sekitar 400 meter, berumur Miocene

Tengah sampai dengan Miocene Akhir. Formasi Warukin dapat dibagi menjadi tiga

bagian (Satyana, 1994, 1995; Mason dkk, 1993; Heriyanto dkk, 1996) yaitu :

Page 10: BAB II.docx

a.Warukin Bawah

disusun oleh batupasir dengan batulempung gampingan dan lensa batugamping yang

tipis. Diendapkan pada lingkungan Muka Delta-Dataran Delta

b.Warukin Tengah

disusun oleh batupasir, batulempung gampingan dan batubara. Diendapkan pada

lingkungan Dataran Delta

c.Warukin Bawah

disusun oleh perlapisan batubara tebal, batulempung pada bagian atas, batupasir berlapis

tipus, dan batulempung dengan lensa batubara tipis. Diendapkan pada lingungan Fluvial-

Dataran Delta

2.3.4 Formasi Dahor

Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral, yang berumur miosen

sampai plio-plistosen dengan ketebalan 450-840 meter. Formasi ini hubungannya tidak selaras

dengan ketiga formasi di bawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang ada di

atasnya. Formasi ini terdiri dari perselingan batuan konglomerat dan batupasir yang tidak

kompak, pada formasi ini juga ditemukan batulempung lunak, lignit dan limonit.

2.3.5 Endapan Alluvium

Merupakan kelompok batuan yang paling muda yang tersusun oleh kerikil, pasir, lanau,

lempung, dan lumpur yang tersebar di morfologi dataran dan sepanjang aliran sungai.

Page 11: BAB II.docx

Gambar 2.5 Formasi-formasi, paleofacies, dan periode tektonik pada

Cekungan Barito (Indonesian Basin Sumarries, 2006)

Gambar 2.6 Peta Formasi Cekungan Barito(Indonesian Basin Sumarries, 2006

Page 12: BAB II.docx

2.4 Petroleum System

Petroleum system adalah factor penyusun terbentuknya hydrocarbon yang dapat berupa

minyak dan gas . Petroleum system terdiri dari batuan induk ( source rock) , batuan

reservoir , migrasi , batuan penutup (cap rock ) dan juga jebakan (trap) . Selain kelima

factor diatas , ditentukan juga lithology batuan dan fasies pengendapan .

Petroleum System

Source

Rock Fm. Tanjung

Reservoir

Rock Fm. Berai

Migration Fm. Lower-Midle Tanjung

Seal

Rock

Lower Warukin(Midle

Miocene-Late Miocene)

Trap Structural Traps

Lithologi Foramifera besar

Fasies Lereng Delta

2.4.1 Potensi Source Rock

Sedimentasi Tahap pertama dari Formasi Tanjung merupakan sedimen yang diendapkan

di graben paleogen berupa alluvial channel dan fan mengalami progradasi hingga ke lingkungan

lacustrine. Sejumlah lapisan tipis batubara diduga diendapkan sepanjang tepi danau. Lingkung

lacustrine dalam terbentuk pada bagian sumbu graben. Lingkungan ini menghasilkan lingkungan

reduksi yang baik bagi akumulasi algae. Lapisan source rock berupa Lacustrine alga dapat

membentuk prolific oil. Dari analisismaturasi Lower Tanjung source rock diketahui

Pada bagian baratlaut matursi hidrokarbonnya immature early mature, dan pada bagian

tengahnya mature, sedangkan dibagian tenggaranya maturasinya overmature ( bagian paling

dalam basin ini).

Page 13: BAB II.docx

2.4.2 Potensi Reservoir

Reservoir utama berupa synrift sand tahap 1, post rift sag fill tahap 2 dan 3. batu pasir synrift

pada tahap 1 ( disebut batupasir A dan B atau Z 1015 dan Z 950 ) diendapkan dilingkungan

alluvial fan dan lingkungan delta front lacustrine. Memiliki ketebalan 30 50 meter.

Batupasir pada tahap 2 ( batupasir c dan d atau Z.860 dan Z.825 ) mewakili batupair alluvial fan.

Reservoar properties pada batupasir Z.860 ini lebih baik di bandingkan batupasir pada formasi

Lower Tanjung, Batupasir ini memiliki sorting yang bagus dan mineralogy maturity yang bagus,

ketbalan 25 30 meter, dengan nilai porisitas dan permeabilitas rata-rata yang bagus. Tidak

seperti Z.860, batupasir Z.825 tipis dan diskontinyu ( melensa ) dengan ketebalan 3 5 meter.

Tahap 3 reservoarnya terdiri dari Batupasir e ( Z.710 dan Z. 670 ). Batupasir-E di endapakn

pada pantai/ barrier bar pada lingkungan garis pantau yang terus mengalami regresi.Ketebalan

maksimum dari batupasir- E ini 30 meter.

Selain batupasir pada Formasi Tanjung, terdapat beberapa potensi reservoir lainnya, antaralain

batugamping pada Formasi Berai.

2.4.3 Migration

Migrasi atau perpindahan hidrokarbon dari formasi Tanjung sebagai source rock ke formasi

Berai sebagai resevior rock melalui sesar vertical yang terhubung antar dua formasi tersebut.

2.4.4 Seal Rock

Batuan penutup diperankan oleh formasi Warukin yang terindikasi terdapat shale yang

memungkin untuk hidrokarbon tidak bermigrasi lagi.

Page 14: BAB II.docx

2.4.5 Trap

Perangkap pada lapangan ini terbentuk dari patahan dan cekungan Barito yang terbentuk sekitar

awal Tahap Tektonik (akhir Miocene Tengah - Plio-Pliestosen), dimana seluruh syn- dan postrift

membentuk patahan yang saling memotong.

Hydrocarbon mengisi jebakan melalui patahan dan melalui permeable sands. Pada awal

Pliocene, Tanjung source rocks kehabisan liquid hydrocarbon, sehingga membentuk gas dan

bermigrasi mengisi jebakan yang telah ada.

Lower Warukin shales pada depocentre basin mencapai kedalaman dari oil window selama plio-

pleistocene. Minyak terbentuk dan bermigrasi ke structural traps dibawah warukin sand.

2.4.6 Lithologi

Formasi Berai, yang dikuasai oleh batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik dengan

tebal 20 sampai 200 cm; setempat kaya akan koral, foraminifera (Foraminifera, atau disingkat

foram, adalah grup besar protista amoeboid dengan pseudopodia.Cangkang atau kerangka

foraminifera merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan mineral),

dan ganggang; bersisipan napal kelabu muda, padat dan berlapis baik (10-15 cm), serta

batulempung berwarna kelabu, setempat terserpihkan dengan ketebalan 25–75 cm. Kumpulan

foraminifera besar yang terdapat dalam batugamping (Aziz, 1982) mengindikasikan umur

Oligosen Akhir – Miosen Tengah (Te-Tf) dengan lingkungan pengendapan neritik.

2.4.7 Fasies

2.5 Perhitungan Volume Bulk