BAB II.docx

22
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 1. Arsitektur Vernakular Kata ‘Vernakular’ berasal dari bahasa Latin yaitu ‘Vernakulus’ yang memiliki arti penduduk negeri dan pribumi. Oleh karena itu, Arsitektur Vernakular dapat dikatakan sebagai arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur pribumi. Pendapat lain mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan pengembangan dari arsitektur rakyat yang memiliki nilai ekologis, arsitektonis, dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim dan budaya masyarakat lingkungannya (Victor Papanek). Selain itu, arsitektur vernakular juga dapat diartikan sebagai arsitektur yang dibangun dan digunakan oleh masyarakat lokal dan tanpa arsitek. Hal tersebut diwujudkan menggunakan teknik membangun yang didapat secara turun-temurun. Proses pembangunan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan karena arsitektur vernakular yang bergantung pada sumber daya lokal. Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki budaya yang bermacam-macam yang tersebar sesuai wilayahnya. Kekayaan akan kebudayaan ini tentu mempengaruhi identitas serta aspek arsitekturnya. Menurut Mario

Transcript of BAB II.docx

Page 1: BAB II.docx

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Arsitektur Vernakular

Kata ‘Vernakular’ berasal dari bahasa Latin yaitu ‘Vernakulus’ yang

memiliki arti penduduk negeri dan pribumi. Oleh karena itu, Arsitektur

Vernakular dapat dikatakan sebagai arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari

arsitektur pribumi. Pendapat lain mengatakan bahwa arsitektur vernakular

merupakan pengembangan dari arsitektur rakyat yang memiliki nilai ekologis,

arsitektonis, dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim dan budaya

masyarakat lingkungannya (Victor Papanek).

Selain itu, arsitektur vernakular juga dapat diartikan sebagai arsitektur yang

dibangun dan digunakan oleh masyarakat lokal dan tanpa arsitek. Hal tersebut

diwujudkan menggunakan teknik membangun yang didapat secara turun-

temurun. Proses pembangunan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi

lingkungan karena arsitektur vernakular yang bergantung pada sumber daya

lokal.

Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki budaya yang bermacam-

macam yang tersebar sesuai wilayahnya. Kekayaan akan kebudayaan ini tentu

mempengaruhi identitas serta aspek arsitekturnya. Menurut Mario Salvadori,

Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada budaya. Oleh karena itu, hubungan

antara arsitektur dengan budaya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing daerah di

Indonesia memiliki tipe rumah tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan

budaya dan tradisi arsitektur vernakularnya.

Salah satu wilayah yang memiliki bangunan etnik yang khas sebagai

arsitektur vernakular yang hingga kini masih terpelihara adalah di tatar Sunda.

Page 2: BAB II.docx

2. Arsitektur Tradisional Masyarakat Sunda

Arsitektur tradisional masyarakat sunda lekat dengan banyak hal. Diantaranya

yaitu bagaimana arsitektur tersebut membagi suatu ruang atau wilayah yang

bersifat sakral atau profan. Arsitektur Tradisional masyarakat sunda berada pada

cakupan sebuah wilayah yang disebut Kampung Adat. Kampung adat terbentuk

dari sekurang-kurangnya dua puluh rumah beserta fasilitas pendukungnya.

Berdasarkan letak geografisnya, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi :

a. Kampung pegunungan

b. Kampung dataran rendah

c. Kampung pantai

Berdasarkan mata pencahariannya, kampung masyarakat Sunda terbagi

menjadi :

a. Kampung pertanian

b. Kampung nelayan

c. Kampung kerajinan

Berdasarkan ukuran luas, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi :

a. Kampung gede : yang berukuran besar dan sebagai pusat

b. Kampung leutik : berukuran kecil dan tersebar

Kampung masyarakat sunda juga memiliki pola, diantaranya :

a. Pola linier : Kampung dengan perumahan penduduk memanjang

mengikuti alur jalan kampung

b. Pola Radial : Kampung dengan perumahan penduduk berkelompok

pada persimpangan jalan

c. Pola di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka : Kampung dengan

perumahan penduduk berkelompok di sekeliling lapangan terbuka atau

alun-alun

Page 3: BAB II.docx

Menurut Bidang Kebudayaan Tahun 2009, Kampung Adat Sunda yang

terdapat di Jawa Barat diantaranya :

a. Kampung Cikondang yang berlokasi di Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung

b. Kampung Kuta yang berlokasi di Desa Karang paningal, Kecamatan

Tambaksari, Kabupaten Ciamis

c. Kampung Mahmud yang berlokasi di Desa Mekarrahayu, Kecamatan

Margaasih, Kabupaten Bandung

d. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar yang berlokasi di Kampung

Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi

e. Kampung Dukuh yang berlokasi di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet,

Kabupaten Garut

f. Kampung Naga yang berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

g. Kampung Pulo yang berlokasi di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles,

kabupaten Garut

h. Kampung Urug yang berlokasi di Desa Kiarapandak, Kecamatan

Sukajaya, Kabupaten Bogor

Page 4: BAB II.docx

BAB V

DESKRIPSI DATA KAMPUNG

1. Letak Geografis

Kampung Adat Cikondang terletak di Desa Lamajang Pangalengan dengan

wilayah seluas kurang lebih 2 Hektar. Desa Lamajang ini berbatasan dengan Desa

Cipinang Kecamatan Cimaung di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Pulo Sari Kecamatan Pangalengan. Sebelah timur berbatasan dengan

Desa Cikalong dan Desa Tribhakti. Sebelah barat berbatasan dengan Desa

sukamaju Kecamatan Cimaung

2. Jumlah Penduduk

Menurut Dewan pemerhati kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda, Dr. Ir.

Mubiar Purwasasmita, M.Sc. jumlah penduduk Desa Lamajang + 21 % atau

sekitar 2500 jiwa. Jumlah penduduk laku-laki di Kampung Adat ini lebih banyak

dari penduduk perempuan.

3. Sejarah

Kampung Adat ini awalnya merupakan sebuah pemukiman dengan pola

arsitektur tradisional yang terdiri dari rumah-rumah seperti Bumi Adat.

Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa leluhur mereka adalah

seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka

menyebutnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini dapat

memberi berkah serta melindungi anak cucunya. Diperkirakan kampung adat

Cikondang didirikan sekitar tahun 1800.

Kampung Adat ini diberi nama Cikondang karena menurut sejarahnya, di

daerah tersebut terdapat seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang

dinamakan Kondang. Selanjutnya, tempat tersebut dinamakan Cikondang yang

merupakan perpaduan dari kata ‘Ci’ yang artinya air (sumber air), dan ‘Kondang’

yaitu nama pohon tersebut.

Page 5: BAB II.docx

Pada awalnya, pemukiman ini terdiri dari kurang lebih enam puluh rumah.

Namun, sekitar tahun 1942 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan seluruh

wilayah pemukiman tersebut dan menyisakan satu rumah yang kini dijadikan

Bumi Adat oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang. Beberapa dugaan tentang

penyebab kebakaran bermunculan, salah satunya yaitu karena kampung

Cikondang merupakan tempat persembunyian para pejuang Indonesia dari

penjajah Belanda. Namun pada akhirnya tempat tersebut diketahui oleh Belanda

sehingga tempat tersebut dihanguskan.

Bumi Adat sebagai satu-satunya bangunan yang masih utuh pada saat itu

hingga kini masih dijaga dan dipelihara. Hal tersebut diyakini sebagai pesan dari

leluhur masyarakat Kampung Adat Cikondang.

Sampai sekarang terdapat enam kuncen yang memelihara Bumi Adat di

Kampung Adat Cikondang, yaitu :

a. Ma Empuh

b. Ma Akung

c. Anom Idil

d. Anom Rumya

e. Aki Emen

f. Anom Juhana

4. Sistem Kepercayaan/Agama

Agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Kampung Adat

Cikondang adalah Agama Islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Kampung Adat Cikondang masih mempercayai adanya roh-roh para leluhur.

Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa roh-roh leluhur tersebut

akan terus melindungi mereka setiap saat, menyelamatkan dari berbagai

persoalan, dan mencegah bahaya yang akan datang.

Kepercayaan mereka pada leluhur tersebut berpengaruh pada adat istiadat

yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang.

Adat istiadat ang dimaksud yaitu upacara-upacara adat serta adanya

tabu/pantangan-pantangan yang masih melekat di Kampung Adat tersebut.

Page 6: BAB II.docx

5. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian masyarakat Kampung Adat Cikondang adalah bertani

dan berdagang. Jenis pertanian tersebut diantaranya padi dan sayuran.

6. Pendidikan

Sebagian besar Masyarakat Kampung Adat Cikondang memiliki

penghasilan yang memadai dari bertani dan berdagang. Setiap keluarga mampu

menyekolahkan anaknya sampai sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi.

7. Sosial dan Kemasyarakatan

Hubungan sosial antar masyarakat Kampung Adat Cikondang terjalin

dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya acara khusus

ataupun upacara yang masih dilakukan secara bersama-sama dan bergotong

royong. Selain dengan sesama masyarakat kampung, masyarakat ini juga terbuka

dan menerima kehadiran orang lain diluar Kampung Adat.

Page 7: BAB II.docx

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kampung Adat Cikondang memiliki banyak hal menarik untuk dikaji.

Objek yang kami teliti yaitu mengenai adat istiadat, kebudayaan, sistem

kekerabatan, dan arsitektur.

1. Adat Istiadat

a. Seleh Taun Mapag Taun ( Musiman / Wuku Taun )

Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah. Diperingati

setiap tanggal 15 Muharam. Adapun tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu

sebagai upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa syukur,

tujuan lainnya adalah berdo’a memohon keselamatan kepada Yang Maha

Kuasa. Upacara ini diselenggarakan di Bumi Adat.

b. Ngaruat Lembur (Hajat Lembur)

Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau

kamis, jam 11.00 s.d 5.00. Upacara ini dilaksanakan di tengah-tengah

kampung. Yang dimaksud dengan Ngaruat Lembur atau Hajat Lembur

adalah mengadakan selamatan yang dilakukan untuk keselamatan

kampung halamannya.

c. Ngaruat Kandang Hayam.

Acara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang berkaitan

dengan maksud seseorang, misalnya pada saat akan membuat rumah,

membuat pacilingan, dan pada saat seorang warga akan membuat

kandang ayam. Upacara ini dilakukan diatas tanah yang akan dibuat

sebagai kandang ayam. Kegiatan ini biasa dilakukan sekitar pukul 7.00,

8.00, dan 11.00.

d. Rasulan

Maksud upacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk

keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis

berdirinya Kampung Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-

masing dengan mengundang warga sekitar rumah dan diadakan pada bulan

Page 8: BAB II.docx

silih Mulud. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari selasa dan

kamis, malam hari antara waktu shalat magrib atau isya.

e. Ngabungbang

Upacara Adat ini biasanya dilakukan secara individu, upacara ini

dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu seperti misalnya

ingin segera mendapatkan pekerjaan tetap, ingin mendapatkan jodoh, dan

sebagainya. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 bulan Mulud.

f. Tirakatan

Tirakat artinya membersihkan diri dengan bertafakur atau mengasingkan

diri di tempat yang sepi. Tirakatan dilakukan jika ia menginginkan sesuatu

misalnya ingin lulus sekolah, ingin mendapat jodoh, dan apa yang

dimilikinya dapat bemanfaat atau ada hasilnya. Kegiatan ini dilakukan

terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Pelaksanaan tirakatan

biasanya dilakukan dengan berpuasa disesuaikan dengan hari kelahiran

misalnya jika hari kelahirannya hari kamis maka ia akan memulai tirakatan

pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada pukul satu siang

(13.00) dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang (13.00).

g. Tujuh Bulanan

Upacara Adat ini merupakan perayaan kehamilan berusia tujuh bulan,

adapun tujuan upacara ini adalah ungkapan terimakasih dan syukur kepada

Tuhan YME atas kehamilannya yang sudah berusia tujuh bulan, dan

berharap diberikan kelancaran pada saat melahirkan kelak.

h. Ngalahirkeun

Pada saat melahirkan, sang ibu dibantu oleh paraji (dukun beranak), dan

selesai bersalin, plasenta sang bayi dikuburkan di dekat rumahnya. Dan

dibungkus dengan jonggol (serpihan batang pisang). Setelah itu

membakar kemenyan. Tujuan merawat plasenta bayi sampai dikuburkan

adalah agar usia anak panjang dan mendapatkan banyak berkah dari Tuhan

YME.

i. Marhabaan

Marhabaan dilakukan pada saat bayi berumur empat puluh hari. Acara ini

diadakan pada malam hari dengan melakukan kegiatan makan-makan.

Page 9: BAB II.docx

Pada acara ini, rambut bayi dipangkas sampai gundul. Pada hari itu juga

sang bayi diberi nama oleh kedua orangtuanya. Puncak acara biasanya

dibacakan wawacan barjah, sebagai hiburan sekaligus berisi tentang

nasihat-nasihat yang baik untuk didengarkan oleh warga yang hadir.

j. Upacara Kematian

Upacara yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang di Kampung

Cikondang adalah; tiluna, matangpuluh, natus, nyewu, dan mendak.

Sidekah Tiluna diselenggarakan atas meninggalnya seseorang pada hari

ketiga, sidekah tujuhnan dilaksanakan padahari ketujuh, sidekah

matangpuluh diselenggarakan pada hari keempatpuluh, sidekah natus

dilaksanakan pada hari keserataus, sidekah nyewu pada hari keseribu, dan

sidekah mendak dilaksanakan setiap tahun, artinya setiap tahun setelah

kematian yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama.

k. Pada saat akan bertani, para petani menyiapkan seperangkat bahan-bahan

untuk melangsungkan upacara yang sangat sederhana. Acara ini

dilaksanakan pada pagi hari sebelum pukul 10 pagi. Tujuan dilaksanakan

upacara seperti ini adalah agar tanahnya tetap subur dan padinya berbuah

bagus dan berisi sehingga enak untuk dikonsumsi. Adapun saat menjelang

panen, diadakan lagi upacara sederhana. Tujuan diadakannya upacara

menyambut panen ini adalah agar hasilnya lebih banyak sehingga cukup

untuk dikonsumsi sampai datang musim panen selanjutnya

2. Kebudayaan

a. Pantangan-pantangan yang ada (tabu)

Selain masih mempercayai adanya roh-roh leluhur, masyarakat

Kampung Adat Cikondang mempercayai adanya pantangan-pantangan

yang hingga kini masih melekat di Kampung Adat Cikondang,

diantaranya :

1) Tidak boleh memanjangkan kaki ke sebelah selatan, karena sebelah

selatan adalah tempat orang yang telah meninggal

2) Tidak boleh membangun rumah menghadap selatan

Page 10: BAB II.docx

3) Buang air harus menghadap ke utara dan tidak boleh menghadap ke

selatan, karena di sebelah selatan terdapat tempat suci yang tidak

boleh dikotori

4) Rumah memiliki satu pintu untuk keluar-masuk agar kehidupannya

selamat

5) Tidak boleh menebang kayu di hutan keramat

6) Ziarah tidak boleh dilakukan pada hari jumat dan sabtu

7) Tidak ada yang boleh masuk ke Bumi Adat pada hari jumat dan sabtu

8) Rumah Adat tidak boleh dimasuki oleh wanita yang sedang haid dan

orang yang beragama non-islam.

9) Tidak boleh membawa barang pecah belah dan barang elektronik

kedalam Bumi Adat

b. Tradisi Kebudayaan

1) Benda Pusaka Purbakala masih dipelihara, setiap setahun sekali

tepatnya di bulan Muharam, mereka secara bersama-sama untuk

memandikan benda pusaka tersebut. Benda pusaka yang menjadi

keramat bagi masayarakat di Kampung Adat Cikondang diantaranya

berupa :

a) Keris pusaka duhung lekuk tujuh dan lima sampai lekuk

sembilan, ada badik dan gobang citrayuda, yang artinya kecil-

kecil jagoan perang.

b) Bayonet rampasan dari Jepang ata unipon.

2) Pakaian

a) Laki-laki: tutup kepala berupa kopeah/peci, baju kampret, celana

sontog, alas kaki gamparan bagi kaum laki-laki.

Bagi kaum perempuan rambut digelung, baju kebaya, pakai

karembong, sinjang kain kebat, alas kaki kelom.

b) Pakaian adat wuku taun

Laki-laki : tutup kepala disebut iket alias totopong, dengan corak

batik, model pemakaian yaitu poros nangka, kolenyangsang, dan

Page 11: BAB II.docx

barangbang semplak. Baju kampret putih, celana sontog hitam,

sarung dan alas kaki terumpah atau gamparan.

Bagi perempuan : tutup kepala cindung, rambut digelung, baju

kebaya, pakai epek/ amben sinjang kain kebat, alas kaki kelom.

Bagi perempuan yang melaksanakan numbuk padi adat wuku

taun, kepala pakai cindung digelung, baju cukup pakai kaway

diamben, sinjang kebat, alas kaki kelom.

3. Sistem Kekerabatan

Jabatan kuncen di Bumi Adat atau ketua adat kampung Cikondang

memiliki pola pengangkatan yang khas. Ada beberapa syarat untuk menjadi

kuncen Bumi Adat, yaitu harus memiliki ikatan darah atau masih keturunan

leluhur Bumi Adat. la harus laki-laki dan dipilih berdasarkan wangsit, artinya

anak seorang kuncen yang meninggal tidak secara otomatis diangkat untuk

menggantikan ayahnya. Dia layak dan patut diangkat menjadi kuncen jika

telah menerima wangsit. Biasanya nominasi sang anak untuk menjadi kuncen

akan sirna jika pola pikirnya tidak sesuai dengan hukum adat leluhurnya.

Pergantian kuncen biasanya diawali dengan menghilangnya "cincin

wulung" milik kuncen. Selanjutnya orang yang menemukannya dapat

dipastikan menjadi ahli waris pengganti kuncen. Cincin wulung dapat

dikatakan sebagai mahkota bagi para kuncen di Bumi Adat kampung

Cikondang.

Kuncen yang telah terpilih, dalam kehidupan sehari-hari diharuskan

mengenakan pakaian adat Sunda, lengkap dengan iket (ikat kepala). Jabatan

kuncen Bumi Adat mencakup pemangku adat, sesepuh masyarakat, dan

pengantar bagi para pejiarah.

4. Arsitektur

Bentuk rumah di Kampung Adat Cikondang yaitu Rumah

Panggung (memiliki kolong), merupakan salah satu prototype rumah adat

daerah Jawa Barat. Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong

Page 12: BAB II.docx

(suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang

terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur

bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Pintu muka rumah

ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu sejajar dengan

salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka

tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri

ke kanan. Di halaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain

lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak

di depan (timur laut) rumah, sedangkan kolam dan kamar mandi/jamban

terletak di sebelah timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk

padi).

a. Atap :

Bagian penutup atap tebuat dari talahab yaitu penutup atap

yang terbuat dari bilahan bambu. Bentuk atap yaitu suhunan

jolopong.

b. Plafon/langit-langit

Plafon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari bilah-

bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit

yang dibuat dari bambu bulat (utuh) yang dijajar rapat.

Page 13: BAB II.docx

c. Tiang

Tiang terbuat dari bahan kayu, untuk pondasi tiang

digunakan batu alam berbentuk bulat.

d. Dinding

Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik). Untuk

menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan

posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai

penahan tiang rumah.

e. Jendela

Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu

dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun

jendela kayu sebagai penutupnya.

f. Lantai

Seluruh lantai (palapuh) terbuat dari bambu yang dibentuk

lempengan bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh)

dinamakan dengan darurang.

Page 14: BAB II.docx

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian kami, Kampung Adat Cikondang adalah

salah satu kampung adat yang ada dalam zona tidak aman, karena cepat

atau lambat bisa tersisihkan oleh lingkungan di sekitarnya. Tersisihkan

adat istiadatnya, tersisihkan budayanya, tersisihkan arsitektur rumah

adatnya, dan sebagainya. Bisa disimpulkan seperti ini karena radius satu

meter saja sudah banyak perbedaan drastis yang timpang, seperti rumah –

rumah warga yg sudah mulai mendirikan rumah tinggal dengan nuansa

yang modern, mulai menggunakan listrik, dan lain sebagainya. Ini menjadi

satu kekhawatiran besar yang bisa menggerus keteguhan para penghuni

kampung adat Cikondang. Karena modernitas selalu menggiurkan, bagi

siapapun.

Ini terbukti dari obrolan sesepuh Kampung Adat Cikondang yang

mengatakan bahwa sudah mulai ada generasi muda Kampung Adat

Cikondang yang mulai tidak tertarik untuk tidak mendalami dan melakoni

adat yang menjadi kebanggaan selama berpuluh – puluh tahun itu.

Bagaimana pun, mereka harus diperhatikan. Kampung Adat

Cikondang harus dilestarikan. Adat mereka harus dihargai dan dihormati.

Budaya mereka harus tetap tertanam kokoh di atas tanah mereka sendiri

dan tidak ada yang bisa menggoyahkannya. Semua hal yang telah

dipaparkan di atas menjadi poin penting yang menjadi tugas bersama.

Bukan hanya tugas pemerintah yang harusnya peka, tapi masyarakat

sekitarnya, bahkan para pengunjungnya pun harus sadar bahwa Kampung

Adat Cikondang dengan segala kekayaan tradisinya adalah aset budaya

dan warisan tatar Sunda yang harus dijaga.

Page 15: BAB II.docx

Semoga dengan adanya laporan dari hasil penelitian ini bisa

menjadi bahan pertimbangan bagi pihak/lembaga yang berwenang, dan

bagi siapapun pembacanya. Semoga Kampung Adat Cikondang selalu

berkembang dan tetap lestari.

2. Rekomendasi

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :

a. Penulis berharap pemerintah merencanakan dan melaksanakan

pantauan rutin ke Kampung Adat Cikondang. Karena selain menjadi

warisan yang akan menjadi identitas tatar Sunda pada khususnya, dan

identitas bangsa pada umumnya Kampung Adat Cikondang ini

menjadi aset pariwisata milik bangsa yang harus dikelola sebaik

mungkin.

b. Penulis berharap laporan ini dapat menjadi sumber untuk

pembaharuan informasi mengenai Kampung Adat Cikondang.

c. Penulis berharap kritik dan saran untuk memperbaiki segala

kekurangan yang terdapat di dalam laporan ini.

Page 16: BAB II.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bidang kebudayaan, 2009. Data Kampung Adat di Jawa Barat

PDF. Linda Octavia, 2010. Makna Dalam Arsitektur Vernakular

PDF. Wiranto, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia

PDF. Ir.Primi, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia

Web.http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fupload/Data%20Kampung

%20Adat%20di%20Jawa%20Barat.pdf?idf=22

Web.http://travel.kompas.com/read/2013/11/22/1655115/

Kampung.Adat.Cikondang.Merawat.yang.Tersisa

Web.http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/destdet.php?id=24&lang=i d

Web.http://iaaipusat.wordpress.com/2012/03/19/arsitektur-vernakular-

indonesia-peran-fungsi-dan-pelestarian-di-dalam-masyarakat/