BAB II.docx
-
Upload
willy-wirawan -
Category
Documents
-
view
36 -
download
9
Transcript of BAB II.docx
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Arsitektur Vernakular
Kata ‘Vernakular’ berasal dari bahasa Latin yaitu ‘Vernakulus’ yang
memiliki arti penduduk negeri dan pribumi. Oleh karena itu, Arsitektur
Vernakular dapat dikatakan sebagai arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari
arsitektur pribumi. Pendapat lain mengatakan bahwa arsitektur vernakular
merupakan pengembangan dari arsitektur rakyat yang memiliki nilai ekologis,
arsitektonis, dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim dan budaya
masyarakat lingkungannya (Victor Papanek).
Selain itu, arsitektur vernakular juga dapat diartikan sebagai arsitektur yang
dibangun dan digunakan oleh masyarakat lokal dan tanpa arsitek. Hal tersebut
diwujudkan menggunakan teknik membangun yang didapat secara turun-
temurun. Proses pembangunan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lingkungan karena arsitektur vernakular yang bergantung pada sumber daya
lokal.
Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki budaya yang bermacam-
macam yang tersebar sesuai wilayahnya. Kekayaan akan kebudayaan ini tentu
mempengaruhi identitas serta aspek arsitekturnya. Menurut Mario Salvadori,
Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada budaya. Oleh karena itu, hubungan
antara arsitektur dengan budaya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing daerah di
Indonesia memiliki tipe rumah tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan
budaya dan tradisi arsitektur vernakularnya.
Salah satu wilayah yang memiliki bangunan etnik yang khas sebagai
arsitektur vernakular yang hingga kini masih terpelihara adalah di tatar Sunda.
2. Arsitektur Tradisional Masyarakat Sunda
Arsitektur tradisional masyarakat sunda lekat dengan banyak hal. Diantaranya
yaitu bagaimana arsitektur tersebut membagi suatu ruang atau wilayah yang
bersifat sakral atau profan. Arsitektur Tradisional masyarakat sunda berada pada
cakupan sebuah wilayah yang disebut Kampung Adat. Kampung adat terbentuk
dari sekurang-kurangnya dua puluh rumah beserta fasilitas pendukungnya.
Berdasarkan letak geografisnya, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi :
a. Kampung pegunungan
b. Kampung dataran rendah
c. Kampung pantai
Berdasarkan mata pencahariannya, kampung masyarakat Sunda terbagi
menjadi :
a. Kampung pertanian
b. Kampung nelayan
c. Kampung kerajinan
Berdasarkan ukuran luas, kampung masyarakat Sunda terbagi menjadi :
a. Kampung gede : yang berukuran besar dan sebagai pusat
b. Kampung leutik : berukuran kecil dan tersebar
Kampung masyarakat sunda juga memiliki pola, diantaranya :
a. Pola linier : Kampung dengan perumahan penduduk memanjang
mengikuti alur jalan kampung
b. Pola Radial : Kampung dengan perumahan penduduk berkelompok
pada persimpangan jalan
c. Pola di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka : Kampung dengan
perumahan penduduk berkelompok di sekeliling lapangan terbuka atau
alun-alun
Menurut Bidang Kebudayaan Tahun 2009, Kampung Adat Sunda yang
terdapat di Jawa Barat diantaranya :
a. Kampung Cikondang yang berlokasi di Desa Lamajang, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung
b. Kampung Kuta yang berlokasi di Desa Karang paningal, Kecamatan
Tambaksari, Kabupaten Ciamis
c. Kampung Mahmud yang berlokasi di Desa Mekarrahayu, Kecamatan
Margaasih, Kabupaten Bandung
d. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar yang berlokasi di Kampung
Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi
e. Kampung Dukuh yang berlokasi di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet,
Kabupaten Garut
f. Kampung Naga yang berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat
g. Kampung Pulo yang berlokasi di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles,
kabupaten Garut
h. Kampung Urug yang berlokasi di Desa Kiarapandak, Kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor
BAB V
DESKRIPSI DATA KAMPUNG
1. Letak Geografis
Kampung Adat Cikondang terletak di Desa Lamajang Pangalengan dengan
wilayah seluas kurang lebih 2 Hektar. Desa Lamajang ini berbatasan dengan Desa
Cipinang Kecamatan Cimaung di sebelah utara. Sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Pulo Sari Kecamatan Pangalengan. Sebelah timur berbatasan dengan
Desa Cikalong dan Desa Tribhakti. Sebelah barat berbatasan dengan Desa
sukamaju Kecamatan Cimaung
2. Jumlah Penduduk
Menurut Dewan pemerhati kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda, Dr. Ir.
Mubiar Purwasasmita, M.Sc. jumlah penduduk Desa Lamajang + 21 % atau
sekitar 2500 jiwa. Jumlah penduduk laku-laki di Kampung Adat ini lebih banyak
dari penduduk perempuan.
3. Sejarah
Kampung Adat ini awalnya merupakan sebuah pemukiman dengan pola
arsitektur tradisional yang terdiri dari rumah-rumah seperti Bumi Adat.
Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa leluhur mereka adalah
seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka
menyebutnya dengan sebutan Uyut Pameget dan Uyut Istri yang diyakini dapat
memberi berkah serta melindungi anak cucunya. Diperkirakan kampung adat
Cikondang didirikan sekitar tahun 1800.
Kampung Adat ini diberi nama Cikondang karena menurut sejarahnya, di
daerah tersebut terdapat seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang
dinamakan Kondang. Selanjutnya, tempat tersebut dinamakan Cikondang yang
merupakan perpaduan dari kata ‘Ci’ yang artinya air (sumber air), dan ‘Kondang’
yaitu nama pohon tersebut.
Pada awalnya, pemukiman ini terdiri dari kurang lebih enam puluh rumah.
Namun, sekitar tahun 1942 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan seluruh
wilayah pemukiman tersebut dan menyisakan satu rumah yang kini dijadikan
Bumi Adat oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang. Beberapa dugaan tentang
penyebab kebakaran bermunculan, salah satunya yaitu karena kampung
Cikondang merupakan tempat persembunyian para pejuang Indonesia dari
penjajah Belanda. Namun pada akhirnya tempat tersebut diketahui oleh Belanda
sehingga tempat tersebut dihanguskan.
Bumi Adat sebagai satu-satunya bangunan yang masih utuh pada saat itu
hingga kini masih dijaga dan dipelihara. Hal tersebut diyakini sebagai pesan dari
leluhur masyarakat Kampung Adat Cikondang.
Sampai sekarang terdapat enam kuncen yang memelihara Bumi Adat di
Kampung Adat Cikondang, yaitu :
a. Ma Empuh
b. Ma Akung
c. Anom Idil
d. Anom Rumya
e. Aki Emen
f. Anom Juhana
4. Sistem Kepercayaan/Agama
Agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Kampung Adat
Cikondang adalah Agama Islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Kampung Adat Cikondang masih mempercayai adanya roh-roh para leluhur.
Masyarakat Kampung Adat Cikondang meyakini bahwa roh-roh leluhur tersebut
akan terus melindungi mereka setiap saat, menyelamatkan dari berbagai
persoalan, dan mencegah bahaya yang akan datang.
Kepercayaan mereka pada leluhur tersebut berpengaruh pada adat istiadat
yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang.
Adat istiadat ang dimaksud yaitu upacara-upacara adat serta adanya
tabu/pantangan-pantangan yang masih melekat di Kampung Adat tersebut.
5. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian masyarakat Kampung Adat Cikondang adalah bertani
dan berdagang. Jenis pertanian tersebut diantaranya padi dan sayuran.
6. Pendidikan
Sebagian besar Masyarakat Kampung Adat Cikondang memiliki
penghasilan yang memadai dari bertani dan berdagang. Setiap keluarga mampu
menyekolahkan anaknya sampai sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi.
7. Sosial dan Kemasyarakatan
Hubungan sosial antar masyarakat Kampung Adat Cikondang terjalin
dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya acara khusus
ataupun upacara yang masih dilakukan secara bersama-sama dan bergotong
royong. Selain dengan sesama masyarakat kampung, masyarakat ini juga terbuka
dan menerima kehadiran orang lain diluar Kampung Adat.
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kampung Adat Cikondang memiliki banyak hal menarik untuk dikaji.
Objek yang kami teliti yaitu mengenai adat istiadat, kebudayaan, sistem
kekerabatan, dan arsitektur.
1. Adat Istiadat
a. Seleh Taun Mapag Taun ( Musiman / Wuku Taun )
Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah. Diperingati
setiap tanggal 15 Muharam. Adapun tujuan pelaksanaan upacara ini yaitu
sebagai upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa syukur,
tujuan lainnya adalah berdo’a memohon keselamatan kepada Yang Maha
Kuasa. Upacara ini diselenggarakan di Bumi Adat.
b. Ngaruat Lembur (Hajat Lembur)
Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau
kamis, jam 11.00 s.d 5.00. Upacara ini dilaksanakan di tengah-tengah
kampung. Yang dimaksud dengan Ngaruat Lembur atau Hajat Lembur
adalah mengadakan selamatan yang dilakukan untuk keselamatan
kampung halamannya.
c. Ngaruat Kandang Hayam.
Acara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang berkaitan
dengan maksud seseorang, misalnya pada saat akan membuat rumah,
membuat pacilingan, dan pada saat seorang warga akan membuat
kandang ayam. Upacara ini dilakukan diatas tanah yang akan dibuat
sebagai kandang ayam. Kegiatan ini biasa dilakukan sekitar pukul 7.00,
8.00, dan 11.00.
d. Rasulan
Maksud upacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk
keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis
berdirinya Kampung Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-
masing dengan mengundang warga sekitar rumah dan diadakan pada bulan
silih Mulud. Upacara ini biasanya diselenggarakan pada hari selasa dan
kamis, malam hari antara waktu shalat magrib atau isya.
e. Ngabungbang
Upacara Adat ini biasanya dilakukan secara individu, upacara ini
dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu seperti misalnya
ingin segera mendapatkan pekerjaan tetap, ingin mendapatkan jodoh, dan
sebagainya. Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 bulan Mulud.
f. Tirakatan
Tirakat artinya membersihkan diri dengan bertafakur atau mengasingkan
diri di tempat yang sepi. Tirakatan dilakukan jika ia menginginkan sesuatu
misalnya ingin lulus sekolah, ingin mendapat jodoh, dan apa yang
dimilikinya dapat bemanfaat atau ada hasilnya. Kegiatan ini dilakukan
terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Pelaksanaan tirakatan
biasanya dilakukan dengan berpuasa disesuaikan dengan hari kelahiran
misalnya jika hari kelahirannya hari kamis maka ia akan memulai tirakatan
pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada pukul satu siang
(13.00) dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang (13.00).
g. Tujuh Bulanan
Upacara Adat ini merupakan perayaan kehamilan berusia tujuh bulan,
adapun tujuan upacara ini adalah ungkapan terimakasih dan syukur kepada
Tuhan YME atas kehamilannya yang sudah berusia tujuh bulan, dan
berharap diberikan kelancaran pada saat melahirkan kelak.
h. Ngalahirkeun
Pada saat melahirkan, sang ibu dibantu oleh paraji (dukun beranak), dan
selesai bersalin, plasenta sang bayi dikuburkan di dekat rumahnya. Dan
dibungkus dengan jonggol (serpihan batang pisang). Setelah itu
membakar kemenyan. Tujuan merawat plasenta bayi sampai dikuburkan
adalah agar usia anak panjang dan mendapatkan banyak berkah dari Tuhan
YME.
i. Marhabaan
Marhabaan dilakukan pada saat bayi berumur empat puluh hari. Acara ini
diadakan pada malam hari dengan melakukan kegiatan makan-makan.
Pada acara ini, rambut bayi dipangkas sampai gundul. Pada hari itu juga
sang bayi diberi nama oleh kedua orangtuanya. Puncak acara biasanya
dibacakan wawacan barjah, sebagai hiburan sekaligus berisi tentang
nasihat-nasihat yang baik untuk didengarkan oleh warga yang hadir.
j. Upacara Kematian
Upacara yang berhubungan dengan meninggalnya seseorang di Kampung
Cikondang adalah; tiluna, matangpuluh, natus, nyewu, dan mendak.
Sidekah Tiluna diselenggarakan atas meninggalnya seseorang pada hari
ketiga, sidekah tujuhnan dilaksanakan padahari ketujuh, sidekah
matangpuluh diselenggarakan pada hari keempatpuluh, sidekah natus
dilaksanakan pada hari keserataus, sidekah nyewu pada hari keseribu, dan
sidekah mendak dilaksanakan setiap tahun, artinya setiap tahun setelah
kematian yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama.
k. Pada saat akan bertani, para petani menyiapkan seperangkat bahan-bahan
untuk melangsungkan upacara yang sangat sederhana. Acara ini
dilaksanakan pada pagi hari sebelum pukul 10 pagi. Tujuan dilaksanakan
upacara seperti ini adalah agar tanahnya tetap subur dan padinya berbuah
bagus dan berisi sehingga enak untuk dikonsumsi. Adapun saat menjelang
panen, diadakan lagi upacara sederhana. Tujuan diadakannya upacara
menyambut panen ini adalah agar hasilnya lebih banyak sehingga cukup
untuk dikonsumsi sampai datang musim panen selanjutnya
2. Kebudayaan
a. Pantangan-pantangan yang ada (tabu)
Selain masih mempercayai adanya roh-roh leluhur, masyarakat
Kampung Adat Cikondang mempercayai adanya pantangan-pantangan
yang hingga kini masih melekat di Kampung Adat Cikondang,
diantaranya :
1) Tidak boleh memanjangkan kaki ke sebelah selatan, karena sebelah
selatan adalah tempat orang yang telah meninggal
2) Tidak boleh membangun rumah menghadap selatan
3) Buang air harus menghadap ke utara dan tidak boleh menghadap ke
selatan, karena di sebelah selatan terdapat tempat suci yang tidak
boleh dikotori
4) Rumah memiliki satu pintu untuk keluar-masuk agar kehidupannya
selamat
5) Tidak boleh menebang kayu di hutan keramat
6) Ziarah tidak boleh dilakukan pada hari jumat dan sabtu
7) Tidak ada yang boleh masuk ke Bumi Adat pada hari jumat dan sabtu
8) Rumah Adat tidak boleh dimasuki oleh wanita yang sedang haid dan
orang yang beragama non-islam.
9) Tidak boleh membawa barang pecah belah dan barang elektronik
kedalam Bumi Adat
b. Tradisi Kebudayaan
1) Benda Pusaka Purbakala masih dipelihara, setiap setahun sekali
tepatnya di bulan Muharam, mereka secara bersama-sama untuk
memandikan benda pusaka tersebut. Benda pusaka yang menjadi
keramat bagi masayarakat di Kampung Adat Cikondang diantaranya
berupa :
a) Keris pusaka duhung lekuk tujuh dan lima sampai lekuk
sembilan, ada badik dan gobang citrayuda, yang artinya kecil-
kecil jagoan perang.
b) Bayonet rampasan dari Jepang ata unipon.
2) Pakaian
a) Laki-laki: tutup kepala berupa kopeah/peci, baju kampret, celana
sontog, alas kaki gamparan bagi kaum laki-laki.
Bagi kaum perempuan rambut digelung, baju kebaya, pakai
karembong, sinjang kain kebat, alas kaki kelom.
b) Pakaian adat wuku taun
Laki-laki : tutup kepala disebut iket alias totopong, dengan corak
batik, model pemakaian yaitu poros nangka, kolenyangsang, dan
barangbang semplak. Baju kampret putih, celana sontog hitam,
sarung dan alas kaki terumpah atau gamparan.
Bagi perempuan : tutup kepala cindung, rambut digelung, baju
kebaya, pakai epek/ amben sinjang kain kebat, alas kaki kelom.
Bagi perempuan yang melaksanakan numbuk padi adat wuku
taun, kepala pakai cindung digelung, baju cukup pakai kaway
diamben, sinjang kebat, alas kaki kelom.
3. Sistem Kekerabatan
Jabatan kuncen di Bumi Adat atau ketua adat kampung Cikondang
memiliki pola pengangkatan yang khas. Ada beberapa syarat untuk menjadi
kuncen Bumi Adat, yaitu harus memiliki ikatan darah atau masih keturunan
leluhur Bumi Adat. la harus laki-laki dan dipilih berdasarkan wangsit, artinya
anak seorang kuncen yang meninggal tidak secara otomatis diangkat untuk
menggantikan ayahnya. Dia layak dan patut diangkat menjadi kuncen jika
telah menerima wangsit. Biasanya nominasi sang anak untuk menjadi kuncen
akan sirna jika pola pikirnya tidak sesuai dengan hukum adat leluhurnya.
Pergantian kuncen biasanya diawali dengan menghilangnya "cincin
wulung" milik kuncen. Selanjutnya orang yang menemukannya dapat
dipastikan menjadi ahli waris pengganti kuncen. Cincin wulung dapat
dikatakan sebagai mahkota bagi para kuncen di Bumi Adat kampung
Cikondang.
Kuncen yang telah terpilih, dalam kehidupan sehari-hari diharuskan
mengenakan pakaian adat Sunda, lengkap dengan iket (ikat kepala). Jabatan
kuncen Bumi Adat mencakup pemangku adat, sesepuh masyarakat, dan
pengantar bagi para pejiarah.
4. Arsitektur
Bentuk rumah di Kampung Adat Cikondang yaitu Rumah
Panggung (memiliki kolong), merupakan salah satu prototype rumah adat
daerah Jawa Barat. Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong
(suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang
terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur
bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Pintu muka rumah
ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu sejajar dengan
salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka
tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri
ke kanan. Di halaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain
lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak
di depan (timur laut) rumah, sedangkan kolam dan kamar mandi/jamban
terletak di sebelah timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk
padi).
a. Atap :
Bagian penutup atap tebuat dari talahab yaitu penutup atap
yang terbuat dari bilahan bambu. Bentuk atap yaitu suhunan
jolopong.
b. Plafon/langit-langit
Plafon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari bilah-
bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit
yang dibuat dari bambu bulat (utuh) yang dijajar rapat.
c. Tiang
Tiang terbuat dari bahan kayu, untuk pondasi tiang
digunakan batu alam berbentuk bulat.
d. Dinding
Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik). Untuk
menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan
posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai
penahan tiang rumah.
e. Jendela
Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu
dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun
jendela kayu sebagai penutupnya.
f. Lantai
Seluruh lantai (palapuh) terbuat dari bambu yang dibentuk
lempengan bambu yang digelarkan di atas bambu bulat (utuh)
dinamakan dengan darurang.
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian kami, Kampung Adat Cikondang adalah
salah satu kampung adat yang ada dalam zona tidak aman, karena cepat
atau lambat bisa tersisihkan oleh lingkungan di sekitarnya. Tersisihkan
adat istiadatnya, tersisihkan budayanya, tersisihkan arsitektur rumah
adatnya, dan sebagainya. Bisa disimpulkan seperti ini karena radius satu
meter saja sudah banyak perbedaan drastis yang timpang, seperti rumah –
rumah warga yg sudah mulai mendirikan rumah tinggal dengan nuansa
yang modern, mulai menggunakan listrik, dan lain sebagainya. Ini menjadi
satu kekhawatiran besar yang bisa menggerus keteguhan para penghuni
kampung adat Cikondang. Karena modernitas selalu menggiurkan, bagi
siapapun.
Ini terbukti dari obrolan sesepuh Kampung Adat Cikondang yang
mengatakan bahwa sudah mulai ada generasi muda Kampung Adat
Cikondang yang mulai tidak tertarik untuk tidak mendalami dan melakoni
adat yang menjadi kebanggaan selama berpuluh – puluh tahun itu.
Bagaimana pun, mereka harus diperhatikan. Kampung Adat
Cikondang harus dilestarikan. Adat mereka harus dihargai dan dihormati.
Budaya mereka harus tetap tertanam kokoh di atas tanah mereka sendiri
dan tidak ada yang bisa menggoyahkannya. Semua hal yang telah
dipaparkan di atas menjadi poin penting yang menjadi tugas bersama.
Bukan hanya tugas pemerintah yang harusnya peka, tapi masyarakat
sekitarnya, bahkan para pengunjungnya pun harus sadar bahwa Kampung
Adat Cikondang dengan segala kekayaan tradisinya adalah aset budaya
dan warisan tatar Sunda yang harus dijaga.
Semoga dengan adanya laporan dari hasil penelitian ini bisa
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak/lembaga yang berwenang, dan
bagi siapapun pembacanya. Semoga Kampung Adat Cikondang selalu
berkembang dan tetap lestari.
2. Rekomendasi
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan yaitu :
a. Penulis berharap pemerintah merencanakan dan melaksanakan
pantauan rutin ke Kampung Adat Cikondang. Karena selain menjadi
warisan yang akan menjadi identitas tatar Sunda pada khususnya, dan
identitas bangsa pada umumnya Kampung Adat Cikondang ini
menjadi aset pariwisata milik bangsa yang harus dikelola sebaik
mungkin.
b. Penulis berharap laporan ini dapat menjadi sumber untuk
pembaharuan informasi mengenai Kampung Adat Cikondang.
c. Penulis berharap kritik dan saran untuk memperbaiki segala
kekurangan yang terdapat di dalam laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bidang kebudayaan, 2009. Data Kampung Adat di Jawa Barat
PDF. Linda Octavia, 2010. Makna Dalam Arsitektur Vernakular
PDF. Wiranto, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia
PDF. Ir.Primi, 2012. Arsitektur Vernakular Indonesia
Web.http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fupload/Data%20Kampung
%20Adat%20di%20Jawa%20Barat.pdf?idf=22
Web.http://travel.kompas.com/read/2013/11/22/1655115/
Kampung.Adat.Cikondang.Merawat.yang.Tersisa
Web.http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/destdet.php?id=24&lang=i d
Web.http://iaaipusat.wordpress.com/2012/03/19/arsitektur-vernakular-
indonesia-peran-fungsi-dan-pelestarian-di-dalam-masyarakat/