BAB II.docx

29
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan 1. Modul a. Pengertian Modul Modul merupakan sebuah cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pelajar keterkaitan fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran (Indriyanti & Susilowati, 2010). Modul adalah unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri dari serangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 2011). Modul merupakan bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya dengan komponen minimal

Transcript of BAB II.docx

Page 1: BAB II.docx

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan

1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan sebuah cara pengorganisasian materi pelajaran

yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi

pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan

urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu pada

upaya untuk menunjukkan kepada pelajar keterkaitan fakta, konsep,

prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran

(Indriyanti & Susilowati, 2010). Modul adalah unit lengkap yang berdiri

sendiri dan terdiri dari serangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk

membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara

khusus dan jelas (Nasution, 2011). Modul merupakan bahan ajar yang

dikemas secara utuh dan sistematis, memuat seperangkat pengalaman

belajar yang terencana dan didesain untk membantu siswa mencapai tujuan

belajarnya dengan komponen minimal berupa tujuan pembelajaran,

materi/substansi belajar dan evaluasi sehingga siswa dapat belajar sesuai

kecepatannya masing-masing (Depdiknas, 2008).

Modul dapat diartikan sebagai serangkaian pengalaman belajar

yang sengaja direncanakan dan dirancang untuk pencapaian tujuan belajar

serta berisi tentang satuan bahasan tertentu yang dikemas secara sistematis,

operasional dan terarah untuk digunakan siswa serta dilengkapi dengan

pedoman penggunaan untuk para guru. Modul memberikan informasi

penting, memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang kegiatan

yang harus dilakukan dan referensi rujukan yang bisa digunakan (Mulyasa,

2005). Modul juga diartikan sebagai jenis kesatuan kegiatan belajar yang

Page 2: BAB II.docx

10

terencana dan dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam

mencapai tujuan belajarnya (Sukiman, 2012). Modul memiliki beberapa

komponen yang mencakup tujuan belajar, bahan pembelajaran, metode

belajar, alat atau media, sumber belajar serta sistem evaluasi.

Pengertian modul berdasarkan pendapat para ahli disimpulkan

bahwa modul merupakan paket belajar yang berisi serangkaian kegiatan

belajar yang sengaja dirancang untuk membantu siswa secara individual

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mengandung keterkaitan fakta,

konsep, prosedur dan prinsip materi pembelajaran meskipun tanpa

bimbingan guru. Modul memiliki empat ciri yaitu: 1) modul merupakan

unit bahan belajar yang dieancang secara khusus sehingga dapat dipelajari

siswa secara mandiri, 2) modul merupakan program pembelajaran utuh

yang disusun secara sistematis mengacu pada tujuan yang jelas dan

terukur, 3) modul memuat tujuan pembelajaran, bahan dan kegiatan untuk

mencapai tujuan serta evaluasi, 4) modul merupakan bahan belajar mandiri

yang dapat mengatasi kesulitan belajar siswa ketika tatap muka dikelas

(Sukiman, 2012).

b. Fungsi Modul

Modul mempunyai fungsi sebagai bahan yang digunakan siswa

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga proses belajar menjadi lebih

terarah, sistematis dan mendukung penguasaan kompetensi sesuai dengan

kecepatan masing-masing siswa (Purwanto, dkk, 2007; Depdiknas, 2008).

Modul menurut Mulyasa 2005 dilengkapi dengan referensi sumber belajar

yang berfungsi sebagai tambahan bahan rujukan untuk belajar.

Modul berfungsi sebagai bahan ajar mandiri, pengganti fungsi

guru, sebagai alat evaluasi dan sebagai bahan rujukan belajar bagi siswa.

Modul sebagai bahan ajar mandiri adalah sebagai peningkat kemampuan

siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran guru karena

dalam modul telah terangkum kegiatan yang terarah dan terstruktur. Modul

sebagai pengganti pendidik maksudnya penjelasan materi dan kegiatan

Page 3: BAB II.docx

11

modul didesain dengan memperhatikan usia dan pengetahuan siswa serta

dikemas dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami sehingga

penggunaan modul yang baik dan mudah dipahami sehingga penggunaan

modul bisa berfungsi sebagai pengganti guru atau fasilitator pembelajaran.

Modul sebagai alat evalusi maksudnya adalah dengam modul siswa

diharapkan dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaan materi

yang telah dipelajaro siswa sesuai petunjuk yang ada dalam modul. Modul

sebagai bahan rujukan maksudnya adalah didalam modul juga terangkum

berbagai materi yang harus dipelajari siswa (Purwanto, 2012).

c. Karakteristik Modul

Modul menurut Sukiman (2012) mempunyai lima karakteristik

sebagai berikut: 1) petunjuk mandiri (self intructional), 2) kesatuan isi

(self contained), 3) berdiri sendiri (stand alone), 4) adaptif (adaftive) dan

5) bersahabat (user friendly). Lima karateristik modul tersebut perlu

diperhatikan dalam pengembangannya, supaya diperoleh modul yang

sesuai dengan tujuannya.

Karakteristik petunjuk mandiri (selft intructional) dalam sebuah

modul memungkinkan siswa belajar mandiri dan tidak tergantung oleh

pihak lain. Karakter petunjuk mandiri (self intructional) dipenuhi dengan:

1) memuat tujuan yang jelas dan menggambarkan pencapaian Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 2) memuat materi pembelajaran yang

dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga

memudahkan untuk dipelajari secara tuntas, 3) menyediakan contoh dan

ilustrasi yang mendukung kejelasan pemamparan materi pembelajaran, 4)

menyediakan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan

untuk mengukur penguasaan siswa, 5) kontektual, materi yang disajikan

terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa,

6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, 7) menyediakan

rangkuman materi pembelajaran, 8) menyediakan instrumen penilaian

yang memungkinkan siswa melakaukan penilaian sendiri (self assessment),

Page 4: BAB II.docx

12

9) menyediakan umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui

tingkat penguasaan materi, 10) menyediakan informasi tentang

rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran

(Sukiman, 2012; Depdiknas, 2008).

Karakter kesatuan isi (self contained) bila didalam modul berisi

seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan. Tujuan penyususunan

materi secara utuh adalah memberikan kesempatan kepada siswa

mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas

kedalam satu kesatuan yang utuh. Materi dari satu standar kompetensi

apabila dibagi dan dipisah harus dilakukan dengan hati-hati dan

memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasi oleh

siswa, sehingga kesatuan isi tetap terjaga (Sukiman, 2012). Karakter self

contained dipenuhi dengan cara: 1) pembuatan kerangka modul yang

mencakup perumusan tujuan, pengorganisasian soal evaluasi, materi,

kegiatan dan penentuan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran

sesuai tujuan yang dirumuskan, 2) menulis program secara rinci yang

mencakup pembuatan pentunjuk dan kelengkapan paket belajar dalam

modul (Suratsih, 2010).

Karakter berdiri sendiri (stand alone) merupakan karakteristik

modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak

harus digunakan bersama-sama dengan media lain (Sukiman, 2012).

Modul tidak memerlukan bantuan bahan ajar lain ketika digunakan siswa

dalam mempelajari materi atau mengerjakan tugas didalam modul. Modul

tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri ketika dalam

penggunaannya, siswa masih menggunakan atau bergantung pada media

lain selain modul yang digunakan (Depdiknas, 2008).

Karakter adaptif (adative) merupakan karakteristik modul yang

memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Modul dinyatakan adaptif apabila modul dapat

menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Page 5: BAB II.docx

13

yang ada pada suatu masa. Modul yang memperhatikan perkembangan

ilmu dan teknologi, pengembangannya tetap up to date (Sukiman, 2012).

Karakter bersahabat (user friendly) merupakan karakteristik yang

memungkinkan modul untuk memenuhi kaidah agar mudah digunakan

oleh siswa. Intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

mempermudah siswa dalam merespon dan mengakses sesuai keingininan.

Karakter user friendly dapat diwujudkan dengan penggunaan bahasa yang

sederhana, mudah dimengerti dan penggunaan istilah yang umum

(Sukiman, 2012; Depdiknas, 2008).

d. Unsur-unsur Modul

Modul disusun dengan memperhatikan unsur-unsur penyusun atau

komponen agar dapat didapatkan modul yang baik. Unsur-unsur terdiri

dari tujuh diantaranya: 1) rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan

spesifik, 2) petunjuk guru, 3) lembar kegiatan siswa, 4) lembar kerja siswa,

5) kunci lembar kerja siswa, 6) lembar evaluasi dan 7) kunci lembar

evaluasi (Prastowo, 2012).

Rumusan tujuan pengajaran yaitu menggambarkan tingkah laku

yang diharapkan dari siswa setelah melakukan kegiatan dalam modul.

Rumusan tujuan pengajaran tercantum pada lembar kegiatan siswa dan

petunjuk guru. Tujuan pengajaran pada lembar kegiatan siswa berfungsi

untuk memberitahukan kepada siswa tentang tingkah laku yang diharapkan

dari siswa setelah berhasil menyelesaikan kegiatan modul. Tujuan

pengajaran pada petunjuk guru berfungsi untuk memberitahukan guru

mengenai tingkah laku atau pengetahuan yang seharusnya dimiliki siswa

setelah menyelesaikan kegiatan dimodul (Prastowo, 2012). Rumusan

tujuan dalam modul dibedakan menjadi tujuan pembelajaran umum yang

memuat target capaian kompetensi umum siswa (kompetensi dasar) dan

tujuan pembelajaran khusus yang memuat uraian atau penjabaran dari

kompetensi umum dalam bentuk indikator (Purwanto dkk, 2007).

Page 6: BAB II.docx

14

Petunjuk guru berisi instruksi penyelenggaraan pengajaran dengan

modul agar kegiatan pembelajaran lebih terarah dan efektif. Bagian

petunjuk guru berisi penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang

dilakukan dalam kelas, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan

modul, alat-alat pengajaran dan sumber yang digunakan, prosedur evaluasi

dan jenis alat yang digunakan (Prastowo, 2012). Petunjuk siswa digunakan

agar siwa paham tentang kegiatan yang dilakukannya (Sukiman, 2012).

Petunjuk yang tercantum dalam modul secara umum memuat penjelasan

rinci tentang penyelnggaraan pembelajaran supaya berjalan dengan efisien

(Suratsih, 2010).

Lembar kegiatan siswa memuat materi pelajaran yang harus

dikuasi, kegiatan yang dilakukan siswa dan rujukan buku-buku yang dapat

dipelajari sebagai pendukung dan pelengkap materi dalam modul

(Prastowo, 2012). Materi yang tecantum dalam modul disusun secara logis

dan sistematis serta dilengkapi dengan gambar, bagan dan grafik sehingga

membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Kegiatan modul memuat

kegiatan siswa selama pembelajaran yang mendukung berlangsungnya

proses belajar secara aktif, tidak sekedar membaca, tetapi juga melakukan

pengamatan, percobaan, simulasi, diskusi, pemecahan masalah (Mulyasa,

2005; Muljono, 2001).

Kunci lembar kerja siswa digunakan untuk memeriksa ketepatan

hasil pekerjaan sehingga memungkinkan siswa segara melakukan koreksi

atas kesalahan yang dilakukan dalam belajar. Keberadaan kunci jawaban

dapat mendukung terjadinya konfirmasi dengan degera terhadap jawaban

siswa yang salah. Kunci jawaban lembar kerja siswa dapat dicantumkan

dalam modul atau diberikan terpisah atau disampaikan oleh guru

(Prastowo, 2012).

Lembar evaluasi berupa tes atau rating scale yang digunakan untuk

evaluasi guru terhadap tercapai tidaknya tujuan yang dirumuskan pada

modul oleh siswa. Tes dan rating scale pada lembar evaluasi disusun

dalam item-item tes yang disesuaikan dan dijabarkan dari rumusan tujuan

Page 7: BAB II.docx

15

modul (Prastowo, 2012). Evluasi yang berisi soal-soal pengukur

penguasaan siswa setelah mempelajari keseluruhan isi modul, dilengkapi

pula dengan kunsi jawaban dan rumus analisis tingkat penguasaan siswa

(Sukiman, 2012).

Kunci lembar evaluasi berisi jawaban dari soal yang telah

diberikan sebelumnya dalam modul. Kunci soal evaluasi ditulis oleh

penyusun modul dan bertujuan untuk membantu siswa dalam

mencocokkan hasil jawabannya secara mandiri. Hasil jawaban siswa

digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan dalam modul

berdasarkan tingkat penguasaan materi siswa. Kunci jawaban lembar

evaluasi dapat dicantumkan pada akhir modul atau diberikan terpisah dan

sisimpan guru untuk menjaga kemurnian hasil jawaban siswa (Prastowo,

2012; Sungkono, 2009).

e. Format Modul

Komponen modul terdiri dari lembar kegiatan siswa, lembar kerja

siswa, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban dan kunci jawaban

yang dikemas dalam format modul. Format modul digunkan untuk

menjamin modul supaya isi dari modul tersusun secara sistematis. Format

modul menurut Mulyasa (2005) terdiri dari enam, yaitu: 1) bagian

pendahuluan, 2) tujuan pembelajaran, 3) tes awal, 4) pengalaman belajar,

5) sumber belajar dan 6) tes akhir.

Bagian pendahuluan merupakan bagian pembuka modul yang

berisi deskripsi umum seperti materi yang disajikan, pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang akan dicapai siswa setelah belajar termasuk

kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul (Mulyasa,

2005). Bagian tujuan pembelajaran berisi tujuan pembelajaran khusus

yang dicapai siswa setelah mempelajari modul, tujuan terminal, tujuan

akhir dan kondisi untuk mencapai tujuan. Bagian tes awal berfungsi untuk

menetapkan posisi siswa, mengetahui kemampuan awal siswa,

menentukan awal siswa belajar dan perlu tidaknya mempelajari modul.

Page 8: BAB II.docx

16

Bagian pengalaman belajar merupakan rincian materi untuk setiap tujuan

pembelajaran khusus yang berisi sejumlah materi yang diikuti penilaian

formatif sebagai balikan bagi siswa tentang tujuan belajar yang dicapai.

Bagian sumber belajar berisi referensi yang dapat ditelusuri dan digunakan

siswa untuk tambahan informasi. Bagian tes akhir berisi instrumen

evaluasi yang isinya sama dengan tes awal, hanya lebih difokuskan pada

tujuan terminal setiap modul sehingga efektifitas modul dalam

meningkatkan pembelajaran dapat diukur (Mulyasa, 2005).

f. Langkah-langkah Penyusunan Modul

Penyusunan modul menurut Prastowo (2012) membutuhkan empat

tahapan yaitu: 1) tahap analisis kurikulum, untuk menentukan materi yang

memerlukan bahan ajar modul dengan cara melihat initi materi yang

diajarkan, kompetensi serta hasil belajar kritis yang harus dimiliki siswa,

2) tahap menentukan judul modul, dilakukan dengan mengacu pada

cakupan kompetensi dasar atau materi pokok yang ada dalam kurikulum,

satu kompetensi yang cakupannya tidak terlalu besar dapat digunkan

sebagai judul modul, 3) tahap pemberian kode modul, dilakukan untuk

memudahkan pengelolaan modul melalui pemberian angka-angka yang

berisi makna, misalnya digit pertama menunjukkan kelompok jurusan

(IPA/IPS/Bahasa) dan digit kedua menunjukkan mata pelajaran (1=

biologi, 2 = fisika), 4) tahap penulisan modul, dilakukan dengan

memperhatikan perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai,

penentuan alat evaluasi atau penilaian, penyusunan materi, urutan

pengajaran yang dijelaskan dalam petunjuk penggunaan modul bagi para

guru dan siswa, serta struktur atau unsur-unsur bahan ajar modul.

Empat tahapan penyusunan modul menurut Prastowo (2012) baru

mencapai tahapan penulisan modul sehingga secara umum dapat

dilengkapi dengan tahapan penulisan modul menurut Depdiknas (2008)

yang terdiri dari: 1) analisis kebutuhan modul untuk memperoleh

informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari

Page 9: BAB II.docx

17

kompetensi yang diprogram kan, 2) desain modul dengan membuat buram

modul dengan mengacu pada RPP guru yang kemudian diujicobakan

dahulu supaya terjamin kevalidannya, 3) implementasi modul sesuai

dengan alur, 4) penilaian hasil belajar siswa setelah implementasi modul,

5) evaluasi dan validasi secara periodik dan 6) jaminan kualitas untuk

menjamin bahwa modul yang dikembangkan telah sesuai dengan

ketentuan pengembangan modul.

g. Keuntungan Pengunaan Modul

Modul yang dikembangkan dan disusun dengan baik mampu

memberikan banyak keuntungan baik bagi siswa maupun guru.

Keuntungan penggunaan modul bagi siswa adalah: 1) dapat memberikan

balikan (feedback) setelah siswa selesai menggunakan modul karena

modul dilengkapi dengan rumus tingkat penguasaan materi untuk

mengetahui taraf hasil belajar siswa sehingga siswa dapat segera

memperbaiki kekuarangan belajarnya, 2) memberikan kesempatan bagi

siswa untuk menguasai bahan pelajaran secara tuntas, 3) memudahkan

siswa mencapai tujuan belajar karena penyusunannya dirancang khusus

untuk tujuan tertentu, 4) memberikan motivasi kepada siswa karena berisi

kegiatan dan langkah-langkah belajar yang teratur, 5) bersifat fleksibel

sehingga dapat digunakan siswa dengan beragam latar belakang siswa dan

6) membuka kesempatan unntuk terjadi kerjasama diantara siswa

(Nasution, 2011).

Keuntungan penggunaan modul bagi guru adalah: 1) memberikan

rasa kepuasan yang lebih besar karena modul bisa menjamin hasil belajar

yang baik melalui kemudahan penggunaannya, 2) memberikan waktu yang

lebih banyak untuk guru dalam memberikan bantuan dan perhatian

individual tanpa menggangu atau melibatkan seluruh kelas, 3) guru lebih

memiliki waktu banyak untuk memberikan pengayaan dan tambahan

informasi kepada siswa, 4) memberikan kebebasan untuk guru dalam

Page 10: BAB II.docx

18

mengelola persiapan pembelajaran karena sudah terangkum dalam modul

(Nasution, 2011).

2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Proses berpikir merupakan kegiatan intelektual sesorang yang terjadi

dalam otak. Proses berpikir kompleks atau yang sering disebut berpikir

tingkat tinggi (HOTS) dikategorikan menjadi empat kelompok meliputi

pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision

making), berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative

thinking). Taksonomi Bloom yang telah direvisi dianggap merupakan dasar

bagi berpikir tingkat tinggi. Pemikiran ini didasarkan bahwa beberapa jenis

pembelajaran merupakan proses kognisi yang lebih daripada yang lain, tetapi

memiliki manfaat-manfaat lebih umum. (Lewy, dkk, 2009).

Berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills didefinisikan

didalamnya termasuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan kreatif

(King, 2011). Semua keterampilan tersebut aktif ketika seseorang berhadapan

dengan masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, pertanyaan dan pilihan.

Penerapan yang sukses dari keterampilan ini terdapat dalam penjelasan,

keputusan, penampilan, dan produk yang valid sesuai dengan konteks dari

pengetahuan dan pengalaman yang ada serta lanjutan perkembangan

keterampilan ini atau keterampilan intelektual lainnya.

Higher order thinking skills berdasarkan pada keterampilan berpikir

tingkat rendah seperti membedakan, penerapan dan analisis sederhana, dan

strategi kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan sebelumnya dari isi

permasalahan pokok (kosakata, pengetahuan prosedural, dan pola memberi

alasan). Strategi pengajaran yang sesuai dan lingkungan belajar yang

memfasilitasi pertumbuhan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti

Page 11: BAB II.docx

19

halnya ketekunan siswa, pemantauan diri, dan berpikiran terbuka, sikap

fleksibel (King, 2011).

Higher order thinking terjadi ketika seseorang mengambil informasi

baru dan informasi yang tersimpan dalam memori dan saling berhubungan

dan / atau menata kembali dan memperluas informasi ini untuk mencapai

suatu tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam situasi

membingungkan. Berbagai tujuan dapat dicapai melalui pemikiran tingkat

tinggi; memutuskan apa yang harus percaya; memutuskan apa yang harus

dilakukan; menciptakan ide baru, objek baru, atau ekspresi seni; membuat

prediksi, dan memecahkan masalah tidak rutin. Tiga level pertama (terbawah)

merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya

Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan

berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini

harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat adanya

proses belajar, meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau

pengertian (Aunurrahman, 2009). Hasil belajar menurut Sudjana (2010)

merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapatkan

pengalaman beljar selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil

belajar menurut Sukmadinata (2004) adalah perwujudan dari kecakapan

potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang melalui proses belajar.

Hasil belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa segala

bentuk perubahan tingkah laku dan kemampuan tertentu yang didapatkan

akibat proses belajar. Hasil belajar merupakan capaian akhir dari proses

pembelajaran yang dinilai dari kegiatan evaluasi untuk mendapatkan

pembuktian yang menunjukkan keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran (Sudjana, 2010).

Page 12: BAB II.docx

20

b. Dimensi Hasil belajar

Hasil belajar memiliki empat dimensi pengetahuan dan enam

kategori dimensi proses kognitif yang diklasifikasikan dalam taksonomi

pendidikan. Dimensi pengetahuan terdiri dari; 1) pengetahuan faktual, 2)

pengetahuan konseptual, 3) pengetahuan prosedural dan 4) pengetahuan

metakognitif. Kategori dimensi proses kognitif terdiri dari: 1) mengingat

(remember), 2) memahami (understand), 3) mengaplikasikan (apply), 4)

menganalisis (analyze), 5) mengevaluasi (evaluate) dan 6) mencipta

(create) lengkap dengan pengklasifikasian proses kognitif siswa secara

komprehensif pada tujuan di bidang pendidikan (Anderson, dkk, 2010).

Pengetahuan faktual mencakup elemen-elemen dasar yang harus

diketahui siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk

menyelesaikan masalah dalam suatu disiplin ilmu (Anderson, dkk, 2010).

Pengetahuan faktual terdiri dari pengetahuan terminologi serta

pengetahuan elemen dan detail spesifik dalam disiplin ilmu. Pengetahuan

tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol

verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian

mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang

merujuk pada makna-makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan

bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu. Pengetahuan tentang detail-detail

dan elemen-elemen yang spesifik merupakan pengetahuan tentang

peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.

Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik,

seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik

adalah fakta-fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang

terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa,

lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan

pengetahuan penting tentang bidang itu (Gunawan dan Palupi, 2013).

Pengetahuan konseptual mencakup hubungan-hubungan antar

elemen dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-

elemennya berfungsi secara bersamaan (Anderson, dkk, 2010).

Page 13: BAB II.docx

21

Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang

mempresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi

kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling

berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi

bersama.Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: 1)

pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; 2) pengetahuan tentang

prinsip dan generalisasi dan 3) pengetahuan tentang teori, model, dan

struktur. Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan

generalisasi. Prinsip dan generalisasi menjadi dasar bagi teori, model, dan

struktur (Gunawan dan Palupi, 2013).

Pengetahuan prosedural mencakup cara melakukan sesuatu,

mempraktekan metode-metode penelitian dan kriteria untuk menggunakan

keterampilan, algoritme (urutan langkah logis penyelesaian masalah),

teknik dan metode (Anderson, dkk, 2010). Pengetahuan prosedural

berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini

terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: 1) pengetahuan tentang keterampilan

dalam bidang tertentu dan algoritma; 2) pengetahuan tentang teknik dan

metode dalam bidang tertentu; dan 3) pengetahuan tentang kriteria untuk

menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat (Gunawan dan

Palupi, 2013).

Pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan tentang kognisi

secara umum dan kesadaran serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri

(Anderson, dkk, 2010). Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang

pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk

membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas

pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif

terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: 1) pengetahuan strategis; 2)

pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan

kontekstual dan kondisional; dan 3) pengetahuan diri (Gunawan dan

Palupi, 2013).

Page 14: BAB II.docx

22

Keempat dimensi pengetahuan menurut Anderson dkk (2010)

mencakup enam kategori dalam dimensi proses kognitis lengkap dengan

proses kognitifnya seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif

Dimensi dan Kategori Proses Kognitif

Pengertian

Mengingat (remember)

a. Mengenali

b. Mengingat Kembali

Mengambil kembali pengetahuan dari memori jangka panjang seseorang. Mengingat meningkatkan kemampuan untuk mendefisinkan istilah, mengidentifikasi fakta dan menentukan informasi.Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tertentu.Kegiatan mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

Memahami (understand)

a. Menafsirkan b. Mencontohkan c. Mengkalsifikasikand. Merangkum e. Menyimpulkanf. Membandingkan g. Menjelaskan

Mengkontruksi makna dari suatu materi pembelajaran termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan penjelasan guru. Memahami membantu siswa terhubung dengan pengetahuan sebelumnya.Mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain.Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip.Menentukan sesuatu dalam satu kategori.Mengabtraksikan tema umum atau poin pokok.Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima.Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek dan semacamnya.Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem.

Mengaplikasikan (apply)

a. Mengeksekusi b. Mengimplementasikan

Menerapkan suatu pengetahuan atau prosedur ke dalam suatu keadaan tertentu. Mengaplikasikan memungkinkan untuk menerapkan prosedur belajar dan metode.Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar.Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familiar.

Menganalisis (analyze)

a. Membedakan

b. Mengorganisasi

c. Mengatribusikan

Menguraikan permasalahan menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan keterkaitan hubungan antara bagian satu dan lainnya.Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur.Menentukan sudut pandang, bias, nilai atau maksud dibalik materi pembelajaran.

Page 15: BAB II.docx

23

Mengevaluasi (evaluate)

a. Memeriksa

b. Mengkritik

Mengambil suatu keputusan berdasarkan kriteria atau standar yang sudah ada. Mengevaluasi membantu siswa untuk membuat penilaian berdasarkan bukti dan kriteria.Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk, menemukan konsistensi internal dan menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktekan.Menemukan inkonsistensi antara suatu prosuk dan kriteria eksternal, menentukan konsistensi eksternal, menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah.

Mencipta (create)

a. Merumuskan b. Merencanakan

c. Memproduksi

Memadukan beberapa unsur agar terbentuk sesuatu yang baru atau membuat produk baru yang asli.Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.Mendesain atau merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas.Menciptakan suatu produk.

(Sumber: Anderson dkk, 2010; Gunawan dan Palupi, 2013).

B. Kerangka Pemikiran

Biologi merupakan bagian dari pembelajaran sains yang membutuhkan

kemampuan berpikir untuk mendapatkan konsep sains. Kemampuan berpikir

tingkat tinggi merupakan bagian dari proses berpikir yang perlu dibangun mulai

tahapan berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis kemudian

melakukan pengambilan keputusan dengen membuat kriteria penilaian, kritikan

dan masukan bahkan sampai memberikan solusi pemecahan. Kemampuan berpikir

tingkat tinggi dituntut pada abad 21 dalam menyiapkan siswa yang mampu

bersaing dalam dunia global (Griffin, 2013; Trisdiono & Muda, 2013).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatihkan melalui literatur

seperti buku atau modul yang digunakan dalam proses pembelajaran, namun

kondisi buku atau modul yang ada disekolahan masih belum memenuhi aspek

berpikir tingkat tinggi secara maksimal baik pada tujuan, materi, kegiatan, soal

evaluasi cara penyampaian maupun penggunaannya. Buku atau modul yang

belum memnuhi aspek berpikir tingkat tinggi secara maksimal, tentunya kurang

berpotensi dalam memberikan bantuan individual terkait pemberdayaan berpikir

tingkat tinggi siswa, sehingga terdapat pengaruh pada kurangnya hasil belajar

siswa. Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan kurangnya

pemenuhan aspek dalam berpikir tingkat tinggi pada sarana pendukung belajar di

Page 16: BAB II.docx

24

sekolah adalah dengan mengembangkan modul berbasis kemampuan berpikir

tingkat tinggi (HOTS).

Modul berbasis berpikir tingkat tinggi merupakan usaha yang

terkonsentrasikan pada perberdayaan aspek berpikir tingkat tinggi secara

keseluruhan. Aspek berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural dan metakognitif, sementara untuk proses kognitif tiga

level pertama merupakan Lower Order Thinking Skill yaitu C1, C2, C3, sedang

tiga level atas merupakan Higher Order Thinking Skill yaitu C4, C5, C6 (Widodo,

2006). Pelatihan secara spesifik yang mengarah pada aspek berpikir tingkat tinggi

dipandang lebih efektif dalam mendukung pengembangan kemampuan berpikir

siswa karena aspek berpikir tingkat tinggi yang digunakan merupakan

keterampilan kognitif yang mampu mengakomodasi perkembangan kognitif siswa

(Widodo, 2006).

Keterampilan kognitif yang memperdayakan hasil belajar siswa melalui

kegiatan berpikir tingkat tinggi dalam modul, membantu siswa untuk

mendapatkan peningkatan hasil belajar dan pemahaman yang mendalam, terwujud

dari perolehan pengumpulan informasi, mengingat dan keterampilan

mengorganisasi, mengintegrasi, mengevaluasi serta menganalisis (Ramirez &

Ganaden, 2008). Modul dan buku berpikir tingkat tinggi tidak hanya melatihkan

tahapan mengingat melainkan juga harus terdapat kemampuan berpikir kritis dan

kreatif, serta pemecahan masalah (Rosnawati, 2009). Kemampuan Modul

kemampuan berpikir tingkat tinggi dibuat dengan susunan sesuai dengan cara

mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mulai dari menentukan

tujuan pembelajaran, bertanya, latihan soal, meninjau, memperbaiki dan

meningkatkan serta memberikan umpan balik (Limbach & Waugh, 2009).

Perolehan hasil belajar secara langsung dapat mengalami peningkatan dari

penggunaan modul berbasis berpikir tingkat tinggi adalah hasil belajar kognitif,

karena siswa yang terlatih sebagai pemikir mampu bekerja pada semua level

berpikir (Anderson dkk, 2011). Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran

penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 17: BAB II.docx

25

Cara Pemenuhan: Pengadaan literatur (buku/modul) yang

memenuhi aspek berpikir HOTS

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

terlatihkan dengan baik

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa belum

terlatihkan

Isi Modul: tujuan, materi, kegiatan dan soal evaluasi

Mengacu pada keterampilan kognitif

Aspek HOTS: aspek analisa (analysis), aspek evaluasi (evaluate) dan aspek mencipta (create)

Solusi Masalah: Pengembangan modul

berbasis HOTS

Dampak: Hasil belajar siswa meningkat

Dampak: Hasil belajar siswa kurang maksimal pada kemampuan HOTS

Berkebalikan

<>

Tuntutan: Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

perlu dikembangkan sebagai kecakapan abad 21

Berkebalikan

<>

Kenyataan :Buku dan modul di sekolah belum

memenuhi aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS)

secara menyeluruh serta cara penggunaan dan

penyampaian

Berkebalikan

<>

Page 18: BAB II.docx

26

Page 19: BAB II.docx

27

C. Hipotesis Penelitian

Penelitian pengembangan modul berbasis kemampuan berpikir tigkat

tinggi (HOTS) dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya uji lapangan

operasional/efektivitas. Uji lapangan operasional dilakukan dengan setting kuasi

eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan modul dalam

memperdayakan hasil belajar siswa sehingga perlu dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ho: Tidak ada perbedaan hasil posttest yang signifikan antara kelas kontrol yang

menggunakan modul biologi sekolah dan kelas perlakuan yang menggunakan

modul berbasis kemampuan berpikir tinggkat tinggi (HOTS) pada materi

jaringan tumbuhan.

Ha: ada perbedaan hasil posttest yang signifikan antara kelas kontrol yang

menggunakan modul biologi sekolah dan kelas perlakuan yang menggunakan

modul berbasis kemampuan berpikir tinggkat tinggi (HOTS) pada materi

jaringan tumbuhan.