BAB II.docx
Transcript of BAB II.docx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Low Back Pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala
utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah
punggung bagian bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semua bisa
terkena LBP.Lebih dari 80% umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami
LBP.
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).
2. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
a. Kelainan Tulang Punggung (Spine)
Sejak Lahir Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi
Vertebrae.Menurut Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang
vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian
5
karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya LBP yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat
lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina
dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat
menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,
kelayuan pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil,
tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
1) Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat
kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau
hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila
penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini
adalah:
a) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya.
Antara dada dan panggul terlihat pendek.
b) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra
yang menimbulkan skoliosis ringan.
6
c) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas
bawah.
d) Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara
ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra yang
mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina corpus
vertebrae yang terletak diatasnya.
2) Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus
spinosus bersentuhan.Keadan ini bisa menimbulkan gejala.Gejala
yang ditimbulkan adalah LBP. Penyakit ini hanya bisa diketahui
dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).
3) Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V Penyakit ini disebabkan karena
processus transversus dari vertebra lumbal ke V melekat atau
menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
b. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP
(Bimariotejo, 2009).Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat
menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
7
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut
(Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada LBP yang
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
1) Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah
rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,
lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
2) Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
c. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut
tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh
perubahan jaringan antara lain:
1) Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan
8
terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan
tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini
dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang
(Idyan, 2008).
2) Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di
leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur
yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan, 2008).
3) Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi
terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis
ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam
serta kelemahan.
d. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan
yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
9
terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya
penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan
postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
Penyebab lain nyeri punggung bawah, dibedakan dalam kelompok
dibawah ini:
1) Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma,
deformitas, atau perubahan degeratif pada suatu struktur misalnya
diskus intervertebralis.
2) Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan
tulang, dan penyakit paget pada tulang bias menyebabkan nyeri di
area lumbosacral.
3) Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang
sama ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan nervus iskiadikus,
biasanya akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.
Pembagian penyebab dari LBP ini berdasarkan oleh frekuensi
kejadian adalah:
1) Penyebab luar biasa: langsung (20%)
a) Berasal dari spinal: termasuk kondisi seperti infeksi, tumor,
tuberkulosis, tractus spondylosis.
b) Berasal bukan dari spinal: termasuk masalah dilain sistem seperti
saluran urogenital, saluran gastroinstetinal, prolaps uterus,
keputihan kronik pada wanita, dan lain-lain.
10
2) Penyebab biasa : tidak langsung (80%)
Kejadian ini berkisar sekitar 8 dari 10 kasus. Kasus yang bisa
bervariasi mulai dari ketengangan otot, keseleo. Penyebab dari
berbagai penyakit ini adalah:
a) Kebiasaan postur tubuh yang kurang baik
b) Cara mengangkat beban berat yang salah
c) Depresi
d) Aktivitas yang tidak biasa dan berat
e) Kebiasaan kerja dan kinerja yang salah
Catatan : dari 90% kasus, tidak ditemukan kejadian yang serius,
hanya saja kasus yang nyeri punggung biasa.
Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada LBP diakibatkan oleh
terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area tersebut.
Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan trauma mekanik akut,
namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun
waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka panjang seringkali
ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan
adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot
berlebihan, ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang
menyokong tulang belakang. Namun, keadaan ini dapat juga disebabkan
oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada ankilosing spondilitis
dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.
11
3. Klasifikasi
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute
low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan
mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun. Gejala
dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat trauma. Intensitas
nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7 tercatat pada 70% kasus saat
12
kunjungan pertama. Gejala yang menyertai LBP meliputi iskialgia (95%), rasa
baal (hipostesia) (77,5%), dan kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma
yang signifikan dijumpai pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom pada
77,5%. Tanda Lasegue positif pada 95% kasus.
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang bermacam
penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe-tipe tersebut dibedakan menjadi
empat tipe ras nyeri: nyeri lokal, nyeri alih, nyeri radikuler dan yang timbul
dari spasme muskuler.
Nyeri lokal disebabkan oleh sembarang proses patologis yang menekan
atau merangsang ujung-ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur-struktur
yang tidak mengandung ujung- ujung saraf sensoris adalah tidak nyeri. Sebagai
contoh, bagian sentral, medula korpus vertebra dapat dihancurkan oleh tumor
tanpa menimbulkan rasa nyeri, sedangkan fraktur atau ruptur korteks dan
distorsi periosteum, membran sinoval, otot, anulus fibrosus serta ligamentum
sering memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur-struktur yang terakhir
diinervasi oleh serabut-serabut aferen rami primer posterior dan saraf
sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering disertai dengan pembengkakan
jaringan yang terkena, hal ini bisa tidak tampak jika suatu struktur yang dalam
dari tubuh bagian belakang merupakan lokasi dari penyakitnya. Nyeri lokal
sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi bisa intermiten
dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau aktivitas pasien. Nyeri
dapat bersifat tajam atau tumpul dan sekalipun sering difus, rasa nyeri ini
selalu terasa pas atau di dekat tulang belakang yang sakit. Gerakan berlawanan
arah secara refleks dari segmen-segmen tulang belakang oleh otot-otot
13
paravertebralis sering tercatat dan dapat menyebabkan seformitas atau
abnormalitas postur. Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah posisi
jaringan yang cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat atau perkusi pada
struktur superfisial regio yang terkena biasanya menimbulkan nyeri tekan yang
merupakan gejala untuk membantu mengenali lokasi abnormalitas.
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang belakang
ke regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal serta sakral bagian
atas, dan diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke tulang belakang.
Nyeri akibat penyakit-penyakit di bagian atas vertebra lumbal biasanya
dialihkan ke permukaan anterior paha dan tungkai; nyeri yang berasal dari
segmen lumbal bawah dan sakral akan dialihkan ke regio gluteus paha
posterior, betis serta kadang-kadang kaki. Nyeri jenis ini, meskipun berkualitas
dalam, sakit dan agak difus, cenderung pada beberapa saat untuk di proyeksi ke
superfisial. Pada umumnya, nyeri alih memiliki intensitas yang sejajar dengan
nyeri lokal pada punggung. Dengan kata lain, pergerakan yang mengubah nyeri
lokal mempunyai efek serupa pada nyeri rujukan, meskipun tidak dengan
ketepatan dan kecepatan seperti pada nyeri radikuler. Suatu perkecualian yang
penting dari hal ini adalah nyeri yang disebabkan oleh aneurisma
aorta.Anuresmia aorta yang membesar dengan perlahan-lahan dapat
menimbulkan erosi pada vertebra bagian anterolateral dan menimbulkan
perasaan mengganggu yang berubah mengikuti gerakan atau posisi berbaring.
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi berbeda
dalam hal intensitasnya yang lebih besar, distal, keterbatasan pada daerah
radiks saraf dan faKtor-faktor yang mencetuskannya. Mekanisme terjadinya
14
terutama berupa distorsi, regangan, iritasi dan kompresi radiks spinal, yang
paling sering terjadi di bagian sentral terhadap foramen intervertebralis.
Sebagai tambahan, telah diduga bahwa pada pasien dengan stenosis spinalis
pola “klaudikasio lumbal” dapat disebabkan oleh iskemia relatif yang
berhubungan dengan kompresi. Meskipun nyerinya sendiri sering tumpul atau
sakit terus berbagai pergerakan yang meningkatkan iritasi radiks atau
meregangkannya bisa sangat memperhebat nyeri, menimbulkan suatu kualitas
menusuk-nusuk.
Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di dekat tulang
belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah. Batuk, bersin dan
mengejan merupakan manuver pencetus yang khas, tetapi juga karena
meregangkan atau menggerakkan tulang belakang, semua kejadian tersebut
dapat pula meningkatkan intensitas nyeri lokal. Gerakan membungkuk ke
depan dengan lutut diekstensikan atau “gerakan mengangkat lutut dalam
keadaan lurus” akan mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah
vertebra lumbal yang terjadi atas dasar regangan, kompresi vena jugularis yang
menaikkan tekanan intraspinal dan dapat menyebabkan suatu pergeseran pada
posisi dari atau tekanan pada radiks, dapat menimbulkan efek serupa. Iritasi
radiks saraf lumbal keempat serta kelima dan sakral pertama yang membentuk
nervus iskiadikus, akan menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke
bawah hingga mengenai permukaan posterior paha dan permukaan posterior
serta lateral tungkai. Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini yang disebut dengan
istilah sciatica berhenti di daerah pergelangan kaki dan disertai dengan
perasaan kesemutan atau rasa baal (parastesia) yang menjalar ke bagian yang
15
lebih distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan, parastesia, dan rasa baal
atau kelaianan sensoris pada kulit, perih pada kulit, dan nyeri sepanjang saraf
tersebut juga dapat menyertai nyeri skiatika klasik. Dan pada pemeriksaan
fisik, hilangnya refleks, kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang-
kadang edema statis dapat terjadi jika serabut-serabut motoris radiks anterior
terkena.
Nyeri akibat spasme otot biasanya ditemukan dalam hubungannya
dengan nyeri lokal, namun dasar anatomik ataui fisiologiknya lebih tidak jelas.
Spasme otot yang berkaitan dengan berbagai kelainan tulang belakang dapat
menimbulkan distorsi yang berarti pada sikap tubuh yang normal.
Akibatkanya, tegangan kronik pada otot bisa mengakibatkan rasa pegal atau
sakit yang tumpul dan kadang perasaan kram. Pada keadaan ini, penderita
dapat mengalami rasa kencang pada otot-otot skarospinalis serta gluteus dan
lewat palpasi memperlihatkan bahwa lokasi nyeri terletak dalam struktur ini.
Nyeri lainnya yang sering tidak ditemukan asalnya kadang digambarkan
oleh pasien sebagai penyakit kronis punggung bagian bawah. Keluhan-keluhan
unilateral perasaan tertarik, kram (tanpa spasme otot tidak sadar). Nyeri robek,
berdenyut-denyut, atau memukul-mukul, atau perasaan terbakar atau dingin
sulit diinterpretasikan namun.Seperti parastesia dan rasa baal, seharusnya
selalu memberi dugaan kemungkinan penyakit saraf atau radiks.
Karakteristik LBP dibagi dalam beberapa kelompok;
a. LBP viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
16
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
b. LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat
benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang columna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang
disebabkan oleh iritasi radiks.
c. LBP neurogenik, keadaan neurogenik pada saraf yang dapat menyebabkan
nyeri punggung bawah pada:
1) Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,
sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang
tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila
penderita berjalan.
17
2) Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri
timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan
tersebut.
3) Stenosis canalis spinalis:
Penyempitan canalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi
discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum.
Gejala klinis timbulnya gejala claudicatio intermitten disertai rasa
kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
d. LBP spondilogenik,yaitu:
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di columna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses
patologik di artikulatio sacro iliaka.
1) LBP osteogenik, sering disebabkan oleh :
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberculosa. Trauma yang dapat mengakibatkan fraktur
maupun spondilolistesis. Keganasan, kongenital misalnya scoliosis
lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan
selaput artikulasi posterior satu sisi. Metabolik misalnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
2) LBP diskogenik, disebabkan oleh :
Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra menyempit,
menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan canalis spinalis dan
18
foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh
kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala
neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu: gangguan
sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri
akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita
disuruh mengejan (percobaan valsava) atau dengan menekan kedua
vena jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana nucleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah canalis
spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP
yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP
didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda
berat, mendorong barang berat.HNP lebih banyak dialami oleh laki-
laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul yaitu rasa nyeri di
punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan
ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot tersebut
dan spasme ini menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan
terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,
parestesia dan retensi urin.
HNP lateral kebanyakan terjadi pada Lumbal 5-Sakral 1 dan
Lumbal 4-Lumbal 5 pada HNP lateral Lumbal 5-Sakral 1 rasa nyeri
terdapat dipunggung bawah, ditengah-tengah antara kedua bokong dan
betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki
19
juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP lateral Lumbal
4-Lumbal 5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah,
bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum
pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella
negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang
terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang
bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan
hasil positif. Spondilitis ankilosa, proses ini mulai dari sendi
sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas, ke daerah leher.Gejala
permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah waktu bangun tidur
dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat
gambaran yang mirip dengan ruas-ruas bamboo sehingga disebut
bamboo spine.
e. LBP psikogenik:
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran keduanya. Pada anamnesis akan terungkap bahwa
penderita mudah tersinggung, sulit tidur atau mudah terbangun di malam
hari tetapi akan sulit untuk tidur kembali, kurang tenang atau mudah
terburu – buru tanpa alasan yang jelas, mudah terkejut dengan suara yang
cukup lirih, selalu merasa cemas atau khawatir, dan sebagainya. Untuk
dapat melakukan anamnesis ke arah psikogenik ini, di perlukan kesebaran
dan ketekunan, serta sikap serius diseling sedikit bercanda, dengan tujuan
agar penderita secara tidak disadari akan mau mengungkapkan segala
permasalahan yang sedang dihadapi.
20
f. LBP miogenik dikarenakan oleh:
1) Ketegangan otot:
Sikap tegang yang berulang-ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
2) Spasme otot atau kejang otot:
Disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
3) Defisiensi otot, yang dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama
maupun karena imobilisasi.
4) Otot yang hipersensitif dapat menciptakan suatu daerah yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah
tertentu.
5. Anatomi dan Fisiologi
a. Guna kerangka.
1) Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
2) Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
21
3) Tempat melekatnya otot-otot danpergerakan tubuh denganperantaraan
otot.
4) Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5) Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
b. Ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya
sama,hanya ada bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1) Badan ruas merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan
kuat, terletak disebelah depan.
2) Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang
terletak di sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
1) Prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas, menonjol kebelakang.
2) Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3) Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
c. Fungsi ruas tulang belakang.
1) Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain.
2) Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3) Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4) Menentukan sikap tubuh.
22
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan
diantara masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut
cakram antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk.
Disamping itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan
serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula
suatu saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla
spinalis) yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.
d. Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.
1) Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil
dan lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat
lalunya syarap yang disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan
Versorium). Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang
memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua
disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus
Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2) Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas, badan
ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada
daerah bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan kanan ini
membentuk persendian dengan tulang iga.
3) Vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya
besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5
agak menonjol disebut Promontorium.
23
4) Vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang
membentuk sakrumatau tulang kelangkang.
5) Vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya
kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat
bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara anatomis
dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian anterior terdiri atas serangkaian
corpus vertebra berbentuk silinder yang saling dihubungkan lewat diskus
intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh ligamentum
longitudinalis.Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang
membentang dari corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah
posterior untuk memebentuk lamina yang bersama struktur ligamentum
membentuk canalis vertebra.
Unsur posterior dihubungkan dengan vertebra di dekatnya lewat dua
buah sendi sinovial bentuk faset kecil sehingga memungkinkan gerakan dalam
derajat yang paling kecil di antara setiap dua buah segmen tetapi secara
kesatuan akan menghasilkan kisaran gerakan yang agak luas. Processus
24
spinosus dan transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior
dan berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan, menunjang
serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang belakang bergantung pada
dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang dihasilkan oleh articulatio tulang
(terutama oleh persendian diskus serta articulatio sinoval unsur-unsur
posterior) dan tipe kedua yang dihasilkan oleh struktur penunjang ligamentum
(pasif) serta muskuler (aktif).
Struktur ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini maupun
corpus vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memiliki kekuatan integral yang
memadai untuk bertahan terhadap gaya luar biasa yang bekerja pada columna
bahkan pada saat melakukan gerakan yang sederhana.
Sekalipun, maka kontraksi volunter dan reflektoris otot sakrospinal,
abdominal, gluteal, psoas serta hamstring mampu mempertahankan sebagian
besar stabilitas tulang belakang. Struktur vertebra dan paravertebra diinervasi
oleh cabang-cabang dari saraf spinalis segmental yang keluar dari foramen
neuralis pada tiap batas tulang belakang. Saraf sinovertebralis, yang dianggap
saraf sensoris utama yang mensuplai struktur tulang belakang lumbal, muncul
dari saraf spinalis sebeleum percabangannya menjadi suatu ramus anterior dan
posterior. Saraf sinovertebralis untuk memberi persarafan sensoris kepada
ligamentum longitudinal posterior, bagian luar anulus fibrosus posterior, dura
anterior, dura selubung akar saraf dan vena-vena epidural, semua di dalam
canalis spinalis.
Saraf utama lain yang mensuplai struktur spinalis dan paraspinalis
muncul dari ramus primer posterior. Ramus primer posterior saraf spinalis
25
lebih jauh terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Bersama saraf ini
mensuplai bagian posterior tulang belakang, termasuk sendi faset, seperti juga
otot dan fasia paraspinalis. Sebagai tambahan, tiga saraf spinalis lumbal
memberi sensasi kutaneus kepada kulit dari pinggang.
Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak terbesar dan
dengan demikian yang paling sering terkena cedera, adalah daerah servikal dan
lumbal.Selain pergerakan sadar yang diperlukan untuk membungkuk, berputar
dan pergerakan lainnya, banyak aksi tulang belakang yang bersifat refleks dan
merupakan dasar postur.
6. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak
terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks.Serabut saraf ini bercabang sangat
dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut
ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
26
vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf
dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P.Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam
system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor
nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena
adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak
unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain
tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang.Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
27
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri
punggung biasa.Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut.
7. Faktor Resiko
a. Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan
keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur
sekitar 55 tahun.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
28
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
c. Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu
berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya
nyeri pinggang.
d. Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama
bekerja, getaran, dan kerja statis.
e. Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi
berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
29
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah
jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri
lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk
yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih
dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari
dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
f. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya,
termasuk ke tulang belakang.
g. Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis,
lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya LBP.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan/
hambatan aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk
menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan tes Queckenstedt yaitu pada
waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan kecepatan tetesannya,
kemudian kedua vena jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan
kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu
tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti tidak ada
30
sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya terjadi secara
perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila tidak ada perubahan
makin lambat tetesannya berarti sumbatan total.
b. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine,
destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra menyempit, scoliosis,
hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan sudut ferguson
lebih dari 30°.
c. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan
hantar sarf tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot
yang mengalami kelainan.Tujuan ENMG yaitu untuk mengetahui radiks
yang terkena dan melihat ada tidaknya polineuropati.
d. Scan Tomografik Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus,
neoplasma, penyempitan canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan
vertebra.
e. Pemeriksaan neurology pada tungkai
1) Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek,
tropik.
2) Test provokasi (sensorik)
a) Laseque
b) Kering
c) Bragard dan sicard
31
d) Patrick (lesi coxae)
e) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
3) Adakah gangguan miksi dan defekasi
4) Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN)
9. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot
pada sisi vertebra yang sakit.
10. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama
beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan ditutup selembar busa
tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik
akut, fraktur dan HNP.
b. Medikamentosa
Obat-obat simptomatik yaitu: analgetika, kortikosteroid, AINS.
Obat-obat kausal: anti tuberculosis, antibiotic, nukleolisis misalnya
khimopapain, kolagenase (untuk HNP).
32
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.
d. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata atau
terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.
11. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya LBP dan cara mengurangi
nyeri apabila LBP telah terjadi, diantaranya adalah:
a. Latihan Punggung Setiap Hari
Dimana latihan ini bisa dilakukan sehari-hari dengan gerakan-
gerakan ringan, tekniknya adalah:
1) Sikap dasar terlentang, gunanya untuk menguatkan otot gluteus
maksimus, mencegah hiperlordorsis lumbal. Tekniknya menekan
punggung anda pada alas sambil menegangkan otot perut dan kedua
otot gluteus maksimus, pertahankan selama 5-10 hitungan.
2) Lutut ke dada, gunanya untuk meregangkan otot punggung yang
tegang dan spasme. Tekniknya adalah tarik lutut ke dada bergantian
semaksimal mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit, dipertahankan 5-
10 detik, lakukan juga dengan kedua lutut.
3) Meregangkan otot bagian lateral, gunanya untuk meregangkan otot
lateral tubuh yang tegang. Tekniknya adalah dengan tangan di bawah
kepala dan siku menempel pada alas, paha kanan disilangkan ke paha
33
kiri kemudian tarik kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin,
lakukan juga dengan meyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
4) Straight Leg Raising, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan
otot hamstring dan gluteus. Tekniknya adalah satu lutut kanan di
tekut, kaku kiri dinaikkan ke atas tanpa bantuan lengan dan tangan,
pertahankan 5-10 detik, ulangi sebaliknya.
5) Sit Up, gunanya untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah.
Tekniknya adalah pelan-pelan menaikkan kepala dan leher sehingga
dagu menyentuh dada, diterukan dengan mengangkat punggung
bagian sampai kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan),
sedangkan punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel pada
dasar.
6) Hidung ke lutut, gunanya menguatkan otot perut dan meregangkan
otot iliopsoas. Tekniknya adalah dengan posisi menekuk, lutut secara
bergantian ditarik sampai ke hidung, pertahankan 5-10 detik, lakukan
pada lutut satunya.
7) Gerakan gunting, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot
hamstring, punggung, gluteus dan abdomen. Tekniknya adalah kedua
tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke atas kemudian
kedua kaki disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian,
lakukan 10 kali, kemudian ke samping kanan dan samping kiri.
8) Hipertekstensi sendi paha, gunanya untuk menguatkan otot gluteus
dan punggung bawah serta meregangkan otot fleksor paha. Tekniknya
34
adalah dengan posisi tengkurap, tungkai ditarik keatas, ulangi pada
kaki sebelahnya.
b. Memberikan edukasi
1) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi.
2) Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok.
3) Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk mengurangi
hiperlordosis lumbal.
4) Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda berat, jangan
langsung membungkuk, tapi regangkan kedua kaki lalu tekuklah lutut
dan punggung tetap tegak dan angkatlah barang tersebut sedekat
mungkin dengan tubuh.
5) Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan jangan
tergesa-gesa.
6) Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan kriteria busa
jangan terlalu lunak, punggung kursi berbentuk huruf S, bila duduk
seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan kursi, bila
duduk dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang
satunya.
7) Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi pemakain
alas kasur yang memakai alas dari per).
8) Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.
12. Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu.Tetapi sering dijumpai
episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan
35
dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang
mengalami disabilitas berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan
indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan ke-12.
Penentuan faktor risiko dapat juga memperkirakan perkembangan
perjalanan penyakit LBP ke arah kronisitas.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan
setepat-tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat
diketahui dengan tepat.
2) Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular
atau nyeri acuan.
3) Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk-tusuk, disayat, mendeyut,
terbakar, kemeng yang terus-menerus, dan sebagainya.
4) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita
yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga
penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan rasa nyeri
tersebut.
5) Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan
aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang bagaimana dapat
memperberat dan meredakan rasa nyeri.
36
6) Riwayat trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada
penderita misalnya mendorong mobil mogok, memindahkan almari
yang cukup berat, mencabut singkong, dan sebagainya.
7) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan,
menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai
timbul, hilang timbul, makin lama makin nyeri, dan sebagainya.
8) Obat-obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa
saja yang pernah diminum.
9) Kemungkinan adanya proses keganasan.
10) Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami
LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hamil muda,
dalam trimester pertama, khususnya bagi wanita yang dapat
mengalami LBP berat.
11) Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan
menolak bila kita langsung menanyakan tentang “banyak pikiran” atau
“pikiran sedang ruwet” dan sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental tadi
secara tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak sadar mau
berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.
b. Pemeriksaan umum
1) Inspeksi
a) Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
berbaring.
b) Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
37
c) Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang
abnormal.
2) Palpasi dan perkusi
a) Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
b) Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan
adanya deviasi.
3) Tanda vital (vital sign)
c. Pemeriksaan neurologik
1) Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
2) Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
3) Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
d. Pemeriksaan range of movement:
Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada
tidaknya penjalaran nyeri.
e. Percobaan-percobaan:
1) Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien
tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang
nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering
menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis/
lumbo-sacralis.
38
2) Tes Patrick dan anti-patrick
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif
jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa
nyeri.Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.
3) Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul
nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
4) Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan
meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
5) Tes Prespirasi
Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa
dibersihkan dan dikeringkan dulu, kemudian diolesi campuran
yodium, minyak kastroli, alcohol absolute. Kemudian bagian tersebut
diolesi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat akan berwarna
biru, yang tidak berkeringat akan tetap berwarna putih. Tes ini untuk
menunjukkan adanya ganguan saraf otonom.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d masalah musculoskeletal.
2) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya
kelenturan.
3) Intoleransi Aktivitas b.d ketidakaktifan sekunder terhadap nyeri.
4) Gangguan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas
39
5) Kerusakan integritas kulit b.d imobilitas fisik.
6) Hipertermi b.d proses penyakit.
7) Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.
8) Defisit perawatan diri b.d nyeri.
9) Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung.
10) Ansietas/koping individu tidak efektif b.d krisis situasi, perubahan status
kesehatan, ketidakadekuatan metode koping.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan
DS:
Laporan secara verbal
DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan
tinfakan
keperawatan
selama …. Pasien
tidak mengalami
nyeri, dengan
kriteria hasil:
Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
40
interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh:
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
41
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
2. Gangguan mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
Gangguan metabolisme sel
Keterlembatan perkembangan
Pengobatan
Kurang support lingkungan
Keterbatasan ketahan kardiovaskuler
Kehilangan integritas struktur tulang
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang kegunaan
pergerakan fisik
Indeks massa tubuh diatas 75 tahun
percentil sesuai dengan usia
Kerusakan persepsi sensori
Tidak nyaman, nyeri
Kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler
Intoleransi aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
Depresi mood atau cemas
Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
DO:
Penurunan waktu reaksi
NOC :
Joint Movement :
Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer
performance
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama….gangguan
mobilitas fisik
teratasi dengan
kriteria hasil:
Klien meningkat
dalam aktivitas
fisik
Mengerti tujuan
dari peningkatan
mobilitas
Memverbalisasik
an perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
Monitoring vital sign
sebelm/sesudah latihan
dan lihat respon pasien
saat latihan
Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika
42
Kesulitan merubah posisi
Perubahan gerakan (penurunan untuk
berjalan, kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)
Keterbatasan motorik kasar dan halus
Keterbatasan ROM
Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi
mobilisasi
(walker)
klien memerlukan.
Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
3. Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS:
Melaporkan secara
verbal adanya
kelelahan atau
kelemahan.
NOC :
Self Care : ADLs
Toleransi
aktivitas
Konservasi
energi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama …. Pasien
bertoleransi
terhadap aktivitas
dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi
NIC :
Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
nafas, diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
43
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
DO :
Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
dalam aktivitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari (ADLs)
secara mandiri
Keseimbangan
aktivitas dan
istirahat
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
44
4. Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Intake yang berlebihan
terhadap kebutuhan
metabolisme tubuh
DS :
Laporan adanya sedikit
aktivitas atau tidak ada
aktivitas
DO:
Lipatan kulit tricep >
25 mm untuk wanita
dan > 15 mm untuk
pria
BB 20 % di atas ideal
untuk tinggi dan
kerangka tubuh ideal
Makan dengan respon
eksternal (misalnya :
situasi sosial, sepanjang
hari)
Dilaporkan atau
diobservasi adanya
disfungsi pola makan
(misal : memasangkan
makanan dengan
aktivitas yang lain)
Konsentrasi intake
makanan pada
menjelang malam
NOC :
Nutritional Status
: food and Fluid
Intake
Nutritional Status
: nutrient Intake
Weight control
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama …. Ketidak
seimbangan nutrisi
lebih teratasi
dengan kriteria
hasil:
Mengerti factor
yang
meningkatkan
berat badan
Mengidentfifikasi
tingkah laku
dibawah kontrol
klien
Memodifikasi
diet dalam waktu
yang lama untuk
mengontrol berat
badan
Penurunan berat
badan 1-2
pounds/mgg
Menggunakan
NIC :
Weight Management
Diskusikan bersama pasien mengenai
hubungan antara intake makanan, latihan,
peningkatan BB dan penurunan BB
Diskusikan bersama pasien mengani kondisi
medis yang dapat mempengaruhi BB
Diskusikan bersama pasien mengenai
kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
yang dapat mempengaruhi BB
Diskusikan bersama pasien mengenai risiko
yang berhubungan dengan BB berlebih dan
penurunan BB
Dorong pasien untuk merubah kebiasaan
makan
Perkirakan BB badan ideal pasien
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
45
energy untuk
aktivitas sehari
hari
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Weight reduction Assistance
Fasilitasi keinginan pasien untuk
menurunkan BB
Perkirakan bersama pasien mengenai
penurunan BB
Tentukan tujuan penurunan BB
Beri pujian/reward saat pasien berhasil
mencapai tujuan
Ajarkan pemilihan makanan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
5. Kerusakan integritas
kulitberhubungan
dengan :
Eksternal :
Hipertermia atau hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban
Faktor mekanik (misalnya :
alat yang dapat
menimbulkan luka, tekanan,
restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
NOC :
Tissue Integrity : Skin
and Mucous
Membranes
Wound Healing: primer
dan sekunder
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama…..kerusakan
integritas kulit pasien
teratasi dengan kriteria
hasil:
Integritas kulit yang
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada derah yang tertekan
46
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status metabolik
Tonjolan tulang
Defisit imunologi
Berhubungan dengan
dengan perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
DO:
Gangguan pada bagian
tubuh
Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
Kaji lingkungan dan peralatan
yang menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi pemberian
diae TKTP, vitamin
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
6. Hipertermia
Berhubungan dengan :
penyakit/ trauma
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan
NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
47
peningkatan
metabolisme
aktivitas yang berlebih
dehidrasi
DO/DS:
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
serangan atau konvulsi
(kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/
hangat
tindakan keperawatan
selama………..pasien
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam
batas normal dengan
kreiteria hasil:
Suhu 36 – 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
warna kulit dan
tidak ada pusing,
merasa nyaman
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kelola Antibiotik:
………………………..
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
7. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan:
Psikologis : usia tua, kecemasan, agen
biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,
NOC:
Anxiety Control
Comfort Level
Pain Level
NIC :
Sleep Enhancement
Determinasi efek-efek
medikasi terhadap
48
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
Lingkungan : kelembaban, kurangnya
privacy/kontrol tidur, pencahayaan,
medikasi (depresan,
stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi
urin.
DS:
Bangun lebih awal/lebih lambat
Secara verbal menyatakan tidak fresh
sesudah tidur
DO :
Penurunan kemempuan fungsi
Penurunan proporsi tidur REM
Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4
tidur.
Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai
usia
Rest : Extent and
Pattern
Sleep : Extent ang
Pattern
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. gangguan
pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria
hasil:
Jumlah jam tidur
dalam batas normal
Pola tidur,kualitas
dalam batas normal
Perasaan fresh
sesudah tidur/istirahat
Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang
meningkatkan tidur
pola tidur
Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
Fasilitasi untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
Ciptakan lingkungan
yang nyaman
Kolaburasi pemberian
obat tidur
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
8. Defisit perawatan diri
Berhubungan dengan :
penurunan atau kurangnya
NOC :
Self care :
Activity of Daily
NIC :
Self Care assistane : ADLs
Monitor kemempuan klien untuk
49
motivasi, hambatan
lingkungan, kerusakan
muskuloskeletal,
kerusakan neuromuskular,
nyeri, kerusakan persepsi/
kognitif, kecemasan,
kelemahan dan kelelahan.
DO :
ketidakmampuan untuk
mandi, ketidakmampuan
untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk
makan, ketidakmampuan
untuk toileting
Living (ADLs)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
…. Defisit
perawatan diri
teratas dengan
kriteria hasil:
Klien terbebas dari
bau badan
Menyatakan
kenyamanan
terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs
Dapat melakukan
ADLS dengan
bantuan
perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-
hari.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
9. Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
NOC:
Kowlwdge : disease
process
Kowledge : health
NIC :
Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakit
50
informasi yang salah,
kurangnya keinginan
untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-
sumber informasi.
DS: Menyatakan secara
verbal adanya masalah
DO: ketidakakuratan
mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai
Behavior
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. pasien
menunjukkan
pengetahuan tentang
proses penyakit dengan
kriteria hasil:
Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi, dll
Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara tepat
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
10. Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman
NOC :
Kontrol
kecemasan
Koping
Setelah dilakukan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
51
kematian, perubahan konsep diri,
kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
DO/DS:
Insomnia
Kontak mata kurang
Kurang istirahat
Berfokus pada diri sendiri
Iritabilitas
Takut
Nyeri perut
Penurunan TD dan denyut nadi
Diare, mual, kelelahan
Gangguan tidur
Gemetar
Anoreksia, mulut kering
Kesulitan bernafas
Bingung
Bloking dalam pembicaraan
Sulit berkonsentrasi
asuhan selama
……………klien
kecemasan teratasi
dgn kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh, dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........
52