BAB II.docx

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Dasar Sistem Plambing 2.1.1 Dasar-dasar Sistem Penyediaan Air Bersih Air minum adalah air yang dibenarkan untuk diminum, dimasak, dan keperluan rumah tangga lainnya yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Indonesia telah memiliki standar air minum yaitu: 1. PERMENKES RI No. 01/BIRHUKMAS/1/1975; 2. PP No. 20 tahun 1990 tentang Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan A; 3. SK MENKLH: KEP. 02/MENKLH/ I/1998 tentang Baku Mutu Air Golongan A. 2.1.1.1 Kualitas Air Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air bakun haruslah diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku. 2.1.1.2 Kebutuhan Air Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu: populasi, iklim, kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan akan air itu sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk mendapatkan kebutuhan air yang cukup besar tentunya harus dilakukan pencarian sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti: air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air permukaan (danau, sungai, dan sebagainya). 2.1.1.3 Pencemaran Air dan Pencegahannya Sistem penyediaan air dingin meliputi beberapa peralatan seperti tangki air bawah tanah, tangki air atas atap, pompa- pompa, perpipaan, dan lain-lain. Dalam peralatan-peralatan

description

plambing

Transcript of BAB II.docx

BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Prinsip Dasar Sistem Plambing2.1.1 Dasar-dasar Sistem Penyediaan Air BersihAir minum adalah air yang dibenarkan untuk diminum, dimasak, dan keperluan rumah tangga lainnya yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Indonesia telah memiliki standar air minum yaitu:1. PERMENKES RI No. 01/BIRHUKMAS/1/1975;2. PP No. 20 tahun 1990 tentang Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan A; 3. SK MENKLH: KEP. 02/MENKLH/ I/1998 tentang Baku Mutu Air Golongan A.2.1.1.1 Kualitas AirTujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air bakun haruslah diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku. 2.1.1.2Kebutuhan AirPemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu: populasi, iklim, kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan akan air itu sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk mendapatkan kebutuhan air yang cukup besar tentunya harus dilakukan pencarian sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti: air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air permukaan (danau, sungai, dan sebagainya). 2.1.1.3Pencemaran Air dan PencegahannyaSistem penyediaan air dingin meliputi beberapa peralatan seperti tangki air bawah tanah, tangki air atas atap, pompa-pompa, perpipaan, dan lain-lain. Dalam peralatan-peralatan ini, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang dituju tanpa mengalami pencemaran. Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain:1. Masuknya kotoran hewan;2. Masuknya serangga ke dalam tangki;3. Terjadinya karat dan rusaknya tangki dan pipa;4. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lain;5. Tercampurnya air bersih dengan air dari jenis kualitas lain;6. Aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air bersih.Pencegahan pencemaran lebih ditekankan dari segi kesehatan, walaupun demikian pencemaran adalah suatu kejadian yang dapat dengan mudah terjadi di bagian manapun. Dari contoh-contoh nyata di atas terlihat bahwa pencemaran dengan mudah terjadi, tetapi juga sebenarnya tidaklah terlalu sulit mencegahnya.

Adapun beberapa contoh pencemaran dan pencegahannya adalah:1. Larangan hubungan pintasYang dimaksud dengan hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, di mana air akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem penyediaan air bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya. Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan lain yang tercemar;2. Pencegahan aliran balikAliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran, ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain yang bukan untuk air bersih. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik (back siphonage). Efek siphon-balik terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa air bersih dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa. Sebagai contoh dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan pada bak mandi, bak cuci, mesin pencuci, dan lain-lain. Apabila pencucian dilakukan dalam bak dengan slang air tersambung pada keran sedang ujung slang terendam dalam air cucian, air kotor bekas cucian dapat terisap ke dalam sistem pipa air bersih pada waktu tekanan negatif. Tekanan negatif dalam sistem pipa sering disebabkan oleh terhentinya penyediaan air, atau karena pertambahan kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan aliran-balik;3. Pukulan airPenyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan tajam dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu, dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai suatu pukulan dan dinamakan gejala pukulan air (water hammer). Pukulan mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan pada peralatan plambing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran, dan suara berbisik sehingga dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem pipa;Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut:a. Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka mendadak;b. Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi;c. Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi;d. Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem pipa;e. Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur lurus;f. Keadaan di mana temperatur air tinggi.Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk mengatasi keadaan-keadaan diatas, dan meliputi cara-cara berikut ini:a. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi;b. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi;c. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air;d. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.2.1.1.4Sistem Penyediaan Air DinginSistem penyediaan air dingin yang banyak digunakan pada saat sekarang dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis yaitu:1. Sistem sambungan langsungDalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih Perusahaan Air Minum;2. Sistem tangki atapDalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada di lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan, ini dilakukan jika tekanan air kecil dari pipa utama, tapi jika tekanan air cukup tinggi tangki bawah dapat dihilangkan;3. Sistem tangki tekanKerja dari sistem ini yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya terkompresi dan air dapat dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan;4. Sistem tanpa tangki (booster system)Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum).2.1.1.5 Pompa Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan mengalirkannya ke tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat (mengangkat air dari bawah ke atas), sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan dinamakan pompa tekan. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik, motor turbin, motor baker, dan sebagainya. Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah:1. Pompa sentrifugalKomponen dari pompa sentrifugal adalah impeler dan rumah pompa. Pompa sentrifugal terdiri dari pompa tingkat tunggal dan pompa dengan tingkat banyak;2. Pompa submersibelPompa submersibel adalah suatu pompa dengan konstruksi di mana bagian pompa dan motor listriknya merupakan suatu kesatuan dan terbenam dalam air.2.1.2 Dasar-dasar Sistem Penyediaan Air PanasSistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas ataupun melalui sistem perpipaan.2.1.2.1 Instalasi penyediaan air panas Dalam memenuhi kebutuhan akan air panas, ada dua jenis instalasi yang dapat di gunakan yaitu:1. Instalasi lokalPada jenis ini suatu pemanas air dipasang di tempat atau berdekatan dengan alat plambing yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik ataupun uap sebagai sumber kalor;2. Instalasi sentralJenis ini yaitu air panas yang dihasilkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian dengan pipa distribusi dialirkan keseluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air panas.2.1.2.2Temperatur air panasTemperatur air yang digunakan untuk setiap keperluan berbeda-beda, tergantung pada keperluan orang tersebut dan kesukaan masing-masing orang.2.1.2.3Sistem PipaSistem penyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan sistem pipa, cara pengaliran dan cara sirkulasinya.Menurut sistem pipanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:1. Sistem aliran ke atas (up feed)Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang di pasang pada lantai terbawah gedung;2. Sistem aliran ke bawah (down feed)Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.Menurut cara penyediaannya dibagi lagi menjadi dua macam yaitu:1. Sistem pipa tunggalPipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas tanpa pipa balik;2. Sistem sirkulasi atau dua pipaPipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas dan kemudian air akan dibalikkan kembali ke tangki penyimpanan dengan pipa balik apabila tidak ada pemakaian air panas pada alat plambing.Sedangkan menurut cara sirkulasinya dibedakan atas sirkulasi gravitasi dan sirkulasi paksaan dengan menggunakan pompa.2.1.3 Dasar-dasar Sistem Penyaluran Air Buangan2.1.3.1Jenis Air BuanganAir buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.Air buangan dapat dibedakan atas:1. Air kotorAir buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya;2. Air bekasAir buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain;3. Air hujan Air hujan yang jatuh pada atap bangunan;4. Air buangan khususAir buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti: yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak.2.1.3.2 Sistem Penyaluran Air Buangan Sistem pembuangan air terdiri atas:1. Sistem pembuangan air kotor dan air bekas Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu: a. Sistem tercampur: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor dan air bekas kedalam satu saluran;b. Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.2. Sistem penyaluran air hujanPada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Kalau dicampurkan, maka apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut. Dalam sistem penyaluran air buangan, air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat harus mampu dialirkan dengan cepat. Untuk maksud tersebut pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang akan dialirkan. Dalam sistem penyaluran air hujan pada prinsipnya hanya mengalirkan debit hujan yang terjadi di atap bangunan ke tempat yang diinginkan, seperti: drainase perkotaan.2.1.3.3 Perangkap Air BuanganTujuan utama sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari dalam gedung keluar gedung, ke dalam instalasi pengolahan atau riol umum, tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan maupun terhadap gedung itu sendiri. Karena alat plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air dan dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga. Untuk mencegah hal ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.Suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat berikut:a. Kedalaman air penutupKedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm. Pada kedalaman 50 mm, kolom air akan tetap dapat diperoleh penutup air sebesar 25 mm dengan tekanan (positif maupun negatif) sebesar 25 mm. Angka 100 mm merupakan pedoman batas maksimum, walaupun batas ini tidak mutlak. Ada beberapa alat plambing khusus yang mempunyai kedalaman air penutup lebih dari 100 mm, tetapi perangkapnya dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan;b. Konstruksinya harus sedemikian rupa agar selalu bersih dan tidak menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap;c. Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai penutup tetap dapat terpenuhi;

Kriteria yang harus dipenuhi untuk syarat ini adalah:1. Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga;2. Mudah diketahui dan diperbaiki kalau ada kerusakan;3. Dibuat dari bahan yang tidak berkarat.4. Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karenaendapan kotoran lama kelamaan akan tetap terjadi;5. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut:1. Yang dipasang pada alat plambinga. Perangkap jenis P, berbentuk menyerupai huruf P dan banyak digunakan. Perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven. Perangkap jenis P biasanya dipasang pada kloset, lavatory, dan lain-lain;b. Perangkap jenis S, berbentuk menyerupai huruf S dan seringkali menimbulkan kesulitan akibat efek siphon, biasanya dipasang pada lavatory.2. Yang dipasang pada pipa pembuangana. Perangkap jenis U, berbentuk menyerupai huruf U dan dipasang pada pipa pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuangan air hujan. Kelemahan jenis ini adalah memberikan tambahan tahanan terhadap aliran. Perangkap jenis ini biasanya dipasang pada peturasan, pada pipa pembuangan air hujan di dalam tanah;b. Perangkap jenis tabung, mempunyai sekat berbentuk tabung, sehingga mengandung air lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lainnya sehingga air penutup tidak mudah hilang, biasanya dipasang pada floor drain dan bak cuci dapur.3. Yang menjadi satu dengan alat plambingPerangkap jenis ini merupakan bagian dari alat plambing itu sendiri, misalnya pada kloset dan beberapa jenis peturasan;4. Yang dipasang di luar gedungContoh jenis ini adalah bak perangkap, yang berfungsi sebagai perangkap bila ujung pipa pembuangan terbenam dalam air di dalam bak tersebut.2.1.4 Dasar-dasar Sistem VenSistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan, sedangkan tujuan dari sistem ven ini antara lain:1. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan;2. Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan;3. Mensirkulasi udara dalam pipa pembuangan.Karena tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air tersebut.

2.1.4.1Jenis Sistem VenSistem itu sendiri dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:1. Sistem ven tunggal (individual)Pipa ven dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar;2. Sistem ven lupPipa ven yang melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan disambungkan kepada ven pipa tegak;3. Sistem ven tegakPipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan diatas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi;4. Sistem ven lainnya, diantaranya:a. Ven bersama Pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama;b. Ven basahVen yang juga berfungsi sebagai pipa pembuangan;c. Ven menerusVen tegak yang merupakan kelanjutan dari pipa pembuangan yang dilayaninya;d. Ven sirkitVen cabang yang melayani dua perangkap atau lebih dan berpangkal dari bagian depan penyambungan alat plambing terakhir suatu cabang datar pipa pembuangan sampai ke pipa tegak ven;e. Ven pelepasPipa ven yang dipasang pada tempat khusus untuk menambah sirkulasi udara antara sistem pembuangan dan sistem ven.2.1.4.2 Persyaratan pipa venAdapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem plambing antara lain:1. Kemiringan pipa venPipa ven harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang terbentuk atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi ke pipa pembuangan;2. Cabang pada pipa venDalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa ven untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan secara vertikal pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut, jika terpaksa dapat disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45o terhadap vertikal. Syarat ini bertujuan untuk mencegah masuknya air buangan pada pipa yang dalam keadaan penuh ke dalam pipa ven;

3. Letak bagian mendatar pipa venDari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani oleh ven tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa ven. Walaupun demikian cukup banyak ditemukan keadaan di mana terpaksa dipasang pipa ven di bawah lantai. Pipa ven semacam itu melayani pipa cabang mendatar air buangan dan dari tempat sambungannya dengan cabang mendatar tersebut pipa ven hanya dibuat pendek dari sambungannya dari arah tegak kemudian langsung dibelokkan mendatar masih dibawah lantai (tetapi letaknya masih berada di atas cabang mendatar tersebut);4. Ujung pipa venUjung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.2.1.5Dasar-dasar Sistem Pencegahan KebakaranPrinsip dari sistem pencegahan kebakaran ini adalah harus selalu tersedia volume air yang cukup untuk keperluan pencegahan kebakaran, tanpa mengganggu pemakaian air bersih.2.1.5.1 Pipa Tegak dan Slang KebakaranPipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup, penyambung slang kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran.Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis yaitu:1. Wet Stand Pipe SystemYaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila katup slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar;2. Dry Stand Pipe SystemSuatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka;3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manualYaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang kebakaran untuk menghidupkan suplai air;4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanenJenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.Jika dilihat dari manusia yang mengoperasikannya maka sistem pipa tegak dan slang kebakaran digolongkan atas 3 kelas pelayanan, yaitu:1. Kelas 1Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih untuk menangani kebakaran besar dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 2,5;

2. Kelas 2Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni bangunan sendiri sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 1,5;3. Kelas 3Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni bangunan dan petugas pemadam kebakaran dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 1,5 dan 2,5.2.1.5.2 SprinklerSistem sprinkler otomatis akan bekerja jika fusible bulb / fusible link penahan orifice kepala sprinkler pecah/meleleh akibat panas dari kebakaran, sehingga air menyembur keluar dari kepala sprinkler. Akibatnya tekanan air dari dalam pipa akan berkurang, katup pengontrol akan terbuka dan pompa akan bekerja memompakan air dari bak penampung ke jaringan pipa yang dibantu juga dengan pressure tank. Aliran air yang melalui katup pengontrol akan mengaktifkan tanda bahaya yang terletak di dekat katup kontrol.Jenis-jenis sistem sprinkler adalah:1. Wet Pipe SystemJenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada jaringan pipa berisi air yang bertekanan sepanjang waktu. Jika terjadi kebakaran, sprinkler akan diaktifkan oleh panas yang membuka penahan orifice kepala sprinkler dan air akan segera menyembur, akibatnya tekanan air pada pipa akan berkurang dan katup kontrol akan membuka dan mengaktifkan pompa kebakaran;2. Dry Pipe SystemJenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada pipa berisi udara atau nitrogen yang bertekanan. Jika kepala sprinkler terbuka karena panas dari api, tekanan udara akan berkurang dan katup kontrol dry pipe akan terbuka oleh tekanan air, sehingga pompa kebakaran akan hidup dan air akan mengalir mengisi jaringan dan menyembur dari kepala sprinkler yang terbuka;3. Preaction SystemSistem ini adalah sistem dry pipe dengan udara bertekanan atau tanpa tekanan pada pipa. Jika terjadi kebakaran maka alat deteksi akan bekerja dan mengaktifkan pembuka katup kontrol, sehingga air mengalir mengisi pipa dan keluar dari kepala sprinkler otomatis yang terbuka akibat panas dari api;4. Deluge SystemSistem ini sama dengan preaction system, kecuali bahwa semua kepala dalam keadaaan terbuka. Jika api mengaktifkan peralatan deteksi, maka katup kontrol sprinkler akan terbuka dan air akan mengalir disepanjang pipa dan keluar dari semua kepala sprinkler pada daerah operasi dan membanjiri daerah operasi;5. Kombinasi Dry dan PreactionSistem ini berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem ini akan berisi air dan bekerja seperti wet pipe. Sistem sprinkler yang ada didesain berdasarkan atas jenis hunian itu sendiri, seperti ukuran pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan kebutuhan airnya sendiri. Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar dan sifat mudah terbakarnya, maka jenis hunian diklasifikasikan atas:1. Hunian bahaya dengan kebakaran ringanAdalah jenis hunian di mana jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong rendah dan kebakaran dengan pelepasan panas yang rendah. Contohnya: sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan, hotel, tempat tinggal, dan sebagainya;2. Hunian bahaya dengan kebakaran sedangJenis ini dibedakan atas 3 kelompok yaitu:a. Kelompok I: Untuk sifat mudah terbakar yang rendah, jumlah bahan yang mudah terbakar menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah seperti: tempat parkir mobil, pabrik roti, pengolahan susu, pabrik elektronika, dan sebagainya;b. Kelompok II: Untuk jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah. Seperti: pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, pabrik tembakau, dan sebagainya;c. Kelompok III: Untuk jumlah dan atau sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong tinggi dan kebakaran dengan pelepasan panas yang tinggi, seperti : pabrik gula, pabrik kertas, pabrik ban, bengkel, dan sebagainya;3. Hunian bahaya dengan kebakaran tinggiYang termasuk kelas ini adalah hunian yang dianggap rawan terhadap bahaya kebakaran. Contohnya hanggar pesawat, pabrik plastik, perakitan bahan peledak, dan sebagainya.Setiap sistem sprinkler harus memiliki sumber penyediaan air otomatis dengan kapasitas dan tekanan yang memadai untuk mensuplai sistem sprinkler dengan periode minimal 30 menit. Sumber air untuk sistem sprinkler dapat diperoleh dari: sistem air PAM, pompa kebakaran otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi.2.1.6Dasar-dasar Sistem Penyaluran Air HujanDalam sistem pengaliran air hujan yang harus diperhatikan hanyalah luas tangkapan hujan dan arah aliran dari air, sedangkan prinsip pengalirannya tidak jauh berbeda dengan air buangan.2.2Dasar-dasar Perancangan Sistem Plambing2.2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air BersihDalam perencanaan air bersih hal-hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan antara lain:1. Laju aliran Dalam perencanaan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran-ukuran pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Metoda yang digunakan dalam menaksir jumlah pemakaian air berdasarkan jumlah pemakai. Metoda ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari setiap penghuni dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat ditentukan. Apabila jumlah penghuni diketahui atau ditetapkan pada suatu gedung, maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian air orang per hari sesuai dengan sifat penggunaan gedung tersebut. Jika jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian perluas lantai. Luas lantai yang dimaksud adalah luas lantai efektif. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air dalam perancangan digunakan persamaaan:

di mana:Qd= pemakaian air sehari (m3/hari)Qh= pemakaian air rata-rata perjam (m3/jam)T= jangka waktu pemakaian air (jam)Qh-max= debit jam puncak (m3/jam)Qm-max= debit menit puncak (m3/menit) c1 , c2 = konstanta dengan nilai 1,5 2 dan 3 42. Tangki Bawah dan Tangki AtasTangki (reservoar) bawah berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan selama sehari dan tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak. Dalam perhitungan kapasitas tangki bawah dan tangki atas didasarkan pada fluktuasi pemakaian air tiap jam selama sehari. Untuk menghitung kapasitas tangki atas dan tangki bawah digunakan persamaan:

Tangki Bawah ( VR )di mana:Qd= kebutuhan air sehari (m3/hari)Qs= kapasitas pipa dinas (m3/jam)T= rata-rata pemakaian air perhari (jam/hari)

Tangki Atas ( VE )dimana:Qm-max = kebutuhan menit puncak (liter/menit)Qh-max = kebutuhan jam puncak (liter/menit)Qpu= kapasitas pompa pengisi (liter/menit)Tp= jangka waktu pengisian puncak (menit)Tpu= jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)3. Kebutuhan alat plambingMenurut Badan Standarisasi Nasional tahun 2000, kebutuhan alat plambing dibedakan atas dasar fungsi gedung, yaitu untuk hunian niaga, hunian industri, hunian gudang, hunian kumpulan, hunian usaha, hunian lembaga (meliputi: rumah sakit, rumah sakit jiwa, lembaga permasyarakatan), kolam renang dan pemandian umum, dan rumah makan. Rumah sakit memiliki fungsi sebagai hunian lembaga yang terbatas lingkup gerak penghuninya, sehingga harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai ketentuan. Jumlah dan jenis alat plambing yang disyaratkan untuk karyawan sama dengan syarat untuk hunian usaha, yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian UsahaJumlah klosetJumlah karyawanJumlah bak cuci tanganJumlah karyawanJumlah peturasanJumlah karyawan laki-laki

11 1011 20131 75

211 30221 40276 185

331 50341 503186 305

451 75451 60

576 105561 80

6106 1456101 125

7146 1857126 150

8186 2258151 175

9226 2659176 205

Karyawan lebih dari 265 orang ditambahkan 1 kloset untuk setiap pertambahan 40 orang karyawanKaryawan lebih dari 205 orang ditambahkan 1 bak cuci tangan untuk setiap pertambahan 30 orang karyawanKaryawan lebih dari 305 orang ditambahkan 1 peturasan untuk setiap pertambahan 120 orang karyawan

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000Keterangan:a. Hunian usaha, harus dilengkapi dengan sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 75 karyawan.b. Jumlah kloset di ruang toilet laki-laki dapat diganti dengan peturasan sekurang-kurangnya 1/3 jumlah kloset yang dipersyaratkan, bila jumlah karyawan laki-laki lebih dari 30 orang.c. Fasilitas toilet untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah, serta harus mudah dicapai.4. Ukuran pipaUntuk menentukan ukuran pipa distribusi air bersih baik untuk pipa tegak maupun pipa cabang mendatar, di pakai metoda untuk menentukan besarnya fixture unit masing-masing alat plambing yang didapat dari Tabel 2.2. Berdasarkan fixture unit tersebut lalu ditentukan laju aliran air. Lengkung perkiraan kebutuhan air dapat dilihat pada Gambar 2.1. Tabel 2.2 Beban Unit Alat PlambingAlat PlambingJenis Penyediaan AirUnit Beban Alat Plambing (1)

UmumPribadi

KlosetTangki gelontor53

LavatoryKran21

UrinalTangki gelontor3-

ShowerKran pencampur air dingin dan panas42

Kitchen sinkKran5-

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

(a) Untuk unit beban sampai 3000

(b) Untuk unit beban sampai 250 (skala gambar diperbesar)

Gambar 2.1 Hubungan Unit Alat Plambing dengan Laju AliranSumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

5. Headloss Pipa DistribusiSetelah didapat diameter pipa yang direncanakan, maka headloss pipa dapat diketahui. Penetapan jenis perlengkapan pipa (fitting) ditentukan berdasar gambar denah/isometri dan diameter pipa yang telah ditentukan. Panjang ekivalen (Lek) perlengkapan pipa didapat dari Tabel 2.3, sedangkan panjang pipa (Lpipa) diperoleh dari gambar denah perpipaan air minum. Panjang total (Ltot) merupakan jumlah dari panjang ekivalen perlengkapan pipa dan panjang pipa.

Tabel 2.3 Panjang Ekivalen Perlengkapan PipaDiameter nominal (mm)Panjang ekivalen ( m )

Belokan 90Belokan 90T 90Aliran cabangT 90Aliran lurusKatup sorongKatup bolaKatup sudutKatup satu arah

15202532405065801001251502002500,600,750,901,21,52,12,43,04,25,16,06,58,0

0,360,450,540,720,901,21,51,82,43,03,63,74,2

0,901,21,51,82,13,03,64,56,37,59,014,020,00,180,240,270,360,450,600,750,901,21,51,84,05,00,120,150,180,240,300,390,480,630,810,991,21,41,7

4,56,07,510,513,516,519,524,037,542,049,570,090,02,43,64,55,46,68,410,212,016,521,024,033,043,0

1,21,62,02,53,14,04,65,77,610,012,015,019,0

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000Kehilangan tekanan tiap satuan panjang diperoleh dari persamaan:

di mana :Q=laju aliran (l/menit)C=koefisien kekasaran pipa (diambil angka 120)d=diameter pipa (m)H=headloss (m)L=panjang pipa (m)6. PompaJika akan digunakan sistem dengan tangki atas atau dengan tangki bawah kombinasi dengan tangki tekan, maka diperlukan pompa untuk menaikkan air. Kapasitas pompa biasanya diambil sama dengan kebutuhan air pada jam maksimum, sedangkan jika digunakan sistem tanpa tangki kapasitas pompa diambil sama dengan kebutuhan air puncak. Kecepatan air yang disarankan dalam pipa hisap berkisar antara 2 3 m/dt dan kadang-kadang sampai dengan 4 m/dt. Untuk menentukan daya pompa terlebih dahulu ditentukan tinggi angkat pompa, dengan rumus sebagai berikut :

di mana:H=tinggi angkat total (m)Hs=tinggi potensial (m)Hfsd=kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan (m)V2/2g=tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)Maka daya poros pompa ditentukan dengan rumus berikut:

di mana:Np=daya poros pompa (hp)Q=kapasitas pompa (m3/menit)H=tinggi angkat total (m)

=berat spesifik (kg/l)

=efisiensi pompaUntuk efisiensi pompa dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

Efisiensi Pompa Sentrifugal Ukuran KecilEfisiensi Pompa Sentrifugal kecil, bertingkat banyak Gambar 2.2 Efisiensi Pompa SentrifugalSumber : Morimura dan Noerbambang, 2000

Daya motor pompa ditentukan dengan rumus berikut:

di mana: A=Faktor yang bergantung jenis motor0,1 s/d 0,2 untuk motor listrik0,2 untuk motor bakar besar0,25 untuk motor bakar kecil

=efisiensi hubungan poros1 untuk poros kopel langsung0,9 sampai 0,95 untuk ban mesin dan roda gigi7. Tangki TekanPrinsip kerja tangki tekan adalah sebagai berikut: air yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke tangki tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi yang kemudian air dalam tangki tersebut di alirkan ke sistem distribusi bangunan. Pada penggunaan tangki tekan ini pompa bisa berhenti beberapa saat setelah tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang telah ditetapkan dan berhenti pada batas minimum yang telah ditetapkan pula. Daerah fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antara 1 sampai 1,5 kg/cm2. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan diperlukan tangki tekan yang besar pula. Maka untuk mengatasi hal ini tekanan awal udara dalam tangki tekan dibuat lebih besar dari tekanan atmosfir. Udara dimasukkan ke dalam pressure tank dengan bantuan kompresor.

di mana: V = volume tangki total pada tekanan p (m3)V=volume tangki pada tekanan p (m3)p =tekanan udara awal (kg/cm2)p=tekanan udara akhir (kg/cm2)2.2.2 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas1 Laju Aliran Air PanasDalam penentuan laju aliran air panas digunakan cara berdasarkan jumlah orang seperti pada penentuan laju aliran untuk air dingin;a. Perhitungan berdasarkan jumlah orangUntuk setiap jenis pemakaian gedung jumlah kebutuhan air panas sehari dapat dihitung berdasarkan jumlah orang dan kebutuhan air panas setiap orang setiap harinya. Rumus yang digunakan antara lain:

di mana:Qd=jumlah air panas per hari (l/hari)N=jumlah orang pemakai air panas qd=kebutuhan air panas orang per hari (l/org/hari)*Qh=laju aliran air panas maksimum (l/jam)qh=maksimum per jam untuk pemakaian seharian (l/jam)*V=volume tangki penyimpanan (liter)H=kapasitas pemanas (kcal/jam)=berat spesifik (kg/l)th=temperatur air panas (oC)tc=temperatur air dingin (oC)v=kapasitas tangki penyimpanan untuk pemakaian sehari (liter)*b. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambingLaju aliran panas maksimum yang diperlukan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah alat plambing dengan jumlah air panas tiap alat plambing dan menjumlahkannya, kemudian mengalikannya dengan faktor pemakaian alat plambing;Tabel 2.4 Pemakaian Air Panas Tiap Alat Plambing Menurut Jenis Penggunaan Gedung*Alat PlambingLaju aliran ( liter/jam )

Lavatori pribadi7,6

Lavatori untuk umum23

Sink76

Pancuran Mandi284

Faktor pemakaian0,25

Koef kapasitas pemanas0,60

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000Keterangan: * : untuk rumah sakit 2. Penentuan Kapasitas Pemanas dan Volume Tangki Penyimpan Air PanasVolume tangki penyimpan air panas dapat dihitung dengan mengalikan Qh dengan koefisien kapasitas pemanas. Untuk menghitung kapasitas pemanas, dilakukan dengan mengalikan Qh dengan beda temperatur air panas dengan air dingin yang masuk pemanas;3. Penentuan Ukuran PipaPenentuan ukuran pipa air panas dilakukan dengan cara yang sama seperti penentuan ukuran pipa air dingin yaitu dengan menentukan laju aliran air pada setiap bagian pipa. Lengkung laju aliran dapat dilihat pada Gambar 2.6. Cara yang biasa digunakan yaitu dengan menghitung jumlah fixture unit masing-masing alat plambing air panas, mirip seperti pada air dingin, dengan menggunakan Tabel 2.5;Tabel 2.5 Unit Alat Plambing untuk Air PanasNoAlat PlambingUnit Alat Plambing

1.2.LavatoryShower0,751,5

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

Gambar 2.3 Pengaliran Serentak Berdasar Unit Alat Plambing Air PanasSumber: Morimura dan Noerbambang, 20004. PompaPompa yang digunakan pada penyediaan air panas juga berfungsi untuk pompa sirkulasi. Pompa sirkulasi ini digunakan agar aliran air panas tetap mengalir walaupun tidak ada pemakaian alat plambing untuk air panas. Selain itu pompa ini juga harus mampu untuk memenuhi kebutuhan puncak air panas. Laju aliran air panas sirkulasi diperlukan untuk mengatasi kerugian panas dalam pipa. Tekanan yang dibutuhkan oleh pompa ini ditentukan berdasarkan kerugian gesek dalam pipa hantar dan pipa balik terjauh, tidak termasuk kerugian gesek dalam pipa-pipa cabang karena air sirkulasi tidak masuk ke dalam pipa cabang. Laju aliran sirkulasi dapat ditentukan dengan persamaan:

di mana:Wsir =Laju aliran sirkulasi ( liter/menit )Q =Kerugian panas ( kcal/jam )th =Temperatur dalam pipa hantar ( oC )tb =Temperatur pipa balik ( oC ) Biasanya beda temperatur air dalam pipa hantar dan pipa balik untuk sirkulasi paksaan diambil 5oC. Perhitungan kapasitas pompa air panas sama dengan perhitungan pompa pada air dingin.

1.2.2 Perancangan Sistem Penyaluran Air BuanganUkuran pipa pembuangan dalam penentuan ukuran pipa pembuangan dapat didasarkan atas jumlah nilai unit alat plambing yang dilayani pipa yang bersangkutan.1. Ukuran Minimum Pipa Cabang Mendatar Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayani. Diameter minimum pipa air buangan untuk setiap alat plambing dilihat pada Tabel 2.6;Tabel 2.6 Diameter Minimum Pipa Air Buangan Tiap Alat PlambingAlat PlambingDiameter Minimum ( mm )

KlosetLavatoryUrinalFloor drainShowerSink75324040,50,755050

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 20002. Ukuran minimum pipa tegakPipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut;3. Pengecilan ukuran pipa Pipa tegak maupun pipa cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam aliran air buangan. Pengecualian hanya pada kloset, di mana pada lubang keluar dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa (reducer) 100 x 75;4. Pipa bawah tanah Pipa pembuangan yang ditanam di dalam tanah atau di bawah lantai bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm;5. Penentuan ukuran pipaUkuran pipa pembuangan ditentukan berdasarkan jumlah beban unit alat plambing maksimum yang diizinkan untuk setiap diameter pipa. Nilai unit beban alat plambing dapat dilihat pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air BuanganAlat PlambingUnit Alat Plambing

Kloset dengan tangki gelontor4

Urinal4

Lavatory1

Sink4

Floor drain1

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 20002.2.4Perancangan Sistem VenSecara umum ukuran pipa ven harus berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam buku Sistem Plambing 2000.1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkitUkuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya. Ukuran pipa ven pelepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya;2. Ukuran ven pipa tegakUkuran pipa ven tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.Penentuan Ukuran Pipa Ven, sebagai berikut:1. Pipa ven mendatarPerhitungan ven horizontal menggunakan Tabel 2.8. Penentuan dimensi pipa ven horizontal ini dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani, panjang pipa ven maksimum dan dimensi air buangan yang di lalui;2. Pipa Ven TegakPerhitungan ven tegak menggunakan Tabel 2.9. Penentuan dimensi pipa ven horizontal ini dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani, panjang pipa ven maksimum dan dimensi air buangan yang dilalui.Tabel 2.8 Ukuran Pipa Cabang Horizontal Ven dengan LupNomor JalurUkuran Pipa air buanganUnit alat plambing maksimumDiameter ven lup ( mm )

40506575100

Panjang max horizontal (m)

140106

250124,512

3502039

4751061230

575301230

675604824

71001002,1615,660

81002001,85,41554

91005004,210,842

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000Tabel 2.9 Ukuran dan Panjang Pipa Tegak Ven dan Pipa Ven HorizontalUkuran pipa tegak air kotor atau air buanganUnit alat plambing yang dihubungkanUkuran pipa ven yang di syaratkan

3240506580100125150200

Panjang ukuran maksimum pipa ven ( m )

3229

4081545

4010930

5012920

5020715

654293090

801093060180

80301860150

80601524120

100100103075300

10020092775270

10050062054210

1252001024105

Dst

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000

2.2.5 Perancangan Sistem Pencegahan Kebakaran2.2.5.1 Pipa Tegak dan Slang Kebakaran1. Aliran dan ukuran pipa tegakUkuran pipa tegak ditentukan dengan memperhatikan tinggi gedung, ukuran dan jumlah aliran air yang dibutuhkan secara serentak a. Kelas 1 dan 3Setiap pipa tegak harus direncanakan untuk aliran air minimum 62,3 l/dt (jika menggunakan satu pipa tegak), tetapi jika menggunakan lebih dari satu pipa tegak, maka pipa tegak tambahan direncanakan untuk aliran 31,2 l/dt. Diameter pipa tegak dengan ketinggian tidak lebih dari 30 m menggunakan diameter minimum 100 mm, jika lebih menggunakan diameter minimum 150 mm;b. Kelas 2Aliran air untuk kelas 2, jika hanya menggunakan satu pipa tegak mempunyai aliran minimum 12,5 l/dt, tetapi jika menggunakan lebih dari satu pipa tegak maka aliran untuk pipa tegak tambahan sebesar 12,5 l/dt. Ukuran pipa tegak dengan ketinggian kurang dari 15 m digunakan pipa dengan diameter minimum 50 mm , tapi jika lebih dari 15 m digunakan diameter minimum 62 mm.2. Jumlah pipa tegak dan slang kebakaranJumlah kotak slang kebakaran adalah sedemikian rupa sehingga setiap bagian gedung berada dalam jangkauan 9 m. Untuk perletakan hidran didasarkan atas luas lantai dan klasifikasi bangunan serta jumlah lantai bangunan. Untuk menentukan jumlah hidran tersebut dapat menggunakan Tabel 2.10;Tabel 2.10 Perletakan Hidran Berdasarkan Luas Lantai, Klasifikasi Bangunan dan Jumlah Lantai Bangunan.Klasifikasi BangunanRuang tertutupJumlah/luas lantaiRuang tertutup dan terpisahJumlah/luas lantai

ABCDE1 buah per 1000 m21 buah per 1000 m21 buah per 1000 m21 buah per 800 m21 buah per 800 m22 buah per 1000 m22 buah per 1000 m22 buah per 1000 m22 buah per 800 m22 buah per 800 m2

Sumber: Panduan Sistem Hidran untuk Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Rumah Tinggal dan Gedung, Dept.P.U, 19872.2.5.2 SprinklerJarak maksimum antara sprinkler untuk hunian bahaya ringan adalah 4,6 m dan jarak maksimum antara dinding dengan sprinkler yang terdekat adalah 2,3 m. Untuk menentukan ukuran pipa sprinkler di peroleh dari jumlah beban sprinkler yang dilayaninya.Tabel 2.11 Ukuran Pipa Horizontal Penggantung SprinklerJumlah SprinklerDiameter pipa ( inch )

1

21

51

102

202

363

553

804

1405

2006

4008

Sumber: National Fire Protection Association, 19962.2.6 Perancangan Sistem Penyaluran Air HujanTalang hujan pada sistem penyaluran air hujan ini meliputi pipa horizontal dan pipa tegak. Ukuran talang tergantung pada luas atap yang dilayani oleh talang tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang talang tegak dan talang horizontal antara lain:1. Talang tegak tidak boleh kurang dari 3 kecuali untuk atap serambi dan dak beton boleh 2 (jika luas tangkapan hujan tidak melebihi ketentuan seperti tabel 3.28);2. Jika jarak antar pipa tegak sejauh 50 ft (15 m) atau kurang maka diameter talang horizontal yang digunakan sama dengan diameter pipa tegak atau tidak boleh kurang dari 4;3. Untuk atap datar tambahan 1 untuk diameter talang tegak setiap pertambahan 30 ft panjang talang horizontal.Tabel 2.12 Beban Maksimum Yang Diizinkan Untuk Talang Atap (per ft2 luas atap).Ukuran pipaPipa tegak air hujanPipa datar pembuang air hujan

Kemiringan

mminch1/16 in1/8 in1/4 in

502544

652 9871610

8031610

170240340

10043460360510720

125562806258301250

15061020096013601925

200822000199028002760

2501039600360051003980

3001264480

Sumber : Plambing Systems Analisis, 1997Catatan: Tabel ini berdasarkan pada intensitas curah hujan 4 inch/jam. Bila intensitas curah hujan berbeda, nilai luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan dengan cara mengalikan dengan 4 dan membaginya dengan data intensitas hujan lokal yang digunakan dalam inch/jam.

II-22