BAB II.docx
-
Upload
kurnianto-dwi-atmodjo -
Category
Documents
-
view
98 -
download
10
Transcript of BAB II.docx
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dinamika Struktur
1. Pengertian Umum Dinamika struktur
Dinamik dapat diartikan bervariasi terhadap waktu dalam konteks
gaya yang bekerja (eksitasi) pada struktur. 2 Variasi beban dinamik dapat
berupa besaran (magnitude), arahnya (direction) dan titik pangkatnya (point
of application). Respon struktur tersebut, bekerja pada defleksi dan
tegangan yang bervariasi terhadap waktu dalam respon dinamik dan respon
statik.
Kekakuan (stiffness) respon dinamis sangat dipengaruhi pula oleh
massa dan redaman struktur. 3 Masalah tersebut merupakan perbedaan
antara masalah dalam analisis dinamik dan statik. Selain sifat pembebanan
yang berbeda, percepatan yang timbul dalam beban dinamik memiliki peran
yang amat penting dalam analisis dinamik. Beban statik responnya hanya
dipengaruhi oleh gaya, sedangkan dalam beban dinamik responnya
dipengaruhi oleh gaya dan momen inersia. Beban dinamik dibagi dalam 3
katagori, yaitu :
a. Periodik (berulang)
b. Kejut (impuls)
c. Acak (random)
2
3Jimin He and Zhi-Fang Fu, Modal Analysis, (Oxford: Butterworth-Heinemann, 2001), h.1Ibid., h.2
7
8
2. Analisis Modal
Analisis modal adalah suatu proses yang ditujukan untuk
menentukan karakteristik-karakteristik dinamik dari suatu sistem struktur4.
Dimana karakteristik-karaksteristik tersebut adalah5 :
a. Frekuensi Natural
b. Mode Getar
c. Rasio Redam
Ketiga karakteristik dinamik ini didefinisikan oleh properti fisik serta
distribusi spasial dari pada komponen penyusun sistem struktur.
Selain menentukannya, analisis modal juga mencakup penggunaan
karakteristik-karakteristik tersebut untuk memformulasikan suatu model
matematis dari perilaku dinamik suatu sistem struktur yang kita tinjau.
Analisis modal menjadi salah satu fenomena dunia dinamika struktur,
dikarenakan banyaknya aplikasi yang dapat diterapkan. Pada bagian ini kita
akan membahas beberapa aplikasi analisis modal, salah satunya adalah
yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu analisis dinamika struktur.
Aplikasi analisis modal juga ditunjang oleh kemajuan teori analisa
modal dan teknologi. Perlu dijelaskan bahwa dengan analisis modal teoritis,
modal data dibentuk oleh properti fisik dari sistem struktur yaitu matriks
massa dan matriks kekakuan, sedangkan analisis modal pengukuran atau
eksperimental, modal data diketahui melalui pengukuran. Menghubungkan
4
5D.J. Ewins, Modal Testing: Theory and Practice, (New York: John Wiley & Sons Inc.,1995), h.2Ibid., h.3
9
teori dengan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu
fungsi respon frekuensi atau disebut juga dengan FRF (Frequency
Response Function).6 Fungsi ini adalah fungsi yang menghubungkan antara
respon dinamik dengan beban dinamik yang diberikan. Dimana FRF inilah
yang mendefinisikan modal data (frekuensi natural, mode getar dan rasio
redam) dari suatu sistem struktur yang diukur. 7 Modal data inilah yang
digunakan dalam aplikasi-aplikasi analisis modal.
3. Pengukuran Properti Modal (Modal Testing)
Respon suatu sistem struktur terhadap beban dinamik berbeda-beda
tergantung atas fungsi fisik komponen penyusun sistem struktur serta
sebaran spasialnya pada sistem tersebut dan juga jenis dan intensitas
pembebanan yang diberikan. Secara eksperimental ataupun pengukuran,
para engineers ataupun peneliti kerap memodelkan beban dinamik yang
diinginkan kemudian menganalisis respon yang diberikan oleh struktur,
baik dalam ukuran sebenarnya ataupun dalam ukuran miniatur.
Namun ada saatnya dimana hanya properti modal dari sistem struktur
yang kita inginkan untuk dapat mengetahui respon dari struktur ataupun
keperluan lainnya seperti identifikasi kekuatan, kerusakan, dan karakteristik
struktur. Pengukuran dengan tujuan seperti ini disebut dengan modal
testing.8 Untuk hal ini, tidak diperlukan pemodelan pembebanan dinamik
yang begitu rumit untuk menyamai dengan bentuk pembebanan
6
7
8
Ibid., h.11Ibid., h.23Ibid., h.2
10
sebenarnya. Bahkan dalam modal testing, dengan hanya pembebanan atau
eksitasi level rendah, properti modal dapat diekstrak dari suatu sistem
struktur. Eksitasi level rendah disini adalah seperti beban yang biasa
diterima oleh struktur (ambient excitation vibration) atau pemberian gaya
level rendah. Namun ambient excitation vibration harus dibedakan dengan
forced vibration, pada forced vibration struktur diberikan suatu gaya yang
telah diketahui secara keseluruhan besaran, arah dan dimana kira-kira
bekerja gaya tersebut. Sebagai contoh adalah penggunaan dynamic shakers,
ledakan atau pelepasan massa di dekat struktur berada sehingga
menghasilkan efek impuls ataupun gempa lokal yang mengeksitasi struktur
untuk bergetar.
Modal Testing juga mencakup penggunaan karakteristik-karakteristik
untuk memformulasikan suatu model matematis dari perilaku dinamik
suatu sistem struktur yang sedang ditinjau. Perilaku tersebut antara lain:
a. Frekuensi natural dan mode getar
Untuk sistem SDOF, yang dimaksud dengan frekuensi
natural adalah frekuensi dimana suatu sistem struktur yang
memiliki massa dan kekakuan bergerak ketika berikan suatu
eksitasi awal kemudian eksitasi tersebut dihilangkan sehingga
struktur tersebut bergetar secara bebas. Lalu bentuk dari
perpindahan dari struktur tersebut ketika bergetar disebut dengan
mode getar. Frekuensi getar dipengaruhi oleh properti fisik dari
Ibid., h.160
11
struktur, yaitu massa dan kekakuan (ωn-sdof=(k/m)1/2).9 Ketika
sistem struktur menjadi lebih kompleks dengan penambahan
derajat kebebasan, frekuensi natural dan mode getar tetap dipakai
dalam analisis dinamik yang mana jumlah frekuensi natural dan
mode getar sejumlah dengan banyaknya derajat kebebasan
(DOF) yang ada.
Untuk sistem MDOF, frekuensi natural dan mode getar
diketahui dengan penggunaan persamaan karakteristik
(eigenvalue equation). Dalam dinamika struktur, akar dari nilai
eigen dikenal dengan frekuensi natural (ωn) dan vektor eigen
dikenal dengan mode getar (φn). Dimana tiap mode memiliki satu
eigen value dan satu vektor eigen. Dan layaknya SDOF, pada
sistem MDOF komposisi massa dan kekakuan menentukan nilai
frekuensi natural dan mode getar suatu sistem struktur.
b. Rasio Redam
Sistem redaman adalah proses dimana terjadinya
pengurangan amplitudo dari suatu getaran dalam bentuk energi
akibat gesekan dan hal lainnya. Untuk kasus dimana terdapat
redaman, persamaan gerak untuk sistem MDOF dengan kondisi
getaran bebas adalah :10
� � (2.1)
9 Yijun Liu, Lecture Note: Introduction to The Finite Element Method, (Cincinnati: CAEMechanical Engineering Dept. University of Cincinnati, 2003), h.15910
12
Getaran bebas mempunyai nilai f(t) = 0, sehingga11
� � 0 (2.2)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan
energi yang terdisipasi pada suatu siklus getaran bebas ataupun
getaran paksa yang harmonik. Kemudian yang dimaksud dengan
rasio redaman (ζ) adalah suatu nilai tidak berdimensi yang
bergantung pada properti fisik suatu sistem struktur (massa dan
kekakuan), yaitu perbandingan antara konstanta redaman dengan
konstanta redaman kritis (ζ=c/2mω).12
∑
Memasukkan pers. (2.1) ke pers. (2.3), maka :13
(2.3)
� � � (2.4)
Dengan mengalikan
penyusun pers. (2.4), maka :14
pada bagian kiri dari tiap
� � (2.5)
dimana :15
(2.6)
(2.7)
(2.8)
11
12
13
14
15
Ibid., h.163Ibid., h.159Ibid., h.157Ibid., h.157Ibid., h.168
13
Matriks redaman n x n adalah C, yang mana tidak
berbentuk diagonal seperti halnya matriks massa dan matriks
kekakuan sesuai dengan distribusi redaman pada sistem struktur.
Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana
analisa modal klasik tidak dapat digunakan dan sistem tidak
memiliki nilai frekuensi natural dan mode getar yang sama
dengan sistem tanpa redaman.
c. Persamaan modal untuk sistem tanpa redaman
Persamaan gerak untuk sistem MDOF linier tanpa
redaman dengan pembebanan dinamik adalah sebagai berikut :16
� (2.10)
Persamaan gerak ini merupakan matriks persamaan,
dimana persamaan pada suatu baris pada matriks persamaan
berhubungan dengan satu atau lebih persamaan baris lainnya
pada matriks persamaan tersebut (coupled equation). Matriks
persamaan tipe ini akan menuntut banyak waktu dan proses
dalam penyelesaian apabila DOF struktur yang kita tinjau cukup
banyak. Dikarenakan semakin banyak jumlah DOF, semakin
besar dimensi matriks persamaan yang terbentuk. Sehingga untuk
mempermudah proses penyelesaian, akan lebih mudah apabila
persamaan gerak diatas dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
16 Ibid., h.163
14
menjadi uncoupled equations, yaitu dengan mentransformasikan
persamaan-persamaan dalam matriks ke dalam koordinat modal.
Pada sistem MDOF vektor perpindahan dapat
direpresentasikan sebagai ekspansi dari kontribusi modal-modal.
Dimana jumlah modal dapat diambil sebanyak N, sehingga
bentuk vektor perpindahan suatu sistem struktur adalah seperti
pers. (2.3).
Pada penyelesaian persamaan,
memerlukan syarat persamaan Pada model
modal yang terdiri dari satu solusi (mode getar) dengan frekuensi
natural � diperoleh (k/m)1/2.
Perubahan persamaan analisis respon frekuensi dengan
pertimbangan eksitati, yaitu17
(2.11)
Dengan asumsi penyelesaian,18
(2.12)
Kedua nilai x dan f merupakan informasi untuk memperoleh
nilai amplitudo. Persamaan gerak yang diperoleh, yaitu19
17
18
19
Ewins, Op.Cit., h.25Ibid., h.25Ibid., h.25
( ) (2.13)
15
Pengembangan permasalahan diatas memerlukan model
respon dalam memperoleh penyelesaian FRF, yaitu20
(2.14)
Keterangan dalam penyelesaian FRF dengan parameter
respon adalah perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
d. Persamaan modal untuk sistem dengan redaman
Frekuensi bebas memiliki persamaan yaitu :21
� � (2.15)
Persamaan kompleks pada kondisi tertentu memberikan,
(2.16)
Dimana diperoleh perubahan, yaitu22
√(2.17)
� √�
Persamaan penyelesaian modal termasuk kedalam :23
� ( √ � ) (2.18)
Pertimbangan respon gaya ketika dan sebelum
penyelesaian asumsi .
20
21
22
23
Ibid., h.25Ibid., h.26Ibid., h.26Ibid., h.26
16
Dimana persamaan gerak yang diberikan adalah24
(2.19)
Penyelesaian pada parameter FRF yaitu receptance
(perpindahan) diperoleh persamaan:25
(2.20)
B. Sistem Suspensi Sepeda Motor
1. Suspensi Sepeda Motor
Suspensi adalah sebuah komponen sepeda motor yang bertugas
menopang beban kendaraan agar getaran atau kejutan yang terjadi dapat
diredam dengan lembut, sehingga pengendara kendaraan tetap dalam
posisi nyaman.26 Goncangan ataupun getaran itu disebabkan oleh kondisi
jalan yang dilewati tidak rata permukaannya. Ketika suspensi sepeda
motor mampu meredam semua getaran dan kejutan dengan lembut dan
baik maka kenyamanan dan pengendalian sepeda motor pun menjadi lebih
fokus.
Sistem suspensi terletak di antara kerangka sepeda motor dengan
roda. Ada dua model suspensi sepeda motor, yaitu suspensi bagian depan
dan suspensi bagian belakang.
24
25
26
Ibid., h.27Ibid., h.27Nugroho, Op.Cit., h.308
17
Suspensi depan yang terdapat pada sepeda motor pada umumnya
terbagi dua, yaitu:27
1. Suspensi garpu batang bawah (Bottom link fork)
2. Suspensi garpu teleskopik
Berbeda dengan sistem suspensi sepeda motor bagian depan, tugas
suspensi bagian belakang hanya untuk menahan goncangan akibat
permukaan jalan yang tidak rata. Jadi, tidak mempunyai tugas untuk
mengemudi. Ada dua tipe sistem suspensi belakang, yaitu tipe swing arm
dan unit swing.28
Konstruksi suspensi swing arm terdiri dari dua buah lengan yang
digantung pada rangka. Sementara ujung lain dari suspensi tersebut
menopang roda belakang. Konstruksi unit swing adalah bagian mesin itu
sendiri yang bereaksi seperti lengan ayun. Model suspensi unit swing
diterapkan pada sepeda motor yang mempunyai penggerak akhirnya
sistem poros penggerak.
2. Swing Arm Jenis Suspensi Monoshock
Jika beban antara roda dan ban adalaf F, Reaksi maksimum yang
terjadi dimana Wr adalah beban gandar belakang, adalah
koefisien gesek diantara roda dan ban. Jika bebab F berlebihan maka ban
akan spin dan dalam keadaan diam gaya yang diberikan 29
Fy > mgx (2.21)
27
28
29
Ibid., h.308John Robinson, Motorcycle Turning Chassis, (Woburn: MGP Book, Lth., 2001), h. 70Ibid., h.82
18
Ketika kendaraan berjalan diperoleh :
Fy > Fmax
Perpindahan berat pada jarak belakang yang diberikan oleh Wr :30
(2.22)
Wr = mg + – (2.23)
Persamaan diatas akan memberikan Wr = mg ketika Fy = mgx. Gambar
dibawah ini akan memberikan gambaran mengenai gaya yang terjadi pada
swing arm.
Gambar 2.1 Gambar Sistem Suspensi Monosok 31
Gaya pada spring dapat dihitung dengan memperhatikan beban dari gandar.
Daerah yang paling banyak terdistribusi gaya adalah pada penyangga
shockbreaker. Jika level rasio adalah n, gaya yang terjadi pada spring, yaitu32
Fb = Wr n
Defleksi pada spring dapat dihitung dengan
y=
(2.24)
(2.25)
30
31
32
Ibid., h. 83Ibid., h. 75Ibid., h. 83
19
Perubahan dari panjang spring statik diperoleh
y= (2.26)
Beban yang diberikan adalah P, s adalah rata-rata spring dan Wro adalah
beban statik gandar belakang. Perpindahan roda pada 8 sisi, karena posisi
rantai yang berputar cendrung menyebabkan gesekan. Gaya itu juga
menghasilkan torsi yang terjadi pada swing arm:33
Torsi = Fb-F1a (2.27)
Nilai F1 dapat diperoleh dengan persamaan:
F1 = Fd2/ d1 (2.28)
Diameter roda sprocket dan roda gandar ditunjukan secara berturut-turut oleh
d1 dan d2. Torsi pada swing arm dibagi pada panjang dari arm (L) pada
persamaan gaya aksi pada spindel dan rasio multipel tuas (n), sehingga
persamaan gaya pada spring unit adalah :34
Gaya pada spring =
Total gaya spring =
(2.29)
(2.30)
C. Optimasi Desain
Desain atau perancangan produk adalah menerjemahkan persyaratan
permintaan kedalam bentuk yang sesuai untuk produksi atau permintaan.35
Desain produk mencakup desain ulang produk yang sudah ada untuk
33
34
35
Ibid., h. 84Ibid., h. 84Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, Manajemen Operasi, (Yogyakarta:Med Press, 2009), h.62
20
kemudahan produksi, perubahan-perubahan spesifikasi atau desain produk
yang betul-betul baru. Selain itu, dapat pula mencakup kegiatan riset dan
pengembangan. Kegiatan riset dan pengembangan untuk seleksi dan desain
produk tidak mudah untuk dilakukan, terutama karena masalah biaya dan
perkembangan teknologi.
Optimasi adalah proses pencarian satu atau lebih penyelesaian layak
yang berhubungan dengan nilai-nilai ekstrim dari satu atau lebih nilai
obyektif pada suatu masalah sampai tidak terdapat solusi ekstrim yang dapat
ditemukan. 36 Ketika satu masalah model optimasi dalam proses
pencariannya hanya mempertimbangkan satu nilai obyektif semata, maka
proses pencarian nilai optimalnya dikenal sebagai Single Objective
Optimization Problems atau SOOPs. Optimasi desain dilakukan dengan
langkah pertama yaitu penentuan fungsi obyektif sistem berdasarkan variabel
tertentu yang menjadi acuan. Berikutnya juga ditentukan batasan-batasan
yang membatasi fungsi obyektif. Sehingga diperoleh didesain yang paling
optimum.
D. DFMA (Design For Manufacturing and Asembly)
1. Teori Umum
Design For Manufacturing (DFM) didesain untuk memudahkan
proses manufaktur dari berbagai bagian produk yang akan membentuk
produk sebelum proses assembly sedangkan Desain For Assembly (DFA)
36 Intan Berlianty dan M. Arifin, Teknik-Teknik Optimasi Heuristik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2001), h.9
21
berarti desain dari produk untuk memudahkan assembly. Pada
pertengahan tahun 1970 an, U.S National Science Foundation (NSF)
melakukan penelitian guna melakukan pendekatan terhadap konsep-
konsep umum tentang DFM dan DFA. 37 Intinya, adalah klasifiksi
berbagai bentuk desain produk yang significant yang sangat
mempengaruhi waktu assembling dan biaya manufacture. Konsep ini
kemudian dinamakan dengan konsep Desain For Manufacturing and
Assembly. Konsep “Desain For Manufacturing and Assembly (DFMA)”
ini adalah memadukan dan mengkombinasikan konsep dari DFM dan
DFA.38
Penggunaan dari konsep DFMA ini berhasil dalam hal
mengurangi biaya produksi suatu produk, sehingga DFMA banyak
diminati dan dipelajari oleh para enginer baik dilingkungan formal
maupun non formal. Pada dasarnya DFMA digunakan untuk tiga tujuan
aktivitas dasar :39
a. Sebagai basis untuk mempelajari studi engineering secara
bersamaan dalam suatu tim desainer dalam rangka
menyederhanakan struktur produk, guna mengurangi biaya proses
manufaktur dan assembly, dan kuantitas pengembangan.
37Geoffrey Boothroyd, Peter Dewhurst dan Winston Knight, Product Design For Manufacture
and Assembly, (New York: Marcel Dekker, Inc., 2002), h.238
39Ibid., h.1Ibid., h.1
22
b. Sebagai alat pembanding untuk mempelajari produk pesaing dan
sebagai pengukur besarnya kesulitan pada proses manufacturing
dan assembling.
c. Sebagai patokan harga untuk membantu negosiasi kontrak dengan
suppliers.
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi dari desain untuk
manufacture adalah kombinasi proses pemilihan awal yang sistematis dari
material dan proses manufacture, yang kemudian dapat diatur menurut
berbagai ukuran-ukuran. Ada suatu hubungan jelas antara kombinasi
pemilihan awal proces, material dan proses perencanaan. Pemilihan
tentang proses yang sesuai untuk pembuatan komponen bagian produk
tertentu didasarkan atas atribut yang diperlukan menyangkut bagian dari
produk dan berbagai kemampuan proses. Kebanyakan bagian komponen
tidak diproduksi oleh proses tunggal, tetapi memerlukan suatu urutan dari
proses yang berbeda untuk mencapai semua atribut yang diperlukan dari
bagian akhir produk. Hal ini terutama sekali ketika membentuk suatu
proses yang akan digunakan sebagai proses awal, dan kemudian
pergantian jenis material dan proses penyelesaian yang diperlukan untuk
menghasilkan beberapa atau semua bagian akhir corak produk.
Kombinasi dari berbagai proses akan digunakan dan ini adalah perlu
sebab proses tunggal tidak bisa di dalam menyediakan semua atribut part
akhir produk. Ada beratus-ratus proses dan beribu-ribu material individu.
23
Lebih dari itu, material dan proses baru sedang dikembangkan secara
terus menerus.
2. Jenis-Jenis Proses
Proses dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu :40
a.
b.
c.
Proses utama (Primary process).
Proses sekunder (Primary/Secondary proses).
Proses tambahan (Tersier proses).
Proses utama mengacu pada proses yang digunakan untuk
memproduksi suatu bahan baku untuk pabrikasi seperti flat rolling, tube
sinking, dan wire drawing. Dalam konteks produksi ini, bagian
komponen yang diproduksi dalam teks ini, istilah proses utama akan
mengacu pada proses shape-generating yang utama, seperti proses yang
harus dipilih untuk menghasilkan banyak atribut yang diperlukan
part/bagian dan pada umumnya merupakan suatu urutan operasi utama.
Tuangan, tempaan, dan injection moulding adalah contoh dari proses
shape-generating utama.
Pada sisi lain Primary/Secondary proses, adalah proses utama
dimana merupakan proses pembentukan dari part/bagian, pembentukan
permukaan dari part atau mengganti permukaan. Proses ini adalah proses
awal di dalam suatu urutan proses. Kategori dari proses ini meliputi
pergantian material dan proses lainnya seperti pengerjaan dengan mesin.
40 Ibid., h. 47
24
Proses tersier tidak mempengaruhi efek geometri dari part/bagian
dan selalu dilakukan setelah proses utama dan primary/secondary proses.
Kategori ini terdiri dari proses finishing, seperti penghalusan permukaan
dan perlakuan panas. Pemilihan proses tersier ini banyak disederhanakan,
sebab banyak proses tersier yang hanya mempengaruhi atribut tunggal
part/bagian produk. Sebagai contoh, proses lapping dilakukan untuk
mencapai suatu penghalusan permukaan yang sangat baik, dan
penyepuhan yang biasanya sering digunakan untuk meningkatkan
ketahanan korosi serta untuk penampilan.
3. Bentuk Umum Atribut
Adapun bentuk-bentuk umum dari komponen atau atribut adalah :41
a. Depressions (Depress)
Kemampuan untuk membentuk ruang kecil atau alur di
permukaan part/bagian. Pertama adalah tekanan yang mengacu pada
pembentukan tekanan dalam arah tunggal, sedang yang kedua
masukan/lubang tekanan yang mengacu pada pembentukan lebih dari
satu arah. Tekanan Dua arah ini akibat perpindahan dari peralatan
mesin dari dua atau banyak arah. Berikut adalah contoh dari
perpidahan gerakan peralatan yaitu :
a) Proses dengan arah cetakan yang membuka. Proses akan
menghasilkan profil normal secara berlanjut ke arah tekanan.
41 Ibid., h. 48
25
b) Proses Forging (Tempaan) yaitu arah garis dari pukulan dan
peralatan berada pada permukaan part/bagian.
b.
c.
Uniform wall (Uni Wall)
Uniform wall adalah kemampuan untuk membentuk
dinding yang seragam atau Ketebalan dinding seragam. Banyak
nonuniformity yang timbul dari kecenderungan yang alami akibat
proses, seperti material yang meregang atau akibatnya adanya
gaya/proses sentrifugal yang diabaikan, dan dinding masih belum
seragam.
Uniform cross section (UniSect)
Uniform cross section adalah kemampuan untuk
membentuk potongan melintang pada part/bagian yang terbentuk
akibat proses pembentukan.
d.
e.
Axis of rotation (Axisrot)(sumbu rotasi)
Bagian dimana bentuk yang dihasilkan akibat adanya
rotasi pada satu sumbu seperti benda padat yang berputar.
Regular cross section (RegXSeC)
Potongan melintang normal pada arah axis akan berbentuk
suatu pola umum misal hexagonal atau silinder pejal. Perubahan
dalam bentuk shape dengan suatu kepala berbentuk hexagonal
memungkinkan dilakukan.
26
f.
g.
h.
Captured cavities (CaptCav')
Kemampuan untuk membentuk rongga dengan tusukan
seperti pembuatan botol.
Enclosed (Enclosed)
Bagian yang berbentuk hollow (cekungan) dan berbagai
jenis lainnya.
Draft-free surfaces (NoDraf)
Kemampuan dalam memproduksi potongan melintang tetap
dalam arah perpindahan gerakan mesin. Banyak Proses dapat
mendekati kemampuan ini tetapi sedikit yang memberikan spesifikasi
yang ideal.
4. Pemilihan Material
Sistem pemilihan material yang spesifik dengan berbagai properti
yang dimilikinya diperlukan guna memberikan pertimbangan yang
pantas. Suatu prosedur pemilihan material yang sistematis, dimana
digunakan untuk langkah-langkah desain produk, merupakan suatu
keputusan awal tentang proses dan material yang akan dibuat. Tetapi hal
ini terbatas untuk beberapa pertimbangan, mencakupi:42
a. Prosedur ini diarahkan pada pemilihan material yang spesifik yang
didasarkan pada spesifikasi material yang terperinci yang tidak
mungkin tersedia di awal desain proses. Pada langkah ini cakupan
42 Ibid., h. 54
27
yang umum mengenai properti material yang ada mungkin harus
diputuskan untuk digunakan.
b. Pertimbangan pemilihan material bebas dari proses pabrikasi yang
boleh digunakan, sedangkan kecocokan antara material dan proses
sangatlah penting. Beberapa pendekatan dapat mengadopsi untuk
merasionalkan pencarian material yang pantas untuk aplikasi
selama awal desain produk.
E. Elastisitas
Teori elastisitas telah banyak membantu kita dalam memahami
pengertian metode elemen hingga. Konsep elastisitas yang diterapkan
menggunakan koordinat Cartesian. Setiap bahan akan berubah bentuk kalau
mengalami pembebanan, dan regangan yang timbul dapat diukur. Bila setelah
pembebanan dihilangkan, bahan tersebut kembali ke bentuk asalnya, maka
kejadian tersebut disebut elastik atau kenyal. Suatu beban batas dimana beban
yang menyebabkan adanya regangan sisa setelah beban dihilangkan dapat
ditentukan. Besarnya tegangan akibat beban tersebut disebut batas elastis dari
suatu bahan.
Hubungan linear antara tegangan dan regangan untuk suatu batang
yang mengalami tarik atau tekan sederhana dinyatakan dengan persamaan
Hooke:43
(2.14)
43 James M. Gere dan Stephen P.T., Mekanika Bahan Jilid 1, terj. Bambang S., (Jakarta: Erlangga,2000), 21.
28
Persamaan itu diperoleh dari yang merupakan tegangan aksial,
adalah regangan aksial dan E adalah konstanta proporsionalitas yang dikenal
dengan modulus elastisitas bahan tersebut. Modulus elastis adalah
kemiringan kurva tegangan-regangan didalam daerah elastis linear. Karena
regangan tidak mempunyai dimensi maka satuan untuk E sama dengan satuan
untuk tegangan.
F. Tegangan
1. Teori Umum
Tegangan yang bekerja pada penampang bahan dapat dirumuskan
sebagai berikut :44
(2.15)
Dimana: Tegangan
P = Beban ( Newton )
A = Luas Penampang (m2)
Dalam menentukan bahan untuk perancangan suatu struktur atau
komponen, maka hal yang paling utama yang harus ditentukan adalah
tegangan yang mampu diberikan pada struktur tersebut.
44 Ibid., p.4.
29
Tegangan yang harus ditentukan pada bahan sebelum proses
perancangan adalah :45
a. Tegangan Batas didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu
bahan yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan ijin yaitu bagian kekuatan batas yang bisa aman digunakan
pada perancangan. Para perancang struktur ( komponen ) umumnya
bekerja dengan suatu tegangan izin yang ditetapkan sebelumnya.
Secara umum tegangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :46
1) Tegangan normal
Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja normal (tegak lurus)
terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan ini dapat
berupa tegangan tarik maupun tekan.
2) Tegangan geser
Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja sejajar terhadap
permukaan yang mengalami tegangan.
Komponen tegangan ( stress ) bernilai positif jika searah dengan
koordinat positifnya dan sebaliknya. Tegangan yang bekerja pada batang
terdiri dari 3 tegangan normal positif yaitu , dan . Tegangan
batang juga mempunyai 6 tegangan geser yaitu
.
45
46Ibid., h.37.Dan B. Marghitu, Mechanical Engineer's Handbook, (New York: Academic Press, 2001), h.
120.
30
Gambar 2.2 Elemen tegangan (a) Penampang 3D (b) penampang plannar47
Apabila sebuah batang ditarik dengan gaya P, maka tegangan adalah
tegangan tarik (tensile stress). Apabila gaya mempunyai arah sebaliknya,
sehingga menyebabkan batang tersebut mengalami tekan maka terjadi
tegangan tekan (compressive stress). Tegangan ini mempunyai arah yang
tegak lurus permukaan potong maka disebut tegangan normal. Jadi
tegangan normal dapat berupa tarik dan tekan.
2. Kelengkungan Balok
Sebuah batang atau plat dibebani suatu gaya maka akan terjadi gaya
reaksi yang sama dengan arah yang berlawanan. Gaya itu akan diterima
sama rata oleh setiap molekul pada bidang penampang batang tersebut.
Jadi tegangan adalah suatu ukuran intensitas pembebanan yang dinyatakan
oleh gaya dan dibagi oleh luas ditempat gaya tersebut bekerja. Tegangan
ada bermacam – macam sesuai dengan pembebanan yang diberikan.
Komponen tegangan pada sudut yang tegak lurus pada bidang ditempat
47 Ibid., h.120.
31
bekerjanya gaya disebut tegangan langsung. Pada pembebanan tarik akan
terjadi tegangan tarik maka pada beban tekan akan terjadi tegangan tekan.
Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur
sehingga sumbunya yang terdeformasi berbentuk lengkung. Menganalisis
suatu balok seringkali dibutuhkan perbedaan antara lentur murni dan lentur
tak seragam. Lentur murni (pure bending) mengandung arti lentur pada
suatu balok akibat momen lentur konstan. Lentur tak seragam (nonuniform
bending) mengandung arti lentur yang disertai dengan adanya gaya geser,
yang berarti bahwa momen lentur berubah pada saat kita menyusuri
sepanjang sumbu balok.48
Ketika beban bekerja di suatu balok, sumbu longitudinal balok
tersebut akan berubah bentuk menjadi lengkungan. Regangan dan
tegangan di balok ini sebanding dengan kelengkungan dari kurva defleksi.
Kelengkungan adalah ukuran seberapa tajam suatu balok melentur. Jika
beban dibalok kecil maka balok akan hampir lurus, radius lengkungan
akan sangat besar dan lengkungan akan kecil. Jika beban ditingkatkan
besar lentur akan meningkat, radius kelengkungan akan menjadi lebih
kecil dan kelengkungan akan menjadi lebih besar.
Jarak m1O’ dari kurva tersebut ke pusat kelengkungan disebut radius
kelengkungan dan kelengkungan didefinisikan sebagai kebalikan dari
radius kelengkungan. Jadi, 49
(2.16)
48
49Gere, Op.Cit., h. 267Ibid., h. 268.
32
Dari geometri segitiga O’m1m2 dapat diperoleh:
(2.17)
Dimana d (diukur dalam radian) adalah sudut sangat kecil antara
garis-garis normal dan ds adalah jarak sangat kecil di sepanjang kurva
antara titik m1 dan m2.
Dengan menggabungkan persamaan (2.10) dengan persamaan (2.11),
(2.18)
Baik kelengkungan maupun radius kelengkungan merupakan fungsi
dari jarak x yang diukur disepanjang sumbu x. Posisi O’ yang merupakan
pusat kelengkungan juga bergantung pada jarak x. Kelengkuan suatu titik
dalam sumbu balok bergantung pada lentur murni dititik tersebut dan besar
balok itu sendiri (bentuk penampang dan jenis bahan). Dengan demikian
jika balok tersebut prismatis dan bahan adalah homogen maka
kelengkungan akan bervariasi terhadap momen lentur.
3. Tegangan Maksimum Pada Penampang
Tegangan lentur tarik dan tekan maksimum yang bekerja disuatu
penampang terjadi dititik yang terletak paling jauh dari sumbu netral. Kita
tulis c1 dan c2 masing-masing adalah jarak dari sumbu netral keelemen
ekstrim dalam arah positif dan negatif.
33
Kemudian tegangan normal maksimum1 dan2 (dari rumus lentur)
adalah50
(2.19)
(2.20)
Persamaan itu dapat diperoleh dengan mengetahui:
(2.21)
(2.22)
Besarnya S1 dan S2 dikenal dengan sebutan modulus penampang.
Pada modulus penampang menggabungkan besaran-besaran penampang
yang relevan kedalam besaran tunggal.
Jika suatu penampang balok adalah simetri terhadap sumbu z dan
terhadap sumbu y (penampang simetris ganda), maka
c1 = c2 = c (2.23)
Persamaan tegangan tarik dan tekanan maksimum, yaitu:
(2.24)
Dimana,
(2.25)
50 Ibid., h.276
34
Penampang balok dengan lebar b dan tinggi h, momen inersia dan
modulus penampangnya adalah51
(2.26)
(2.27)
4. Tegangan Von Mises
Tegangan Von Mises adalah tegangan efektif atau setara ( Tegangan
Equivalent ) untuk penyelesaian 2 Dimensi dan analisis tegangan 3
Dimensi.
Bahan dengan kriteria ulet mempunyai tingkat tegangan yang
dianggap aman, jika52
σe≤ σY (2.28)
Dimana σe adalah tegangan Von Mises dan σY tegangan luluh (yield)
dari material. Generalisasi tegangan pada kondisi 1 dimensi dapat
membantu menyelesaikan permasalahan 2 Dimensi dan 3 Dimensi.
Tegangan Von Mises didefinisikan oleh53
(2.29)
51
52Ibid., h.277.Yijun Liu, Lecture Note :Introduction to The Finite Element Method,( Cincinnati :CAE
Mechanical Engineering Dept. University of Cincinnati, 2003), h.101.53 Ibid., h.102.
35
Persamaan diatas memiliki σ1 σ2 dan σ3, dimana itu merupakan
prinsip tiga tegangan yang diterapkan menjadi titik dalam struktur.
Permasalahan 2 Dimensi dengan prinsip dua tegangan dalam suatu daerah
ditentukan oleh54
(2.30)
(2.31)
Dengan demikian, kita juga bisa mengaplikasikan tegangan Von
Mises dalam komponen-komponen tegangan pada sistem koordinat xy.
Untuk daerah tegangan kondisi , diperoleh:
(2.32)
G. Regangan
Regangan digunakan untuk mempelajari deformasi yang terjadi pada
suatu benda. Nilai regangan dapat diperoleh dengan membagi perpanjangan
() dengan panjang ( L ) yang telah diukur, dengan demikian diperoleh :55
(2.33)
Dimana: = regangan
l = perubahan bentuk aksial total (mm)
L0 = panjang batang (mm)
54 Ibid., h.102.55 P.P Benham dan R.J. Crawford, Mechanics Of Engineering Material, (New York: John Wiley &Sons , Inc. :1981), h.57
36
H. Defleksi
Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi batang. Disamping
faktor tegangan, spesifikasi untuk rancang bangun sering ditentukan oleh
adanya defleksi. Dengan demikian, batang yang dirancang dengan baik tidak
hanya mampu menahan beban yang akan diterimanya, tetapi juga harus
mampu mengatasi terjadinya defleksi sampai batas tertentu.
Defleksi diukur dari batas permukaan awal kebatas permukaan setelah
terjadi deformasi akibat gaya yang bekerja. Gambar 2.3 (a) memperlihatkan
batang pada posisi awal sebelum terjadi deformasi. Gambar 2.3 (b) adalah
batang dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi
pembebanan.56
WW
vE
Gambar 2.3 Defleksi Yang Terjadi Pada Batang
Defleksi yang terjadi dibawah gaya yang bekerja dititik W:
(2.34)
56 Marghitu, Op.Cit., h.155.
37
I. Metode Elemen Hingga
Secara praktis, banyak sekali masalah yang terlalu kompleks untuk
diperoleh jawaban tertutupnya (closed form solution). Untuk itu, diperlukan
solusi numerik, dan salah satu yang cukup memadai adalah metode elemen
hingga. Pada dasarnya, elemen hingga merupakan bagian-bagian kecil dari
struktur aktual.57
Konsep dasar yang melandasi metode elemen hingga bukan merupakan
hal yang baru, yaitu prinsip diskritisasi yang sebenarnya sudah dipergunakan
dalam banyak usaha manusia. Mungkin kebutuhan terhadap pendiskritan,
atau membagi suatu benda menjadi benda-benda yang berukuran lebih kecil
supaya lebih mudah/sederhana pengelolaanya, timbul dari keterbatasan
manusia yang mendasar, yaitu mereka tidak dapat melihat atau memahami
benda-benda disekelilingnya di alam semesta dalam bentuk keseluruhan atau
totalitas. Bahkan kita harus menengok beberapa kali untuk mendapatkan
suatu gambaran mental yang digabungkan dari benda-benda disekitar kita.
Mendiskritkan ruang disekeliling kita ke dalam segmen-segmen kecil, dan
hasil rakitan akhir yang kita visualisasikan adalah suatu tiruan dari
lingkungan kontinu yang nyata. 58 Metode elemen hingga adalah metode
numerik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan teknik dan
problem matematis dari suatu gejala phisis.59
57 Robert D. Cook, Konsep dan Aplikasi Metode Elemen Hingga, (Madison: John Wiley & SonsInc, 1981), h.4.58
59C.S Desai, Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.1Yerri Susatio, Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga, (Yogyakarta : Andi, 2004), h.1
38
Metode elemen hingga atau Finite Element Method (FEM) adalah suatu
cara penyelesaian dengan perhitungan yang dapat digunakan untuk
mendapatkan penyelesaian dari berbagai masalah dalam rancang bangun yang
menggunakan analisis tegangan, perpindahan panas, magnet listrik dan aliran
fluida.60
Tipe masalah teknis dan matematis phisis yang dapat diselesaikan
dengan metode elemen hingga terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
analisa struktur dan kelompok nonstruktur.61
Tipe-tipe permasalahan struktur meliputi:
1. Analisa tegangan/stress, meliputi analisa truss dan frame serta masalah-
masalah yang berhubungan dengan tegangan-tegangan yang
terkonsentrasi.
2. Buckling
3. Analisa getaran
Problem non struktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode
ini meliputi :
1. Perpindahan panas dan massa.
2. Mekanika fluida, termasuk aliran fluida lewat media poros.
3. Distribusi dari potensial listrik dan potensial magnet.
60 Saeed Moaveni, Finite Element Analysis Theory and Application with ANSYS, (NewJersey:Prentice-Hall, 1999),h.161 Op.Cit., h.1
39
Konsep dasar FEM adalah membagi benda kerja menjadi banyak
elemen kecil yang berhingga, ide ini sangat membantu ketika perhitungan
analitik diferential sangat sulit dilakukan karena berbagai faktor, misalnya
geometri, variasi beban dan waktu yang simultan. Dari elemen-elemen
tersebut dapat disusun persamaan matriks yang diselesaikan secara numerik
dan hasilnya sebagai jawaban dari batasan dan beban yang diberikan pada
benda kerja.
Secara umum perhitungan dengan FEM dapat dibagi menjadi 3 tahap :
1. Preprocessing
a.
b.
c.
d.
e.
Membuat dan membagi benda kerja menjadi elemen hingga.
Asumsi fungsi sebagai representasi sifat fisik dari elemen.
Mengembangkan persamaan untuk elemen.
Menggabungkan persamaan elemen-elemen untuk menggambarkan
problem keseluruhan dengan membuat matriks temperatur.
Memberikan kondisi batas, kondisi awal dan beban.
2. Solution
Menyelesaikan permasalahan linier atau nonlinier dengan menggunakan
persamaan aljabar untuk mendapatkan nilai node.
3. Postprocessing
Mengambil data-data penting atau hasil dari hasil perhitungan lainnya.
40
J.
62
Autodeks Inventor
Sekarang ini sudah banyak sekali softwere komputer yang dapat
menghitung mengenai mekanika bahan, perhitungan FEM (finite Methode
Element) atau FEA (Finite Element Analysis). Salah satunya adalah autodeks
Inventor, dimana softwere ini mempunyai keunggulan karena dapat
digunakan sebagai softwere CAD (Computer Aided Design), pembuatan
simulasi gerak dinamis, dan dapat digunakan untuk menghitung FEA.
Pada Autodeks Inventor 2010 terdapat analisis tegangan. Desain
gambar yang telah selesai dibuat dalam bentuk part 3 dimensi kemudian
dianalisis dengan Von Mises Stress kemudian menghasilkan gambar
meshing.Dari sini dapat dihasilkan tegangan minimum dan maksimum,
deformasi yang terjadi, berdasarkan beban dan properties material yang
ditentukan pada saat mendesain part.62
Gambar 2.4 Contoh Part 3 Dimensi dan Gambar Mesh63
Autodesk, Inc., Autodesk Inventor Simulation 2009 Getting Started, (San Rafael: Autodesk,Inc.111 Mclnnis Parkway, 2009), h. 9.63 Ibid,h.8-9
41
Penggunaan analisis tegangan pada autodesk Inventor 2010 dapat
digunakan untuk desain asemmbly dan satuan komponen. Analisis yang dapat
dilakukan adalah analisis statis dan frekuensi (modal testing). Kemudian hasil
analisisnya dapat dilihat dalam bentuk yang jelas dan terstruktur.
Adapun urutan dalam melakukan analisis tegangan adalah64
1. Membuat simulasi dengan assembly yang sudah dibuat.
2. Untuk komponen tidak memerlukan simulasi.
3. Menetapkan bahan yang digunakan.
4.Memasukan daerah tahanan sebagai base.
5. Menambahkan beban.
6. Menentukan tambahan yang diperlukan pada kondisi tertentu.
7. Langkah operasional yaitu menentukan preview mesh.
K. MSC. Software (Patran dan Nastran)
MSC. Software adalah perusahan yang bergerak dalam bidang program
CAE (Computer Aided Engineering) untuk penyelesaian analisis FEA (Finite
Element Analysis). Analisis FEA yang dilakukan biasanya menggunakan 2
jenis program yaitu Patran dan Nastran. Msc. Patran digunakan sebagai
program pembuatan dan pengeditan model CAD (Computer Aided Design).
Msc. Nastran digunakan untuk penyelesaian analisis FEA dengan
perhitungan komputasi dalam bentuk metode numerik.
64 Ibid., h.13.
42
Msc. Patran dapat membuat secara langsung model geometri dalam
bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi. Kemampuan program Msc. Patran juga
dapat melakukan proses import geometri dalam berbagai bentuk format
seperti STL, SAT, Parasolid, Catia, dan lain-lain. Program ini memiliki
kapasitas untuk melakukan proses input material, input beban dan constraint,
pembuatan meshing model, format input data penyelesaian FEA dan
penampilan hasil proses FEA. Sedangkan untuk perhitungan komputasinya
menggunakan Msc. Nastran.
Msc. Patran dan Msc. Nastran dapat menyelesaikan analisis struktur
untuk beberapa tipe permasalahan seperti linear static, non linear static,
normal modes, buckling, implicit nonlinear, complex eigenvalue, frequency
response, transient response, nonlinear transient, dan explicit nonlinear.65
Gambar 2.5 Diagram alur kerja analisis Msc. Patran dan Msc. Nastran66
65
66Msc. Software Corp., Patran 2010 User Guide, (Santa Ana: 2 MacArthur Place, 2010), h.184Msc. Software Corp., Interpase to Msc. Nastran Preferance Guide Volume 1: Structural
Analysis , (Santa Ana: 2 MacArthur Place, 2010), h.559