BAB II.docx

19
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Glu ko sa Da rah a. Ka da r g luko sa da ra h Kadar gl ukosa darah me rupakan parameter ut ama untuk menilai metabolisme karbohidrat (Henry dan Howanitz, 1996). Contoh khas adala h pe ny akit di abete s me li tus di ma na ter ad i ganggu an metabolisme karbo hidrat sehingga kadar glukosa meningkat melebihi ambang normal.  b. !umber glukosa darah a) Karbohidrat dalam makanan (glukosa, galaktosa, "ruktosa) Ka rboh idra t da lam ma ka na n te rdapat da la m be nt uk  polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Karbohidrat dipe#ah oleh  ptyalin dalam sali $a di dalam mu lut. %nzim ini beke r a optimum pada pH 6,& sehingga akan dihambat oleh getah lambung ket ika mak anan sud ah sampai di lambun g. 'al am usu s hal us, amil ase  pankreas yang kuat uga bekera atas polisakarida yang dimak an.  Ptyalin sali$a dan amilase  pankreas menghidrolisis  polisakarida menadi hasil akhir berupa disakarida, laktosa, ma lt osa, sukrosa. akt osa akan diubah me n adi gl ukosa dan gal akt osa dengan bantu an enz im lakt ase. luko sa dan "rukto sa dihasilkan dari peme#ahan sukrosa oleh enzim sukrase. !edangkan enzim maltase akan me ngubah ma lt osa me n adi * molekul glukosa. +onosakarida akan masuk melalui sel mukosa dan kapiler darah untuk diabsorbsi di intestinum. +asuknya glukosa ke dalam epitel usus tergantung konsentrasi tinggi a- di atas permukaan mukosa sel. luko sa diangkut oleh mekan isme ko-transpor aktif natriumglukosa dimana transpor akti" natrium menyediakan energi 4

Transcript of BAB II.docx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori1. Glukosa Daraha. Kadar glukosa darahKadar glukosa darah merupakan parameter utama untuk menilai metabolisme karbohidrat (Henry dan Howanitz, 1996). Contoh khas adalah penyakit diabetes melitus dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat sehingga kadar glukosa meningkat melebihi ambang normal.b. Sumber glukosa daraha) Karbohidrat dalam makanan (glukosa, galaktosa, fruktosa)Karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Karbohidrat dipecah oleh ptyalin dalam saliva di dalam mulut. Enzim ini bekerja optimum pada pH 6,7 sehingga akan dihambat oleh getah lambung ketika makanan sudah sampai di lambung. Dalam usus halus, amilase pankreas yang kuat juga bekerja atas polisakarida yang dimakan. Ptyalin saliva dan amilase pankreas menghidrolisis polisakarida menjadi hasil akhir berupa disakarida, laktosa, maltosa, sukrosa. Laktosa akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase. Glukosa dan fruktosa dihasilkan dari pemecahan sukrosa oleh enzim sukrase. Sedangkan enzim maltase akan mengubah maltosa menjadi 2 molekul glukosa. Monosakarida akan masuk melalui sel mukosa dan kapiler darah untuk diabsorbsi di intestinum. Masuknya glukosa ke dalam epitel usus tergantung konsentrasi tinggi Na+ di atas permukaan mukosa sel. Glukosa diangkut oleh mekanisme ko-transpor aktif natriumglukosa dimana transpor aktif natrium menyediakan energi untuk mengabsorbsi glukosa melawan suatu perbedaan konsentrasi. Mekanisme di atas juga berlaku untuk galaktosa. Pengangkutan fruktosa menggunakan mekanisme yang berbeda yaitu dengan mekanisme difusi fasilitasi (Ganong, 2003). Unsur-unsur gizi tersebut diangkut ke dalam hepar lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera dikonversi menjadi glukosa di dalam hepar (Murray et al.,2003). b) GlukoneogenesisGlukoneogenesis merupakan istilah yang digunakan untuk semua mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab atas perubahan senyawa non karbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Proses ini memenuhi kebutuhan tubuh atas glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dengan jumlah yang cukup di dalam makanan. Substrat utama bagi glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Hepar dan ginjal merupakan jaringan utama yang terlibat karena kedua organ tersebut mengandung komplemen lengkap enzim-enzim yang diperlukan (Murray et al., 2003). c) GlikogenolisisMekanisme penguraian glikogen menjadi glukosa yang dikatalisasi oleh enzim fosforilase dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogen yang mengalami glikogenolisis terutama simpanan di hati, sedang glikogen otot akan mengalami deplesi yang berarti setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama. Di hepar dan ginjal (tetapi tidak di dalam otot) terdapat enzim glukosa 6-fosfatase, yang membuang gugus fosfat dari glukosa 6-fosfat sehingga memudahkan glukosa untuk dibentuk dan berdifusi dari sel ke dalam darah (Murray et al., 2003).

2. Diabetes Mellitusa. DefinisiDiabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang manifestasinya berupa hiperglikemik, glukosuria dan meningkatnya pemecahan protein yang sering timbul ketosis dan asidosis (Santoso, 1993). Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa 126 mg/dl atau postprandial 200 mg/dl atau glukosa sewaktu 200 mg/dl). Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskuler atau makrovaskuler meningkat (Tony dan Suharto, 2005).

b. EtiologiDari beberapa penelitian terbukti bahwa diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi akhirnya dapat mengakibatkan insufisiensi insulin. Jenis-jenis gangguan yang dianggap sebagai etiologi diabetes melitus:a) Kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik.Determinan genetik dianggap sebagai faktor penting pada kebanyakan penderita diabetes. Pada pasien-pasien yang menderita diabetes melitus insulin dependen, determinan genetik ini dinyatakan oleh peningkatan atau penurunan frekuensi antigen histokompabilitas tertentu (HLA) dan respon imunitas abnormal yang akan mengakibatkan pembentukan auto-antibodi sel pulau langerhans. Pada penderita diabetes melitus insulin dependen, penyakit mempunyai kecenderungan familial yang kuat. Penyakit ini sering menyerang anak-anak, remaja, dan dewasa dari keluarga yang sama secara autosom dominan. Kelainan yang diturunkan ini dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsangan sekretoris atau serangkaian langkah kompleks yang merupakan bagian dari sintesis atau pelepasan insulin. Besar kemungkinan keadaan ini meningkatkan kerentanan individu yang terserang penyakit tersebut terhadap kegiatan faktor-faktor lingkungan di sekitarnya, termasuk virus atau diet tertentu (Santoso, 1993).b) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi dan integritas sel .Beberapa faktor lingkungan dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta pada individu yang rentan. Faktor-faktor tersebut ialah:i. Agen yang dapat menimbulkan infeksi, seperti virus cocksackie B dan virus penyakit gondok.ii. Diet pemasukan kalori, karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan.iii. Obesitasiv. Kehamilan(Santoso, 1993).c) Gangguan sistem imunitasi. Autoimunitas disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatis dan akhirnya akan menyebabkan kerusakan sel-sel pancreas insulin.ii. Peningkatan kepekaan terhadap kerusakan sel beta oleh virus.d) Kelainan aktivitas insulin. Pengurangan kepekaan terhadap insulin endogen juga dapat menyebabkan diabetes. Mekanisme ini terjadi pada pasien penderita kegemukan dan diabetes. Alasan akan gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin mungkin pengurangan jumlah tempat-tempat reseptor insulin yang terdapat dalam membran sel yang responsive terhadap insulin atau gangguan glikolisis intrasel (Santoso, 1993).c. DiagnosisDiagnosis DM awalnya dipikirkan dengan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita (Mansjoer, 2000). Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat, dll (Mansjoer, 2000).

d. Klasifikasi DM Penyakit DM dapat digolongkan dalam empat kelas , yang berdasarkan penyebabnya yaitu:

a) Diabetes mellitus tipe 1Diabetes mellitus tipe 1 menghinggapi orang-orang di bawah usian 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10-13 tahun namun demikian dapat ditemukan pada setiap umur. Diabetes ini disebut dengan diabetes mellitus yang tergantung insulin atau IDDM (insulin Dependent Diabetes Mellitus). Destruksi dari sel beta pancreas, sehingga tidak memprodiksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Pemberian insulin eksogen tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan untuk menghindari ketoasidosis diabetika (Tjay dan Raharja, 2007).

b) Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes mellitus ini biasanya timbul pada umur lebih dari 40 yahun. Diabetes ini disebut yang tidak tergantung insulin atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Kebanyakan pasien diabetes mellitus jenis ini bertubuh gemuk dan resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Pada pasien ini lazimnya dapat diobati dengan antidiabetika oral namun Insulin eksogen dapat digunakan untuk dapat mengobati hiperglikemi yang membandel pada pasien ini (Tjay dan Raharja, 2007).

c) Diabetes Mellitus lain (sekunder) Pada diabetes mellitus jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan penyebab lain yang jelas meliputi penyakit-penyakit pancreas, pankreatomi, sindroma chusing (Woodley dan Whelan, 1995).

d) Diabetes Gestational Istilah diabetes gestasional dipakai terhadap pasien-pasien yang menderita hyperglikemia selama kehamilan. Pada pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal setelah persalinan. Diabetes mellitus pada kehamilan atau gestasional diabetes mellitus adalah seorang yang baru menderita penyakit diabetes mellitus setelah hamil. Sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Kehamilan yang disertai timbulnya penyakit diabetes mellitus mempunyai banyak resiko. Keadaan ini dapat menimbulkan kelainan dari yang ringan sampai menyebababkan kematian, baik sang ibu maupun janin. Untuk mengontrol kadar glukosa darah yang tinggi pada kehamilan diperlukan suntikan insulin (Woodley dan Whelan, 1995).

e. Terapi diabetes mellitusTerapi diabetes mellitus merupakan upaya mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :1. Antidiabetika suntikanAntidiabetika suntikan hanya terdiri dari satu jenis zat aktif yaitu insulin, insulin tidak dapat digunakan peroral karena terurai oleh pepsin lambung, maka dapat diberikan secara intravena ( i.v ), intramuscular (i.m), atau subcutan (i.s) insulin diberikan kepada penderita diabetes mellitus tipe 1 (IDDM). Cara kerja antidiabetika suntikan (insulin) adalah dengan memasok insulin dari luar (Tjay dan Raharja, 2007).Insulin merupakan suatu hormon didalam tubuh yang dihasilkan oleh beta pulau langerhans yang berada didalam kelenjar pancreas. Secara kimiawi, insulin terdiri dari dua rantai peptida (A dan B) dengan masing-masing 21 dan 30 asam amino, yang saling dihubungi oleh 2 jembatan-disulfida (Sanger,1955). Sediaan insulin dapat mengandung 3 komponen, yaitu komponen A (pro insulin), B (bahan allergen), C (insulin). Komponen A dan B mengandung pro insulin dan bahan lain yang tidak mempunyai efek biologi tetapi berpengaruh dalam hal alergi dan imunologi, sedangkan komponen C mengandung insulin murni (sanger insulin) yang mempunyai efek biologik. Adanya insulin memungkinkan kadar glukosa darah akan kembali normal. Selain pasien diabetes mellitus tipe 1 insulin kadang digunakan oleh pasien diabetes mellitus tipe 2 dan ibu hamil yang disertai diabtes mellitus (Tjokorawim, 1999). Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan, yang mempengaruhi baik metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Kerja insulin antara lain :a) Menaikkan pengambilan gkukosa kedalam sel-sel sebagaian jaringanb) Menaikkan penguraian glukosa secara oksidatifc) Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati juga dalam otot dan menjegah penguraian glikogend) Menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosaLama kerja insulin tergantung pada tempat injeksi, dosis, aktivitas fisik, dan faktor individual lainnya serta dari bentuk insulin yang digunakan, yaitu insulin kerja singkat atau kerja panjang (Mutschler, 1986). Efek samping terpenting dapat terjadi berupa hipoglikemia, reaksi alergi, resistensi, lopodistrofi, dan gangguan penglihatan (Tjay dan Raharja, 2007).

II. Obat antidiabetik oralPertama yang direkomandasikan, yaitu karbutamida dengan struktur dan efek-efek samping sulfonamide. Kemudian disintesis torbutamid tanpa efek-efek sulfa, yang kemudian disusul oleh banyak derifat-derifat lain dari kelompok sulfanilurea. Kemudian ditemukan senyawa-senyawa kimia lain dengan daya antidiabetik oral yakni biguanida. Cara kerja kedua kelompok itu berlainnan. Keduanya hanya boleh digunakan pada paseien-pasien tanpa ketoasidosis (Tjay dan Raharja, 2007).Golongan-golongan obat yang digunakan ada beberapa macam antara lain :1. SulfonilureaSufonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Disamping itu, kepekaan sel-sel beta bagi kadar-kadar glukosa darah diperbesar melalui pengaruh protein-transpor glukosa. Obat ini hanya aktif pada penderita tipe-2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga memperbaiki kepekaan organ tujuan terhadap insulin dan menurunkan absorbs insulin oleh hati. Contoh obat golngan ini (tolbotamida, klorpropamida, glibenklamida, glikazida, glikidon dan glimepirida) (Tjay dan Raharja, 2007).2. Kalium-chanel blokersSenyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea, hanya pengikatan terjadi ditempat lain dan bekerja lebih singkat. Contoh obat golongan ini (repaglinida, nanteglinida) (Tjay dan Raharja, 2007).3. BiguanidaBerbeda dengan sulfonilurea, obat ini tidak menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula darah pada orang sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) hingga berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita yang kegemukan. Penderita ini biasanya mengalami resistensi insulin, sehingga sulfonurea kurang efektif. Mekanisme kerjanya hingga kini belum diketahui dengan eksak (Tjay dan Raharja, 2007).4. Glukosidase-inhibitorsZat-zat ini bekerja berdasarkan persaingan merintangi enzim alfa-glukosidasedi mukosa deudenum, sehingga reaksi penguraian polisakarida menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya kedalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata sehingga puncak kadar glukosa darah dihindarkan. Contoh obat golongan ini (akarbose dan miglitol) (Tjay dan Raharja, 2007).

5. ThiazolidindionObat dari kelas ini dengan bekerja farmakologi istimewa disebut insulin sensitizers. Berdaya mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena ini penyerapan glukosa kedalam jaringan lemak dan otot meningkat, juga kapasitas penimbunannya dijaringan ini. Efeknya ialah kadar Insulin, glukosa dan asam lemak bebas dalam darah menurun, begitu pula glukoneogenesis dalam hati. Contoh obat golongan ini (rosiglitazon dan pioglitazon) (Tjay dan Raharja, 2007).6. Pengahambat DPP-4 (DPP-4 blokers)Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan efek penurunan hormon incretin. Incretin berperan utama terhadap produksi insulin dipankreas dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP yaitu glucagon-likepepyide dan glukogon-dependent insulinotropic polypeptide. Incretin ini diuraikan oleh suatu enzim khas DPP4 dipeptidylpeptidase. Dengan penghambat enzim ini senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi incretin, sehingga kadar insulin akan meningkat. Contoh obat golongan ini (sitagliptin, vildagliptin) (Tjay dan Raharja, 2007).

3. Glibenkamida. DefenisiDerivat-klormetoksi ini (1969) adalah obat pertama dari antidiabetika oral generasi ke-2 dengan khasiat hipoglikemiknya yang kira-kira 100 kali lebih kuat dari pada tolbutamid. Sering kali ampuh dimana-mana obat lain tidak efektif lagi. Resiko hipoglokemik juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonil-urea lain, yaitu dengan single dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (selama makan) (Tjay dan Raharja, 2007). b. FarmakologiGlibenkalimed dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktivitas hipoglikemik yang sangat rendah (katzung, 2002). Obat ini sukar larut dalam air atau eter, 1 gram larut dalam 330 ml alkohol atau 30 ml klorofom. Setelah pemberian oral diabsorbsi dengan cepat dan baik, terikat 99% pada protein plasma. Waktu paruh plasma 2,5 gram, masa kerja 15 jam, efektif dengan pemberian tunggal dosis sehari 3,5 -10,5 mg. bila pemberian dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam. Glibenklamid secara reagen mempunyai efek samping yang rendah. Glibenklamid merupakan obat golongan sulfonilurea yang cara kerjanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh beta pancreas, meningkatkan jumlah reseptor insulin dan potensiasi pancreas, meningkatkan jumlah reseptor insulin dan potensiasi simulasi insulin transprot ke sel otot dan jaringan lemak, dan penurunan produksi glukosa oleh hati (Mutschler, 1986).

c. Efek sampingGangguan saluran pencernaan (mual, muntah, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung), gangguan susunan saraf pusat ( vertigo, bingung, ataksia), gejala hematologik (leucopenia dan agranulusitosis), reaksi hipersensitif, gejala hipotiroisdime, hipoglikemik pada penderita yang tidak mendapat dosis tepat (Tjay dan Raharja, 2007).

d. DosisDosis Glibenklamid 5mg, dosis total 15 mg/hari, dosis tunggal maksimal 10mg (ISO, 2008).

4. AloksanAloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada binatang percobaan. Efek diabetogeniknya bersifat antagonis dengan glutathion yang bereaksi dengan gugus SH nya. Mekanisme aksi dalam menimbulkan perusakan yang selektif belum diketahui dengan jelas. Beberapa hipotesis tentang mekanisme aksi yang telah diajukan antara lain; pembentukan khelat terhadap Zn, interferensi dengan enzim-enzim sel serta deaminasi dan dekarboksilasi asam amino. Perusakan sel pankreas secara selektif oleh alloxan belum banyak diketahui. Penelitian terhadap mekanisme kerja alloxan secara invitro menunjukkan bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari mitokondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang merupakan awal dari matinya sel. Hiperglikemia tikus putih diinduksi dengan injeksi 120 mg/kg BB alloxan dosis tunggal secara intraperitonial (Pari, 2002).

5. Uji Efek Anti Diabetes.a. Metode uji toleransi glukosa dan metode uji diabetes aloksanUji efek antidiabetes dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode uji toleransi glukosa dan metode uji diabetes aloksan.1) Metode uji toleransi glukosaPrinsip metode ini yaitu hewan yang telah dipuasakan kurang kurang lebih 20-24 jam diberikan larutan glukosa peroral setengah jam sesudah pemberian sediaan obat yang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat, dilakukan pengambilan cuplikan darah masing-masing hewan uji untuk dihitung kadar glukosa darah awal. Kemudian glukosa darah dihitung kembali pada waktu-waktu tertentu ( Nyarko, 2002).

2) Metode uji diabetes aloksanPrinsip dari metode ini yaitu induksi diabetes dilakukan pada mencit yang diberi suntikan aloksan monohidrat dengan dosis 70 mg/kg BB. Penyuntikan dilakukan secara intravena pada ekor mencit. Perkembangan hiperglikemia diperiksa tiap hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan terhadap mencit positif (Nyarko, 2002).b. Pengukuran kadar glukosa darah secara enzimatikPada metode enzimatik, glukosa ditentukan kadarnya secara enzimatik yaitu dengan penambahan enzim glukosa oksidase (GOD). Pereagen yang digunakan menggunakan pereagen GOD-PAP. Absorbansi dan Warna absorbansi metode enzimatik intensitasnya pada 500 nm dengan warna merah (dari H2O2 yang terbentuk + peroksidase). Dengan prinsip dasar glukosa dioksidasi oleh oksigen dengan katalis enzim glukosa oxidase (GOD) akan membentuk asam glukonik dan hidrogen peroksida (H2O2). Dengan adanya oksigen atau udara, glukosa dioksidasi oleh enzim menjadi asam glukuronat disertai pembentukan H2O2. Kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri (Nyarko, 2002).

6. Ekstraksia. defenisiEktraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair (Anonim, 1986). Pelarut cair yang sering dipergunakan dalam pembuatan ekstrak adalah air dan campuran etanol air.Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berbeda dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip kelarutan yaitu polar melarutkan senyawa polar, pelarut semi polar melarutkan senyawa semi polar, pelarut non polar melarutkan senyawa non polar. Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak sedangkan pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas (Harbone, 1994).Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak factor, Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini :a. Murah dan mudah diperoleh.b. Stabil secara fisika dan kimia.c. Bereaksi netral.d. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar.e. Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki.f. Tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat.g. Diperoleh dengan peraturan.(Anonim, 1986).Untuk penyarian ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adaah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena :a. Lebih selektif.b. Kampang dan kuman sulit tumbah dalm etanol 20 % keatas.c. Tidak beracun.d. Netral.e. Absorbsinya baik.f. Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan.g. Panas yang diperlukan biasanya digunakan campuran antara etanol dan air (Anonim, 1986).b. metode ekstraksiMetode dasar dari ekstraski obat adalah maserasi dan perkolasi. Biasanya metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam proses memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat (Ansel, 1989). 1. MaserasiMaserasi (macerase = mangairi, melunakan) adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Penyarian zat aktif dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama 4-10 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah diusahakan sedangkan kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang sempurna. (Anonim, 1986)

2. Perkolasi Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dalam wadah berbentuk slindris atau krucut (perkolator). Penyarian zat aktif dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama kurang lebih 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah (Anonim, 1986)

7. Tapak dara (Catharanthus rosues)a. klasifikasi1. Kingdom:Plantae2. Subkingdom:Tracheobionta 3. SuperDivisi:Spermatophyta 4. Divisi:Magnoliophyta 5. Kelas:Magnoliopsida 6. SubKelas:Asteridae 7. Ordo:Gentianales 8. Famili:Apocynaceae 9. Genus:Catharanthus 10. Spesies: Catharanthus roseus (L.)b. Nama Daerahrutu-rutu (Batak), kembang sari cina, kembang serdadu, kembang tembaga, paku rane, tapak doro, cakar ayam, tai lautan (Jawa), kembang tembaga beureum (sunda), tapak lima (bali), sindapor (sulawesi), usia (maluku) (Wijayakusuma, 2008).c. Deskripsi TanamanTapak dara bisa tumbuh baik mulai daratan rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tingginya bisa mencapai 1 meter. Batangnya berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan berambut sangat lebat. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek (Wijayakusuma, 2008).d. Bagian Tanaman yang DigunakanDaun

e. Kandungan kimia vinblastine, vincristine, vindesine, vinorelbine, leurosine, vincadioline, leurosidine, catharanthine, lochnerine, leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine (Wijayakusuma, 2008).f. Sifat dan Khasiat Tanaman ini bersifat sedikit pahit, sejuk dan toksik. Khasiat tanaman sebagai antineoplastik (antikanker), sitostatiska, hipotensif (penenang), menyejukan darah, dan menghentikan pendarahan (Wijayakusuma, 2008).

B. Kerangka Konsep

TikusEkstrak etanol 70% daun tapak dara

Induksi alloxan

Alkaloid, falvonoid, saponin, tanin, terpenoid

Sel pansreas rusakInsulin level

Sel pansreas rusak

Regenerasi sel dan peningkatan sekresi insulin oleh sel pancreas Transport glukosa darah terganggu

Glukosa darah Insulin level

Glukosa darah Transport glukosa darah efektif

Tikus

C. HipotesisBerdasarkan tinjauan pustaka yang ada maka hipotesa penlitian ini adalah: H0 : Tidak terdapat efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang di beri ekstrak etanol 70% daun tapak dara (Catharanthus roseus).H1 : Terdapat efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang di beri ekstrak etanol 70% daun tapak dara (Catharanthus roseus).

22