BAB II.docx

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI LUTUT Gambar 1. Anatomi Artikulatio Genu 1 Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan condylus tibiae

Transcript of BAB II.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LUTUT

Gambar 1. Anatomi Artikulatio Genu1

Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris.

1. Tulang pembentuk sendi lutut

Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella.

a. Tulang femur

Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous femoralis lateralis dan medialis.

Di bagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.

b. Tulang patella

Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil

c. Tulang tibia

Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.

d. Tulang fibula

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.

2. Jaringan lunak sekitar sendi lutut

Gambar 2. Jaringan lunak sekitar sendi lutut1

a. Meniscus

Meniscusmerupakan jaringan lunak,meniscuspada sendi lutut adalahmeniscus latralis. Adapun fungsimeniscusadalah penyebaran pembebanan, peredam kejut (shock absorber), mempermudah gerakan rotasi, mengurangi gerakan, dan stabilisator setiap penekanan akan diserap olehmeniscusdan diteruskan ke sebuah sendi.

b. Bursa

Bursamerupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi olehmembrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain: bursa popliteus, bursa supra patellaris, bursa infra patellaris, bursa subcutan prapatelaris, bursa sub patellaris.

c. Ligamen-ligamen Sendi Lutut

Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu :

1) Ligamentum cruciatumanterior

Berjalan dari depanfossa intercondyloidea anteriorke permukaanmedial condilus lateralis femoris yang berfungsi menahanhiperekstensidan menahan bergesernyatibiake depan.

2) Ligamentum cruciatum posterior

Berjalan darifacies lateralis condylus medialis femorismenuju kefossa intercondylodeatibiayang berfungsi menahan bergesernyatibiake arah belakang.

3) Ligamentumcollateral lateral

Berjalan dariepicondylus lateralis ke capitulum fibulayang berfungsi menahan gerakanvarusatau samping luar.

4) Ligamentum collateralmediale

Berjalan dariepicondylus medialke permukaanmedial tibia (epicondylusmedialis tibia) yangberfungsi menahan gerakanvalgusatau samping dalameksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi fungsiligament collaterallemenahan bergesernyatibiake depan pada lutut 90.

5) Ligamentum patella

Yang merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari patella ke tuberositas tibia.

6) Ligamentum retinacullum patella lateral dan medial

Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris dan berjalan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini melekat dengan tuberositas tibia.

7) Ligamentum popliteum articuatum

Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya dengan M. Popliteum.

8) Ligamentum popliteum oblicum

Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia popliteum yang berfungsi mencegah hyperekstensi lutut.

B. ARTRITIS TUBERKULOSIS

Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Infeksi arthritis merupakan peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif dan menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih sering terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini adalah pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung.2

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri M. tuberculosis. Udara terkontaminasi oleh bakteri karena penderita tuberkulosis aktif melepaskan bakteri melalui batuk dan bakteri bisa bertahan dalam udara selama beberapa jam. Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag (sejenis sel darah putih) selama bertahun-tahun. Sehingga terjadilah Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner) biasanya berasal dari tuberkulosis pulmoner yang telah menyebar melalui darah.3

C. ETIOLOGI DAN PENULARAN TUBERKULOSIS

Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis. M. tuberculosis umumnya ditularkan dari seseorang dengan infeksi TB paru atau TB laringeal kepada orang lain melalui droplet nuclei, yang ter-areosolisasi oleh batuk, bersin, atau berbicara. Ada 3000 nuclei infeksius per droplet. Droplet terkecil, dengan diameter kurang dari 10mm, dapat bertahan tersuspensi di udara selama beberapa jam dan mencapai aliran udara terminal ketika terinhalasi. Resiko penularan dari pasien sumber infeksi ke pejamu dihubungkan dengan konsentrasi potensial dari basil yang hidup terus di ruang udara. Resiko penularan menjadi lebih besar pada ruangan yang kekurangan volume udara, udara segar, dan cahaya alami atau cahaya ultraviolet.

Ada dua macam mikobakteria penyebab TB, yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa, dan bila diminum, dapat menyebabkan TB usus. Basil tipe human bisa berada di droplet di udara yang berasal dari penderita TB terbuka. Orang yang rentan dapat terinfeksi TB bila menghirup droplet ini. Ini merupakan cara penularan yang terbanyak.3

D. PATOFISIOLOGI

Terdapat empat fase perjalanan penyakit tuberkulosis. Fase pertama adalah fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan menyebabkan linfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel epiteloid dan nekrosis pengkejuan di lesi primer dan di kelenjar limfe hilus. Afek primer dan linfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer yang bisa mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau membentuk fibrosis dan kalsifikasi. Sekalipun demikian, kompleks primer dapat mengalami komplikasi berupa peyebaran milier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus. Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh paru-paru, tulang, meningen, dan lain-lain. Sedangkan penyebaran bronkogen langsung ke bronkus dan bagian paru, dan menyebabkan bronkopneumonia tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu bersamaan dengan perjalan TB primer ke paru, yang merupakan fase kedua. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat juga mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut dan basil selanjutnya dorman.

Fase dengan kuman yang dorman ini disebut fase laten, atau fase ketiga. Basil yang dorman ini bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba falopii, otak, kelenjar limfe hilus dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap tidur selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa mengalami reaktivasi bila terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, misalnya pada tindak bedah besar, atau pada infeksi HIV.

TB fase keempat dapat terjadi di paru atau di luar paru. Dalam perjalanan selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh dengan meninggalkan fibrosis dan kalsifikasi, membentuk kavitas/kaverna, bahkan dapat menyebabkan bronkiektasis melalui erosi brokus. Penyebaran ke tulang dapat mengenai daerah metafisis tulang panjang dan ke tulang spongiosa. Penyebaran lain dapat juga ke sinovium dan menjalar ke tulang subkondral. Penyebaran ini menyebabkan TB sendi/artritis septik/artritis TB. Kebanyakan dari tuberkulosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu tiga tahun sesudah terjadinya infeksi pertama. Tetapi dapat saja timbul lebih lama atau lebih cepat dari tiga tahun. Sekalipun tulang atau sendi manapun dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung lebih sering terkena daripada yang lainnya. Yang paling sering terkena adalah tulang belakang, kemudian pinggul, lutut, serta tulang-tulang kaki.3

Artritis TB biasanya monoartikular dan bersifat kronik dan progresif. Artritis tuberkulosis biasanya merupakan komplikasi dari sendi yang berdekatan degan osteomyelitis atau penyebaran secara hematogen dari infeksi viseral, misalnya paru-paru. Onset penyakit ini bersifat insiden sesaat dan menyebabkan gradasi nyeri yang progresif. Pada artritis tuberkulosis, mikobakteri yang menyerang sendi menginduksi terbentuknya konfluen granuloma dengan nekrosis kaseosa. Sinovium yang terinfeksi akan bertumbuh mejadi panus yang menutupi kartilago artikular dan menghancurkan tulang di sekitar sendi. Penyakit kronik membuat kehancuran yang besar pada fibrosa ankilosis dan penyempitann ruangan sendi. Gejala sistemik bisa terlihat bisa juga tidak. Jika terlihat, gejala-gejala yang ditimbulkan adalah terbatasya gerakan sendi, berkerigat dalam jumlah banyak pada malam hari, sendi membengkak dan hangat, demam, atropi otot, spasme otot, kaku, kesemutan, kelemahan otot, berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan.2

E. MANIFESTASI KLINIK

Onset gejala umumnya tersembunyi dan tidak diikuti oleh manifestasi umum seperti demam, berkeringat, keracunan, atau kelemahan. Nyeri dapat ringan pada onset dan umumnya memburuk pada malam hari, dan dapat diikuti oleh kekakuan. Pada proses perjalanan penyakit, keterbatasan pergerakan sendi menjadi prominen karena kontraktur otot dan kerusakan sendi. Lutut sering menjadi prominen sebab kontraktur otot dan kerusakan sendi. Gejala dari tuberkulosis paru mungkin masih ada.

Penemuan lokal selama stadium awal mungkin terbatas pada nyeri, bengkak jaringan lunak, efusi sendi, dan peningkatan temperatur kulit daerah yang dilingkupi. Seperti perjalanan penyakit yang tidak diterapi, atrofi otot dan deformitas dapat terjadi. Bentukan abses dengan drainase spontan keluar menyebabkan betukan sinus. Kerusakan progresif tulang belakang dapat meyebabkan benjolan tulang belakang atau gibbus, terutama pada regio torakolumbal.

Pada pemeriksaan laboratorium, dasar diagnosis yang tepat dalam mendeteksi organisme tahan asam adalah dengan tes kultur atau polymersase chain reaction (PCR) dari cairan sendi, pus, atau spesimen jaringan. Biopsi pada lesi tulang, sinovial, atau limfonodus regional dapat menunjukkan kekhasan gambaran histopatologi dari nekrosis dan sel raksasa.

F. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

Adanya manifestasi lokalis pada pasien, seperti terbatasnya gerakan sendi, sendi membengkak dan hangat, atropi otot, spasme otot, kaku, kesemutan, kelemahan otot. Manifestasi lokalis tersebut juga dapat disertai dengan manifestasi sistemik, seperti berkeringat dalam jumlah banyak pada malam hari, demam, berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan, walau pada TB ekstra paru manifestasi sistemik tidak selalu menyertai manifestasi lokalis. Untuk menegakkan diagnosis juga perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga atau orang-orang terdekat yang menderita tuberculosis atau batuk lama. Riwayat kebiasaan pasien juga dapat membantu penegakan diagnosis, seperti kebiasaan naik-turun tangga, memakai sepatu hak tinggi, atau pekerjaan yang membebani sendi lutut seperti pekerjaan yang menuntut pasien untuk berjalan jauh dengan beban berat dan sebagainya.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tanda vital dan status generalis kemungkinan ditemukan hasil pemeriksaan yang normal, atau pasien datang dengan nyeri pada tempat dimana infeksi berada. Pada status lokalis, gonitis TB dapat ditemui hasil pemeriksaan yang mirip dengan osteoartritis maupun reumatoid artritis. Pada status lokalis dapat ditemukan adanya sendi yang membengkak dan hangat, kelemahan otot dan ROM yang terbatas diakibatkan oleh nyeri dan kaku pada sendi, dan kadang disertai dengan krepitasi.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Tuberculin Skin Test (TST) / Mantoux test

Digunakan untuk screening infeksi laten M. tuberculosis. Tes ini mempunyai keterbatasan nilai dalam mendiagnosis TB aktif karena berhubungan dengan sensitivitas dan spesifisitasnya yang rendah dan ketidakmampuannya membedakan antara infeksi laten dan infeksi aktif.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada seseorang dengan anamnesis mengarah ke penyakit TB dengan atau kelainan radiologik, seseorang diduga kontak dengan penderita TB, seseorang dengan kelainan foto thorax sesuai dengan TB paru atau bekas TB paru, seseorang dengan kondisi resiko tinggi menderita penyakit TB paru seperti diabetes melitus, limfoma, atau penyakit keganasan darah dan pasien yang mendapat terapi inmunosupresi. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada pegawai atau perawat yang bekerja di Rumah Sakit dan cederung kontak dengan penderita TB dan pasien yang dicurigai menderita TB ekstrapulmoner.

Uji ini berguna untuk mengetahui adanya reaksi hipersensitifitas lambat terhadap kuman TB. Tuberkulin adalah fraksi protein dari kuman TB, yang bila disuntikkan pada orang yang pernah terinfeksi TB (baik yang aktif maupun yang dorman) akan menyebabkan pembengkakan kulit dalma 24-72 jam akibat akumulasi sel limfosit di daerah penyuntikan. Penebalan dan radang kulit (indurasi) pada pasien dapat dinilai positif jika :

1. Indurasi = 5 mm

Kontak erat dengan sesorang yang diketahui atau dicurigai menderita TB

Orang dengan kelainan gambaran foto rontge paru atau orang dengan peyakit paru TBC lama yang sudah sembuh

Orang dengan kondisi imun yang lemah, termasuk infeksi HIV dan transplantasi organ

Pasien dengan terapi yang menekan sistem imun, seperti kortikosteroid dengan dosis tertentu

2. Indurasi = 10 mm

Pecandu narkoba dengan cara suntikan

Penghuni dan petugas dari rumah penjara, rumah perawatan orang tua, rumah sakit, dan penampungan untuk kaum gelandangan, dan sebagainya.

Pekerja di laboratorium mycobakteriologi

Penderita penyakit kronis seperti DM, pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama, leukemia, penyakit ginjal stadium akhir, sindroma gangguan penyerapan kronik, berat badan yang rendah.

Anak berusia kurang dari empat tahun, atau anak dan remaja yang terpapar pada orang dewasa dengan resiko tinggi akan menderita penyakit TB paru.

3. Indurasi = 15mm

Orang yang tidak memiliki salah satu faktor resiko diatas.

2) Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi merupakan satu-satunya pembuktian mutlak akan adaya TB. Sediaa apus untuk indentifikasi kuman TB dapat dilakukan dengan pewarnaan Ziehl Nielsen atau KenyonGabet-Tan. Bahan yang diperiksa adalah sputum, cairan lambunng, air kemih, cairan sinovium, atau debris, bergantung pada letak penyakitnya.

Oleh karena basil TB sangat lambat berkembang biak, dieprlukan waktu enam sampai delapan minggu untuk mengetahui hasil biakan. Marmut dapat dipakai untuk biakan binatang. Hasi pemeriksaan ini dapat diperoleh setelah enam minggu.

3) Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan radiologi, ada periode laten antara onset gejala dengan penemuan positif pada gambaran radiologi. Perubahan paling awal dari TB arthritis adalah pembengkakan sendi dan distensi kapsul oleh efusi. Sesudah itu, atrofi tulang menyebabkan penipisan pola trabekular, mendekati korteks, dan penebalan kanal meduler. Seperti pada progres penyakit sendi, kerusakan kartilago, dalam tulang belakang dan sendi perifer, ditandai dengan batasan sendi dengan erosi fokal dari permukaan sendi, terutama pada bagian tepinya, dimana lesi dibatasi dengan tulang, khususnya dalam bagian cancellous dari metafisis, radiografi dapat memperlihatkan kista tunggal atau multiokuler dikelilingi oleh tulang sklerotik. Pada tuberkulosis tulang belakang, CT scan atau MRI membantu menunjukkan perluasan infeksi pada jaringan lunak paraspinal, milsanya abses psoas dan perluasan ke epidural.

DIAGNOSIS BANDING

Tuberkulosis pada sistem muskuloskeletal harus dibandingkan dengan semua infeksi subakut dan kronik, seperti rematoid artritis, gout, dan kadang displasis oseus. Pada artritis di tulang belakang, tumor metastasis dapat dicurigai.

KOMPLIKASI

Kerusakan tulang atau sendi dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan jika terapi yang tidak diberikan tidak adekuat. Deformitas berkaitan dengan kerusakan sendi, bentukan abses yangmeluas ke tempat yang berdekatan dengan jaringan lunak, dan bentukan sinus sering ditemukan. Para plegia merupakan komplikasi paling serius dari tuberkulosis tulang belakang. Sebagai bentuk penyembuhan lesi sendi yang hebat, ankilosis tulang atau jaringan fibrosa spontan akan terjadi.

PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

Dalam riwayat kemoterapi terhadap tuberkulosis dahulu dipakai satu macam obat saja. Kenyataannya dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi karena sebagian besar kuman tuberkulosis memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak. Kelompok kecil yang resisten ini malah berkembang biak dengan leluasa. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberkulosis dilakukan dnegan memakai paduan obat, sedikitnya diberikan dua macam obat yang bersifat bakterisid.

Dengan memakai paduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau lebih dan pola resistensi yang terbanyak ialah terhadap INH. Tetapi belakangan ini di beberapa negara banyak terdapat resistensi terhadap lebih dari satu obat (multi drug resistant) terutama terhadap INH dan rifampisin. Jenis obat yang biasa dipakai adalah:

1. Obat Primer

Merupakan obat antituberkulosis tingkat satu, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, etambutol.

2. Obat Sekunder

Merupakan obat antituberkulosis tingkat dua, yaitu kanamisin, pas (para amino salicylic acid), tiasetazon, etionamid, protionamid, sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.

Panduan obat yang dipakai di Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dnegan variasi 2RHS/4RH, 2RHZ/4R3H3, 2RHS/4R2H2. Untuk tuberkulosis paru yang berat, seperti milier dan tuberkulosis ekstraparu, terpai tahap lanjutan diperpanjang menjadi tujuh bulan sehingga paduannya menjadi 2RHZ7/7RH, dll. Dengan pemberian terapi jangka pendek akan didapat beberapa keuntungan seperti waktu pengobatan lebih singkat, biaya keseluruha untuk pengobatan menjadi lebih rendah, jumlah pasien yang membangkang menjadi lebih berkurang, dan tenaga pengawas pengobatan menjadi lebih hemat/efisien.

Oleh karena itu Departemen Kesehatan RI dalam rangka program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru lebih menganjurkan terapi jangka pendek dengan paduan obat HRE/5 HaRa (isoniazid + rifampisin + etambutol setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan dengan isoniaid + rifampisin dua kaliseminggu selama lima bulan), daripada terapi jangka panjang HSZ/11 H2Z2 (INH + streptomisin + pirazinamid dua kali seminggu sebelas bulan).

Di negara-negara yang berkembang, pengobatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai kesembuhan yang ditargetkan yakni 85% karena proram pengobatan yang kurang baik, kepatuhan berobat pasien yang buruk, sehingga menimbulkan populasi tuberkulosis makin meluas, dan resistensi obat semakin banyak.

NAMA OBAT

DOSIS HARIAN

DOSIS BERKALA

3 X SEMINGGU

BB < 50 kg

BB > 50 kg

Isoniazid

300 mg

400 mg

600 mg

Rifampisin

450 mg

600 mg

600 mg

Pirazinamid

1000 mg

2000 mg

2 3 g

Streptomisin

750 mg

1000 mg

1000 mg

Etambutol

750 mg

1000 mg

1 1,5 g

Etionamid

500 mg

750 mg

PAS

99

10 g

b. Non medikamentosa

Terapi bedah dapat dilakukan pada pusat radang TB yang terdiri atas pengkejuan yang dikelilingin oleh jaringan fibrosa. Seperti halnya infeksi lain, adanya jaringan nekrosis akan menghambat penetrasi antibiotik ke daerah radang sehingga pembasmian kuman tidak efektif. Oleh karena itu, sarang infeksi di berbagai organ, misalnya kaverne di paru dan debris di tulang harus dibuang. Jadi, tindak bedah menjadi syarat mutlak untuk hasil baik terapi medis. Selian itu, tindakan bedah juga diperlukan untuk mengatasi penyulit, misalnya pada TB paru yang menyebabkan destruksi luas dan empiema, pada TB usus yang menimbulkan obstruksi atau perforasi, dan osteitis atau artritis tuberkulosa yang menimbulkan cacat.