BAB II.docx

49
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Informasi 2.1.1. Pengertian informasi Abdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Menurut Anton M. Meliono (1990: 331) informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan. Azhar Susanto (2004:46) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi, menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat. Burch dan Strater menyatakan bahwa informasi adalah pengumpulan atau pengolahan

description

444

Transcript of BAB II.docx

40

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Informasi2.1.1. Pengertian informasiAbdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Menurut Anton M. Meliono (1990: 331) informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan. Azhar Susanto (2004:46) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi, menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.Burch dan Strater menyatakan bahwa informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Menurut George H. Bodnar (2000: 1) informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. George R. Terry berpendapat bahwa informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Menurut Gordon B. Davis (1991: 28), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.Jogianto (2004:8) dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi berpendapat bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya.Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadiankejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan.Lani Sidharta (1995: 28) berpendapat bahwa informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Raymond Mc.leod menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.Menurut Tata Sutabri, informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan definisi-definisi informasi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sekumpulan fakta-fakta yang telah diolah menjadi data, sehingga menjadi lebih berguna dan menjadi informasi saat dibaca atau diketahui oleh orang yang membutuhkan akan informasi tersebut dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas tergantung dari tiga hal, yaitu: a.Akurat, yang artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. b.Tepat pada waktunya, yang artinya informasi yang diterima tidak boleh terlambat. ;c.Relevan, yang artinya informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakainya. Sumber informasi adalah data. Data itu berupa kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Yang kemudian data diolah melalui suatu metode untuk menghasilkan informasi. Data diolah melalui suatu model sehingga menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang kemudian menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sabagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus.Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Karena dengan informasi yang adekuat seseorang akan lebih mudah dalam mendapatkan pengetahuan tentang cara menghadapi hemodialisa, namun dengan sulitnya informasi yang diterima membuat seseorang minim pengetahuan cara mengahadapi hemodialisa. (Waqid Iqbal M, 2007). Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu melalui media dan alat sarana komunikasi seperti Koran, Majalah, Radio, Televisi, Spanduk dan Selebaran (Tugiman, 2006 dalam Riska,2014).2.2. Konsep prioperatif2.2.1.pengertian prioperatifKeperawatan prioperatif adalah hasil dari perkembangan keperawatan kamar oprasi. Focus keperawatan prioperatif sekarang adalah pasien, bukan prosedur atau teknik (patient-oriented, bukan task-oriented). Pembedahan dibagi atas tiga pase atau tahap, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaopratif. Ketiga tahap di sebut periode perioperatif. (Mary Baradero,dkk, 2005).2.2.2.FasePraoperatif Fase oraoperatif dimulai ketika keputusan di ambil untuk melaksanakan intervensi pembedahan. Termasuk dalam kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah pengkajian praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan social pasien, rencana keperawatan mengenai Persiapan pasien untuk pembedahannya, dan implementasi intervensi keperawatan yang telah di rencanakan. Tahap ini berakhir ketika pasien diantar ke kamar operasi dan di serahkan ke perawat bedah untuk perawatan selanjutnya. (Mary Baradero, dkk, 2005).2.2.3.FaseIntraoperatifFase intraoperatif dimulai ketika pasien di pindahkan ke meja operasi. Tahap ini berakhir ketika pasien di pindahkan ke postanesthesia care init (PACU) atau yang dahulu disebut ruang pemulihan (recovery room, RR). Dalam tahap ini, tanggung jawab perawat terfokus pada kelanjutan dari pengkajianfisiologis, fisikologis, merencanakan dan mengimplementasikan intervensi untuk keamanan dan privasi pasien, mencegah infeksi luka,dan mempercepat penyembuhan. Termasuk intervensi keperawatan yang spesifik adalah memberi dukungan emosional ketika anestesia di mulai (induksi anestesia) dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan mempertahankan posisi tubuh yang fungsional, mempertahankan asepsis, melindungi pasien dari bahaya arus listrik (dari alat-alat yang di pakai seperti electrocautery), membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, menjamin ketepatan hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah, mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien dan anggota tim kesehatan yang lain. (Mary Baradero, dkk, 2005). 2.2.4.FasePostoperatifTahap pascaoperatif dimulai dengan memindahkan pasien dari kamar bedah ke unit pascaoperasi dan berakhir dengan pulangnya pasien. Focus intervensi keperawatan pada tahap pascaoperatif adalah memulihkan fungsi pasien seoptimal dan secepat mungkin. Fase pascaoperatif dimulai dengan pemindahan pasien ke PACU dan berakhir pada waktu pasien dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk dalam kegiatan perawatan adalah mengkaji peerubahan fisik dan psikologis, memantau kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital, dan status neurologis secara teratur, mempertahankan keseimbangan cairan dan electrolit, mengkaji secara akurat serta haluaran dari semua drain. (Mary Baradero, dkk, 2005). 2.3. Konsep kecemasanAnsietas (cemas) adalah suatu prasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat di benarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsure penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.(David A.Tomb, 2000).Kecemasan adalah kumpulan status patologis yang di tandai dengan adanya gejala mental kecemasan disertai dengan gejala fisik yang memperberat akibat hiperaktivitas system saraf otonom.(panduan dasar perawatan psikiatri).Cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu dimana penyebabnya tidak pasti / tidak ada objek yang nyata (Rasmus, 2004 dalam Riska,2014).Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realita (Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian / splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Dadang Hawari, 2004 dalam Riska, 2014). Kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanantekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin) Prasetyo (2005). Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit ketakutan dan aktivasi system saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik ( Carpenito, 2000 dalam Riska, 2014).2.1.1. Penyebab KecemasanMenurut Asmadi (2009) dalam Riska (2014) faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus kecemasan dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori yaitu :a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas seharihari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal. Prasetyo (2005) berpendapat, perasaan cemas dapat timbul oleh karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa merasa terancam dan sebagainya. Kedua yang terjadi dari luar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan.

2.1.2. Gejala Klinis Kecemasan Menurut Dadang Hawari, (2004) dalam Riska (2014) keluhankeluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung.b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.d. Gangguan pola tidur, mimpimimpi yang menegangkan.e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat menurun.f. Perasaan depresi (murung), hilangnya minat/ keinginan, berkurangnya kesenangan dan sedih.g. Gejala somatic/ fisik otot, seperti rasa sakit pada otot/ nyeri di otot-otot dan kaku.h. Gejala somatic/ fisik (sensorik) seperti pendengaran berdenging, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, dan merasa lemas.i. Gejala pada kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), seperti denyut jantung cepat, berdebardebar, nyeri dan rasa lesu.j. Gejala pada respiratori (pernafasan), seperti rasa tertekan atau sempit di dada anda, nafas pendek atau sesak nafas.k. Gajala gastrointestinal (pencernaan), seperti sulit menelan, nyeri sebelum dan sesudah makan, mual muntah, perut kembung, BAB lembek, dan kehilangan berat badan.l. Gejala urogenital ( perkemihan), seperti sering buang air kecil.m. Gejala urogenital (kelamin), seperti tidak dating bulan, darah haid berlebihan, darah haid sedikit, haid beberapa kali dalam sebulan, masa haid berkepanjangan, dan masa haid amat pendek.n. Gejala autonom, seperti mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat dan sakit, dan bulu-bulu berdiri.o. Tingkah laku (sikap) pada wawancara, terjadi perasaan gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, dan kerut kening.

2.1.3. Tingkatan KecemasanMenurut Stuart (2006) dalam Riska (2014) ada beberapa tingkatan dalam kecemasan yaitu:a. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.b. Kecemasan Sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.c. Kecemasan BeratSangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.d. Kecemasan PanikBerhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror, rincian terpecah dari proposinya. Karena mengalami kehilangan kendali, walaupun dengan pengarahan.Menurut Riyadi Sujono dan Purwanto Teguh (2009) Tingkatan kecemasan dapat dikatagorikan menjadi 2 (dua) yaitu :a. Kecemasan tingkat beratYaitu prioritas tertinggi tujuan keperawatan harus ditujukan untuk menerunkan ansietas tingkat berat atau panic pasien.b. Kecemasan ringan atau sedangYaitu dapat melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.

2.1.4. Tingkatan dan Karakteristik KecemasanAsmadi (2009) dalam Riska (2014) berpendapat, tiap tingkat kecemasan menpunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain,yaitu :a. Tingkat Kecemasan Ringan1) Respon fisiologi ; sesekali nafas pendek, nadi dan tekana darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar.2) Respon kognetif ; mampu menerima rangsngan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan rangsangan melakukan tindakan.3) Respon perilaku dan emosi ; tidak dapat duduk tenang, tremor harus pada tangan, dan suara kadangkadang meninggi. b. Tengkat Kecemasan Sedang1) Respon fisiologis ; sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.2) Respon kognetif ; memutuskan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.3) Respon perilaku dan emosi ; gerakan tersentaksentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.c. Kecemasan Berat1) Respon fisiologis ; nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala penglihatan berkabut serta tampak tegang.2) Respon kognetif; tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan, serta lapang persepsi menyempit.3) Respon perilaku dan emosi ; perasaan terencam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu.d. Panik1) Respon fisiologis ; nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendah koordinasi motorik.2) Respon kognetif ; gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.3) Respon perilaku dan emosi ; agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriakteriak, kehilangan kendali/kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau orang lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya.

1.4. Pengertian FrakturBanyak sekali batasan yang di kemukakan oleh para ahli tentang fraktur. Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis luasnya. Demikian pula menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara Doenges (2000) memberikan batasan, fraktur adalah pemisahan atau patahan tulang. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995). Sedangkan fraktur menurut Reeves (2001), adalah setiap retak atau patah patah pada tulang yang utuh.Berdasarkan batasan diatas dapat disimpulkan bahwa, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya di sebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis dan luasnya trauma. (Lukman and Nurna Ningsih, 2009) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner dan suddarth, 2001). Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari setiap oleh tulang (Lynda Juall Carpenito, 2009). Fraktur adalah Discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Harnowo, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000). Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma (Dr.Jan Tambayong,2000)Fraktur merupakan istilah darihilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total mapun sebagian. Secara ringas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.(Zairin Noor Helmi,2012).Fraktur lengkap terjadi apabila selutuh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengap tidak melibatka seluruh ketebalan tulang.pada beberapa keadaan trauma muskulokeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini terjadi apabila disamping kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang di sertai pula fraktur. (Zairin Noor Helmi,2012).

1.4.1. Etiologi Fraktur Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ektrem (Smeltzer, 2002). Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkaitdengan perubahan hormone pada menopause.(Reeves, 2001). (Lukman and Nurna Ningsih, 2009) Fraktur juga bisa terjadi akibat adanya tekanan yang berlebih di bandingkan kemampuan tulang dalam menahan tekanan. Tekanan yang terjadi pada tulang dapat berupa hal-hal berikut:1.Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik.2.Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal3.Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi.4.Kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah, misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak.5.Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z.6.Fraktur remuk (brust fracture)7.Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian tulang.(Zairin Noor Helmi,2012).Menurut Oswari E, (2003) ; Penyebab Fraktur adalah :1. Kekerasan langsung;Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

1.4.2. Patofisiologi FrakturFraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai akibat dari berbagai peristiwa diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran, kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang dapat melemahkan otot. Pada dasarnya ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, kedua mekanisme tersebut adalah: yang pertama mekanisme direct force dimana energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang kedua adalah dengan mekanisme indirect force, dimana energi kinetik akan disalurkan darri tempat tejadinya tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami kelemahan. (Arif, 2000)Ketika tulang mengalami frakur, periostenin dan pembuluh darah disekitar jaringan terganggu, pendarahan terjadi karena kerusakan di ujung tulang dan juga kerusakan dekat jaringan hematoma dapat terjadi diantara ujung tulang yang mengalami fraktur dan dibawah periosteum dapat pula terjadi nekrotik, peradangan salah satu karakteristiknya adalah vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit infiltrasi sel darah putih. 1.4.3. Klasifikasi Fraktur1. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Sedangkan fraktur tidak komplet, yaitu patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.2. Fraktur tertutup (fraktur simple) biasanya tidak menyebabkan robeknya kulit. Sedangkan fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: grade I dengan luka bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm, grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif serta merupakan fraktur yang paling berat.3. Fraktur berdasarkan sudut patahnya terdiri atas:a. Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen tersebut akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.b. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini cenderung tidak stabil dan sulit untuk diperbaiki.c. Fraktur spiral, biasanya timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini biasanya hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.4. Fraktur multipel pada satu tulang, terdiri atas:a. Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini biasanya sulit untuk ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.b. Fraktur kominuta adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.5. Fraktur kompresiFraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada orang muda, fraktur kompresi ini dapat juga disertai dengan perdarahan retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat secara cepat menjadi syok hipovolemik dan meninggal jika tidak dilakukan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan secara akurat dan berulang selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera.6. Fraktur patologikFraktur patologik biasanya terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor primer atau tumor metastasis.7. Fraktur beban (kelelahan)Fraktur beban atau kelelahan biasanya terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka. Fraktur ini biasanya akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak dapat sembuh dengan baik. Jadi, setiap pasien yang mengalami nyeri berat setelah meningkatkan aktivitas tubuhnya, mungkin mengalami fraktur dan seharusnya diproteksi dengan memakai tongkat atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan radiografi.8. Fraktur greenstickFraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.9. Fraktur avulsiFraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukn untuk memulihkan fraktur ini. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.10. Fraktur sendiFraktur sendi ini harus segera ditangani, karena apabila tidak segera ditangani secara tepat, fraktur semacam ini dapat menyebabkan osteoartritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang mengalami trauma tersebut. (Arif, 2000)

Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang. Sedangkan fraktur terbuka (fraktur komplikata /kompleks / compound) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai kepatahan tulang. Konsep penting yang harus di perhatikan pada fraktur terbuka adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut (Price,1995).(Lukman and Nurna Ningsih, 2009) Klasifikasi fraktur dapat di bagi dalam klasifkasi penyebab, klasifikasi jenis, klasifikasi klinis, dan klasifikasi radiologis.a.Klasifikasi penyebab1.Fraktur traumatikDisebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur. 2.Fraktur patologisDisebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan fatologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karna tumor atau proses patologis lainnya.3.Fraktur stressDisebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu. (Zairin Noor Helmi,2012).b.Klasifikasi jenis Fraktur1.Fraktur terbuka.2.Fraktur tertutup3.Fraktur kompresi4.Fraktur stress5.Fraktur avulsi6.Greenstick Fracture (frakturlentuk atau salah satu tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.)7.Fraktur transversal8.Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen).9.Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk kedalam tulang lainnya).(Zairin Noor Helmi,2012).c.Klasifikasi klinisManifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.1.Fraktur tertutup (close fracture) Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.2.Fraktur terbuka (open fracture) Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from witbin) atau dari luar (from witbout).3.Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi minsalnya mal-union, delayed union, non-union, serta infeksi tulang. d.Klasifikasi radiologisKlasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisal, metafisal, intraartikular, dan fraktur dengan disloksasi.(Zairin Noor Helmi,2012).

1.4.4. Manifestasi klinikManifestasi klinis yang biasanya terjadi pada fraktur, yaitu:a. NyeriNyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai pragmen di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang. b. setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah, (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.c. pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendakan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah temnpat fraktur. d. saat ektremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.e. pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.(Lukman and Nurna Ningsih, 2009)

1.4.5. Penatalaksanaan frakturPertolongan pertama pada penderita patah tulang di luar rumah sakit adalah sebagai berikut:a.Jalan nafasBila penderita tak sadar, jalan nafas dapat tersumbat karena lidahnya sendiri yang jatuh kedalam faring, sehingga menutup jalan nafas atau adanya sumbatan oleh lender, darah, muntahan atau benda asing. Untuk mengatasi keadaan ini, penderita dimiringkan sampai tengkurap. Rahang dan lidah ditarik ke depan dan bersihkan faring dengan jari-jari.b.perdarahan pada lukaCara yang paling efektif dan paling aman adalah dengan meletakan kain yang bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau dibalut dengan verban yang cukup menekan. c.syokPada suatu kecelakaan kebanyakan syok yang terjadi adalah syok hemoragik. Syok bisa jadi jika orang kehilangan darahnya kurang lebih 30% dari volume darahnya. Pada fraktur femor tertutup orang dapat kehilangan darah 1000-1500 cc. 4 tanda syok yang dapat terjadi setelah trauma adalah sebagai berikut.1.Denyut nadi lebih dari 100 x/menit.2.Tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg3.Wajah dan kuku menjadi pucat atau sianotik4.Kulit tangan dan kaki dingind.Fraktur dan dislokasi Fraktur dan dislokasi dari anggota gerak harus dilakukan imobilisasi sebelum penderita dibawa kerumah sakit. Guna bidai selain untuk imobilisasi atau mengurangi sakit, juga untuk mencegah kerusakan jaringan lunak yang lebih parah. (Lukman and Nurna Ningsih, 2009) Tujuan pengobatan fraktur1. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi anatomi.2. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmenfragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.3. Penyambungan fraktur (union)4. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi) Prinsip Dasar Penanganan Fraktur1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya fraktur.3. Repair; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita.5. Rehabilitation;Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.1.4.6. Proses penyembuhan FrakturJika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Biasanya terbentuk bekuan darah pada daerah yang mengalami fraktur atau patah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) di sekitasr lokasi fraktur. Lapisan ini terus melebar dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen lainnya dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak. (Arif, 2000)1.4.7. Faktor yang dapat mempercepat penyembuhanMenurut Chairudin Rasjad (2009), faktor faktor yang menentukan lama penyembuhan fraktur sebagai berikut :1.Usia penderita. Waktu penyembuhan tulang anak anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktiovitas proses osteogenesis pada peritoseum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktiv. Apabila usia bertambah, proses tersebut semakain berkurang.2.Lokalisasi dan konfigurasi fraktur. Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat dari pada fraktur diafisis. Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.3.Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang periosteummnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.4.Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur memiliki vaskularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian, pembentukan union akan terhambat atau mungkin terjadi non-union.5.Reduksi serta mobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang menganggu penyembuhan fraktur.6.Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, kemungkinan terjadinya non-union sangat besar.7.Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak. Adanya interposisi jaringan, baik berupa periosteum maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.8.Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.9.Cairan sinovial. Caira sinovial yang terdapat pada persendian merupakan hambatan dalam penyembuhan fraktur.10. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur.akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan menganggu vaskularisasi.Penyembuhan fraktur berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Secara kasar, waktu penyembuhan pada anak waktu penyembuhan orang dewasa. Faktor lain yang mempercepat penyembuhan fraktur anata lain adalah nutrisi yang baik, hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, Vitamin D, dan steroid anabolik, seperti kortikosteroid (menghambat pertumbuhan perbaikan).

2.5. Kerangka Tioritis.Kerangka konsep penelitian ini adalah hubungan antara teori-teori yang ingin diamati atau diukur melaluli penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditulis kerangka konsep teori sebagai berikut :

Riska, 2014Respon psikologis-Perilaku-Kognitif-AfektifKecemasan prabedah frakturPrie,2009Respon fisiologis-Kardiovaskuler-Respirasi-Kulit -Gastro internal-Neuromuskuler