BAB II.docx

21
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1.Konsep dasar penyakit Hipospadia a. Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan kongenital dimana meatus uretra externa terletak di permuakaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal.(Arif Mansjoer,2000) Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra terlatak di bagian bawah pangkal penis (Ngastiyah,2005) Dari pengertian diatas, dapat disimpulan bahwa hipospadia adalah kelainan kongenital dimana letak meatus uretra terletak di bagian ventral dekat pangkal penis. Letak meatus uretra bisa dari bagian granular sampai ke perinial. b. Anatomi Fisiologi Genitalia Laki-laki Organ Genetalia eksterna pria terdiri dari penis dan skrotum. Penis terdiri dari glans dan korpus. Korpus penis dibentuk terutama oleh jaringan erektil. Glans penis adalah struktur yang terbentuk seperti kerucut pad aujung penis dan mengandung jaringan sensori dan jaringan

description

keperawatan

Transcript of BAB II.docx

BAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar1. Konsep dasar penyakit Hipospadiaa. Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan kongenital dimana meatus uretra externa terletak di permuakaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal.(Arif Mansjoer,2000)Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra terlatak di bagian bawah pangkal penis (Ngastiyah,2005)Dari pengertian diatas, dapat disimpulan bahwa hipospadia adalah kelainan kongenital dimana letak meatus uretra terletak di bagian ventral dekat pangkal penis. Letak meatus uretra bisa dari bagian granular sampai ke perinial.b. Anatomi Fisiologi Genitalia Laki-lakiOrgan Genetalia eksterna pria terdiri dari penis dan skrotum. Penis terdiri dari glans dan korpus. Korpus penis dibentuk terutama oleh jaringan erektil. Glans penis adalah struktur yang terbentuk seperti kerucut pad aujung penis dan mengandung jaringan sensori dan jaringan erektil. Korona adalah area seperti mahkota dimana glans menonjol dari korpus penis. Kulit ini dipotong pada saat sirkum sisi. Uretra terletak didalam korpus penis, dengan meatut uretra yang terletak ditengah ujung glans. (Arif Mansjoer,2000)Skrotum merupakan kantung yang longgar dan berkerut yang terletak di dasar penis. Skrotum mempunyai dua kompartemen, setiap kompartemen berisi testis, epididimis, dan bagian vas deferens merupakan organ-organ seks internal pria (Arif mansjoer,2000:370). Testis berbentuk seperti telur dan seperti karet. Panjang testis pada bayi adalah 1,5 cm, panjang testis ini tetap tidak berubah secara nyata sampai masa pubertas. Kemudian testis membesar secara bertahap panjang testis orang dewasa, yaitu 4-5 cm. Testis kiri agak lebih rendah dari pada testis kanan. Fungsi utama dari testis adalah menghasilkan sperma dan hormon. Selama ejakulasi sperma mengalir ke dalam epididimis, dan kemudia ke dalam vas deferens sebelum melewati uretra. (joyce,1999).Gambar 2.1 Aanatomi Genetalia Laki-laki

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungi juga dalam menyalurkan cairan sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra internal yang terletak pada perbatas buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksternal yang terletak pada perbatasan uretra anteriaor dan proterior secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu:1) Uretra pars anteriorTerletak di dalam prostat. Uretra pars prostatica memiliki panjang sekitar 3 cm. Didalam prostat, uretra menerima sepasang ductus ejaculatorius yang merupakan penyatuan antara ductus eksskrotorius dan ductus vasicular seminalis. Selain itu, uretra pars prostatica juga mendapatkan muara dari ductus ductus kelenjar prostat it sendiri.2) Uretra pars membranosaMerupakan bagian uretra terpendek (1-2 cm) dan juga paling sempit uretra paras membranosa terbentang dari apex prostat sampai ke bulbus penis. Uretra paras membranosa terletak di dalam diagrafma pelvis (diapragma urogenetalia). Uretra bisan ini berdinding tipis dan dikelilingi oleh sfingter uretra externa dan merupakan bagian yang mudah robek saat dilakukan katerisasi urin.3) Uretra pars spongiosaMerupakan bagian uretra yang terpanjang (15 cm) terletak didalam bulbus penis, corpus spongiosum dan glans penis. Uretra paras spongiosa juga bermuara dari ductus glandula uretralis. Teradapat 2 buah pelebaran yakni fossa intrabulbaris (pelebaran dari bulbus penis) dan fossa navicularis (pelebaran pada glans penis). Ini berakhir pada Orificium uretra externum pada glans penis. (UNISSULA, 2012:113).c. Etiologi Hipospadia terjadi karena gangguan perkembangan uretra anterior yang tidak sempurna sehingga uretra terletak dimana saja di sepanjang penis sampai perineum. Semakin proksimal muara meatus maka semakin besar kemungkinan ventral penis memendek dan melengkung karena adanya chordae. Ada banyak faktor menyebabkan hipospadia dan banyak teori yang menyatakan penyebab hipospadi anatara lain (Suradi,2010 : 142)1) Faktor Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis anrdrogen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang sintesis anrdrogen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 12% berpengaruh terhadap kejadian hipospadia bila memiliki riwayat keluarga yang menderita hipospadia. 50 % berpengaruh terhahadap kejadian hipospadia bila bapaknya menderita hipospadia.

2) Faktor Hormon.Hormon androgen/ estrogen sangat berpengaruh terhadap kejadian hipospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional. Perubahan kadar estrogen dapat berasal dari : 1. Androgen yaitu perubahan pola makan yang meningkat lemak tubuh. 2. Sintesis seperti oral kontrasepsi (ethynil estrodiol). 3. Tanaman seperti kedelai. 4. Estrogen chemical seperti senyawa organochlrin. Androgen diahasilkan oleh testis dan plasenta karena terjadi defesiensi androgen akan menyebabkan penurunan produksi dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi reduktase. Ini berperan dalam pembuatan penis sehingga bila terjadi defisiensi androgen akan menyebabkan kegagalan pembentukan bumbung uretra yang disebut hipospadia. Hormon yang dimaksud disini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga meskipun hormon androgennya telah cukup terbentuk tetapi reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupipun akan berdampak sama.3) Faktor lingkunganFaktor pencemaran limbah industri berperan sebagain Endrocrin discrupting chemicals baik bersifat esogenik maupun anti androgenik seperti polychorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida, organochorin, alkiphenol polyethoxsylates dan phatalites. Sudah diketahui bahwa tingkat indefenden maka perkembangan genital eksterna laki-laki selanjutnya dipengaruhi oleh estrogen yang dihasilkan testis primitif suatu hipotesis mengemukakan bahwa kekurangan estrogen atau terdapat anti androgen akan mempengaruhi pembentukan genetalia eksterna laki-laki.Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dan genitalia karena involusi yang premature dari sel intertisial testis. Faktor eksogen antara lain pejanan prenatal terhadap kokain, alkohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes gestasional (Arief mansoer, 2000:374). d. PatofisiologiHipospadi terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim. Penyebab pasti cacat tidak diketahui tetapi diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik (Sugar,1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak menggangu kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992). Selanjutnya penempatan ventral pembukaan uretral bisa menggangu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi.e. KlasifikasiTiper hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksernum/ meatus.1) Tipe sederhana / Tipe anteriorTerletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glend penis. Secara klinis kelainan ini bersifat asimotomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.2) Tipe penil/ tipe middle Middle yang terdiri dari distal penil, proksimal penile, pane-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian venteral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawa atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan ini diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada, maka sebaiknya pada bati tidak dilakukan sirkumsisi karena kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.3) Tipe posterior Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis agak terganggu, kadanng disertai dengan scrotum bifids, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.a. Tipe hipospadia yang lubang uretrenya di depan atau di anterior (Masjoer, A.2000) 2.2 Tipe Glandular 2.3 Tipe Coronalb. Tiper hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah 2.3 Tipe middle 2.4 Tipe penoscrotal 2.5 Tipe PerinealKlasifikasi hipospadia

2.6 klasifikasi berdasarkan letak saluran kemih (Masjoer,A 2000)f. KomplikasiKomplikasi yang timbul paska repair hipospadia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi, ketelitian teknik operasi, serta perawatan pasca repair hipospadia. Macam komplikasi yang terjadi, yaitu;1) Perdarahan 2) Infeksi3) Fistel urethtrokutan4) Striktur uretra, stenosis uretra5) Diventrikel uretraKomplikasi paling sering dari reparasi hipospadia adalah fistula, divertikulum, penyempitan uretral, dan stenosis meatus. Penyebab paling sering dari fistulaa adalah nekrosis dari flap yang disebabkan oleh terkumpulnya darah di bawah flap. Fistula itu dapat dibiarkan sembuh spontan dengan reparasi sekunder 6 bulan sesudahnya. Untuk itu kateter harus dipakai selama 2 minggu setelah fistulanya sembuh, dengan harapan tepi-tepinya akan meyatu kembali. Penyempitan uretra adalah suatu masalah. Bila penyempitan ini padat, maka dilatasi dari uretra akan efektif. Pada penyempitan yang hebat, operasi sekunder diperlukan. Urethtrotomy akan memadai untuk penyempitan yang pendek. Sedang untuk penyempitan yang panjang uretra itu harus dibuka di sepanjang daerah penyempitan dan ketebalan penuh dari graft kulit yang dipakai untuk menyusun kembali ukuran uretra. Suatu kateter bisa digunakan untuk mendukung skin graft.g. Menifestasi klinik1) Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada dibawah atau di dasar penis.2) Penis melengkung kebawah3) Penis seperti berkurudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.4) Jika berkemih, anak harus duduk. (Kapita Selekta)h. Manejemen medik secara umumDiagnosa ditegakan, berdasarkan pemeriksaan fisik, jika jopospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu di lakukan pemeriksaan radilogist untuk pemeriksaan kelainan bawaanya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak di sunat, kulit depan penis untuk di gunakan pada pembedahan nanti. Sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan sebelum anak berumur 18 tahun. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air kecil pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual (Sudarti,M.Kes)1) Operasi pelepasan chordee dan tunelling.Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipopadia biasanya terdapat suatu chodee yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit prepurium penis untuk menutup sulcus uretra.2) Operasi uretroplastyTahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak berbentuk fossa naficularis pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama. Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pasca bedah dimana canalis uretra bemum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena dimana canalis uretra belum maksimal.Gambar uretroplasty 2.7

a. Indikasi Penatalaksaan uretroplasty dilakukan pada pasien hipopadia, trauma, uretra, uretrolithiasis dan lain-lain.b. Prinsip perawat uretroplasty(1) Anak harus tirah baring sehingga kateter diangkat. Pengangkatan jahitan dari kateter hari ke tujuh sampai hari ke 10.(2) Perawatan luka, pertahankan luka tetap bersih dan kering. Balut luka tidak terjadi edema.(3) Intake cairan harus adekuat. Untuk mempertahankan aliran ginjal dan mengencerkan toksin.(4) Keluarga mengetahui dengan jelas informasi tentang prosedur perawatan post operasi serta dapat berpatisipasi aktif dalam perawatan post operasi pada pasien.(5) Perawtan kateter yang belum dilepas.(6) Observasi urine : volume, bau, dan warna.(7) Kolaborasi dalam terapi medis untuk mengatasi nyeri.2. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/ pola fungsi sistem tubuh tertentu terhadap kebutuhan pasien sebagai mahluk holistik.1) Struktur uretra ( terutama pada sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat atau fistula2) Dapat terjadi disfungsi ejakulasi pada pria dewasa3) Psikis ( malu) karena perubahan posisi BAK4) Fistula uretrocutan5) Residual chorde3. Konsep Dasar Lukaa. DefinisiLuka dapat digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut ketika terjadi luka, beragam efek dapat terjadi yaitu kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, hemoragi dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel. (Brunner & Suddart, 2002:489).b. Klasifikasi luka1) Luka insisiDibuat dengan potongan bersih menggunakan instrument tajam sebagai contoh luka oleh ahli bedah dalam setiap prosedur operasi. Kondisi luka bersih (luka yang dibuat secara aseptik) biasanya ditutup dengan jahitan setelah semua pembuluh darah diligasi dengan cermat.2) Luka kontusi.Dibuat dengan dorongan tumpul dan ditandai dengan cedera berat bagian yang lunak, hemoragi, dan pembengkakan.3) Luka laserasiAdalah luka dengan tepi yang bergerigi, tidak teratur, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat.4) Luka tusukDiakibatkan oleh bukaan kecil pada kulit sebagai contoh, luka yang dibuat oleh peluru atau tusukan pisauc. Proses penyembuhan luka :1) Fase Pertama ( imflamasi)Berlangsung sampai hari ke 3. Batang leukosit banyak yang rusak/ rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuhan dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.2) Fase Kedua ( poliferasi )Dari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu dan jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.3) Fase KetigaSekitar 2 sampai 10 minggu kolagen terus menerus ditimbun, tumbunan jaringan-jaringan dan otot dapat digunakan kembali.4) Fase Keempat ( Fase terakhir)Pada fase penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.4. Konsep Dasar Keluarga a. Pengertian KeluargaKeluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional, dan social dari tiap anggota (Yupi,2004).Keluarga didefinisikan dengan cara pandang keluarga dapat dipandang sebagai tempat pemenuhan kebutuhan biologis bagi para anggotanya. Cara pandang dari sudut psikologi keluarga adalah tempat berinteraksi dan berkembannya keprobadian anggota keluarga. Secara ekonomi keluarga dianggap sebagai unit yang produktif dalam menyediakan materi bagi anggotanya dan secara social adalah unit yang bereaksi terhadap lingkungan lebih luas ( Yupi,2004). b. Ciri-ciri keluarga terdiri dari:1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah.3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan sodara.4. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar dari kebudayaan umum yang lebih luas.( Sugeng Iwan, pengasuh Anak dalam Keluarga).c. Tahap keluarga.Pada kasus penulis tahapan keluarganya dengan anak sekolah, dimana tahap ini dimuai saat berumur 6 tahun ( mulai sekolah) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada saat ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga sangat sibuk. Selai aktivitas sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.Keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu :1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan2. Mempetahankan keintiman 3. Memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memeberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. (Sugeng Iwan, Pengasuh anak dalam keluarga).d. Fungsi KeluargaTerdapat 5 fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat, yaitu:1. Fungsi biologis.a) Untuk meneruskan keturunan.b) Memelihara dan membesarkan anakc) Memelihara dan merawat anggota keluarga.d) Sosialisasi di antara anggota keluarga.e) Memberi kesempatan untuk berekreasi2. Fungsi Psikologis.a) Memberikan kasih sayang dan rasa amanb) Membarikan perhatian diantara anggota keluargac) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluargad) Membarikan identitas keluarga3. Fungsi sosialisasia) Membina sosialisasi pada anakb) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.c) Meneruskan nilai-nilai budaya4. Fungsi ekonomia) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuho kebutuhan keluargab) Sebagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran dan tabungan.c) Pengaturan ekonomi dan keuangan.5. Fungsi pendidikana) Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam hubungan dengan fungsi-fungsi lain.b) Persiapan untuk kehidupan dewasa.c) Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa. ( Sugeng Iwan, Pengasuh anak dalam keluarga)5. Karakteristik Anaka. Pertumbuhan dan PerkembanganPada kasus pasien berusia 10 tahun pasien sudah memasuki sekolah dasar 5 SD, ciri-ciri perkembangan pada anak 10 tahun adalah:1) Fisika) Meningkatkan koordinasi gerakannya.2) Sosial3) Bahasa4) kognisi6. Hospitaslisasia. Pengertian hospitalisasib. Intervensi untuk reaksi hospitaslisasi7. Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan.