BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf ·...

16
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan struktural untuk mengkaji novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan yang memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembangunnya, memang dapat digunakan dalam setiap penelitian sastra. Hal ini dikarenakan setiap karya sastra pasti memiliki struktur pembangun. Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, ada beberapa judul skripsi yang telah menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisis novel. Pertama, skripsi berjudul “Tinjauan Novel Ketika Barongsai Menari Karya V. Lestari (Suatu Pendekatan Struktural)” oleh Priniati Lestari pada tahun 2001, dan kedua, skripsi dengan judul “ Kajian Struktural Novel Kemilau Kemuning Senja Karya Mira Woleh Sabarini pada tahun 2004. Dalam kaitan itu, penulis menggunakan pendekatan struktural untuk meneliti novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf untuk mengidentifikasi praktik-praktik subordinasi yang terkandung di dalamnya. Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf telah mendapat ulasan dari beberapa mahasiswa di universitas lain. Penulis menemukan beberapa situs internet yang memuat ulasan mengenai novel Tanah Tabu diantaranya “ Representasi Perempuan Pinggiran Dalam Novel Tanah Tabu Karya Anindita S. Thayf: Kajian Semiotikoleh Budiawan Dwi Santoso yang merupakan tesis di ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Transcript of BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan pendekatan struktural untuk mengkaji

novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan

yang memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembangunnya, memang

dapat digunakan dalam setiap penelitian sastra. Hal ini dikarenakan setiap karya

sastra pasti memiliki struktur pembangun.

Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, ada beberapa judul skripsi

yang telah menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisis novel.

Pertama, skripsi berjudul “Tinjauan Novel Ketika Barongsai Menari Karya V.

Lestari (Suatu Pendekatan Struktural)” oleh Priniati Lestari pada tahun 2001, dan

kedua, skripsi dengan judul “ Kajian Struktural Novel Kemilau Kemuning Senja

Karya Mira W” oleh Sabarini pada tahun 2004. Dalam kaitan itu, penulis

menggunakan pendekatan struktural untuk meneliti novel Tanah Tabu karya

Anindita S. Thayf untuk mengidentifikasi praktik-praktik subordinasi yang

terkandung di dalamnya.

Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf telah mendapat ulasan dari

beberapa mahasiswa di universitas lain. Penulis menemukan beberapa situs

internet yang memuat ulasan mengenai novel Tanah Tabu diantaranya “

Representasi Perempuan Pinggiran Dalam Novel Tanah Tabu Karya Anindita S.

Thayf: Kajian Semiotik” oleh Budiawan Dwi Santoso yang merupakan tesis di

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 2: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

9

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Santoso,

2010). Dalam tulisan ini, diungkapkan mengenai unsur-unsur yang membangun

novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf, mendeskripsikan representasi

perempuan pinggiran pada novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Pertama,

tema utama dari novel Tanah Tabu adalah penindasan perempuan pinggiran,

yakni di Papua. Tema tambahan meliputi persahabatan, perjuangan perempuan

dalam kehidupannya, kekerasan dalam rumah tangga, ketidakberdayaan

perempuan, dan modernitas. Alur yang digunakan Anindita S. Thayf dalam

novelnya adalah plot campuran. Tokoh utama adalah Mabel. Tokoh tambahan

adalah Mace, Leksi, Yosi, Mama Helda, Tuan Piet, dan Nyonya Hermine, Pace

Mauwe, Pace Johanis, Vic dan Ann, Pace Poro Boku, Mama Pembawa Berita

(Mote), Pak Guru Wenas, Pace Gerson, Karel, Mama Kori. Kedua, representasi

perempuan pinggiran dalam novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf meliputi

perempuan pinggiran yang tertindas dalam hal patriarki, kapitalisme, dan

militerisme; perempuan pinggiran yang tidak berdaya terhadap peristiwa

kehidupan; resistensi perempuan pinggiran terhadap kesewenang-wenangan lelaki

dan kapitalisme; perempuan pinggiran sebagai pekerja; keterbelakangan

perempuan pinggiran dalam pengetahuan; perempuan pinggiran yang

berkewajiban memegang teguh tradisi; perempuan pinggiran yang memiliki

potensi dan prestasi; perempuan pinggiran yang kukuh dan tangguh; perempuan

pinggiran sebagai anggota masyarakat yang melakukan tindakan negatif dan

positif; serta perempuan pinggiran yang hidup sederhana. Hasil analisis semiotik

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 3: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

10

tersebut ditemukan bahwa representasi perempuan pinggiran didominasi oleh

faktor indeks.

“Tanah Tabu: Hanya Secuil Kisah Teriakan Kaum Hawa” oleh Frans

Agung Setiawan yang mengungkapkan mengenai ketertindasan yang dialami

oleh perempuan di tanah papua. Di sini diceritakan bahwa Anindita telah mencoba

mengungkap tema tentang isu-isu sekitar masyarakat Papua, melalui kacamata

tokoh-tokoh ’aku’ yang melaporkan dan menguping tentang segala hal. "Tokoh-

tokoh ini bukan pria berotot, melainkan anak-anak dan kaum ibu yang mencoba

bertahan dan memahami perubahan di tanah Papua. Oleh karena itu buku ini bisa

membuka jendela kesadaran bahwa tidak jauh dari sini masih ada kaum tertindas

yang butuh perhatian dan bantuan dari kita semua (Setiawan, 2009).

Adapun analisis terhadap Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf

yang penulis temukan adalah “Tanah Tabu Dalam Kajian Feminisme” dianalisis

oleh Arum Rini Asih untuk menyelesaikan gelar S1 nya di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2010. Pada analisis tersebut penulis yaitu

Arum mengungkapkan mengenai ketertindasan kaum perempuan dalam keluarga,

bidang pendidikan, pemerintah, dan di bidang politik. Dalam pembahasan yang

ditulis oleh Arum penulis tidak mendapati analisis terhadap subordinasi

perempuan. Walaupun subordinasi mengarah kepada feminisme tetapi pada

dasarnya keduanya berbeda pada hasil analisisnya. Pada skripsi yang berjudul

“Tanah Tabu dalam kajian feminisme” yang ditulis oleh Arum, penulis hanya

menemukan perjuangan-perjuangan kaum wanita karena penindasan yang mereka

alami, kemudian muncul juga tokoh-tokoh yang profeminisme dan

kontrafeminisme.

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 4: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

11

Adapun pada penelitian ini, penulis akan memaparkan praktik-praktik

subordinasi yaitu perempuann yang dinomorduakan oleh kaum laki-laki dan

dianggap tidak penting. Praktik-praktik subordinasi ini dikhususkan hanya pada

perlakuan laki-laki yang menjadikan perempuan sebagai subordinat saja. Dengan

demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada.

Penelitian ini justru akan memperkaya dan melengkapi penelitian terdahulu.

B. Struktur Novel

Eksistensi dari karya sastra di tengah masyarakat tidak lepas dari

pengakuan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah

kompleks. Untuk menjadikan karya sastra tetap eksis di tengah masyarakat

diperlukan adanya kompleksitas di dalam karya sastra tersebut. Hal inilah yang

dijadikan sebagai pijakan awal bahwa masyarakat adanya karya sastra.

Karya sastra hendaknya dipahami sebagai sesuatu yang kompleks dan

otonom, yang menuntut pemahaman melalui keseluruhan dari struktur beserta

transformasinya. Hal ini menjadi dasar pemikiran strukturalisme sebagai gerakan

otonom (Suwondo dalam Jabrohim (ed.), 2001:55). Adapun hubungan antara

karya sastra dengan bagian keseluruhan lain tetap menjadi bagian dari penting

karena pemahaman ini meneliti secara keseluruhan unsur-unsurnya.

Struktural adalah konsep yang memandang sesuatu berdasarkan unsur-

unsurnya. Adapun strukturalisme adalah suatu paham yang menitikberatkan

perhatiannya terhadap struktur yang terkandung di dalam teks. Teks, dalam hal

ini, menjadi objek yang dapat diteliti maknanya secara tebuka, yang saling terjalin

antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya (Nurgiyantoro, 2002:37).

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 5: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

12

Karya sastra diperlukan sebagai teks terbuka, maka makna karya itu tidak

bersifat tunggal, melainkan multi-interpretasi yang akan mengungkapkan

kekayaan makna yang bersangkutan (Mahayana, 2005:52). Dalam kaitan ini, telah

dipahami bahwa setiap karya sastra (baca: novel) memiliki unsur-unsur yang

melingkupinya. Unsur-unsur yang melingkupi inilah yang menjadikan karya

sastra, dalam hal ini novel, memiliki kemandirian sebagai teks. Pendekatan

struktural memandang bahwa karya sastra sebagai sesuatu yang saling terkait

antar unsurnya sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh.

Dalam analisis struktural tidak hanya sekadar menjelaskan pengertian

tokoh, penokohan, alur dan setting. Artinya analisis struktural dalam novel tidak

hanya menyebut siapa tokohnya, bagaimana penokohannya, bagaimana alurnya

dan di mana settingnya? Unsur-unsur itu saling terkait dan terjalin untuk

mewujudkan makna agar memberikan pencerahan terhadap pembaca.

Bentuk keterkaitan dan keterjalinan dalam novel mengarahkan pembaca

mengenai suatu realitas yang dibangun oleh pengarang secara fiktif. Bentuk

penceritaan yang naratif mengenai konflik-konflik yang menimpa tokoh, sehingga

menjadikannya terbelenggu suatu permasalahan kehidupan, menjadi rangkaian

yang tidak dapat dipisahkan. Satu kesalahan yang sering terjadi dalam analisis

karya sastra adalah adanya pembatasan terhadap struktur teks itu sendiri. Oleh

karena itu, ketika menganalisis melalui pendekatan strukturalisme, penulis yang

menitikberatkan perhatian pada masalah subordinasi perempuan, tidak ada

pembatasan unsurnya. Meskipun penulis meneliti subordinasi perempuan, tetapi

unsur-unsur tokoh, penokohan, alur dan setting tetap menjadi perhatian dalam

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 6: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

13

penelitian ini. Unsur-unsur dalam dan luar karya sastra tidak dapat dipisahkan

begitu saja karena keduanya penting sebagai unsur yang menyatukan suat teks.

Apabila penelitian melalui pandangan struktural hanya mencari tokoh,

penokohan, alur dan setting secara dikotomik, maka interpretasi terhadap karaya

sastra itu tidak dihadirkan untuk masyarakat. Dalam hal ini, penelitian terhadap

karya sastra adalah penilaian terhadap keunikan dan kebaruan yang terkandung di

dalamnya sehingga memberikan pencerahan bagi pembaca yang awam. Suatu

penelitian haruslah menemukan sesuatu yang baru, sekaligus bermanfaat bagi

publik. Oleh karena itu, suatu analisis perlu menjalin permasalahan antara hal-hal

yang terkandung di dalam teks sehingga pemahaman dapat mengungkapkan

mengenai realitas di dalam fiksi. Realitas di dalam fiksi, yakni ilusi kenyataan dan

kesan meyakinkan yang ditampilkan kepada pembaca, hal itu tidak selalu

merupakan kenyataan sehari-hari (Wellek dan Werren, 1993:278).

Adapun unsur intrinsik yang akan diuraikan dalam landasan teori adalah

sebagai berikut.

1. Tokoh

“Bentuk penokohan yang paling sederhana di dalam novel adalah

pemberian nama”. Nama-nama di dalam novel dipilih oleh pengarang dengan

cermat sekali. Hanya saja, penokohan juga dapat menggunakan kata ganti orang,

tergantung pengarang menyikapi sudut pandangnya.

Pelaku-pelaku dalam sebuah novel dapat dibagikan menurut kelompok-

kelompok sebagai berikut: tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang banyak

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 7: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

14

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian

(Nurgiyantoro, 2002:177).

Tokoh utama juga mengarah kepada mereka yang melawannya, mereka

yang membantunya, dan seterusnya. Pembagian menurut kelompok-kelompok

didasarkan atas kaitan atau hubungan. Antara pelaku utama dan pelaku

pendukung terdapat hubungan asosiasi (bantuan, dukungan, kepentingan

bersama), antara pelaku utama dan para lawan hubungan oposisi. Hubungan

tersebut bersifat tetap, artinya tidak tergantung pada sebuah novel tertentu

(Luxemburg, (e.d), 1984:36).

2. Penokohan

Dalam novel, pengarang menggunakan beberapa teknik pelukisan tokoh,

seperti: teknik ekspositori atau teknik analitis, teknik dramatik, dan teknik

campuran. Teknik analitik adalah pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan

memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Teknik dramatik

adalah pendeskripsian cerita secara eksplisit mengenai sifat dan sikap serta

tingkah laku tokoh (Nurgiyantoro, 2002:195-198). Adapun teknik campuran

dengan menggabungkan kedua teknik tersebut dalam penceritaan.

Penokohan dalam novel dapat dijadikan analisis untuk menentukan

ideologi dari suatu masyarakat. Misalnya, tokoh bernama Suparno, Supangat, dan

Sutrisno, dengan jelas menceritakan orang yang masih sangat kental dengan nilai

jawa. Hal ini memberikan ilustrasi mengenai identitas orang berdasarkan struktur

masyarakatnya.

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 8: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

15

3. Alur

Alur adalah struktur naratif itu sendiri yang terbentuk atas sejumlah

struktur yang lebih kecil. Hal itu didasarkan pada hakekat novel yang

menggunakan penceritaan dari satu kisah ke kisah yang lain. Ada juga yang

mengatakan bahwa alur adalah jalannya cerita.

Pandangan-pandangan mengenai alur tersebut secara esensinya

sebenarnya sama, yakni ingin mengungkapakan jalinan peristiwa yang terkandung

dalam novel. Jalinan peristiwa tersebut ada yang lurus (terus) maju, ada yang

justru mundur, dan ada yang campuran. Selain itu alur juga bibedakan

berdasarkan kriteria padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita

pada sebuah karya fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin

berlangsung susul-menyusul secara cepat, ini yang dinamakan alur padat. Adapun

alur longgar yaitu pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat

di samping hubungan antar peristiwa tersebut pun tidaklah erat benar. Artinya,

anatar peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai oleh berbagai

peristiwa “tambahan”, atau berbagai pelukisan tertentu seperti penyituasian latar

dan suasana, yang semuanya dapat membperlambat ketegangan cerita

(Nurgiyantoro,2002:160).

Alur dalam karya sastra juga ditentukan oleh rangkaian kejadian dari

waktu ke waktu. Biasanya kaidah pemplotan ini menggunakan kaidah

plausibilitas, yaitu pengungkapan cerita dengan mengacu pada kehidupan sehari-

hari karena ada keterkaitan di dalamnya (Nurgiyantoro, 2002:130).

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 9: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

16

4. Latar

Latar adalah suatu tempat atau kejadian mengenai suatu peristiwa. Latar

merupakan “lingkungan, dan lingkungan terutama interior rumah dapat dianggap

berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi dari tokohnya”

(Nurgiyantoro, 2002:241). Adanya latar ini mempertegas suatu kejadian mengenai

realitas yang dipresentasikan oleh karya sastra.

Latar ada tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar soaial.

Latar tempat adalah latar yang mengungkapkan lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam novel. Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan

masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam novel.

Latar sosial adalah latar yang mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam

novel.

Analisis struktural selalu memosisikan teks itu memiliki unsur yang

terkait. Unsur seperti tokoh, penokohan, alur dan setting juga masih terkait dengan

unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar teks yang muncul sebagai

nilai. Unsur ekstrinsik dapat berupa nilai psikologi, nilai agama, nilai edukasi

ataupun nilai sosial. Kebanyakan karya sastra lebih kuat dalam nilai sosialnya

karena seorang pengarang berada ditengah realitas dan berusaha untuk

menuliskannya. Dalam beberapa belakangan ini banyak karya sastra yang

memunculkan masalah gender sebagai unsur penarik pada teks tersebut.

Fenomena gender dalam karya sastra dapat dicari berdasarkan keterkaitan yang

melingkupinya.

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 10: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

17

C. Teori Gender

Menurut Rampan (dalam Sugihastuti dan Itsna hadi, 2007:82),

penciptaan sastra selalu bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup dalam

masyarakat. Dalam karya sastra hal-hal yang digambarkan tentang masyarakat

dapat berupa struktur sosial masyarakat, fungsi dan peran masing-mmasing

anggota masyarakat, maupun interaksi yang terjalin di antara seluruh anggotanya.

Secara sederhana, karya sastra menggambarkan unsur-unsur masyarakat yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan. Interaksi yang terjalin di antara keduanya

merupakan tema yang menarik untuk dikaji sebab menyangkut hubungan antara

dua jenis kelamin yang berbeda, yang membentuk tatanan kehidupan masyarakat,

baik secara sosial maupun budaya.

Dalam sistem yang lebih besar dan kompleks, hubungan antara laki-laki

dan perempuan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk dan pola perilaku yang

mencerikan penerimaan dari pihak laki-laki atau perempuan terhadap kedudukan

tiap-tiap jenis kelamin (Sugihastuti dan Itsna Hadi, 2007:82). Proses ini dikuatkan

oleh realitas banyak kebudayaan bahwa posisi laki-laki berada lebih tinggi secara

struktural dibandingkan dengan perempuan. Pihak laki-laki merupakan pemenang,

memiliki kekuasaan yang lebih besar dan peran yang lebih menentukan dalam

berbagai proses sosial dibandingkan dengan perempuan, bahkan pada lingkup

pergaulan sosial yang lebih luas seperti kelompok masyarakat.

Hal ini terus terjadi dan seolah-olah dilegakan oleh konstruksi

kebudayaan setempat. Proses yang berulang akhirnya banyak membentuk

pandangan negatif tentang kaum perempuan yang diantaranya meliputi fungsi,

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 11: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

18

peran, dan kedudukan mereka dalam kehidupan bermayarakat. Salah satunya ialah

stereotip bahwa perempuan merupakan kaum yang lemah, sedangkan laki-laki

ialah kaum yang kuat (Sugihastuti dan Itsna Hadi, 2007:83). Berdasarkan hal

tersebut, perempuan memiliki kecenderungan yang kuat untuk bergantung kepada

laki-laki. Sebaliknya, laki-laki memiliki kekuasaan untuk mengontrol perempuan

dalam berbagai hal seperti reproduksi, seksualitas, dan sistem pembagian kerja.

Ketika membahas masalah perempuan, satu konsep penting yang tidak boleh

dilupakan ialah konsep gender.

Epistimologi penelitian Gender secara garis besar bertitik tolak pada

paradigma feminisme yang mengikuti dua teori yaitu; fungsionalisme struktural

dan konflik. Aliran fungsionalisme struktural tersebut berangkat dari asumsi

bahwa suatu masyarakat terdiri atas berbagai bagian yang saling mempengaruhi.

Teori tersebut mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam

masyarakat. Teori fungsionalis dan sosiologi secara inhern bersifat konservatif

dapat dihubungkan dengan karya-karya August Comte (1798-1857), Herbart

Spincer (1820-1930), dan masih banyak para ilmuwan yang lain (Junaidi, 2011)

Istilah gender berasal dari bahasa Inggris, yang berarti “jenis kelamin”,

sehingga untuk memahami konsep gender perlu dibedakan pengertian antara sex

dan gender. Sex adalah perbedaan jenis kelamin secara biologis, sedangkan

gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial atau

konstruksi masyarakat. Gender adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan

secara sosial. Definisi gender dari aspek kultural ini diartikan sebagai perbedaan

yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 12: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

19

laku. Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan

dalam peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Kadarusman, 2005:19).

Definisi gender secara sosiologis merupakan model hubungan sosial

yang terorganisasi antara perempuan dan laki-laki tidak semata-mata hubungan

personal atau kekeluargaan, tapi meliputi institusi sosial yang lebih besar seperti

kelas sosial, hubungan hierarkis dalam organisasi dan struktur pekerjaan (Ridjal,

Margiyani dan Husein, 1993:29)

Menurut Jill Steal, dalam (Kadarusman, 2005:20) term gender tidak

ditujukan kepada perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, tetapi

merupakan hubungan ideologis dan material tentang eksistensi keduanya.

Begitupula term maskulin dan feminim bukan merupakan bawaan alami

melainkan terminologi gender.

Berdasarkan berbagai pemahaman di atas, gender secara umum dapat

didefinisikan sebagai suatu konsep kultural yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan dipandang dari segi sosial budaya yang dapat berubah sesuai dengan

perkembangan zaman. Dengan demikian, relasi gender bukan merupakan akibat

dari perbedaan biologis.

Dalam budaya patriarkal, perbedaan peran antara laki-laki dan

perempuan dipandang sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Tugas

perempuan seperti memasak di dapur, berhias untuk suami dan mengasuh anak

serta pekerjaan domestik lainnya merupakan konsekuensi dari jenis kelamin.

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 13: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

20

Tugas domestik perempuan tersebut bersifat abadi sebagaimana keabadian

identitas jenis kelamin yang melekat pada dirinya.

Pemahaman ini berawal dari kerancuan paradigma tentang perbedaan

gender dan sex. Sesungguhnya, gender dan seks itu berbeda. Menurut Fakih

(dalam Elis (e.d), 2002:7) Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan

laki-laki dan perempuan dari aspek soaial dan budaya. Sementara perbedaan seks

digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan secara

anatomis atau biologis.

Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan

status antara laki-laki dan perempuan yang tidak berdasarkan pada perbedaan

biologis, tetapi berdasarkan pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh

struktur masyarakatnya yang lebih luas. Gender merupakan hasil konstruksi

sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Peran gender bersifat dinamis, dipengaruhi oleh umur (generasi tua dan

muda, dewasa dan anak-anak), ras, etnik, agama, lingkungan geografi,

pendidikan, sosial ekonomi dan politik. Oleh itu, karenanya perubahan peran

gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi,

budaya, sumberdaya alam dan politik termasuk perubahan yang diakibatkan oleh

upaya-upaya pembangunan atau penyesuaian program struktural (structural

adjustment program) maupun pengaruh dari kekuatan-kekuatan di tingkat

nasional dan global (Junaidi, 2011)

Pembedaan inilah yang mengakibatkan adanya ketidakadilan dan

diskriminasi terhadap kaum perempuan. Gender dipersoalkan karena secara sosial

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 14: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

21

telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang

aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya

membuat masyarakat cenderung diskriminatif dan pilih-pilih perlakuan akan

akses, partisipasi dan kontrol dalam hasil pembangunan laki-laki dan perempuan.

Contoh dari diskriminasi tersebut adalah marginalisasi perempuan di sektor

ekonomi, subordinasi perempuan dalam keputusan politik, kekerasan terhadap

perempuan, distribusi beban kerja yang tidak adil, serta minimnya sosialisasi

ideologi nilai peran gender (Kadarusman, 2005:22).

Dari sini telah terjadi pergeseran relasi gender yang semula merupakan

inteaksi social yang setara antara laki-laki dan perempuan bergeser menjadi

hegemoni laki-laki terhadap perempuan. Dalam proses yang panjang, hegemoni

laki-laki atas perempuan telah memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial,

agama, hukum dan sebagainya. Hegemoni ini tersosialisasi secara turun temurun,

dari generasi ke generasi. Hegemoni laki-laki dalam masyarakat tampaknya

menjadi fenomena universal dalam sejarah peradaban manusia di masyarakat

mana pun di dunia ini. Fenomena ini yang banyak membuat perempuan berada

dalam posisi tersubordinasi.

D. Subordinasi

Subordinasi ialah sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan

perempuan pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki dibangun atas dasar

keyakinan satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding

yang lain. Ini mempunyai pendapat bahwa lelaki mempunyai lebih unggul. Hal ini

berkeyakinan bahwa kalau ada laki laki kenapa harus perempuan (Junaidi, 2011)

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 15: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

22

Subordinasi juga memiliki arti suatu penilaian atau anggapan bahwa

suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.

Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan

memilah-milah peran-peran gender, laki-laki dan perempuan. Perempuan

dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau

reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan publik atau produksi. Pertanyaannya

adalah, apakah peran dan fungsi dalam urusan domestik dan reproduksi mendapat

penghargaan yang sama dengan peran publik dan produksi? Jika jawabannya

“tidak sama”, maka itu berarti peran dan fungsi publik laki-laki. Sepanjang

penghargaan sosial terhadap peran domestik dan reproduksi berbeda dengan peran

publik dan reproduksi, sepanjang itu pula ketidakadilan masih berlangsung.

Contoh :

Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peranpengambil keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.

Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dianggap sebagai lajang,karena mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena potongan pajak.

Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik(anggota legislative dan eksekutif ).

(Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, 2010).

Hal tersebut juga menimbulkan presepsi atau anggapan masyarakat

bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa

tampil sebagai pemimpin, akibatnya ditempatkan pada posisi yang tidak penting

dan tidak strategis ( second person atau subordinasi perempuan) (Prodi Kesmas

FKK-UMJ, 2006).

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perempuan tidak begitu

diprioritaskan dalam ranah publik, perempuan dianggap remeh dibanding laki-laki

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.

Page 16: BAB II - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/7168/3/Desi Wahyu Septiani - BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan

23

yang selalu dianggap penting dalam setiap perannya. Seperti yang dipaparkan

Relawati (dalam Konsep dan Analisis Penelitian Gender, 2011:9) Subordinasi

adalah anggapan posisi salah satu pihak berada di bawah atau menjadi tidak

penting dibandingkan pihak lain. Perempuan tersubordinasi dari laki-laki berarti

perempuan mempunyai posisi tidak penting dibandingkan laki-laki yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang dikonstruksikan secara sosial. Subordinasi

juga terjadi pada berbagai kepentingan publik. Mulai dari tingkat desa hingga

pemerintah pusat maka pembahasan rencana program pembangunan didominasi

peran laki-laki.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perempuan seolah-olah

tidak penting untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan urusan pembangunan

masyarakat dan bangsa. Padahal pembangunan sendiri merupakan kepentingan

laki-laki dan perempuan bersama-sama.

ANALISIS SUBORDINASI DALAM ...,Desi Wahyu Septiani,pbsi, ump 2012.