BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

21
4 BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi Surian (Toona sureni (Blume) Merr) merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di Indonesia. Tumbuhan ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Kayu surian berkualitas tinggi karena sangat kuat dan tahan terhadap serangga sehingga sering digunakan untuk bahan bangunan dan pembuatan meubel. Seiring dengan pemanfaatan batangnya, bagian-bagian lain dari tumbuhan ini pun dapat digunakan secara tradisional karena mempunyai keistimewaan tersendiri. Dalam bidang kesehatan, daun surian yang berwarna merah digunakan sebagai astringen, tonikum, obat diare kronis, disentri dan penyakit usus lainnya. Ekstrak daun surian ini diketahui mempunyai efek antibiotik serta mempunyai bioaktivitas sebagai antimikroba terhadap Staphylococcus. Pucuk daun surian juga dapat digunakan untuk mengatasi pembengkakan ginjal. Kulit kayu, daun dan buahnya kaya akan kandungan minyak atsiri.

Transcript of BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

Page 1: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

4

BAB II

TJNJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Surian

2.1.1 Deskripsi

Surian (Toona sureni (Blume) Merr) merupakan salah satu tumbuhan

tingkat tinggi yang terdapat di Indonesia. Tumbuhan ini telah banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Kayu surian berkualitas

tinggi karena sangat kuat dan tahan terhadap serangga sehingga sering digunakan

untuk bahan bangunan dan pembuatan meubel. Seiring dengan pemanfaatan

batangnya, bagian-bagian lain dari tumbuhan ini pun dapat digunakan secara

tradisional karena mempunyai keistimewaan tersendiri. Dalam bidang kesehatan,

daun surian yang berwarna merah digunakan sebagai astringen, tonikum, obat

diare kronis, disentri dan penyakit usus lainnya. Ekstrak daun surian ini diketahui

mempunyai efek antibiotik serta mempunyai bioaktivitas sebagai antimikroba

terhadap Staphylococcus. Pucuk daun surian juga dapat digunakan untuk

mengatasi pembengkakan ginjal. Kulit kayu, daun dan buahnya kaya akan

kandungan minyak atsiri.

Page 2: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

5

2.1.2 Klasifikasi

Gambar 2.1 Surian (Toona sureni (Blume) Merr)

(Ekadarmun, 2009)

Klasifikasi tanaman suren adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Toona

Species : Toona sureni (Blume) Merr).

2.1.3 Morfologi

Surian (Toona sureni (Blume) Merr) merupakan tanaman yang cepat

tumbuh dan kayunya dapat digunakan untuk papan dan bahan bangunan

perumahan, peti, venire, alat musik, kayu lapis, venir, dan mebel. Bagian tanaman

Page 3: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

6

suren khususnya kulit kayu dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat

tradisional seperti tonik, obat diare, dan antibiotik. Tanaman ini tumbuh pada

daerah bertebing dengan ketinggian 600 - 2.700 m dpl dengan temperatur 22ºC

(Balai penelitian dan pengembangan kehutanan, 2009). Pohon surian ini memiliki

karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas

dan pada saat batang dilukai atau ditebang.

Adapun ciri tanaman surian sebagai berikut :

1. Batang

Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon

dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit

buaya berwarna coklat. Batang mencapai 2 m.

2. Daun

Daun berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal

dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.

3. Bunga

Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon.

Musim bunga dua kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-

Oktober.

4. Buah

Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan desember-februari dan april-

september, dihasilkan dalam bentuk rangkaian seperti rangkaian bunganya dengan

jumlah lebih dari 100 buah. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara

vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit

Page 4: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

7

buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan

terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu pohon seperti

meranggas/tidak berdaun.

5. Benih

Warna benih coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih,

bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin.

Surian tumbuh tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar di Indonesia,

Nepal, India, Burma, China, Thailand, Malaysia sampai ke barat Papua Nugini.

Suren termasuk ke dalam famili Meliaceae, tumbuh dengan cepat, tinggi

mencapai 40-60 meter, tinggi bebas cabang setinggi 25 meter dengan diameter

mencapai 100 cm (Balai penelitian dan pengembangan kehutanan, 2009).

2.1.4 Kandungan Kimia

Daun surian (Toona sureni (Blume) Merr) mengandung senyawa kimia

yang bernama metil galat yang memiliki bioaktivitas seperti antibakteri, dan

antioksidan. Selain metil galat daun surian juga mengandung senyawa karotenoid,

yaitu lutein yang berperan dalam pencegahan kerusakan macular mata dari sinar

biru matahari. Daun surian juga mengandung beta-sitosterol yang mempunyai

bioaktivitas menaikan HDL-kolesterol atau menurunkan LDL-kolesterol darah

sehingga dapat mencegah penyakit jantung koroner. Spesies lain dari genus yang

sama dengan surian, yaitu Toona ciliata dilaporkan mempunyai aktivitas

antijamur. Toona sinensis juga satu genus dengan surian mengandung senyawa

kimia yang bersifat sebagai antioksidan (Ekadarmun, 2010).

Page 5: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

8

2.2 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksigen reaktif

dan radikal bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu

atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga menjadi bentuk molekul

yang normal kembali dan menghentikan berbagai kerusakan yang ditimbulkan

(Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Efek oksidatif radikal bebas dapat

menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit

agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal

bebas yang diinduksi oleh sinar UV, sehingga mempercepat penuaan. Lipid

peroksida ini akan menimbulkan reaksi radikal bebas berantai yang dapat

menimbulkan kerusakan pada membran selular kulit.

Antioksidan alami banyak berasal dari tumbuhan dan senyawa ini tersebar

pada beberapa bagian tumbuhan, seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah,

dan biji. Antioksidan alami berfungsi sebagai reduktor, penekan oksigen singlet,

pemerangkap radikal bebas dan sebagai pengkhelat logam. Antioksidan tersebut

meliputi golongan senyawa turunan fenolat seperti flavonoid, turunan senyawa

hidroksinat, kumarin, tokoferol, dan asam bermartabat banyak (Sidik, 1997).

Antioksidan bersifat sebagai free radical scavenging yang mampu

menghambat oksidasi radikal bebas. Antioksidan digunakan untuk melindungi

kulit dari kerusakan akibat oksidasi dan mencegah penuaan dini (Herling, &

Zastrow, 2001). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam

jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh

membutuhkan antioksidan eksogen yang dapat berupa pemberian oral dan topikal

Page 6: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

9

(Rohdiana, 2001). Pemberian antioksidan secara topikal dapat melindungi kulit

dari pengaruh buruk sinar UV (Herling, &Zastrow, 2001). Antioksidan pada

penggunaanya, dapat berfungsi sebagai bahan tambahan dan sebagai bahan aktif.

Berdasarkan kelarutanya antioksidan dibagi menjadi 2 yaitu antioksidan larut air

(sodium metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C) dan antioksidan larut lemak

(BHT, BHA dan vitamin E). Pada sediaan gel digunakan antioksidan yang larut

dalam air.

Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi

radikal bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan dalam

tubuh manusia. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak memiliki

sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi paparan

radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen berasal dari

luar (Deddy Muchtadi, 2011).

Fungsi utama antioksidan adalah memperkecil terjadinya proses oksidasi

dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan,

memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan

stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya

kualitas sensori dan nutrisi (Azwin Apriandi, 2011).

Antioksidan berdasarkan mekanisme reaksinya dibagi menjadi tiga macam,

yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier:

Page 7: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

10

a) Antioksidan Primer:

Antioksidan primer merupakan zat atau senyawa yang dapat menghentikan

reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen.

Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis. Contoh antioksidan

primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT). Reaksi antioksidan primer terjadi

pemutusan rantai radikal bebas yang sangat reaktif, kemudian diubah menjadi

senyawa stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor

hidrogen atau CB-D Chain breaking donor dan dapat berperan sebagai akseptor

elektron atau CB-A Chain breaking acceptor (Triyem, 2010).

b) Antioksidan Sekunder:

Antioksiden sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau non

enzimatis. Antioksidan ini menghambat pembentukan senyawa oksigen reatif

dengan cara pengelatan metal, atau dirusak pembentukannya. Prinsip kerja sistem

antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai

dari radikal bebas atau dengan menangkap radikal tersebut, sehingga radikal bebas

tidak akan bereaksi dengan komponen seluler.9 Antioksidan sekunder di

antaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam

urat, bilirubin, melatonin dan sebagainya (Deddy Muchtadi, 2011).

c) Antioksidan Tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-Repair dan

metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berperan dalam perbaikan

biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang

Page 8: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

11

terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya Single dan Double

strand baik gugus non-basa maupun basa (Hery Winarsi, 2010).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut. Sedangkan ekstrak adalah sediaan yang diperoleh melalui

cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel dan cairan pengekstraksi

tertentu (Agoes, 2007).

Pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi akan memberikan efektivitas yang

tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut

tersebut. Secara umum etanol banyak digunakan sebagi pelarut karena merupakan

pelarut universal sehingga mampu menarik sebagian besar senyawa yang

terkandung dalam simplisia (Pramudita, dkk., 2015).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

dua cara yaitu cara panas dan cara dingin (Dirjen POM, 2000).

1. Ekstraksi cara dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (Dirjen POM, 2000). Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk

halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan

dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering,

Page 9: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

12

sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk

senyawa termolabil (Tiwari, dkk., 2011).

b) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) sampai diperoleh ekstrak yang

jumlahnya 1-5 kali bahan (Dirjen POM, 2000).

2. Ekstraksi cara panas

a) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Dirjen

POM, 2000).

b) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Dirjen POM, 2000).

Page 10: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

13

c) Infus

Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Dirjen POM, 2000).

d) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥300C) dan temperatur

sampai titik didih air (Dirjen POM, 2000).

e) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

500C (Dirjen POM, 2000).

2.4 Gel

2.4.1 Definisi

Gel adalah sistem semipadat yang pergerakan medium pendispersinya

terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari partikel-partikel atau

makromolekul yang terlarut pada fase pendispersi (Allen, 2002). Sediaan bentuk

gel jarang dijumpai di pasaran dibandingkan bentuk krim atau lotion padahal

bentuk gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, tidak

mengotori pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan

berminyak pada kulit, konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya

sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami

perubahan yang berarti selama penyimpanan (Lieberman, 1989).

Page 11: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

14

Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid

pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis

supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan,

kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu

sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi

(Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak

terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri

dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini

dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989). Gel dibuat dengan proses

peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat

mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara

kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara

spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel,

1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.

Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada

Page 12: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

15

pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik

dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat

dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya

mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet

(Voigt, 1994).

2.4.2 Karakteristik Gel

1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutansehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di

dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang

(Nurdiani, 2011).

2. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.

Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu

pembentukan gel terjaditekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang

tegar. Mekanisme terjadinyakontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat

adanya tekanan elastis pada saatterbentuknya gel. Adanya perubahan pada

ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat

terjadi pada hidrogel maupun organogel (Nurdiani, 2011).

Page 13: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

16

3. Efek Suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui

penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah

pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti HPMC, terlarut hanya

pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu

larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase

yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermo gelation (Nurdiani, 2011).

4. Efek Elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel

hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut

yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik

dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan

mengurangi waktu untuk menyusun. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan

adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya

pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut

(Nurdiani, 2011).

5. Elastisitas dan Rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,

selama transformasi dari bentuk menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan

peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap

perubahan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam

tergantung dari komponen pembentuk gel (Nurdiani, 2011).

Page 14: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

17

6. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling agent)

Dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis

yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh

penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran (Nurdiani, 2011).

Keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) :

a) Kemampuan penyebarannya baik pada kulit

b) Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

c) Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

d) Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

e) Pelepasan obatnya baik

Kerugian sediaan gel (Lachman, 1994) :

a) Gel harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan

penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada

berbagai perubahan temperatur

b) Gel sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat

c) Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih

mahal.

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya

kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan

bahan pengawet. Untuk upaya stabilisasi dari segi mikrobial di samping

penggunaan bahan-bahan pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis

ini sangat cocok pemakaian metil dan propil paraben yang umumnya disatukan

dalam bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan

Page 15: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

18

terhadap penguapan yaitu untuk menghindari masalah pengeringan. Oleh karena

itu untuk menyimpannya lebih baik menggunakan tube. Pengisian ke dalam botol,

meskipun telah tertutup baik tetap tidak menjamin perlindungan yang memuaskan

(Voigt, 1994).

2.5 Kulit

Kulit merupakan organ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan rangsangan luar.

Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan

paling luar dan dermis (korium, kutis, kulit jangat). Di bawah dermis terdapat

subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Tranggono, dkk., 2007).

Gambar 2.2 Struktur Dasar Kulit Manusia

(Simpson dan Okubadejo, 2001)

Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar. Epidermis memiliki

ketebalan yang berbeda, paling tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki

dan telapak tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak

Page 16: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

19

mata, pipi, dahi, dan perut. Sel epidermis disebut dengan keratinosit

(Tranggono,dkk., 2007).

Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu:

a) Stratum corneum (lapisan tanduk)

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas dan terdiri atas beberapa

lapis sel pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami metabolisme, tidak

berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri

atas keratin (protein yang tidak larut dalam air) dan sangat resisten terhadap bahan

kimia. Secara alami, sel-sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri

untuk beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung lembab

tipis bersifat asam disebut mantel asam kulit ( Tranggono, dkk., 2007).

b) Stratum lucidum (lapisan jernih)

Lapisan ini disebut juga lapisan barrier yang letaknya tepat di bawah stratum

corneum. Lapisan ini merupakan lapisan tipis, jernih, mengandung eleidin yang

terdapat antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin

tipis disebut rein’s barrier yang tidak dapat ditembus impermeable ( Tranggono,

dkk., 2007).

c) Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk poligonal, berbutir

kasar, berinti mengkerut. Dalam butir keratohyalin tersebut terdapat bahan logam,

khususnya tembaga, sebagai katalisator proses pertandukan kulit ( Tranggono,

dkk., 2007).

Page 17: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

20

d) Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri, berinti besar

dan berbentuk oval. Setiap sel berisi filamen kecil terdiri atas serabut protein.

Cairan limfe ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan ini (Tranggono, dkk.,

2007).

e) Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalamnya terdapat

sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya

membentuk pigmen melanin dan melalui dendrit-dendrit diberikan kepada sel-sel

keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel keratinosit dan disebut dengan

unit melanin epidermal (Tranggono, dkk., 2007).

Dermis terdiri dari serabut kolagen dan elastin, yang berada dalam substansi

dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut

kolagen mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak. Di

dalam dermis terdapat folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran

keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung

saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit

(Wasitaadmadja, 1997).

2.6 Monografi Bahan

1. CMC-Na

CMC-Na adalah garam natrium dari tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih

dari 9,5 % natrium dihitung dari basis kering, berupa sebuk granul berwarna putih

Page 18: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

21

hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, higroskopis setelah pengeringan.

CMC-Na banyak digunakan pada formulasi farmasetik oral dan tofikal untuk

meningkatkan viskositas sediaan. Pada konsentrasi tinggi umumnya 3-6 % CMC-

Na digunakan sebagai basis untuk membuat sediaan gel, biasanya ditambahkan

glikol untuk mencegah pengeringan sediaan (Rowe, dkk., 2009).

2. HPMC

HPMC merupakan turunan dari metilselulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk

atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam eter,

etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas dan akan segera

menggumpal dan membentuk koloid. Mampu menjaga penguapan air sehingga

secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi

lainnya (Rowe, dkk., 2009).

3. Gliserin

Gliserin berupa cairan jernih, kental, tidak berbau, dan bersifat higroskopis.

Gliserin dapat digunakan untuk sediaan farmasi termasuk sediaan topical. Dalam

formulasi farmasetika terutama untuk kosmetik, gliserin digunakan sebagai

humektan, emollient, juga sebagai bahan tambahan. Sebagai humektan

konsentrasi ≤ 30 %. Pada sediaan gel, jika hanya digunakan gliserin sebagai

humektan, dikhawatirka gel yang dihasilkan terlalu kental. Maka pada penelitian

ini digunakan kombinasi humektan yaitu propilen glikol dan gliserin agar gel

yang dihasilkan baik yaitu tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer (Rowe, dkk.,

2009).

Page 19: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

22

4. Propilen Glikol

Propilen glikol dapat digunakan sebagi pelarut, dan pengawet dalam

berbagai parenteral dan non parenteral dalam formulasi farmasi. Propilen glikol

juga digunakan dalam industri kosmetik dan makanan sebagai pembawa dan

pengemulsi. Propilen glikol stabil pada suhu dingin dan wadah tertutup rapat,

ditempat terbuka. Saat dicampur dengan etanol, giserin atau air, propilen glikol

stabil secara kimiawi, senyawa ini dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilen

glikol inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti potassium permanganat

(Rowe, dkk., 2009).

5.Nipagin (Metil Paraben)

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Metil paraben

berbentuk kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih. Zat ini tidak berbau atau

hampir tidak berbau. Metil paraben merupakan paraben yang paling aktif.

Aktivitas antimikroba meningkat dengan meningkatnya panjang rantai alkil

(Rowe, dkk., 2009).

6. Nipasol (Propil paraben)

Propil paraben berbentuk serbuk putih, kristal, tidak berbau, dan tidak

berasa. Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Propil paraben

menunjukkan aktivitas antimikroba antara pH 4-8. Efikasi pengawet menurun

dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion fenolat. Paraben lebih aktif

terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri. Mereka juga lebih aktif

Page 20: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

23

terhadap gram positif dibandingkan dengan bakteri gram negatif (Rowe, dkk.,

2009).

7. Titanium Dioksida

Titanium dioksida berbentuk putih, amorf, tidak berbau, dan tidak berasa

bubuk tidak higroskopik. Meskipun ukuran partikel rata-rata bubuk titanium

dioksida kurang dari 1 mm, komersial titanium dioksida umumnya terjadi sebagai

partikel agregat dari sekitar 100 mm diameter. Titanium dioksida banyak

digunakan dalam kosmetik, dan makanan, dalam industri plastik, dan farmasi

topikal dan oral formulasi sebagai pigmen putih. Titanium dioksida memiliki sifat

yang dapat dimanfaatkan dalam penggunaannya sebagai putih pigmen. Kisaran

cahaya yang tersebar dapat diubah dengan memvariasikan ukuran partikel serbuk

titanium dioksida (Rowe, dkk., 2009).

8. Oleum Rosae

Pewangi dalam formulasi gel adalah oleum rosae (minyak mawar) adalah

minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L,

Rosa damascena Miller, Rosa alba L, dan varietas Rosa lain. Cairan tidak

berwarna atau berwarna kuning, bau aromatik seperti bunga mawar, rasa khas.

Pada suhu 250 kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa

hablur, jika dipanaskan mudah melebur (F III, 1997).

9. Air (Aquadest)

Air adalah komponen yang paling besar jumlahnya dalam pembuatan gel.

Air mengandung beberapa bahan pencemar sehingga air yang digunakan untuk

produk kosmetik harus dimurnikan terlebih dahulu. Aquadest diperoleh dengan

Page 21: BAB II TJNJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Surian 2.1.1 Deskripsi

24

cara penyulingan. Aquadest berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berfungsi sebagi pelarut (F III, 1997).