BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Alpukat 2.1.1 Tinajuan ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Alpukat 2.1.1 Tinajuan ...
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Alpukat
2.1.1 Tinajuan Umum Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat (Persea americana mill) merupakan tanaman yang berasal
dari daratan Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang tersebar di seluruh
dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe : tipe West Indian, tipe
Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau dibagian bawah kulit dan
menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau karena kandungan
klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin. Tanaman alpukat merupakan tanaman
berupa pohon tahunan yang mulai berbuah setelah beberapa tahun. Alpukat dikenal
dengan berbagai nama lokal antara lain alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/
Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega,jamboo
pooan, pookat (Lampung). Tanaman avokad berasal dari dataran rendah/tinggi
Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi
1920-1930, Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas avokad dari Amerika Tengah
dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna
meninggkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah daratan tinggi.
Pohon avocad mempunyai tinggi yang bervariasi sesuai dengan varietas,
mulai dari 3 m – 10 m. Ciri botani tanaman avokad antara lain berakar tunggang,
batang berkayu, bulat, warnanya coklat, dan bercabang banyak. Daunnya termasuk
2
daun tunggal yang letaknya berdasarkan di ujung ranting, bentuk nya memanjnag,
ujung pangkal runcing. Tepi daun kadang-kadang agak menggulung ke atas. Bunga
majemuk, buahnya buah huni, bentukbola atau bulat telur, daging buah sudah masak
lunak, berwarna hingga hijau kekuningan (Paramawati.R, 2016).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi daun alpukat, seebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (Dicots)
Anak Kelas : Magnoliidae
Bangsa : Laurales
Famili : Lauraceae
Spesies : Percea americana Miller
Sinonim : Percea gratissima Gaertn. f. Percea drymifolia scheecht. & Cham.
Percea nubigena L,, o. Williams
Nama Umum : Avocado (Inggris), alpukat (Indonesia), alpuket (sunda).
3
Gambar 2.1
Daun Alpukat
2.1.3 Bagian- Bagian Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan memiliki
akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga pemupukan
harus dilakukan dengan cara yang benar. Pupuk harus diletakkan sedekat mungkin
dengan akar sehingga pupuk ditanam dengan kedalaman 30 – 40 cm disekitar
tanaman (melingkari tanaman) (Andy Chandra, 2013).
Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna
coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan
dan okulasi (Andy Chandra, 2013).
Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di
ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit,
ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke atas,
4
bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya
kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul (Andy Chandra,
2013).
Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat pembungaannya
dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara 2 mekar dalam
waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang berfungsi sedangkan
pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi. Berdasarkan sifat
pembungaannya,tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina
mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari
berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan mekar pada
pagi hari berikutnya (Andy Chandra, 2013).
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan bulat
tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg, berwarna hijau
atau hijau 12 kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki kulit yang
lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat
bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu
dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji berwarna putih
kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x 4 cm (Andy
Chandra, 2013).
5
2.1.4 Jenis Alpukat
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras,
yaitu:
1. Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan
ketinggian antara 2.400- 2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang
berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah
kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya
tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai
kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2. Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan
ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin
(toleransi sampai -4,5 ˚C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang
cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah
rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga.
Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji
yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
3. Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim
tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu
6
rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas,
warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya
berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin
agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering
lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya
paling rendah.
2.1.5 Kandungan Daun Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat bergizi, mengandung3-30 persen
minyak dengan komposisi yang sama dengan minyak zaitun dan banyak mengandung
vitamin B. Dalam daging buah alpukat terkandung protein, mineral Ca, Fe, vitamin
A, vitamin B, vitamin C (Andy Chandra, 2013).
2.1.6 Manfaat Daun Alpukat
Efek farmakologis daun alpukat adalah peluruh kencing (diuretik) dan
astringen. Selain itu, daun dan kulit ranting memiliki efek farmakologis, seperti
peluruh kentut (karminatif), penyembuh batuk, pelancar menstruasi, emolient dan
antibakteri. Dengan kandungan nutrisi yang banyak tersebut maka alpukat dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, diantaranya:
1. Lemak monosaturated atau lemak tak jenuh yang terdapat di dalam alpukat
mengandung aleic acid yang terbukti mampu meningkatkan kadar lemak
sehat dalam tubuh, dan mengontrol diabetes. Dengan menggunakan alpukat
7
sebagai sumber lemak, penderita diabetes dapat menurunkan kadar
triglycerides sampai 20%.
2. Lemak tak jenuh ini juga sangat baik untk mengurangi kadar kolesterol. Diet
rendah lemak yang menyertakan alpukat telah terbukti mampu menurunkan
kadar kolesterol jahat, dan meningkatkan kadar koleterol baik dalam darah.
3. Alpukat juga banyak mengadung serat yang sangat beemanfaat untuk
mencegah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
4. Alpukat juga mengandung potassium 30% lebih banyak di banding nanas.
Potassium sangat bermanfaat bagi tubuh untuk mengurangi resiko terkena
penyakit tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan kanker. Selain itu,
alpukat juga sangat sempurna jika dijadikan sebagai makanan untuk wanita
yang sedang hamil. Itu karena follate yang terdapat dalam alpukat, dapat
mengurangi resiko terhadap ancaman penyakit birth defect (Andy Chandra,
2013).
2.2 Flavonoid
2.2.1 Definisi dan Stuktur Flavonoidid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang berada di alam.
Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, sebagian besar zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuhan-tumbuhan. Flavoid mempunyai kerangka
dasar karbon yang terdiri atas 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat
pada suatu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
8
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis stuktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
neoflavonoid (Markam, 1998).
Gambar 2.2
Struktur Flavonoid
2.2.2 Sifat Flavonoid
Senyawa - senyawa flavonoid terbagi menjadi beberapa, tergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propan dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan
oantisinidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sering disebut
sebagai flavonoid utama. Banyaknya senyawa flavonoid dari jaringan tumbuhan
(Markam, 1998).
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus
hidroksil yang tersubtitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etil asetat, atau
campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstraksi flavonoid dari
jaringan tumbuhan. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan
karena itu menunjukan pita serapan kuat pada daerah spekrum UV dan sinar tampak.
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan sebagai aglikon atau terikat dengan
gula.
2.2.3 Manfaat Flavonoid
9
Flavonoid mampu mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai
anti radikal bebas. Manfaat lain flavonoid adalah untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, antioksidan, dan mencegah
osteoporosis, dan sebagai antibiotik (Haris, 2011).
2.2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,
membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen
reaktif. Antioksidan merupakan senyawa pemberi donor (electron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal.
Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas seiring
dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam
menghambat penyakit generatif seperti jantung, arteriosclerotis, kanker, serta gejala
penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk
bekerja sebagai inhibitor atau penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif
yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit diatas.
Antioksidan terbagi menjadi dua yakni antioksidan enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx) dan antioksidan
vitamin (alfa tokoferol/ vitamin E, beta karoten dan asam askorbat/ vitamin C) yang
banyak didapatkan dari tanaman dan hewan. Tubuh menghasilkan senyawa
antioksidan, tetapi jumlahnya sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas
yang masuk kedalam tubuh. Sebagai contoh tubuh dapat menghasilkan glutathione,
10
salah satu antioksidan yang sangat kuat, hanya tubuh memerlukan asupan vitamin C
sebesar 100 mg untuk memicu tubuh menghasilkan glutathione ini. Kekurangan
antioksidan dalam tubuh yakni memerlukan asupan dari luar (Winaris, 2007).
2.2.5 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun
molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya, dan
merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memilki
satu atau lebih elektron bebas (Winaris, 2007).
Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau
lebih elektron tidak berpasangan sehingga menyebabkan senyawa tersebut sangat
reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul
yang berada disekitarnya. Radikal bebas secara kontinyu dibentuk oleh tubuh. Tubuh
memiliki sistem antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, baik melalui proses
enzimatis maupun non enzimatis. Antioksidan dapat diartikan sebagai senyawa
pemberi elektron yang diperlukan oleh radikal bebas dalam menstabilkan dirinya, dan
dapat juga menghentikan radikal bebas.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat
yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman
tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode ada dua cara yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat
berbentuk sampel segar ataupun yang telah dikeringkan. Sampel yang umum
11
digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan berlangsung lebih cepat.
Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan yaitu dapat mengurangi kadar air
yang terdapat didalam sampel, sehingga dapat mencegah kemungkinan rusaknya
senyawa aktivitas mikroba (Marjoni Mhd., 1998).
2.3.1 Metode Ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua
cara yaitu cara panas dan cara dingin :
1.Ekstraksi cara dingin
a.Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan . Dalam
maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang
kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan
pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok
digunakan untuk senyawa termolabil.
b.Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali
bahan.
12
2.Ekstraksi cara panas
a.Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
b.Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarutpada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
c.Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatut terukur 960C-98
0C)
selama waktu tertentu 15-20 menit.
d.Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥300C) dan temperatur
sampai titik didih air.
e.Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 400C-50
0C.
13
2.4 Metode Uji Antioksidan
2.4.1 Metode Peredaman Radikal 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH)
Packer (1999) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat
diukur dari kemampuan menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang biasa
digunakan sebagai model dalam mengukur daya penangkapan radikal bebas adalah
DPPH yang merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila
digunakan sebagai pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan.
Jika disimpan dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik akan
stabil selama bertahun-tahun (Amelia, 2011).
2.4.2 Mekanisme Kerja Antioksidan dengan Metode DPPH
Radikal bebas DPPH akan ditangkap oleh senyawa antioksidan melalui reaksi
penangkapan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas untuk
mendapatkan pasangan elektron dan mengubahnya menjadi difenil pikril hidrazil
(DPPH-H). Radikal ini mempunyai kereaktifan rendah, sehingga dapat mengurangi
radikal bebas yanf bersifat toksik.
2.4.3 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur
serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik dengan
molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet (200 nm - 400 nm) dan
sinar tampak (400 nm - 800 nm). Jika tidak dinyatakan lain, serapan diukur pada
panjang gelombang yang diterapkan dengan menggunakan kuvet yang panjangnya 1
cm pada suhu 190C hingga 20
0C. Jika hal tersebut tidak sesuai untuk instrumen
14
tertentu, panjang gelombang kuvet dapat diubah atau sebagai gantinya kadar dapat
diubah, asalkan telah ditunjukan bahwa Hukum Beer dipenuhi untuk jangkauan kadar
tersebut. Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel blanko ataupun
pembanding . Skema sederhana spektrofotometer UV-Vis ditunjukan oleh gambar
berikut :
Gambar 2.3
Skema Spektrofotometer UV-Vis
2.5 Kulit
2.5.1 Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar, menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga,
15
lubang-lubang masuk. Luas kulit orang dewasa 1.5m2 dengan berat kira-kira 15 %
berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi
pada berbagai keadaan iklim, umur seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh
(Djuanda, 2007).
Gambar 2.4
Struktur Kulit
2.5.2 Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar terdiri dari tiga lapisan utama yaitu
(Djuanda, 2002):
a.Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidium, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
16
b.Lapisan dermis adalah lapisan bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen seluler dan folikel rambut.
c.Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak didalamnya.
2.5.3 Fungsi Kulit
Secara umum, ada lima fungsi kulit untuk tubuh, yaitu:
Melindungi tubuh
Sebagai organ tubuh paling luas, kulit memiliki fungsi perlindungan tubuh, yakni
berfungsi melindungi otot, tulang, ligamen, pembuluh darah, sel saraf, serta organ di
dalam tubuh. Kulit juga sangat berperan terhadap daya tahan tubuh untuk melindungi
diri dari kuman berbahaya. Ketika kulit terluka, misalnya luka di lutut, diperlukan
perawatan luka yang baik agar tidak terjadi infeksi.
Menjaga suhu tubuh
Kulit dapat merespons naik atau turunnya suhu tubuh, yang dikirimkan berupa sinyal
dari otak. Untuk mendinginkan tubuh yang kepanasan, kelenjar keringat akan
membuat tubuh mengeluarkan keringat melalui kulit.
Menyimpan lemak dan membantu proses sintesis vitamin D
Kulit berfungsi sebagai pusat penyimpanan air dan lemak. Lemak ini bertugas
menyangga otot dan tulang agar tetap menempel. Kemudian memungkinkan
berlangsungnya proses sintesis vitamin D yang diperoleh dari sinar matahari.
17
Menjadi indera perasa
Kulit memiliki beragam ujung saraf yang berfungsi sebagai indera perasa manusia
terhadap suhu panas atau dingin, sentuhan, getaran, tekanan, hingga rasa nyeri dan
sensasi lainnya.
Mendukung penampilan
Kulit merupakan organ yang pertama kali dilihat oleh orang lain. Dengan warna dan
tekstur yang dimilikinya, kulit dapat mendukung penampilan, daya tarik, sekaligus
kepercayaan diri seseorang.
2.6 Pengertian Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang
mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai
sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum,
membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah
dioleskan.
2.7 Monografi Bahan
a. Asam Stearat (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Asam stearat berwarna keras, putih atau agak kuning glossy, kristal padat atau
bubu putih atau putih kekuningan. Memiliki sedikit bau (dengan ambang bau 20
ppm) dan rasa menyarankan lemak.
18
2. Kelarutan :
Larut bebas dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam
etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air.
3. Kategori Fungsional :
Agen pengemulsi; zat pelarut; pelumas tablet dan kapsul.
Gambar 2.5
struktur Asam Stearat
b. Trietanolamin (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Kental berwarna bening, tidak berwarna sampai kuning pucat cairan memiliki
sedikit bau amoniak.
2. Kelarutan :
Mudah larut dalam air dan etanol 95 % dan larut dalam kloroform.
3. Kategori Fungsional
Agen alkali, agen pengemulsi.
19
Gambar 2.6
Struktur Trietanolamin
c. Karagenan (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Bubuk berwarna kuning-coklat sampai putih, kasar sampai halus tidak berbau
dan tidak berasa.
2. Kelarutan :
Kelarutan karaginan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
tipe karaginan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan dan zat-zat terlarut
lainnya.
3. Kategori Fungsional
Agen pengemulsi, dasar gel, zat penstabil, agen penangguhan, agen lepas-
lambat, zat peningkat viskositas.
20
Gambar 2.7
Struktur Karagenan
d. Gliserin (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental, higroskopis, Itu memiliki
rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali lebih manis dari sukrosa.
2. Kategori Fungsional
Pengawet antimikroba, cosolvent, yg melunakkan, humektan, pemlastis,
pelarut, agen pemanis, agen tonisitas.
Gambar 2.8
Struktur Gliserin
e. Metil Paraben (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Kristal tidak berwarna atau kristal putih bubuk, tidak berbau atau hampir tidak
berbau dan memiliki sedikit rasa terbakar.
21
2. Kelarutan :
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3.5 bagian
etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam alkali
hidroksida, larut 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas.
3. Kategori Fungsional
Pengawet antimikroba.
Gambar 2.9
Struktur Metil Paraben
f. Titanium Dioksida (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Bubuk nonhigroskopis berwarna putih, amorf, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Kelarutan :
Tidak larut dalam air
3. Kategori Fungsional
Agen pelapis, opacifier, pigmen.
22
g. Propilen Glikol (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau cair, dengan rasa manis,
agak tajam yang menyerupai gliserin.
2. Kategori Fungsional
Pengawet antimikroba, desinfektan, humektan, pemlastis, pelarut, zat
penstabil, cosolvent yang larut dalam air.
Gambar 2.10
Struktur Propilen Glikol
h. Setil Alkohol (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Setil alkohol terjadi sebagai lilin, serpihan putih, butiran, kubus, atau coran.
Ini memiliki bau khas yang samar dan rasa yang hambar.
2. Kelarutan :
Mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutannya meningkat dengan
peningkatan temperature, serta tidak larut dalam air.
3. Kategori Fungsional
Agen pelapis, agen pengemulsi, agen pengaku.
23
Gambar 2.11
Struktur Setil Alkohol
i.Na CMC (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Warna putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, bubuk granular.
2. Kelarutan :
Mudah larut dalam air panas
3. Kategori Fungsional
Agen pelapis, zat penstabil, agen penangguhan, tablet dan penghancur kapsul,
pengikat tablet, zat peningkat viskositas, agen penyerap air.
Gambar 2.12
Struktur Na CMC
j. Lesitin (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
24
Lesitin sangat bervariasi dalam bentuk fisiknya, dari yang kental semiliquids
menjadi bubuk, tergantung pada kandungan asam lemak bebasnya. Lesitin mungkin
juga memiliki warna yang bervariasi dari coklat sampai kuning muda, tergantung
pada apakah mereka diputihkan atau tidak dikelantang atau pada derajat kemurnian.
Ketika mereka terkena udara, oksidasi cepat juga terjadi menghasilkan warna kuning
tua atau coklat. Lesitin praktis tidak berbau. Itu berasal dari sayuran sumber memiliki
rasa hambar atau seperti kacang, mirip dengan minyak kedelai.
2. Kelarutan :
Rendah larut dalam air tetapi merupakan pengemulsi ( emulsifier ) yang
sangat baik.
3. Kategori Fungsional
Yg melunakkan, agen pengemulsi, agen pelarut.
Gambar 2.13
Struktur Lesitin
k. Minyak Zaitun (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Cairan berminyak bening, tidak berwarna atau kuning, transparan.
25
2. Kategori Fungsional :
Sebagai pelembab kulit.
l. Asam Benzoat (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Berwarna putih, tidak berbau atau bubuk atau butiran kristal yang hampir
tidak berbau. Encer larutan sedikit basa dan memiliki rasa sepat yang manis.
2. Kelarutan :
Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, larut dalam kurang lebih 3 bagian
etanol 95% P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter.
3. Kategori Fungsional
Pengawet antimikroba, pelumas tablet dan kapsul.
Gambar 2.14
Struktur Minyak Zaitun
m. Dimetikon (Rowe, 2009)
1. Pemerian :
Cairan bening dan tidak berwarna yang tersedia dalam berbagai variasi
viskositas.
2. Kelarutan :
Mudah larut dalam tanol 95% , praktis tidak larut dalam air dan gliserin.
26
3. Kategori Fungsional
Agen antifoaming, yg melunakkan, agen anti air.
Gambar 2.14
Struktur Dimetikon
n. Glisrin Mono Stearat
Pemerian :
Serbuk putih sampai putih kekuningan, berupa serbuk larut dalam etanol, eter
dan kloroform, aseton panas, mineral oil, tidak larut dalam air.
o. VCO
1. Pemerian :
Cairan minyak tidak berwarna
2. Kelarutan :
Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.
p. Na2EDTA
1. Pemerian :
Kristal putih, bubuk tidak berbau dengan rasa yang sedikit asam.
2. Kategori Fungsional
Agen chelating.
27
Gambar 2.15
Struktur Na2EDTA