BAB II TINJAUANUMUM TENTANG WARALABA DAN HAL … 2.pdfmerek dagang, format, atau prosedur yang...

33
BAB II TINJAUANUMUM TENTANG WARALABA DAN HAL ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL 2.1. Perihal Waralaba 2.1.1. Pengertian Waralaba dan Dasar Hukumnya Waralaba atau istilah lainnya yang dikenal dengan istilah Franchise. Istilah Franchise itu sendiri berasal dar kata Prancis yakni “Franchir”, yang memiliki arti memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat daripada pengertian Franchise adalah mandiri dan bebas. 1 Franchise sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu francorum rex yang artinya "bebas dari ikatan", yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usah Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa Perancis abad pertengahan diambil dari kata "franc'" (bebas) atau "francher" (membebaskan), yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa, Oleh sebab itu, pengertian franchise diinterpretasikan sebagai pembebasan dari pembatasan tertentu, atau kemungkinan untuk melaksanakan tindakan tertentu, yang untuk orang lain dilarang. Dalam bahasa Inggris franchise diterjemahkan dalam pengertian privilege (hak istimewa/hak khusus). Di Amerika Serikat, franchise diartikan konsesi. Di Indonesia waralaba didefinisikan sebagai hak untuk memasarkan barang-barang atau jasa perusahaan (company's goods and service) dalam suatu 1 H.U. Adil Samadani, 2013, Dasar dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, h. 93

Transcript of BAB II TINJAUANUMUM TENTANG WARALABA DAN HAL … 2.pdfmerek dagang, format, atau prosedur yang...

BAB II

TINJAUANUMUM TENTANG WARALABA DAN HAL ATAS

KEKAYAAN INTELEKTUAL

2.1. Perihal Waralaba

2.1.1. Pengertian Waralaba dan Dasar Hukumnya

Waralaba atau istilah lainnya yang dikenal dengan istilah Franchise. Istilah

Franchise itu sendiri berasal dar kata Prancis yakni “Franchir”, yang memiliki

arti memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat daripada pengertian Franchise

adalah mandiri dan bebas.1

Franchise sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu francorum rex yang

artinya "bebas dari ikatan", yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak

usah Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa Perancis abad

pertengahan diambil dari kata "franc'" (bebas) atau "francher" (membebaskan),

yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa, Oleh sebab itu,

pengertian franchise diinterpretasikan sebagai pembebasan dari pembatasan

tertentu, atau kemungkinan untuk melaksanakan tindakan tertentu, yang untuk

orang lain dilarang. Dalam bahasa Inggris franchise diterjemahkan dalam

pengertian privilege (hak istimewa/hak khusus). Di Amerika Serikat, franchise

diartikan konsesi.

Di Indonesia waralaba didefinisikan sebagai hak untuk memasarkan

barang-barang atau jasa perusahaan (company's goods and service) dalam suatu

1 H.U. Adil Samadani, 2013, Dasar – dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, h. 93

wilayah tertentu.Hak tersebut diberikan oleh perusahaan kepada seseorang atau

kelompok individu, kelompok marketing, pengecer, atau grosir.2“Franchise juga

diartikan suatu sistem pemasaran atau sistem usaha untuk memasarkan produk

atau jasa tertentu”.3

Definisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Management

yang antara lain mendefinisikan waralaba sebagai berikut :

Waralaba adalah suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di

mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan hak istimewa

untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu, dan lokasi tertentu

kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil dan

menengah.

Waralaba merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa

kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain yang berminat.

Pemilik dari metode yang dijual ini disebut franchisor, sedangkan pembeli

hak untuk menggunakan metode tersebut disebut franchisee.

Waralaba merupakan suatu hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor

dengan franchisee.Franchisor menawarkan dan berkewajiban menyediakan

perhatian terus-menerus pada bisnis waralaba melalui penyediaan

pengetahuan dan pelatihan.Franchisee beroperasi dengan menggunakan

2M. Fuady, 1997, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, Tinjauan Hukum Bisnis , Citra

Aditya Bakti, Bandung, h. 135.

3Farida Hasyim, 2011, Hukum Dagang, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, h. 57.

merek dagang, format, atau prosedur yang dipunyai serta dikendalikan oleh

franchisor.Franchisee melakukan investasi dalam bisnis yang dimilikinya.

Dari sudut bisnis, ada beberapa pengertian waralaba. Juadir Sumardi, dalam

konferensi pers mengenai konsep perdagangan baru yang dilaksanakan di Jakarta

pada tanggal 25 Juni 1991, mengemukakan bahwa franchise adalah sebuah

metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual

kepada pihak lain yang berminat, Pemilik dari metode ini disebut "franchisor",

sedangkan pembeli yang berhak untuk menggunakan metode ini disebut

“franchisee”4

Pada awalnya, istilah franchise tidak dikenal dalam kepustakaan hukum

Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena memang lembaga franchise sejak awal

tidak terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat Indonesia. Namun

karena pengaruh globalisasi yang melanda di berbagai maka kemudian masuk ke

dalam tatanan budaya dan tatanan hukum masyarakat Indonesia. Istilah franchise

selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat, khususnya masyarakat

bisnis Indonesia dan menarik perhatian banyak pihak untuk mendalaminya.

Kemudian istilah franchisecoba di-Indonesiakan dengan istilah "waralaba" yang

diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan

Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari kata "wara" (lebih atau istimewa) dan

"laba" (untung) sehingga waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih atau

istimewa.

4J. Sumardi. 1995, Aspek-aspek Hukum franchise dan Perusahaan Transnational, Citra

Aditya Bakti, Bandung, h. 51.

Rooseno Hardjowidigdo, mengemukakan bahwa franchise adalah suatu

sistem usaha di bidang perdagangan atau jasa yang khas atau memiliki ciri bisnis

berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan (logo,

desain, dan merek), bahkan termasuk pakaian dan penampilan karyawan

perusahaan, rencana pemasaran, serta bantuan operasional.5

Dari sudut hak atas kekayaan intelektual, Ferro Sinambela mendefinisikan

franchise adalah semua hak milik yang berhubungan dengan bidang usaha atau

kepemilikan yang berhubungan daya pikir, seperti merek dagang, nama

perusahaan label perusahaan, model barang penemuan, hak cipta, know how atau

hak paten yang digunakan untuk tujuan penjualan barang-barang atau jasa-jasa

kepada konsumen.6

Dari sudut hubungan kemitraan usaha dan perjanjian, waralaba dap

didefinisikan sebagai berikut. Dalam bukunya, A. Abdurrahman menyebutkan

"Secara umum waralaba yang dikenal dengan istilah franchise berarti suatu

persetujuan atau perjanjian (kontrak) antara leveransir dan pedagang eceran at

pedagang besar, yang menyatakan bahwa yang tersebut pertama itu memberi

kepada yang tersebut terakhir itu suatu hak untuk memperdagangkan produk

dengan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak".15

5R. Hardjowidigdo, 1993, Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchise , Makalah pada

Penemuan Ilmiah Tentang Usaha Franchisee, Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta.,

h.16.

6F. Sinambela, 2000, “Peraturan Perjanjian Kerja Antara Pengusaha dan Pekerja Pada

Perusahaan Waralaba (franchisee) Kotamadya Medan”,Tesis Fakultas Hukum Univertsitas

Sumatera Utara, , Medan, h. 50.

Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang

Waralaba, terutama dalam Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun

2007, waralaba diartikan.

Sebagai hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan

barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba Definisi inilah yang

berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia.

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba

ditegaskan bahwa:

Waralaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan

penerima waralaba di mana penerima waralaba diberikan untuk

menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan; atas

kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki

pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang

ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan

dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi

waralaba kepada penerima waralaba.

Dalam peraturan ini juga dijelaskan bahwa perusahaan waralaba

(franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberi hak kepada pihak

lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau

penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Sedangkan penerima

waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak

untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau

penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

Dengan demikian maka pada prinsipnya, penyelenggaraan waralaba tidak

jauh berbeda dengan pembukaan kantor cabang. Hanya saja, dalam pembukaan

kantor cabang segala sesuatu didanai dan dikerjakan sendiri, sedangkan pada

waralaba penyelenggaraan perluasan usaha didanai dan dikerjakan oleh pihak lain

yang dinamakan franchisee atas risiko dan tanggungjawabnya sendiri, dalam

bentuk usaha sendiri, tetapi sesuai dengan arahan dan instruksi serta petunjuk

franchisor. Pada sisi lain, waralaba juga tidak berbeda jauh dari bentuk distribusi

dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa. Hanya saja distributor

menyelenggarakan sendiri kegiatan penjualannya, sedangkan dalam bisnis

waralaba, franchisee melaksanakan segala sesuatunya berdasarkan arahan atau

petunjuk atau instruksi yang telah ditetapkan atau digariskan oleh franchisor.

Meskipun terdapat perbedaan dalam merumuskan definisi waralaba

sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi pada umumnya, seperti

dikemukakan oleh Jetro K. Libermann dan George J. Siedel, waralaba memiliki

unsur-unsur, yaitu sebagai berikut.

1. Franchise merupakan perjanjian timbal balik antara franchisor dan

franchisee.

2. Franchisee berkewajiban membayar fee kepada franchisor.

3. Franchisee diizinkan menjual dan mendistribusikan barang atau jasa

franchisee menurut cara yang telah ditentukan franchisor atau mengikuti

metode bisnis yang dimiliki franchisor.

4. Franchisee, menggunakan merek nama perusahaan atau juga simbol-

simbol.7

2.1.2. Pihak- pihak yang terkait di dalam perjanjian waralaba

Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang

Waralaba (yang sekarang diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun

2007), masalah waralaba menjadi persoalan besar, karena pewaralaba (franchisor)

harus menggantungkan pada kesepakatan yang tertulis di dalam kontrak kerja

sama. Artinya kedua belah pihak harus sangat teliti dan hati-hati atas apa yang

disepakati, karena kegunaan kontrak adalah “mengakomodasi kehendak para

pihak, dan mengesahkan kesepakatan sesuai dengan asas konsensualisme dan asas

kebebasan bertanggungjawab”. 8

Menjalankan suatu bisnis Waralaba terdapat suatu bentuk kerjasama

antara para pihak – pihak yang terkait didalam suatu bisnis Waralaba antara

lainnya Pihak Franchisor adalah pihak yang menjual hak dagangnya atau merek

dagangnya kepada pihak lain melalui suatu pernjanjian lisensi. Selain itu terdapat

juga pihak Franchisee merupakan pihak yang menggunakan merek dagang yang

7 F. Sinambela, Op.cit., hal. 52.

8Muhamad Rizal, 2012, Hukum Bisnis Suatu Pengantar, Teori dan Aplikasi Dalam

Bisnis Modern, Widya Padjadjaran, Bandung, h. 9.

dimiliki oleh pihak franchisor dengan membayar royalti dan biaya lain yang telah

ditentukan didalam perjanjian yang sudah dibuat terlebih dahulu oleh para pihak.

Ketentuan dalam pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah

dinyatakan bahwa: semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-undang

berlaku bagi mereka yang membuatnya, persetujuan itu tidak dapat ditarik

kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan

yang ditentukan oleh Undang-undang, Persetujuan tersebut harus dilaksanakan

dengan itikad yang baik.

Azas kebebasan berkontrak itu sendiri adalah azas yang diberikan oleh

undang-undang kepada setiap orang atau masing-masing pihak untuk dengan

bebas menentukan isi dan bentuk perjanjian yang dibuat, “namun terhadap

kebebasan itu oleh hukum diberikan batasan yaitu tidak bertentangan dengan

Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan”.9

Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan, dan

komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-

nya.Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan yang berkaitan dengan hak

dan kewajiban franchisee persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya

yang harus dikeluarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan yang

berkaitan dengan perjanjian waralaba dan perpanjangannya, serta ketentuan lain

yang mengatur antara franchisor dengan franchisee.

Peraturan-peraturan yang berlaku pada perjanjian waralaba, sebelum

adanya aturan yang khusus untuk mengatur waralaba, yaitu sebagai berikut.

9Suhardana F.X, 1996, Hukum Perdata 1. Gramedia Pustaka Utama Jakarta,

h.17.

1. Peraturan tentang perjanjian khususnya yang dijumpai pada Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu syarat-syarat sahnya suatu perjanjian

dan pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang ketentuan yang

dapat membenarkan tentang perjanjian waralaba;

2. Peraturan tentang hak milik intelektual, yaitu hak paten, merek dan hak cipta

3. Peraturan hukum tentang perpajakan, yaitu pertambahan nilai dan pajak

penghasilan; serta

4. Peraturan hukum tentang ketenagakerjaan.

Berlakunya Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang waralaba

(yang diganti menjadi Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007) dan Peraturan

Menteri Perdagangan No. 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata cara

Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba mewajibkan pihak-pihak

yang terlibat dalam sistem waralaba melakukan perjanjian waralaba. Perjanjian

waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak

dari perbuatan merugikan pihak lain. Hal ini dikarenakan perjanjian tersebut

dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum

para pihak yang terlibat dalam sistem waralaba. Jika salah satu pihak melanggar

isi perjanjian, maka pihak lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Berkaitan dengan sudut yuridis dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun

2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-

Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda

Pendaftaran Usaha Waralaba, dikenal adanya pemberi dan penerima waralaba, di

air keduanya ada suatu perjanjian atau kontrak waralaba yang wajib didaftarkan

kepada Departemen Perdagangan.

Setiap perjanjian waralaba sekurang-kurangnya terdapat unsur-unsur

sebagai berikut :

1) Adanya minimal dua pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee, di

mana pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan bisnis waralaba,

sementara pihak franchisee merupakan pihak yang menerima bisnis waralaba

tersebut.

2) Adanya penawaran dalam bentuk paket usaha dari franchisor.

3) Adanya kerja sama dalam bentuk pengelolaan unit usaha antara pihak

franchisor dengan franchisee.

4) Dipunyainya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan

memanfaatkan paket usaha milik pihak.franchisor.

5) Terdapat kontrak tertulis berupa perjanjian 'Baku antara pihak "franchisor

dengan pihak franchisee.

Setiap perjanjian waralaba memiliki tiga prinsip, yaitu harus jujur dan

jelas, tiap pasal dalam perjanjian harus adil, serta isi dari perjanjian dapat

dipaksakan berdasarkan hukum.

2.1.3. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi di dalam Melakukan Bisnis

Waralaba

Setiap perusahaan baik itu perusahaan swasta maupun pemerintah

umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari keuntungan. Untuk

terwujudnya tujuan utama dari perusahaan yaitu agar memperoleh laba yang

maksimal guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya maka disini

diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum mendirikan suatu usaha.

Mendirikan suatu perusahaan waralaba sudah tentu harus memenuhi

syarat-syarat baik yang ditentukan oleh kedua belah pihak yang diatur dalam suatu

perjanjian maupun keikutsertaan pemerintah dalam bentuk perundang-undangan

maupun dalam urusan perpajakan. Syarat –syarat tersebut meliputi :

1. Usaha waralaba yang dibeli merupakan suatu prototipe usaha yang

terbukti sukses.

2. Memiliki tim manajemen yang kuat yang terdiri dari karyawan, manajer,

dan direktur

3. Memiliki modal yang memadai untuk memulai dan mengembangkan suatu

bisnis waralaba .

4. Memiliki identitas dagang yang khas, berbeda, dan dilindungi oleh hukum.

5. Memiliki metode operasi dan manajemen yang terbukti dan dituangkan

dalam bentuk manual operasional tertulis yang komprehensif dan tidak

mudah ditiru oleh pesaing. .

6. Memiliki program pelatihan yang sistematis dan aplikatif bagi franchisee.

7. Memiliki staf pendukung lapangan (franchise support] yang terlatih dan

profesional.

8. Memiliki dokumen sah yang komprehensif yang mencerminkan strategi

bisnis perusahaan dan kebijakan operasinya.

9. Usaha waralaba yang ditawarkan memiliki permintaan pasar yang terbukti

memadai.

10. Memiliki sekumpulan standar arsitektur dan kriteria pemilihan lokasi yang

seragam.

11. Memahami pesaing langsung maupun tidak langsung dengan tepat

12. Memiliki hubungan dengan pemerintah, pemasok, lembaga keuangan.

developer, dan sumber daya penting lainnya.

13. Memiliki sistem penyaringan dan rekruitmen franchisee untuk

mengidentifikasi kualifikasi atas persyaratan yang harus dipenuhi calon

franchisee,

14. Memiliki sistem pelaporan dan pencatatan yang efektif untuk menjaga

kinerja franchisee dan memastikan bahwa royalti dilaporkan secara akurat

dan dibayar tepat waktu.

15. Memiliki kemampuan dan fasilitas riset dalam mengembangkan produk

dan jasa baru bagi konsumen secara kontinyu.

16. Memiliki sistem komunikasi yang mempermudah dialog terbuka dan

berkesinambungan dengan franchisee.

17. Memiliki program advertising, pemasaran, dan kehumasan di tingkat

lokal, daerah. nasional, bahkan internasional.

2.3. Pengaturan Hukum Waralaba di Indonesia

Seperti yang telah diuraikan pada sebagian sebelumnya, sebelum

munculnya perangkat hukum yang mengatur waralaba di Indonesia, waralaba

yang berhubungan dengan hak milik intelektual telah diatur lewat Undang-

Undang Hak Cipta, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Merek. Saat itu,

yang perlu dipersoalkan ialah bagaimana memberikan perlindungan kepada

investor karena banyaknya penawaran yang menggiurkan dan franchisor sering

kali membuat para investor bersedia mengikuti segala kemauan, prosedur, dan

klausul yang diajukan.

Franchisor hampir tidak memiliki risiko langsung, sementara franchisee

selain berhadapan dengan risiko investasi, risiko persaingan, kesalahan

manajemen, dan pangsa pasar, juga harus membayar royalti. Belum lagi

menghadapi risiko perlakuan tidak adil berupa mekanisme kontrol franchisor

yang berlebihan, pencabutan hak waralaba oleh franchisor, atau memberikan hak

waralaba kepada pengusaha lain.

Sebelum munculnya perangkat hukum yang mengatur waralaba di

Indonesia, menurut Sudargo Gautama, perlindungan tetap bisa dilakukan melalui

kontrak waralaba yang dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat.Hal tersebut sesuai

dengan KUHPerdata yang secara tegas mengakui bahwa perjanjian yang

disepakati oleh beberapa pihak, mengikat mereka sebagai hukum.10

T. Mulya Lubis yang melemparkan alternatif choice of law atau pilihan

hukum alternatif. "Kalaupun kalangan pengusaha domestik maupun asing belum

percaya pada sistem peradilan Indonesia, mereka masih memiliki alternatif

dengan membuat choice of law dalam kontrak yang dibuatnya.Artinya jika terjadi

perselisihan bisa dipilih forum yang menangani dan hukum yang diterapkan.11

10G. Sudargo, 1985, Aneka Masalah Hukum Perdata Internasional, PT. Alumni,

Bandung , h. 9.

11Ibid.

Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang

Waralaba, eksistensi bisnis waralaba di Indonesia telah mengalami

perkembangan yang cukup signifikan serta telah mendapat pengakuan dan

berbagai, kalangan pelaku usaha dan pakar hukum bisnis. Namun, para ahli

hukum ekonom, menerus melakukan berbagai, kajian dan seminar mengenai,

waralaba.

Sistem waralaba telah berkembang pesat di Indonesia, namun pada saat itu

masalah dasar hukumnya masih dipersoalkan.Berbagai kalangan yang

berpendirian bahwa suatu lembaga baru, belum diakui, keberadaannya jika belum

ada dasarnya. Seolah-olah semua kegiatan kemasyarakatan hanya dapat

dibenarkan serta harus menunggu untuk eksis dan berkembang setelah ada

peraturan perundang-undangan.

Meskipun belum ada dasar hukumnya, tetapi kenyataannya pelaksanaan

Waralaba melalui suatu perjanjian telah diatur dalam Buku III Kitab Undang

Hukum Perdata sehingga semua perjanjian dapat dibenarkan selama diadakan

secara sah serta tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan (pasal

1320 KUHPerdata) .

Sikap ini tercermin dari pendirian Mahkamah Agung dalam menghadapi

lembaga leasing, di mana lembaga tersebut sama seperti waralaba yang belum

diatur oleh undang-undang (dalam arti formal). Berdasarkan Putusan Mahkamah

Agung No. 131K/ PDT/1987 tanggal 14 November 1988.Yurisprudensi

Mahkamah Agung tersebut telah menjadi tonggak sejarah untuk dijadikan

landasan hukum bagi waralaba.

Terbentuknya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang

Waralaba dikeluarkan untuk mengembangkan daripada kegiatan waralaba sebagai

upaya pemerintah memperluas kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan upaya

meningkatkan pelaksanaan alih teknologi serta memberikan suatu kepastian

Hukum bagi dunia usaha yang menjalankan bisnis Waralaba terutama di bidang

pengaturan, pembinaan dan pengembangan waralaba. Rumusan Waralaba yang

berkaitan dengan PP No 16 Tahun 1997 dapat diuraikan seperti Waralaba suatu

perikatan, Waralaba melibatkan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan HKI

atas penemuan atau cirri khas usaha dan Waralaba diberikan dengan suatu

imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang/ jasa.

Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang

Waralaba menggantikan Peraturan Pemerintah sebelumnya yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 16 tahun 1997. Dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor

42 Tahun 2007 tentang waralaba ini dilandasi upaya pemerintah meningkatkan

pembinaan usaha waralaba di seluruh Indonesia sehingga perlu mendorong

pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah untuk tumbuh

sebagai franchisor nasional yang andal dan mempunyai daya saing di dalam

negeri dan luar negeri khususnya dalam rangaka memasarkan produk dalam

negeri.Pemerintah memandang perlu mengetahui legalitas dan bonafiditas

franchisor baik franchisor dalam negeri maupun dari luar negeri guna

menciptakan transformasi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara

optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang dan / jasa melalui bisnis

waralaba. Didalam PP Nomor 42 tahun 2007 memuat salah satu point penting

yaitu persyaratan bisnis yang diwaralabakan adapun persyaratannya seperti bisnis

meiliki ciri usaha, terbukti telah memberikan keuntungan, memiliki standar atas

pelayanan barang dan / jasa yang dibuat secara tertulis, mudah dijalankan dan

diaplikasikan, adanya dukungan yang berkesinambungan serta hak atas kekyaan

intelektual yang terdaftar.

Berdasarkan Pasal 8 PP Nomor 42 Tahun 2007 pemberi Waralaba harus

memberikan pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada penerima

waralaba secara berkesinambungan dan jika hal ini tidak dilakukan maka pemberi

waralaba dapat dikenakan saksi administrattif berupa pencabutan tanda Surat

Pendaftaran Waralaba (STPW).12

2.2. Perihal Hak Kekayaan Intelektual

2.2.1. Pengertiandan Sejarah Hak atas Kekayaan Intelektual

Sejarah mengenai HKI tidak dapat lepas dari tiga cabang utama HKI yaitu

Hak Cipta, Hak Paten dan hak Merek. Dimasa lampau untuk membedakan suatu

produk baju atau gerabah dari seorang pedagang dengan produk sejenis dari

pedagang yang lain digunakan kata atau symbol dengan maksud pembeda. Pada

masa lampau sejenis tanda yang juga berfungsi seperti merek telah lama

digunakan oleh para pedagang untuk membedakan asal barang yang

diperdagangkan dimana beberapa cara yang digunakan dengan memberi tanda

resmi (hallmark). Di Negara Eropa, merek telah dikembangkan oleh para

pedagang untuk membedakan produk mereka dari produk dagang lainnya selama

12M.Muchtar Rivai, 2012, Pengaturan Waralaba di Indonesia : Perspektif Hukum Bisnis,

STI Ahmad Dahlan Jakarta, Vol 1 Nomor 2, Juli – Desember 2012, h. 162

ribuan tahun. Sampai dengan abad 18 perlindungan merek di Negara maju hanya

dilindungi oleh Common Law.Perlindungan hukum merek berdasarkan Common

Law di Amerika Serikat berakhir tahun 1870 saat pemerintah membuat UU Merek

Fedral yang pertama. UU mengalami beberapa kali perubahan diantaranya tahun

1881, tahun 1905 dan tahun 1920 dan saat ini UU Merek Fedral yang digunakan

di AS adalah The Lanham Act yang diundangkan tahun 1946.13

Lahirnya Paten dapat ditelusuri pada awal tahun 1300-an pertama

diperkenalkan melalui The Venice Law. Paten diberikan pada saat itu tidak

difokuskan pada aplikasi ide – ide baru tetapi lebih difokuskan pada konstruksi

model. The Venetian Patent act dianggap sebagai hukum paten yang pertama. UU

tersebut memperkenalkan hak ekslusif pertama untuk jangka waktu yang terbatas

sebagai sebuah kebijakan ekonomi kepada para inventior yang tinggal di venice.

Alasan dan tujuan pemberian paten adalah alasan dan tujuan pemberian paten

kepada inventor tidak selalu ditunjukan untuk mendorong para inventor untuk

menemukan teknologi baru tetapi mendorong para penanam modal asing untuk

membawa teknologi mereka ke Venice. Inilah yang membedakan antara sistem

paten Venice dengan modern yang lebih ditunjukan pada upaya untuk

menemukan invensi dibidang teknologi yang baru. Pada akhir abad 18, Prancis

dan AS membuat UU paten mereka yang pertama dan didalam perkembangan

selanjutnya sistem paten AS dianggap sebagai yang paling dinamis di dunia

karena UU paten Negara tersebut sangat sensitif dalam mengatur dan melindungi

13Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Graha Ilmu,

Yogyakarta, h. 4

perkembangan terbaru dibidang teknologi kedalam hukum Paten seperti

perlindungan bioteknologi, metode bisnis, software dan metode perawatan

kesehatan.

Sejarah hak Cipta didalam Common Law pararel dengan sejarah Paten

dimana kedua cabang ini tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pemberian

monopoli kepada pedagang gilda.Hak Cipta pertama diberikan di Inggris

berdasarkan keputusan kerajaan pada tahun 1556 dan karena alasan politis bisnis

penerbitan ini diserahkan ke tangan peusahaan alat – alat tulis.Melalui keputusan

tersebut, hak esklusif terkait penerbitan buku diserahkan ke tangan penerbit bukan

pengarang yang mencangkup hak untuk mengontrol penerbitan dan penjualan

buku yang berlaku selamanya. Dalam perkembangannya selanjutnya fokus hak

Cipta yang semula hanya hak untuk mengcopy ternyata telah berkembang lebih

luas mencangkup sekumpulan hak – hak ekslusif seperti mengumumkan,

mempertunjukan dan hak- hak terkait karya turunan. Bahkan didalam uu hak cipta

tidak hanya karya seni, sastra dan music, perangkat lunak computer, database dan

karya arsitektur.14

Hak kekayaan intelektual adalah bagian dari hukum harta benda (hukum

kekayaan), hak kekayaan intelektual merupakan hak perseorangan yang sifatnya

tidak berwujud.Istilah hak kekayaan intelektual sendiri merupakan terjemahan

langsung dari intellectual property.Menurut David I Bainbridge, Hak kekayaan

intelektual adalah:

14Ibid, h. 6

Hak atas kekayaan yang berasal dari karya intelektual manusia, yaitu

hakyang berasal dari kreatif, yaitu kemampuan daya pikir manusia yang

diekpresikan dalam berbagai bentuk karya yang bermanfaat serta berguna

untuk menunjang kehidupan manusia dan mempunyai nilai ekonomi15.

H. OK Saidin mengemukakan tentang istilah Hak Kekayaan Intelektual

yaitu “hak kekayaan intelektual merupakan hak kebendaan, hak atas sesuatu

benda yang bersumber dari otak, hasil dari pekerjaan ratio yang menalar, hasil

kerjanya itu berupa benda immaterial, benda tidak berwujud”.16

“Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan suatu sistem pemberian

perlindungan hukum bagi karya-karya intelektual yang mencakup jangkauan yang

luas, dari pengetahuan tradisional sampai program komputer dan internet di era

bisnis digital saat ini”. 17

HKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada

seorang atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya intelektual dan

memberikan hak kepada pemilik hak untuk menikmati keuntungan ekonomi dari

kepemilikan hak tersebut.Hasil karya intelektual tersebut dalam praktek dapat

berwujud ciptaan di bidang seni dan sastra, merek, penemuan di bidang teknologi

tertentu dan sebagainya.

Melalui perlindungan HKI pula, para pemilik hak berhak untuk

menggunakan, memperbanyak, mengumumkan, memberikan izin kepada pihak

15Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, 2003, HakMilik Intelektual (Sejarah Teori

dan Prakteknya di Indonesia), Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h 16. 16H.OK. Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelektual Property

Rights), Get. Ill, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h 9. 17Abdul T. Saliman, 2011, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,

Cetakan Ke enam, Kecana Meduia Group, Jakarta, h. 147.

lain untuk memanfaatkan haknya tersebut melalui lisensi atau pengalihan dan

termasuk untuk melarang pihak lain untuk menggunakan, memperbanyak dan/atau

mengumumkan hasil karya intelektualnya tersebut.

HKI memberikan suatu hak monopoli kepada pemilik hak dengan tetap

menjunjung tinggi pembatasan-pembatasan yang mungkin diberlakukan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta memberikan

perlindungan terhadap karya musik, karya sastra, drama dan karya artistik,

termasuk juga rekaman suara, penyiaran suara film dan pertelevisian program

komputer.Di samping hak cipta, ada pula hak atas merek yang pada dasarnya

memberikan perlindungan atas, tanda-tanda (berupa huruf, angka, dan sebagainya)

yang digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Berdasarkan praktek di masyarakat terlihat belum adanya kesadaran tentang

memasyarakatnya HKI, menyebabkan perlindungan yang diberikan pemerintah

belum optimal. Oleh karena itu pemilik hak perlu melakukan langkah-langkah

non-legal untuk menegaskan kepemilikan haknya, dan juga menegaskan kepada

pihak-pihak lain bahwa mereka akan mengambil tindakan yang tegas terhadap

segala upaya penggunaan atau pemanfaatan secara tidak sah atas haknya tersebut.

Indonesia sebagai negara yang berkembang, memberikan perhatian yang

lebih kepada hak kekayaan intelektual, ini dibuktikan dengan tergabungnya

Indonesia dalam berbagai organisasi di bidang Hak Kekayaan Intelektual, antara

lain : Organisasi Hak Kekayaan Intelektual se-dunia Word Intellectual Property

Organization (WIPO), Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization

(WTO) yang mencakup perjanjian aspek-aspek dagang hak kekayaan intelektual

(Agreement on trade related aspect of intellectual property rights (TRIP's).

HKI adalah hak ekslusif, artinya pemilik/pemegang mempunyai hak

monopoli dimana hak tersebut dapat berupa: hak ekonomi, yakni hak khusus bagi

pencipta untuk mengumumkan cara memperbanyak ciptaannya, dan atau

memberi ijin kepada orang lain dan hak moral,yakni hak yang berkenaan dengan

mengadakan larangan bagi orang lain untuk mengadakan perubahan judulnya,

larangan pengubahan nama penciptanya, dan hak bagi pencipta untuk

mengadakan perubahan karya ciptanya.

Sifat – sifat HKI antara lain:

1. Jangka waktu tidak terbatas

2. Bersikap Ekslusif/Mutlak

3. Bersifat mutlak yang bukan kebendaan (tergantung pada penemu/

berdasarkan orangnya bukan berdasarkan benda)

Penempatan HKI memperhatikan Pasal 570 KUH Perdata, selain

kepemilikan juga memperhatikan kepentingan masyarakat, juga diatur dalam

Undang-undang, tidak melanggar tata tertib umum/susila atau bisa pula disebut

demi kepentingan umum. Jadi artinya jika suatu saat seseorang mendapatkan

penemuannya jika dilihat dari prinsip HKI maka ditolak oleh pihak yang

melegitimasi hak cipta tersebut.

1.2.2. Teori dan Prinsip – prinsip Umum HKI

Teori – teori yang menekankan pada landasan utama timbulnya HKI

dalam khasanah ilmu pengetahuan dunia seperti teori Hukum Alam dari John

Locke tahun 1986, teori Hegel tentang “Property for personhood”, serta teori

Ultitarian/Economic Incentive yang berkembang di Amerika Serikat.

A. Teori Hukum ada tiga teori terkait dengan pentingnya sistem HKI dari

perspektif ilmu hukum antara lainnya:

a) Natural Right Theory berdasarkan teori ini seorang pencipta mempunyai

hak untuk mengontrol penggunaan dan keuntungan dari ide, bahkan

sesudah ide itu diungkapkan kepada masyarakat. Dimana didalam teori ini

memiliki dua unsur yaitu First Occupancy dimana seseorang yang

menemukan atau mencipta sebuah invensi berhak secara moral terhadap

penggunaan ekslusif dari invensi tersebut. A Labor Justification dimana

seseorang yang telah berupaya didalam mencipta hak kekayaan intelektual

dalam hal ini adalah sebuah invensi, seharusnya berhak atas hasil dari

usahanya tersebut.

Pengadopsian natural right theory dapat ditemukan dalam ketentuan Paris

Convention yang mengatur hak moral yaitu kewajiban untuk

mencantumkan nama inventor didalam setiap dokumen paten. Alasan

didalam pembatasan pemberlakuan natural right theory dipengaruhi oleh

gerakan anti paten yang muncul pda akhir abad 19.Didalam natural right

theory menekankan pada perlindungan hukum mutlak terhadap semua

bentuk invensi yang dihasilkan dimana akibatnya sistem hukum paten

berpihak terhadap kepentingan inventor dan membatasi akses masyarakat

terhadap invensi yang dihasilkan tersebut.

b) Utilitarian Theory berdasarkan teori ini merupakan reaksi terhadap

natural right theory. Dimana kritik ini muncul disebabkan oleh adanya

fakta bahwanatural rights memberikan hak mutlak kepada inventor dan

tidak hanya kepada masyarakat. Menurut teori ini Negara harus

mengadopsi beberapa kebijakan (misalkan membuat peraturan perundang-

undangan) yang dapat memaksimalkan kebahagiaan anggota masyarakat.

Dimana teori ini memperkenalkan pembatasan terhadap invensi yang

dipatenkan oleh pihak lain selain pemegang hak. Teori ini mengijinkan

pengecualian terhadap pembatasan tersebut untuk kepentingan umum.

Untuk mencapai tujuan tersebut hukum paten seharusnya diarahkan

sebagai sebuah insentif terhadap ciptaan, pengungkapan dan penyebaran

teknologi maju yang dimiliki inventor kepada masyarakat luas.

c) Contract Theory berdasarkan teori ini memperkenalkan prinsip dasar yang

menyatakan bahwa sebuah paten merupakan perjanjian antara inventor

dengan pemerintah. Didalam hal ini bagian dari perjanjian haruslah

dilakukan oleh pemegang paten adalah untuk mengungkapkan invensi

tersebut dan memberitahukan kepada publik bagaimana cara

merealisasikan invensi tersebut. Berdasarkan teori ini invensi harus

diumumkan sebelum diadakan pemeriksaan substantive atau invensi yang

dimohonkan. Apabila syarat ini dilanggar oleh inventor maka invensi

tersebut dianggap sebagai invensi yang tidak dapat dipatenkan.

Npengungkapan terhadap invensi yang diajukan paten dinegara yang

mengabnut sistem first to file haruslah dilakukan setelath mendaftar

invensi tersebut terlebih dahulu.

Prinsip-prinsip umum yang berlaku didalam HKI seperti: Prinsip HKI

sebagai hak ekslusif, Prinsip melindungi karya intelektual berdasarkan

pendaftaran, Prinsip perlindungan yang dibatasi oleh batasan territorial, Prinsip

adanya pemisahan antara benda seacara fisik dengan HKI yang terdapat didalam

benda tersebut, Prinsip perlindungan HKI bersifat terbatas dan Prinsip HKI yang

berakhir jangka waktu perlindungannya ubah menjadi public domain.

- HKI memberikan Hak ekslusif maksudnya adalah hak tersebut bersifat khusus

dan hanya dimiliki oleh orang yang terkait langsung dengan kekayaan

intelektual yang dihasilkan. Melalui hak tersebut pemegang hak dapat

mencegah orang lain untuk membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa

ijin. Dengan hak ekslusif seseorang didorong untuk terus berkreasi dan

berinovasi.

- HKI melindungi usaha Intelektual yang Bersifat Kreatif berdasarkan

Pendaftaran. Pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan intelektual

yang dihasilkan oleh seseorang. Cabang HKI yang mewajibkan seseorang

melakukan pendaftaran antara ,lainnya adalah Merek, Paten, Desain Industri,

Desain tata letak sirkuit terpadu dan Perlindungan Varietas Tanaman. Selain

itu dua cabang yang tidak diwajibkan untuk didaftarkan untuk mendapatkan

perlindungan hukum karena sifatnya berbeda dengan cabang HKI lainnya yaitu

Hak cipta dan Rahasia Dagang.Perlindungan Hak Cipta lahir saat ide telah

diwujudkan dalam bentuk nyata.Sedangkan untuk Rahasia Dagang aturan

pendaftaran tidak diwajibkan mengingat sifat rahasia dagang terkait dengan

informasi yang tidak diketahui umum.Namun perjnajian lisensi terkait rahasi

dagang dapat didaftarkan hanya bsaja yang didaftarkan adalah syarat dan isi

perjanjiannya bukan rahasia nya.

HKI memiliki dua sistem Pendaftaran HKI yaitu sistem First to file

system maksud dari sistem pendaftaran ini didarkan pada pendaftaran pertama

artinya jika ada dua orang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang

sama dengan objek yang sama maka pihak yang mendaftarkan terlebih dahulu

yang diprioritaskan untuk diproses. Sistem First To Use Sytem maksud sistem ini

didasarkan pada penggunaan pertama artinya pemilik kekayaan intelektual yang

akan didaftar adalah orang pertama yang menggunakan kekayan intelektual

tersebut. Negara satu-satunya yang menganut sistem pendaftaran ini adalah

Amerika serikat.

Prinsip Pendaftaran bersifat territorial didalam sistem HKI mengatur

bahwa pendaftaran yang melahirkan perlindungan hukum berisfat artinya bahwa

perlindungan hukum hanya diberikan ditempat pendaftaran tersebut dilakukan.

Sistem ini selaras dengan kedaulatan Negara didalam hukum public dimana

keputusan yang dihasilkan oleh perangkat administrasi Negara tidak dipaksakan

berlaku dinegara lain. Didalam rezim HKI setiap Negara bebas untuk menerima

sebuah pendaftaran kekayaan intelektual.

Prinsip Pemisahan benda secara fisik dengan HKI yang terkandung

didalam benda tersebut dimana sistem ini sangat unik dan merupakan siri khas

HKI.Didalam HKI seseorang yang menguasai suatu benda secara fisik tidak

otomatis memiliki hak ekslusif dari benda fisik tersebut dimana Hak ekslusifnya

masih berada ditangan pemegang hak ciptanya.

Prinsip jangka waktu Perlindungan HKI adalah terbatas walaupun ada

cabang HKI yang dapat diperpanjang jangka waktu perlindungannya namun

secara umum bahwa jangka waktu daripada perlindungan HKI tidak selamanya

atau bersifat terbatas.Tujuan daripada pembatasan perlindungan ini adalah untuk

memberikan kesempatan kepada masyarakat mengakses kekayaan intelektual

tersebut secara optimal melalui usaha – usaha pengembangan lebih lanjut dan

sekaligus mencegah monopoli atas HKi tersebut.

Prinsip Kekyaan Intelektual yang Berakhir Perlindungannya Menjadi

Public Domain dimana HKi yang jangka waktu perlindungannya telah berakhir

maka akan menjadi milik umum. Setelah berakhirnya perlindungan hukum maka

Pihak HKI tidak boleh menghalangi atau melakukan tindakan seolah olah masih

memiliki hak ekslusif.

2.2.3. Macam-macam Hak Atas Kekayaan Intelektual

Selain hak cipta, merek dan paten dalam lingkup HKI terdapat pula desain

industri yaitu suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau

warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga

dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga

dimensi atau dua dimensi. Hal tersebut tentunya dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan

tangan.Untuk suatu invensi baru di bidang teknologi, perlindungan paten dapat

diberikan.

Selain hak-hak itu, perlindungan diberikan pada unsur-unsur lain dalam

HKI, seperti desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan varietas tanaman

baru, untuk mencegah pihak lain memanfaatkan dengan tujuan komersial tanpa

izin sah dari pemegang hak. Dari kesemua hak yang disebutkan di atas, hampir

semuanya memerlukan pendaftaran dari si pemilik hak agar dapat memperoleh

perlindungan.

Secara Umum Hak Kekayaan Intelektualdapat terbagi dalam dua bagian

sebagai berikut:

1. Hak Cipta (Copy Right)( UU Nomor 28 Tahun 2014)

2. Hak Kekayaan Industrian (industrial property Right)didalam Hak Kekayaan

Industri meliputi:

a) Hak Paten ( UU nomor 14 Tahun 2001)

b) Hak Merek ( UU nomor 15 Tahun 2001)

c) Varietas Tanaman ( UU nomor 29 Tahun 2000)

d) Rahasia Dagang (UU nomor 30 Tahun 2000)

e) Desain Industri ( UU nomor 31 Tahun 2000)

f) Desain Tata letak sirkuit terpadu( UU nomor 32 Tahun 2000)18

Berkaitan dengan konsep bisnis waralaba maka mengakibatkan adanya

pemberian hak untuk menggunakan atau memanfaatkan hak-hak atas kekayaan

18 H.U.Adil Samadani, 2013, Dasar – Dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, h. 139

intelektual yang diberi oleh pihak pemberi waralaba dimana hak- hak tersebut

antara lain adalah Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek dan Rahasia Dagang.

1. Hak Cipta

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(disingkat UUHC), yang dimaksud Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta

yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai ketentuan

peraturan perundang - undangan.19Hak khusus tersebut maksudnya, yaitu bahwa

tidak ada seorang pun yang boleh melakukan hak-hak si pencipta kecuali dengan

izin pencipta.

Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian

karena: pewarisan, hibah, wasiat, wakaf, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain

yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan (Pasal 15 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ),

2. Hak Kekayaan Industri

Hak Kekayaan Industri merupakan hak yang mengatur segala sesuatu

tentang milik perinsutrian terutama yang mengatur perlindungan hukum.Hak

Kekyaan Industri meliputi:

a) Hak Paten

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 14 Tahun 2001

tentang Hak Paten definisi Paten adalah hak yang khusus (ekslusif) sifatnya,

19 H. Adami Chazawi, Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual(HAKI), Cet. ke I,

Bayu Media, Malang, h. 14

artinya paten adalah hak yang hanya diberikan kepada pemegangnya untuk dalam

waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuan tersebut atau untuk memberikan

kewenangan kepada orang lain untuk merasakannya. Paten juga merupakan hal

yang melekat pada penemuan, hal ini sudah diatur dalam Undang-undang No. 6

Tahun 1989.

b) Merk

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek

menegaskan apa yang dimaksud dengan merek, yaitu tanda yang berupa gambar,

nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-

unsur yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa. Lingkup merek itu sendiri terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu merek

dagang dan merek jasa.Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya,

sedangkan merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau

badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

c) Varietas Tanaman

Dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas

Tanaman yang dimaksud varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis

spesies yang ditahndai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun bunga,

buah biji, dan ekspresi karakteristik genotype atau kombinasi genotype yang

dapatr membedakan dari jenis atau spesies yang sama sekurang – kurangnya satu

sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

Didalam ketentuan Pasal 2 UU PVT dimana varietas tanaman yang dapat diberi

persyaratan varietas tanaman dari jenis atau species tanaman yang baru, unik,

seragam, stabil dan diberi nama.

d) Rahasia Dagang

Dalam ketentuan Pasal 1 UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang rahasia

Dagang definisi tentang rahasia dagang adalah informasi yang tifak diketahui oleh

umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiannya oleh pemilik rahasia

dagang. Ruang lingkup dari rahasia dagang itu sendiri berdasarkan ketentuan

Pasal 2 UU Rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,

metode penjualan atau informasi lain dibidang dan teknologi dan/atau bisnis yang

memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

e) Desain Industri

Dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang

desain Industri pengertian daripada desain industri adalah suatu kreasi tentang

bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau

gabungan daripada bentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan

estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimension serta dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Dalam ketentuan Pasal 2 UU tentang Desain Industri menyatakan bahwa desain

indutri diberikan untuk desain industri yang baru dan Desain Industri yang

dianggap baru apabila Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan

yang telah ada sebelumnya. Perlindungan Jangka Waktu terhadap Desain industri

diberikan selama 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.

f) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan 2 UU Nomor 32 Tahun 2002

tentang Desain Tata Letak Sirkut Terpadu ( DTLST) menjelaskan yang termasuk

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang

didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang – kurangnya satu dari elemen

tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta

dibentuk secara terpadu dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan

untuk menghasilkan fungsi elektronik. Pengertian mengenai Desain Tata letak

adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen,

sekurang – kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta bagian

atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi

tersebut dimkasudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu. Berdasarkan

ketentuan Pasal 2 UU DTLST hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan

hanya untuk desain tata letak terpadu yang orisinil. Hak desain tata letak sirkuit

terpadu diberikan kepada pemegang hak sejak pertama kali desain tersebut

diekploitasi secara komersial di mana pun, atau sejak tanggal penerimaan.

2.2.4. Sistem Perlindungan HKI

Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak yang diberikan kepada

orang – orang atas hasil dari buah pikiran mereka yang biasanya hak ekslusif

tersebut diberikan atas penggunaan dari hasil buah pemikiran si pencipta dalam

kurun waktu tertentu. Buah Pikiran si pencipta dapat berwujud dalam tulisan,

kreasi, artistik, simbol – simbol, penamaan, citra dan desain yang digunakan

dalam kegiatan ko-mersil. Perlindungan Hak atas kekayaan intelektual sangat

penting bagi pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas

kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia bisa saja berupa merek, lisensi,

hak cipta, hak paten maupun desain industri.20 Sistem HKI merupakan hak Privat

(private rights)dimana seseorang bebas mengajukan permohonan atau

mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak ekslusif yang diberikan negara

kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebaginya) tiada

lain maksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya agar orang lain terangsang

untuk dapat lebih lanjut menggembangkan lagi sehingga dengan sistem HKI

tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar. Sistm HKI

menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk

kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkan teknlogi atau karya lainnya

yang sama dapat dihindari atau dicegah, dengan adanya dokumentasi yang baik

tersebut diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal untuk

keperluan hidupnya atau mengembangkan lebih lanjut untuk memberikan nilai

tambah lebih tinggi.21

Secara historis peraturan perundang – undangan dibidang HKI sudah aja

sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial belanda memperkenalkan undang – undang

pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Sebagaimana ditetapkan

dalam ketentuan peralihan UUD 1945 seluruh peraturan perundang – undangan

peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan

20H.U.Adil Samadani,op.cit,h. 127 21Ibid, h. 130

UUD 1945. Keberadaan Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam hubungannya

dengan antar manusia dan antar negara merupakan suatu yang tidak dapat

dipungkiri lagi. Indonesia sebagai salah satu anggota dari masyarakat

internasional tidak akan terlepas dari perdagangan internasional dimana

konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia sebagai anggota world trade

organization (WTO) maka semua negara peserta dan termasuk Indonesia

diharuskan menyesuaikan segala peraturan dibidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual dengan standar Trade Related Aspects of Intellectual Property Right

(TRIPs). Hak atas Kekayaan Intelektual mempunyai karakter sendiri dimana

karakter perlindungan tumbuh secara internasional melalui konvensi – konvensi

internasional tetapi bermula dan berakar dari negara – negara individu secara

mandiri sebagai subjek hukum internasional.