BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur...

15
36 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Penanggulangan Penanggulangan itu sendiri berasal dari kata “tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanggulangi. 31 Masalah Penanggulan kejahatan sudah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat pada umumya. Berbagai program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari upaya yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Upaya dalam menanggulangi kejahatan dapat diambil beberapa lain dari teori-teori yang terpadu, teori teori penanggulangan kejahatan terdiri atas 3 pokok yaitu: 1. Pre-Emtif Yang dimaksud dengan upaya Pre-emtif di sini adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya kejahatan. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik sehingga norma- norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meski ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan, jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat 31 “Pengertian Penanggulangan” melalui http://kbbi.web.id., diakses tanggal 27 Oktober 2016, pukul 15.01 wita.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

36

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN

KENDARAAN BERMOTOR

2.1 Penanggulangan

Penanggulangan itu sendiri berasal dari kata “tanggulang” yang

berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran

“an”, sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan

menanggulangi.31 Masalah Penanggulan kejahatan sudah dilakukan oleh semua

pihak, baik pemerintah dan masyarakat pada umumya. Berbagai program serta

kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari upaya yang paling tepat dan

efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Upaya dalam menanggulangi kejahatan

dapat diambil beberapa lain dari teori-teori yang terpadu, teori – teori

penanggulangan kejahatan terdiri atas 3 pokok yaitu:

1. Pre-Emtif

Yang dimaksud dengan upaya Pre-emtif di sini adalah upaya-upaya awal

yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya kejahatan.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif

adalah menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik sehingga norma-

norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meski ada kesempatan untuk

melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal

tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan, jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat

31 “Pengertian Penanggulangan” melalui http://kbbi.web.id., diakses tanggal 27 Oktober

2016, pukul 15.01 wita.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

37

menjadi hilang meski ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori

NKK, yaitu; niat + kesempatan terjadinya kejahatan. Contohnya, di tengah malam

pada saat lampu merah lalu lintas menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan

mematuhi aturan lalu lintas tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi

yang berjaga. Hal ini selalu terjadi di banyak negara seperti Singapura, Australia

dan negara-negara lainnya di dunia. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat tidak

terjadi.

2. Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya Pre-

Emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam

upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk

dilakukannya kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan

itu dihilangkan karena motor-motor yang ditempatkan di tempat penitipan motor,

dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi

dalam upaya preventif kesempatan ditutup.

3. Represif

Upaya terakhir ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau

kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcemenet) dengan

menjatuhkan hukuman.32

32 Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

Dalam Penangulangan Kejahatan, Jakarta; Kencana, hlm. 79.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

38

Menurut Barda Nawawi Arief, upaya penanggulangan kejahatan pada

hakekatnya merupakan integral dari upaya perlindungan masyarakat (social

defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik

kriminal ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat.33

2.2 Pencurian dan Unsur-Unsur Pencurian

Salah satu bentuk tindak pidana yang tercantum dalam Bukum Kedua

KUHP adalah tindak pidana pencurian yang secara khusus diatur dalam Bab XXII

Pasal 362 – 367 KUHP. Tindak Pidana Pencurian secara umum dirumuskan

dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

”Barang siapa mengambil seusatu barang, yang seluruhnya atau sebagaian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

denda paling banyak enam puluh rupiah”.34

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam

Pasal 362 KUHP tersebut di atas itu terdiri dari unsur subyektif dan unsur

obyektif. Unsur-unsur tindak pidana pencurian menurut Lamintang ialah :

a. Unsur subyektif

’met het oogmerk om het zich wederrehtelijk toe te eigenen’ atau

dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum;

b. Unsur obyektif

33 Ibid, hlm. 79. 34 Lamintang, 1989, Delik – delik Khusus Kejahatan - kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,

Cetakan Pertama, Sinar Baru, Bandung, hlm. 1.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

39

1) ’hij’ atau barangsiapa;

2) ’wegnemen’ atau mengambil;

3) ’eeniggoed’ atau sesuatu benda;

4) ’dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort’ atau yang

sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain. 35

Unsur-unsur tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP.

Seperti yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu ialah ’hij’, yang lazim

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan kata ’barangsiapa’. Kata ’hij’

tersebut menunjukkan orang, apabila dia memenuhi semua unsur tindak pidana

yang diatur dalam pasal tersebut maka karena bersalah telah melakukan tindak

pidana pencurian, dia dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima

tahun atau pidana denda setingi-tingginya sembilan ratus rupiah. 36

Unsur obyektif yang kedua dari tindak pidana pencurian adalah perbuatan

’mengambil’ dari tempat di mana barang tersebut terletak. Oleh karena di dalam

kata ’mengambil’ sudah tersimpul pengertian ’sengaja’ maka undang-undang

tidak menyebutkan ’dengan sengaja mengambil’. Kalau kita mendengar kata

’mengambil’ maka pertama terpikir oleh kita adalah membawa sesuatu barang

dari suatu tempat ke tempat lain. Perbuatan ’mengambil’ tidak cukup apabila si

pelaku hanya memegang barangnya saja, akan tetapi si pelaku harus melakukan

suatu perbuatan sehingga barang yang dimaksud jatuh di dalam kekuasaannya.37

35 Lamintang, 1984, op.cit, hlm. 1. 36 Ibid, hlm. 8. 37 Hermin Hediati Koeswadji, 1984, op.cit, hlm. 20.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

40

Kaitannya dengan unsur ’mengambil’, Moch. Anwar mengemukakan

pendapatnya tentang ’mengambil’ dari tindak pidana pencurian sebagai berikut:

”Unsur ’mengambil’ mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan

perkembangan masyarakat. ’Mengambil’ pada mulanya diartikan memindahkan

barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang di bawah

kekuasaannya yang nyata. Perbuatan ’mengambil’ berarti perbuatan yang

mengakibatkan barang berada di bawah kekuasaan yang melakukan atau yang

mengakibatkan barang itu berada di luar pemiliknya. Tetapi hal ini tidak selalu

demikian, sehingga tidak perlu disertai akibat dilepaskannya dari kekuasaan

pemilik”.38

Mengenai pengertian unsur ’mengambil’ yang diberikan oleh Lamintang,

sebagai berikut:

”Perlu diketahui bahwa baik undang-undang maupun pembentuk undang-

undang ternyata tidak pernah memberikan suatu penjelasan tentang yang

dimaksud dengan perbuatan ’mengambil’, sedangkan menurut pengertian sehari-

hari kata ’mengambil’ itu sendiri mempunyai lebih dari satu arti, yakni:

a. mengambil dari tempat di mana suatu benda itu semula berada;

b. mengambil suatu benda dari penguasaan orang lain.

Sehingga dapat dimengerti jika di dalam doktrin kemudian telah timbul

berbagai pendapat tentang kata ’mengambil’ tersebut”.39

Sarjana lain yang memberikan pengertian tentang perbuatan ’mengambil’

diantaranya adalah Simons, pengertiannya adalah sebagai berikut:”Mengambil itu

ialah membawa suatu benda menjadi berada dalam penguasannya atau membawa

benda tersebut secara mutlak berada di bawah kekuasaannya yang nyata, dengan

kata lain, pada waktu pelaku melakukan perbuatannya, benda tersebut harus

belum berada dalam penguasannya”. 40

38 Moch. Anwar, 1986, Hukum Pidana Bagian Khusus (Jilid I), Alumni, Bandung, hlm. 17. 39 Lamintang, 1989, op.cit, hlm. 12. 40 Ibid, hlm. 13.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

41

Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu

adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka tindak pidana tersebut harus

dianggap telah selesai dilakukan oleh pelakunya yaitu segera setelah pelaku

tersebut melakukan perbuatan ’mengambil’ seperti yang dilarang untuk dilakukan

orang di dalam Pasal 362 KUHP. 41

Unsur obyektif ketiga dari tindak pidana pencurian yang diatur dalam

Pasal 362 KUHP itu ialah ’eenig goed’ atau ’suatu benda’. Kata ’goed’

atau’benda’ itu oleh para pembentuk Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang

berlaku di Indonesia dewasa ini, ternyata bukan hanya dipakai di dalam rumusan

Pasal 362 KUHP saja melainkan juga di dalam rumusan-rumusan dari lain-lain

tindak pidana, seperti pemerasan, penggelapan, penipuan, pengerusakan, dan lain-

lain. Pada waktu Pasal 362 KUHP tertentu, orang hanya bermaksud untuk

mengartikan kata ’goed’ yang terdapat di dalam rumusannya, semata-mata

sebagai ’stoffelijk en reorend god’ atau sebagai ’sebagai benda yang berwujud dan

menurut sifatnya dapat dipindahkan’. 42

Tentang pengertian ’barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

orang lain’ terhadap pengertian tersebut, Moch. Anwar mengemukakan

pendapatnya sebagai berikut:

”Pengertian barang telah mengalami proses perkembangan. Dari arti

barang yang berwujud menjadi setiap barang yang menjadi bagian dari harta

kekayaan. Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan

dapat dipindahkan (barang bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap

bagian dari harta benda seseorang. Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan

sebagai sesuatu yang mempunyai nilai di dalam kehidupan ekonomi dari

41 Ibid, hlm. 15. 42 Ibid, hlm. 16.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

42

seseorang. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya

sedangkan obyek pencurian, atau sebagain lagi adalah kepunyaan pelaku sendiri.

Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu

barang-barang dalam keadaan ’res nellius’ dan res derelictae’.43

Menurut R. Soesilo yang dimaksud dengan ’barang’ adalah segala sesuatu

yang berwujud, termasuk pula binatang (manusia tidak). Bukan barang yang tidak

bergerak (onroerend goed), tetapi yang dapat bergerak (roerend goed), karena

dalam pencurian barang itu harus dapat dipindahkan. Pencurian tidak dapat terjadi

terhadap barang – barang yang tidak bergerak seperti tanah, sawah, gedung, dan

sebagainya. 44

Kenyataan-kenyataan sebagaimana tersebut di atas, Simons mengatakan

bahwa ’Segala sesuatu yang merupakan bagian dari harta kekayaan (seseorang)

yang dapat diambil (oleh orang lain) itu, dapat menjadi obyek tindak pidana

pencurian’. Dari kata-kata ’segala sesuatu yang merupakan bagian dari harta

kekayaan’ di atas dapat disimpulkan, bahwa dapat menjadi obyek tindak pidana

pencurian itu hanyalah benda-benda yang ada pemiliknya saja. 45

Moch. Anwar menjelaskan pengertian ’dengan maksud melawan hukum’,

istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk

memiliki barang secara melawan hukum. Melawan hukum di sini diartikan

sebagai perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri

dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa yang diambilnya adalah milik orang lain.46

43 Moch. Anwar, 1986, op.cit, hlm. 18. 44 R. Soesilo, 1984, Pokok - pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Delik-delik Khusus,

Politea, Bogor, hlm. 118. 45 Lamintang, 1989, op.cit, hlm. 21. 46 Moch. Anwar, 1986, op.cit, hlm. 19.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

43

Lebih lanjut mengenai pengertian ’memiliki barang bagi diri sendiri’ Moch.

Anwar berpendapat sebagai berikut:

”Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas

barang tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya,

sedangkan dia bukanlah pemiliknya. Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu

terwujud dalam berbagai jenis perbuatan, yaitu menjual, memakai, memberikan

kepada orang lain, menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya.

Pendeknya setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan

pemilik, sedangkan dia bukan pemilik. Maksud untuk memiliki barang itu tidak

perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada. Meskipun barang itu belum

sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena kejahatan

pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil

barang.47

Sejalan dengan pendapat di atas, R. Soesilo mengemukakan pendapatnya

sebagai berikut:”Pengambilan harus dilakukan dengan maksud hendak memiliki

barang itu dengan melawan hukum. ’Memiliki’ artinya bertindak sebagai orang

yang punya, sedangkan ’melawan hukum’ berarti tidak berhak, bertentangan

dengan hak orang lain, tidak minta ijin terlebih dahulu”.48 Kata-kata ’memiliki

secara melawan hukum’ itu sendiri mempunyai arti yang jauh lebih luas dari

sekedar apa yang disebut ’zich toeeigenen’, karena termasuk dalam pengertiannya

antara lain ialah ’cara’ untuk dapat memiliki suatu barang.”49

2.2.1 Jenis-jenis Pencurian

Kaitannya dengan masalah tindak pidana pencurian, di Indonesia

mengenai tindak pidana pencurian diatur dalam KUHP, yang dibedakan atas 5

(lima) macam tindak pidana pencurian:

47 Moch. Anwar, 1986, loc.cit, hlm. 23. 48 R. Soesilo, 1984, op.cit, hlm. 119. 49 Lamintang, 1989, op.cit, hlm. 31.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

44

A. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)

Perumusan pencurian biasa diatur dalam Pasal 362 KUHP yang

menyatakan sebagai berikut : ”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling

lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. 50

Berdasarkan rumusan tersebut di atas, maka unsur-unsur tindak pidana

pencurian (biasa) adalah sebagai berikut:

1) Unsur obyektif, yang meliputi unsur-unsur:

a) Mengambil;

b) Suatu barang;

c) Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain.

2) Unsur subyektif, yang meliputi unsur-unsur:

a) Dengan maksud;

b) Untuk memiliki barang/benda tersebut untuk dirinya sendiri;

c) Secara melawan hukum.51

B. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)

Istilah ”pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doktrinal disebut

sebagai ”pencurian yang dikualifikasikan”. Pencurian yang dikualifikasikan ini

menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau

dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam

50 Moeljatno, 1985, op.cit, hlm. 128. 51 Ibid, hlm. 79.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

45

dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa. Oleh karena pencurian

yang dikualifikasikan tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-

cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka

pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan

harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.

Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam Pasal 363 KUHP, maka unsur-

unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan adalah:

1) Unsur yang memberatkan, dalam Pasal 363 KUHP yang meliputi:

Ke-1 Pencurian ternak (Pasal 363 ayat (1) ke-1 KUHP);

Ke-2 Pencurian pada waktu ada kebakaran, peletusan, banjir, gempa

bumi atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam,

kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,

pemberontakan, atau bahaya perang (Pasal 363 ayat (1) ke-2

KUHP);

Ke-3 Pencurian di waktu waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh

orang yang adanya disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki

Ke-4 Pencurian yang dilakukan oleh dua orang yang bersekutu

(Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP);

Ke-5 Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan,

atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan

dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan

memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu

(Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP).

2) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu

tersebut ke-4 dan ke-5 maka dikenakan pidana penjara paling lama

Sembilan tahun. 52

52 Wirdjono Prodjodikoro, 1986, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT.Eresco,

hlm. 15.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

46

C. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP)

Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari

pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-

unsur lain (yang meringankan), ancaman pidananya menjadi diperingan.

Perumusan pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP yang menyatakan:

”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan pasal 363 ke-4,

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5, apabila tidak

dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika

harga barang yang dicuri tidak lebih dari puluh lima rupiah, dikenai, karena

pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak

enam puluh rupiah”. 53

Berdasarkan rumusan pada Pasal 364 KUHP di atas, maka unsur- unsur

dalam pencurian ringan adalah:

1) Pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362 KUHP);

2) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-

sama (Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP);

3) Pencurian yang dilakukan dengan membongkar, merusak atau

memanjat, dengan anak kunci, perintah palsu atau seragam palsu;

4) Tidak dilakukan dalam sebuah rumah;

5) Tidak dilakukan dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya; dan

6) Apabila harga barang yang dicurinya itu tidak lebih dari dua puluh

lima rupiah.54

D. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP)

Jenis pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP lazim disebut dengan

istilah ”pencurian dengan kekerasan” atau populer dengan istilah ”curas”.

Ketentuan Pasal 365 KUHP selengkapnya adalah sebagai berikut:

53 Ibid, hlm. 129. 54 M.Sudradjat, 1986, Tindak-tindak Pidana Tertentu Dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Remadja Karya, Bandung, hlm. 67.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

47

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian

yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk

tetap menguasai barang yang dicurinya.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

Ke-1 jika perbuatan dilakukan pada malam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau

dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

Ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu;

Ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan merusak

atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu

atau pakaian seragam palsu;

Ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara

paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan

mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau

lebih dengan bersekutu, jika disertai oleh salah satu hal yang

diterangkan dalam point 1 dan 3. 55

E. Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP)

Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP ini

merupakan pencurian di kalangan keluarga. Artinya baik pelaku maupun

korbannya masih dalam satu keluarga. Pencurian dalam Pasal 367 KUHP akan

terjadi apabila seorang suami atau istri melakukan (sendiri) atau membantu (orang

lain) pencurian terhadap harta benda istri atau suaminya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 367 ayat (1) KUHP apabila suami – istri

tersebut masih dalam ikatan perkawinan yang utuh, tidak terpisah meja atau

55 Ibid, hlm. 130.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

48

tempat tidur juga tidak terpisah harta kekayannya, maka pencurian atau membantu

pencurian yang dilakukan oleh mereka mutlak tidak dapat dilakukan penuntutan.

Tetapi apabila dalam pencurian yang dilakukan oleh suami atau isteri terhadap

harta benda isteri atau suami ada orang lain (bukan sebagai anggota keluarga) baik

sebagai pelaku maupun sebagai pembantu, maka terhadap orang ini tetap dapat

dilakukan penuntutan, sekalipun tidak ada pengaduan.56

1.3 Pencurian Kendaraan Bermotor

Masalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor merupakan jenis

kejahatan yang selalu menimbulkan gangguan kepada masyarakat. Kejahatan

pencurian kendaraan bermotor yang sering disebut curanmor ini merupakan

perbuatan yang melanggar hukum yang berterkaitan dalam tindak pidana

pencurian dalam KUHP . Apabila dikaitkan dengan unsur Pasal 362 KUHP maka

kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah perbuatan pelaku kejahatan

dengan mengambil suatu barang berupa kendaraan bermotor yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki kendaraan

bermotor tersebut secara melawan hukum. Berikut ini pasal yang memiliki

keterikatan dengan kejahatan pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan

pemberatan yang di atur dalam pasal 363 KUHP, pencurian dengan kekerasan

yang di atur dalam pasal 365 KUHP dan Tindak pidana penadahan yang di atur

dalam pasal 480 KUHP.

56 Moeljatno, 1985, loc.cit.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

49

2.4 Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan

teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya

kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat

untuk menggerakan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda,

digerkakan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar

minyak atau tenaga alam). Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya

berjalan di atas jalanan.57

Berdasarkan UU No. 14 tahun 1992 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal

1 angka 7 kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan

teknik yang berada pada kendaraan itu, yang dimaksudkan dengan peralatan

teknik dapat berupa motor atau perlatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah

suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan. Pengertian kata kendaraan bermotor dalam ketentuan ini adalah

terpasang pada tempat sesuai dengan fungsinya. Termasuk dalam pengertian

kendaraan bermotor adalah kereta gandengan atau kereta tempelan yang

dirangkaikan dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya. Jenis-jenis

kendaraan bermotor dapat bermacam-macam yaitu:

- Mobil

- Sepeda motor

- Truk

57 http://id.wikipedia.org/wiki/kendaraan_bermotor diakses tanggal, 18 oktober pukul:

13.30 wib

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN … · 41 Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka

50

- Kereta tempelan, dan

- Kereta gandengan58

58 UU No. 14 tahun 1992 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka 7.