BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN...

26
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA ISLAM, KELUARGA DAN KESEHATAN MENTAL 2.1. Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam 2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam Dilihat dari segi bahasa bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu guidance dan counseling. Dalam kamus bahasa Inggris guidance mempunyai asal kata guide yang berarti memberi, menunjuk jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur dan mengarahkan. 1 Sementara counseling di kaitkan dengan kata counsel yang berarti nasihat, anjuran dan pembicaraan. 2 Menurut istilah bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang pembimbing (konselor) kepada individu atau kelompok individu dari semua jenis dan umur baik yang telah memiliki problem maupun yang belum untuk mencegah atau mengatasi kesulitan hidupnya agar individu atau sekelompok individu itu memahami dan mengerti dirinya dan mampu membuat keputusan sendiri dalam menghadapi masalahnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga 1 W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Grafindo, Jakarta, 1997, hlm. 65 2 Ibid, hlm. 70

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN

KONSELING KELUARGA ISLAM, KELUARGA DAN

KESEHATAN MENTAL

2.1. Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam

2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam

Dilihat dari segi bahasa bimbingan dan konseling berasal dari

bahasa Inggris yaitu guidance dan counseling. Dalam kamus bahasa

Inggris guidance mempunyai asal kata guide yang berarti memberi,

menunjuk jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk,

mengatur dan mengarahkan.1 Sementara counseling di kaitkan dengan

kata counsel yang berarti nasihat, anjuran dan pembicaraan.2

Menurut istilah bimbingan adalah bantuan yang diberikan

oleh seorang pembimbing (konselor) kepada individu atau kelompok

individu dari semua jenis dan umur baik yang telah memiliki problem

maupun yang belum untuk mencegah atau mengatasi kesulitan

hidupnya agar individu atau sekelompok individu itu memahami dan

mengerti dirinya dan mampu membuat keputusan sendiri dalam

menghadapi masalahnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga

1 W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Grafindo, Jakarta,

1997, hlm. 65 2Ibid, hlm. 70

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

15

tercapai kebahagiaan hidup sebagai makhluk individu maupun

sebagai makhluk sosialnya. Sedangkan pengertian konseling adalah

bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor)

kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien,terbimbing,

seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya

dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien atau sekelompok

klien tersebut mengerti jelas tentang problemnya sendiri dan dapat

memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya

mempelajari saran-saran yang diterima dari konselor.3

Setelah kedua istilah tersebut diketahui maknanya, selanjutnya

akan dibahas pengertian tentang bimbingan dan konseling keluarga.

Seperti diketahui bahwa objek atau ruang lingkup bimbingan dan

konseling ada 5 (lima) antara lain : keluarga, pendidikan, sosial,

pekerjaan dan agama.4 Dengan begitu bimbingan dan konseling

keluarga yang dimaksud ini berarti sudah jelas obyeknya, yaitu

keluarga.

Kegiatan bimbingan dan kegiatan konseling di tunjukkan

kepada keluarga, yang maksudnya adalah mencegah problem-

problem yang akan timbul dalam keluarga dan membantu

memecahkan problem yang telah timbul dalam keluarga, sehingga

setiap keluarga akan dapat mencapai kebahagiaan hidup. Keluarga

3 Sayekti Pujosuwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Menara Mas Offset,

Yogyakarta, 1994, hlm. 82-83 4 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII

Press, Yogyakarta, 1992, hlm. 41-42

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

16

yang dimaksud disini adalah keluarga Islami, dimana keluarga yang

seluruh anggota keluarganya memiliki kecenderungan dan senantiasa

mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam.5

Sementara itu bimbingan Islam adalah proses pemberian

bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan

ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan

di dunia dan akhirat.6 Dengan demikian bimbingan Islam merupakan

proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi di

dalam seluruh seginya berlandaskan ajaaran Islam. Artinya

berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasul. Konseling Islam

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar meyadari

akan eksistensinya sebagai makhluk Allah sehingga mendapat

kebahagian di dunia dan di akhirat.

Bimbingan keluarga Islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan

berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan konseling keluarga Islam adalah proses pemberian

bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya

sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam menjalankan

pernikahan dan hidup berumah tangga selaras dengan ketentuan dan

5 Ibid., hlm. 64 6 Ibid., hlm. 5

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

17

petunjuknya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akhirat.7

Setelah diketahui pengertiannya tampak bahwa bimbingan dan

konseling mempunyai perbedaan. Adapun perbedaan itu terletak pada

titik tekanannya; bimbingan tekanan utamanya pada fungsi preventif

yaitu mencegah terjadinya atau munculnya problem pada diri

seseorang. Sedangkan konseling tekanannya pada fungsi kuratif,

artinya pada wilayah pemecahan masalah dan pengobatan masalah.

2.1.2. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam

Berbicara tentang bimbingan dan konseling Islam, tentunya

tidak lepas dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an lain dan al-Hadits.

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW :

������������ �� ����������������������������������� �!��"#$� �%�& '���(�)�"�*+�, �-.

Artinya :“Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya, niscaya tidak akan pernah salah langkah tersesat jalan sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”. (H.R. Muslim).8

Berdasarkan hadits diatas maka bimbingan dan konseling

keluarga Islami berdasar Al-Qur’an dan sunnah Rasul, sebab

keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan

umat Islam. Al-Qur’an dan Sunnah rasul merupakan landasan utama

yang merupakan landasan “naqliyah” maka landasan lain yang

7 Ibid., hlm. 70 8 Imam Jalaludin Abdul Rahman, Jami’ Al - Shaghir, Syarikah Ma’arif, Bandung, hlm. 130

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

18

dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang sifatnya

“aqliyah” adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islami dan

Ilmu atau landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

Landasan filosofis Islami yang penting artinya bagi bimbingan

dan konseling Islami antara lain adalah sebagai berikut:

1. Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia);

2. Falsafah tentang dunia dan kehidupan;

3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga;

4. Falsafah tentang pendidikan;

5. Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan;

6. Falsafah tentang upaya mencari nafkah;

Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islami

berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi

ilmu. Sudah barang tentu teori dan ilmu itu, khususnya ilmu-ilmu atau

teori-teori yang dikembangkan bukan oleh kalangan Islam, yang

sejalan dengan ajaran Islam sendiri.

Ilmu-ilmu yang membantu dan dijadikan landasan gerak

operasional bimbingan dan konseling Islami itu antara lain:

1. Ilmu jiwa (Psikologi) ;

2. Ilmu Hukum Islam (Syari’ah) ;

3. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (Sosiologi, Antropologi Sosial dan

sebagainya).9

9 Op.Cit., hlm. 6

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

19

2.1.3. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam

Telah disebutkan di muka bahwa bimbingan dan konseling

keluarga Islami itu berdasar Al-qur’an dan al-Hadits atau sunnah

Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan

keilmuan. Maka asas-asas bimbingan dan konseling pernikahan dan

keluarga Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat.

Bimbingan dan konseling keluarga Islam ditujukan pada upaya

membantu individu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

-��� �� /0��1��2�*3�4(5�6 �7��2�*3�� 8��� �7��� ���-�9�:;��+�"<�+�

)�4(:=� �>���.

Artinya :“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (Q.S Al-Baqarah, 2: 201).10

2. Asas sakinah mawaddah dan rahmah.

Pembinaan keluarga Islam dimaksudkan untuk mencapai keadaan

keluarga atau rumah tangga yang “sakinnah mawaddah

warahmah” keluarga yang tentram, penuh kasih dan sayang.

���? �@ � "$*A8 � �+� "$�� B�5� C � D��; � �+��"$� �� E�?��< � ��$*

�2F-�4G�+)H�(� >��.

10Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, CV. Wijaksana, Semarang 1994,

hlm. 49

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

20

Artinya :“Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang”. (Q.S Ar-Ruum, 30:21).11

3. Asas komunikasi dan musyawarah.

Ketentraman keluarga yang didasari rasa kasih dan sayang akan

tercapai manakala dalam keluarga itu senatiasa ada komunikasi dan

musyawarah. Dengan memperbanyak komunikasi segala isi hati

dan pikiran akan bisa dipahami oleh semua pihak, sehingga tidak

ada hal yang mengganjal dan tersembunyi.

�I%�& ������"J�& ���� ��+�2F-��=% �I�K �L 0�%�M ��3��+ ��A86�N �:�

�N O� � � C � � ��0� E���%� & +P0 Q�%(+6 7� "�-��!�� "J(AR� �� "<�0

�S����T )C (�0�9 >���������.

Artinya :“Maka disebabkan rakhmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka sekirannya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan-lah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dengan urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang ber-tawakal kepada-Nya”. (Q.S Al-Imran, 3: 159).12

4. Asas sabar dan tawakal.

Bimbingan dan konseling keluarga Islam membantu individu

pertama-tama untuk bersikap sabar dan tawakal dalam menghadapi

masalah kehidupan keluarga, sebab dengan bersabar dan

11 Ibid., hlm. 644 12 Ibid., hlm. 103

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

21

bertawakal akan diperoleh kejernihan pikiran, tidak tergesa-gesa

mengambil keputusan, dan dengan demikian akan mengambil

keputusan akhir yang lebih baik.

�����(�� C�%� U �(�T��� ���(!�0��D %� � � E�V�� ! ��($�� C �*�%� �

� WX� W5)�*�� >��.

Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.(Q.S An-Nisa 4:19)13

5. Asas manfaat.

Kehidupan berkeluarga tidaklah senantiasa mulus seperti yang

diharapkan kerapkali dijumpai batu sandungan yang menjadikan

perjalanan kehidupannya berantakan. Islam banyak memberi

alternatif pemecahan masalah terhadap berbagai problem keluarga,

diharapkan pintu pemecahan masalah maupun yang diambil

senantiasa mencari manfaat maslahat yang sebesar-besarnya baik

individu maupun keluarga.

�<�Y;�C ��< �0�Z��?�[%�\ �(0 � @�]8�<�����+�& %�5�4 (+ �C �� ��<� �

�̂ �_ W5�`�Y� �)�a*�� >����.

Artinya : “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz, atas sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebesar-besarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)”. (Q.S An-Nisa, 4 :128)14

13 Ibid., hlm. 119 14 Ibid., hlm. 143

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

22

2.2. Keluarga dan Kesehatan Mental

2.2.1. Pengertian dan Fungsi Keluarga

Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah

atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah Ibu-

Bapak dan Anak-anaknya. Sekelompok manusia ini (ibu-bapak dan

anak-anak mereka) disebut keluarga nuklir.15 Keluarga luas

mencakup semua orang yang berketurunan daripada kakek-nenek

yang sama, termasuk keturunan masing-masing istri dan suami.16

Hal-hal pokok yang menjadi bagian dari kehidupan keluarga

adalah sebagai berikut :

1. Pola hubungan dalam keluarga.

Meliputi, hubungan afeksional dan hubungan antara subyek

keluarga atau anggota keluarga.

2. Pola-pola keluarga.

Meliputi, besar kecilnya keluarga, organisasi keluarga aktifitas

keluarga dan nilai-nilai keluarga.

3. Faktor-faktor eksternal.

Meliputi, kedudukan sosial ekonomi, tetangga, kesehatan mental,

sosial dan fisik.17

David W. Augsburger menyebutkan bahwa:

“Families are survival units for most people in the nonindustrial world. The family is created-with a variety of relationship to get

15 Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1975, hlm. 645. 16 Ibid., hlm. 645. 17 Soerjono Soekamto, Sosiologi Keluarga, Rineke Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 142.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

23

people through the year. Cooperative economics can be a far more binding tin the love.18

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa keluarga

terbentuk dengan hubungan yang fariatif dan kerja sama dalam

ekonomi dan dapat juga menjadi pengikat hubungan cinta.

Keluarga adalah satu ikatan persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak dalam sebuah rumah tangga.

Dari berbagai pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan

bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam keluarga adalah sebagai

berikut:

1. Keluarga merupakan perserikatan hidup antara manusia yang

paling besar dan kecil.

2. Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang

berlainan jenis kelamin.

3. Perserikatan itu berdasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau

adopsi.

4. Adakalanya keluarga hanya terdiri dari seorang laki-laki atau

seorang perempuan saja dengan atau tanpa anak-anak.

Dengan uraian tersebut di atas kiranya kita telah mendapatkan

kejelasan tentang pengertian keluarga. Selanjutnya akan di jelaskan

tentang fungsi keluarga.

18 David W. Augsburger, Pastoral Counseling Across Cultures, The Westminster Press, Philadelphia, 1998, hlm. 176

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

24

Seperti telah dibicarakan dimuka bahwa keluarga merupakan

lembaga sosial yang paling kecil terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian

keluarga, maka keluarga akan memiliki beberapa fungsi.

Fungsi keluarga menurut Sayekti Pujosuwarno ada tujuh yaitu:

1. Fungsi Pengaturan Seksual

2. Fungsi Reproduksi

3. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan

4. Fungsi Pendidikan

5. Fungsi Sosialisasi

6. Fungsi Afeksi dan rekreasi

7. Fungsi Ekonomi

8. Fungsi Status Sosial19

1. Fungsi Pengaturan Seksual.

Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis

setiap manusia. Dorongan seksual ini apabila tidak tersalurkan

sebagaimana mestinya atau tersalurkan tetapi tidak dapat

dibenarkan oleh norma agama dan masyarakat, maka akan

berakibat negatif.

Dalam hal pengaturan seksual keluarga memiliki peranan

yang sangat penting, keluarga merupakan lembaga pokok yang

mengorganisasi dan mengatur pemuasan keinginan-keinginan

seksual, nafsu seksual tersalurkan sebagaimana mestinya dan

19 Sayekti Pujosuwarno, Op.Cit., hlm. 13

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

25

secara sehat (jasmani maupun rohani, alamiah maupun agamis)

seperti dianjurkan nabi sebagai berikut:

���Y�3�b����(�Y �='����cd �K�b�D�8�e�%��f���P��� '��%��4gh��='� �"#$���+��i��j��� ����+��� ��=�]� ��(�]���+���;

�kh��?���D���D�8�e�%��H���Y������D� �����%��l�j���*�;��"������+����f�(�A'���)"�*+��m-�n=� �, �-.

Artinya : “Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup kawin, maka hendaklah kawin karena sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama) dan memelihara kehormatan (faraj). Dan barang siapa tidak sanggup melakukan pernikahan, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu merupakan perisai baginya” (H.R. Bukhari dan Muslim).20

2. Fungsi Reproduksi.

Untuk melangsungkan kehidupan suatu masyarakat atau

bangsa demi kesinambungan suatu generasi manusia, maka setiap

masyarakat mempercayakan kepada keluarga dalam hal penghasil

keturunan. Dalam hal ini keluarga berfungsi untuk menghasilkan

anggota baru, sebagai penerus kehidupan manusia yang turun

temurun, pembentukan generasi mendatang (penerus kelangsungan

jenis manusia) akan terjamin pula secara sehat, baik kuantitas

maupun kualitas.

�"�a!�o �"$p(3� ��q%�"$��r (3�"�s�*8)�4(:=� �>���.�

Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu becocok tanam, maka datanglah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”.(Q.S Al-Baqarah, 2 : 223)21

20 Ainur Rahim Fakih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, Yogyakarta,

2001, Cet. 2, hlm. 71 21 Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 54

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

26

3. Fungsi perlindungan dan pemeliharaan.

Keluarga juga berfungsi sebagai perlindungan dan

pemeliharaan terhadap semua anggota keluarga, terutama kepada

anak yang masih bayi. Jadi, perlindungan keluarga terhadap

anggota-anggota keluarga meliputi perlindungan dan pemeliharaan

terhadap kebutuhan jasmani dan rohani.

4. Fungsi Pendidikan.

Pendidikan dapat dilaksanakan dalam lingkungan tertentu.

Lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Pendidikan di dalam keluarga

2. Pendidikan di dalam sekolah

3. Pendidikan di dalam masyarakat.

Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan

kodrati. Peristiwa peniruan atau identifikasi oleh anak-anak

terhadap orang tuanya itu bukannya karena sifat-sifat baik atau

buruk itu menurun atau diwariskan kepada anak-anak, sebagai ciri-

ciri karakteristik herediter, akan tetapi terutama sekali karena

kebiasaan dan pekerjaan orang tua mirip home industry.

Pendidikan merupakan pemberian bimbingan dan bantuan rohani

oleh orang yang sudah dewasa kepada anak yang masih

memerlukan bantuan dalam usahanya menunaikan tugas hidupnya

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

27

secara self standing. Pendidikan diartikan sebagai suatu latihan

mental, fisik dan moral.22

Pendidikan berusaha memberikan bantuan supaya anak

didik mendapatkan perkembangan yang wajar, mendapatkan

ketentraman batin, dapat menyelesaikan problem-problem, dan

sebagainya. Tentu saja selalu diharapkan bahwa hal-hal yang

demikian itu terjadi pada setiap anak didik. Akan tetapi apa yang

terjadi dalam kenyataan tidaklah demikian, banyak sekali individu

baik belum dewasa maupun sudah dewasa, yang pada suatu saat

tidak mampu menyelesaikan sendiri problem-problemnya. Mereka

ini memerlukan bantuan orang lain.

5. Fungsi Sosialisasi.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin melepaskan

diri dari hubungannya dengan manusia lain. Orang membutuhkan

orang lain, orang selalu berada dalam hubungan timbal balik

dengan orang lain. Maka orang harus selalu bertemu, bercakap-

cakap dengan orang lain. Di dalam keluarga terjadi percakapan

antara suami dengan istri dan sebaliknya, antara orang-tua dengan

anak dan sebaliknya, juga antara anak yang satu dengan anak yang

lainnya. Orang-tua bisa dalam hal-hal tertentu bertindak sebagai

konselor bagi anak-anaknya, meskipun kadang-kadang hanya

22 Djasadi, Ilmu Pendidikan Islam, Jilid I, Badan Penelitian Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang, 1985, hlm.1-2

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

28

terjadi percakapan konsultatif saja. Disinilah keluarga akan

berlangsung proses sosialisasi.23

Satu hal yang perlu disadari pula, keluarga itu tidak

mengisolasikan diri dengan masyarakat sekitar. Keluarga adalah

bagian kecil suatu komunitas soial. Keluarga berkomunikasi

dengan tentangga, masyarakat beserta kebudayaannya.24

6. Fungsi afeksi dan rekreasi.

Manusia sebagai masyarakat membutuhkan kebutuhan yang

fundamental akan kasih dan sayang. Dengan adanya hubungan

kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi

perkembangan pribadi anak.

7. Fungsi ekonomi.

Dalam semua masyarakat keluarga merupakan urutan yang

paling dasar. Anggota bekerja bersama-sama sebagai suatu team.25

Dalam kehidupan sekarang suatu keluarga kebanyakan yang

berfungsi sebagai penghasil ekonomi adalah orang tua, sedangkan

anggota keluarga yang lain berfugsi sebagai konsumen ekonomi

saja.

8. Fungsi status sosial.

Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yang menunjukan

kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya. Status seseorang

23 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992,

hlm.7 24 Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, Rineke Cipta, Jakarta, 1990, hlm.19 25 Sayekti Pujosuwarno, Loc.Cit., hlm. 24

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

29

individu dapat berubah melalui perkawinan dan usaha-usaha

seseorang.

2.2.2. Pengertian, Tujuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kesehatan Mental.

Kesehatan mental merupakan istilah psikologi yang terdiri dari

dua kata yaitu “kesehatan dan mental”.

Secara etimotologi pengertiannya adalah sebagai berikut: kata

“kesehatan” berarti keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan (badan

dsb).26 Sedangkan kata “mental” berasal dari (kata latin mens,

mentis) artinya nyawa, jiwa, sukma, roh.27

Para psikolog pada umumnya menekankan aspek negatif,

yaitu tiadanya gejala-gejala psikologis seperti, ketegangan,

kecemasan, ketertekanan, kelabilan emosi, kebiasaan anti sosial dan

kecanduan obat. Seseorang yang tidak menunjukan gejala ini

dianggap sehat secara mental.28 Definisi operasional kesehatan mental

ini cukup memadai, sebab definisi ini dipautkan dengan kenormalan.

Dalam buku yang berjudul Pastoral Counseling Across

Cultures karya David W. Augsburger disebutkan bahwa :

“Mental Health according to the World Health Organization,“is the capacity of an individual to form harmonious relationship

26 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985,

hlm. 887 27 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam

Islam, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm.3 28 Zafar Afaq Anshari, Al Qur'an Bicara Tentang Jiwa, Mizan Media Utama, Bandung,

2003, hlm. 68

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

30

with others and to participate in or contribute contructively to changes in the social environment”.29

Mental health (kesehatan mental) adalah keadaan penyesuaian

diri yang baik disertai satu keadaan subyektif dari kesehatan dan

kesejahteraan, penuh semangat hidup, disertai perasaan bahwa

seseorang mampu menggunakan bakat dan kemampuannya.30

Kesehatan mental juga merupakan, kegiatan atau usaha

menjaga kesehatan mental melalui pendidikan di masa kanak-kanak

dan pendidikan yang ada kaitannya dengan cara-cara atau disesuaikan

dengan kondisi atau situasi tertentu.31

Dengan demikian hygiene mental mempunyai tema sentral

bagaimana seseorang memecahkan segenap keruwetan batin manusia

yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha

mendapatkan kebersihan jiwa dalam pengertian, tidak terganggu oleh

macam-macam ketegangan, ketakutan dan konflik terbuka.

Kesehatan Mental tidak hanya memanifestasikan diri dalam

penampakan tanda-tanda tanpa adanya gangguan batin saja akan

tetapi posisi pribadinya jadi harmonis dan baik, selaras dengan dunia

luar, dalam dirinya sendiri, dan harmonis pula dengan

lingkungannya. Maka Mental Hygiene bertujuan:

1. Memiliki dan membina jiwa yang sehat

29 David W. Augsburger, Op.Cit., hlm.319 30 J.P. Caplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2002, hlm. 298 31 Soedarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineke Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 153

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

31

2. Berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa (mental break

down), mencegah berkembangnya macam-macam penyakit

mental dan sebab-sebab timbulnya penyakit tersebut.

Jadi, kecuali melakukan kegiatan-kegiatan preventif guna

mencegah timbulnya penyakit mental, juga berusaha menyehatkan

kembali orang-orang yang tengah terganggu mental dan

emosionalnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental

adalah sebagai berikut:

1. Faktor agama

Pengendali utama kehidupan manusia adalah

kepribadiannya yang mencakup segala unsur-unsur pengalaman,

pendidikan dan keyakinan yang didapatinya sejak kecil. Menurut

Dr. Zakiah Daradjat, apabila dalam pertumbuhan seseorang

terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, disegala unsur-unsur

pokoknya terdiri dari pengalaman-pengalaman yang menentramkan

batin, maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang

bersifat fisik, maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia akan

selalu wajar, tenang, tidak menyusahkan atau melanggar hukum

dan peraturan masyarakat dimana ia hidup. Akan tetapi orang yang

dalam pertumbuhannya mengalami banyak kekurangan batin maka,

kepribadiannya akan mengalami kegoncangan. Dalam menghadapi

kebutuhannya, baik yang bersifat jasmani, maupun rohani ia akan

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

32

dikendalikan oleh kepribadian yang kurang baik, dan banyak sikap

dan tingkah lakunya yang akan merusak atau menggangu orang

lain.32

2. Faktor lingkungan keluarga, sosial dan ekonomi

Sesungguhnya pengaruh lingkungan sangat besar dalam

pembentukan mental seseorang. Pengaruh lingkungan keluarga

tidak terbatas pada remaja dan dewasa, tetapi dimulai dari bayi.

Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterima di waktu kecil itu

membentuk kepribadiannya. Dalam hal ini, yang paling

mempengaruhi mental seseorang adalah lingkungan keluarga.

Walaupun tidak meniadakan faktor dari luar misalnya ekonomi.

Orang yang menghadapi kemerosotan ekonomi menjadi bingung

gelisah dan sedih. Ketidakmampuan menghadapi kemerosotan

ekonomi tersebut secara tidak wajar ia tidak dapat memikirkan apa

yang akan dilakukanya untuk menghalangi perubahan yang drastis

dan mendadak. Akibatnya membawa keabnormalan pada sikap dan

tindakan dalam hidupnya, sehingga membawa dampak pada

masyarakat.

3. Faktor pendidikan dan pembinaan

Pendidikan begitu penting karena, dengan pendidikan itulah

yang banyak menentukan hari depan seseorang. Apakah ia akan

menjadi orang bahagia atau menderita. Pendidikan pula yang akan

32 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, 2001,

Jakarta, hlm. 50

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

33

menentukan apakah si anak nantinya akan menjadi orang yang

cinta kepada tanah air atau menjadi penghianat bangsa. Karena itu

hubungan antara pendidikan dan kesehatan mental sangat erat.

Yang di maksud pendidikan dalam hal ini ialah yang

diterima si anak di rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Akan

kita lihat betapa besar pengaruh pendidikan itu atas kelakuan anak-

anak, ada yang menjadi nakal, keras kepala dan sebagainya. Dalam

hal ini akan terlihat pula betapa pentingnya pendidikan agama

dalam pembinaan kepribadian anak.

Tidak dapat disangkal bahwa setiap orang tua ingin supaya

anaknya sehat, lekas besar, lekas pandai, sopan dan menjadi orang

baik nantinya. Akan tetapi, banyak anak-anak yang merasa seolah-

olah tidak mendapat perhatian dari orang tuanya. Perasaan

semacam itu banyak mempengaruhi kelakuan perasaan dan

kesehatan mereka, yang oleh orang tuanya sendiri di pandang

sebagai kesukaran yang harus mereka atasi. Pengalaman-

pengalaman yang dilalui sewaktu kecil, baik pengalaman pahit

maupun menyenangkan, semuanya mempunyai pengaruh dalam

kehidupan nantinya.

2.3. Peran Kesehatan Mental dalam Keluarga, Perspektif Bimbingan dan

Konseling Keluarga Islam

Dari sudut yang sangat luas keluarga merupakan produk struktur

sosial. Manusia tidaklah dapat hidup sendiri atau dengan keluarganya saja

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

34

melainkan pada hakekatnya merupakan satu ikatan yang mencakup seluruh

manusia dalam naluri kebersamaan. Walaupun mungkin manusia itu dengan

desakan-desakan egoisnya serta kecenderungan hati menjadikan manusia

hanya mementingkan diri sendiri. Struktur kemasyarakatan tak bisa kita

abaikan walaupun kita menjunjung tinggi keluarga tanpa memperhatikan

fungsi hubungan kita dengan masyarakat luar keluarga.

Dalam lingkungan masyarakat kepribadian akan tumbuh dan

berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat. Dengan

demikian perlu menciptakan lingkungan yang harmonis pada lingkungan

masyarakat.

Untuk menciptakan lingkungan yang harmonis pada masyarakat,

tentunya kita harus terlebih dahulu mewujudkan lingkungan yang harmonis

pada lingkungan keluarga.

Kita tahu bahwa kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga,

sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak menuju pada

keseimbangan batin dan kesehatan mental. Agar keluarga yang dibentuk itu

menjadi keluarga yang dalam istilah Al Qur'an disebut sebagai keluarga yang

diliputi rasa cinta mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) maka,

keluarga harus diciptakan untuk memenuhi fondasi seperti yang disebutkan

hadist Nabi. Kelima fondasi yang harus dibina atau diciptakan dalam

lingkungan keluarga itu adalah :

1. Memiliki sikap ingin menguasai dan mengamalkan ilmu-ilmu agama

2. Yang lebih muda menghormati yang lebih tua

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

35

3. Berusaha memeperoleh rezeki yang memadai

4. Hemat dalam membelanjakan harta

5. Mampu melihat segala kekurangan dan kesalahan diri dan segera

bertaubat.33

Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga yang harmonis tidak

selamanya stabil. Maksudnya dalam sebuah keluarga tentu saja tidak

selamanya berjalan lurus-lurus saja tapi juga akan ada badai. Setiap subjek

keluarga harus mengerti tugas dan peranannya yang sesuai dengan

kedudukanya baik itu kedudukan sebagai suami, isteri maupun anak.

Hubungan dalam keluarga yang harmonis, serasi merupakan unsur

mutlak terciptanya kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa. Di dalam Al-

Qur'an sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak ditemui ayat-ayat yang

berhubungan dengan kesenangan dan kebahagiaan jiwa. Banyak hal yang

prisipil dalam kesehatan mental. Salah satu ayat tentang ketenangan jiwa

sebagai berikut:

� �G GP ��S�+tT �� ��1�7�2� $*� �9P8 �m/� ���u ��*� �G��?�� ���"v�w �l+��8�w

��� $3��� �0�� �C����x -6 �)�`�A� >�.�

Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.(Q.S. Al Fath: 48:4)34

33 Thohari Musnamar, Loc. Cit., hlm. xiii 34Departemen Agama RI, Loc. Cit., hlm. 837

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

36

Namun, orang-orang yang meskipun muslim dalam hidup

keterpaksaan mereka tidaklah menjalankan fungsi mental yang lebih tinggi

untuk mengakui penciptaan dan menyalahgunakan kebebasan, pilihannya

dengan mengingkarinnya, berada dalam konflik mental. Konsekuensi yang

tak terelakkan dari konflik ini adalah kegagalan mencapai ideal-ideal puncak

kehidupan mereka. Personalitas mereka menjadi terpecah belah dan

kesehatan mereka menjadi hancur. Islam tidak menganggap kesehatan

mental semata-mata sebagai tiadanya gejala-gejala penyakit, tetapi juga

menekankan aspek-aspek positif yang dengan kesehatan mental dapat dijaga

dan di perbaiki.

Dahulu orang beranggapan, terutama orang barat yang sekularistik-

materialistik, bahwa, menghadapi kesukaran hidup cukup dengan badan

sehat, mental sehat, dan misi yang aktif dan dinamis. Tetapi kenyataanya

berkata lain, setelah mereka sampai pada kondisi puncaknya, ternyata

mereka merasa kehilangan sesuatu yang menjadikan kehidupan mereka

hambar. Mereka sadar bahwa budaya glamour yang gemerlap itu hanya

kenikmatan sesaat, yaitu kenikmatan yang membawa problem semakin

canggih.

Disana angka kejahatan, angka neorosis dan angka kecanduan

narkotik terus meningkat. Anak-anak dan remaja belajar mengadaptasikan

diri dalam lingkungan familiar dan tetangga dekat dengan ide-ide dan

tekhnik tertentu yang dianggap efisien untuk menghadapi kesulitan batin

sendiri. Jika lingkungan keluarga ini sangat buruk (immoril, jahat, kriminil)

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

37

dan tidak higienis secara mental, dengan sendirinya berlangsung asosiasi

differensial yang buruk, dan immoril pula dengan masyarakat orang dewasa,

lalu mereka ikut-ikutan menjadi buruk perangai dan tidak sehat mentalnya.35

Ringkasnya, situasi keluarga yang berantakan, penuh konflik,

immoril dan asusila, di tambah dengan pengabaian orang tua terhadap anak-

anaknya membuat anak-anak ini menjadi sengsara lahir batin. Sebenarnya

keluarga ini telah kehilangan satu faktor yang penting dalam budaya

hidupnya, yaitu faktor “Sakinnah”.

Disinilah letak penting bimbingan dan konseling Islam. Dalam hal

ini yang lebih difokuskan kepada bimbingan dan konseling keluarga Islam

yaitu, layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup

yang sejahtera, melainkan juga yang dapat menuntun kearah hidup yang

sakinnah batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Tuhan.

Bimbingan dan konseling keluarga Islam berperan dalam rangka

membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah di dalam

keluarga, hal ini dikenal dengan fungsi preventif. Fungsi ini mengarahkan

agar keluarga terhindar dari masalah, dan diharapkan agar mereka mampu

memelihara kestabilan keluarga dan waspada terhadap segala kemungkinan

yang akan timbul dan menjadikan ketidakharmonisan dalam keluarga. Selain

fungsi preventif perlu juga usaha yang bersifat kuratif. Maksudnya adalah

membantu individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

35 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Op.Cit., hlm. 172

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

38

Mengingat semua persyaratan yang harus dipunyai oleh suami isteri

tersebut diatas, tentunya tidak dimiliki oleh semua anggota keluarga.

Artinya, ada dalam sebuah anggota keluarga yang tidak mempunyai sama

sekali hal-hal yang dipersyaratkan diatas atau mempunyai tetapi tidak

semuanya atau sebagian. Hal ini yang mengakibatkan keretakan rumah

tangga.

Disini peran penting bimbingan dan konseling keluarga Islam untuk

menjawabnya dan memecahkan permasalahnya. Dimana bimbingan dan

konseling itu difokuskan kepada pemberian bantuan kepada individu dalam

menjalankan kehidupan berumah tangga agar tercapai keselarasan sesuai

dengan ketentuan Allah dan menyadarkan kembali eksisitensi individu

sebagai makhluk Allah sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sementara itu, problem konkrit di seputar kehidupan rumah tangga

adalah ekonomi keluarga yang kurang tercukupi, perbedaan watak,

temperamen dan perbedaan kepribadian yang terlalu tajam antara suami

isteri ketidakpuasan dalam hubungan seksual, kejenuhan rutinitas, hubungan

antara keluarga yang kurang baik, ada orang ketiga, masalah harta dan

warisan, menuntutnya perhatian dari kedua belah pihak suami dan isteri,

dominasi orang tua atau mertua, kesalah pahaman, dan perceraian.

Dari berbagai problem rumah tangga di atas maka tujuan konseling

perkawinan adalah agar klien menjalani kehidupan berumah tangga secara

benar bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam

kehidupan sehingga tercipta keluarga sakinnah, mawaddah dan rahmah.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004...KESEHATAN MENTAL 2.1. ... dengan jalan wawancara dengan maksud agar

39

Kualitas orang tua sangat berpengaruh sekali terhadap anak-anaknya.

Orang tua merupakan motor terpenting dalam mendorong anak mempunyai

kepribadian yang baik. Orang tua harus dapat memberi motivasi pada anak

untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral sehingga anak akan merasa

memiliki, di terima, yang selanjutnya, dapat memberi sumbangan pada

keluarga. Anak akan merasa bahwa mereka termasuk dalam keluarga,

sekaligus menentukan kesediaan mereka untuk berfungsi sebagai konstruktif

dan kooperatif dalam keluarga.

Bimbingan yang dilaksanakan oleh keluarga sangat penting sekali,

perhatian keluarga terhadap anggota keluarga sedikit banyak akan

mengendalikan kearah perilaku a moral. Dalam membimbing tingkah laku

anak memerlukan sekumpulan cita-cita atau sering di sebut konsiensia

anak.36

Keluarga sebagai tempat hubungan pengamalan antara anggota perlu

di masukan suasana kehidupan keluarga yang dapat mengokohkan

kehidupan keluarga tersebut.

Demikianlah betapa pentingnya mewujudkan keluarga yang sehat,

karena keluarga yang sehat dapat menjadikan kehidupan yang bahagia dan

damai. Hal ini sesuai dalam tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat.

36 Mahmud, M. Dimyati , Psikologi Suatu Pengantar, BPFE, Yogyakarta, 1990, hlm. 143